Standar Kompetensi Guru untuk Mata Kulia

TUGAS MAKALAH MATA KULIAH PENGEMBANGAN KOMPETENSI
MENGAJAR

Disusun Oleh

KELOMPOK 1

CEMPAKA FAJRI LIYANI

20148300232

NINA SAKINAH

20148310107

SANTI NURAENI

20148310233

NUR SITI FATIMAH


20148300332

STKIP KUSUMA NEGARA
JAKARTA
2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang atas rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Juga ucapan
terima kasih kepada Ibu Dosen yang selalu bersemangat, Ibu Yatha Yuni, M.Pd.,
yang telah membimbing penulis dalam kelas.
Makalah ini merupakan tugas Mata Kuliah Pengembangan Kompetensi
Mengajar yang berisi Definisi Standar Kompetensi Guru, Dasar Hukum
Kompetensi Guru, penjelasan mengenai Macam-Macam Kompetensi Guru,
beserta referensi kepenulisannya. Kami berharap dengan adanya makalah ini,
mahasiswa dapat mengetahui segala yang berkaitan dengan standar kompetensi
guru.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, demi penyempurnaan makalah ini kami mengharapkan saran dan kritik

dari pembaca maupun Ibu Dosen. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih.

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
A. PENDAHULUAN ...............................................................................................................

1

B. STANDAR KOMPETENSI GURU...................................................................................

1

1. Definisi Kompetensi......................................................................................................

1


2. Macam-Macam Kompetensi Guru.............................................................................

2

2.1 KOMPETENSI PEDAGOGIK........................................................................................

2.

2.1.1 Aspek-Aspek Kompetensi Pedagogik....................................................................

3

2.1.2 Syarat Pedagogik.........................................................................................................

5

2.2. KOMPETENSI SOSIAL.................................................................................................

5


2.3. KOMPETENSI KEPRIBADIAN...................................................................................

6

2.3.1 Arti Penting Kompetensi Kepribadian...................................................................

7

2.4. KOMPETENSI PROFESIONAL....................................................................................

9

2.4.1

Pengertian Profesi. ...................................................................................................

11

2.4.2


Pengertian Kompetensi Profesional dan Landasan Hukumnya.......

12

2.4.3

Kompetensi Profesional Guru..................................................................... .........

13

2.4.4

Aspek Profesional Guru................................................................................ .........

14

2.4.5

Mengembangkan Profesionalitas Guru...........................................................


15

C. HASIL BAHASAN KELOMPOK .....................................................................................

16

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 18

A.

PENDAHULUAN

Untuk

memperjelas

kedudukan

guru,


diawali

dengan

pembahasan Bab 1 Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2003 Ayat 5 dan Ayat 6.
Di Ayat 5 dijelaskan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota
masyarakat yang mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang
penyelenggaraan pendidikan. Ayat 6 dijelaskan tentang pendidik
adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, dan
fasilitator.
B.

STANDAR KOMPETENSI GURU

1.

DEFINISI KOMPETENSI
Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah


kemampuan atau kecakapan. Usman (1994:1) mengemukakan kompentensi
berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang,
baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Sejalan dengan itu Finch &
Crunkilton (1979:222), sebagaimana dikutip oleh Mulyasa (2003:38) mengartikan
kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan
apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.Jadi kompetensi adalah
karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan
atau unggul dalam suatu pekerjaan dan situasi tertentu.

Menurut

Kamus

Umum Bahasa Indonesia (WJS. Purwadarminta) kompetensi
berarti

(kewenangan)

kekuasaan


untuk

menentukan

atau

memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi yakni
kemampuan
Kepmendiknas

atau

kecakapan.

nomor

45

tahun


Sementara
2002

itu,

adalah

menurut

seperangkat

tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam
melaksanakan tugas-tugas dibidang pekerjaan tertentu.

Untuk program SI salah satunya dikenal adanya ”sepuluh
kompetensi guru” yang merupakan profil kemampuan dasar bagi
seorang guru, sepuluh komptensi guru itu meliputi: menguasai
bahan, mengelola progaram belajar-mengajar, mengelola kelas,
menggunakan media sumber, menguasai landasan pendidikan,

mengelola interaksi belajar mengajar, menilai prestasi siswa
untuk kepentingan pengajaran, mengenai fungsi dan program
layanan

bimbingan

dan

penyuluhan

mengenal

dan

menyelenggarkan administrasi sekolah serta memahami prinsipprinsip

dan

hasil

peneliatian

pendidikan

guna

keperluan

pengajaran. Dari kesepuluh itu juga merupakan bagian yang ada
dalam kompetensi pedagogik yang harus dimiliki seorang guru.
2.

MACAM-MACAM KOMPETENSI GURU

2.1. KOMPETENSI PEDAGOGIK
Dilihat dari istilahnya, pengertian dari pedagogik sendiri
berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu paedos (anak) dan
agogos

(mengantar,

membimbing,

memimpin).

Sehingga

pedagogik adalah ilmu menuntun anak yang membicarakan
masalah

atau

persoalan-persoalan

kegiatan-kegiatan

mendidik,

antara

dalam
lain

pendidikan
seperti

dan

tujuan

pendidikan, alat pendidikan, cara melaksanakan pendidikan,
anak didik, pendidik dan sebagainya. Pedagogik termasuk ilmu
yang sifatnya teoritis dan praktis. Oleh karena itu pedgogik
banyak berhubungan dengan ilmu-ilmu lainnya seperti: ilmu
sosial, ilmu psikologi, psikologi belajar, metodologi pengajaran,
sosiologi, filsafat dan lainya.Oleh sebab itu pedagogik dipandang
sebagai suatu proses atau aktifitas yang bertujuan agar tingkah
laku manusia mengalami perubahan.

Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran
peserta didik. Depdiknas (2004) menyebut kompetensi ini dengan kompetensi
pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan
merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi
atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.

2.1.1.

Syarat-Syarat Pedagogik

a) Kedewasaan
Langeveld berpendapat seorang pendidik harus orang
dewasa sebab hubungan antara anak dengan orang yang
belum dewasa tidak dapat menciptakan situasi pendidik
dalam arti yang sebenarnya.
b) Identifikasi norma
Artinya menjadi satu dengan norma yang disampaikan
kepada

anak,misalnya

pendidikan

agama

tidak

akan

berhasil diberikan oleh orang yang sekedar tahu tentang
agama tetapi tidak menganut agama yang diajarkan
tersebu,

di

sinilah

letak

keistimewaan

pekerjaan

mendidik,dimana mendidik anak itu tidak hanya sekedar
persoalan

teknis

saja

menguasai

bahan

atau

cara

menyampaikan saja,Tetapi juga persoalan batin dalam arti
pendidik

harus

menjadi

satu

dengan

norma

yang

disampaikan kepada anak didik.
c) Identifikasi dengan anak
Artinya pendidik dapat menempatkan diri dalam kehidupan
anak,hingga usaha pendidikan tidak bertentangan dengan
kodrat anak.

d) Knowledge
Mempunyai pengetahuan yang cukup perihal pendidikan
e) Skill
Mempunyai keterampilan mendidik
f) Attitude
Mempunyai sikap jiwa yang positif terhadap pendidikan
2.1.2.

Aspek-Aspek Kompetensi Pedagogik

Aspek ini diartikan bahwasanya kompetensi pedagogik
guru

merupakan

kemampuan

guru

dalam

pengelolaan

pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi:
a. Pemahaman landasan atau wawasan kependidikan. Guru
memiliki latar belakang pendidikan keilmuan sehingga
memiliki
Merujuk

keahlian
pada

secara

sistem

akademik

pengelolaan

dan

intelektual.

pembeljaran

yang

berbasis subjek(mata pelajaran), guru seharusnya memiliki
kesesuian antara latar belakang keilmuan dengan subjek
yang dibina, selain itu, guru memiliki pengentahuan dan
pengalaman

dalam

penyelenggaraan

pembelajaran

dikelas. Secara otentik kedua hal tersebut dapat dibuktikan
dengan ijazah akademik dan ijazah keahlian mengajar
(akta mengajar) dan lembaga pendidikan yang diakreditas
pemerintah.
b. Pemahaman

terhadap

peserta

didik.

Secara

umum

pemahaman peserta didik dapat berarti kemampuan guru
dalam memahami kondisi siswa (baik fisik maupun mental)
dalam

proses

menyebutkan
dipahami

pembelajaran.

sedikitnya

guru

dari

ada

peserta

Mulyasa

empat

hal

didiknya,

(2008:79)
yang

yaitu

harus
tingkat

kecerdasan, kreativitas, cacat fisik dan perkembangan
kognitif.

c. Pengembangan
kemampuan
nasional

kurikulum/silabus.

mengembangkan

yang

disesuaikan

Guru

memiliki

kurikulum

dengan

pendidikan

kondisi

spesifik

lingkungan sekolah.
d. Perancangan pembelajaran. Perancangan pembelajaran
merupakan

kegiatan

awal

guru

dalam

rangka

mengidentifikasi dan menginventarisasi segala komponen
dasar

yang

akan

pembelajaran.
mendukung

digunakan

Sedikitnya
perancangan

pada

ada

saat

tiga

pelaksanaan

kegiatan

pembelajaran

ini,

yang
yaitu

identifikasi kebutuhan, perumusan kompetensi dasar, dan
penyusunan program pembelajaran (RPP).
e. Pelaksanaan pembelajaran. Guru memiliki perencangan
sistem pembelajaran yang memanfaatkan sumber daya
yang

ada

direncanakan

secara

strategis,

termasuk

antisipasi masalah yang kemungkinan dapat timbul dari
skenario yang direncanakan.
f. Evaluasi hasil belajar. Guru memiliki kemampuan untuk
mengevaluasikan pembelajaran yang dilakukan meliputi
perencanaan, respon anak, hasil belajar anak, metode dan
pendekatan. Untuk dapat mengevaluasi, guru harus dapat
merencanakan

penilaian

yang

tepat,

melakukan

pengukuran dengan benar, dan membuat kesimpulan serta
solusinya secara akurat.
g. Pengembangan peserta didik. Guru memiliki kemampuan
untuk membimbing anak menciptakan wadah bagi anak
untuk

mengenali

potensinya

dan

melatih

untuk

mengaktualisasikan potensi yang dimiliki. Pengembangan
peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai

cara, antara lain kegiatan ekstrakurikuler, pengayaan dan
remedial, serta bimbingan konseling (BK).
2.2

KOMPETENSI KEPRIBADIAN
Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru
yaitu kemampuan kepribadian yang:
a. M an ta p

da n

s t ab il ,

me mi l ik i

i nd ik a to r

es en s i a l :

b er t in d ak sesuai dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma
sosial; bangga sebagai guru; dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma.
b. D ew a s a ,

m e mi li k i

in di k at or

e s e ns i al :

me n a m pi lk a n

kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja
sebagai guru.
c. A r if , me m i l ik i i nd ik a to r es en s i a l : me n a mp i lk a n ti nd ak a n
ya n g

didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah dan

masyarakat, serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
d. B er w i ba w a ,

me m il i k i

i nd ik a to r

e s e ns ia l :

me mi l i k i

p er i la ku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan memiliki
perilaku yang disegani.
e. M e mi l ik i a kh l ak mu l ia da n d ap at me nj ad i t e l ad an , me mi l i k i
i nd ik a t or es en s i a l : be rt i nd ak sesuai dengan norma religius (imam,
taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong dan memiliki perilaku yang diteladani
peserta didik).
f. Mendalami ilmu secara terus-menerus dan berkelanjutan.
Sementara itu, Permendiknas No. 16 Tahun 2007 tentang Kualifikasi dan
Kompetensi Guru menjelaskan kompetensi kepribadian untuk guru kelas dan guru
mata pelajaran, pada semua jenjang pendidikan dasar dan menengah, sebagai
berikut:
1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia, mencakup: (a) menghargai peserta didik tanpa

membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan
gender; dan (b) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum
dan sosial yang berlaku dalam masyarakat, dan kebudayaan nasional
Indonesia yang beragam.
2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat, mencakup: (a) berperilaku jujur, tegas,
dan manusiawi; (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak
mulia; dan (c) berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan
anggota masyarakat di sekitarnya.
3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa
4. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri, dan bekerja mandiri secara profesional.
5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru yang mencakup: (a) memahami
kode etik profesi guru; (b) menerapkan kode etik profesi guru; dan (c)
berperilaku sesuai dengan kode etik guru.
2.2.1

Arti Penting Kompetensi Kepribadian Guru
Penguasaan kompetensi kepribadian guru memiliki arti penting, baik bagi

guru yang bersangkutan, sekolah dan terutama bagi siswa. Berikut ini disajikan
beberapa arti penting penguasaan kompetensi kepribadian guru:
1. Ungkapan klasik mengatakan bahwa “segala sesuatunya bergantung pada
pribadi masing-masing”. Dalam konteks tugas guru, kompetensi
pedagogik, profesional dan sosial yang dimiliki seorang guru pada
dasarnya akan bersumber dan bergantung pada pribadi guru itu sendiri.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran dan berinteraksi dengan siswa
akan banyak ditentukan oleh karakteristik kepribadian guru yang
bersangkutan. Memiliki kepribadian yang sehat dan utuh, dengan
kerakteristik sebagaimana diisyaratkan dalam rumusan kompetensi
kepribadian di atas dapat dipandang sebagai titik tolak bagi seseorang
untuk menjadi guru yang sukses.

2. Guru adalah pendidik profesional yang bertugas untuk mengembangkan
kepribadian siswa atau sekarang lebih dikenal dengan karakter siswa.
Penguasaan kompetensi kepribadian yang memadai dari seorang guru akan
sangat

membantu upaya

pengembangan karakter siswa. Dengan

menampilkan sebagai sosok yang bisa di-gugu (dipercaya) dan ditiru,
secara psikologis anak cenderung akan merasa yakin dengan apa yang
sedang

dibelajarkan

gurunya.

Misalkan,

ketika

guru

hendak

membelajarkan tentang kasih sayang kepada siswanya, tetapi di sisi lain
secara disadari atau biasanya tanpa disadari, gurunya sendiri malah
cenderung bersikap tidak senonoh, mudah marah dan sering bertindak
kasar, maka yang akan melekat pada siswanya bukanlah sikap kasih
sayang, melainkan sikap tidak senonoh itulah yang lebih berkesan dan
tertanam dalam sistem pikiran dan keyakinan siswanya.
3. Di masyarakat, kepribadian guru masih dianggap hal sensitif dibandingkan
dengan kompetensi pedagogik atau profesional. Apabila ada seorang guru
melakukan tindakan tercela, atau pelanggaran norma-norma yang berlaku
di masyarakat, pada umumnya masyarakat cenderung akan cepat mereaksi.
Hal ini tentu dapat berakibat terhadap merosotnya wibawa guru yang
bersangkutan dan kepercayaan masyarakat terhadap institusi sekolah,
tempat dia bekerja.
4. Bukti-bukti ilmiah menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru
berpengaruh terhadap perkembangan belajar dan kepribadian siswa. Studi
kuantitatif yang dilakukan Pangky Irawan (2010) membuktikan bahwa
kompetensi kepribadian guru memiliki hubungan erat dan signifikan
dengan motivasi berprestasi siswa. Sementara studi kualitatif yang
dilakukan Sri Rahayu (2008) menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian
guru memiliki kontribusi terhadap kondisi moral siswa. Hasil studi lain
membuktikan

tampilan

kepribadian

guru

akan

lebih

banyak

mempengaruhi minat dan antusiasme anak dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran (Iis Holidah, 2010)

2.3

KOMPETENSI SOSIAL
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Menurut
Gadner (1983) dalam Sumardi (Kompas, 18 Maret 2006) kompetensi sosial itu
diserupai sebagai social intellegence atau kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial
merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan (logika, bahasa, musik, raga,
ruang, pribadi, alam, dan kuliner) yang berhasil diidentifikasi oleh Gardner.
Semua kecerdasan itu dimiliki oleh seseorang. Hanya saja, mungkin beberapa di
antaranya menonjol, sedangkan yang lain biasa atau bahkan kurang.
Kompetensi sosial ini meliputi:
1. Memiliki empati pada orang lain. Empati adalah kemampuan untuk
merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan
mencoba menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang
lain
2. Memiliki toleransi pada orang lain. Toleransi adalah membiarkan

orang lain berpendapat lain,melakukan hal yang tidak sependapat
dengan kita, tanpa kita ganggu ataupun intimidasi. Toleransi
membawa pada mampu bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif
karena pertimbangan jenis kelamin, agara, ras, kondisi fisik, latar
belakang keluarga, dan status sosial keluarga.
3. Memiliki sikap dan kepribadian yang positif serta melekat pada setiap
kompetensi yang lain,
4. Mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan

sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
5. Mampu berkomunikasi secara lisan maupun tulisan
6. Mampu beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah RI yang
memiliki keragaman sosial budaya.
7. Mampu bekerja-sama dengan orang lain.

2.4.

KOMPETENSI PROFESIONAL

2.4.1

Pengertian Profesi
Profesi secara etimologis yang dalam bahasa Inggris disebut dengan

profession, sama artinya dengan vocation, occupation, job. Kata tersebut bila
diterjemahkan memiliki arti: profesi, pekerjaan, jabatan. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia, profesi diartikan sebagai bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan
dan keahlian tertentu. Profesi bukan hanya sekedar pekerjaan, tetapi vokasi
khusus yang memiliki expertise, responsibility, dan corporatness. Expertise
adalah keahlian yang diperoleh melaluipendidikan dan latihan dalam waktu yang
lama.

Responsibility

adalah

tanggung

jawab.

Seseorang

dikatakan

bertanggungjawab bila ia berani melakukan sesuatu dan menerimasegala
konsekuensi apa yang dikerjakannya. Corporetness dapat diartikan sebagai rasa
kesejawatan. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa profesi adalah suatu
pekerjaan khusus yang dilandasi dengan keahlian, tanggung jawab dan
kesejawatan (Rugaiyah &Sismiati, 2011). Sedangkan menurut Saondi (2010),
profesi adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan mengandalkan suatu keahlian. Sedangkan
profesional adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan
hidup dari pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi.
Seseorang dikatakan profesional jika ia terus-menerus meningkatkan ilmu
pengetahuan sesuai dengan profesinya.
2.4.2

Pengertian Kompetensi Profesional dan Landasan Hukumnya
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi

profesional

ialah

kemampuan

seorang

guru

dalam

penguasaan

materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing
peserta didik sesuai dengan standar nasional pendidikan.
berdasarkan

PP

Nomor

2007

tentang

Sedangkan
Guru,

dinyatakan

bahwasanya Kompetensi yang harus dimiliki oleh Guru meliputi
kompetensi

profesional

yang

diperoleh

melalui

pendidikan

profesi. Kompetensi Guru tersebut bersifat menyeluruh dan

merupakan

satu

kesatuan

yang

satu

sama

lain

saling

berhubungan dan saling mendukung. Profesionalisasi dalam bidang
keguruan mengandung arti peningkatan segala daya dan usaha dalam rangka
pencapaian secara optimal layanan yang akan diberikan kepada masyarakat. Jadi,
kompetensi profesional menyangkut kemampuan, keahlian, kecakapan dasar
tenaga pendidik yang harus dikuasai dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru.
2.4.3

Kompetensi Profesional Guru

Adapun 10 kompetensi profesional guru yang dikutip Samana (1994) adalah:
a. Guru dituntut mengusai bahan ajar, meliputi prosedur instruksional, bahan
ajar wajib, bahan ajar pengayaan, bahan ajar penunjang, program belajar
mengajar yang meliputi tujuan instruksional; Mengenal dan dapat
menggunakan metode pengajaran; Melaksanakan program belajar
mengajar; Mengenal kemampuan anak didik; dan Merencanakan dan
melaksanakan pengajaran.
b. Guru mampu mengelola kelas antara lain mengatur tata ruang kelas untuk
pengajaran dan menciptakan iklim mengajar yang serasi sehingga proses
belajar mengajar berlangsung secara maksimal.
c. Guru mampu menggunakan media dan sumber pengajaran, seperti
memilih media apa untuk mengajar, membuat alat bantu pengajaran
sederhana, menggunakan micro teaching dalam PPL, serta menggunakan
dan mengembangkan laboratorium untuk mengajar.
d. Guru menghargai landasan-landasan pendidikan. Landasan pendidikan
adalah sejumlah ilmu yang mendasari asas-asas dan kebijakan pendidikan
baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah.
e. Guru mampu mengelola interaksi belajar mengajar. Dalam pengajaran
guru dituntut cakap termasuk penggunaan alat pengajaran, media
pengajaran dan sumber pengajaran agar siswa giat belajar bagi dirinya.
f. Guru mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran.
g. Guru mengenal fungsi serta program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan.

h. Guru mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah.
i. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
guna keperluan pengajaran.
2.4.4

Aspek Profesional Guru
Tugas seorang guru profesional meliputi tiga bidang utama yaitu:
1. Dalam Bidang Profesi
Mengajar, mendidik, melatih, dan melaksanakan penelitian masalah-

masalah pendidikan. Guru profesional menjadi fasilitator untuk membantu
peserta didik mentransformasikan potensi yang dimiliki peserta didik menjadi
kemampuan serta keterampilan yang berkembang dan bermanfaat bagi
kemanusiaan.
2. Dalam Bidang Kemanusiaan
Dalam bidang kemanusiaan, guru profesional berfungsi sebagai pengganti
orang tua khususnya dalam bidang peningkatan kemampuan intelektual peserta
didik. Dalam bidang kemanusiaan, guru berfungsi untuk meningkatkan martabat
sebagai agen pembelajaran, pengembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni.
Serta pengabdian pada masyarakat berfungsi meningkatkan mutu pendidikan
nasional.
3. Dalam Bidang Kemasyarakatan
Di dalam bidang kemasyarakatan, profesi guru berfungsi untuk memenuhi
amanat dalam pembukaan UUD 1945 yaitu ikut serta dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa sesuai dengan diferensiasi tugas dari suatu masyarakat
modern, sudah tentu tugas pokok utama dari guru profesional ialah di dalam
bidang

profesinya

tanpa

melupakan

tugas-tugas

kemanusiaan

dan

kemasyarakatan.
Dengan demikian, guru yang profesional adalah guru yang mampu:
a. Merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi hasil pembelajaran;
b. Meningkatkan
berkelanjutan;

kualifikasi

akademik

dan

kompetensi

secara

c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis
kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran
d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, dan kode etik guru,
serta nilai-nilai agama dan etika;
e. Memelihara dan menumpuk persatuan dan kesatuan bangsa
2.4.5

Mengembangkan Profesionalitas Guru
Demi tercapainya kemajuan pendidikan, diawali dari guru yang

profesional. Berikut ini agar tidak stagnan, guru harus diberikan pengembangan
profesi yang meliputi:
1. mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui
berbagai kegiatan ilmiah,
2. mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiah,
3. mengembangkan berbagai model pembelajaran,
4. menulis makalah,
5. menulis/menyusun diktat pelajaran,
6. menulis buku pelajaran,
7. menulis modul,
8. menulis karya ilmiah,
9. melakukan penelitian ilmiah (action research),
10. menemukan teknologi tepat guna,
11. membuat alat peraga/media,
12. menciptakan karya seni,
13. mengikuti pelatihan terakreditasi,
14. mengikuti pendidikan kualifikasi, dan
15. mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum

E. HASIL DISKUSI KELOMPOK; Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi
Sosial Guru Terbentuk dari Lingkungan Keluarga, Lingkungan Budaya dan
Sekolah
Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial seorang guru tidak bisa
terbentuk tampa ada wadah yang membentuknya. Wadah pembentukan kedua
kompetensi itu adalah keluarga, lingkungan budaya dan sekolah. Nilai-nilai positif
yang diserap dari ketiga lingkungan itu turut berpengaruh bagi pembentukan
sikap, perilaku seorang guru. Pematangan akan terlihat jika seorang guru mampu
merealisasikan diri sesuai dengan tuntutan dan karakter masing-masing individu
yang ada dalam setiap lingkungan sosial yang berbeda itu.
Dalam lingkungan keluarga, guru berusaha untuk mencinta dan menerima
keberadaan masing-masing individu yang ada, menghormatinya, dan solider
dengan anggota keluarganya. Tanggung jawab dan sikap hidup yang baik
pertama-tama tumbuh dan berkembang dalam lingkungan ini. Regulasi dan
norma-norma spontan yang terbentuk dalam keluarga turut berpengaruh bagi
pertumbuhan dan perkembangan karakter pribadi dan sosial seorang guru.
Semangat rendah hati, rekonsiliasi, bertanggung jawab, disiplin, jujur, berani
berkata dan bertindak secara benar, dan bertakwa.
Selain lingkungan keluarga, pembentukan karakter guru juga sangat
dipengaruhi oleh lingkungan budayanya. Lingkungan budaya adalah tempat yang
baik bagi pembentukan identitas seseorang guru yang berbudaya. Dalam
lingkungan budaya seorang guru “diciptakan” menjadi manusia berbudaya. Saya
adalah seorang guru yang berbudaya Manggarai karena saya dibesarkan dalam
komunitas Manggarai. Sikap cinta terhadap pelbagai perbedaan yang lebih
kompleks mulai terjadi di lingkungan ini, dan di sini juga terjadi penyerap nilainilai yang berlaku umum dalam hidup bersama.
Demikianpun lingkungan sekolah. Di sekolah guru mempelajari karakter
orang sesuai dengan latar dan tingkat pengetahuannya, baik guru, maupun
muridnya.

Kepribadian

dan

guru

menjadi

tampak

bila

guru

mampu

mengaktualiasaikan diri bagi individu-invidu yang memiliki keragaman
pengetahuan itu. Tidak jarang pula, keragaman pengetahuan yang dimiliki akan

menguji kesabaran dan mendorongnya untuk mencari pemecahan atas masalahmasalah yang disebabkan oleh perbedaan pengetahuan dan keterampilan yang
ada.

DAFTAR PUSTAKA
Mulyasa, E. 2009. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
http://www.academia.edu/11934842/Kompetensi_Profesional_guru_dalam
_UU_No_14_Tahun_2005 (diakses 5 Maret 2017 pukul 04:21)
http://izzaucon.blogspot.co.id/2014/06/strategi-pengembanganprofesionalitas.html (diakses 5 Maret 2017 pukul 04:46)
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2012/10/22/kompetensikepribadian-guru/ (diakses pada 6 Maret 2017 pukul 21:59)