OPTIMALISASI UNIT PELAYANAN CEPAT TERHADAP PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

OPTIMALISASI UNIT PELAYANAN CEPAT TERHADAP PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

HANDRIAL TRI SAPUTRA

Sistem Manunggal Satu Atap (Samsat) adalah salah satu instansi pemerintah yang berfungsi salah satunya sebagai tempat pengesahan pajak kendaraan bermotor. Dalam rangka efisiensi, efektifitas, transparansi, akuntabilitas dan pelayanan prima kepada wajib pajak di Provinsi Lampung, berbagai langkah upaya telah dilaksanakan Samsat di Provinsi Lampung yaitu melakukan terobosan/inovasi salah satunya berdasarkan Nota Kesepakatan bersama antara Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung, Direktorat Lalu Lintas Polda Lampung dan PT. Jasa Raharja (Persero) cabang Lampung Nomor: 119/1569.A/III.15/2007 yaitu dengan membentuk Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dan mempersingkat waktu pembayaran pajak tahunan atau pengesahan (STNK) mengingat jumlah kendaraan yang dari tahun ke tahun semakin tinggi.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini diketahui sudah optimal tidaknya Unit Pelayanan Cepat terhadap pembayaran pajak kendaraan bermotor di Provinsi Lampung dan faktor-faktor yang menjadi penghambatnya.Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, peneliti menggunakan pendekatan normatif-empiris dan didukung dengan observasi lapangan dan wawancara responden dalam pengumpulan data. Dari data yang didapat di lapangan diperoleh hasil bahwa menurut beberapa responden wajib pajak belum optimalnya Unit Pelayanan Cepat terhadap pembayaran pajak kendaraaan bermotor meskipun telah berjalan baik belum maksimal, karena masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi lagi atau bahkan diadakan.

Berdasarkan penelitian pengoptimalan Unit Pelayanan Cepat belum cukup optimal, kita ketahui bahwa setiap tahun volume kendaraan bermotor semakin bertambah seharusnya dapat diiringi dengan optimalnya pelayanan pajak kendaraan bermotor sehingga memberikan pengaruh yang baik pula dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah Provinsi Lampung. Untuk mencapai hal tersebut dibutuhkan penambahan unit dan harus diperhatian, terlebih dari


(2)

pihak-pihak terkait guna memberikan pelayanan yang prima kepada wajib paajak pada pelayanan pajak kendaraan bermotor di Provinsi Lampung.

Kata kunci : Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru, Pajak Kendaraan Bermotor, Provinsi Lampung


(3)

ABSTRACT

THE OPTIMALIZATION OF QUICK SERVICE UNIT PAYMENT VEHICLES’ TAX SERVICE IN LAMPUNG PROVINCE

By

HANDRIAL TRI SAPUTRA

SAMSAT is one of government agencies that serves the approval and payment of motor vehicle tax. In the context of efficiency, effectiveness, transparency, accountability and good service toward the tax payer in Lampung Province, various efforts have been undertaken by the Lampung Provincial Government in order to do some Memorandum of Understanding of Lampung's Revenue Department, traffic directorate of Lampung Police, an PT Jasa Raharja(Persero) Lampung to establish Quick Service Unit /SAMSAT Drive Thru. It was intended to simplify and minimize the time of the annual tax payment and approval of Certificate Number of Vehicles considering the increase of the number of four-wheeled vehicles that year by year is getting higher.

The aim of this research is to investigate the optimization of Quick Service Unit of the motor vehicle tax services in Lampung Province and also the obstacle factors. To achieve the aim of this study,the researcher used a normative-empirical approach which was supported by field observation and respondents’ interviews in data collection. From the obtained data, it was found that according to some respondents the optimization of Quick Service Unit of the motor vehicle tax services in Lampung province has run well even though it's not maximum because there were still some things which need some considerations or even to be held again.

Based on the research, the optimization of Quick Service Unit has not quite optimal,considering that in every year there is an increasing of the motor vehicle's volume which should be accompanied with the optimalization of vehicle tax services in order to provide a good effect in increasing the local revenue of Lampung Province. To achieve this aim, it requires the consideration to add some units, especially from the parties to provide a good service to tax payers in vehicle tax payment in Lampung province.


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Alur Kerja Unit Pelayanan Cepat Dan Proses Pembayaran ... 14


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 6

1.2.1 Permasalahan ... 6

1.2.2 Ruang Lingkup ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 7

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1Pengertian Optimalisasi ... 9

2.2Pengertian Unit Pelayanan Cepat ... 10

2.3Proses Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor ... 11

2.3.1 Proses Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru ... 13

2.3.2 Tolak Ukur Evaluasi Program Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru ... 15

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Program ... 18

2.4Fungsi Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru ... 21

2.5Konsep Perpajakan ... 23

2.6Pengertian Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor ... 25

2.6.1 Jenis Pajak ... 29

2.6.2 Manfaat Pajak ... 32

2.6.3 Fungsi Pajak ... 35

2.7Dasar Hukum Pajak Kendaraan bermotor ... 37

BAB III METODE PENELITIAN ... 38


(6)

3.2 Sumber Data ... 39

3.3 Prosedur Pengumpulan Data ... 40

3.4 Pengolahan Data ... 41

3.5 Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1Gambaran Umum Kantor Bersama Samsat di Provinsi Lampung ... 42

4.2Deskripsi Umum Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru ... 45

4.3Pelayanan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru ... 46

4.3.1 Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru Bandar Lampung ... 51

4.3.2 Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru Gunung Sugih ... 53

4.3.3 Indikator Kualitas Pelayanan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru ... 55

4.4Faktor Penghambat Pelaksanaan Unit Pelayanan Cepat/Samsat DriveThru ... 59

4.4.1 Sektor Sumber Daya Manusia ... 60

4.4.2 Sektor Sarana Prasarana ... 61

4.4.3 Sektor Pelayanan ... 62

4.5Upaya yang Dilakukan Unit Pelayanan Cepat Dalam Menjaga Kualitas Pelayanan ... 64

4.5.1 Pemberian Pelatihan Para Petugas Unit Pelayanan Cepat/ Samsat Drive Thru ... 64

4.5.2 Peningkatan Sarana Prasarana ... 64

4.5.3 Penambahan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru ... 65

4.5.4 Sosialisasi Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru ... 66

4.6Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor di Provinsi Lampung ... 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 73


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Lampung (Sebelum Adanya Unit Pelayanan Cepat) ... 68

2. Target Dan Realisasi Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Lampung (Sesudah Adanya Unit Pelayanan Cepat) ... 68


(8)

OPTIMALISASI UNIT PELAYANAN CEPAT TERHADAP

PEMBAYARAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR

DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

HANDRIAL TRI SAPUTRA

Skripsi

Sebagai salah Satu Syarat untuk mencapai gelar

SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2013


(9)

(10)

(11)

MOTTO

Baya

r pajaknya, awasi penggunaannya”

Dirjen. Pajak

“ Profesional Jiwaku, pelayanan prima tujuanku”

Dipenda Sulut

Bagi Wajib Pajak, kami Wajib memberikan Pelayanan Prima"

Dipenda Malang


(12)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, kupersembahkan karya kecilku ini untuk orang-orang yang kusayangi :

Bapak dan Ibu terkasih, motivator terbesar dalam hidupku yang tak pernah jemu

mendo’akan dan menyayangiku, atas semua pengorbanan dan kesabaran mengantarku sampai kini. Tak pernah cukup ku membalas cinta padaku, kakak-kakakku dan kekasihku yang selalu menyemangatiku dalam penyusunan skripsi

ini sampai tuntas.

Para dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung, Terima kasih atas pendidikan, wawasan, bimbingan, kritik dan saran dalam pembuatan skripsi ini.

Seluruh teman- teman seperjuangan selama masa kuliah di Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah banyak membantu baik suka maupun duka dan

sahabat-sahabatku yang tak mungkin penulis sebutkan satu-persatu.

Almamater tercinta.

Semoga karya tulis ilmiah yang menjadi tugas akhir dalam menempuh gelar Sarjana Hukum ini sungguh dapat bermanfaat.


(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir dari keluarga sederhana 26 April 1991 dan merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara dari Bapak Hi. Safari Mursalin dan Ibu Hj. Jamila Wahab, S.E.

Pendidikan pertama penulis ditempuh di SD Kartika II- 5 Bandar Lampung lulus pada tahun 2003. Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 9 Bandar Lampung lulus pada tahun 2006 dan kemudian meneruskan pendidikan di SMA Negeri 9 Bandar Lampung lulus pada tahun 2009.

Pada tahun 2009 penulis diterima di Fakultas Hukum Universitas Lampung. Pada tahun yang sama penulis mengikuti dan menjadi Pengurus Perhimpunan Mahasiwa Hukum untuk Seni (PERSIKUSI), UKM Zoom Universitas Lampung angkatan XII, serta Himpunan Mahasiswa Hukum Administrasi Negara (HIMA HAN) periode 2011-2012. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Bawang, Kecamatan Punduh Pidada Kabupaten Pesawaran.


(14)

SANWACANA

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Semesta Alam, atas rahmat dan karunia-Nya skripsi ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul “Optimalisasi Unit Pelayanan Cepat Terhadap Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Di Provinsi Lampung” Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.Hum. selaku Pembantu Dekan satu Fakultas Hukum Universitas Lampung dan sebagai Pembimbing Pertama atas kebaikan dalam membimbing penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

2. Ibu Eka Deviani, S.H., M.H. selaku Pembimbing Kedua atas segala kebaikan dan kesabarannya dalam membimbing penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini;

3. Ibu Upik Hamidah, S.H., M.H. selaku Sekertaris Bagian Hukum Administrasi Negara dan sebagai Penguji Utama yang memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dalam penulisan skripsi ini;

4. Bapak Agus Triyono, S.H., M.H. selaku Pembahas Kedua yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini;


(15)

6. Ibu Nurmayani, S.H., M.H. selaku Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara yang telah memberikan didikan dan saran-saran yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini;

7. Bapak Depri Liber Sonata S.H.,M.H. selaku Pembimbing Akademik atas segala bantuannya;

8. Bapak Rudi S.H., LL.M., LL.D., Prof. Dr. I Gede A.B. Wiranata, S.H., M.H., Bapak Muhtadi S.H., M.H., Bapak Sudirman Mechsan S.H., M.H., dan seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas pendidikan, wawasan, dan pengetahuan ilmu hukum yang sangat berguna bagi saya;

9. Kedua orang tuaku Hi. Safari Mursalin dan Hj. Jamila Wahab S.E dengan sabar mengasuh, membesarkan serta mendidikku berkat doa yang tak henti-hentinya yang kalian panjatkan kepada Allah SWT hingga penulis menjadi seorang sarjana hukum, Semoga tetesan keringat dan air mata kalian tidak sia-sia;

10. Kedua kakak-kakakku Citra Safitri S.P dan Gina Puspita Sari S.T.,M.T.yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini dan tak henti memotivasi dan memberikan semangat;

11. Kekasihku Dian Pratiwi S.Pd yang selalu membantuku tanpa henti memberikan motivasi kepadaku;


(16)

12. Teman-teman alumni SD Kartika II-5 Bandarlampung, SMPN 9 Bandar Lampung, SMAN 9 Bandar Lampung serta para senior Fakultas Hukum angkatan 2006 s/d 2008;

13. Keluarga KKN periode 2 tahun 2012 Desa Bawang Kec. Punduh Pidada Kab. Pesawaran yang sangat luar biasa yang tak mungkin ku lupa suka duka bersama kalian dan;

14. Seluruh teman-teman Mahasiswa Fakultas Hukum angkatan 2009 senasib seperjuangan khususnya bagian Hukum Administrasi Negara yang telah banyak membantu.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa pada skripsi ini masih terdapat kekurangan dan belum sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca sekalian Amin.

Bandar Lampung, Juni 2013 Penulis,


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pelayanan publik kepada masyarakat merupakan salah satu tugas atau fungsi penting Pemerintah dalam menyelenggarakan tugas-tugas pemerintahannya. Pelayanan publik merupakan unsur yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan karena menyangkut aspek kehidupan yang sangat luas. Dalam kehidupan bernegara, Pemerintah mempunyai fungsi memberikan berbagai pelayanan publik yang diperlukan oleh masyarakat terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam berbagai bidang aspek kehidupan. Pemerintah pada hakekatnya adalah pelayan masyarakat, Pemerintah tidaklah untuk melayani dirinya sendiri tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi agar setiap anggota masyarakat dapat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya dalam mencapai tujuan bersama.1

Birokrasi pemerintah tidak lagi menampilkan sosok sebagai penguasa tetapi sebagai pelayan masyarakat. Semua bentuk kegiatan pemerintah dan pembangunan harus dikelola secara transparan dan dapat dipertanggung jawabkan

1Ahmad Affandi, Efektifitas Pelayanan Publik oleh Kantor Bersama SAMSAT Mojokerto melalui Samsat Link, (Malang: Fakultas Hukum Universitas Brawijaya), 2008, hlm. 9


(18)

2

kepada publik. Tuntutan masyarakat kepada pemerintah untuk menyelenggarakan pemerintahan dan kepemimpinan yang baik merupakan isu yang paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik, tuntutan ini merupakan hal yang wajar dan sudah seharusnya dapat direspon oleh pemerintah dengan melakukan perubahan -perubahan yang terarah pada terwujudnya pemerintahan yang baik. Tuntutan kuat yang dilakukan masyarakat akan adanya good governance muncul seiring dengan telah meningkatnya tingkat pendidikan, pengetahuan, dan juga telah dihadapkannya masyarakat pada era globalisasi.2 Salah satu tuntutan masyarakat kepada pemerintah adalah peningkatan pelayanan publik di sektor pelayanan pajak kendaraan bermotor.

Berbicara tentang Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan Bermotor termasuk Pajak Daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.3 Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Pajak adalah Kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam hal pemungutan pajak kendaraan bermotor, kantor Samsatlah yang berperan sangat penting. Samsat adalah akronim dari Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap. Institusi ini merupakan unit pelayananan publik dalam menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor berdasarkan ketentuan Pasal 67 ayat (1)

2

Ahmad Imanuddin, Zainal Hidayat, Analisis Kepuasan Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor Di Samsat Kota Semarang II, (Semarang: Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro), 2009, hlm. 3

3


(19)

Undang-Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB), dan pembayaran Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas (SWDKLL) dilaksanakan secara terintegrasi dan terkoordinasi.4 Kantor bersama Samsat dalam pelaksanaanya, terdapat tiga penyelenggara yakni Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Provinsi Lampung, Direktorat Lalu Lintas Polda Lampung, dan PT. Jasa Raharja.

Kita ketahui jumlah kendaraan bermotor yang ada di Provinsi Lampung sangat banyak dan peningkatan jumlah kendaraan dari tahun ke tahun cukup pesat. Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah kendaraan bermotor setiap tahunnya, maka Dinas Pendapatan Provinsi Lampung melalui Samsat yang ada di Provinsi Lampung menindaklanjuti dalam rangka efisiensi, efektifitas, transparansi, akuntabilitas dan pelayanan prima dan optimal kepada wajib pajak di Provinsi Lampung, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung salah satunya pendirian Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru, yang berdasarkan Nota Kesepakatan bersama antara Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung, Direktorat Lalu Lintas Polda Lampung dan PT. Jasa Raharja (Persero) cabang Lampung Nomor: 119/1569.A/III.15/2007 yaitu mengenai:

a. Pembangunan Unit Pelayanan Cepat (UPC);

4 http://www.antarasulteng.com/berita/1459/samsat-palu-dan-permasalahannya diakses pada


(20)

4

b. Penempatan kantor pelayanan PKB di tempat-tempat umum dalam rangka pemberian akses kemudahan kepada wajib pajak, yaitu : samsat mall chandra, samsat mall kartini, samsat kontainer, samsat mall millenium; c. Pengembangan samsat bergerak (mobilitas pelayanan) kepada wajib pajak

yang berada dipusat-pusat pertumbuhan dengan aksesibilitas rendah;

d. Adanya MoU (kesepakatan bersama) antara Gubernur Lampung dengan Kapolda Lampung tentang penyempurnaan pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) di Provinsi Lampung yang ditindak lanjuti antara Kadispenda Provinsi Lampung dengan PT. Jasa Raharja (Persero) cabang Lampung dan PT. Bank Lampung.

Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru menjawab tuntutan dari masyarakat (Wajib Pajak), Unit Pelayanan Cepat merupakan salah satu terobosan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan. Karena selain faktor kecepatan dan kemudahan dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sistem dari pelayanan Drive Thru ini diadopsi dari pelayanan yang dilakukan oleh restoran makanan cepat saji, seperti Kentucky Fried Chicken dan McDonalds. Drive Thru sendiri berasal dari kata drive through yang artinya lewat kemudi di mana penyediaan fasilitas tersebut memungkinkan pelanggan atau wajib pajak tidak perlu turun mobil dalam mendapatkan pelayanan. Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru memang merupakan suatu inovasi yang baik untuk meningkatkan pelayanan terhadap wajib pajak, dalam eksposenya bertujuan untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam bentuk pelayanan yang cepat, tepat, mudah, dan murah dalam rangka pembayaran pajak kendaraan yang oleh setiap pemilik


(21)

kendaraan bermotor setiap tahun. Masyarakat tak usah repot-repot turun dari kendaraannya, hanya dalam hitungan menit urusan yang sebelumnya harus diselesaikan sampai berjam-jam bisa selesai dengan cepat dan lancar.5

Inovasi dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor melalui Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru ini di latar belakangi dengan semangat reformasi birokrasi yang mencoba mengakomodir tuntutan dari masyarakat pemilik kendaraan, banyaknya calo atau perantara yang menghadang menawarkan jasa pengurusan setiap masuk kedalam Samsat dan pelaksanaan pembayaran pajak kendaraan bermotor yang memakan waktu lama, serta kesan birokrasi yang berbelit-belit sudah menghantui masyarakat pemilik kendaraan sebelum melakukan proses di Samsat.6Untuk mencapai pelayanan publik yang baik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara menyusun standar pelayanan publik bagi instansi pemerintah dengan mengeluarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63/Kep/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, dimana ketentuan umum pelayanan publik digariskan agar dapat dijadikan pedoman pelayanan baik oleh instansi pemerintah di pusat maupun di daerah. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Pelaksanaan Unit Pelayanan Cepat yang ada di Provinsi Lampung. Penelitian kemudian dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Optimalisasi Unit Pelayanan Cepat Terhadap Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di Provinsi Lampung”.

5Oxford Advanced Learner’s

, 2005, hlm.120, Dikutip dalam Leganek Mawardi, “Optimalisasi Samsat Drive Thru Guna Mewujudkan Pelayanan Prima Dalam Rangka Mendukung Transparansi Pelayanan Polri Pada Kantor Bersama Samsat Jakarta Selatan”, (Jakarta: Fakultas Pascasarjana Program Studi Kajian Ilmu Kepolisian, Universitas Indonesia), 2011, hlm. 19 6


(22)

6

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup 1.2.1 Permasalahan

Berdasarkan Latar Belakang Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Optimalisasi Unit Pelayanan Cepat Terhadap Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Di Provinsi Lampung? 2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat dalam

Optimalisasi Unit Pelayanan Cepat Terhadap Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor Di Provinsi Lampung?

1.2.2 Ruang Lingkup Permasalahan

Berdasarkan lingkup Permasalahan dalam penelitian ini dilakukan di seluruh Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru di Provinsi Lampung ditinjau dari peraturan perundang-undangan yang mengatur Administrasi Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun Penelitian ini bertujuan untuk :

a. Diketahuinya optimalisasi unit pelayanan cepat terhadap pembayaran pajak kendaraan bermotor di Provinsi Lampung.


(23)

b. Diketahuinya faktor dan penghambat dalam optimalisasi unit pelayanan cepat terhadap pembayaran pajak kendaraan bermotor di Provinsi Lampung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan informasi petunjuk dan arah dalam rangka menilai kinerja layanan jasa perpajakan, menemukan titik kelemahan dan kekurangan yang akhirnya melakukan perbaikan guna memberikan layanan yang prima bagi wajib pajak serta sebagai bahan masukan dalam membahas kajian program yang berkelanjutan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah dan swasta lainnya yang terutama bergerak dalam bidang pelayanan masyarakat. Dan khususnya dapat memberikan masukan bagi perkembangan Ilmu Hukum Administrasi Negara.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis penelitian ini merupakan sumbangan pemikiran bagi masyarakat luas untuk dapat dijadikan pedoman dalam melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor yang lebih efektif dan efisien. Secara umum menginformasikan kepada masyarakat untuk menggunakan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru untuk pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor yang lebih mudah.


(24)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Optimalisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah berasal dari kata dasar optimal yang berarti terbaik, tertinggi, paling menguntungkan, menjadikan paling baik, menjadikan paling tinggi, pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga optimalisasi adalah suatu tindakan, proses, atau metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif.7

Menurut Machfud Sidik berkaitan dengan Optimalisasi suatu tindakan/kegiatan untuk meningkatkan dan Mengoptimalkan. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap obyek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada terutama melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dengan melakukan efektivitas dan efisiensi sumber atau obyek pendapatan daerah, maka akan meningkatkan produktivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa harus melakukan perluasan sumber atau

7


(25)

obyek pendapatan baru yang memerlukan studi, proses dan waktu yang panjang.8 Dukungan teknologi informasi secara terpadu guna mengintensifkan pajak mutlak diperlukan dari sistem pelayanan pajak yang dilaksanakan cenderung tidak optimal, Masalah ini tercermin pada sistem dan prosedur. Perlu adanya batasan waktu dan penentuan tata cara pelaksanaan. Berhasil tidaknya proses pelaksanaan Menurut Edward, yang dikutip oleh Abdullah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang merupakan syarat terpenting berhasilnya suatu proses implementasi.

Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi yang disampaikan;

b. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu terpenuhinya lumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang dibutuhkan dalam pelaksanaan;

c. Disposisi, Sikap dan komitmen daripada pelaksanaan terhadap program khususnya dari mereka yang menjadi implemetasi program khususnya dari mereka yang menjadi implementer program.9

Berdasarkan pengertian konsep dan teori diatas, maka dapat peneliti menyimpulkan bahwa optimalisasi adalah suatu proses, melaksanakan program

8

Artikel Machfud Sidik, “Optimalisasi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah”, 2001, hlm. 8

9

Syukur Abdullah, Kumpulan Makalah “Study Imlementasi Latar Belakang Konsep Pendekatan dan Relevansinya Dalam Pembangunan, (Ujung Pandang: Persadi, 1987), hlm. 40


(26)

10

yang telah direncanakan dengan terencana guna mencapai tujuan/target sehingga dapat meningkatkan kinerja secara optimal.

2.2 Pengertian Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “Unit” merupakan bagian terkecil dari

pada sesuatu yang dapat berdiri sendiri.10 Sedangkan “Pelayanan” adalah perihal atau cara melayani,11 Menurut Moenir pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur, dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya. Hal ini menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu yang diberikan kepada orang lain dalam hal ini pelanggan agar kebutuhan pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapan mereka.12dan “Cepat” merupakan dalam waktu singkat dapai mencapai jarak jauh (perjalanan, gerakan, kejadian, dsb)13 Berdasarkan Uraian diatas dapat diketahui bahwa Unit Pelayanan Cepat adalah pelayanan/aktivitas yang dilakukan sekelompok orang dalam waktu singkat untuk memenuhi pelayanan terhadap sesuatu yang dilakukan oleh bagian terkecil dari sebuah institusi yang dapat berdiri sendiri.14

10

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka), 1994, hlm. 1247

11

op.cit., hlm.646

12

Moenir, H.A.S, Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia, (Jakarta: Bumi Aksara), 1998, hlm. 26

13

Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit., 1994 hlm. 208 14

Muhammad Novandi, Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Melalui Unit Pelayanan Cepat (UPC) Di Kota Bandar Lampung, (Bandar Lampung: Fakultas Hukum Universitas Lampung), 2009, hlm. 28


(27)

2.3 Proses Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor

Proses pelayanan konvensional yang terdapat di Samsat untuk melayani para wajib pajak kendaraan bermotor adalah sistem antrian, Sistem antrian adalah suatu himpunan pelanggan, pelayan dan suatu aturan yang mengatur kedatangan para pelanggan dan pemrosesan masalahnya. Unit yang memerlukan pelayanan disebut pelanggan (customer) dan yang melayani disebut pelayan (server). Dalam sistem antrian terdapat unit-unit yang memerlukan pelayanan menolak memasuki sistem antrian jika antrian itu terlalu panjang yang lebih dikenal dengan istilah balking. 15 Pelanggan yang tak sabar dan memutuskan untuk meninggalkan sistem sebelum dilayani dinamakan reneging. 16

Komponen Sistem Antrian : a. Kedatangan

Pola kedatangan para pelanggan dicirikan oleh waktu antar kedatangan, yakni waktu antara kedatangan dua pelanggan yang berurutan pada suatu fasilitas pelayanan. Pola ini dapat deterministik (yakni, diketahui secara pasti) atau berupa suatu variabel acak yang distribusi probabilitasnya dianggap telah diketahui. Pola ini dapat bergantung pada jumlah pelanggan yang berada dalam sistem, atau tidak bergantung pada keadaan sistem antrian ini. Para pelanggan datang satu per satu atau secara berombongan. Bila tidak disebutkan secara khusus, maka anggapan standarnya adalah bahwa semua pelanggan tiba satu per satu;

15

Dimyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta : PT. Rineka Cipta), 1999, hlm.7 16

Sri Mulyono, Riset Operasi, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia), 2002. hlm. 276


(28)

12

b. Pelayanan

Pola pelayanan dicirikan oleh waktu pelayanan (service time), yakni waktu yang dibutuhkan seorang pelayan untuk melayani seorang pelanggan. Waktu pelayanan dapat bersifat deterministik, atau berupa suatu variabel acak yang distribusi probabilitasnya dianggap telah diketahui. Para pelanggan dapat dilayani oleh satu pelayan atau membutuhkan suatu barisan pelayan. Bila tidak disebutkan secara khusus, maka anggapan dasarnya adalah bahwa satu pelayan saja dapat melayani secara tuntas urusan seorang pelanggan;

c. Fasilitas pelayanan

Fasilitas pelayanan berkaitan erat dengan bentuk baris antrian, yaitu : 1. Bentuk series

dalam satu garis lurus ataupun garis melingkar; 2. Bentuk paralel

dalam beberapa garis lurus yang antara yang satu dengan yang lain paralel.

a. Disiplin antrian adalah aturan dimana para pelanggan dilayani, atau disiplin pelayanan (service discipline) yang memuat urutan (order) para pelanggan menerima layanan.

b. Kapasitas sistem adalah jumlah maksimum pelanggan, mencakup yang sedang dilayani dan yang berada dalam antrian, yang dapat ditampung oleh fasilitas pelayanan pada saat yang sama. Sebuah sistem yang tidak membatasi jumlah pelanggan di dalam fasilitas pelayanannya memiliki kapasitas tak terhingga, sedangkan suatu


(29)

sistem yang membatasi jumlah pelanggan memiliki kapasitas berhingga.

c. Sumber Pemanggil dalam fasilitas pelayanan, yang berperan sebagai sumber pemanggilan dapat berupa mesin maupun manusia. Bila ada sejumlah mesin yang rusak maka sumber pemanggilan akan berkurang dan tidak dapat melayani pelanggan.17

2.3.1 Proses Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor di Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru

Unit Pelayanan Cepat adalah layanan pengesahan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Pembayaran Pemilikan Kendaraan Bermotor (PKB) dan Sumbangan Wajib Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan (SWDKLLJ) yang tempat pelaksanaannya di luar gedung kantor bersama SAMSAT memungkinkan Wajib Pajak melakukan transaksi tanpa harus turun dari kendaraan bermotor yang dikendarainya. Tujuan dibuatnya Sistem Drive Thru adalah untuk membangun budaya tertib membayar pajak dikalangan masyarakat. Sistem Dan Prosedur Layanan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru :

Adapun Sistem Layanan Samsat Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru sebagai berikut :

1. Layanan Unit Pelayanan Cepat terdiri dari 2 (dua) loket yaitu : a. Loket 1 Pendaftaran dan Pengesahan.

17

Seminar Ttg. Peran Penyuluhan P2K Dalam Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah, Senin 28 November 2011


(30)

14

b. Loket 2 pembayaran dan penyerahan.

2. Pendaftaran Pengesahan pada ayat 1 (satu) huruf a ditandai dengan stempel dan paraf petugas pendaftaran.

3. Layanan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru melayani kendaraan bermotor dengan identifikasi sesuai dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) yang digunakan pada saat pendaftaran. 4. Layanan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru tidak melayani

kendaraan blokir dan kendaraan bermotor angkutan penumpang umum diperuntukan pada kendaraan roda empat.

5. Petugas loket pendaftaran menerima dokumen dari wajib pajak berupa Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) Asli, Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK) Asli, Kartu Tanda Penduduk (KTP) Asli, selanjutnya melakukan penelitian terhadap kebenaran dokumen dan melakukan validasi dokumen dengan scanner.

6. Petugas loket Pembayaran dan Penyerahan memberitahukan jumlah pembayaran yang seharusnya dan selajutnya menerima pembayaran serta menyerahkan bukti pembayaran kepada Wajib Pajak.

7. Pemanfaatan layanan drive thru disesuaikan dengan situasi kondisi masing-masing daerah.18

Masuk Bank Lampung Keluar

18

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34718/4/Chapter%20II.pdf diakses pada tanggal 10 Januari 2013

LOKET II LOKET I SELESAI Pengesahan Berkas Masukan berkas

pemohon Pembayaran


(31)

Gambar 1. Alur Kerja Unit Pelayanan Cepat dan Proses Pembayaran

Wajib pajak memberikan dokumen Buku Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB), Kartu Tanda Penduduk (KTP), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD), kepada petugas yang berada diloket I, kemudian petugas memasukan data dokumen yang diterima dari wajib pajak ke aplikasi pembayaran, setelah data yang ada valid, petugas memberikan struk pembayaran pajak yang harus dibayar kepada petugas kasir. Wajib pajakpun membayar jumlah yang telah diberitahukan oleh petugas kasir. Kemudian wajib pajak dapat menerima dokumen yang telah diproses oleh petugas di loket II. Setelah semua proses selesai, wajib pajakpun dapat meninggalkan loket pembayaran di Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru tersebut.

2.3.2 Tolak Ukur Evaluasi Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru

Vincent Gesperz, mengemukakan bahwa kualitas pelayanan, meliputi dimensi-dimensi berikut :

1. Ketaatan waktu pelayanan, berkaitan dengan waktu tunggu dan waktu proses.

2. Akurasi pelayanan, berkaitan dengan keakuratan pelayanan dan bebas dari kesalahan-kesalahan.

3. Kesopanan dan keramahan dalam memberikan pelayanan, berkaitan dengan perilaku orang-orang yang berintegrasi langsung kepada pelanggan eksternal.


(32)

16

4. Tanggung jawab, berkaitan dengan penerimaan pesanan dan penanganan keluhan pelanggan eksternal (masyarakat).

5. Kemudahan mendapatkan pelayanan, berkaitan dengan banyaknya petugas yang melayani dan fasilitas pendukung.

6. Kenyamanan mendapat pelayanan, berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi dan petunjuk panduan lainnya.

7. Atribut pendukung lainnya, seperti lingkungan, kebersihan, ruang tunggu, fasilitas musik, AC, dan lain-lain.19

Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat, untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari:

1. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapatdiakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secaramemadai serta mudah dimengerti;

2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

3. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip;

4. efisiensi dan efektivitas Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan

19


(33)

pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat;

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain;

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik.20

Lenvine mengemukakan tiga konsep yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi publik, yakni :

1. Responsivitas (responsiveness) : menggambarkan kemampuan organisasi publik dalam menjalankan misi dan tujuannya terutama untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Penilaian responsivitas bersumber pada data organisasi dan masyarakat, data organisasi dipakai untuk mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan dan program organisasi, sedangkan data masyarakat pengguna jasa diperlukan untuk mengidentifikasi demand dan kebutuhan masyarakat.

2. Responsibilitas (responsibility): pelaksanaan kegiatan organisasi publik dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi baik yang implisit atau eksplisit. Responsibilitas dapat dinilai dari analisis terhadap dokumen dan laporan kegiatan organisasi. Penilaian dilakukan

20

Lijan Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik Teori, Kebijakan, dan Implementasi. (Jakarta: PT. Bumi Aksara), 2006, hlm.6


(34)

18

dengan mencocokan pelaksanaan kegiatan dan program organisasi dengan prosedur administrasi dan ketentuan-ketentuan yang ada dalam organisasi.

3. Akuntabilitas (accountability): menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat. Data akuntabilitas dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti penilaian dari wakil rakyat, para pejabat politis, dan oleh masyarakat.21

2.3.3 Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Unit Pelayanan Cepat/ Samsat Drive Thru

Sistem Penyelenggaraan Pelayanan Publik Indonesia perlu bersinergi dan saling mengisi dalam mendukung bekerjanya keseluruhan sistem itu secara optimal. Faktor-faktor penentu meliputi :

Regulasi tentang Pelayanan Publik

a. Regulasi pelayanan publik berwujud seperangkat peraturan perundang-undangan, yang sebagian besar merupakan kaidah-kaidah hukum administrasi negara, yang memberikan dasar hukum dari beroperasinya sistem palayanan publik. Peraturan-peraturan hukum yang menjadi dasar keabsahan adalah :

1. Keberadaan hukum (legal existence) institusi-institusi administrasi negara penyelenggara pelayanan publik.

21

Makalah Tjipto Atmoko, Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, 2008, hlm. 4


(35)

2. Bekerjanya struktur organisasi, pengisian jabatan dan fungsi penyelenggara pelayanan publik dengan pejabat dengan kualifikasi dan kompetensi tertentu.

3. Penetapan dan pelaksanaan tugas, tanggung jawab, kewenangan dan hak-hak penyelenggaraan pelayanan publik. 4. Pengakuan kedudukan, dan penegakan hak, kewajiban, serta

tanggung jawab warga masyarakat pengguna pelayanan jasa publik.

5. Penetapan berlakunya proses/prosedur penyelenggaraan pelayanan jasa publik serta standar minimum pelayanan (tolok ukur kinerja/hasil kerja kualitas produk) termasuk indeks kepuasan masyarakat dan proses/prosedur pengajuan dan pelayanan keluhan publik (publik complaint/public grievance).

6. Berlakunya standar perilaku (standard of conduct) para penjabat penyelenggara pelayanan publik.

b. Asas-asas Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Dimaksud dengan asas-asas penyelenggaraan pelayanan publik adalah prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan dalam pengorganisasian, acuan kerja, serta pedoman penilaian kerja bagi setiap lembaga penyelenggaraan pelayanan publik. Asas-asas penyelenggaraan dikategorikan sebagai asas-asas umum administrasi publik yang baik (general principles of good administration) dan azas bersifat adaptif. Bersifat umum karena


(36)

20

asas ini secara langsung menyentuh hakekat pelayanan publik sebagai wujud dari upaya melaksanakan tugas pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat banyak dan/atau tugas pelaksanaan perintah peraturan perundang-undangan. Bersifat adaptif, karena asas-asas ini secara tidak langsung bersentuhan dengan pemberian pelayanan kepada masyarakat umum, baik di bidang pelayanan administratif, pelayanan jasa, pelayanan barang, ataupun kombinasi dari pelayanan-pelayanan tersebut . Asas-asas pelayanan publik antara lain :

1. Kepentingan umum, yaitu; Pemberian pelayanan tidak boleh mengutamakan kepentingan pribadi dan atau golongan; 2. Kepastian hukum, yaitu Jaminan terwujudnya hak dan

kewajiban dalam penyelenggaraan pelayanan;

3. Kesamaan hak, yaitu Pemberian pelayanan tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, gender, dan status ekonomi; 4. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu Pemenuhan hak

harus sebanding dengan kewajiban yang harus dilaksanakan, baik oleh pemberi maupun penerima pelayanan;

5. Keprofesionalan, yaitu Pelaksanaan pelayanan harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan bidang tugas; 6. Partisipatif, yaitu Peningkatan peran serta masyarakat dalam

penyelenggaraan pelayanan dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat;


(37)

7. Persamaan perlakuan/tidak diskriminatif, yaitu Setiap warga negara berhak memperoleh pelayanan yang adil;

8. Keterbukaan, yaitu Setiap penerima pelayanan dapat dengan mudah mengakses dan memperoleh informasi mengenai pelayanan yang diinginkan;

9. Akuntabilitas, yaitu Proses penyelenggaraan pelayanan harus dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

10.Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan, yaitu Pemberian kemudahan terhadap kelompok rentan sehingga tercipta keadilan dalam pelayanan. ketepatan waktu, yaitu Penyelesaian setiap jenis pelayanan dilakukan tepat waktu sesuai dengan standar pelayanan;

11.Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan, yaitu Setiap jenis pelayanan dilakukan secara cepat, mudah, dan terjangkau.22

2.4 Fungsi Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru

Pada Pelaksanaannya Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung sesuai tugas pokok dan fungsi yang ditetapkan dalam Undang-Undang, mempunyai kewajiban dalam Penyelenggaraan Pendapatan dan Pelayanan Umum, Meliputi Kesektariatan, Perencanaan dan Pengembangan, Pajak, Non Pajak, Pengendalian Dan Pembinaan Serta UPPD. Salah satu pelayanan Dinas Pendapatan Daerah

22


(38)

22

Provinsi Lampung kepada masyarakat yang di lakukan di Samsat adalah pelayanan dalam hal penyelenggaraan penerbitan Surat Tanda Kendaraan Bermotor (STNK), Buku Pajak Kendaraan Bermotor (BPKB), dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) yang dalam pelaksanaannya dilakukan bersama sama oleh 3 penyelenggaraan negara yaitu Polri, Dipenda dan Jasa Raharja yang telah diatur dalam instruksi bersama Menhankam, Menteri dalam Negeri dan Menteri Keuangan N0. 6/ IMK/0.14/1999 tentang pelaksanaan Samsat Dalam Inbers telah diatur Tugas Pokok dan Fungsi masing-masing instansi. Adapun Fungsi utama yang harus dilakukan pemerintah daerah dalam pelaksanaan Pelayanan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru adalah sebagai berikut;

1. Fungsi pelayanan masyarakat (pubic service function); 2. Fungsi pembangunan (development function);

3. Fungsi perlindungan (protection function).23

Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru hingga saat ini hanya ada dua unit di Provinsi Lampung yaitu di Samsat Bandar Lampung dan Samsat Gunung Sugih Kabupaten Lampung Tengah, diharapkan pelayanan terhadap masyarakat lebih meningkat dan memberikan kontribusi yang positif kepada pendapatan daerah khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Lampung. Adapun tujuan dibuatnya Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru sebagai berikut;

a. Melakukan pembayaran pajak kendaraan bermotor yang lebih efektif dan efisien/percepatan pelayanan kepada masyarakat selaku pemilik kendaraan

23


(39)

bermotor agar benar-benar merasa mendapatkan pelayanan Samsat dengan mudah, cepat dan baik;

b. Mengakomodir tuntutan dari masyarakat pemilik kendaraan, banyaknya calo atau perantara yang menghadang menawarkan jasa pengurusan setiap masuk kedalam Samsat dan pelaksanaan pembayaran pajak kendaraan bermotor yang memakan waktu lama, serta kesan birokrasi yang berbelitbelit sudah menghantui masyarakat pemilik kendaraan sebelum melakukan proses di Samsat.

c. Membangun budaya tertib membayar pajak dikalangan masyarakat;

d. Meningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui peningkatan pelayanan/pungutan pajak kendaraan bermotor di wilayah Lampung.

2.5Konsep Perpajakan

Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi yaitu terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan Pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan pusat dan daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara.


(40)

24

Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi sumber-sumber Pendapatan perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap obyek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada terutama melalui pemanfaatan teknologi informasi. Pelaksanann efektivitas dan efisiensi sumber atau obyek pendapatan daerah akan meningkatkan produktivitas Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa harus melakukan perluasan sumber atau obyek pendapatan baru yang memerlukan studi, proses dan waktu yang panjang. Dukungan teknologi informasi secara terpadu guna mengintensifkan pajak mutlak diperlukan karena sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan selama ini cenderung tidak optimal.

Masalah ini tercermin pada sistem dan prosedur pemungutan yang masih konvensional dan masih banyaknya sistem berjalan secara parsial, sehingga besar kemungkinan informasi yang disampaikan tidak konsisten, versi data yang berbeda dan data tidak up-to-date. Permasalahan pada sistem pemungutan pajak cukup banyak, misalnya: baik dalam hal data wajib pajak/retribusi, penetapan jumlah pajak, jumlah tagihan pajak dan target pemenuhan pajak yang tidak optimal. Secara umum, upaya yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah melalui optimalisasi intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :


(41)

Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan yang dapat dipungut oleh daerah, yang dalam perhitungan ekonomi dianggap potensial, antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan; b. Memperkuat proses pemungutan

Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan, yaitu antara lain mempercepat penyusunan Perda, mengubah tarif, khususnya tarif retribusi dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM);

c. Meningkatkan pengawasan

Hal ini dapat ditingkatkan yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara dadakan dan berkala, memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak dan sanksi terhadap pihak fiskus, serta meningkatkan pembayaran pajak dan pelayanan yang diberikan oleh daerah;

d. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan Tindakan yang dilakukan oleh daerah yaitu antara lain memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan admnistrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan.

e. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi


(42)

26

terkait di daerah. Selanjutnya, ekstensifikasi perpajakan juga dapat dilakukan.24

2.6Pengertian Pajak Kendaraan Bermotor

Memahami mengapa seseorang harus membayar pajak yaitu untuk membiayai pembangunan yang terus dilaksanakan. Maka perlu dipahami dipahami dahulu akan pengertian dari pajak itu sendiri. Seperti diketahui bahwa Negara dalam menyelenggarakan pemerintahan mempunyai kewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang kesejahteraan, keamanan, pertahanan maupun kecerdasan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan tujuan Negara yang dicantumkan di dalam Pembukaan UUD 1945 pada alenia keempat yang berbunyi

”melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia serta memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan sosial”. Dari uraian

diatas tampak bahwa karena kepentingan rakyat, Negara memerlukan dana untuk kepentingan tersebut. Dana yang akan dikeluarkan ini tentunya didapat dari rakyat itu sendiri melalui pemungutan yang disebut dengan pajak. Pemungutan pajak haruslah terlebih dahulu disetujui oleh rakyatnya sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yang menegaskan agar setiap pajak yang akan dipungut haruslah berdasarkan Undang-Undang.

24

Seminar Ttg. Peran Penyuluhan P2K Dalam Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah. Senin, 28 November 2011


(43)

Berdasarkan hasil Amandemen UUD 1945, ketentuan tersebut menjadi diatur

dalam Pasal 23 a yang selengkapnya berbunyi “Pajak dan Pemungutan yang

bersifat memakasa untuk keperluan Negara diatur dengan Undang-Undang. Pemungutan pajak yang yang harus berlandaskan undang-undang ini berarti pemungutan pajak tersebut mendapat persetujuan dari rakyatnya melalui Perwakilanya Dewan Pewakilan Rakyat (DPR) yang disebut “berasaskan yuridis”. Dengan asas ini berarti telah memberikan jaminan hukum yang tegas akan hak Negara dalam memungut pajak25 Beberapa Pendapat pakar tentang definisi pajak diantaranya dalam kutipan sebagai berikut:

1. N.J. Feldmann

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh terutang kepada penguasa, (menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra-prestasi, semata-mata digunakan untuk menutup

pengeluaran-pengeluaran umum.”

2. M.J.H. Smeets

“Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakanya, tampa adanya kontra-prestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual ; maksudnya adalah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah”.

”Smeets mengakui bahwa definisinya hanya menonjolkan fungsi budgerter

saja; baru kemudian ia menambahkan fungsi mengatur pada definisinya.”

3. Soeparman Soemahamidjaja

25

Wirawan B. Ilyas, Richard Burton, Hukum Pajak, Edisi 3, (Jakarta : Salemba Empat), 2007, hlm.4


(44)

28

“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh

pengusaha berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”. Ia mencantumkan iuran wajib dengan harapan terpenuhinya ciri bahwa pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerja sama dengan Wajib Pajak, sehingga perlu pula dihindari penggunaan istilah “paksaan”. Selanjutnya ia berpendapat terlalu berlebihan kalu khusus mengenai pajak ditekankan pentingnya unsur paksaan karena dengan mencantumkan unsur paksaan seakan-akan tidakk ada kesadaran masyarakat untuk melakukan kewajibannya.

4. Rochmat Soemitro

“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontra-prestasi), yang langung dapat ditujukkan dan yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum”.

Rochmat Soemitro menjelaskan bahwa unsur „dapat dipaksakan‟ artinya bahwa bila utang pajak tidak dibayar, maka utang pajak tersebut dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan seperti dengan mengeluarkan surat paksa dan melakukan penyitaan bahkan bisa dengan melakukan penyanderaan sedangkan terhadap pembayaran pajak tersebut tidak dapat ditunjukan jasa timbal-balik tertentu, seperti halnya dengan retribusi.

Dari empat pengertian pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa ada lima unsur yang melekat dalam pengertian pajak, yaitu :

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang-Undang; 2. Sifatnya dapat dipaksakan;


(45)

3. Tidak ada konta-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar pajak;

4. Pemungutan pajak dilakukan oleh Negara baik oleh pemerintah pusat maupun daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta); dan

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

Pemungutan pajak merupakan peralihan kekayaan dari rakyat kepada Negara yang hasilnya juga akan dikembalikan kepada masyarakat. Oleh sebab itu, pemungutan pajak harus mendapatkan persetujuan dari rakyat itu sendiri mengenai jenis pajak apa saja yang akan dipungut serta berapa besaran pemungutan pajak.26

2.6.1 Jenis Pajak

Jenis-jenis pajak dapat dikenakan digolongkan dalam tiga golongan yaitu menurut sifatnya, sasarannya/objeknya, dan lembaga pemungutannya.

a. Menurut Sifatnya

Jenis-jenis pajak menurut sifatnya dapat dibagi dua yaitu pajak langsung dan pajak tidak langsung.

Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain

26


(46)

30

serta dikenakan secara berulang-ulang pada waktu-waktu tertentu misalnya pajak penghasilan;

Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja , misalnya pajak Pertambahan Nilai. b. Menurut Sasaranya/Objeknya

Menurut sasarannya, jenis-jenis pajak dibagi dua pajak subjektif dan pajak objektif;

Pajak subjektif adalah jenis pajak yang dikenakan dengan pertama-tama memerhatikan keaadaan pribadi wajib pajak (subjeknya). Setelah diketahui keadaan subjeknya barulah diperhatikan keadaan objektifnya sesuai gaya pikul apakah dapat dikenakan pajak atau tidak, misalnya pajak penghasilan.

Pajak Objektif adalah jenis pajak yang dikenakan pertama-tama memerhatikan/ melihat objeknya baik berupa keadaan perbuatan atau peristiwa yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar pajak. Setelah diketahui objeknya barulah dicari subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui, misalnya: Pajak Pertambahan Nilai.

c. Menurut Lembaga Pemungutnya

Menurut lembaga pemungutannya, jenis pajak dapat dibagi dua yaitu jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah;


(47)

Pajak pusat adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh departemen Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak. hasil dari pemungutan pajak pusat dikumpulkan dan dimasukkan sebagai bagian dari penerimaan anggaran Pendapatan darri Belanja Negara (APBN).

Jenis pajak pusat : Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, Pajak/Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Bea Materai. Sedangkan pajak daerah adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah yang dalam pelaksanaannya sehari-hari dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Lampung. Hasil dari Pemungutan pajak daerah dikumpulkan dan dimasukan sebagai bagian dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jenis pajak yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) adalah:

1. Pajak Daerah Tk. I terdiri atas : a. Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. d. Pajak Air Permukaan.

e. Pajak Rokok.

2. Pajak Daerah Tk.II terdiri atas : a. Pajak Hotel.


(48)

32

b. Pajak Restoran. c. Pajak Hiburan. d. Pajak Reklame.

e. Pajak Penerangan Jalan.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. g. Pajak Parkir.

h. Pajak Air Tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet.

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

2.6.2 Manfaat Pajak

Sebagaimana halnya perekonomian dalam suatu rumah tangga atau keluarga, perekonomian negara juga mengenal sumber-sumber penerimaan dan pos-pos pengeluaran. Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari


(49)

pemerintah yang semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak. Dengan demikian jelas bahwa peranan penerimaan pajak bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Disamping fungsi budgeter (fungsi penerimaan) di atas, pajak juga melaksanakan fungsi redistribusi pendapatan dari masyarakat yang mempunyai kemampuan ekonomi yang lebih tinggi kepada masyarakat yang kemampuannya lebih rendah. Oleh karena itu tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya secara baik dan benar merupakan syarat mutlak untuk tercapainya fungsi redistribusi pendapatan. Sehingga pada akhirnya kesenjangan ekonomi dan sosial yang ada dalam masyarakat dapat dikurangi secara maksimal.27

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 14 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) menyatakan bahwa pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor dimaksudkan yaitu semua kendaraan beroda, beserta gandengannya yang digunakan disemua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam rangka operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air.

27

http://forester-untad.blogspot.com/2012/11/kontribusi-pajak-kendaraan-bermotor-pkb.html diakses pada tanggal 10 Januari 2012.


(50)

34

Pokok Pengaturan sesuai undang-undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) yaitu :

1. Objek Pajak

Objek Pajak kendaraan bermotor adalah kepemilikan dan/ atau penguasaan Kendaraan Bermotor. Termasuk kendaraan bermotor adalah kendaraan bermotor beroda beserta gandengannya yang dioprasikannya di semua jenis jalan darat dan kendaraan bermotor yang dioprasikan di air dengan ukuran isi kotor GT 5 (lima Gross Tonnage) sampai dengan GT 7 (tujuh Gross tonnage).

2. Pengecualian sebagai objek pajak a. Kereta Api

Kendaraan bermotor yang semata-mata digunakan untuk keperluan pertahanan dan keamanan negara;

b. Kendaraan bermotor yang dimiliki dan/atau dikuasai kedutaan, konsulat, perwakilan negara asing dengan asas timbal-balik, dan lembaga-lembaga internasianal yang memperoleh yang memperoleh fasilitas pembebasan pajak dari pemerintah dan; c. Objek pajak lainnya yang diteteapkan dalam peraturan daerah. 3. Subjek Pajak

Sebagai subjek pajak kendaraan bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki dan/ atau menguasai kendaraan bermotor. Dalam hal subyek pajak kendaraan bermotor adalah badan, kewajiban pajaknya diwakili oleh pengurus atau kuasa badan.


(51)

5. Sebagai dasar pengenaan pajak untuk pajak kendaraan bermotor yaitu hasil perkalian dari dua unsur pokok:

1. Nilai jual kendaraan bermotor

Besarnya nilai jual kendaraan bermotor ditentukan harga pasaran umum yaitu harga rata-rata yang diperoleh dari berbagai sumber yang akurat. Harga pasaran umum dimaksud pasaran umum pada minggu pertama bulan Desember tahun pajak sebelumnya. Khusus kendaraan bermotor yang digunakan diluar jalan umum, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar serta kendaraan air, dasar pengenaan pajak kendaraan bermotor adalah nilai jual kendaraan bermotor. Perhitungan dasar pengenaan pajaknya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan, demikian penghitungan dasar pengenaan pajak juga akan ditinjau kembali setiap tahun; 2. Bobot yang mencerminkan secara relatif tingkat kerusakan jalan

dan/ atau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.28

2.6.3 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua

pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas

28


(52)

36

maka pajak sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai definisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgeteir);

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Contoh : dimasukkannya pajak dari APBN sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi mengatur (Reguler);

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan dibidang sosial dan ekonomi.

Contoh : dikenakannya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, barang mewah dapat ditekan.29

3. Fungsi stabilitas;

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi

dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi redistribusi pendapatan;

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan

29


(53)

kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan

masyarakat.30

2.7 Dasar Hukum Pajak Kendaraan Bermotor

Bila membicarakan tentang dasar membicarakan mengenai peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pelaksanaan pajak kendaraan bermotor. Dasar hukum mengenai pajak kendaraan bermotor antara lain mengacu pada31 :

a. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. c. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. e. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

f. Peraturan Pemeritah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

30

http://id.wikipedia.org/wiki/Pajak diakses pada tanggal 14 Januari 2013 31

Muqodim. Perpajakan Buku Satu, (Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia Press), 1999, hlm. 122


(54)

38

g. Peraturan Pemeritah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

h. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

i. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian hukum normatif-empiris, yaitu penelitian hukum yang objek kajiannya meliputi ketentuan-ketentuan perundang-undangan serta penerapannya pada peristiwa hukum.32

Pendekatan normatif adalah pendekatan yang dilakukan melalui studi kepustakaan dalam mencari data sumber yang bersifat teori yang berguna untuk memecahkan masalah. Pendekatan ini dikenal dengan nama pendekatan kepustakaan atau yang biasa disebut dengan studi kepustakaan atau studi dokumentasi, yakni dengan mempelajari buku-buku, peraturan perundangan-undangan dan dokumentasi lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

Pendekatan empiris adalah pendekatan yang dilakukan melakukan penelitian secara langsung untuk mengumpulkan semua informasi yang berhubungan dengan penelitian ini, baik dengan wawancara dengan pihak terkait, maupun dengan pengamatan secara seksama terhadap objek penelitian.

32

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, (Bandung, : PT.Citra Aditya Bakti), 2004, hlm. 201


(56)

39

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung atau studi lapangan, yaitu melakukan wawancara dengan responden yakni petugas Unit Pelayanan Cepat dan wajib pajak. Sedangkan data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan yang terdiri dari;

1. Bahan hukum primer adalah bahan-bahan hukum yang bersifat mengikat berupa perundang-undangan berikut;

a. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

b. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah. c. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

d. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik e. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah.

f. Peraturan Pemeritah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

g. Peraturan Pemeritah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

h. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.


(57)

i. Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

2. Bahan hukum sekunder adalah bahan-bahan hukum yang diperoleh melalui studi kumpulan buku-buku, literatur,hasil karya ilmiah sarjana, dan laporan hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini.

3.3 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan;

1. Studi Kepustakaan, yaitu memperoleh data sekunder dengan membaca, mengutip, dan menelaah bahan-bahan kepustakaan yang terdiri dari peraturan perundang-undangan dan buku-buku literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Studi Lapangan, yaitu dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap Optimalisasi Unit Pelayanan Cepat terhadap Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor di Provinsi Lampung dan melakukan wawancara dengan pihak terkait yaitu; Para Petugas Unit Pelayanan Cepat dan Wajib Pajak yang menggunakan Unit Pelayanan Cepat untuk pembayaran Pajak kendaraan bermotornya.

Penelitian melakukan interview dan observasi dalam mengumpulkan data yang menyeluruh di semua Unit Pelayanan Cepat pada samsat-samsat Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung.


(58)

41

3.4 Pengelolaan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara :

1. Seleksi data, yaitu memilih data yang sesuai dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini;

2. Pemeriksaan data (editing ) yaitu mengoreksi apakah data yang terkumpul sudah cukup lengkap, benar, dan sesuai dengan masalah;

3. Klasifikasi data, yaitu memaparkan data menurut tata urutan yang telah ditetapkan sesuai dengan konsep, tujuan dan bahasan sehingga mudah dianalisis;

4. Penyusunan data (reconstructing), yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, dan logis sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan.

3.5 Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan adalah deskripsi kualitatif, yaitu pembahasan skripsi ini dengan cara memeparkan dalam bentuk uraian-uraian kalimat dan memberikan interprestasi data dalam bentuk kalimat secara sistematis, sehingga dapat ditarik kesimpulan dari permasalahan yang diteliti dalam penulisan ini. Proses penarikan kesimpulan dimulai dari bahan yang bersifat umum dari hasil penelitian yang menyebabkan kesimpulan tersebut dapat menghasilkan saran atau jika mungkin melahirkan teori-teori baru.


(59)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan mengenai permasalahan dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembayaran pajak kendaraan bermotor melalui Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru di Provinsi Lampung sudah dilaksanakan secara optimal Hal ini terlihat dari masyarakat dalam membayar pajak kendaraan mereka, dalam prosedur pelayanan masih ada saja faktor penghambat yang datang dan bisa ditangani oleh petugas walaupun belum optimal tetapi tetap sangat membantu dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor bagi wajib pajak. Dari indikator berdasarkan MEN.PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik adanya standar pelayanan yang merupakan pedoman untuk melaksanakan pelayanan publik menjadi tolak ukur efektif tidaknya suatu pelayanan.

2. Faktor-faktor penghambat yang dihadapi dalam pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor di Provinsi Lampung yaitu ;

1. Sektor sumber daya manusia

Sumber daya manusia dalam hal ini pegawai dituntut secara profesional mampu melakukan pelayanan dengan baik kepada wajib pajak;


(60)

71

Kurang memadainya sarana dan prasarana fisik seperti gedung/kantor, halaman parkir ruang tunggu serta fasilitas dan sarana pendukung lainnya harus dapat diperbaiki guna mendukung terlaksananya pelaksanaan pelayanan yang baik dan menyenangkan;

3. Sektor pelayanan

Layanan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru yang pertama ialah sikap (attitude) keberhasilan pelayanan akan sangat tergantung pada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Kedua ialah konsep perhatian (attention) dalam melakukan kegiatan pelayanan, seorang petugas pada jasa pelayanan harus senantiasa memperhatikan dan mencermati keinginan masyarakat, apabila setiap petugas menanamkan kedua konsep tersebut maka pelayanan akan optimal, dan kepuasan masyarakat akan kinerja pemerintah akan meningkat.

5.2 SARAN

Peneliti memiliki beberapa saran untuk mengatasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Sebaiknya pemerintah daerah Provinsi Lampung membuat sistem pelayanan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru secara menyeluruh yang tersebar di Provinsi Lampung guna mengoptimalkan pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) roda dua maupun roda empat, dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa mengesampingkan pelayanan demi kepuasaan wajib pajak dalam melakukan pembayaran pajak kendaraannya;


(61)

2. Pemerintah Provinsi Lampung diharapkan dapat mengoptimalkan sarana dan prasaranana yang telah ada untuk meningkatkan kinerja pelayanan yang berdampak baik bagi masyarakat khususnya wajib pajak dalam pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor;

3. Cepat tanggap dalam menangani kendala-kendala atau masalah yang terjadi dilapangan, sehingga tujuan yang seharusnya yaitu memberikan pelayanan yang prima kepada Wajib Pajak dapat tercapai.

4. Pembayaran pajak kendaraan roda dua selayaknya juga dapat dilakukan seperti pembayaran pajak kendaraan roda empat. Hal ini bertujuan untuk pemerataaan sistem pembayaran pajak kendaraan bermotor yang optimal dan efisien di seluruh jenis kendaraan bermotor.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Literatur ;

Atep, Adya Barata. 2004. Dasar–dasar Pelayanan Prima. Elex Media Komputindo. Jakarta

B. Ilyas, Wirawan. Burton, Richard. 2007. Hukum Pajak Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1994. Balai Pustaka. Jakarta. Mardiasmo. 2006. Perpajakan. C.V Andi Offset. Yogyakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra aditya Bakti. Bandung.

Munir, H.A.S. 1998. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta.

Mulyono, Sri. 2002.Riset Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Jakarta.

Muqodim. 1999. Perpajakan Buku Satu. UII Press. Yogyakarta.

Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta:PT. Bumi Aksara

Syukur, Abdullah. 1987. Kumpulan Makalah “Study Implementasi Latar Belakang Konsep Pendekatan dan relevansinya dalam Pembangunan”. Persaidi. Ujung Pandang.


(63)

Peraturan Perundang-Undangan;

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Peraturan Pemeritah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemeritah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003.

Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor10 Tahun 2008 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

Karya Ilmiah/Artikel Ilmiah

Ahmad Affandi. 2008. Efektifitas Pelayanan Publik oleh Kantor Bersama SAMSAT Mojokerto melalui Samsat Link. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Malang.

Ahmad Imanuddin, Zainal Hidayat. 2009. Analisis Kepuasan Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor Di Samsat Kota Semarang II. Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Semarang.

Leganek Mawardi. 2001. “Optimalisasi Samsat Drive Thru Guna Mewujudkan Pelayanan Prima Dalam Rangka Mendukung Transparansi Pelayanan Polri


(1)

70

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan uraian pembahasan mengenai permasalahan dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembayaran pajak kendaraan bermotor melalui Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru di Provinsi Lampung sudah dilaksanakan secara optimal Hal ini terlihat dari masyarakat dalam membayar pajak kendaraan mereka, dalam prosedur pelayanan masih ada saja faktor penghambat yang datang dan bisa ditangani oleh petugas walaupun belum optimal tetapi tetap sangat membantu dalam pembayaran pajak kendaraan bermotor bagi wajib pajak. Dari indikator berdasarkan MEN.PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik adanya standar pelayanan yang merupakan pedoman untuk melaksanakan pelayanan publik menjadi tolak ukur efektif tidaknya suatu pelayanan.

2. Faktor-faktor penghambat yang dihadapi dalam pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor di Provinsi Lampung yaitu ;

1. Sektor sumber daya manusia

Sumber daya manusia dalam hal ini pegawai dituntut secara profesional mampu melakukan pelayanan dengan baik kepada wajib pajak;


(2)

71

Kurang memadainya sarana dan prasarana fisik seperti gedung/kantor, halaman parkir ruang tunggu serta fasilitas dan sarana pendukung lainnya harus dapat diperbaiki guna mendukung terlaksananya pelaksanaan pelayanan yang baik dan menyenangkan;

3. Sektor pelayanan

Layanan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru yang pertama ialah sikap (attitude) keberhasilan pelayanan akan sangat tergantung pada orang-orang yang terlibat di dalamnya. Kedua ialah konsep perhatian (attention) dalam melakukan kegiatan pelayanan, seorang petugas pada jasa pelayanan harus senantiasa memperhatikan dan mencermati keinginan masyarakat, apabila setiap petugas menanamkan kedua konsep tersebut maka pelayanan akan optimal, dan kepuasan masyarakat akan kinerja pemerintah akan meningkat.

5.2 SARAN

Peneliti memiliki beberapa saran untuk mengatasi permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Sebaiknya pemerintah daerah Provinsi Lampung membuat sistem pelayanan Unit Pelayanan Cepat/Samsat Drive Thru secara menyeluruh yang tersebar di Provinsi Lampung guna mengoptimalkan pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) roda dua maupun roda empat, dan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) tanpa mengesampingkan pelayanan demi kepuasaan wajib pajak dalam melakukan pembayaran pajak kendaraannya;


(3)

72

2. Pemerintah Provinsi Lampung diharapkan dapat mengoptimalkan sarana dan prasaranana yang telah ada untuk meningkatkan kinerja pelayanan yang berdampak baik bagi masyarakat khususnya wajib pajak dalam pelayanan pembayaran pajak kendaraan bermotor;

3. Cepat tanggap dalam menangani kendala-kendala atau masalah yang terjadi dilapangan, sehingga tujuan yang seharusnya yaitu memberikan pelayanan yang prima kepada Wajib Pajak dapat tercapai.

4. Pembayaran pajak kendaraan roda dua selayaknya juga dapat dilakukan seperti pembayaran pajak kendaraan roda empat. Hal ini bertujuan untuk pemerataaan sistem pembayaran pajak kendaraan bermotor yang optimal dan efisien di seluruh jenis kendaraan bermotor.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku Literatur ;

Atep, Adya Barata. 2004. Dasar–dasar Pelayanan Prima. Elex Media Komputindo. Jakarta

B. Ilyas, Wirawan. Burton, Richard. 2007. Hukum Pajak Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. PT. Rineka Cipta. Jakarta.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1994. Balai Pustaka. Jakarta. Mardiasmo. 2006. Perpajakan. C.V Andi Offset. Yogyakarta.

Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum dan Penelitian Hukum. PT. Citra aditya Bakti. Bandung.

Munir, H.A.S. 1998. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Bumi Aksara. Jakarta.

Mulyono, Sri. 2002.Riset Operasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.Jakarta.

Muqodim. 1999. Perpajakan Buku Satu. UII Press. Yogyakarta.

Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik: Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta:PT. Bumi Aksara

Syukur, Abdullah. 1987. Kumpulan Makalah “Study Implementasi Latar Belakang Konsep Pendekatan dan relevansinya dalam Pembangunan”. Persaidi. Ujung Pandang.


(5)

Widodo, Joko. 2001. Good Governance Telaah Dari Dimensi Akuntabilitas, Kontrol Birokrasi Pada Era Desentralisasi Dan Otonomi Daerah, Insan Cendekia:Surabaya.

Peraturan Perundang-Undangan;

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah.

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Peraturan Pemeritah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.

Peraturan Pemeritah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Meneg PAN) Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003.

Peraturan Daerah Propinsi Lampung Nomor10 Tahun 2008 tentang Pajak Kendaraan Bermotor.

Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah.

Karya Ilmiah/Artikel Ilmiah

Ahmad Affandi. 2008. Efektifitas Pelayanan Publik oleh Kantor Bersama SAMSAT Mojokerto melalui Samsat Link. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya. Malang.

Ahmad Imanuddin, Zainal Hidayat. 2009. Analisis Kepuasan Pelayanan Pajak Kendaraan Bermotor Di Samsat Kota Semarang II. Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro. Semarang.

Leganek Mawardi. 2001. “Optimalisasi Samsat Drive Thru Guna Mewujudkan Pelayanan Prima Dalam Rangka Mendukung Transparansi Pelayanan Polri Pada Kantor Bersama Samsat Jakarta Selatan” . Universitas Indonesia. Jakarta.


(6)

Muhammad Novandi. 2009 Tinjauan Yuridis Terhadap Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Melalui Unit Pelayanan Cepat (UPC) di kota Bandar Lampung, Fakultas Hukum. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Makalah Tjipto Atmoko. 2008. Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah..

Artikel, Machfud Sidik. 2001. “Optimalisasi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah”.

Internet Dan lain-lain

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34718/4/Chapter%20II.pdfdiakses pada tanggal 10 Januari 2013.

http://forester-untad.blogspot.com/2012/11/kontribusi-pajak-kendaraan-bermotor-pkb.html diakses pada tanggal 10 Januari 2012.

www.antarasulteng.com/berita/1459/samsat-palu-dan-permasalahannya diakses pada tanggal 12 januari 2013.

www.dppka.jogjaprov.go.id diakses pada tanggal 14 Januari 2013. www.pajakonline.com diakses pada tanggal 14 Januari 2013.

www. eprints.undip.ac.id/5199/1/BAB_I.pdf diakses pada tanggal 15 Januari 2013 Seminar Ttg. Peran Penyuluhan P2K Dalam Optimalisasi Pendapatan Asli Daerah, Senin 28 November 2011.

Materi pameran pembangunan, Dinas Pendapatan Daerah (Dipenda) Provinsi Lampung Juni 2012.