ANALISIS HASIL KEGIATAN EVALUASI PROGRAM

ANALISIS HASIL KEGIATAN EVALUASI PROGRAM KAMPANYE
DI BIDANG KESEHATAN YANG DILAKUKAN OLEH
INSTANSI PEMERINTAH
(STUDI DESKRIPTIF KUALITATITF PADA PROGRAM KAMPANYE
PENCEGAHAN HIV/AIDS ‘AKU BANGGA AKU TAHU’ TAHUN 2014 YANG
DIALKSANAKAN OLEH DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR)
Rosita Hardiyanti
Jurusan Ilmu Komunikasi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Malang 2016
Email: [email protected]
Abstract
The purpose of this study is to access the campaign team of Health
Department of East Java’s evaluation activity on the 2014 ‘Aku Bangga Aku Tahu’
campaign. Campaign evaluation activity was linked to four types of evalution
according to Coffman. Four types of evaluation are formative evaluation, process
evaluation, outcome evaluation, and impact evaluation.
A description qualitative method was used due to this research, it focused on
collecting the data used in depth interview and documentation. The collecting data
source method used was purposive sampling. While the data analysis of this research
was using Miles and Huberman model. Also, this research used triangulation method
and triangulation source for data validity.

Results indicated that four types of evaluation in general have been quite well
done. But, during evaluation activity, campaign team did not use any theory or concept
of evalution. Also, campaign team did not evaluate all of the goals as the main goal was
to increase adolescents’ knowledge. However, at measuring knowledge change using
pre test and post test, campaign team did not have scale to caterogize knowledge
change. Message content and campaign media were not compatible enough to use
among the adolescents. Less exposure because the campaign was only done once in
every targeted place resulted the campaign not effective enough.

Keywords: Formative Evaluation, Process Evaluation, Outcome Evaluation, Impact
Evaluation, Campaign

benar

Pendahuluan
Human Immunodeficiency Virus

dan

komprehensif


tentang

HIV/AIDS di antara kaum muda usia

(HIV) dan Acquired Immune Deficiency

15-24 tahun. Penetapan

Syndrome (AIDS) merupakan masalah

umur 15-24 tahun oleh Kementrian

kesehatan paling kompleks diabad ke 21

Kesehatan

(Gao dkk., 2012).

karena


Pada laporannya, National AIDS
Commision

Republic

of

Indonesia

(2009) menjelaskan bahwa pemerintah
Indonesia telah menunjukkan komitmen

efektif

berbagai

kegiatan

dan


Dasar

2010

hasil

(Riskesdas)

tingkat

ini
Riset
pada

pengetahuan

masyarakat umur 15-24 tahun tentang
HIV/AIDS baru mencapai 16,8 persen.


yang kuat untuk pemasangan dan
sustaning

Indonesia

berdasarkan

Kesehatan
tahun

Republik

segmentasi

Kampanye ‘Aku Bangga Aku

mendukung

Tahu’ diadakan di 33 provinsi di


dijalankan

Indonesia dengan masa pelaksanaan

banyak pihak dan dibutuhkan oleh

kampanye tiga tahun terhitung sejak

orang-orang yang rentan terhadap dan

tahun 2012 hingga tahun 2014. Peneliti

telah terinfeksi HIV/AIDS.

meneliti kampanye ABAT Jawa Timur

yang

Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia


melaksanakan

kampanye

‘Aku Bangga Aku Tahu’ untuk pertama
kalinya pada tahun 2012. Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia (2012)
menjelaskan

bahwa

tujuan

dari

kampanye ‘Aku Bangga Aku Tahu’
untuk meratakan pengetahuan yang

karena Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Timur

untuk diteliti karena terhitung

sejak tahun 2012, Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Timur telah melakukan
kampanye ‘ABAT’ secara masalah di 12
kota dan kabupaten di Jawa Timur.
Venus

(2004,

h.26)

menjelaskan bahwa kegiatan kampanye

membutuhkan
yakni

sentuhan


kemampuan

melaksanakan,

manajemen

lain yaitu analisis situasi, tujuan, target

merancang,

khalayak,

taktik,

media

dan

kampanye, waktu kampanye, biaya dan


mengevaluasi suatu program kegiatan

evaluasi yaitu evaluasi formatif itu

secara rasional, realistis, efisien dan

sendiri.

efektif.

mengendalikan

strategi,

Mengacu

pada

pernyataan


Venus, evaluasi merupakan hal yang
penting dalam proses kampanye.

Tipe
process

evaluasi

evaluation

kedua

adalah

yang dijelaskan

Steckler & Lirunan dalam

(Rice &

Coffman (2002, h. 11) pada

Atkin, 2012, h. 13) sebagai evaluasi

dasarnya menjelaskan bahwa terdapat

untuk menilai sejauh mana elemen-

tipe evaluasi kampanye yaitu formative

elemen

evaluation, process evaluation, outcome

perencanaan

evaluation, dan

impact evaluation.

cara-cara pada program kampanye yang

Schiavo (2007, h. 373). Menjelaskan

dapat dikembangkan untuk perancangan

bahwa formative evaluation adalah fase

dan pelaksanaan kampanye berikutnya.

evaluasi

menginformasikan,

Pada tipe evaluasi ini, Coffman (2004,

membantu

h. 21) menjelaskan ada tiga aspek yang

yang

menuntun

dan

memvalidasi
program

semua

elemen

komunikasi

Berdasarkan

penjelasan

untuk
pada

kampanye

pada

tahap

berdasarkan

dievaluasi,

telah

didesain

diimplementasikan

yaitu

pada
dan

distribution,

kesehatan.

placement, dan exposure (ingat dengan

tentang

bantuan) atau ingat (dengan bantuan)

formative evaluation tersebut, elemenelemen

yang

perencanaan

kampanye tersebut.
Tipe

evaluasi

ketiga

yaitu

pemaparan

outcome evaluation dijelaskan sebagai

Crawford & Okigbo (2014, h. 14) antara

tipe evaluasi yang dilakukan untuk

menilai hasil kampanye (Rice dan

Berdasarkan latar belakang yang telah

Atkin, 2012, h. 13). Coffman (2004, h.

diuraikan

21) memaparkan setidaknya terdapat

dirumuskan masalah yaitu:

sebelas aspek yang dapat dieveluasi

Bagaimana hasil kegiatan formative

pada

yaitu

evaluation, process evaluation, outcome

knowledge/awareness, saliency, sikap,

evaluation, dan impact evaluation yang

norma, self efficacy, niat, tingkah laku,

dilakukan

keterampilan,

Provinsi Jawa Timur pada kampanye

tipe

evaluasi

kendala

ini

lingkungan,

media frames dan perubahan kebijakan.
Tipe evaluasi keempat yaitu

di

atas

oleh

maka

Dinas

dapat

Kesehatan

‘Aku Bangga Aku Tahu’ tahun 2014?
Tinjauan Pustaka

impact evaluation yang didefiniskan
oleh Venus (2004, h. x) sebagai “standar

Empat

emas” evaluasi karena menghasilkan

Menurut Coffman

Tipe

Evaluasi

Kampanye

jawaban paling tepat tentang masalah
apakah kampanye menimbulkan efek

Peneliti

menggunakan

empat

yang diharapkan. Pada tipe evaluasi

tipe evaluasi milik Coffman. Coffman

terakhir ini, menurut Coffman (2004, h.

(2002, h. 11)

24) terdapat dua aspek yang dievaluasi

menjadi empat tipe evaluasi kampanye

yaitu jangka panjang hasil dari perilaku

yaitu formative evaluation, process

dan hasil sistem level.

evaluation, summative evaluation, dan

membagi evaluasi

impact evaluation.
Rumusan Masalah
1. Formative Evaluation

Coffman
menjelaskan
evaluation

(2002,

tujuan

h.

dari

adalah

13)

formative

&

Atkin, 2012, h. 13) menjelaskan

menilai

process evaluation menilai sejauh mana

kekuatan dan kelemahan materi dan

elemen-elemen yang telah didesain pada

strategi yang digunakan sebelum atau

perencanaan

selama pelaksanaan kampanye.

cara-cara pada program kampanye yang

Coffman
menjelaskan
pertanyaan

untuk

Steckler & Lirunan dalam (Rice

(2002,

h.

beberapa
untuk

13)
contoh

evaluasi

formatif

adalah “Bagaimana khalayak sasaran
kampanye

menanggapi

tentang

isu

ini?”, “Pesan apa yang bisa digunakan
untuk khalayak sasaran?”, dan “Siapa
penyampai
(2004,

pesan

h.146)

terbaik?”.

Venus

menjelaskan

bahwa

terdapat beberapa elemen kampanye
komunikasi,

yaitu

analisis

situasi,

tujuan, target khalayak, strategi, taktik,
media kampanye, waktu kampanye,
biaya

dan

evaluasi

yaitu

formatif itu sendiri.
2. Process Evaluation

evaluasi

diimplementasikan

dan

dapat dikembangkan untuk perancang
dan pelaksana kampanye berikutnya.
Coffman (2002, h. 21) menjelaskan
terdapat tiga hal yang dievaluasi pada
tahap

process

evaluation

yaitu

distribution, placement, exposure.
3. Outcome Evaluation
Outcomes evaluation atau juga yang
biasa disebut summative evaluation.
Riset summative evaluation dilakukan
untuk menilai hasil kampanye (Rice dan
Atkin, 2012, 13). Fouri (2001, h. 554)
juga menjelaskan tujuan dari evaluasi
sumatif untuk menentukan efektivitas
sebuah kampanye secara keseluaruhan.
Coffman (2002, h. 21) menjelaskan
terdapat

sebelas

hal

yang

akan

dievaluasi

yaitu

knowledge

/

yaitu jangka panjang hasil dari perilaku

awareness, saliency, attitudes, norms,

dan sistem level hasil. Coffman (2002,

self efficacy, behavioral intentions,

h. 27) menambahkan bahwa metode

behavior,

evaluasi yang dapat digunakan untuk

skills,

enviromental

contraints, media frames, dan
change.

Coffman

(2002,

policy
h.

26)

memaparkan bahwa metode yang paling

mengevaluasi pada tipe evaluasi ini
adalah

dengan

cara

penelitian

experimental atau quasi experimental.

sering digunakan untuk mengetahui
hasil kampanye adalah polling yaitu
jajak pendapat atau survey, namun ada

Teori Perencanaan Charles Berger

tiga metode lain yang dapat digunakan

Pada

yaitu

menganalisa menggunakan salah satu

direct

response

tracking,

penelitian

ini,

peneliti

akan

framming analysis dan rolling sampe

teori

surveys.

production atau teori penyusunan pesan

4. Impact Evaluation

dari

theories

of

message

yaitu teori perencanaan milik Berger.
Littlejohn (2009, h. 184) menjelaskan

Tipe evaluasi keempat yaitu
impact evaluation yang didefiniskan
oleh Venus (2004, h. x) sebagai “standar
emas” evaluasi karena menghasilkan
jawaban paling tepat tentang masalah
apakah kampanye menimbulkan efek
yang diharapkan. Pada tipe evaluasi
terakhir ini, menurut Coffman (2002, h.
24) terdapat dua aspek yang dievaluasi

bahwa teori-teori tentang penyusunan
pesan menggambarkan sebuah skenario
yang lebih kompleks, di mana perilaku
komunikasi

benar-benar

menyusun

pesan yang sesuai dengan maksudmaksud mereka dalam situasi yang
mereka hadapi. Menurut Berger dalam
Afifi & Afifi ( 2015, h. 113) sebuah

rencana adalah representasi kognitif dari

penting

tindakan

(Littlejohn, 2009, h. 189).

yang

dilakukan

untuk

dalam

meraih

tujuan

mencapai tujuan. Dengan kata lain,
rencana-rencana merupakan gambaran
mental dari langkah-langkah yang akan

Model Komunikasi SMCR Berlo
Peneliti juga akan menganalisis

diambil seseorang untuk memenuhi

menggunakan

sebuah tujuan (Littlejohn, 2009, h. 189).

source – message – channel – receiver

Berger dalam (Littlejohn, 2009,

model

komunikasi

(SMCR) milik David K. Berlo. Pada
tahun 1960 Berlo mengembangkan

h. 184) menjelaskan bahwa:

sebuah model barudalam bukunya, The
“Teori
perencanaan
dikembangkan sebagai jawaban
atas gagasan bahwa komunikasi
merupakan proses mencapai tujuan.
Manusia tidak terlibat dalam
kegiatan komunikasi hanya karena
mereka memang melakukakannya;
mereka
berkomunikasi
untuk
memenuhi tujuan. Rencana pesan
yang canggung memungkinkan
pelaku komunikasi mencapai tujuan
mereka dengan lebih banyak dan
lebih efisien; sehingga kompetensi
komunikasi sangat tergantung pada
kualitas rencana pesan individu.”

Process of Communication (Antoni,
2004, h. 43). Antoni (2004, h. 43)
menambahkan bahwa model Berlo ini
memusatkan

perhatian

pada

proses

(process) komunikasi
Model ini adalah model yang
sederhana

dan

serbaguna,

namun

menggolongkan latar belakang dari teori
Dari pernyataan Berger tersebut,
Littlejohn (2009, h. 189) memberikan
kesimpulan bahwa perencanaan adalah
proses

rencana-rencana

Perencanaan
utama

karena

merupakan
komunikasi

tindakan.
perhatian
sangat

ilmu perilaku dan penelitian (Wiman &
Meierhenry, 1969, h. 65). Wok, Ismail,
& Hussain (2005, h. 13) menjelaskan
bahwa walaupun model ini nampak
mudah namun Berlo melihat pada setiap
unsur dan menjelaskan ciri-ciri tiap

unsur yang mempengaruhi komunikasi.

Wok, Ismail, & Hussain (2005,

Unsur dan karakteristik tersebut dapat

h. 10) menjelaskan pesan sebagai ide

dijabarkan sebagai berikut:

atau

perasaan

ditransimisikan

a. Source (Sumber)

yang

antara

ingin

sumber

dan

penerima. Ball & Byrnes (1960, h. 31)
Wok, Ismail, & Hussain (2005,
h. 10) menjelaskan sumber sebai tempat
bermulanya proses komunikasi. Dalam
unsur

sumber,

terdapat

beberapa

karakteristik penting yaitu kemampuan
komunikasi,

sikap

sumber

pesan,

pengetahuan, konteks sosial budaya.
b. Message (Pesan)

menjelaskan bahwa model Berlo ini
mencoba untuk merinci elem-elemen
pesan menjadi sub elemen agar dapat
lebih

dimengerti

secara

komplit.

Elemen-elemen tersebut adalah kode,
konten

pesan,

treatment,

elemen,

struktur pesan.
a. Channel (Saluran)
Ball & Byrnes (1960, h. 32)
menjelaskan bahwa model komunikasi
Berlo menyarankan bahwa salah satu
cara yang berguna dalam pendekatan
terkait dengan pembelajaran tentang
proses

komunikasi

adalah

mempertimbangkan saluran komunikasi
yang merupakan lima panca indra
manusia.

Carey

(1999,

h.

12)

menjelaskan bahwa channel (saluran)
berhubungan dengan indra manusiawi

yaitu

pengelihatan,

pendengaran,

sentuhan, perasa, dan penciuman.

Pada tipe penelitian ini, periset
sudah mempunyai konsep (biasanya
satu konsep) dan kerangka konseptual

c. Receiver (Penerima)
(Kriyantono, 2006, h. 69). Melalui
Carey (1999, h. 12) menjelaskan
bahwa

penerima

merupakan

peneliti

melakukan

pihak yang menerima pesan dari sumber

konsep

yang

pesan yaitu kemampuan komunikasi,

variabel

sikap

(Kriyantono, 2006, h. 69). Penggunaan

sumber

pesan

kerangka konseptual (landasan teori),

pesan,

pengetahuan,

konteks sosial budaya.

metode

Metode

penelitian

Penelitian

ini

menggunakan

operasionalisasi

akan

menghasilkan

beserta

kualititaf
ini

indikatornya

deskriptif

pada

dimaksudkan

untuk

mendeskripsikan

hasil

kegiatan

evaluation,

process

metode kualititatif karena penelitian

formative

kualititatif

evaluation, outcome evaluation dan

ini

bertujuan

untuk

menjelaskan fenomena dengan sedalam-

impact evaluation

dalamnya melalui pengumpulan data

tahun 2014 secara sistematis, faktual

sedalam-dalamnya (Kriyantono, 2006,

dan akurat.

h.56).

kampanye ABAT

Penggunaan jenis penelitian

deskriptif dalam penelitian ini karena
penelitian ini bertujuan untuk membuat

Fokus Penelitian
Fokus

pada

penelitian

ini

deskripsi secara sistematis, faktual, dan

membahasa bagaimana hasil kegiatan

akurat mengenai fakta dan sifat populasi

formative

atau daerah tertentu, Suryabata (dalam

evaluation, outcome evaluation, dan

Pujileksono, 2015, h.19).

impact evaluation yang dilakukan oleh

evaluation,

process

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

digital, cetak atau elektronik, hasil pre

pada kampanye ‘Aku Bangga Aku

test dan post test.

Tahu’ tahun 2014. Peneliti menngaitkab
kegiatan evaluasi kampanye dengan

Teknik Pengumpulan Data

empat tipe evaluasi kampanye milik

Teknik

Coffman.

digunakan pada penelitian ini adalah:

Coffman

(2002,

h.

11)

membagi evaluasi menjadi empat tipe

process

evaluation,

summative evaluation, dan

impact

evaluation.

suatu cara untuk mengumpulkan data
dengan secara langsung dan bertatap

Data primer penelitian ini adalah data
hasil wawancara mendalam. Jenis data
primer yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu data yang didapatkan melalui
wawancara dengan informan penelitian.
Selain melengkapi data primer,
Data sekunder pada penelitian ini
foto,

arsip,

laporan

pelaksanaan kampanye, berita di media

informan

data

agar

lengkap

dan

mendalam (Kriyantono, 2006, h.100).
Wawancara

adalah data primer dan data sekunder.

meliputi

dengan

mendapatkan

Sumber data pada penelitian ini

yang

Wawancara mendalam adalah

muka

Sumber Data

data

1. Wawancara

evaluasi kampanye yaitu formative
evaluation,

pengumpulan

dilakukan

peneliti

mendalam
bersifat

yang
luwes,

terbuka dan tidak tersetruktur dan tidak
baku.

Sifat

wawancara

tersebut

dilakukan karena pertimbangan untuk
memperoleh
mendalam.

informasi
Dalam

secara

wawancara

tak

struktur, tidak ada pertanyaan yang
ditentukan sebelumnya, kecuali pada
tahapan sangat awal, yakni ketika
peneliti memula wawancara dengan

pertanyaan umum dalam area studi

ini,

(Daymon & Holloway, 2007, h. 264).

dokumentasi untuk mendapatkan data

Langkah-langkah

peneliti

menggunakan

metode

wawancara

dan kumpulan arsip berupa foto, laporan

yang akan dilakukan oleh peneliti

kegiatan, atau data-data yang terakit

adalah

interview

dengan penelitian yang peneliti lakukan.

giude atau yang biasa disebut panduan

Untuk mendapatkan dokumen-

wawancara, peneliti membuat daftar

dokumen yang peneliti butuhkan untuk

pertanyaan yang akan ditanyakan pada

menunjang

informan untuk menggali data yang

beberapa langkah dokumentasi yang

dibutuhkan

penelti

peneliti lakukan yaitu mengumpulkan

menghubungi informan dan membuat

dokumen berupa laporan kegiatan yang

janji

wawancara,

berupa laporan pelakasanaan kampanye,

peneliti melakukan wawancara sesuai

berita mengenai kegiatan kampanye

dengan dengan panduan wawancara

atau data-data lain yang terkait dengan

yang telah peneliti buat.

penelitian. Selain laporan pelaksanaan

2. Dokumentasi

kampanye, peneliti akan menggunakan

peneliti

untuk

membuat

peneliti,

melakukan

Metode dokumentasi merupakan

data

riset

hasil

penelitian,

mengenai

ada

pengetahuan

suatu cara pengumpulan data yang

khalayak sebelum dilakukan kampanye

menghasilkan catatan-catatan penting

dan data riset mengenai pengetahuan

yang berhubungan dengan masalah

khalayak setelah dilakukan kampanye.

yang diteliti, sehingga akan diperoleh
data yang lengkap, sah dan bukan

Teknik Analisis Data

berdasarkan perkiraan (Basrowi dan

Teknik analisis selama di

Suwandi, 2008, h.158). Pada penelitian

lapangan yang peneliti gunakan adalah

teknik analisis selama di lapangan yaitu

yang awalnya belum jelas menjadi jelas

model Miles dan Huberman. Menurut

dan

Pujileksono (2015, h. 152) analisis data

kausal/interaktif

Miles dan Huberman dilakukan melalui

(Pujileksoono, 2015, h. 152).

dapatberupa

hubungan

dan

hipotesis/teori

tiga tahap, yaitu:
Hasil dan Pembahasan

a. Reduksi data
Reduksi

data

berarti

Pada

merangkum,

penyajian

data

terkait

memilih hal yang pokok, memfokuskan

dengan kegiatan evaluasi formatif yang

pada hal yang penting, dicari polanya

dilakukan oleh tim kampanye ABAT

(Pujileksoono, 2015, h. 152). Reduksi

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

merupakan bagian dari analisis, bukan

yang

terpisah (Basrowi & Suwandi, 2008, h.

menggunakan

209).

formative evaluation milik Coffman dan

telah

peneliti
konsep

analisa

evaluasi

tipe

menggunakan daftar elemen kampanye

b. Penyajian data
Langkah selanjutnya adalah penyajian

milik Crawford dan Okigbo, teori

data

mendisplay/menyajikan

perencanaan milik Charles Berger dan

data dalam bentuk uraian singkat,

model komunikasi SMCR milik Berlo,

bagan, hubungan antar kategori, dsb

dapat ditarik kesimpulan bahwa tim

(Pujileksoono, 2015, h. 152).

kampanye

berarti

c. Menarik

Kesimpulan

atau

penelitian

Kesehatan

Provinsi Jawa Timur secara umum telah
melakukan seluruh rangkaian kegiatan

Verifikasi
Kesimpulan

ABAT Dinas

kualitatif

evaluasi formatif mulai dari analisis

merupakan temuan baru yang disajikan

situasi,

tujuan,

pesan

kampanye,

berupa deskripsi atau berupa gambaran

khalayak kampanye, strategi, taktik,

saluran kampanye, alokasi waktu, dan

Provinsi Jawa Timur hanya melakukan

biaya kampanye.
Dari data yang telah peneliti

evaluasi pada beberapa aspek yaitu
knowlege,

saliency,

self

behavior

intention,

efficacy,

sajikan dan telah peneliti analisa, dapat
enviromental

disimpulkan bahwa pada tipe evaluasi
contraints,

dan

media

frames.

proses ini tim kampanye ABAT Dinas
Sedangkan aspek yang tidak dievaluasi
Kesehatan telah melakukan evaluasi
adalah attitudes, norms, behavior, skills,
pada semua aspek yang disarankan
dan policy change karena alasan-alasan
Coffman untuk dievaluasi yaitu pada
yang juga sudah peneliti jabarkan.
distribusi

produk

kampanye,
Berdasarkan hasil data yang

penempatan berita tentang kampanye
didapatkan dengan cara wawancara
ABAT di media cetak dan televisi, dan
mendalam

dan

dokumentasi

pada

juga exposure.
kegiatan adalah hasil analisa kegiatan
Ditinjau

dari

data

yang
impact evaluation yang dilakukan tim

didapatkan melalui wawancara dan
kampanye

ABAT Dinas

Kesehatan

dokumentasi yang telah dianalisa oleh
Provinsi Jawa Timur, didapatkan hasil
peneliti,

dapat

ditarik

kesimpulan
bahwa tim kampanye ABAT Dinas

bahwa

pada

pelaksanaan

kegiatan
Kesehatan Provinsi Jawa Timur belum

outcome evaluation ini tim kampanye
melakukan evaluasi pada semua aspek
ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
yang disarankan Coffman. Pada tipe
Timur tidak melakukan evaluasi pada
evaluasi ini, hanya satu aspek yang
seluruh aspek yang disarankan oleh
diteliti yaitu system level outcomes.
Coffman. Dari data yang telah peneliti
Sedangkan pada long term outcomes of
analisa,

terdapat

hasil

bahwa

tim
behaviors, dapat ditarik kesimpulan

kampanye

ABAT Dinas

Kesehatan

bahwa tim kampanye ABAT Dinas

tidak

Kesehatan Provinsi Jawa Timut tidak

berdasarkan hasil analisis peneliti dapat

melakukan kegiatan evaluasi pada aspek

menimbulkan

tersebut karena alasan-alasan yang juga

kampanye. Jika jenuh melanda, peserta

susa peneliti jabarkan.

kampanye akan kehilangan konsentrasi

Berdasarkan hasil analisis yang
peneliti

lakukan, hanya

HIV/AIDS. Sedangkan 28 halaman
lainnya terkait dengan tiga materi dasar
yaitu kesehatan reproduksi, narkoba,
dan gaya hidup dan seks bebas.
Dianalisis menggunakan model SMCR
dengan

karakteristik

konten

pesan,

peneliti menilai bahwa konten pesan
yang digunakan oleh tim kampanye
kurang efektif. Hal ini disebabkan
karena inti dari kampanye ABAT adalah
terkait dengan pencegahan HIV/AIDS
namun terdapat banyak materi yang
tidak langsung pada inti dari kampanye.
Terlebih lagi sasaran kampanye adalah
siswa siswi tingka SMP dan SMA
sederajat dan mahasiswa. Materi yang

pada

intinya

kejenuhan

ini

peserta

untuk menimak materi.

ada tujuh

halaman materi yang terkait dengan

langsung

Menggunakan

model

SMCR

dengan karakteristik saluran, peneliti
mendapatkan

hasil

analisa

bahwa

penggunaan media power point dirasa
kurang tepat. Tidak hanya karena
konten pesan yang terkesan berbelitbelit karena tidak langsung pada inti
dari

kampanye

HIV/AIDS.

yaitu

tentang

Kurang

tepatnya

penggunaan power point ini karena
desain
menarik

power
dan

point
tidak

yang
tepat

kurang
sasaran.

Harusnya desain untuk khalayak sasaran
kampanye yang merupakan siswa SMP
SMA sederajat dan mahasiswa lebih
menarik.

Selain

menunjukkan

itu,

hasil

bahwatim

analisis

kampanye

hanya menggunakan media lini bawah

yaitu power point, leaflet, film, poster,

memiliki konsep khusus. Bahkan tidak

spanduk

Tim

tau bahwa beberapa hal bisa dievaluasi.

kampanye tidak menggunakan media

Peneliti juga menilai, meskipun tim

massa seperti radio, majalah, koran,

kampanye

atau

Menganalisis

Provinsi

Jawa

menggunakan model SMCR peneliti

evaluasi

pada

menemukan hasil bahwa penggunaan

sebenarnya

tim

media

mengetahui

bahwa

dan

umbul-umbul.

telivisi.

power

point

yang

konten

ABAT Dinas
Timur

Kesehatan
melakukan

beberapa

aspek,

kampanye
pada

tidak

saat

dia

pesannya tidak langsung pada inti

melakukan evaluasi pada suatu aspek,

kampanye

jika

tim kampanye melakukan evaluasi pada

disesuaikan dengan khalayak sasaran.

aspek yang disarankan oleh para ahli

Khalayak

merupakan

melalui konsep evaluasi yang mereka

pemuda usia 15-24 tahun di Indonesia

tawarkan. Karena memang dari awal

lebih sering menghabiskan waktunya

tim kampanye ABAT Dinas Kesehatan

untuk mengakses sosial media, sehinnga

Provinsi Jawa Timur tidak berangkat

peneliti

dari konsep evaluasi atau teori tertentu

juga

kurang

sasaran

yang

menemukan

tepat

hasil

bahwa

penggunaan

media

sosial

untuk

kampanye

akan

lebih

tepat

dibandingkan

media

seperti

power

point.

dalam melakukan evaluasi.
Tim kampanye ABAT Dinas
Kesehatan

Provinsi

Jawa

Timur.

Meskipun memiliki metode yang jelas
Dalam melaksanakan seluruh

rangkaian

kegiatan

evaluasi

kampanye

ABAT Dinas

dalam

mengevaluasi

tingkat

tim

pengetahuan dan peliputan media pada

Kesehatan

kampanye ABAT dan distribusi produk

Provinsi Jawa Timur memang tidak

kampanmye,

tim

kampanye

ABAT

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur

meningkatkan pengetahuan kaum muda

tidak memiliki laporan terkait dengan

usia 15-24 tahun tentang HIV/AIDS

jumlah rencana produk kampanye yang

dengan benar dan komprehensif. Lebih

akan disebarkan dan hasil jumlah

khusus, pengetahuan yang disebarkan

produk kampanye yang telah tersebar.

ini terkait dengan cara penularan HIV

Meskipun tim kampanye tidak
menentukan

indikator

keberhasilan,

namun sebenarnya dari data yang telah
peneliti dapatkan melalui wawancara
dan

dokumentasi

kampanye,

tim

laporan

evaluasi

kampanye

telah

menetapkan tujuan-tujuan kampanye
yang telah dicapai. Tujuan khusus dari
kampanye ABAT adalah agar kaum
muda usia 15-24 tahun yang memiliki
perilaku

beresiko

memahami

kondisinya dan bersedia melakukan tes
HIV/AIDS

di

mengetahui

Rumah
status

Sakit

agar

HIV/AIDSnya.

Tujuan umum kampanye ABAT di Jawa
Timur

yang

merupakan

kampanye

turunan dari kampanye ABAT dari
Kementrian

Kesehatan

Republik

Indonesia ini memiliki tujuan untuk

dan bagaimana virus ini tidak ditularkan
dan juga cara pencegahannya. Tujuan
khusus lainnya yaitu untuk kaum muda
usia 15-24 tahun yang sudah tertular
segera mendapat pertolongan sehingga
masih ada peluang untuk memperlambat
penyebaran

virus

dan

masih

mendapatkan kesempatan untuk hidup
dengan jangka waktu yang lebih lama.
Selain itu, tujuan khusus lain dari
pelaksanaan kampanye ABAT adalah
untuk mencegah penularan HIV/AIDS
pada kaum muda yang belum tertular.
Namun

berdasarkan

hasil

analisis data yang peneliti dapatkan
melalui wawancara dengan informan
utama yaitu Ismayani, pada beberapa
aspek evaluasi, tim kampanye ABAT
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur,

peneliti menilai evaluasi yang dilakukan

didapatkan hasil bahwa tim kampanye

kurang maksimal. Hal ini dikarenakan

ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

tim kampanye tidak melakukan evaluasi

Timur tidak melakukan evaluasi terkait

dari

telah

dengan

dengan

Padahal

seluruh

ditetapkan.

tujuan

yang

Dianalisis

perubahan

sikap

berdasarkan

khalayak.

apa

yang

menggunakan tipe evaluasi ketiga milik

disampaikan

Coffman yaitu outcome evaluation,

wawancara,

hasil analisis menunjukkan bahwa dari

pelaksanaan

seluruh tujuan tersebut, tidak semua

tujuannya adalah untuk merubah sikap

tujuan dievaluasi. Tim kampanye ABAT

khalayak.

hanya melakukan evaluasi hasil terkait

merupakan tujuan untuk merubah sikap

dengan tujuan peningkatan pengetahuan

khalayak adalah tujuan untuk merubah

kaum muda. Sedangkan pada tujuan

sikap khalayak agar tidak melakukan

kampanye

diskriminasi pada penderita HIV/AIDS.

lainnya,

tidak

dilakukan

informan
ada

pada

beberapa

kampamnye

Tujuan

kampanye

saat
tujuan
yang

yang

evaluasi. Contohnya saja pada aspek

Selain tujuan yang berkaitan

attitudes, terakit dengan evaluasi sikap

dengan perubahan sikap, tujuan yang

yang yang dimaksud oleh Coffman

berkaitan dengan perubahan perilaku

(2002, h. 22) adalah sikap seseorang

khalayak juga tidak dievaluasi oleh tim

yang

kampanye.

terpengaruhi

atau

menentang

Setelah

melakukan

objek yang dikampanyekan. Setelah

penggalian data melalui wawancara

melakukan penggalian data tentang

mendalam dan dianalisis menggunakan

evaluasi

dianlisis

salah satu elemen konsep evaluasi milik

menggunakan salah satu aspek evaluasi

Coffman yaitu aspek behaviour yang

milik

dijelaskan Clif & Freimuth dalam

tujuan

Coffman

kemudian

yaitu

attitudes,

(Schiavo, 2007, h. 9) bahwa komunikasi

lama. Selain itu, tujuan khusus lain dari

kesehatan, seperti edukasi kesehatan

pelaksanaan kampanye ABAT adalah

adalah pendekatan yang digunakan

untuk mencegah penularan HIV/AIDS

untuk mengubah perilaku seseorang

pada kaum muda yang belum tertular.

pada khalayak target sasaran dengan

Ismayani menyebutkan bahwa

skala yang luas berkenaan dengan

alasan tidak dilakukan evaluasi pada

masalah tertentu pada periode waktu

perubahan perilaku sama dengan alasan

tertentu, peneliti mendapatkan hasil

mengapa tidak dilakukan evaluasi pada

bahwa tujuan yang berkaitan dengan

perubahan sikap dan perubahan norma.

perubahan perilaku khalayak setelah

Alasannya yaitu

terpapar kampanye tidak dievaluasi.

banyak dan tersebar di berbagai kota,

Beberapa tujuan yang berkaitan

peserta yang sangat

tidak mungkin dilakukan observasi

dengan perubahan perilaku adalah agar

karena

kaum muda usia 15-24 tahun yang

melakukan

memiliki perilaku beresiko memahami

promosi kesehatan yang dimiliki Dinas

kondisinya dan bersedia melakukan tes

Kesehatan Provinsi Jawa Timur tidak

HIV/AIDS

hanya

di

Rumah

Sakit

agar

minimnya

waktu

observasi

kampanye

dan

untuk
kegiatan

ABAT.

Jika

mengetahui status HIV/AIDSnya. Kaum

dihubungkan

muda usia 15-24 tahun yang sudah

Coffman (2002, h. 22) yang menyatakan

tertular segera mendapat pertolongan

bahwa

sehingga masih ada peluang untuk

memungkinkan

memperlambat penyebaran virus dan

melacak pergeseran sehari-hari terkait

masih mendapatkan kesempatan untuk

dengan ketertarikan publik dan perilaku,

hidup dengan jangka waktu yang lebih

dan memungkinkan evaluator untuk

rolling

dengan

pernyataan

sample
evaluator

surveys
untuk

membuat

eksperimen

alami

yang

menilai

kampanye

efektif,

seluruh

didasrarkan

pada

saat

kejadian

tujuan atau indikator keberhasilan harus

(perubahan

sikap

dan

perilaku)

dievaluasi

dengan

menggunakan

diketahui atau saat liputan media akan

metode pengukuran yang jelas. Selain

berlangsung.

evaluasi

evaluasi yang dilakukan Evers, Jones,

terkesan

Iverson & Caputi yang telah memiliki

perubahan

Memang
perilaku

ini

memakan waktu yang lama, sehingga

indikator

dapat disimpulkan bahwa alasan tidak

pengukuran hasil yang jelas, contoh lain

dilakukannya evaluasi pada perubahan

pengukuran efektivitas kampanye yang

perilaku

tepat

sesuai

dengan

pernyataan

keberhasilan

ditunjukkan

dan

metode

Sebastian,

Khan,

Coffman yang menejalaskan bahwa

Kumari dan Idnani melalui jurnal

untuk mengevaluasi perubahan perilaku

penelitiannya. Sebastian, Khan, Kumari

ini, evaluator harus melacak pergeseran

dan

sehari-hari dan hal ini dianggap tidak

kegiatan

mungkin oleh tim kampanye ABAT

pengetahuan

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur.

kontrasepsi. Selain melakukan kegiatan

Dari hasil analisis data tersebut,
peneliti

menilai

bahwa

pernyataan

informan yang menyebutkan bahwa
kampanye ini efektif kurang tepat.
Karena
lapangan,

kenyataan
tim

yang

terjadi

kampanye

di

tidak

melakukan evaluasi pada seluruh tujuan
kampanye. Padahal seharusnya untuk

Idnani

melakukan
untuk
dan

kegiatan-

meningkatkan
penggunaan

alat

tersebut, Sebastian, Khan, Kumari dan
Idnani

melakukan

penelitian

untuk

mengevaluasi. Hasil kampanye yang
didapatkan

adalah

kegiatan-kegiatan

yang dilakukan oleh Sebastian, Khan,
Kumari dan Idnani pengenalan alat
kontrasepsi pada wanita, edukasi pada
pasangan

muda,

pembagian

alat

kontrasepsi

dianggap

meningkatkan

efektif

untuk

pengetahuan

dan

menyatakan bahwa hasil kampanye ini
efektif,

namun

berdasarkan

hasil

penggunaan alat kontrasepsi di Rural

analisis peneliti hasil kampanye belum

India. Dalam melakukan pengukuran

efektif.

efektivitas

kegiatan

kampanye,

Sebastian, Khan, Kumari dan Idnani
telah menetapkan indikator keberhasilan
yaitu peningkatan pengetahuan kaum
muda yang pengukurannya dilakukan
dengan cara pre test dan post test,
ketercapaian distribusi produk, jumlah
wanita yang telah menerima konsultasi,
laporan peningkatan jumlah pengguna
kontrasepsi. Dalam menilai kampanye
tersebut

efektif,

Sebastian,

Khan,

Kumari dan Idnani mengevaluasi halhal tersebut dan mengevaluasi seluruh
indikator

atau

tujuan

kampanye.

Berbeda dengan tim kampanye ABAT
yang tidak mengevaluasi seluruh tujuan.
Tujuan yang dievaluasi hanya tujuan
khusus. Sehingga dari hasil analisis data
tersebut

peneliti

menilai

bahwa

meskipun tim kampanye ABAT telah

Hal

lain

yang

membuat

kampanye ini kurang efektif adalah
jumlah

paparan

pada

khalayak

kampanye. Berkowitz dalam Rice &
Atkin (2012, h. 93) menambahkan
tingginya

level

paparan

kampanye

terhadap khalayak sasaran kampanye
dapat menggiring kampanye dalam
kesuksesan. Hal ini berbeda dengan
kegiatan

kampanye

ABAT

yang

dilakukan oleh tim kampanye. Dalam
kegiatan kampanye ABAT, paparan
kampanye yang didapat setiap khalayak
hanyalah satu kali, padahal seperti yang
telah dikatakan oleh Berkowitz dalam
Rice & Atkin (2012, h. 93) bahwa
tingginya

level

paparan

kampanye

terhadap khalayak sasaran kampanye
dapat menggiring kampanye dalam
kesuksesan. Karena paparan kampanye

yang didapatkan khalayak hanya satu

pengetahuan yang cukup bermakna, tim

kali,

kampanye harus memiliki dasar yang

dari

hasil

analisis

data

mendapatkan hasil bahwa kurangnya

kuat.

paparan pada khalayak kampanye juga

perubahan nilai sebesar 5-10 maka

menjadi salah satu faktor penyebab

perubahan

kampanye ABAT kurang efektif.

kategori

Dari hasil analisis data terkait
dengan pelaksanaan pre test dan post
test ini, peneliti menilai tim kampanye
ABAT Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Timur

mengevaluasi

dengan

ala

kadarnya dan terkesan kurang serius.
Padahal perubahan tingkat pengetahuan
adalah tujuan utama dari dilaksanakan
kampanye ABAT ini. Tim kampanye
Dinas Kesehatan Provinisi jawa Timur

berapa

nilai

peningkatan

pengetahuannya, yang terpenting jika
sudah terjadi peningkatan pengetahuan
maka hasil pre test dan post test sudah
dianggap baik. Terlebih lagi dalam
menyatakan

terjadi

peningkatan

saja

jika

pengetahuan
cukup,

terjadi

dimasukkan

atau

misalkan

perubahan pengetahuan yang terjadi
adalah

10-20

maka

perubahan

pengetahuan dapat dikategorikan cukup
baik.

Sehingga,

pernyataan

yang

muncul ketika mengambil kesimpulan
bahwa hasil pre test dan post test
terdapat peningkatan cukup bermakna
merupakan kesimpulan yang memiliki
dasar yang jelas.
Kesimpulan

hanya ingin mengetahui apakah terjadi
peningkatan pengetahuan tidak peduli

Misalnya

Berdasarkan rumusan masalah,
tujuan

penelitian

mengenai

hasil

dan

pembahasan

kegiatan

evaluasi

kampanye ABAT tahun 2014, maka
dapat ditarik kesimpulan bahwa pada
tahap formative evaluation dilakukan
dari analisis situasi, tujuan, pesan
kampanye,

khalayak

kampanye,

strategi,

taktik,

kampanye,

untuk melakukan survey berkelanjutan

alokasi waktu, dan biaya kampanye.

paska kampanye. Pada tahap impact

Hasil analisis pada evaluasi tahap

evaluation

formatif menunjukkan bahwa konteks

system level outcomes. Pada long term

pesan tidak sesuai sasaran dan tidak

outcomes of behaviors, tidak dievaluasi

langsung pada pesan inti kampanye.

juga

Selain itu penggunaan media kurang

keterbatasan sumber daya manusia,

tepat

biaya dan waktu untuk melakukan

khalayak

saluran

sasaran.

Pada

tipe

hanya dilakukan pada

dikarenakan

keterbatasan

process evaluation, evaluasi dilakukan

pengamatan

distribution, placement dan exposure.

khalayak kampanye yang jumlahnya

Exposure hanya dilakukan satu kali di

tidak sedikit dan tersebar di berbagai

masing-masing

tempat.

kampanye

tempat

sehingga

sasaran

kampanye

ini

kurang efektif.

berlanjut

melakukan

pada

evaluasi

kampanye ABAT tahun 2014, baik

Pada tahap outcome evaluation,
tim

Ketika

secara

kampanye

melakukan

kampanye

program

kampanye

evaluasi

kunjungan dan roadshow, tim kampanye

pada elemen knowledge, saliency, self

ABAT tidak berpedoman pada konsep

efficacy,

atau teori evaluasi. Tidak seluruh tujuan

behavior

intention,

enviromental contraints, dan media

kampanye

framespada

evaluation.

kampanye. Tidak memiliki skala dan

Sedangkan attitudes, norms, behavior,

kategori yang jelas dalam perhitungan

skills,

dan pengategorian pada perubahan hasil

dan

outcome

policy change tidak

dilakukan evaluasi karena keterbatasan
sumber daya manusia, biaya dan waktu

dievaluasi

pre test dan post test.

oleh

tim

DAFTAR PUSTAKA
Gao, dkk. (2012). Effectiveness of school-based education on HIV/AIDS knowledge,
attitude, and behavior among secondary school students in wuhan, china. Joint
School on Education, Sociology, Technology, and Medicinie Reasearch Paper
Project. 7(9), e44881. doi:10.1371/journal.pone.0044881
National Aids Commision. (2009). Republic of indonesia country report on the follow
up to the declaration of commitment on hiv/aids (unggas). Jakarta: UNAIDS
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman pelaksanaan kampanye
hiv dan aids pada kauj muda usia 15-24 tahun. Jakarta: Kemenkes RI
Venus, A. (2004). Manajemen kampanye. Bandung: Simbiosa Rekatama Media
Coffman, J. (2002). Public communication campaign evaluation. Harvard Family
Project Reasearch
Rice, R. E., & Atkin, C. K. (2012). Public communication campaigns. Tersedia dalam
https://books.google.com/books?isbn=1452255776
Schiavo, R. (2007). Health communication: from theory to practice. San Francisco:
Jossey-Bass Publisher
Afifi, T., & Afifi, W. (2015). Uncertainty, information management, and disclosure
decisions:
theories
and
applications.
Tersedia
dalam:
https://books.google.com/books?isbn=1135890560
Littlejohn, S. W., & Foss, K. A. (2009). Teori komunikasi. Jakarta: Penerbit Salemba
Humanika
Antoni. (2004). Riuhnya persimpangan itu: profil dan pemikiran para penggagas
kajian ilmu komunikasi. Solo: Tiga Serangkai
Carey, H. A. (1999). Communication in extension: a teaching and learning guide.
Tersedia dalam: https://books.google.co.id/books?isbn=9251043574
Ball, J., & Byrnes, F. C. (1960). Reaserch, principles, and practices in visual
communication. Tersedia dalam: https://books.google.co.id/books?id=92n4kpAWEIC&dq=smcr+model&source=gbs_navlinks_s
Wiman, R. V., & Meierhenry, W. C. (1969). Educational media: theory into practice.
Tersedia dalam: https://books.google.co.id/books?id=g6odAAAAMAAJ
Wok, S., Ismail, N., & Hussain, M, Y. (2005). Teori-teori komunikasi. Tersedia dalam
https://books.google.co.id/books?
id=1uQsJ_jIEFEC&pg=PA13&dq=smcr+model+berlo+komunikasi&hl=en&sa=
X&ved=0ahUKEwjD4v6JqNzMAhVEo48KHfD8CCoQ6AEIITAB

Pujileksono, S. (2015). Metode penelitian komunikasi kualitatif. Malang: Kelompok
Intrans Publishing
Daymon, C., & Holloway, I. (2007). Metode-metode riset kualitatif dalam public
relations
dan
marketing
communications.
Tersedia
dalam
https://books.google.co.id/books?id=GO-PT5RiKQC&pg=PA264&dq=wawancara+tidak+terstruktur&hl=en&sa=X&ved=0ah
UKEwjdscP0xMrMAhXGUKYKHRqHCVgQ6AEIGjAA
Basrowi., S. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Adi Mahasatya
Kriyantono, R. (2012). Teknik praktis riset komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group