Pengaruh Inovasi Kebijakan Pemerintah D

“Pengaruh Inovasi K ebijakan Pemerintah Daerah T erhadap
Daya Saing UMK M di J awa T engah”
FA TIMA H
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Sebelas Maret
[email protected]

A bstrak
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor industri yang memiliki
peran penting dan juga strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. UMK M
merupakan salah satu faktor yang membantu Indonesia melewati masa krisis pada tahun
1997-1998. Namun UMKM juga memiliki berbagai keterbatasan, diantaranya
keterbatasan dalam pendanaan, tenaga professional dan dalam pemasaran produk
UMKM. Untuk mengatasi keterbatasannya, UMKM memerlukan bantuan dari pihak
ketiga, salah satunya adalah pemerintah. Pemerintah merupakan faktor penting yang
mendukung keberlangsungan dan daya saing UMKM. UMKM tidak dapat berkembang
sendiri tanpa bantuan pemerintah,, sedangkan pemerintah membutuhkan UMKM untuk
menunjang keberlangsunga perekonomian nasional. Sehingga antara pemerintah dan
UMKM terdapat hubungan yang saling mempengaruhi satu sama lain.
Kata Kunci: UMKM, peran pemerintah, inovasi, kebijakan

A . Pendahuluan

Usaha Mikro, K ecil dan Menengah (UMK M) merupakan sektor industri yang memiliki
peran penting dan juga strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia. UMK M
memiliki tujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka
membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
UMK M menjadi tulang punggung sistem ekonomi kerakyatan untuk mengurangi
permasalahan kemiskinan dan juga mendukung

perluasan basis ekonomi serta

meningkatkan perekonomian daerah dan ketahanan ekonomi nasional (Setyanto, Samodra,
& Pratama, 2015). Pemberdayaan UMK M dapat mengurangi tingkat pengangguran di
Indonesia, selain itu dengan pemberdayaan UMK M juga dapat mendorong perkembangan
industri yang ada di sekitarnya.

UMK M merupakan salah satu faktor yang membantu Indonesia melewati masa krisis
pada tahun 1997-1998. K etika masa krisi di Indonesia, hanya UMK M yang mampu berdiri
kokoh dan mendorong perekonomian Indonesia agar tidak lumpuh secara total. Data Badan
Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa setelah terjadinya krisis pada tahun 1997-1998
jumlah UMK M di Indonesia tidak mengalami penurunan, justru terus meningkat hingga
mampu menyerap 85 hngga 107 juta tenaga kerja sampai tahun 2012. UMK M meiliki peran

yang besar dalam menjaga keberlangsungan perekonomian Indonesia pada masa krisis, dan
perkembangan UMK M diharapkan dapat mendukung perekonomian Inodonesia saat ini.
UMK M dapat terus mendukung perekonomian Indonesia, jika UMK M sendiri mampu
mempertahankan kualitasnya dan terus berkembang. Perkembangan UMK M dipengaruhi
oleh berbagai faktor, salah satunya adalah daya saing setiap UMK M. Daya saing akan
mendorong UMK M untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi mereka. Dengan
adanya daya saing akan terbentuk diferensiasi produk dan juga keseimbangan harga. Daya
saing juga akan mendorong inovasi dari masing-masing pelaku UMK M agar mereka
dapat terus berkembang. Dengan adanya daya saing dan potensi inovasi UMK M dapat
mendorong iklim usaha di daerah yang bersangkutan. Dalam meningkatkan daya saingnya
setiap UMK M tidak dapat melakukannya sendiri, mereka memerlukan peran UMK M lain,
linkungan dan juga dorongan dari pemerintah.
Pemerintah merupakan faktor penting yang mendukung keberlangsungan dan daya
saing UMK M. Pemerintah memegang peran sebagai pembuat kebijakan yang berdampak
pada kemajuan UMK M. Menurut UU No 20 tahun 2008 pemerintah dan pemerintah
dearah memegang peran dalam menumbuhkan iklim usaha dengan menetapkan peraturan
perundang-undangan dan beberapa kebijakan. K ebijakan pemerintah dan pemerintah derah
terkait UK MK meliputi (i) aspek pendanaan,(ii) sarana prasarana, (iii) informasi usaha, (iv)
kemitraan, (v) perizinan usaha, (vi) kesempatan berusaha, (vii) promosi dagang (viii)
dukungan kelembagaan.

Negara Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian yang
mengizinkan peran pemerintah dalam mengendalikan dan mengatur perekonomian.
Pemerintah Indonesia sendiri memiliki beberapa fungsi dalam mengatur perekonomian
pasar, yaitu: (i) meningkatkan efisiensi dengan menciptakn persaingan, mengendalikan
eksternalitas seperti polusi dan penyediaan barang-barang publik, (ii) memajukan keadilan
dengan menggunakan pajak dan program-program unutk mendistribusikan kembali
pendapatan pemerintah ke beberapa pihak yang memang membutuhkan (iii) menstabilkan
perekonomian seperti mengendalikan inflasi dan mengurangai pengangguran serta

mendorong perekonomian nasional dengan menetapkan kebijakan fiskal dan regulasi
moneter (Sulistiyana, Samudro, & Pratama, 2015).
Pemerintah memegang peran yang penting dalam menunjang perkembangan UMK M.
UMK M memiliki berbagai keterbatasan diantaranya keterbatasan pendanaan, tenaga
professional dan pemasaran produk. Dengan bantuan pemerintah melalui penerapan
kebijakan diharapkan dapat mengatasi keterbatasan yang dimiliki UMK M. Pemerintah
harus bijak dalam menentukan kebijakannya, kebaruan informasi terkait iklim usaha saat
ini sangat dibutuhkan dalam penentuan kebijakan. Semakin inovatif kebijakan yang
disusun oleh pemerintah daerah, maka semakin besar dampak kebijakan itu terhadap
UMK M.
UMK M tidak dapat berkembang sendiri tanpa bantuan pemerintah,, sedangkan

pemerintah membutuhkan UMK M untuk menunjang keberlangsunga perekonomian
nasional. UMK M dan pemerintah memiliki hubunga yang saling membutuhkan,sehingga
kedua variabel ini harus saling membantu. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
pemerintah dalam perkembangan UMK M dan pengaruh inovasi dari kebijakan pemreintah
terhadap daya saing UMK M perlu dilakukan analisis terkait hubungan antara kebijaka
pemerintah dan daya saing UMK M di Indonesia. Berdasarkan latar belakang tersebut
penulis tertarik untuk membuat tulisan berjudul “Pengaruh Inovasi K ebijakan Pemerintah
Daerah Terhadap Daya Saing UMK M di J awa T engah”.
B. Usaha Mikro, K ecil dan Menengah di J awa Tengah
Usaha Mikro, K ecil dan Menengah (UMK M) merupakan sector industry yamg
memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. UMK M memiliki proporsi sebesar
99.99% dari total keseluruhan pelaku usaha di Indonesia ((BI) & (L PPI), 2015). UMK M
telah membuktikan eksistensinya dalam menghadapi krisis di Indonesia pada tahun 19971998. Pada masa krisis UMK M relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaanperusahaan besar. UMK M tidak terlalu bergantung terhadap investasi luar negeri dan kurs
luaar negeri. Sehingga ketika terjadi flutuasi besar terhadap mata uang asing UMK M tidak
terlalu terdampak, sebaliknya perusahaan besar yang paling berpotensi mengalami krisis.
Grafik 1 dibawah inimenggambarkan eksistensi UMK M selama dan setelah terjadinya
krisis di Indonesia pada tahun 1997-1998.

Grafik 1


Pertumbuhan UMK M di J awa Tengah
Tahun 1997-2001
8000000
6,
125,
488
6000000

5,
129,
185

5,
222,
817

5,
108,
865


5,
264,
810

4000000
2
,
51
2
,
0
58

2000000 638559

2
,
50
6
,

2
65

639,
047

640,
426

2
,
55
8
,
2
21

2
,
54

1
,
4
22

2
,
52
6
,
6
78

641,
581

643,
504

0

1997

1998

W
uml
aht erusahaan

1999
W
ulahTenagaYerj
a

2000

2001

t roduk
si


Sumber: Data BPS 2017 (data diolah)

Grafik diatas menunjukkan bahwa pada tahun 1997-1998 UMK M tidak terpengaruh
dengan krisis ekonomi yang dialami Indonesia. Bahkan dari tahun 1997-1999 UMK M
menunjukkan perkembangan yang terus meningkat. Perkembangan UMK M dapat dilihat
pada perkembangan jumlah usaha, jumlah tenaga kerja dan juga tingkat produksi UMK M.
Grafik diatas juga dapat menunjukkan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada sektor
UMK M tersebut.
Seiring dengan perkembangan jaman UMK M di Indonesia mengalami perkembangan
yang fluktuatif. Perkembangan UMK M terhambat oleh beberapa kendala seperti
keterbatasan kemampuan, keterampilan, keahlian, manajemen, informasi terkait pasar dan
pendanaan. Pembinaan UMK M yang dilakukan diarahkan untuk meningkatkan
kemampuan usaha mikro menjadi usaha kecil dan usaha kecil menjadi menengah.
L emahnya kemampuan manajerian dan kemampuan SDM UMK M mengakibatkan
pengusaha kecil tidak dapat mengembangkan usahanya dengan baik (Setyanto, Samodra,
& Pratama, 2015).
Secara spesifik permasalahan yang dihadapi oleh UMK M adalah tidak mampu
memperoleh peluang pasar dan memperbesar pasar yang mereka miliki. K erterbatasan ini
dikarenakan UMK M memiliki modal yang kecil dan juga memilki keterbatasan dalam
memperoleh sumber pendanaan yang memadai. Permasalahan lain yang dihadapai UMK M

terkait dengan jaringan usaha, dimana pengusaha kecil memiliki keterbatasan dalam
menjalin kerjasama antar pengusaha. Permasalahan ini disebabkan oleh lemahnya sistem
organisasi dan manajemen sumber daya manusia pada UMK M. Pembinaan yang dilakukan
baik oleh pemerintah maupun lembaga swasta belum mampu meningkatkan kualitas
sumber daya manusia UMK M. Iklim usaha yang kurang kondusif karena persaingan yang

saling mematikan juga menjadi faktor penghambat perkembangan UMK M (Setyanto,
Samodra, & Pratama, 2015).
Grafik 2

Pertumbuhan UMK M di J awa Tengah
Tahun 2013-2015
3,
000,
000

2,
571,
409

2,
4
84,
215
1,
934,
998
2,
000,
000

1,
0
30,
374
810,
263

832,
472

1,
000,
000
0
2013
W
uml
aht erusahaan

201
4

2015

W
ulahTenagaYerj
a

Sumber: Data BPS 2017 (data diolah)

Grafik 2 diatas menunjukkan perkembangan UMK M pada tahun 2013-2015 di Propinsi
J awa tengah. Berdasarkan grafik diatas terlihat bahwa perkmebangan UMK M di jawa
tengah cukup fluktuatif. J umlah UMK M di J awa tengah selalu mengalami kenaikan dari
tahun 2013-2015, dan pada tahun 2015 jumlah UMK M di J awa tengah sebesar 1,030,374
unit usaha. UMK M pada tahun 2013 dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 2,848,215
orang, dan jumlah ini sempat mengalami penurunan pada tahun 2014 sehingga UMK M
hanya dapat menyerap sebesar 1,934,998 tenaga kerja. Pada tahun 2015 jumlah tenaga kerja
yang diserap UMK M mengalami kenaikan, bahkan lebih tinggi dari tahun 2013 yaitu
2,571,409 tenaga kerja per tahun.
C. Circular and Cumulative Causation
Circular and Cumulative Causation (CCC) merupakan salah satu prinsip dari ekonomi
politik yang dikemukaakan oleh Myrdal pada tahun 1956. Prinsip ini merupakan
pendekatan multi kausal yang mengagambarkan bagaimana perubahan pada suatu variabel
akan mengakibatkan perubahan pada variabel yang lainnya. Perubahan ini terus terjadi
membentuk suatu siklus yang saling mempengaruhi antar variabel. Perubahan kecil dalam
variabel sosial ekonomi akan memberikan dampak yang semakin besar jika terdapat
perbedaan pendapat di tingkat global, regional, negara dan individu (Samudro, Bloch, &
Salim, 2014).

Proses dalam prinsip CCC biasanya berkaitan dengan perubahan hubungan antara
beberapa faktor anatar lain perubahan hubungan pada lembaga daerah dan lembaga
nasional. Menurut penelitian yang dilakukan Myrdal dalam Samudro, Bloch, & Salim
(2014) perubahan pada faktor social dipengaruhi oleh perubahan pada faktor ekonomi
dalam arah yang sama. Myrdal melakukan penelitian terhadap ketidak seimbangan di
A merika pada tahun 1944. Berdasarkan penelitiannya Mydral berpendapat bahwa orang
A frika-A merika memiliki tingkat pendidikan yang rendah, memiliki banyak anak dan
memiliki keterbatasan ekonomi. K arakteristik ini menyebabkan orang A frika-A merika
memiliki tingkat upah yang rendah, dan mereka akan kesulitan memperoleh tingkat
Pendidikan yang layak dan memiliki tabungan.
Penelitian yang dilakukan Myrdal pada tahun 1968 juga mendukung penelitian yang
sebelumnya. Penelitiannya menunjukkan bahwa tingkat pendapatn yang rendah akan
menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan nutrisi dan buruknya tingkat kesehatan, selain
itu menyebabkan tingkat produktivitas yang rendah sehingga menyebabkan rendahnya
tingkat income. Myrdal menyatakan bahwa akses terhadap pendidikan yang lebih baik akan
memberikan kesempatan kepada orang A frika-A merika untuk meningkatkan standar hidup
mereka. Tingkat Pendidikan yang lebih baik akan mendukung perbaikan nutrisi dan
kesehatan kepada orang A frika-A merika, selain itu juga akan meningkatkan produktivitas
dan tingkat pendapatan. Hal ini akan mengurangi gap sosial dalam masyarakat (Samudro,
Bloch, & Salim, 2014).
Pola yang sama dengan kondisi masyarakat A frika-amerika juga terjadi dalam kasus
UMK M yang ada di J awa Tengah. Dimana terjadi hubungan yang saling mempengaruhi
antara kebijakan pemerintah dengan UMK M, dan hubungan antara perkembangan UMK M
dengan pendapatan pemerintah. Hubungan ini terbentuk kareana saling ketergantungan
antar L embaga pemerintah dan pelaksana perekonomian di pasar. K ebijakan pemerintah
yang inovatif dan tepat sasaran akan meningkatkan daya saing dan performa UMK M.
Sedangkan peningkatan daya saing dan performa UMK M akan meningkatkan pendapatan
pemerintah melalui pajak dan menjaga keberlangsungan perekonomian di suatu daerah.
Selain keberlangsunga perekonomian daerah, performa UMK M yang meningkat juga dapat
mengatasi beberapa permasalahan ekonomi daerah sepert pengangguran dan lesunya
perekonomian daerah. Pola hubungan antara pemerintah dan UMK M berdasarkan prinsip
CCC dapat digambarkan dalam pola berikut.

Gambar 1
Pola Hubungan Pemerintah dan UMK M Berdasarkan Prinsip C ircular and
C umulative C ausation (C C C )

Berdasarkan gambar pola diatas kita dappat malihat hubungan yang saling berkaitan
antara pemerintah dan UMK M. Berdasarkan pola diatas kebijakan yang ditetapkan
pemerintah akan mendorong perbaikan usaha UMK M. Perbaikan usaha pada UMK M akan
mendorong terjadinya daya saing yang sehat antar UMK M. Dengan meningkatnya daya
saing UMK M ini diharapkan dapat meningkatkan iklim usaha didaerah yang bersangkutan
sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terus meningkat. Dengan peningkatan perumbuhan
ekonomi tentunya akan membantu pemerintah dalam mengatasi beberapa permasalahannya
seperti pengangguran, kemiskinan dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
D. Peran pemerintah terhadap UMK M
Peran pemerintah pada peningkatan daya saing UMK M adalah sebagi lembaga yang
mennyediakan fasilitas terhadap UMK M baik berkaitan dengan UMK M itu sendiri,
maupun berkaitan dengan pihal ekstern. Perean pemerintah antara lain berupa penyediaan
fasilitas training atau pelatihan, mensosialisasikan teknik yang tepat digunakan oleh
pelaksanan UMK M untuk meningkatkan kualtas prosuk mereka, dan juga informasi terkai
pasar baik local, nasional maupun internasional (Y uliarmi, Suman, K iptiyah, & Y ustika,
2012).
Peran pemerintah memang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan UMK M baik dari
segi regulasi maupun inovasi kebijakan pemerintah lainnya. Inovasi pemerintah dalam
menerapkan kebijakan bagi UMK M sangat diperlukan bagi perkembangan UMK M.
Pemerintah yang mau melakukan inovasi untuk mendukung UMK M, pasti akan
metetapkan kebijakan yang efektif bagi perkembangan UMK M di daerahnya. UMK M

merupaka sektor industri yang senantiasa berkembang sehingga perkembangan kebijakan
pemerintah juga dibutuhkan dalam perkembangan UMK M.
Penelitian terdahulu mengenai peran pemerintah terhadap perkembangan UMK M
menunjukkan hubunga yang positif anatara ke dua variabel tersebut. Penelitian yang
pertama adalah penelitian yang dilakukan oleh herlina (2015) yang meneliti tentang
pengaruh kebijakan kluster industry terhadap perkembangan UMK M, penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan adanya kluster industry akan mendorong inovasi,
pertumbuhan unit usaha baru dan mendorong modal intelektual.
Selain itu penelitian terkait peraen pemerintah juga dilakukan oleh Flyn (2016) yang
melihat apakah dampak dari penerapan kebijakan ramah UMK M terhadap akses UMK M
itu sendiri pada tender yang dilakukan pemerintah derah, akses terhadap memperoleh
kontrak penyediaan barang publik. Berdasarkan penelitian ini dibuktikan bahwa dengan
dukungan dari pemerintah UMK M dapat menjadi pemasok barang-barang public. Dalam
jangka pendek kebijakan ini juga dapat mengurangi diskriminasi antara uMK M dengan
usaha besar dalam melakukan kegiatan usahanya.
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Doha (2014) yang melakukan penelitian
mengenai dampak dari pemberian bantuan dana pengembangan teknologi kepada UMK M.
Dalam penelitian ini dalam penelitian ini dilakukan beberapa analisis statistik mengenai
factor yang mempengaruhi inovasi UMK M dan bantuan dana dari pemerintha daerah.
Penelitian ini menunjukkan danaya hubunga yang positif antara bantuan dana
pengembangan teknologi dari pemerintah terhadap perkembangan inovasi UMK M.
Dengan adanya bantuan dana dari pemerintah mendorong meningkatnya pengajuan hak
paten aka suatu barang, meningkatnya kemampuan teknologi baik dari segi packaging
sampai pada proses produksi.
Seriap kota di Provinsi J awa tengah memiliki kebijakannya sendiri mengenai UMK M
dalam Rencana Pembangunan J angka Pajang Daerah (RPJ MD). Salah satunya adalah kota
Surakarta yang pada RPJ MD tahun 2010-2015 menjelaskan bahwa misi kota Surakarta
terkait UMK M adalah dengan meningkatkan fasilitas kredit bagi UMK M, melakukan
penataan PK L, melanjutkan proses revitalisasi pasa tradisional, meningkatkan kemampuan
manajerial pedagang pasar dan melakukan promosi terhadap keberadan pasar dan
pedagang. Wujud yata dari misi Provinsi J awa Tengah ini dilakukan pemerintah dengan
meningkatkan lembaga pembiayaan Bandan Usaha Milik Masyarakat (BUMM). Selain itu
memberdayakan UMK M sebagai potensi ekonomi kerakyatan, membangun hubungan
kerjasama yang baik antara pengusaha retail dan pedagang serta meningkatkan manajemen

pengelolaan pasar tradisional juga dilaukan pemerintah J awa Tengah untuk meningkatkan
kualitas UMK M di J awa T engah.
K ota-kota lain di Provinsi J awa Tengah pasti juga memiliki kebijakan mereka
tersendiri mengenai UMK M di daerahnya. K ebijakan yang ditetapkan oleh kota-kota di
J awa Tengah disesuaikan dengan kondisi, potensi dan kebutuhan setiap daerah masingmasing. Setiap derah tidak dapat disamakan, karena setiap daerah memiliki karakteristik
dan potensi yang berbeda. J ika di K ota Solo lebih berfokus pada UMK M di pasar
tradisional, maka berbeda pada pemerintah J epara yang lebih fokus pada pengembangan
sentra gerabah diderahnya. K ondisi K ota Solo juga pasti berbeda dengan yang terjasi pada
K abupaten karanganyar ataupun Sukoharjo yang ada disekitarnya yang memiliki potensi
alam lebih luas.
Pemilihan kebijakan yang tepat sasaran dan inovatif sesuai perkembangan jaman sangat
penting dilakukan pemerintah daerah. Menjadikan daerah lain sebagai referensi mungkin
bisa menjadi pilihan, namun tetap harus diperhitungkan dampak dan kesesuaiannya dengan
kondisi daerahnya. Perkembangan jaman dan teknologi juga menjadi faktor yang penting
dalam menentukan kebijakan pemerintah derah. Selain usaha dari pemerintah kebijakan ini
tidak dapat terlaksana dengan baik jika bukan karena peran aktif UMK M. Sehingga
UMK M juga harus turut aktif dalam menerima dan melaksanakan kebijak yang ditetapka
pemerintah derah.
E. K esimpulan
Pemerintah dan UMK M merupakan variabel yang saling mempengaruhi dalam
hubungan yang positif. Walaupun terkesan bahwa UMK M yang membutuhkan pemerintah,
namun tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah juga membutuhkan UMK M untuk
menjaga kestabilan ekonomi daerah. Pengaruh pemerintah terhadap UMK M dapat dilihat
pada beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dari berbagai kebijakan yang
ditetapkan oleh masing-masing pemerintah daerah pada daerah yang berbeda menunjukkan
hasil yang sama bahwa kebijakan yang tepat akan meningkatkan performa UMK M.
Semakin inovatif kebijakan maka semakin berkembang UMK M pada derah tersebut sesuai
dengan perkembangan jaman. Namun selain kebijakan yang inovatif juga diperlukan
kebijakan yang tepat agar kebijaka yang ditetapka tidak salah sasaran.

Daftar Pustaka

(BI), B. I., & (L PPI), L . P. (2015). PROF IL BISNIS USAHA MIK RO, KECIL DAN
MENENGAH (UMKM). J akarta: Bank Indonesia (BI).

Dewes, M. d., Dalmarco, G., & Padula., A . D. (2015). Innovation policies in Brazilian and
Dutch aerospace industries: How sectors driven by national procurement are influenced
by its S&T environment. Space Policy, 34, 32-38.

Flynn, A ., & Davis, P. (2016). Firms’experience of SME-friendly policy and their participation
and success in public procuremen. J ournal of Small Business and Enterprise
Development, 23(3), 616-635.

Herlin, S. (2015). Regional Innovation Cluster for Small and Medium Enterprises (SME): A
Triple Helix Concept. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 69, 151 – 160. .
Samudro, B. R., & Pratama, Y . P. (2014). Do the rate of profit and organic composition in
Central J ava Industry increase in the long run? A test of heterodox political economy
perspective. J ournal of Emerging Issues in Economics, F inance and Banking
(J EIEF B), 3(6), 1324-1333.

Samudro, B. R., Bloch, H., & Salim, R. (2014). The Uneven Regional Pattern of Ecological
Capital in Indonesia: A Heterodox Political Economy Perspective. Social Science
Research Network Electronic J ournal, 9(3-4).

Setyanto, A . R., Samodra, B. R., & Pratama, Y . P. (2015). K A J IA N STRA TEGI
PEMBERDA Y A A N UMK M DA L A M MENGHA DA PI PERDA GA NGA N BEBA S
K A WA SA N A SEA N (ST UDI K A SUS K A MPUNG BA TIK L A WEY A N). J urnal
Etikonomi, 14 (2), 205 – 220.

Sulistiyana, R. P., Samudro, B. R., & Pratama, Y . P. (2015). Partai Politik, K epala Daerah Dan
Performa Ekonomi Regional (Studi K asus Provinsi di Indonesia Tahun 2010-2014).
J urnal Ilmu Ekonomi Pembangunan, 15, No 1, 113-138.

Y uliarmi, N. Y ., Suman, A ., K iptiyah, S., & Y ustika, A . E. (2012). Rhe Role of Government,
Traditional Institution and Social Capital for Empowering Small and Medium Industri.
J ournal of Economics Business and Accountancy Ventura, 15, No 5, 205-218.