Berapa banyak spesies di seluruh dunia
Berapa banyak spesies di seluruh dunia?
Setiap strategi untuk melestarikan keanekaragaman hayati memerlukan
perkiraan berapa banyak spesies yang ada, dan bagaimana distribusinya. Saat ini sudah
1,5 juta spesies telah dideskripsikan atau dikenali oleh ilmu pengetahuan. Namun
pengetahuan kita tentang jumlah spesies tidak akurat, karena ada sejumlah spesies yang
kurang diperhatikan secara taksonomi seperti laba-laba, nematoda, jamur, dan serangga
yang berukuran kecil dan sulit untuk dipelajari.
Pada tahun 1997, Arnaz dan Mark Erdmann menemukan contoh ikan aneh dan
tak dikenal di pasar kota Manado. Ikan ini ternyata anggota bangsa Coelancanth, ikan
purba yang sangat langka di dunia. Coelancanth hidup pertama kali ditemukan pada
tahun 1938 di pantai selatan Afrika, oleh Maejorie Courtney-Latimer, kemudian oleh
James Leonard Brieley Smith dideskripsikan serta diberi nama ilmiah Latimeira
chalumnae. Latimeira adalah untuk menghormati penemunya dan chalumnae adalah
nama lokasi penemuan (dekat mulut sungai Chalumnae).
Coelacanth merupakan ikan besar (antara 1-2 m panjangnya), dengan sirip-sirip
yang membulat dan sisik-sisik yang khas (cosmoid) yang relatif tipis dan umunya hanya
ditemukan pada ikan-ikan purba yang telah punah. Sirip bagian pinggang (pectoral fins)
dan bagian bawah (anal fin) tumbuh pada tangkai yang berdaging yang ditunjang oleh
tulang belulang. Sirip ekor (tail fin) terbagi atas tiga lembar dan bagian tengah sirip ekor
tersebut merupakan lanjutan notokordia. Coelacanths juga memiliki organ panca indra
sinyal elektrik yang disebut organ roseteral pada bagian muka tengkoraknya. Organ ini
tampaknya berguna untuk mendeteksi pakan dan mangsa mereka seperti cumi, sotong,
dan hiu-hiu kecil. Coelacanth juga memiliki reproduksi tidak lazim pada kelas ikan pada
umumnya yaitu melahirkan.
Contoh luar biasa lainnya adalah penemuan “dunia yang hilang” pada tahun
2005 di Pegunungan Foja Mamberamo, Papua (Beehler 2006). Di tempat ini ditemukan
sejumlah spesies baru dan langka. Termasuk diantaranya adalah satu spesies mamalia
besar yang belum pernah ditemukan di Indonesia ( kangguru pohon dari jenis
Dendrolagus pulcherimus); satu spesies burung baru untuk ilmu pengetahuan (sejenis
“honeyeater”); penemuan lokasi berbiak burung langka Cenderawasih berkawat-enam
Parotia berlepschi; lebih dari 20 spesies katak ; empat spesies kupu-kupu yang baru
untuk ilmu pengetahuan; lima spesies palem baru untuk ilmu pengetahuan; sejumlah
bentuk tumbuhan yang tampaknya belum dikenal; suatu bunga yang mungkin
merupakan Rhododendron terbesar di dunia. Penemuan ini terselenggara berkat kerja
sama meluas, termasuk berbagai peneliti dari Conservation International bersama Pusat
Penelitian Biologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Cenderawasih,
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Irian Jaya 1, YALI, Dewan Adat Mamberamo
Raya dan masyarakat Kwerba serta masyarakat Papasena.
Selain spesies baru, masih dapat ditemukan pula berbagai komunitas biologi yang
belum dikenal sebelumnya, yang sering kali terletak di pedalaman dan sult dicapai.
Komunitas ini kadang terdiri dari spesies yang kasat mata seperti bakteri, protista, dan
avertebrata kecil yang selama ini luput dari dari perhatian ahli taksonomi. Teknik-teknik
eksplorasi khusus telah digunakan dalam penemuan ini, khususnya di laut dalam dan di
kanopi hutan. Beberapa komunitas yang belum lama ditemukan tersebut antara lain :
Komunitas hewan beragam, khusunya serangga yang beradaptasiuntuk hidup
di kanopi pohon tropika dan jarang atau hampir tak pernah turun ke tanah
(Lowman 1999). Penggunakan perlatan teknik memanjat menara dan
jembatan kanopi dan mesin crane (pengungkit) yang tinggi membuat habitat
kini terbuka untuk dijelajahi.
Penelitian terbaru mengenai kesehatan daun pohon tropika telah
mengungkapkan kekayaan yang luar biasa dari kelompok jamur yang hidup di
dalam daun. Dari contoh 83 daun, terdapat lebih dari 340 spesies jamur yang
berbeda (Arnold dkk 2000, 2003). Masih diteliti apakah jamur tersebut
merupakan parasit daun atau memberikan manfaat bagi tumbuhan.
Penelitian komunitas bakteri di daerah pedalaman dengan teknik “sampling”
baru mengungkapkan keanekaragamn spesies yang tak terduga sebelumnya.
Sebagai contoh, di dasar laut dalam mempunyai komunitas unik bakteri dan
hewan-hewan yang berkembang di sekitar celah geotermal dan sedimen laut.
Proyek-proyek pengeboran menunjukan bahwa terdapat komunitas bakteri
yang beragam, ditemukan pada kedalaman 2,8 km dari kulit bumi dengan
kepadatan berkisar antara 100-100.000.000 bakteri per gram batuan padat
(Fredickson dan Onstott 1996). Komunitas bakteri ini sedang diteliti sebagai
sumber kimia baru, serta potensi manfaatnya untuk menguraikan kimia
beracun dan untuk mendeteksi kehidupan di planet lain.
Ketiadaan koleksi menghambat pengetahuan kita mengenai jumlah spesies yang
di temukan di lingkungan laut (Grassela 2001), yang tampaknya menjadi benteng besar
keanekaragaman hayati. Tidak diragukan lagi masih banyak spesies biota laut (dan
bahkan mungkin filum dan kingdom baru) yang masih dapat ditemukan. Mengingat
adanya sekitar 20.000 spesies hewan baru dideskripsikan setiap tahun dan mungkin
lebih dari 5 juta lagi belum diidentifikasi, dengan tingkat rata-rata penemuan yang ada
sekarang maka tugas mendeskripsikan spesies dunia belum akan selesai dalam tempo
250 tahun. Hal ini menekankan kebutuhan yang sangat genting untuk melatih lebih
banyak lagi ahli astronomi, serta mendorong para ahli tersebut untuk menggunakan
teknologi molekular mutakhir dan meningkatkan pertukaran informasi melalui situs
internet (web).
Kepunahan dan Ekonomi: Hilangnya sesuatu yang Berharga
Keanekaragaman baik spesies, variasi genetik, maupun komunitas biologi perlu
diteliti, dibuatkan katalog dan dilestarikan. Untuk semua itu, maka suatu generasi baru
ahli biologi konservasi harus dilatih. Museum, universitas, organisasi, institusi dan
lembaga-lembaga lainnya yang mendukung kerja ini harus memberikan prioritas utama
pada upaya menyediakan pelatihan. Perubahan demikian membutuhkan reformasi pola
pikir di bidang politik dan sosial. Pemerintah dan komunitas di seluruh dunia harus
menyadari bahwa keanekaragaman hayati bernilai sangat tinggi bahkan sangat penting
bagi keberadaan manusia. Pada akhirnya, perubahan akan terjadi jika orang percaya
bahwa dengan kerusakan komunitas biologi yang harus terjadi, maka mereka akan
kehilangan sesuatu yang berharga.
Pola-pola kepunahan
Diperkirakan pada masa lampau telah terjadi tidak kurang dari lima kali episode
kepunahan massal (Wilson 1989; Raup 1992; Banton dan Twitchett 2003). Kepunahan
terbesar terjadi pada zaman Permian (250 juta tahun lalu) yang disebabkan oleh letusan
gunung vulkanik serentak dan atau tabrakan dengan asteroid yang menimbulkan
perubahan dramatik pada iklim bumi sehingga banyak spesies mengalami kepunahan.
Diperlukan proses evolusi selama 50 juta tahun untuk mengembalikan jumlah famili
yang hilang selama masa Permian. Kepunahan juga disebabkan oleh satu spesies dapat
mengalahkan spesies lain atau mendorongnya ke arah kepunahan melalui predasi atau
pemangsaan. Spesies yang sukses mungkin berevolusi menjadi spsies lain akibat
perubahan lingkungan atau adanya perubahan acak di dalam gen. Faktor-fator yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu spesies seringkali tidak jelas . Seperti
halnya spesiasi, kepunahan adalah bagian dari siklus alami.
Pada periode geologi yang lalu, hilangnya spesies diseimbangkan atau dilampaui
oleh evolusi dan pembentukan spesies baru. Namun, saat ini tingkat kepunahan
mencapai 100 hingga 1.000 kali dari tingkat kepunahan dimasa lalu. Episode kepunahan
saat ini, yang kadang disebut kepunahan keenam, disebabkan oleh aktivitas manusia
(Leakey dan Lewin 1996, Lovei 2001).
Ilmu ekonomi ekologi
Faktor-faktor apa yang menyebabkan manusia melakukan tindakan yang tidak
berkesinambungan serta merusak alam? Biasanya, degradasi lingkungan dan hilangnya
spesies terjadi sebagai akibat kegiatan perekonomian manusia. Spesies diburu hingga
punah, limbah dibuang ke sungai. Lahan-lahan kosong digunakan untuk perkebunan
jangka pendek.
Eksternalitas yang paling sering diabaikan adalah kegiatan perekonomian yang pada
akhirnya merusak lingkungan, misalnya membuang limbah industri ke sungai. Kegiatan
ini mengakibatkan penurunan kualitas air minum, berkurangnya ikan yang aman untuk
dimakan, dan hilangnya banyak spesies, karena tak dapat bertahan hidup dalam sungai
yang terpolusi. Kegagalan pasar terjadi ketika sumber daya salah dialokasikan, hal ini
memungkinkan beberapa individu atau pelaku bisnis mendapat untung dengan
merugikan masyarakat.
Kegagalan pasar juga sering terjadi ketika tata guna lahan diubah terus-menerus. Lahan
yang belum dikelola diubah menjadi lahan pertanian, perumahan, dan tempat industri.
Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan kekayaan, dan seringkali meningkatkan nilai
lahan hingga 200-2.500 kali (Hulse dan Ribe 2000). Pemahaman terhadap prinsip
ketidakseimbangan ini merupakan panduan penting untuk memahami kegagalan pasar.
Biaya ekonomi yang tersebar luas, digabungkan dengan pemusatan keuntungan bagi
kelompok tertentu, menciptakan kesenjangan antara bidang-bidang ekonomi dan
ekologi.
Kegagalan pasar melalui perubahan tata guna lahan terjadi di kota-kota besar di
Indonesia termasuk di pesisir tempat semula ditumbuhi bakau dan komunitas pes
caprae yang penting. Contohnya termasuk pengubahan lahan di sekeliling Cagar Alam
Muara Angke (Jakarta) dan di pesisir Wonorejo (Surabaya) menjadi pemukiman.
Pengurukan laut berterumbu karang di pesisir pantai Manado demi pembangunan sarana
pusat perbelanjaan merupakan contoh lainnya.
Agar semua biaya transaksi ekonomi dapat diperhitungkan dengan benar, termasuk
biaya-biaya lingkungan, suatu disiplin ilmu sedang dikembangkan, yaitu ekonomi
ekologi. Disiplin ini memadukan ilmu-ilmu ekonomi, ilmu lingkungan, ekologi dan
kebijakan public, termasuk penilaian atas keanekaragaman hayati dalam analisa
ekonomi (Daily 1997; Dasgupta 2001).
Sumber daya milik bersama
Bayak sumber daya seperti udara bersih, air bersih, kualitas tanah, spesies langka, dan
bahkan keindahan pemandangan, dianggap sebagai sumber daya kolektif dan terbuka
bagi siapapun. Sumber daya ini seringkali tidak dihargai dengan nilai keuangan
sebagaimana seharusnya. Masyarakat, industry, dan pemerintah memanfaatkan dan
menghabiskan sumber daya ini, sementara upaya untuk membayar biaya lingkungan
ditekan seminim mungkin yang menimbulkan kegagalan pasar, dan dikenal sebagai
tragedy of the commons, atau tragedi kepemilikan bersama (Hardin 1985). Di sini
perlu diterapkan sistem “akuntansi hijau” yang lebih komprehensif (misalnya akuntansi
sumber daya alam). Dengan menggunakan metode akuntansi tersebut, pilihan untuk
melestarikan manfaat sumber daya alam seringkali menjadi lebih bernilai dibandingkan
keuntungan jangka pendek yang diperoleh melalui eksploitasi sumber daya.
Tinjauan lingkungan itu merupakan praktik umum di negara-negara maju dan sudah
mulai banyak dilaksanakan di negara-negara berkembang. Sebelum suatu proyek dapat
didanai dan dimulai, lembaga-lembaga dana Internasional dapat meminta diadakan
suatu tinjauan, agar proyek tersebut dapat dievaluasi terlebih dahulu. Analisis dampak
lingkunga juga seringkali memasukkan analisis biaya manfaat. Analisis ini
membandingkan antara nilai yang diperoleh dengan biaya proyek atau penggunaan
sumber daya (Perrings 1995).
Secara teoritik, tujuan dari analisis itu sederhana : jika analisis biaya manfaat
menunjukkan bahwa proyek akan menguntungkan, maka proyek dapat dilanjutkan,
namun akan dihentikan jika tidak menguntungkan. Kini kecenderungan yang meningkat
pada pemerintah, kelompok konservasi, dan ahli ekonomi untuk mengaplikasikan
prinsip pencegahan; yaitu seringkali lebih baik tidak menyetujui proyek yang
mempunyai resiko yang tinggi terhadap lingkungan.
Pemerintah seringkali mensubsidi industri-industri merusak lingkungan melalui
pembebasan pajak, bantuan pembayaran langsung atau dukungan harga, bahan bakar
fosil yang murah, air gratis, dan jaringan jalan. Hal-hal tersebut kadang disebut dengan
subsidi tak sehat. Subsidi pemerintah ini untuk memajukan industri tertentu, seperti
pertanian, perikanan, dan produksi energi. Jumlah subsidi ini dapat mencapai US$ 1,4
triliun per tahun. Akibatnya, banyak aktivitas ekonomi yang sekilas tampak
menguntungkan, namun dalam kenyataannya merugikan (Myers dan Kent 2001). Tanpa
subsidi ini, berbagai aktivitas yang merusak lingkungan akan dapat dikendalikan.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk memasukkan hilangnya sumber daya alam ke
dalam kalkulasi-kalkulasi produk domestik bruto (PDB) serta indeks produktivitas
nasional lainnya (Repetto 1992). Saat ini, PDB mengukur aktivitas ekonomi dalam
suatu negara, tanpa menghitung seluruh biaya dari aktivitas yang tidak berkelanjutan.
Akibatnya, PDB tampak relatif tinggi, padahal aktivitas-aktivitas tersebut dalam jangka
panjang dapat merusak kehidupan ekonomi suatu negara. Nilai kerusakan hutan pada
tahun 1980-an jauh melampaui pendapatan yang diperoleh dari hasil hutan. Akibatnya,
sektor kehutanan telah mengurangi kekayaan negara. Berdasarkan perhitungan tersebut,
erosi tanah menjadi beban ekonomi hingga US$ 44 miliar setiap tahun (Pimentel dkk
1995).
Dalam metode penghitungan nilai ekonomi dapat dilakukan dalam tiga tingkatan, yaitu
: nilai pasar (atau nilai panen) dari sumberdaya, nilai sumberdaya yang tidak dipanen di
lingkungan alaminya, dan nilai sumberdaya dimasa mendatang (Kareiva dan Levin
2003). Suatu kerangka kerja yang bermanfaat telah dikembangkan oleh McNeely dkk
(1990) dan Barbier dkk (1994). Mereka memperhitungkan bahwa keanekaragaman
hayati dapat dinilai berdasar nilai manfaat langsung dan nilai manfaat tidak
langsung. Nilai langsung diterapkan untuk menghitung produk yang dipanen, misalnya
kayu dan makanan laut. Nilai manfaat tidak langsung (dalam ilmu ekonomi, barangbarang publik) dari keanekaragaman hayati, biasanya diperhitungkan hanya bagi yang
tidak dipanen langsung dan pemanfaatannya tidak merusak sumber daya (misalnya
kualitas air, perlindungan tanah, rekreasi, dan pendidikan). Nilai kehidupan (nilai
eksistensi) merupakan jenis nilai lainnya yang dapat digunakan untuk menilai
keanekaragaman hayati. Nilai eksistensi juga dapat diberikan pada komunitas biologi
atau pada ekosistem yang luas seperti hutan tropika humida, terumbu karang dan
pemandangan yang indah.
Nilai-nilai Ekonomi Langsung
Nilai manfaat langsung (juga dikenal sebagai nilai komoditas) seringkali
dikalkulasikan dengan mengobservasi kegiatan dari suatu kelompok yang dianggap
mewakili. Nilai langsung itu kemudian dibedakan lagi atas nilai kegunaan konsumtif,
untuk barang yang dipergunakan secara lokal, dan nilai kegunaan produktif, untuk
barang yang dijual di pasar.
Nilai kegunaan konsumtif
Nilai kegunaan konsumtif diberikan untuk barang-barang yang dikonsumsi secara lokal
dan tidak ditemukan di pasar nasional atau internasional, misalnya kayu bakar dan hasil
buruan. Orang-orang yang hidup disekitar hutan seringkali mengambil hasil hutan untuk
keperluan sehari-hari.
Hasil hutan
Hasil hutan adalah segala macam material yang didapatkan dari hutan untuk
penggunaan komersial seperti kayu potong, kertas, dan pakan hewan ternak. Kayu
adalah hasil hutan komersial yang paling dominan, digunakan di berbagai industri
seperti bahan bangunan dan sebagai bahan baku kertas dalam bentuk pulp kayu.
Sedangkan hasil hutan non-kayu yang merupakan hasil hutan yang didapatkan tanpa
menebang pohon, sangat beragam jenisnya.
Banyak kebijakan manajemen hutan diimplementasikan yang berdampak pada
ekonomi hasil hutan, termasuk pembatasan akses hutan, bea penebangan hutan, dan
kuota penebangan. Deforestasi, pemanasan global, dan masalah lingkungan lainnya
menjadi alasan pentingnya penerapan kebijakan manajemen hutan, karena semua itu
juga mengganggu ketersediaan dan keberlanjutan hasil hutan pada masa depan. Ide
kehutanan berkelanjutan yang bertujuan menjaga hasil hutan tanpa menyebabkan
kerusakan ekosistem yang tidak dapat diperbaiki telah mengubah hubungan antara
aktivis lingkungan dan industri hasil hutan.
Nilai ekonomi tidak langsung
Nilai ekonomi tidak langsung pada umumnya di terapkan pada aspek aspek
keanekaragaman hayati yang memberi manfaat ekonomi pada saat ini, maupun masa
mendatang, tanpa harus memandang atau merusak sumber dayanya manfaat ini tidak
dalam bentuk barang atau jasa dalam pengertian ekonomi sehingga tidak tercatat dalam
statistik ekonomi nasional seperti PDB. Jika ekosistem alami tidak tersedia untuk
memberi manfaat ini makan sumber sumber pengganti harus di temukan yang sering
kali memerlukan biaya besar.
Nilai kegunaan produktif
Nilai kegunaan produktif di berikan kepada produk produk yang di ambil dari
alam dan dijual ke pasarn komersial, baik pada tingkat nasional maupun internasional.
Produk ini biasa nya di nilai dengan metode ekonomi standar sebagai alternatif, nilai ini
juga dapat di hitung berdasarkan harga akhir produk di tingkat eceran.
Hasil bukan kayu termasuk hewan buruan buah buahan karet dan getah rotan
dan tanaman obat juga memiliki nilai kegunaan produktif yang besar produk bukan
kayu ini yang secara salah disebut hasil hutan minor kenyataan nya memiliki nilai
ekonomi tinggi dan bahan dapat menandingi nilai kayu. Memang benar dengan
menebang dan menjual kayu dapat di peroleh keuntungan tersebesar dalam 1 tahun saja
tetapi setelah di tebang tidak akan di hasilkan kayu lagi untuk beberapa dekade
berikutnya.
Apotik alamiah
Untuk membuat orang tetap sehat di perlukan obat obatan yang efektif obat
obatan merupakan industri yang luar biasa besar, dengan penjualan di seluruh dunia
mencapai US$ 300 miliar pertahun(Matteo Dkk. 2001). Lingkungan alami merupakan
sumber penting bahan obat obataan dimasa kini dan mendatang. 25% obat resep dokter
di amerika serikat mengandung bahan aktif yang berasal dari tumbuhan dan kebanyakan
antibiotik penting antara lain penisilin dan tetasiklin berasal dari jamur dan
mikroorganisme lain nya(Dobson 1992,1998). Meskipun sebagian obat obatan yang di
produksi sekarang ini berasal dari bahan kimia(sintetik) tetapi bahan kimia itu pertama
kali digunakan pada spesies liar yang digunakan untuk obat obatan tradisional(CAX
2001). Hewan berbisa seperti ular,lebah,keong merupakan sumber yang kaya dengan
bahan kimia dengan nilai medis dan aplikasi biologi(Chartel 1966) lingkungan yang
alami secara aktif sedang di cari demi generasi obat obatan dan produk industri
berikutnya.
Pengaturan Iklim. Komunitas tumbuhan sangat penting dalam mengatur
kondisi iklim lokal, regional, bahkan global (Couzin, 1999). Pada tingkat regional, uap
air yang dilepas ke atmosfer melalui proses transpirasi oleh tumbuhan. Di tingkat
global, hilangnya vegetasi dari berbagai daerah di dunia dengan hutan yang luas seperti
lembah Amazon dan Afrika Barat dapat mengurangi rata-rata tahunan curah hujan dan
bahkan mengubah pola cuaca pada umumnya. Akibatnya, terjadi pemingkatan kadar
karbon dioksida yang membawa pemanasan global (IPPC 2001).
Hubungan antaspesies. Bagi berbagai spesies yang dimanfaatkan manusia
untuk nilai kegunaan produktifnya, kelangsungan hidup mereka bergantung pada
spesies liar lainnya. Salah satu hubungan paling ekonomis di dalam komunitas biologi
adalah antara banyak pepohonan di hutan dan tanaman pangan dengan organisme tanah,
khususnya jamur. Pertumbuhan yang lambat dan kematian pepohonan pada beberapa
tempat di Afrika Utara dan Eropa sebagian disebabkan oleh efek mematikan hujan asam
dan polusi udara terhadap jamur tanah yang memasok air dan mineral untuk tumbuahan
(Moore dkk. 2001).
Pemantauan lingkungan. Spesies yang sensitif terhadap racun kimia berjasa
sebagai indikator peringatan dini untuk memantau kesehatan lingkungan. Spesies
indikator terbaik yang telah diketahui adalah lumut kerak batu (lichen), yang menyerap
sejumlah besar kimia dari air hujan dan polusi udara. Biota perairan seperti moluska
juga efektif untuk memantau polusi karena ia memproses air dalam volume banyak dan
menyimpan bahan kimia beracun seperti logam, PCB (timbal), dan pestisida di dalam
jaringan tubuhnya (Persson dkk. 2000).
Rekreasi dan ekowisata. Ekosistem memberikan banyak jasa rekreasi bagi
manusia. Di Amerika Serikat, terdapat 350 juta orang yang mengunjungi taman
nasional, suaka margasatwa, dan kawasan dilindungi lainnya. Ekowisata atau
ekoturisme merupakan suatu kategori rekreasi yang melibatkan sejumlah orang untuk
mengunjungi suatu tempat dan membelanjakan seluruh atau sebagian uangnya demi
memperoleh penhgalaman berinteraksi dengan komunitas biologi yang luar biasa
(misalnya, savana Afrika, savan Baluran dan Alas Purwo-Jawa Timur, Kepulauan
Galapagos, dan terumbu karang Wakatobi-Sulawesi Tenggara). Ekowisata meningkat
pesat di banyak negara berkembang karena orang ingin menyaksikan dan merasakan
sendiri keanekaragaman tropika. Dalam proyek pembangunan konsevasi terpadu
(ICDP) yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya, ekowisata memungkinkan penduduk
lokal mengembangkan berbagai sumber pendapatan termasuk akomodasi setempat,
keahlian sebagai pemandu, serta kerajinan tangan. Terdapat suatu resiko yang dapat
munccul dari industri ekowisata. Selain, itu para wisatawan melalui berbagai kehadiran,
kemkamuran, dan permintaan mereka, dapat mempengaruhi budaya tradisional
masyarakat daerah wisata.
Nilai pendidikan dan ilmiah. Berbagai buku, artikel majalah, program televisi,
dan film-film bertemakan alam telah dihasilkan untuk pendidikan dan hiburan. Seluruh
bahan tersebut bernilai ekonomi. Nilai program pendidikan ini menggambarkan nilai
kegunaan nonkonsumtif dari keanekaragaman hayati, dimana alam menjadi sumber dari
materi-materi itu. Dengan demikian, sumbangsih terbesar dari suatu stasiun ilmiah
adalah menambah pengetahuan manusia, pendidikan, dan memperkaya serta menyerap
pengalaman penduduk setempat.
Nilai pilihan adalah potensi keanekaragaman hayati untuk memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat pada suatu saat di masa depan. Metoda pemecahan suatu
permasalahan lingkungan dan keanekaragaman hayati mungkin hanya dapat ditemukan
pada beberapa spesies atau komunitas biologi yang belum disentuh sebelumnya.
Melalui program-program seperti ini telah dimunculkan insentif finansial bagi berbagai
negara untuk melindungi sumberdaya alamnya, serta melindungi pengetahuan
keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh penduduk asli setempat. Sudah sepantasnya
bila berbagai negara saat ini mulai menuntut pembagian atas kegiatan komersial yang
dihasilkan dari keanekaragaman hayati yang ada di wilayah masing-masing, baik negara
maju maupun berkembang. Penduduk lokal di negara berkembang, yang tau bagaimana
memanfaatkan spesies, yang melindungi mereka, dan yang sering menunjukannya
kepada ilmuwan, juga harus mendapatkan bagian keuntungan dari pemanfaatan spesies
tersebut.
Meskipun kebanyakan spesies belum memberikan manfaat langsung, dan bekum
bernilai ekonomi, sebagian kecil dari spesies ternyata mempunyai potensi besar.
Beberapa di antara segelintir spesies tersebut dapat memberikan manfaat sangat penting,
baik dalam tindakan medis, mendukung industri baru, atau untuk mencegah hancurnya
tanaman pertanian utama. Jika ada satu dari spesies-spesies tersebut punah sebelum
ditemukan khasiatnya, maka akan terjadi sebuah kerugian yang sangat besar bagi
ekonomi global, meskipun kebanyakan spesies-spesies dunia telah sempat dikonservasi.
Hilangnya komponen-komponen variasi genetic, spesies, dan komunitas biologi,
ibarat merobek bumi yang dapat berfungsi secara efektif.
Nilai Eksistensi
Banyak orang di dunia peduli dengan makhluk hidup liar dan tumbuh-tumbuhan,
dan ingin melindungi mereka. Keprihatinan ini seringkali terkait dengan keinginan
untuk mengujungi komunitas biologi atau melihat spesies unik di alam bebas. Dapat
juga terjadi sebaliknya, ketika sebagian pendukung pelestarian alam tersebut tidak
terlalu berharap, tidak terlalu memerlukan, atau bahkan tidak terlalu ingin melihat
langsung elemen-elemen keanekaragaman hayati. Dalam kedua hal itu, mereka
mengakui dan menghargai suatu nilai eksistensi di alam bebas, artinya, terdapat
sejumlah orang yang bersedia membayar untuk mencegah kepunahan spesies, kerusakan
habitat, dan hilangnya variasi genetic. Spesies tertentu yang disebut “megafauna
karismatik” seperti panda, orangutan gajah, paus, duyung, dan berbagai spesies burung,
mendapat banyak aerhatian dari masyarakat. Kelompok-kelompok khusus telas
dibentuk untuk melindungi dan memperhatikan biota alami termasuk kupu-kupu serta
serangga lainnya dan bunga-bunga liar. Masyarakat menmpatkan nilai atas makhluk
hidup liar dan habitat alami secara lansung. Nilai eksistensi dapat diberikan kepada
komunitas biologi, serti hutan tua didaerah iklim sedang, hutan tropika humida, terumbu
karang, dan padang rumput. Daerah dengan pemandangan indah juga dapat dihargai
dengan nilai eksistensi. Belakangan ini banyak masyarakat dan organisasi
menyumbangjan sejumlah besar dana untuk mempertahnkan keberadaan suatu habitat.
Di Kota Rika, 91% responden dalam suatu survei menyatakan bahwa mereka bersedia
membayar lebih tinggi untuk bea air dan listrik, jika uangnya digunakan untuk
melindungi kualitas lingkungan dan keanekaragaman hayati (Holl dkk. 1995).
Etika Lingkungan
Etika lingkungan merupakan disiplin baru caging filosofi yang cukup intensif,
yang berusaha mengartikulasikan nilai etika dari alam semesta. Jika masyarakat kita
menganut prinsip-prinsip etika lingkungan, maka pelestarian lingkungan dan
pemeliharaan keanekaragamn hayati menjadi prioritas utama. Hal ini dibuktikan dengan
adanya budaya tradisional yang menyatu dengan alam. Dalam budaya tradisional
tersebut bertanggung jawab atas menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam secra
efisien. Hubungan antara etika lingkungan, konservasi serta keadilan social ekonomi
telah digabungkan menjadi Piagam Bumi.
Berdasakan etika lingkungan, maka manusia haruslah memiliki segumpal
kewajiban moril yang melebihi kepentingan diri sendiri, dan semakin menjangkau
masyarakat serta lingkungan yang meluas. Dibawah ini merupakan sebagian
argumentasi yang membahas tentang nilai dari melindungi lingkungan dan
keanekaraganab hayati diantaranya adalah :
Setiap spesies memiliki hak untuk hidup
Semua spesies saling bergantung satu sama lain
Manusia bertanggung jawa sebagai penjaga bumi
Menghargai kehidupan manusia dan memperhatikan kepentungan umat manusia
adalah serasi dengan menghargai keanekaragaman hayati
Alam memiliki nilai spiritual dan estetika yang melebihi asal kehidupan
Pada dasarnya masyarakat mempunyai kewajiban untuk melindungi
keanekaragaman hayai ini. Yang tak kalah penting, kenyamanan manusia terkait dengan
lingkungan yang sehat dan utuh.
Pendekatan filosofis : ekologi medalam
Kegiatan manusia pada saat ini telah banyak merusak keanekaragaman hayati
bumi. Dengan demikian perlu dilakukan perbaikan kwalitas, teknologi, dan struktur
idiologi saat ini. Berdasarkan fisiologi deep ecology, perubahan perlu dilaksanakan
secara pro aktif, termasuk mengikuti kegiatan politik. Lebih lanjut, perlu perwujutan
komitmen untuk melakukan perubahan gaya hidup perorangan. Deep ecology bukan
hanya serangkaian gagasan untuk untuk didiskusikan tetapi rencana yang mumpuni
dalam bidang politik, budaya dan social. Dengan demikian filosofi ini mungkin
merupakan sepadan dengan biologi konservasi.
Ringkasan
Biologi konservasi merupakan suatu sinesa berbagai disiplin ilmiah yang
berhubungan dengan krisis luar biasa dalam keanekaragaman hayati saat ini.
Ilmu ini menggabungkan penelitian dasar dan praktik pelaksanaan untk
mencegah hilangnya keanekaragaman hayati: khususnya kepunahan spesies,
hilangnya variasi genetic, dan kerusakan komunitas biologi.
Keanekaragaman hayati Bumi mencangkup keseluruhan spesies makhluk hidup,
variasi genetic di antaranya individu di satu spesies, komunitas biologi tempat
spesies hidup, dan interaksi tingkat ekosistem dari komunitas dengan lingkungan
fisik dan kimianya.
Spesies kunci tertentu akan menentukan kemampuan spesies lain untuk bertahan
di dalam komutitas. Tanpa spesies kunci ini, banyak spesies lain akan tesingkir
dari komunitasnya.
Keanekaragaman hayati tertinggi terdapat di hutan tropika humida, terumbu
karang, danau tropika, laut dalam dan semak belukardengan iklim Mediterania.
Kebanyakan spesies di dunia belum dideskripsikan dan di beri nama.
Bidang baru ekonomi ekologi telah mengembangkan metode untuk menilai
keanekaragaman hayati. Dalam prosesnya, ekonomi ekologi jua telah member
argumentas untuk melindungi keanekaragaman hayati. Komponen-komponen
keanekaragaman hyati dapat member nilai ekonomi langsung. Dalam nilai-nilai
ekonomi langsung tersebut tercangkup produk yang diambil dari alam, seperti
kayu, kayu bakar, ikan, hewan liar tumbuhan yang dapat dimakan, dan
tumbuhan obat. Nilai ekonomi langsung dapat dibedakan atas nilai kegunaan
konsumtif untuk produk-produk yang dugunakan di tigkat local, dan nilai
kegunaan produktif untuk produk-produk yang diambil dari alam dan dijual di
pasar.
Nilai tidak langsung lazimnya diberikan pada aspek-aspek keanekaragaman
hayati yang member manfaat ekonomi bagi masyarakat, tanpa melibatkan
pemanenan, pengambilan atau pun perusakan sumberdaya alam selama
penggunaan ini. Nilai kegunaan nonkonsumtif mencakup produktivifitas
ekosistem, perlindungan terhadap sumber air dan tanah, interaksi positif anatara
spesies liar dengan tanaman pangan komersial, dan aturan mengenai iklim.
Keanekaragaman hayati juga memberikan nilai rekreasi dan industry
ekoturisme, yang menjadi sumber pendapatan utama dibanyak Negara
berkembang dan daerah pedesaan.
Keanekaragaman hayati mempunyai nilai pilihan. Nilai pilihan ditentukan
berdasarkan potensinya untuk memberikan keuntungan masa depan bagi
manusia, seperti obat-obatan baru, produk-produk industri, dan tanaman pangan.
Etika lingkungan serasi dengan tanaman nilai-nilai tersebut memberikan
justifikasi bagi pelestarian keanekaragaman hayati. Argumentasi moral tersebut
tidak sulit dipahami oleh sebagian besar masyarakat.
Bahan Bacaan
Aguirre, A.A. R.S. Ostfeld, G.M. Tabor, c. House & M.C. Pearls (eds). 2002.
Conservation Medicine: ecological Health in Practice.Oxford University Press,
New York, NY. Hubungan antara kesehatan ekosistem, kesehatan manusia, dan
biologi satwa liar.
Beehler, B. 2006. Foja Mountains, New Guinea. Conservation Frontlines (6) 2:8-11
Chapin III, F.S. Zavaleta V.T. Eviner dkk. 200. Consequences of changing
biodiversity. Nature 405: 234-242. Hilangnya keanekaragaman hayati memiliki
implikasi ekologi dan ekonomi yang luar biasa.
Daily, G.C. & K.E. Ellison. 2002. New Economy of Nature: The Quest to Make
Consevation Profitable. Islan Press, Wasington, D.C. berbagai cara untuk
meningkatkan pendanaan bagi perlindungan keanekaragaman hayati.
Erdman, M.V,. & M.K. Moosa. 1999. A new discovered home for “Old Fourlegs” :
the discovery of an Indonesian population of living Coelacanths.” Jurnal Pesisir
dan Lautan 2 (1): 12-20.
Groombridge, B. & M.D. Jenkins. 2002. World Atlas of Biodiversity: Eart’s Living
Resources in the 21 Century. University of California Press, Berkeley, C.A.
menggambarkan keanekaragaman hayati dunia, dengan banyak peta dan table.
Leopold, A.C. 2004. Living with the land ethic. BioScience. 54: 149-154.
Morell,V. 1999. The variety of life. National Geographic 195 (Feb.): 6-32. Terbitan
khusus mengenai keanekaragaman hayati.
Primack, R.B. 1995. A Primer of Conservation Biology. Sinauer Assocition Inc.
Sunderland. USA
Wenz, P.S. 2001. Enfironinental Ethics Today. Oxford University Press, New, York.
Pengantar yang bagus untuk isu-isu utama dalam etika.
Setiap strategi untuk melestarikan keanekaragaman hayati memerlukan
perkiraan berapa banyak spesies yang ada, dan bagaimana distribusinya. Saat ini sudah
1,5 juta spesies telah dideskripsikan atau dikenali oleh ilmu pengetahuan. Namun
pengetahuan kita tentang jumlah spesies tidak akurat, karena ada sejumlah spesies yang
kurang diperhatikan secara taksonomi seperti laba-laba, nematoda, jamur, dan serangga
yang berukuran kecil dan sulit untuk dipelajari.
Pada tahun 1997, Arnaz dan Mark Erdmann menemukan contoh ikan aneh dan
tak dikenal di pasar kota Manado. Ikan ini ternyata anggota bangsa Coelancanth, ikan
purba yang sangat langka di dunia. Coelancanth hidup pertama kali ditemukan pada
tahun 1938 di pantai selatan Afrika, oleh Maejorie Courtney-Latimer, kemudian oleh
James Leonard Brieley Smith dideskripsikan serta diberi nama ilmiah Latimeira
chalumnae. Latimeira adalah untuk menghormati penemunya dan chalumnae adalah
nama lokasi penemuan (dekat mulut sungai Chalumnae).
Coelacanth merupakan ikan besar (antara 1-2 m panjangnya), dengan sirip-sirip
yang membulat dan sisik-sisik yang khas (cosmoid) yang relatif tipis dan umunya hanya
ditemukan pada ikan-ikan purba yang telah punah. Sirip bagian pinggang (pectoral fins)
dan bagian bawah (anal fin) tumbuh pada tangkai yang berdaging yang ditunjang oleh
tulang belulang. Sirip ekor (tail fin) terbagi atas tiga lembar dan bagian tengah sirip ekor
tersebut merupakan lanjutan notokordia. Coelacanths juga memiliki organ panca indra
sinyal elektrik yang disebut organ roseteral pada bagian muka tengkoraknya. Organ ini
tampaknya berguna untuk mendeteksi pakan dan mangsa mereka seperti cumi, sotong,
dan hiu-hiu kecil. Coelacanth juga memiliki reproduksi tidak lazim pada kelas ikan pada
umumnya yaitu melahirkan.
Contoh luar biasa lainnya adalah penemuan “dunia yang hilang” pada tahun
2005 di Pegunungan Foja Mamberamo, Papua (Beehler 2006). Di tempat ini ditemukan
sejumlah spesies baru dan langka. Termasuk diantaranya adalah satu spesies mamalia
besar yang belum pernah ditemukan di Indonesia ( kangguru pohon dari jenis
Dendrolagus pulcherimus); satu spesies burung baru untuk ilmu pengetahuan (sejenis
“honeyeater”); penemuan lokasi berbiak burung langka Cenderawasih berkawat-enam
Parotia berlepschi; lebih dari 20 spesies katak ; empat spesies kupu-kupu yang baru
untuk ilmu pengetahuan; lima spesies palem baru untuk ilmu pengetahuan; sejumlah
bentuk tumbuhan yang tampaknya belum dikenal; suatu bunga yang mungkin
merupakan Rhododendron terbesar di dunia. Penemuan ini terselenggara berkat kerja
sama meluas, termasuk berbagai peneliti dari Conservation International bersama Pusat
Penelitian Biologi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Universitas Cenderawasih,
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Irian Jaya 1, YALI, Dewan Adat Mamberamo
Raya dan masyarakat Kwerba serta masyarakat Papasena.
Selain spesies baru, masih dapat ditemukan pula berbagai komunitas biologi yang
belum dikenal sebelumnya, yang sering kali terletak di pedalaman dan sult dicapai.
Komunitas ini kadang terdiri dari spesies yang kasat mata seperti bakteri, protista, dan
avertebrata kecil yang selama ini luput dari dari perhatian ahli taksonomi. Teknik-teknik
eksplorasi khusus telah digunakan dalam penemuan ini, khususnya di laut dalam dan di
kanopi hutan. Beberapa komunitas yang belum lama ditemukan tersebut antara lain :
Komunitas hewan beragam, khusunya serangga yang beradaptasiuntuk hidup
di kanopi pohon tropika dan jarang atau hampir tak pernah turun ke tanah
(Lowman 1999). Penggunakan perlatan teknik memanjat menara dan
jembatan kanopi dan mesin crane (pengungkit) yang tinggi membuat habitat
kini terbuka untuk dijelajahi.
Penelitian terbaru mengenai kesehatan daun pohon tropika telah
mengungkapkan kekayaan yang luar biasa dari kelompok jamur yang hidup di
dalam daun. Dari contoh 83 daun, terdapat lebih dari 340 spesies jamur yang
berbeda (Arnold dkk 2000, 2003). Masih diteliti apakah jamur tersebut
merupakan parasit daun atau memberikan manfaat bagi tumbuhan.
Penelitian komunitas bakteri di daerah pedalaman dengan teknik “sampling”
baru mengungkapkan keanekaragamn spesies yang tak terduga sebelumnya.
Sebagai contoh, di dasar laut dalam mempunyai komunitas unik bakteri dan
hewan-hewan yang berkembang di sekitar celah geotermal dan sedimen laut.
Proyek-proyek pengeboran menunjukan bahwa terdapat komunitas bakteri
yang beragam, ditemukan pada kedalaman 2,8 km dari kulit bumi dengan
kepadatan berkisar antara 100-100.000.000 bakteri per gram batuan padat
(Fredickson dan Onstott 1996). Komunitas bakteri ini sedang diteliti sebagai
sumber kimia baru, serta potensi manfaatnya untuk menguraikan kimia
beracun dan untuk mendeteksi kehidupan di planet lain.
Ketiadaan koleksi menghambat pengetahuan kita mengenai jumlah spesies yang
di temukan di lingkungan laut (Grassela 2001), yang tampaknya menjadi benteng besar
keanekaragaman hayati. Tidak diragukan lagi masih banyak spesies biota laut (dan
bahkan mungkin filum dan kingdom baru) yang masih dapat ditemukan. Mengingat
adanya sekitar 20.000 spesies hewan baru dideskripsikan setiap tahun dan mungkin
lebih dari 5 juta lagi belum diidentifikasi, dengan tingkat rata-rata penemuan yang ada
sekarang maka tugas mendeskripsikan spesies dunia belum akan selesai dalam tempo
250 tahun. Hal ini menekankan kebutuhan yang sangat genting untuk melatih lebih
banyak lagi ahli astronomi, serta mendorong para ahli tersebut untuk menggunakan
teknologi molekular mutakhir dan meningkatkan pertukaran informasi melalui situs
internet (web).
Kepunahan dan Ekonomi: Hilangnya sesuatu yang Berharga
Keanekaragaman baik spesies, variasi genetik, maupun komunitas biologi perlu
diteliti, dibuatkan katalog dan dilestarikan. Untuk semua itu, maka suatu generasi baru
ahli biologi konservasi harus dilatih. Museum, universitas, organisasi, institusi dan
lembaga-lembaga lainnya yang mendukung kerja ini harus memberikan prioritas utama
pada upaya menyediakan pelatihan. Perubahan demikian membutuhkan reformasi pola
pikir di bidang politik dan sosial. Pemerintah dan komunitas di seluruh dunia harus
menyadari bahwa keanekaragaman hayati bernilai sangat tinggi bahkan sangat penting
bagi keberadaan manusia. Pada akhirnya, perubahan akan terjadi jika orang percaya
bahwa dengan kerusakan komunitas biologi yang harus terjadi, maka mereka akan
kehilangan sesuatu yang berharga.
Pola-pola kepunahan
Diperkirakan pada masa lampau telah terjadi tidak kurang dari lima kali episode
kepunahan massal (Wilson 1989; Raup 1992; Banton dan Twitchett 2003). Kepunahan
terbesar terjadi pada zaman Permian (250 juta tahun lalu) yang disebabkan oleh letusan
gunung vulkanik serentak dan atau tabrakan dengan asteroid yang menimbulkan
perubahan dramatik pada iklim bumi sehingga banyak spesies mengalami kepunahan.
Diperlukan proses evolusi selama 50 juta tahun untuk mengembalikan jumlah famili
yang hilang selama masa Permian. Kepunahan juga disebabkan oleh satu spesies dapat
mengalahkan spesies lain atau mendorongnya ke arah kepunahan melalui predasi atau
pemangsaan. Spesies yang sukses mungkin berevolusi menjadi spsies lain akibat
perubahan lingkungan atau adanya perubahan acak di dalam gen. Faktor-fator yang
menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu spesies seringkali tidak jelas . Seperti
halnya spesiasi, kepunahan adalah bagian dari siklus alami.
Pada periode geologi yang lalu, hilangnya spesies diseimbangkan atau dilampaui
oleh evolusi dan pembentukan spesies baru. Namun, saat ini tingkat kepunahan
mencapai 100 hingga 1.000 kali dari tingkat kepunahan dimasa lalu. Episode kepunahan
saat ini, yang kadang disebut kepunahan keenam, disebabkan oleh aktivitas manusia
(Leakey dan Lewin 1996, Lovei 2001).
Ilmu ekonomi ekologi
Faktor-faktor apa yang menyebabkan manusia melakukan tindakan yang tidak
berkesinambungan serta merusak alam? Biasanya, degradasi lingkungan dan hilangnya
spesies terjadi sebagai akibat kegiatan perekonomian manusia. Spesies diburu hingga
punah, limbah dibuang ke sungai. Lahan-lahan kosong digunakan untuk perkebunan
jangka pendek.
Eksternalitas yang paling sering diabaikan adalah kegiatan perekonomian yang pada
akhirnya merusak lingkungan, misalnya membuang limbah industri ke sungai. Kegiatan
ini mengakibatkan penurunan kualitas air minum, berkurangnya ikan yang aman untuk
dimakan, dan hilangnya banyak spesies, karena tak dapat bertahan hidup dalam sungai
yang terpolusi. Kegagalan pasar terjadi ketika sumber daya salah dialokasikan, hal ini
memungkinkan beberapa individu atau pelaku bisnis mendapat untung dengan
merugikan masyarakat.
Kegagalan pasar juga sering terjadi ketika tata guna lahan diubah terus-menerus. Lahan
yang belum dikelola diubah menjadi lahan pertanian, perumahan, dan tempat industri.
Kegiatan-kegiatan tersebut memberikan kekayaan, dan seringkali meningkatkan nilai
lahan hingga 200-2.500 kali (Hulse dan Ribe 2000). Pemahaman terhadap prinsip
ketidakseimbangan ini merupakan panduan penting untuk memahami kegagalan pasar.
Biaya ekonomi yang tersebar luas, digabungkan dengan pemusatan keuntungan bagi
kelompok tertentu, menciptakan kesenjangan antara bidang-bidang ekonomi dan
ekologi.
Kegagalan pasar melalui perubahan tata guna lahan terjadi di kota-kota besar di
Indonesia termasuk di pesisir tempat semula ditumbuhi bakau dan komunitas pes
caprae yang penting. Contohnya termasuk pengubahan lahan di sekeliling Cagar Alam
Muara Angke (Jakarta) dan di pesisir Wonorejo (Surabaya) menjadi pemukiman.
Pengurukan laut berterumbu karang di pesisir pantai Manado demi pembangunan sarana
pusat perbelanjaan merupakan contoh lainnya.
Agar semua biaya transaksi ekonomi dapat diperhitungkan dengan benar, termasuk
biaya-biaya lingkungan, suatu disiplin ilmu sedang dikembangkan, yaitu ekonomi
ekologi. Disiplin ini memadukan ilmu-ilmu ekonomi, ilmu lingkungan, ekologi dan
kebijakan public, termasuk penilaian atas keanekaragaman hayati dalam analisa
ekonomi (Daily 1997; Dasgupta 2001).
Sumber daya milik bersama
Bayak sumber daya seperti udara bersih, air bersih, kualitas tanah, spesies langka, dan
bahkan keindahan pemandangan, dianggap sebagai sumber daya kolektif dan terbuka
bagi siapapun. Sumber daya ini seringkali tidak dihargai dengan nilai keuangan
sebagaimana seharusnya. Masyarakat, industry, dan pemerintah memanfaatkan dan
menghabiskan sumber daya ini, sementara upaya untuk membayar biaya lingkungan
ditekan seminim mungkin yang menimbulkan kegagalan pasar, dan dikenal sebagai
tragedy of the commons, atau tragedi kepemilikan bersama (Hardin 1985). Di sini
perlu diterapkan sistem “akuntansi hijau” yang lebih komprehensif (misalnya akuntansi
sumber daya alam). Dengan menggunakan metode akuntansi tersebut, pilihan untuk
melestarikan manfaat sumber daya alam seringkali menjadi lebih bernilai dibandingkan
keuntungan jangka pendek yang diperoleh melalui eksploitasi sumber daya.
Tinjauan lingkungan itu merupakan praktik umum di negara-negara maju dan sudah
mulai banyak dilaksanakan di negara-negara berkembang. Sebelum suatu proyek dapat
didanai dan dimulai, lembaga-lembaga dana Internasional dapat meminta diadakan
suatu tinjauan, agar proyek tersebut dapat dievaluasi terlebih dahulu. Analisis dampak
lingkunga juga seringkali memasukkan analisis biaya manfaat. Analisis ini
membandingkan antara nilai yang diperoleh dengan biaya proyek atau penggunaan
sumber daya (Perrings 1995).
Secara teoritik, tujuan dari analisis itu sederhana : jika analisis biaya manfaat
menunjukkan bahwa proyek akan menguntungkan, maka proyek dapat dilanjutkan,
namun akan dihentikan jika tidak menguntungkan. Kini kecenderungan yang meningkat
pada pemerintah, kelompok konservasi, dan ahli ekonomi untuk mengaplikasikan
prinsip pencegahan; yaitu seringkali lebih baik tidak menyetujui proyek yang
mempunyai resiko yang tinggi terhadap lingkungan.
Pemerintah seringkali mensubsidi industri-industri merusak lingkungan melalui
pembebasan pajak, bantuan pembayaran langsung atau dukungan harga, bahan bakar
fosil yang murah, air gratis, dan jaringan jalan. Hal-hal tersebut kadang disebut dengan
subsidi tak sehat. Subsidi pemerintah ini untuk memajukan industri tertentu, seperti
pertanian, perikanan, dan produksi energi. Jumlah subsidi ini dapat mencapai US$ 1,4
triliun per tahun. Akibatnya, banyak aktivitas ekonomi yang sekilas tampak
menguntungkan, namun dalam kenyataannya merugikan (Myers dan Kent 2001). Tanpa
subsidi ini, berbagai aktivitas yang merusak lingkungan akan dapat dikendalikan.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk memasukkan hilangnya sumber daya alam ke
dalam kalkulasi-kalkulasi produk domestik bruto (PDB) serta indeks produktivitas
nasional lainnya (Repetto 1992). Saat ini, PDB mengukur aktivitas ekonomi dalam
suatu negara, tanpa menghitung seluruh biaya dari aktivitas yang tidak berkelanjutan.
Akibatnya, PDB tampak relatif tinggi, padahal aktivitas-aktivitas tersebut dalam jangka
panjang dapat merusak kehidupan ekonomi suatu negara. Nilai kerusakan hutan pada
tahun 1980-an jauh melampaui pendapatan yang diperoleh dari hasil hutan. Akibatnya,
sektor kehutanan telah mengurangi kekayaan negara. Berdasarkan perhitungan tersebut,
erosi tanah menjadi beban ekonomi hingga US$ 44 miliar setiap tahun (Pimentel dkk
1995).
Dalam metode penghitungan nilai ekonomi dapat dilakukan dalam tiga tingkatan, yaitu
: nilai pasar (atau nilai panen) dari sumberdaya, nilai sumberdaya yang tidak dipanen di
lingkungan alaminya, dan nilai sumberdaya dimasa mendatang (Kareiva dan Levin
2003). Suatu kerangka kerja yang bermanfaat telah dikembangkan oleh McNeely dkk
(1990) dan Barbier dkk (1994). Mereka memperhitungkan bahwa keanekaragaman
hayati dapat dinilai berdasar nilai manfaat langsung dan nilai manfaat tidak
langsung. Nilai langsung diterapkan untuk menghitung produk yang dipanen, misalnya
kayu dan makanan laut. Nilai manfaat tidak langsung (dalam ilmu ekonomi, barangbarang publik) dari keanekaragaman hayati, biasanya diperhitungkan hanya bagi yang
tidak dipanen langsung dan pemanfaatannya tidak merusak sumber daya (misalnya
kualitas air, perlindungan tanah, rekreasi, dan pendidikan). Nilai kehidupan (nilai
eksistensi) merupakan jenis nilai lainnya yang dapat digunakan untuk menilai
keanekaragaman hayati. Nilai eksistensi juga dapat diberikan pada komunitas biologi
atau pada ekosistem yang luas seperti hutan tropika humida, terumbu karang dan
pemandangan yang indah.
Nilai-nilai Ekonomi Langsung
Nilai manfaat langsung (juga dikenal sebagai nilai komoditas) seringkali
dikalkulasikan dengan mengobservasi kegiatan dari suatu kelompok yang dianggap
mewakili. Nilai langsung itu kemudian dibedakan lagi atas nilai kegunaan konsumtif,
untuk barang yang dipergunakan secara lokal, dan nilai kegunaan produktif, untuk
barang yang dijual di pasar.
Nilai kegunaan konsumtif
Nilai kegunaan konsumtif diberikan untuk barang-barang yang dikonsumsi secara lokal
dan tidak ditemukan di pasar nasional atau internasional, misalnya kayu bakar dan hasil
buruan. Orang-orang yang hidup disekitar hutan seringkali mengambil hasil hutan untuk
keperluan sehari-hari.
Hasil hutan
Hasil hutan adalah segala macam material yang didapatkan dari hutan untuk
penggunaan komersial seperti kayu potong, kertas, dan pakan hewan ternak. Kayu
adalah hasil hutan komersial yang paling dominan, digunakan di berbagai industri
seperti bahan bangunan dan sebagai bahan baku kertas dalam bentuk pulp kayu.
Sedangkan hasil hutan non-kayu yang merupakan hasil hutan yang didapatkan tanpa
menebang pohon, sangat beragam jenisnya.
Banyak kebijakan manajemen hutan diimplementasikan yang berdampak pada
ekonomi hasil hutan, termasuk pembatasan akses hutan, bea penebangan hutan, dan
kuota penebangan. Deforestasi, pemanasan global, dan masalah lingkungan lainnya
menjadi alasan pentingnya penerapan kebijakan manajemen hutan, karena semua itu
juga mengganggu ketersediaan dan keberlanjutan hasil hutan pada masa depan. Ide
kehutanan berkelanjutan yang bertujuan menjaga hasil hutan tanpa menyebabkan
kerusakan ekosistem yang tidak dapat diperbaiki telah mengubah hubungan antara
aktivis lingkungan dan industri hasil hutan.
Nilai ekonomi tidak langsung
Nilai ekonomi tidak langsung pada umumnya di terapkan pada aspek aspek
keanekaragaman hayati yang memberi manfaat ekonomi pada saat ini, maupun masa
mendatang, tanpa harus memandang atau merusak sumber dayanya manfaat ini tidak
dalam bentuk barang atau jasa dalam pengertian ekonomi sehingga tidak tercatat dalam
statistik ekonomi nasional seperti PDB. Jika ekosistem alami tidak tersedia untuk
memberi manfaat ini makan sumber sumber pengganti harus di temukan yang sering
kali memerlukan biaya besar.
Nilai kegunaan produktif
Nilai kegunaan produktif di berikan kepada produk produk yang di ambil dari
alam dan dijual ke pasarn komersial, baik pada tingkat nasional maupun internasional.
Produk ini biasa nya di nilai dengan metode ekonomi standar sebagai alternatif, nilai ini
juga dapat di hitung berdasarkan harga akhir produk di tingkat eceran.
Hasil bukan kayu termasuk hewan buruan buah buahan karet dan getah rotan
dan tanaman obat juga memiliki nilai kegunaan produktif yang besar produk bukan
kayu ini yang secara salah disebut hasil hutan minor kenyataan nya memiliki nilai
ekonomi tinggi dan bahan dapat menandingi nilai kayu. Memang benar dengan
menebang dan menjual kayu dapat di peroleh keuntungan tersebesar dalam 1 tahun saja
tetapi setelah di tebang tidak akan di hasilkan kayu lagi untuk beberapa dekade
berikutnya.
Apotik alamiah
Untuk membuat orang tetap sehat di perlukan obat obatan yang efektif obat
obatan merupakan industri yang luar biasa besar, dengan penjualan di seluruh dunia
mencapai US$ 300 miliar pertahun(Matteo Dkk. 2001). Lingkungan alami merupakan
sumber penting bahan obat obataan dimasa kini dan mendatang. 25% obat resep dokter
di amerika serikat mengandung bahan aktif yang berasal dari tumbuhan dan kebanyakan
antibiotik penting antara lain penisilin dan tetasiklin berasal dari jamur dan
mikroorganisme lain nya(Dobson 1992,1998). Meskipun sebagian obat obatan yang di
produksi sekarang ini berasal dari bahan kimia(sintetik) tetapi bahan kimia itu pertama
kali digunakan pada spesies liar yang digunakan untuk obat obatan tradisional(CAX
2001). Hewan berbisa seperti ular,lebah,keong merupakan sumber yang kaya dengan
bahan kimia dengan nilai medis dan aplikasi biologi(Chartel 1966) lingkungan yang
alami secara aktif sedang di cari demi generasi obat obatan dan produk industri
berikutnya.
Pengaturan Iklim. Komunitas tumbuhan sangat penting dalam mengatur
kondisi iklim lokal, regional, bahkan global (Couzin, 1999). Pada tingkat regional, uap
air yang dilepas ke atmosfer melalui proses transpirasi oleh tumbuhan. Di tingkat
global, hilangnya vegetasi dari berbagai daerah di dunia dengan hutan yang luas seperti
lembah Amazon dan Afrika Barat dapat mengurangi rata-rata tahunan curah hujan dan
bahkan mengubah pola cuaca pada umumnya. Akibatnya, terjadi pemingkatan kadar
karbon dioksida yang membawa pemanasan global (IPPC 2001).
Hubungan antaspesies. Bagi berbagai spesies yang dimanfaatkan manusia
untuk nilai kegunaan produktifnya, kelangsungan hidup mereka bergantung pada
spesies liar lainnya. Salah satu hubungan paling ekonomis di dalam komunitas biologi
adalah antara banyak pepohonan di hutan dan tanaman pangan dengan organisme tanah,
khususnya jamur. Pertumbuhan yang lambat dan kematian pepohonan pada beberapa
tempat di Afrika Utara dan Eropa sebagian disebabkan oleh efek mematikan hujan asam
dan polusi udara terhadap jamur tanah yang memasok air dan mineral untuk tumbuahan
(Moore dkk. 2001).
Pemantauan lingkungan. Spesies yang sensitif terhadap racun kimia berjasa
sebagai indikator peringatan dini untuk memantau kesehatan lingkungan. Spesies
indikator terbaik yang telah diketahui adalah lumut kerak batu (lichen), yang menyerap
sejumlah besar kimia dari air hujan dan polusi udara. Biota perairan seperti moluska
juga efektif untuk memantau polusi karena ia memproses air dalam volume banyak dan
menyimpan bahan kimia beracun seperti logam, PCB (timbal), dan pestisida di dalam
jaringan tubuhnya (Persson dkk. 2000).
Rekreasi dan ekowisata. Ekosistem memberikan banyak jasa rekreasi bagi
manusia. Di Amerika Serikat, terdapat 350 juta orang yang mengunjungi taman
nasional, suaka margasatwa, dan kawasan dilindungi lainnya. Ekowisata atau
ekoturisme merupakan suatu kategori rekreasi yang melibatkan sejumlah orang untuk
mengunjungi suatu tempat dan membelanjakan seluruh atau sebagian uangnya demi
memperoleh penhgalaman berinteraksi dengan komunitas biologi yang luar biasa
(misalnya, savana Afrika, savan Baluran dan Alas Purwo-Jawa Timur, Kepulauan
Galapagos, dan terumbu karang Wakatobi-Sulawesi Tenggara). Ekowisata meningkat
pesat di banyak negara berkembang karena orang ingin menyaksikan dan merasakan
sendiri keanekaragaman tropika. Dalam proyek pembangunan konsevasi terpadu
(ICDP) yang akan dijelaskan pada bab selanjutnya, ekowisata memungkinkan penduduk
lokal mengembangkan berbagai sumber pendapatan termasuk akomodasi setempat,
keahlian sebagai pemandu, serta kerajinan tangan. Terdapat suatu resiko yang dapat
munccul dari industri ekowisata. Selain, itu para wisatawan melalui berbagai kehadiran,
kemkamuran, dan permintaan mereka, dapat mempengaruhi budaya tradisional
masyarakat daerah wisata.
Nilai pendidikan dan ilmiah. Berbagai buku, artikel majalah, program televisi,
dan film-film bertemakan alam telah dihasilkan untuk pendidikan dan hiburan. Seluruh
bahan tersebut bernilai ekonomi. Nilai program pendidikan ini menggambarkan nilai
kegunaan nonkonsumtif dari keanekaragaman hayati, dimana alam menjadi sumber dari
materi-materi itu. Dengan demikian, sumbangsih terbesar dari suatu stasiun ilmiah
adalah menambah pengetahuan manusia, pendidikan, dan memperkaya serta menyerap
pengalaman penduduk setempat.
Nilai pilihan adalah potensi keanekaragaman hayati untuk memberikan manfaat
ekonomi bagi masyarakat pada suatu saat di masa depan. Metoda pemecahan suatu
permasalahan lingkungan dan keanekaragaman hayati mungkin hanya dapat ditemukan
pada beberapa spesies atau komunitas biologi yang belum disentuh sebelumnya.
Melalui program-program seperti ini telah dimunculkan insentif finansial bagi berbagai
negara untuk melindungi sumberdaya alamnya, serta melindungi pengetahuan
keanekaragaman hayati yang dimiliki oleh penduduk asli setempat. Sudah sepantasnya
bila berbagai negara saat ini mulai menuntut pembagian atas kegiatan komersial yang
dihasilkan dari keanekaragaman hayati yang ada di wilayah masing-masing, baik negara
maju maupun berkembang. Penduduk lokal di negara berkembang, yang tau bagaimana
memanfaatkan spesies, yang melindungi mereka, dan yang sering menunjukannya
kepada ilmuwan, juga harus mendapatkan bagian keuntungan dari pemanfaatan spesies
tersebut.
Meskipun kebanyakan spesies belum memberikan manfaat langsung, dan bekum
bernilai ekonomi, sebagian kecil dari spesies ternyata mempunyai potensi besar.
Beberapa di antara segelintir spesies tersebut dapat memberikan manfaat sangat penting,
baik dalam tindakan medis, mendukung industri baru, atau untuk mencegah hancurnya
tanaman pertanian utama. Jika ada satu dari spesies-spesies tersebut punah sebelum
ditemukan khasiatnya, maka akan terjadi sebuah kerugian yang sangat besar bagi
ekonomi global, meskipun kebanyakan spesies-spesies dunia telah sempat dikonservasi.
Hilangnya komponen-komponen variasi genetic, spesies, dan komunitas biologi,
ibarat merobek bumi yang dapat berfungsi secara efektif.
Nilai Eksistensi
Banyak orang di dunia peduli dengan makhluk hidup liar dan tumbuh-tumbuhan,
dan ingin melindungi mereka. Keprihatinan ini seringkali terkait dengan keinginan
untuk mengujungi komunitas biologi atau melihat spesies unik di alam bebas. Dapat
juga terjadi sebaliknya, ketika sebagian pendukung pelestarian alam tersebut tidak
terlalu berharap, tidak terlalu memerlukan, atau bahkan tidak terlalu ingin melihat
langsung elemen-elemen keanekaragaman hayati. Dalam kedua hal itu, mereka
mengakui dan menghargai suatu nilai eksistensi di alam bebas, artinya, terdapat
sejumlah orang yang bersedia membayar untuk mencegah kepunahan spesies, kerusakan
habitat, dan hilangnya variasi genetic. Spesies tertentu yang disebut “megafauna
karismatik” seperti panda, orangutan gajah, paus, duyung, dan berbagai spesies burung,
mendapat banyak aerhatian dari masyarakat. Kelompok-kelompok khusus telas
dibentuk untuk melindungi dan memperhatikan biota alami termasuk kupu-kupu serta
serangga lainnya dan bunga-bunga liar. Masyarakat menmpatkan nilai atas makhluk
hidup liar dan habitat alami secara lansung. Nilai eksistensi dapat diberikan kepada
komunitas biologi, serti hutan tua didaerah iklim sedang, hutan tropika humida, terumbu
karang, dan padang rumput. Daerah dengan pemandangan indah juga dapat dihargai
dengan nilai eksistensi. Belakangan ini banyak masyarakat dan organisasi
menyumbangjan sejumlah besar dana untuk mempertahnkan keberadaan suatu habitat.
Di Kota Rika, 91% responden dalam suatu survei menyatakan bahwa mereka bersedia
membayar lebih tinggi untuk bea air dan listrik, jika uangnya digunakan untuk
melindungi kualitas lingkungan dan keanekaragaman hayati (Holl dkk. 1995).
Etika Lingkungan
Etika lingkungan merupakan disiplin baru caging filosofi yang cukup intensif,
yang berusaha mengartikulasikan nilai etika dari alam semesta. Jika masyarakat kita
menganut prinsip-prinsip etika lingkungan, maka pelestarian lingkungan dan
pemeliharaan keanekaragamn hayati menjadi prioritas utama. Hal ini dibuktikan dengan
adanya budaya tradisional yang menyatu dengan alam. Dalam budaya tradisional
tersebut bertanggung jawab atas menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam secra
efisien. Hubungan antara etika lingkungan, konservasi serta keadilan social ekonomi
telah digabungkan menjadi Piagam Bumi.
Berdasakan etika lingkungan, maka manusia haruslah memiliki segumpal
kewajiban moril yang melebihi kepentingan diri sendiri, dan semakin menjangkau
masyarakat serta lingkungan yang meluas. Dibawah ini merupakan sebagian
argumentasi yang membahas tentang nilai dari melindungi lingkungan dan
keanekaraganab hayati diantaranya adalah :
Setiap spesies memiliki hak untuk hidup
Semua spesies saling bergantung satu sama lain
Manusia bertanggung jawa sebagai penjaga bumi
Menghargai kehidupan manusia dan memperhatikan kepentungan umat manusia
adalah serasi dengan menghargai keanekaragaman hayati
Alam memiliki nilai spiritual dan estetika yang melebihi asal kehidupan
Pada dasarnya masyarakat mempunyai kewajiban untuk melindungi
keanekaragaman hayai ini. Yang tak kalah penting, kenyamanan manusia terkait dengan
lingkungan yang sehat dan utuh.
Pendekatan filosofis : ekologi medalam
Kegiatan manusia pada saat ini telah banyak merusak keanekaragaman hayati
bumi. Dengan demikian perlu dilakukan perbaikan kwalitas, teknologi, dan struktur
idiologi saat ini. Berdasarkan fisiologi deep ecology, perubahan perlu dilaksanakan
secara pro aktif, termasuk mengikuti kegiatan politik. Lebih lanjut, perlu perwujutan
komitmen untuk melakukan perubahan gaya hidup perorangan. Deep ecology bukan
hanya serangkaian gagasan untuk untuk didiskusikan tetapi rencana yang mumpuni
dalam bidang politik, budaya dan social. Dengan demikian filosofi ini mungkin
merupakan sepadan dengan biologi konservasi.
Ringkasan
Biologi konservasi merupakan suatu sinesa berbagai disiplin ilmiah yang
berhubungan dengan krisis luar biasa dalam keanekaragaman hayati saat ini.
Ilmu ini menggabungkan penelitian dasar dan praktik pelaksanaan untk
mencegah hilangnya keanekaragaman hayati: khususnya kepunahan spesies,
hilangnya variasi genetic, dan kerusakan komunitas biologi.
Keanekaragaman hayati Bumi mencangkup keseluruhan spesies makhluk hidup,
variasi genetic di antaranya individu di satu spesies, komunitas biologi tempat
spesies hidup, dan interaksi tingkat ekosistem dari komunitas dengan lingkungan
fisik dan kimianya.
Spesies kunci tertentu akan menentukan kemampuan spesies lain untuk bertahan
di dalam komutitas. Tanpa spesies kunci ini, banyak spesies lain akan tesingkir
dari komunitasnya.
Keanekaragaman hayati tertinggi terdapat di hutan tropika humida, terumbu
karang, danau tropika, laut dalam dan semak belukardengan iklim Mediterania.
Kebanyakan spesies di dunia belum dideskripsikan dan di beri nama.
Bidang baru ekonomi ekologi telah mengembangkan metode untuk menilai
keanekaragaman hayati. Dalam prosesnya, ekonomi ekologi jua telah member
argumentas untuk melindungi keanekaragaman hayati. Komponen-komponen
keanekaragaman hyati dapat member nilai ekonomi langsung. Dalam nilai-nilai
ekonomi langsung tersebut tercangkup produk yang diambil dari alam, seperti
kayu, kayu bakar, ikan, hewan liar tumbuhan yang dapat dimakan, dan
tumbuhan obat. Nilai ekonomi langsung dapat dibedakan atas nilai kegunaan
konsumtif untuk produk-produk yang dugunakan di tigkat local, dan nilai
kegunaan produktif untuk produk-produk yang diambil dari alam dan dijual di
pasar.
Nilai tidak langsung lazimnya diberikan pada aspek-aspek keanekaragaman
hayati yang member manfaat ekonomi bagi masyarakat, tanpa melibatkan
pemanenan, pengambilan atau pun perusakan sumberdaya alam selama
penggunaan ini. Nilai kegunaan nonkonsumtif mencakup produktivifitas
ekosistem, perlindungan terhadap sumber air dan tanah, interaksi positif anatara
spesies liar dengan tanaman pangan komersial, dan aturan mengenai iklim.
Keanekaragaman hayati juga memberikan nilai rekreasi dan industry
ekoturisme, yang menjadi sumber pendapatan utama dibanyak Negara
berkembang dan daerah pedesaan.
Keanekaragaman hayati mempunyai nilai pilihan. Nilai pilihan ditentukan
berdasarkan potensinya untuk memberikan keuntungan masa depan bagi
manusia, seperti obat-obatan baru, produk-produk industri, dan tanaman pangan.
Etika lingkungan serasi dengan tanaman nilai-nilai tersebut memberikan
justifikasi bagi pelestarian keanekaragaman hayati. Argumentasi moral tersebut
tidak sulit dipahami oleh sebagian besar masyarakat.
Bahan Bacaan
Aguirre, A.A. R.S. Ostfeld, G.M. Tabor, c. House & M.C. Pearls (eds). 2002.
Conservation Medicine: ecological Health in Practice.Oxford University Press,
New York, NY. Hubungan antara kesehatan ekosistem, kesehatan manusia, dan
biologi satwa liar.
Beehler, B. 2006. Foja Mountains, New Guinea. Conservation Frontlines (6) 2:8-11
Chapin III, F.S. Zavaleta V.T. Eviner dkk. 200. Consequences of changing
biodiversity. Nature 405: 234-242. Hilangnya keanekaragaman hayati memiliki
implikasi ekologi dan ekonomi yang luar biasa.
Daily, G.C. & K.E. Ellison. 2002. New Economy of Nature: The Quest to Make
Consevation Profitable. Islan Press, Wasington, D.C. berbagai cara untuk
meningkatkan pendanaan bagi perlindungan keanekaragaman hayati.
Erdman, M.V,. & M.K. Moosa. 1999. A new discovered home for “Old Fourlegs” :
the discovery of an Indonesian population of living Coelacanths.” Jurnal Pesisir
dan Lautan 2 (1): 12-20.
Groombridge, B. & M.D. Jenkins. 2002. World Atlas of Biodiversity: Eart’s Living
Resources in the 21 Century. University of California Press, Berkeley, C.A.
menggambarkan keanekaragaman hayati dunia, dengan banyak peta dan table.
Leopold, A.C. 2004. Living with the land ethic. BioScience. 54: 149-154.
Morell,V. 1999. The variety of life. National Geographic 195 (Feb.): 6-32. Terbitan
khusus mengenai keanekaragaman hayati.
Primack, R.B. 1995. A Primer of Conservation Biology. Sinauer Assocition Inc.
Sunderland. USA
Wenz, P.S. 2001. Enfironinental Ethics Today. Oxford University Press, New, York.
Pengantar yang bagus untuk isu-isu utama dalam etika.