OPTIMALISASI SINERGITAS POLISIONAL ANTA. docx

BAB I
PENDAHULUAN

1.

LATAR BELAKANG MASALAH
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi

alam

itu

sendiri,

kelangsungan

perikehidupan,

dan


kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Untuk mewujudkan
terjaganya kelestarian lingkungan hidup perlu dilakukan upaya perlindungan
dan pengelolaan lingkungan hidup, yang merupakan upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi

perencanaan,

pemanfaatan,

pengendalian,

pemeliharaan,

pengawasan, dan penegakan hukum. Sesuai Pasal 13 dan 14 huruf j UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, lingkungan
hidup merupakan urusan wajib dan dalam penyelenggaraannya berpedoman
pada standar pelayanan minimal (SPM) yang dilaksanakan secara bertahap
dan ditetapkan oleh Pemerintah. Hal ini sejalan dengan Pasal 8 Peraturan

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota. Standar pelayanan minimal bidang lingkungan hidup
merupakan ketentuan mengenai jenis dan mutu pelayanan dasar bidang
lingkungan hidup yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga negara secara minimal, untuk mendapatkan mutu
lingkungan hidup yang baik dan sehat secara berkelanjutan.
Permasalahan lingkungan hidup di Kabupaten Ciamis dari tahun ke
tahun

semakin

kompleks

seiring

dengan

meningkatnya


kegiatan

pembangunan di berbagai sektor baik perindustrian, pariwisata, kesehatan,
pertanian, peternakan, pertambangan, perikanan/kelautan, infrastruktur, dan
lain-lain

yang

pencemaran

meningkatkan
air,

udara,

tekanan
kerusakan
1

terhadap

lahan,

lingkungan,
penyerobotan

berupa
lahan

hutan/perkebunan, tanah longsor, banjir, dan kekeringan. Sektor industri yang
potensial di Kabupaten Ciamis adalah industri kecil dan menengah,
sedangkan industri besar tidak ada. Industri tersebut diantaranya ada yang
memanfaatkan

bahan

baku

dari

pertanian/kehutanan


yaitu

industri

tahu/tempe, nata de coco, kerupuk, keripik, tepung tapioka/sagu aren, gula
kelapa/aren,

tepung

kelapa,

kerajinan

dari

bambu/kayu,

pengolahan


kayu/meubeler, dan lain-lain. Industri jenis ini berpotensi menimbulkan
pencemaran air dan udara. Adapun industri yang menggunakan bahan baku
logam diantaranya bengkel las/pembuatan tralis, pagar, dan sejenisnya,
pabrik peralatan rumah tangga seperti panci, katel, dan lain-lain yang
sebagian bahan bakunya menggunakan bahan daur ulang (alumunium dari
panci/katel bekas) yang berpotensi menghasilkan limbah B3 yang masuk ke
badan air maupun udara. Sektor pertanian menjadi sektor andalan/utama di
Kabupaten Ciamis dengan luas sawah pada tahun 2013 seluas 51,903.62
hektar dan menjadi salah satu lumbung padi di Jawa Barat. Sektor ini
berpotensi menimbulkan pencemaran air akibat penggunaan pupuk dan
pestisida kimiawi. Sektor peternakan juga cukup potensial dalam menunjang
terjadinya pencemaran air, dan pencemaran udara akibat bau yang
ditimbulkan. Kondisi kandang ternak yang berada tidak jauh dari pemukiman
sering menimbulkan konflik dengan masyarakat akibat pencemaran yang
ditimbulkan. Jumlah populasi komoditas peternakan pada tahun 2012 terdiri
dari populasi sapi sebanyak 38.945 ekor, populasi domba sebanyak 229.166
ekor, populasi kambing sebanyak 154.208 ekor, ayam buras sebanyak
2.851.077 ekor, ayam ras pedaging sebanyak 14.029.441 ekor, dan ayam ras
petelur sebanyak 587.646 ekor.
Sektor perikanan, kelautan, dan pariwisata terutama di kawasan

wisata Pangandaran berpotensi menimbulkan pencemaran limbah padat
maupun cair dari hotel dan restauran yang tidak dilengkapi dengan sarana
pengolahan air limbah (IPAL), kunjungan wisatawan yang membuang sampah
sembarangan, maupun industri perikanan.
Adapun sektor kesehatan dari kegiatan rumah sakit, puskesmas,
klinik, berpotensi menghasilkan limbah medis/B3 yang berbahaya bagi
2

manusia dan lingkungan. Dalam sektor pertambangan, potensi sumber daya
mineral yang dimiliki antara lain : emas, tembaga, pasir besi, zeolite, fosfat,
tanah liat, kwarsa, kalsit, pasir batu, kaolin, dan gambut. Akan tetapi yang
sudah dieksploitasi sebagian besar terdiri dari bahan tambang galian C (pasir,
batu) yang banyak menimbulkan pencemaran sungai, dan galian B (gambut)
yang dapat mengurangi daerah-daerah resapan air. Dalam bidang kehutanan
dan perkebunan banyak terjadi kasus penyerobotan lahan, penebangan
liar/illegal logging di lahan/hutan negara yang menimbulkan kerusakan
lahan/hutan.
Dengan meningkatnya berbagai usaha dan/atau kegiatan yang
menimbulkan pencemaran air, pencemaran udara, kerusakan lahan dan/atau
tanah, dan meningkatnya pengaduan masyarakat terkait adanya dugaan

pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, maka diperlukan
pengelolaan lingkungan hidup yang optimal agar masyarakat mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat.
Kabupaten Ciamis secara geografis sebelah Utara berbatasan
dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten Kuningan, Sebelah Barat
dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Tasikmalaya, Sebelah Timur
dengan Kota Banjar dan Provinsi Jawa Tengah dan Sebelah Selatan dengan
Kabupaten

Pangandaran.

Luas

Wilayah

Kabupaten

Ciamis

secara


keseluruhan mencapai 1.433,10 km2, dengan curah hujan rata-rata 3.605
dengan suhu rata-rata antara 20oC-30oC, jenis tanah didominasi latosol,
podsolik, alluvial dan grumusol. Kondisi topografis Kabupaten Ciamis terletak
pada

lahan

dengan

keadaan

morfologi

datar-bergelombang

sampai

pegunungan. Kemiringan lereng berkisar antara 0-40% dengan sebaran 0-2%
terdapat di bagian tengah – timur laut ke selatan dan 2->40% tersebar hampir

di seluruh wilayah kecamatan. Struktur daratan wilayah Kabupaten Ciamis
secara garis besar terdiri dari dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai.
Bagian utara merupakan pegunungan dengan ketinggian 500-1000 m dpl
sekitar 19%, Bagian Tengah ke arah Barat merupakan perbukitan dengan
ketinggian 100-500 m dpl sekitar 49%, sedangkan Bagian Tengah ke arah
timur merupakan daerah dataran rendah dan rawa dengan ketinggian 25-100
3

m dpl sekitar 14%, serta Bagian Selatan merupakan daerah rawa.
Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Ciamis didominasi oleh jenis
Latosol, Podsolik, Aluvial, komplek Renzina dan Grumusol. Kecamatan
Panawangan, Kawali, Lumbung, Cipaku, Panjalu, Ciamis, Sadananya,
Baregbeg, Panumbangan, Cihaurbeuti, Cikoneng, Sindangkasih, Cijeungjing,
Rajadesa, Jatinagara, Rancah, dan Tambaksari memiliki jenis tanah Latosol;
Kecamatan Langkaplancar, dan Cimaragas (bagian selatan) memiliki jenis
tanah Podsolik; Lakbok, dan Purwadadi memiliki jenis tanah Alluvial;
Kecamatan Cisaga, Kecamatan Banjarsari, dan Kecamatan Pamarican
memiliki jenis tanah Grumusol. Iklim di wilayah Kabupaten Ciamis dicirikan
dengan adanya musim hujan dan musim kemarau dengan curah hujan
dengan rata-rata 10,58 mm. Curah hujan tersebut mempengaruhi baik

langsung maupun tidak langsung pola pertanaman temperatur mencapai
220C-310C dengan kelembaban udara 74,3-84,8% dan kecepatan angin ratarata berkisar 3,88-6,88 knot/bulan. Suhu udara di suatu tempat antara lain
ditentukan oleh tinggi rendahnya tempat tersebut terhadap permukaan laut
dan jaraknya dari pantai. Kabupaten Ciamis merupakan suatu dataran yang
mempunyai ketinggian rata-rata 800-22 m di atas permukaan laut. Kabupaten
Ciamis sebagian besar wilayahnya termasuk dalam Daerah Aliran Sungai
(DAS) Citanduy, dan sebagian lagi termasuk DAS Cimedang. Pada DAS
Citanduy mengalir sungai utama, yaitu Sungai Citanduy beserta anak-anak
sungainya yang bermuara di Sagara Anakan , Kabupaten Cilacap, Provinsi
Jawa Tengah. Selain sungai besar dan kecil, Kabupaten Ciamis masih
memiliki

sumber-sumber

air

yang

dimanfaatkan

selama

3-9

bulan

pertahunnya, bahkan terdapat sumber air yang dapat dimanfaatkan
sepanjang tahun yaitu berada di Kecamatan Ciamis. Sungai-sungai dan mata
air yang berada dan mengalir di Kabupaten Ciamis dan digunakan sebagai
sumber air oleh PDAM Tirta Galuh, diantaranya adalah Sungai Citanduy,
Sungai Cimuntur, Sungai Ciputrahaji, Sungai Citumang, Sungai Cikarak,
Sungai Palataran, Mata Air Cigeresik, dan Mata Air Binuang.
Dengan kondisi Kabupaten Ciamis tersebut tidak didukung oleh
sinergitas polisional yang baik anatara Polres Ciamis dengan Pemda Ciamis
dalam hal ini BPLHD (Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah) jarang
4

memberikan informasi terkait pelanggaran hukum bidang lingkungan hidup
yang ada di Kabupaten Ciamis. Padahal sudah seharusnya kedua instansi
pemerintahan

ini

saling

bersinergi

untuk

bersama-sama

melakukan

pengawasan, pengendalian serta penegakan hukum terkait kerusakan
lingkungan yang ditimbulkan oleh pelaku usaha yang ada di Kabupaten
Ciamis. Dan berdasarkan hasil penelitian dilapangan belum adanya adanya
Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan Pejabat Pengawas
Lingkungan Hidup (PPLH) yang ada di Kabupaten Ciamis sehingga kordinasi
antar instansi pemerintahan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Padahal
dilapangan berdasarkan hasil penelitian di Laboratorium Lingkungan Hidup
banyak ditemukan pelanggaran ataupun kerusakan di bidang lingkungan
hidup namun belum pernah ditindaklanjuti sampai ketingkat peradilan hukum
pidana.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis merasa tertarik untuk
melakukan penulisan terkait “OPTIMALISASI SINERGITAS POLISIONAL
ANTARA POLRES CIAMIS DENGAN BPLHD KABUPATEN CIAMIS
TERKAIT PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DALAM RANGKA
MENDUKUNG PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN”
2.

PERMASALAHAN
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka permasalahan yang penulis
identifikasi antara lain :
A. Bagaimana sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk mendukung
sinergitas polisional antara Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten
Ciamis?
B. Bagaimana dukungan anggaran yang menunjang pelaksanaan sinergitas
polisional antara Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten Ciamis?
C. Sarana dan prasarana apasaja yang mendukung pelaksanaan sinergitas
polisional antara Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten Ciamis?
D. Metode apakah yang dibutuhkan untuk melaksanakan sinergitas polisional
antara Polres Ciamis dan BPLHD Kabupaten Ciamis?

5

3.

PERSOALAN
Berdasarkan permasalahan yang teridentifikasi di atas maka persoalan yang
dimungkinkan terjadi antara lain:
A. Sumber daya manusia yang kurang dalam segi kuantitas maupun kualitas
yang mampu mendukung pelaksanaan sinergitas polisional antara Polres
Ciamis dengan BPLHD Kabupaten Ciamis.
B. Dukungan anggaran yang belum tersedia untuk menunjang pelaksanaan
sinergitas polisional antara Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten
Ciamis.
C. Sarana maupun prasarana yang belum maksimal untuk mendukung
pelaksanaan sinergitas polisional antara Polres Ciamis dengan BPLHD
Kabupaten Ciamis.
D. Metode yang berbeda antara Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten
Ciamis terkait penegakan hukum lingkungan hidup yang ada di Kabupaten
Ciamis.

4.

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penelitan penulisan naskah karya perorangan ini
terkait “Optimalisasi sinergitas polisional antara Polres Ciamis dengan BPLHD
Kabupaten Ciamis terkait penegakan hukum lingkungan hidup dalam rangka
mendukung pembangunan berkelanjutan” berada di wilayah hukum Polres
Ciamis yaitu Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Pangandaran.

5.

MAKSUD DAN TUJUAN
A. MAKSUD PENELITIAN
1) Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai sumber daya
manusia yang menunjang pelaksanaan sinergitas polisional antara
Polres Ciamis dan BPLHD Kabupaten Ciamis.
2) Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai anggaran yang
menunjang pelaksanaan sinergitas polisional antara Polres Ciamis dan
BPLHD Kabupaten Ciamis.
3) Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai sarana dan
prasarana yang menunjang pelaksanaan sinergitas polisional antara
Polres Ciamis dan BPLHD Kabupaten Ciamis.
4) Untuk mendapatkan data dan informasi mengenai metode yang
menunjang pelaksanaan sinergitas polisional antara Polres Ciamis dan
BPLHD Kabupaten Ciamis.
B. TUJUAN PENELITIAN
6

1) Sebagai saran / rekomendasi kepada pimpinan terhadap sumber daya
manusia menunjang pelaksanaan sinergitas polisional antara Polres
Ciamis dan BPLHD Kabupaten Ciamis
2) Sebagai saran / rekomendasi kepada pimpinan terkait anggaran yang
menunjang pelaksanaan sinergitas polisional antara Polres Ciamis dan
BPLHD Kabupaten Ciamis
3) Sebagai saran / rekomendasi kepada pimpinan terhadap sarana dan
prasarana yang menunjang pelaksanaan sinergitas polisional antara
Polres Ciamis dan BPLHD Kabupaten Ciamis
4) Sebagai saran / rekomendasi kepada pimpinan terhadap metode yang
digunakan untuk menunjang pelaksanaan sinergitas polisional antara
Polres Ciamis dan BPLHD Kabupaten Ciamis
6.

METODE PENDEKATAN
Dalam penulisan naskah karya perorangan ini metode yang
digunakan penulis adalah metode deskriptif analitis yaitu cara untuk
memecahkan masalah atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi
dilakukan denganmenempuh jalan penngumpulan, klasifikasi, analisis data
yang disimpulkan dengan tujuan untuk membuat gambaran tentang suatu
keadaan secara objektif.
Metode pendekatan yang digunakan adalah yuridis sosiologis yang
merupakan pendekatan berdasarkan kenyataan dilapangan. Realita apa yang
dialami, dirasakan, dan digambarkan responden, yang akhirnya dicari rujukan
teorinya. Sehingga pada waktu akan melakukan penelitian ini, maka
sebelumnya mempunyai kebenaran dari suatu teori yang dijadikan dasar
berpijak, yaitu teori yang bertujuan mencari faktor-faktor yang mempengaruhi
pelanggaran lalu lintas serta kecelakaan lalu lintas terhadap pelajar di Wilayah
Hukum Polres Ciamis.
Untuk mengumpulkan bahan dan data penulis menggunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
A.

Studi Kepustakaan (library research) yaitu pengumpulan bahan dan
data-data yang meliputi :
1) Bahan Hukum Primer

7

Meliputi Undang Undang Dasar 1945, Undang-Undang, Peraturan
Pemerintah, Peraturan Daerah dan perundang – undangan yang
ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas. Dalam hal ini
kami berpedoman pada UU nomor 32 tahun 2009 tentang
2)

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Bahan Hukum Sekunder
Berupa buku-buku literatur, karya ilmiah, pendapat para pakar
atau sarjana. Dalam hal ini kami memperoleh data dari SPM

3)

(standar pelayanan minimal) BPLHD Ciamis tahun 2014.
Bahan Hukum Tersier
Berupa kamus, ensikopedia, majalah dan artikel yang kami ambil
di internet (sumber terlampir)

B.

Studi Lapangan (field research) yaitu pengumpulan data yang meliputi :
1)

Observasi lapangan yaitu pengamatan yang dilakukan dengan
sengaja dan sistematis mengenai fenomena sosial dan gejala-

2)

gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.
Wawancara (interview) yaitu metode proses tanya jawab secara
lisan dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik yaitu
pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang dihadapi. Antara
lain

BPLHD

Kabupaten

Ciamis

dan

pelaku

usaha

yang

aktifitasnya dimonitoring oleh BPLHD Kabupaten Ciamis.

7.

SISTEMATIKA
Untuk memudahkan penulisan naskah karya perorangan ini penulis
menyusun kedalam beberapa bab dengan sistematika pembahasan sebagai
berikut :
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
BAB VII

8.

:
:
:
:
:
:
:

PENDAHULUAN
LANDASAN TEORI
KODISI SAAT INI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KONDISI YANG DIHARAPKAN
OPTIMALISASI
PENUTUP

PENGERTIAN-PENGERTIAN

8

Optimalisasi adalah menjadikan paling baik ; menjadikan paling tinggi ;
proses, cara, perbuatan mengoptimal-kan (menjadikan paling baik, paling
tinggi, dsb)
Sinergitas

adaalah

kegiatan

atau

operasi

yang

bersifat

gabungan; sinergisme
Polisional bersifat atau mengenai polisi: aksi –
Polri adalah Kepolisian Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab
langsung di bawah Presiden. Polri mengemban tugas-tugas kepolisian di
seluruh wilayah Indonesia. Polri dipimpin oleh seorang Kepala Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Kapolri).
BPLHD adalah Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)
adalah unsur Lembaga Teknis Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat di
bidang pengelolaan lingkungan hidup. Badan ini ditetapkan dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat No. 22 tahun 2008 dan melaksanakan Tugas
Pokok dan Fungsinya sesuai dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor
51 Tahun 2009 Tentang Tugas Pokok dan Fungsi. Badan Pengelolaan
Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Provinsi Jawa Barat mempunyai tugas
pokok

yaitu

menyelenggarakan

urusan

pemerintahan

daerah

bidang

pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan asas otonomi, dekonsentrasi dan
tugas pembantuan.
Penegakan hukum adalah Penegakan hukum adalah proses dilaksanakannya
upaya untuk memfungsikan norma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam bermasyarakat dan bernegara.
Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain. Sedangkan ruang lingkup lingkungan hidup
Indonesia meliputi ruang, tempat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berwawasan Nusantara dalam melaksanakan kedaulatan, hak berdaulat, dan
yurisdiksinya.

9

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang
meliputi

perencanaan,

pemanfaatan,

pengendalian,

pemeliharaan,

pengawasan, dan penegakan hukum
Pembangunan berkelanjutan adalah upaya sadar dan terencana yang
memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi
pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan,
kemampuan,kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi
masa depan.
Rencana perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang selanjutnya
disingkat RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah
lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun
waktu tertentu.
Pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk
hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh
kegiatan manusia sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang
telah ditetapkan
Perusakan lingkungan hidup adalah tindakan orang yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia, dan/atau
hayati lingkungan hidup sehingga melampaui kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup.

10

BAB II
LANDASAN TEORI

9.

KONSEP ANALISA SWOT
SWOT adalah akronim untuk kekuatan (Strenghts), kelemahan
(Weakness), peluang (Opportunities), dan ancaman (Threats) dari lingkungan
eksternal perusahaan. Menurut Jogiyanto (2005:46), SWOT digunakan untuk
menilai kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan dari sumber-sumber
daya yang dimiliki perusahaan dan kesempatan-kesempatan eksternal dan
tantangan-tantangan yang dihadapi.
Menurut David (Fred R. David, 2008,8), Semua organisasi memiliki
kekuatan dan kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan
yang

sama

kuatnya

atau

lemahnya

dalam

semua

area

bisnis.

Kekuatan/kelemahan internal, digabungkan dengan peluang/ancaman dari
eksternal dan pernyataan misi yang jelas, menjadi dasar untuk penetapan
tujuan

dan

strategi.Tujuan

dan

strategi

ditetapkan

memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi kelemahan.

11

dengan

maksud

Berikut ini merupakan penjelasan dari SWOT (David,Fred R.,2005:47)
yaitu :
A.

Kekuatan (Strenghts)
Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keungulan-keungulan
lain yang berhubungan dengan para pesaing perusahaan dan kebutuhan
pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang diharapkan dapat
dilayani.

B.

Kekuatan

adalah

kompetisi

khusus

yang

memberikan

keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar.
Kelemahan (Weakness)
Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya,
keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif menghambat kinerja
perusahaan. Keterbatasan tersebut daoat berupa fasilitas, sumber daya
keuangan,kemampuan manajemen dan keterampilan pemasaran dapat

C.

merupakan sumber dari kelemahan perusahaan.
Peluang (Opportunities)
Peluang adalah situasi penting yang mengguntungkan dalam lingkungan
perusahaan. Kecendrungan – kecendrungan penting merupakan salah
satu sumber peluang, seperti perubahaan teknologi dan meningkatnya
hubungan

D.

antara

perusahaan

dengan

pembeli

atau

pemasokk

merupakan gambaran peluang bagi perusahaan.
Ancaman (Threats)
Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungan dalam
lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi
posisi sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturanperaturan pemerintah yang baru atau yang direvisi dapat merupakan
ancaman bagi kesuksesan perusahaan.
Menurut Ferrel dan Harline (2005), fungsi dari Analisis SWOT adalah

untuk mendapatkan informasi dari analisis situasi dan memisahkannya dalam
pokok persoalan internal (kekuatan dan kelemahan) dan pokok persoalan
eksternal (peluang dan ancaman). Analisis SWOT tersebut akan menjelaskan
apakah informasi tersebut berindikasi sesuatu yang akan membantu
perusahaan mencapai tujuannya atau memberikan indikasi bahwa terdapat
rintangan

yang

harus

dihadapi

pemasukan yang diinginkan.

12

atau

diminimalkan

untuk

memenuhi

Analisis SWOT dapat digunakan dengan berbagai cara untuk
meningkatkan analisis dalam usaha penetapan strategi. Umumnya yang
sering digunakan adalah sebagai kerangka / panduan sistematis dalam
diskusi untuk membahas kondisi altenatif dasar yang mungkin menjadi
pertimbangan perusahaan.

10. TEORI MANAJEMEN DARI GEORGE R TERRY
Menurut George .R. Terry, manajemen adalah suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang
nyata. Manajemen sebagai “proses yang khas yang terdiri dari tindakantindakan : perencanaan, pengorganisasian, menggerkan dan pengawasan
yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumbersumber lain”.
(George R. Terry, Ph.D) George R. Terry memberikan pengertian
bahwa : “Manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari planning,
organizing, actuating, dan controling yang dilakukan untuk mencapai tujuan
yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainnya.
Dengan kata lain, berbagai jenis kegiatan yang berbeda itulah yang
membentuk manajemen sebagai suatu proses yang tidak dapat dipisahpisahkan dan sangat erat hubungannya.” (Yayat M. Herujito , 2001: 3
Sebenarnya teori GR Terry inilah yang paling mudah diingat. P O A C
Planning, Organizing, Actuating, Controlling Planning --> perencanaan
Organizing --> Pengorganisasian atau pembagian tugas Actuating -->
Pelaksanaan Controlling --> Pengontrolan/Pengawasan Menurut GR Terry
manajemen adalah suatu proses tertentu yang terdiri dari POAC yang
dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan
dengan menggunakan manusia dan sumber daya lain. suatu proses atau
kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok
orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang
nyata.
13

Manajemen juga adalah suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni
adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau
dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman,
pengamatan

dan

pelajaran

serta

kemampuan

untuk

menggunakan

pengetahuan manajemen.
Menurut G. R. Terry dalam bukunya, “Principle of Management” : Koordinasi
adalah suatu usaha yang sinkron / teratur untuk menyediakan jumlah dan
waktu yang tepat dan mengarahkan pelaksanaan untuk menghasilkan suatu
tindakan yang seragam dan harmonis pada sasaran yang telah ditentukan.
Menurut tinjauan manajemen, koordinasi menurut Terry meliputi :
1. Jumlah usaha baik secara kuantitatif, maupun secara kualitatif
2. Waktu yang tepat dari usaha-usaha tersebut
3. Directing atau penentuan arah usaha-usaha tersebut
Wewenang adalah kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk
menyuruh pihak lain supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki
wewenang itu.
Fungsi-fungsi manajemen menurut George R.Terry: Ada 4 yaitu :
1.

Perencanaan (planning)
a.

menjelaskan, memantapkan dan memastikan tujuan yang di
capai.

b.

meramalkan keadaan untuk yang akan datang.

c.

memperkirakan kondisi pekerjaan yang di lakukan.

d.

memilih tugas yang sesuai untuk pencapaian tujuan .

e.

membuat rencana secara menyeluruh dengan menekankan
kreativitas.

f.

membuat

kebijaksanaan,prosedur,standar&metode

pelaksanaan kerja.
14

untuk

g.

mengubah

rencana

sesuai

dengan

petunjuk

dan

hasil

pengawasan.
h.
2.

membiarkan peristiwa dan kemungkinan akan terjadi.

Pengorganisasian (organizing)
a.

membagi pekerjaan ke dalam tugas-tugas operasional.

b.

Mengelompokan

tugas-tugas

ke

dalam

posisi

secara

operasional.
c.

menggabungkan jabatan operasional ke dalam unit yang
berkaitan.

d.

memilih dan menempatkan orang untuk pekerjaan sesuai.

e.

menjelaskan persyaratan dari tiap jabatan.

f.

menyesuaikan wewenang

dan tanggung

jawab dari tiap

anggota.

3.

g.

menyediakan berbagai fasilitas untuk pegawai.

h.

menyelaraskan organisasi sesuai petunjuk hasil pengawasan.

Penggerakan (actuating)
a.

Melakukan

partisipasi

terhadap

keputusan

tindakan

dan

perbuatan.
b.

mengarahkan orang lain dalam bekerja.

c.

memotivasi anggota.

d.

berkomunikasi secara efektip.

e.

meningkatkan anggota agar memahami potensinya secara
penuh.

f.

memberi imbalan penghargaan yang sesuai terhadap pekerja.

15

g.

memcukupi

keperluan

pegawai

sesuai

dengan

kegiatan

sesuai

petunjuk

pekerjaannya.
h.

berusaha

memperbaiki

pengarahan

pengawasan.
4.

Pengendalian (controlling)
a.

membandingkan

hasil

pekerjaan

dengan

rencana

secara

keseluruhan
b.

menilai hasil pekerjaan dengan standar hasil kerja.

c.

membuat media pelaksanaan secara tepat.

d.

memberitahukan media pengukur pekerjaan.

e.

memindahkan data secara rinci untuk melihat perbandingan &
penyimpangannya.

f.

membuat saran dan tindakan perbaikan.

g.

memberitahukan anggota yang bertanggungjawab terhadap
pemberian penjelasan.

h.

melaksanakan pengawasan sesuai dengan petunjuk hasil
pengawasan.

Kegiatan

dalam

fungsi

pengawasan

dan

pengendalian antara lain : mengevaluasi keberhasilan dalam
pencapaian tujuan dan target bisnis sesuai dengan indikator
yang telah ditetapkan.

11. TEORI MANAJEMEN STRATEGI
Manajemen strategis adalah serangkaian keputusan dan tindakan
manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang (J.
David Hunger dan Thomas L. Wheelen, 1996 : 4).
Menurut Fred R. David (2004) manajemen strategis adalah seni dan
pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi

16

keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai
objektifnya.
Sedangkan Bambang Hariadi (2003 : 3) berpendapat bahwa
manajemen strategis adalah suatu proses yang dirancang secara sistematis
oleh manajemen untuk merumuskan strategi, menjalankan strategi dan
mengevaluasi strategi dalam rangka menyediakan nilai – nilai yang terbaik
bagi seluruh pelanggan untuk mewujudkan visi organisasi.
Menurut Wheelen dan Hunger (1996 : 9), proses manajemen strategis
meliputi 4 elemen dasar, yaitu : pengamatan lingkungan, perumusan strategi,
implementasi strategi, dan evaluasi dan pengendalian.
A.

Faktor Internal
1)
2)

Struktur adalah cara bagaimana perusahaan diorganisasikan
Budaya adalah pola keyakinan, pengharapan dan nilai-nilai yang

3)

diberikan oleh anggota organisasi.
Sumber daya adalah aset yang merupakan bahan baku bagi
produksi barang dan jasa organisasi.
Analisis internal adalah proses dimana perencana strategi

mengkaji pemasaran dan distribusi perusahaan, penelitian dan
pengembangan produksi dan operasi, sumberdaya dan karyawan
perusahaan serta faktor keuangan dan akuntansi untuk menentukan di
mana

letak

kekuatan

(strength)

dan

kelemahan

(weakness)

perusahaan.
David Hunger. J & Thomas L. Wheelen (1996) dalam bukunya
membagi beberapa faktor kekuatan atau kelemahan internal kunci yang
nantinya mempengaruhi dasar analisis internal :
1).

Visi, misi, strategi dan kebijakan perusahaan

2).

Budaya Perusahaan (harapan, nilai-nilai organisasi)

3).

Orientasi perusahaan saat ini

4).

Struktur organisasi (komunikasi, wewenang dan arus kerja)

5).

Pengalaman

6).

SDM manajemen puncak dan karyawan

7).

Hubungan karyawan
17

8).

Penelitian dan

pengembangan

(aplikasi

dan pemanfaatan

teknologi)
9).

Posisi finansial (modal, pembiayaan dan hutang)

10). Fasilitas pemanufakturan
11). Saluran distribusi

B.

Faktor Eksternal
Jauch dan Glack (dalam Iwan Setiawana, 2002) mendefinisikan
analisis eksternal sebagai suatu proses yang dilakukan oleh perencana
strategi untuk memantau sektor lingkungan dalam menentukan peluang
(opportunity) dan ancaman (threat) bagi perusahaan.
1)

Lingkungan mikro atau lingkungan luar dekat atau tugas.

2)

Lingkungan makro atau lingkungan luar jauh

Menurut Wheelen dan Hunger (1996 : 17), dalam tahap implementasi
strategi, manajemen mewujudkan strategi dan kebijakan dalam
tindakan melalui pengembangan program, anggaran, dan prosedur.

12. TEORI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
Menurut

Brundtland

Report

dari

PBB

[1987],

pembangunan

berkelanjutan adalah bagaimana memperbaiki kehancuran lingkungan tanpa
mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan keadilan sosial.
Menurut Laporan dari KTT Dunia [2005]., menjabarkan bahwa
pembangunan berkelanjutan terdiri dari tiga tiang utama yakni ekonomi,
sosial, dan lingkungan yang saling bergantung dan memperkuat. Ketiga aspek
tersebut tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena ketiganya menimbulkan
hubungan sebab – akibat. Hubungan ekonomi dan sosial diharapkan dapat
menciptakan hubungan yang adil (equitable). Hubungan antara ekonomi dan
lingkungan diharapkan dapat terus berjalan (viable). Sedangkan hubungan
antara sosial dan lingkungan bertujuan agar dapat terus bertahan (bearable).
Ketiga aspek yaitu aspek ekonomi, sosial , dan lingkungan akan menciptakan
18

kondisi berkelanjutan (sustainable). Atau hubungan ketiganya dapat dilihat
pada gambar berikut ini :

( Gambar I )
Pembangunan berkelanjutan adalah suatu cara pandang mengenai
kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka
peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia
tanpa mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang
untuk menikmati dan memanfaatkannya (Budimanta, 2005)
Aspek sosial, maksudnya pembangunan yang berdimensi pada manusia
dalam hal interaksi, interelasi dan interpendensi. Faktor lingkungan (ekologi)
yang diperlukan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan ialah
terpeliharanya proses ekologi yang esensial, tersedianya sumber daya yang
cukup, dan lingkungan sosial-budaya dan ekonomi yang sesuai (Otto, 2006)

19

BAB III
KONDISI FAKTUAL

13.

SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber daya manusia yang menjalankan sinergitas polisional ini
sangat minim sekali. Di polres Ciamis unit yang bertugas untuk melakukan
penyelidikan dan penyidikan Tindak Pidana lingkungan hidup ini dilakukan
oleh Unit II (unit TIPIDTER) Satuan Reserse Kriminal Polres Ciamis yang
dikepalai oleh seorang Kanit (kepala unit) dan beranggotakan 8 (delapan)
personil.
Sedangkan di BPLHD (Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
Kabupaten Ciamis Daerah) tidak adanya PPNS (penyidik pegawai negeri
sipil) dan PPLHD (pejabat pengawas lingkungan hidup daerah). Yang
tersedia di BLPHD Kabupaten Ciamis hanya pegawai pelayanan
pencegahan pencemaran air sebanyak 8 (delapan) orang, pegawai
pelayanan pencegahan pencemaran udara dari sumber tidak bergerak
sebanyak 8 (delapan) orang, pegawai pelayanan penyediaan informasi
status kerusakan lahan / tanah untuk produksi biomasa sebanyak 4
(empat) orang, pegawai pelayanan tindak lanjut laporan/ pengaduan
masyarakat terkait adanya dugaan pencemaran dan atau pengrusakan
lingkungan hidup sebanyak 4 (empat) orang jadi jumah personil
keseluruhan yang ada di BPLHD Kabupaten Ciamis sebanyak 24 (dua
puluh empat orang).

20

TABEL 1 DATA PERSONIL
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

14.

SAT
RESKRIM
PAMA
UNIT I
TIPIDKOR
UNIT II
TIPIDTER
UNIT III
HARDA
UNIT IV
JATANRAS
UNIT PPA
TIM BS

JUMLAH

SDH DIKJUR

BLM DIKJUR

2 PERS
11 PERS

2 PERS
4 PERS

7 PERS

8 PERS

4 PERS

4 PERS

10 PERS

5 PERS

5 PERS

10 PERS

3 PERS

7 PERS

11 PERS
6 PERS

6 PERS
4 PERS

5 PERS
2 PERS

58 PERS

28 PERS
(48,28%)

30 PERS
(51,72%)

KET

DUKUNGAN ANGGARAN
Tidak adanya dukungan anggaran terkait sinergitas polisional antara
Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten Ciamis ini secara spesifik oleh
negara dan hanya bersumber dari anggaran di masing-masing instansi.
Misalkan Polres Ciamis menindaklanjuti laporan/ pengaduan terkait tindak
pidana lingkungan hidup ini maka dana lidik/ sidik perkara akan di ambil
dari DIPA (daftar isian dan penggunaan anggaran) Satuan Reserse
Kriminal Polres Ciamis yang pada tahun 2016 ini sejumlah Rp
815.000.000,- (delapan ratus lima belas juta rupiah) yang peruntukkannya
untuk tindak pidana umum sebesar Rp 402.000.000,- (empat ratus dua
juta rupiah) dan untuk tindak pidana korupsi sebesar Rp 412.000.000,(empat ratus dua belas juta rupiah).
Sedangkan pada BPLH Kabupaten Ciamis sumber angarannya dari APBD
Kabupaten Ciamis. Terlihat pada hasil laporan SPM (standar pelayanan
21

minimal) BPLH Kabupaten Ciamis pada Tahun 2014 terdapat anggaran
sebesar Rp 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah) diperuntukan dalam
kegiatan pelayanan laporan/pengaduan masyarakat terkait adanya dugaan
penemaran dan atau pengrusakan lingkungan hidup dan sebesar Rp
80.000.000,-

(delapan puluh juta rupiah) diperuntukan dalam kegiatan

pelayanan pencegahan pencemaran air.
15.

SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana yang menunjang sinergitas polisional ini
sangat terbatas. Di BPLHD Kabupaten Ciamis contohnya belum
terakreditasinya laboratorium lingkungan hidup. Hal ini berdampak bahwa
hasil laboratorium yang dikeluarkan oleh BPLHD Kabupaten Ciamis harus
dilakukan uji ulang dan uji banding di laboratorium yang mempunyai
akreditasi

di

bidang

penelitian

terhadap

pengrusakan

dan

atau

pencemaran lingkungan hidup.
16.

METODE
Metode yang digunakan dalam hal sinergitas polisional antara
Polres Ciamis dan BPLHD Kabupaten Ciamis ini masih bersifat kordinasi.
Dimana antara Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten Ciamis belum
pernah

melakukan

rapat

sebagai

kelompok

kerja

(pokja)

terkait

permasalahan lingkungan hidup diwilayah Kabupaten Ciamis. Hal ini
dikarenakan PPNS dan PPLH di BPLHD Kabupaten Ciamis tidak tersedia,
yang ada hanya Satuan Polisi Pamong Praja sebagai penegak peraturan
daerah Kabupaten Ciamis yang tidak bisa melakukan penegakan
terhadap Undang Undang Lingkungan Hidup . Jadi kordinasi masalah
penegakan hukum lingkungan dari BPLHD selaku pengendali dan
pengawas dilapangan ke pihak Polres Ciamis selaku penyidik tunggal
sesuai KUHAP tidak berjalan sebegaimana mestinya. Dan merujuk pada
pasal 3 UU No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia ayat :
(1) Pengemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh :
a. kepolisian khusus;
22

b. penyidik pegawai negeri sipil; dan/atau
c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.

(2) Pengemban fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
huruf a, b, dan c,melaksanakan fungsi kepolisian sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukumnya
masing-masing.

BAB IV
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
17.

FAKTOR INTERNAL
A. Kekuatan
Yang menjadi kekuatan dalam pelaksanaan sinergitas polisional antara
Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten Ciamis antara lain :
23

1) Kapolres Ciamis memiliki komitmen yang kuat untuk menangani TP
Lingkungan.
2) Personil Polres Ciamis dituntut melaksanakan penyelidikan dan
penyidikan secara optimal.
3) Polres Ciamis telah melakukan

kordinasi

dengan

BPLHD

Kabupaten Ciamis terkait penyamaan persepsi dalam menangani
tindak pidana lingkungan hidup berupa pencemaran dan atau
pengrusakan lingkungan hidup. Dan hasilnya akan dibuatkan MOU
(memorandum of understanding) antara Polres Ciamis dengan
Pemerintah daerah Kabupaten Ciamis terkait penangan tindak
pidana lingkungan hidup.
4) Polres Ciamis telah berkordinasi dengan Bagian Perencanaan
(Bagren) Polres Ciamis terkait DIPA (daftar isian penggunaan
anggaran) yang menunjang penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana Lingkungan hidup di wilayah hukum Polres Ciamis.
5) BPLHD Kabupaten Ciamis telah mengajukan rekomendasi kepada
Kepala BKD (badan kepegawaian daerah) dan Kepala Dinas
Keuangan terkait permintaan terisinya jabatan fungsional serta
tunjangan jabatannya di BPLH Kabupaten Ciamis yaitu 2 (dua)
orang PPNS bidang lingkungan hidup yang telah mengikuti
kejuruan atau pelatihan tentang lingkungan hidup dan 2 (dua) orang
PPLHD (pejabat pengawas lingkungan hidup daerah).
6) Adanya pengawasan melekat yang intensif terhadap penyidik baik
dari peran wasidik (pengawas penyidik) maupun dari atasan
penyidik serta dari peran Sie Was (seksi pengawasan) serta Sie
Propam.
B. Kelemahan
Yang menjadi kelemahan dalam pelaksanaan sinergitas polisional
antara Polres Ciamis dengan BPLH Kabupaten Ciamis antara lain:
1) Jumlah personil Sat Reskrim Polres Ciamis masih kurang memadai,
khususnya di unit Tipidter selaku pengamban program sinergitas
polisional ini.
2) Pembinaan terhadap personil Polres Ciamis belum dilaksanakan
secara terprogram, hanya mengikuti kegitan rutin kepolisian yang
ada di Polres Ciamis.

24

3) Polres

Ciamis

belum

mempunyai

SOP (standar

oprasional

prosedur) dalam hal pelaksanaan penegakan hukum tindak pidana
lingkungan hidup ini. Dikarenakan Polres Ciamis belum pernah
menangani perkara tindak pidana lingkungan hidup ini.
4) Penyelidik dan penyidik yang ada di Polres Ciamis belum ada yang
mengikuti pendidikan kejuruan tindak pidana lingkungan hidup,
sehingga penerapan hukum terhadap unsur-unsur tindak pidana
lingkungan hidup masih belum maksimal.
5) BPLHD Kabupaten Ciamis belum mempunyai laboratorium yang
terakreditasi dan masih terbatasnya anggaran untuk uji laboratorium
dan uji banding sehingga dalam pelaksanaanya terbentur masalah
akreditasi dan hasil laboratorium belum bisa dipergunakan sebagai
hasil akhir pengujian terhadap penncemaran dan atau pengrusakan
lingkungan hidup.
18.

FAKTOR EKSTERNAL
A. Peluang
Adapun peluang yang ada dalam pelaksanaan sinergitas polisional
antara Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten Ciamis antara lain:
1) Adanya kesamaan persepsi dan tujuan antara Polres Ciamis
dengan BPLHD Kabupaten Ciamis terkait cara bertindak dalam
menangani permasalahan pengrusakan dan atau pencemaran
lingkungan di wilayah Kabupaten Ciamis. Sehingga mungkin bisa
dimanfaatkan dengan baik apabila ada sarana yang menunjang
misalkan POKJA (kelompok kerja) yang terbentuk dengan dasar
sinergi polisional ini.
2) Adanya rencana pembuatan MOU antara Polres Ciamis dengan
Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis dalam hal ini BPLHD
Kabupaten Ciamis terkait penanganan tindak pidana pengrusakan
dan atau pencemaran lingkungan hidup.
3) Tingginya tuntutan serta harapan masyarakat terhadap Polres
Ciamis terkait kepastian hukum TP Lingkungan yang bersinergi
dengan BPLHD Kabupaten Ciamis.
4) Tersediannya personil yang cukup memadai dan anggaran yang
cukup di BPLHD Kabupaten Ciamis.

25

5) Keterbukaan informasi publik lewat media massa yang juga menjadi
sumber informasi bagi masyarakat terkait sosialisasi terhadap
tindak pidana lingkungan hidup.
B. Kendala
Yang menjadi kendala dalam pelaksanaan sinergitas polisional antara
Polres Ciamis denga n BPLHD Kabupaten Ciamis antara lain:
1) Terbatasnya personil yang mengawaki sinergitas polisional antara
Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten Ciamis terutama tidak
adanya pegawai di BPLHD yang berkedudukan sebagai PPNS dan
PPLHD di BPLHD Kabupaten Ciamis.
2) Tidak tersedianya anggaran yang

menunjang

pelaksanaan

sinegritas polisional ini. Sehingga sinergitas ini masih menunggu
petunjuk lanjut dari Kepala Daerah Kabupaten Ciamis dalam hal
alokasi anggaran dari APBD untuk kegiatan yang dimaksud.
3) Belum pernah ada perkara terkait pencemaran dan

atau

pengrusakan lingkungan hidup yang pernah dilakukan penyidikan
oleh Polres Ciamis dan masuk sampai adanya putusan pengadilan
terkait tindak pidana lingkungan hidup di wilayah hukum Polres
Ciamis

BAB V
KONDISI IDEAL
19.

SUMBER DAYA MANUSIA
Kodisi yang diharapkan dalam sinergitas polisional antara Polres Ciamis
dengan BPLH Kabupaten Ciamis terkait sumber daya manusia setidaknya
tersedia pegawai yang berperan sebagai PPNS (penyidik pegawai negeri
sipil) sebanyak 2 (dua) orang dan PPLHD (pejabat pengawas lingkungan
hidup daerah) sebanyak 2 (dua) orang. Sehingga kordinasi dan
pengawasan terkait tindak pidana lingkungan hidup antara Polres Ciamis
dan BPLHD Kabupaten Ciamis dapat dilaksanakan dengan baik dan cepat
serta tetap sasaran.
Dan terkait kompetensi penyidik Polres Ciamis dan PPNS di BPLHD
Kabupaten Ciamis paling tidak sudah pernah mengikuti pelatihan atau
kejuruan mengenai penanganan tindak pidana lingkungan hidup. Sehingga
sinergitas dari kedua instansi ini dapat terlaksana dengan baik.
26

20.

ANGGARAN
Kondisi yang diharapkan terkait dengan anggaran yang menunjang
pelaksanaan sinergitas anatra Polres Ciamis dengan BPLHD Kabupaten
Ciamis setidaknya pagu anggaran terkait sinergitas ini ada dalam APBD
Kabupaten Ciamis, sehingga tidak hanya diatur dalam masing-masing
instansi sebagaimana kondisi yang ada pada saat ini. Hal ini menyangkut
anggaran

terkait

kegiatan

mulai

dari

tahap

sosialisasi

terhadap

pencegahan dari pengrusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup,
penerimaan laporan dan atau pengaduan masyarakat terkait TP
Lingkungan hidup, kemudian kegiatan pengecekan laboratorium dan
menyajikan datanya untuk dibahas bersama dengan PPNS terkait (PPNS
bidang lingkungan hidup dan PPLH) serta penyidik Polri dalam hal ini Unit
II TIPIDTER satuan reserse kriminial Polres Ciamis. Dan apabila
dipastikan merusak dan memenuhi unsur tindak pidana lingkungan hidup
maka dilakukan proses lidik sidik terhadap pelaku usaha atau instansi
tertentu yang diduga melanggar atau menyalahi aturan mengenai
lingkungan hidup.
21.

SARANA DAN PRASARANA
Demikian juga untuk sarana dan prasarana yang menunjang sinergitas
polisional ini anatra lain:
A. BPLH Kabupaten Ciamis mempunyai laboratorium yang digunakan
oleh BPLH Kabupaten Ciamis menyandang status terakreditasi dan
tenaga ahli yang mumpuni, sehingga hasil laboratorium yang dijadikan
dasar

dalam

pengecekan

atas

laporan

dan

atau

pengaduan

masyarakat terkait pengrusakan dan atau pencemaran lingkungan
hidup dapat tersaji dengan baik dan akurat.
B. Mempunyai sarana berupa ruang pertemuan khusus yang disediakan
di Polres atau di BPLHD Kabupaten Ciamis sehingga ruangan tersebut
berfungsi sebagai tempat mengolah atau mengkaji laporan dan atau
pengaduan masyarakat yang baru didapat dan atau sudah ada hasil
pengecekan laboratoriumnya.
22.

METODE
Metode yang diharapkan dalam sinergitas ini yaitu

27

A. membentuk suatu POKJA (kelompok kerja) yang diatur dalam MOU
(memorandum of understanding) antara PPNS dan PPLHD Kabupaten
Ciamis dengan penyidik Polres Ciamis tentang waktu pertemuan,
anggaran, serta jumlah pokja itu sendiri, sehingga laporan dan atau
pengaduan yang diterima oleh BPLHD secara tepat dapat diselesaikan
melalui sanksi administrasi, sanksi perdata dan sanksi pidana. Dan
kelompok kerja inipun yang akan mengkaji unsur-unsur yang
memenuhi TP lingkungan hidup ini.
B. Membuat SOP (standar oprasional prosedur) terhadap penanganan TP
lingkungan

hidup

berupa

pencemaran

dan

atau

pengrusakan

lingkungan hidup yang sesuai juga dengan program pemerintah terkait
pembangunan berkelanjutan.

BAB VI
PEMECAHAN MASALAH
23.

VISI DAN MISI
A. VISI
”DENGAN SINERGITAS POLISIONAL ANTARA POLRES CIAMIS
DENGAN

BPLHD

KEPASTIAN

KABUPATEN

HUKUM

TINDAK

CIAMIS
PIDANA

KITA

TINGKATKAN

LINGKUNGAN

YANG

MENUNJANG PROGRAM PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN”
B. MISI
1) Menjadikan penyidik Polres Ciamis mahir dan mampu serta
menguasai TP lingkungan hidup dengan dibantu oleh PPNS dan
PPLHD Kabupaten Ciamis sesuai UU No 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia pasal 3 ayat (1) dan (2).
2) Memberikan kepastian hukum mengenai TP lingkungan hidup yang
terjadi di wilayah hukum Polres Ciamis yang menunjang program
pembangunan berkelanjutan.
24.

TUJUAN
Yang menjadi tujuan sinergitas polisional ini antara lain:
A. Penyidik Polres Ciamis dan PPNS serta PPLHD kabupaten Ciamis
bersinergi sehingga mampu dan sanggup menangani tindak pidana
lingkungan hidup yang terjadi di wilayah Kabupaten Ciamis

28

B. Adanya anggaran yang menunjang sinergitas polisional ini agar
penyidik Polres Ciamis dan PPNS serta PPLHD Kabupaten Ciamis
mampu melaksanakan tugas dengan baik dan maksimal dalam
melaksanakan penegakan hukum TP lingkungan hidup ini.
C. Adanya sarana dan prasarana yang bisa dimanfaatkan dengan baik
oleh Polres Ciamis dan BPLHD Kabupaten Ciamis guna menunjang
pelaksanaan sinergitas polisional ini.
D. Adanya kesamaan metode atau cara bertindak yang digunakan dalam
penanganan TP Lingkungan hidup yang dilakukan oleh pelaku usaha
di Kabupaten Ciamis.
25.

SASARAN
Yang menjadi sasaran sinegritas polisional antara Polres Ciamis dengan
BPLHD Kabupaten Ciamis ini antara lain:
A. Sumber daya manusia masing-masing instansi yaitu penyidik Polres
Ciamis dan PPNS serta PPLHD Kabupatren Ciamis yang mampu
melaksanakan penegakan hukum TP lingkungan hidup ini.
B. Perencanaan aspek anggaran yang berkaitan tentang proses penelitian
(pengambilan sample) yang ditimbulkan oleh pencemaran dan atau
pengrusakan lingkungan hidup dan anggaran penyelidikan serta
penyidikan kasus tindak pidana lingkungan hidup tahun 2016 ini. Dan
anggaran mengenai tunjangan atau honor personil yang terlibat dalam
pokja ini.
C. Sarana dan prasara yang mendukung keberlanjutan sinergitas
polisional ini seperti bangunan atau ruang pertemuan, laboratorium
yang memiliki akreditasi, dan kendaraan dinas yang menunjang
pengambilan

sample

dari

pencemaran

dan

atau

pengrusakan

lingkungan hidup yang dilakukan pelaku usaha di wilayah Kabupaten
Ciamis ini.
D. Persamaan persepsi mengenai metode atau cara bertindak yang
digunakan dalam penanganan sejak penerimaan laporan dan atau
pengaduan terkait TP lingkungan hidup sampai dengan proses
penyelidikan dan penyidikannya.
26.

KEBIJAKAN
Beberapa kebijakan yang diambil terkait optimalisasi program sinergitas
polisional antara Polres Ciamis dan BPLHD Kabupaten Ciamis ini antara
lain :
29

A. Melakukan inventarisasi terkait anggota reskrim selaku penyidik yang
sudah melaksanakan pendidikan kejuruan tindak pidana lingkungan
hidup untuk menempati posisi di unit II Tipidter (tindak pidana tertentu)
yang akan menangani penyelidikan serta penyidikan tindak pidana
lingkungan hidup.
B. Melakukan kordinasi dengan BPLHD agar segera mengisi atau
menunjuk petugas PPNS dan PPLHD di BPLHD Kabupaten Ciamis.
C. Melakukan kordinasi dengan bagian perencanaan dan bendahara
satuan terkait anggaran yang dapat digunakan dalam proses lidik sidik
TP lingkungan hidup ini, dan bekerja sama dengan Dinas Keuangan
untuk merumuskan tunjangan kinerja (honor) dalam pokja ini. Dan
anggaran dalam proses pencegahan kerusakan atau pencemaran
lingkungan hidup ini termasuk penelitian terhadap kegiatan pelaku
usaha yang dimungkinkan merusak dan atau mencemarkan lingkungan
hidup ini.
D. Membuat SOP (standar oprasional prosedur) terkait penanganan TP
lingkungan hidup yang terjadi di wilayah Kabupaten Ciamis.
27.

STRATEGI
A. Stategi Jangka Pendek
1) Melaksanakan pembinaan teknis terkait penanganan TP lingkungan
hidup dengan mengundang narasumber dari satuan atas (Polda
Jabar) dan BPLHD Provinsi Jabar terkait penanganan TP
Lingkungan Hidup tersebut.
2) Melakukan pendataan terkait penyidik dan PPNS yang belum
pernah mengikuti kejuruan ”Idik Tindak Pidana Lingkungan Hidup”
di Pusdik Reskrim Megamendung dan mengajukan daftar namanama tersebut agar diikut sertakan dalam kejuruan tersebut.
3) Melakukan kordinasi dengan bagian perencanaa (bagren) Polres
Ciamis dan Dinas Keuangan terkait anggran yang dapat digunakan
dalam oprasionalisasi kegiatan sinergitas polisional ini.
4) Menyiapkan ruang sementara sebagai tempat kordinasi terkait
masalah pencemaran dan atau pengrusakan lingkungan hidup ini.
5) Menggunakan fasilitas laboratorium yang ada untuk melakukan
pengecekan terhadap pelaku usaha yang dianggap berpotensi
melakukan pencemaran dan atau pengrusakan lingkungan hidup.
6) Melakukan rapat kordinasi antara Polres Ciamis dengan Pemda
Kabupaten Ciamis terkait pembuatan MOU (memorandum of
30

understanding) terkait tindak pidana lingkungan hidup ini dari segi
pencegahan, penanggulangan sampai dengan penegakan hukum
lingkungan hidup.
7) Melakukan rapat bersama antara Polres Ciamis dan BPLHD
Kabupaten Ciamis terkait SOP (standar oprasional prosedur)
penanganan tindak pidana lingkungan hidup.
B. Strategi Jangka Panjang
1) Mengajukan permintaan

penambahan

penyidik

Polri

yang

memahami tentang Tindak Pidana Lingkungan Hidup sehingga
mampu memaksimalkan proses penegakan hukum tindak pidana
lingkungan hidup tersebut.
2) Mengajukan pemenuhan pegawai yang memenuhi syarat dan
kompetensi sebagai PPNS dan PPLHD Kabupaten Ciamis.
3) Mengajukan anggaran yang mampu memenuhi kegitan sinergitas
polisional
pengecekan

ini

dari
sampel

proses

pencegahan,

dilapangan

sampai

penanggulangan,
dengan

proses

penyelidikan dan penyidikan kasus tindak pidana lingkungan hidup
dan tunjangan jabatannya.
4) Mengajukan MOU dengan

pelaku

usaha

yang

berpotensi

melakukan kegiatan yang mencemarkan dan atau merusak
lingkungan sekitar. Sehingga merekapun mempunyai kewajiban
untuk menjaga lingkungan sekitar tempat dimana ke