Critical Review pada Jurnal Faktor fakto

PENDAHULUAN
Secara umum PDRB Kabupaten Lamongan dari tahun 2009, 2010 dan 2011
menunjukkan beberapa sektor yang mengalami kenaikan diantaranya adalah pada sektor
industri pengolahan. Areal seluas 79.320 Ha atau sekitar 43,70% dari luas wilayah Kabupaten
Lamongan dimanfaatkan sebagai lahan pertanian. Berdasarkan irigasinya, areal sawah yang
ada terbagi menjadi sawah teknis, sawah setengah teknis, sawah sederhana dan sawah tadah
hujan. Komoditi yang menjadi unggulan yaitu padi, jagung, kedelai dan hortikultura. Tidak heran
jika dikatakan bahwa Kabupaten Lamongan merupakan salah satu penyumbang terbesar
produksi padi di Jawa Timur bahkan salah satu tiang utama penghasil beras nasional di
Indonesia.
Komoditi padi merupakan bahan pangan andalan di Kabupaten Lamongan dan mampu
memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap penyediaan pangan di Jawa Timur. Data
yang diambil dari Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 menyebutkan bahwa produksi komoditi padi di
Kabupaten Lamongan pada tahun 2010 mencapai 857.638 ton. Hal ini membuktikan bahwa
Kabupaten Lamongan mempunyai potensi luar biasa dalam pengembangan ekonomi terutama
di sektor pertanian.
Salah satu kawasan sentra industri penggilingan padi terbesar di Kabupaten Lamongan
terletak dan terkonsentrasi di 13 kilometer sepanjang jalan raya Kecamatan Sukodadi dan
Kecamatan Karanggeneng. Pada review jurnal ini akan dijelaskan mengenai “Faktor-faktor
Penentu Lokasi Sentra Industri Penggilingan Padi di Kabupaten Lamongan (Studi Kasus: Di

Wilayah Kecamatan Sukodadi dan Kecamatan Karanggeneng tahun 2013).

KONSEP DASAR TEORI LOKASI
Teori Lokasi Industri (Alfred Weber Theory)
Alfred Weber adalah ahli ekonomi, geografi, sosiologis dan teori berkebangsaan Jerman
yang mendukung pengenalan teori dan model ekonomi menggunakan analisis historikal. Salah
satu pencapaiannya adalah Teori Lokasi Industri
Menurut Weber, lokasi industro sebaiknya berada di tempat yang memiliki sewa lahan
paling minimal. Weber memperhitungkan tiga variable untuk memperoleh biaya minimumm
manufaktur sebuah industri dengan mempertimbangkan lokasi geografis industri tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya produksi adalah sebagai berikut:

1. Biaya Transportasi
Pada variabel ini dijelaskan bahwa suatu industri akan berada pada kondisi optimal saat
biaya transportasi dari bahan mentah dan bahan jadi

mencapai tingkat minimum.

Terdapat dua kasus yang diberikan Weber, yang pertama adalah weight losing case
dimana berat bahan jadi lebih ringan daripada berat bahan mentah. Jika kasus ini terjadi

pada suatu industri, maka ongkos transportasi untuk mengangkut bahan baku melonjak
mahal. Sehingga sebaiknya lokasi industri berorientasi dekat pada pusat sumber bahan
baku. Karena pergesaran tersebut akan memperkecil biaya transportasi dari sumber
bahan baku ke pusat industri. Yang kedua adalah weight gaining case dimana berat
barang jadi lebih berat daripada berat barang mentah. Jika kasus ini terjadi pada suatu
industri, maka ongkos transportasi untuk mengangkut produk jadi menjadi mahal.
Sehingga sebaiknya lokasi industri berorientasi pada pasar atau mendekati pasar.
Karena pergeseran tersebut akan memperkecil biaya transportasi dari industri ke pasar.
2. Jumlah Tenaga Kerja
Pada variabel ini dijelaskan bahwa suatu industri akan berada pada kondisi optimal saat
lokasi

industri

tersebut

berdekatan

dengan


pusat

tenaga

kerja

dengan

mempertimbangkan keahlian pekeraan, upah minimum rata-rata pekerja dan mobilitas
pekerja. Contoh untuk variabel ini adalah pada industri tekstil. Untuk memperoleh
produksi yang banyak akibat permintaan barang yang tinggi, suatu perusahaan
membutuhkan pekerja yang banyak pula agar bisa memproduksi barang secara
maksimal. Maka dari itu sebuah industri lebih baik berlokasi dengan pusat tenaga kerja
dengan pertimbangan di atas sehingga industri tersebut tidak mengeluarkan biaya
banyak hanya untuk aspek tenaga kerja.
Dengan memperhatikan dua variabel di atas, Weber menyimpulkan jika suatu industri
berada pada lokasi yang tepat maka industri tersebut identik dengan tingkat keuntungan yang
maksimal.

ALASAN PEMILIHAN LOKASI

Kawasan industri penggilingan padi yang terletak 13 kilometer di sepanjang jalan raya
Kecamatan Sukodadi dan Kecamatan Karanggeneng mempunyai 75 unit penggilingan padi
yang sebagian besar diantaranya mampe memproduksi secara skala besar, sekitar 2-3 ton
beras/jam dengan 8 jam kerja/hari. Industri penggilingan padi tersebut telah menggunakan
teknologi modern sehingga mampu menghasilkan beras dengan berbagai kualitas.

Industri penggilingan padi di kawasan ini mengambil atau memasok bahan baku dari
tempat-tempat yang tidak berdekatan dengan lokasi industri, melainkan dipasok dari wilayah
Kabupaten Lamongan secara keseluruhan dan daerah-daerah sekitarnya seperti Kabupaten
Bojonegoro, Kabupaten Ngawi, Kabupaten Tuban, Kabupaten Malang, dan Pasuruan bahkan
dipasok juga dari wilayah Provinsi Jawa Tengah seperti Seragen dan Cepu.
Mengapa bahan baku mentah padi yang dipasok dari luar Kabupaten Lamongan harus
digiling dan diproduksi di Kecamatan Sukodadi dan Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten
Lamongan? Alasan utama adalah karena kawasan industri penggilingan padi ini berhubungan
erat dengan pihak BULOG sehingga dapat memasarkan hasil produksi beras dari penggilingan
padi tersebut skala besar. Mitra baik dengan pihak BULOG ini ditujukan guna pengadaan beras
dan ketahanan pangan baik di tingkat wilayah lokal maupun nasional. Pangsa pasar lokal di
kawasan industri tersebut pun tidak lagi terfokus pada pangsa pasar lokal di Kabupaten
Lamongan saja, melainkan hingga keluar daerah Kabupaten Lamongan sendiri atau regional,
bahkan antar pulau yang pemasarannya meliputi Jawa Timur, Bali, Madura dan Kalimantan.


FAKTOR-FAKTOR LOKASI
Berdasarkan pada jurnal yang ditinjau, penentuan faktor-faktor lokasi pada kawasan
industri penggilingan padi di Kabupaten Lamongan, studi kasus kecamatan Sukodadi dan
Kecamatan Karanggeneng menggunakan analisis faktor dengan SPSS. Analisis faktor adalah
analisis yang bertujuan mencari faktor-faktor utama yang paling mempengaruhi variabel
dependen dari serangkaian uji yang dilakukan atas serangkaian variabel independen sebagai
faktornya.
Dengan menggunakan perhitungan KMO and Bartlett’s test dan Anti-images
matrices disimpulkan bahwa dari variabel terkait ditemukan faktor-faktor sebagai berikut:
1. Faktor tenaga kerja
Pada faktor ini variabel terkaitnya adalah adanya tenaga kerja yang terlatih diikuti
dengan tenaga kerja yang mudah dilatih sehingga biaya untuk usaha yang dilakukan
perusahaan industri tersebut tidak sebesar biaya yang dikeluarkan jika tenaga kerja
yang tersedia tidak ahli. Tenaga kerja yang digunakan pada perusahaan industri ini pun
diupah murah sehingga perusahaan industri tersebut tidak merugi jika dibandingkan
memperkerjakan banyak tenaga dengan upah yang mahal. Variabel terakhir adalah
adanya hubungan baik antara perusahaan dengan tenaga kerja sehingga menciptakan
suasana yang harmonis.


2. Faktor lokasi geografik
Pada faktor ini variabel terkaitnya adalah kemudahan pemasok gabah/padi sebagai
bahan baku. Lamongan terletak di wilayah strategis yang dapat diakses oleh wilayahwilayah pemasok padi disekitarnya sehingga memudahkan pemasok mengirim bahan
baku ke lokasi industri. Hal ini didukung oleh jarak yang mudah dijangkau dan prasarana
fisik yang baik, seperti penyediaan jalan dan sistem transportasi.
3. Faktor jasa-jasa lokal
Pada faktor ini terkonsentrasi pada kebutuhan tenaga kerja baik sosial maupun
profesional. Seperti variabel terkait angkutan bagi para pekerja yang memudahkan
pekerja mengakses lokasi industri dari tempat tinggalnya. Kemudahan sewa angkutan,
baik dari bahan mentah menuju lokasi penggilingan maupun ke pasar (distribusi),
kemudahan mendapatkan suku cadang mesin, ketersediaan bengkel dan ketersediaan
tenaga teknik/montir juga merupakan variabel terkait faktor jasa-jasa lokal.
4. Faktor lingkungan
Pada faktor ini berhubungan erat dengan kondisi masyarakat di lingkungan sekitar lokasi
industri.
5. Faktor kerjasama
Seperti pada alasan utama yang telah dijelaskan diatas, kerjasama dianggap menjadi
faktor penting pada penentuan lokasi industri penggilingan padi di Kabupaten Lamongan
ini. Variabel yang terkait adalah kerjasama dengan perusahaan lain, BULOG dan
adanya hubungan baik dengan pemerintah desa/kecamatan/kabupaten. Tujuan utama

dari kerjasama yang baik ini adalah demi meningkatkan perekonomian dan keuntungan
sebesar-besarnya, sesuai dengan instansi yang berhubungan.
6. Faktor keturunan dan faktor perpindahan lokasi usaha
Secara kualitatif, terindikasi bahwa terdapat faktor-faktor ini berpengaruh. Pada faktor
keturunan, didapati ada beberapa perusahaan industri penggilingan padi yang
merupakan warisan dari keturunannya dan diturunkan secara terus-menerus ke
generasi selanjutnya sehingga industri penggilingan padi tersebut masih ada
keberadaannya hingga sekarang, bertambah banyak dan berkembang pesat. Lalu jika
dilihat pada historisnya, semua pengusaha penggilingan padi tersebut berasal dari Desa
Sungelebak, Kecamatan Keranggeneng yang kemudian berpindah ke lokasi yang lebih
startegis. Hal tersebut yang melatarbelakangi faktor perpindahan lokasi usaha.

IMPLIKASI TEORI TERHADAP LOKASI YANG DIPILIH
Pada penjelasan di atas, terdapat hubungan antara Teori Lokasi Industri (Alfred Weber)
dengan studi kasus yang ada pada jurnal. Namun ada beberapa faktor pada teori Weber yang
tidak dapat direlasikan dengan studi kasus pada industri penggilingan padi di Kabupaten
Lamongan.
Pada teori Weber dijelas ada dua fakto yang menjadi faktor utama penentuan lokasi
sebuah industri, yaitu biaya transportasi dan ketenagakerjaan. Pada biaya transportasi
kemudian di break-down kembali menjadi dua kasus yaitu kasus yang berorientasi pada bahan

baku dan kasus yang berorientasi pada pasar. Pada studi kasus penggilingan padi di
Kabupaten Lamongan, seperti yang telah dijelaskan di atas, lokasi bahan mentah berjauhan
dengan lokasi industri penggilingan. Sehingga teori Weber pada faktor biaya transportasi,
weight losing case, dapat dibantahkan. Karena pada kenyataannya industri penggilingan padi di
Kabupaten Lamongan dapat berproduksi tanpa memperhitungkan jarak antar bahan baku
dengan lokasi industri. Bahkan kondisi ini tidak membuat pihak perusahaan industri
penggilingan padi merugi akibat biaya trasnportasi yang dikeluarkan untuk memindahkan
barang mentah ke lokasi industri.
Pada weight gaining case dalam teori Weber juga dapat dibantahkan karena lokasi
industri penggilingan padi di Kabupaten Lamongan tidak didistribusikan ke pasar-pasar jarak
dekat. Pada pendahuluan telah dijelaskan bahwa bahan jadi yang diproduksi di kawasan
industri penggilingan padi Kabupaten Lamongan di distribusikan bukan hanya ke wilayah
Lamongan saja, namun ke wilayah lain bahkan dipasok skala besar dengan cakupan nasional.
Sehingga biaya transportasi untuk memindahakan barang jadi ke pasar-pasar tidak
dipertimbangkan.
Satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dan diimplikasikan dari teori Weber pada
studi kasus ini adalah faktor ketenagakerjaan, dimana ketenagakerjaan pada industri
penggilingan padi di Kabupaten Lamongan sangat penting. Pada analisis faktor dengan SPSS
menggunakan perhitungan KMO and Bartlett’s test dan Anti-images matrices dalam jurnal pun
dijelaskan bahwa faktor tenaga kerja mempunyai variabel paling banyak, diantaranya tenaga

kerja yang terlatih dan mudah dilatih, tenaga kerja dengan upah yang rendah serta adanya
hubungan baik antara perusahaan dengan tenaga kerja tersebut.
Teori Lokasi Industri (Alfred Weber) ini pada kenyataannya dapat diimplikasikan hingga
zaman kekinian. Namun yang perlu diperhatikan, sebuah lokasi industri ditetapkan tidak karena
mengandung kedua faktor yang dicanangkan Weber melainkan salah satu saja cukup. Pada
penentuan suatu lokasi, jika diperuntukkan untuk kegiatan perindustrian dan mengambil teori

klasik Weber sebagai tinjauan teorinya sudah dapat dianalisis hanya dengan satu faktor saja.
Dalam konteks ini teori Weber masih dapat ditujukkan dengan dengan berpengaruhnya faktor
bahan baku (kemudahan memasok) dan tenaga kerja, sedangan untuk pasar (konsumen) tidak
berpengaruh.
Namun ternyata, dalam penentuan suatu lokasi industri tidak hanya cukup jika
mempertimbangkan teori klasik. Faktor-faktor lain juga berpengaruh, seperti pada studi kasus di
atas. Faktor-faktor penentu lokasi industri di Kabupaten Lamongan akan berbeda jika
diterapkan di daerah lain dengan lokasi industri yang sama. Faktor-faktor penentu lain diluar
teori Weber ditetapkan sesuai dengan kondisi lapangan dari lokasi industri itu sendiri. Pada
studi kasus lain, faktor regulasi pemerintah sangat berpengaruh pada penentuan lokasi industri
diikuti dengan faktor lingkungan yang berkaitan dengan polusi udara. Untuk mengetahui faktor
dan menentukan variabel yang tepat, seorang peneliti harus mengolah data-data yang ada
sesuai dengan kondisi fisiknya. Semakin banyak faktor dalam penentuan suatu lokasi industri,

menunjukkan semakin berkembangnya teori lokasi industri dari Alfred Weber diimplikasikan.

LESSON LEARNED
Berdasarkan pembahasan analisis faktor-faktor penentuan lokasi industri penggilingan
padi di Kabupaten Lamongan diatas, dapat ditari beberapa kesimpulan, antara lain:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan lokasi industri penggilingan padi di
Kecamatan Sukodadi dan Kecamatan Karanggeneng, Kabupaten Lamongan antara lain
adalah Tenaga Kerja, Lokasi Geografik, Jasa-jasa Lokal, Lingkungan, Kerjasama, dan
Keturunan serta Perpindahan Lokasi Usaha. Faktor-faktor ini dianalisis menggunakan
analisis faktor dengan SPSS dengan perhitungan KMO and Bartlett’s test dan Antiimages matrices.
2. Berdasarkan pada teori Weber, faktor yang dapat diimplikasikan adalah faktor yang
berorientasi pada bahan baku dilihat dari kemudahan mengakses bahan baku dan faktor
ketenagakerjaan.
3. Dari hasil diatas, pada studi kasus ini teori klasik masih dapat diterapkan pada zaman
kekinian. Namun memang harus ditambah faktor-faktor pendukung lain yang terkait
dengan lokasi industri tersebut.
4. Sebuah industri yang diletakkan pada lokasi yang tepat dengan mempertimbangkan
faktor-faktor terkait, baik menggunakan teori klasik maupun pengembangannya, tetap
berorientasi pada keuntungan maksimal dengan biaya pengeluaran minimum. Dari studi
kasus yang diambil, kawasan sentra industri penggilingan padi di Kabupaten Lamongan


bahkan dapat diproduksi secara skala besar dengan cakupan antar pulau hingga
nasional. Pada sektor pertanian sendiri menyumbangkan porsi yang besar pada PDRB
Kabupaten Lamongan.

DAFTAR PUSTAKA
Jurnal ilmiah Faktor-faktor Penentu Lokasi Sentra Industri Penggilingan Padi di Kabupaten
Lamongan (Studi Kasus: Di Wilayah Kecamatan Sukodadi dan Kecamatan Karanggeneng
tahun 2013), Vol 1, No. 2, 2013
Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan
tahun 2005-2025, lamongankab.go.id
e-journal of Department of Economics about Alfred Weber’s Theory of Industrial Location, San
José State University, California.
Jurnal Analisis Faktor yang Mempengaruhi Konsumen Dalam Pemakaian Layanan Seluler,
UNDIP, Vol. VI, No. 2, Mei 2011

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22