Konsep Medis Dan Konsep Kep

BAB I
KONSEP MEDIS
1.1

Definisi
Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges,lapisan
yang tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang
punggung, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia, atau protozoa, yang
dapat terjadi secara akut dan kronis. (Harsono. 2003)
Meningitis adalah infeksi serius yang paling umum pada System Saraf
Pusat. Mneningitis biasanya disebabkan oleh bakteri atau virus, walaupun
jamur, protozoa dan toksin juga merupakan penyebabnya. Meningitis sering
terjadi akibat penyebaran infeksi dari tempat lain di tubuh, misalnya sinus,
telinga, atau saluran nafas bagian atas. Fraktur tengkorak basilar posterior
disertai dengan pecahnya gendang telinga juga dapat menyebabkan
meningitis (Elisabeth J. Corwin, 2009).
Jadi meningitis adalah suatu reksi keradangan yang mengenai satu
atau semua lapisan selaput yang membungkus jaringan otak dan sumsum
tulang belakang,

1.2


yang menimbulkan eksudasi berupa pus atau serosa.

Disebabkan oleh bakteri spesifik atau nonspesifik atau virus.
Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi
kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi
seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau sum-sum tulang
belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh
virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu :

1.

meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Macam-macam penyebab meningitis antar lain :
Meningitis Bakterial
Meningitis Bakterial merupakan reaksi peradangan yang mengenai salah
satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis.
Bakteri yang paling sering menyebabkan meningitis adalah Eschericia Coli,
Streptococcus group B, L. monocytogenesis, Haemofilus influenza,

Stapilokokus pneumoniae ,Nersseria meningitidis, Stapilokokus Aureus,
Stapilokokus

Epidermidis,

Gram

negative

bacilli,

Klebsiela

dan

Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing
dan berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil,
1

monosit dan limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan

lekosit terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam
cairan otak sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi
tebal. Dan pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan
2.

intrakranial.
Meningitis Tuberkulosa
Meningitis Tuberkulosa merupakan reaksi keradangan yang mengenai salah
satu atau semua selaput meningen disekeliling otak dan medula spinalis

3.

yang disebabkan oleh karena kuman tuberkulosa.
Aseptik meningitis.
Meningitis virus Tipe dari meningitis ini sering disebut aseptik meningitis.
Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis penyakit yang disebabkan oleh
virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez zoster. Eksudat yang
biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi pada meningitis virus
dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak. Peradangan terjadi
pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau respon dari

jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel yang

1.3

terlibat.
Prognosis
Usia anak, kecepatan diagnose setelah timbulnya terapi yang adekuat
penting dalam prognosis meningitis bakteri. Mortalitas meningitis neonates
kira-kira 50 % meskipun gejala yang timbulterlambat, sedangkan meningitis
streptococcus B hemolitikus menimbulkan 15-20% kasus fatal. Bila
penyebabnya hemofilus influensya dan meningitis meningkokus, angka
mortalitas 5-10 % sedangkan meningitis pneumokokus pada bayi dan anakanak kira-kira 20%.
Gejala sisa meningitis bakteri paling sering terjadi padaanak usia 2
tahun pertama dan sangat sedikit pada anak-anak dengan meningitis
meningkokus. Gejala sisa pada bayi terutama disebabkan oleh hidrosefalus
komunikasi dan efek-efek yang lebih besar berupa cerebritis pada otak yang
belum matang. Pada anak-anak yang lebih besar gejala sisa dihubungkan
dengan proses peradangan itu sendiri atau akibat dari vaskulitis (radang
pembuluh darah) yang menyertai penyakit ini.
Selain itu penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan

cacat mental atau meninggal tergantung pada :
 Umur penderita.
2

1.4

 Jenis kuman penyebab
 Berat ringan infeksi
 Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
 Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
 Adanya dan penanganan penyakit.
Manifestasi Klinik
Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke
tengkuk dan punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan
oleh mengejangnya otot-otot ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi
opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala tertengadah dan
punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun. Tanda Kernig’s
dan Brudzinky positif. (Harsono, 2003)
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita
serta virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah

demam yang tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu
biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku,
gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada
bayi yang terkena meningitis, biasanya menjadi sangat rewel, muncul
bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan nadanya tinggi, demam ringan,
badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran seperti tangannya
membuat gerakan tidak beraturan. (Japardi, Iskandar, 2002)
Gejala lain menurut Harsono, 2003 antara lain :

1.

2.

3.

Neonatus
 Gejala tidak khas
 Panak (+)
 Anak tampak malas, lemah, tidak mau minum, muntah dan kesadaran
menurun.

 Ubun-ubun besar kadang kadang cembung.
 Pernafasan tidak teratur.
Anak Umur 2 Bulan Sampai Dengan 2 Tahun
 Gambaran klasik (-).
 Panas, muntah, gelisah, kejang berulang.
Anak Umur Lebih 2 Tahun
 Panas, menggigil, muntah, nyeri kepala.
 Kejang
 Gangguan kesadaran.
 Tanda-tanda rangsang meninggal, kaku kuduk, tanda brudzinski dan
kering (+).
3

 Tanda dan gejala lainnya adalah fotofobia (takut atau menghindari
1.5

sorotan cahaya terang).
Klasifikasi Stage
Klasifikasi atau tipe meningitis antara lain :


1.

Meningitis Kriptikokus
Merupakan meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus.
Jamur ini bisa masuk ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi
burung yang kering. Kriptokokus ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan
bagian tubuh lain. Meningitis Kriptokokus ini paling sering terjadi pada
orang dengan CD4 di bawah 100.
Diagnosisnya dengan cara :
Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk kriptokokus
dengan dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen ( sebuah
protein) yang dibuat oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’ mencoba menumbuhkan
jamur kriptokokus dari contoh cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat
memberi hasi pada hari yang sama. Tes biakan membutuhkan waktu satu
minggu atau lebih untuk menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum tulang
belakang juga dapat dites secara cepat bila diwarnai dengan tinta India.

2.

(Yayasan Spiritia, 2006).

Viral meningitis
Viral meningitis termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan
sakit flu biasa, dan umumnya si penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi
viral meningitis biasanya meningkat di musim panas karena pada saat itu
orang lebih sering terpapar agen pengantar virus. Banyak virus yang bisa
menyebabkan viral meningitis, antara lain virus herpes dan virus penyebab

3.

flu perut (Anonim, 2007).
Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius.
Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti
timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan
berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ
lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian

4.

(Anonim , 2007).

Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius.
Salah satu bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti
4

timbul bercak kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan
berkembang menjadi memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ
lain dalam tubuh dapat berakibat fatal dan menyebabkan kematian.
5.

(Anonim, 2007)
Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan
tanda-tanda perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik
turun, nadi sangat labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak
mencekung, gangguan saraf otak.
Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.
Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
cairan otak, darah, radiologi, test tuberkulin. (Harsono, 2003)


6.

Meningitis Purulenta
Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-menerus,
kaku kuduk, kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan,
kelemahan umum, rasa nyeri pada punggung serta sendi.
Penyebab : Diplococcus pneumonia (pneumokok),

Neisseria

meningitides (meningokok), Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Pneudomonas aeruginosa. Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak,
antigen bakteri pada cairan otak, darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test
1.6

kepekaan sumber infeksi, radiologik, pemeriksaan EEG. (Harsono, 2003)
Patofisiologi
Kuman-kuman masuk ke dalam susunan saraf pusat secara
hematogen/langsung menyebar di nasofaring, paru-paru (pneumonia,
bronkopneumonia) dan jantung (endokarditis), selain itu per kontinuitatum
di peradangan organ / jaringan di dekat selaput otak misalnya abses otak,
otitis media, martoiditis dan trombosis, sinus kavernosus. Invasi kuman
(meningokok, pneumokok, hemofilus influenza, streptokok) ke dalam ruang
subaraknoid menyebabkan reaksi radang pada pia dan araknoid, CSS dan
sistem ventrikulus.
Mula-mula pembuluh darah meningeal yang kecil dan sedang
mengalami hiperemi, dalam waktu yang sangat singkat terjadi penyebaran
5

sel-sel leukosit polimorfonuklear ke dalam ruang subaraknoid, kemudian
terbentuk eksudat. Dalam beberapa hari terjadi pembentukan limfosit dan
histiosit dan dalam minggu ke – 2 sel-sel plasma. Eksudat terbentuk dan
terdiri dari dua lapisan, yaitu bagian luar mengandung leukosit,
polimorfonuklear dan fibrin sedangkan di lapisan dalam terdapat makrofag.
Peradangan menyebabkan cairan cerebrospinal meningkat sehingga
terjadi obstruksi, selanjutnya terjadi hydrocephalus dan peningkatan
intrakranial. Organisme masuk melalui sel darah merah, dapat melalui
trauma penetrasi, prosedur pembedahan, atau kelainan sistem saraf pusat.
Efek patologis yang terjadi adalah hiperemia meningens, edema jaringan
otak, eksudasi.
Proses radang selain pada arteri juga terjadi pada vena-vena di korteks
dan dapat menyebabkan trombosis, infark otak, edema otak dan degenerasi
neuron-neuron. Dengan demikian meningitis dapat dianggap sebagai
ensefalitis superfisial. Trombosis serta organisasi eksudat perineural yang
fibrino – purulen menyebabkan kelainan nervi kraniales (Nn. III, IV, VI,
VII, & VIII). Organisasi di ruang subaraknoid superfisial dapat menghambat
aliran dan absorbsi CSS sehingga mengakibatkan hidrosefalus komunikans.
1.7

1.8

(Harsono : 2003)
Komplikasi
Komplikasi meningitis antara lain :
 Cairan subdural.
 Hidrosefalus.
 Sembab otak
 Abses otak
 Renjatan septic.
 Pneumonia (karena aspirasi)
 Koagulasi intravaskuler menyeluruh.
Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium dan diagnostic meningitis dilakukan
dengan cara analisa CSS dari fungsi lumbal antara lain :
 Meningitis bacterial : Tekanan meningkat, cairan keruh / berkabut,
jumlah sel darah putih dan protein meningkat; glukosa menurun, kultur
positif terhadap beberapa jenis bakteri.
 Meningitis virus : Tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel
darah putih meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur
biasanya negatif, kultur virus biasanya hanya dengan prosedur khusus.
6

 Glukosa serum : Meningkat (meningitis).
 LDH serum : Meningkat (pada meningitis bakteri).
 Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil (infeksi
bakteri).
 Elektrolit darah : Abnormal.
 ESR / LED : Meningkat (pada meningitis).
 Kultur darah / hidung / tenggorok / urine : Dapat mengindikasikan daerah
“pusat” infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi.
 MRI/CT-Scan : Dapat membantu melokalisasi lesi, melihat ukuran / letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor.
 EEG : Mungkin terlihat gelombang lambat secara fokal atau umum
(ensefalitis) atau voltasenya meningkat (abses).
 Ronsen dada, kepala dan sinus : Mungkin ada indikasi infeksi atau

1.9

sumber infeksi kranial.
 Arteriografi karotis : Letak abses lobus temporal, abses serebral posterior.
Penatalaksanaan
Infeksi Intrakranial → Lapisan yang menutupi otak dan medulla
spinalis (Meningitis). Sumber penyebab dapat berupa bakteri, virus atau
jamur (fungi) dan hasilnya / penyembuhannya dapat komplet (sembuh total)
sampai pada menimbulkan penurunan neurologis dan juga sampai terjadi
kematian.
1. Penatalaksanaan Farmakologi :
a. Pemberian antibiotic
Pemberian antibiotic harus tepat dan cepat sesuai dengan bakteri
penyebabnya dan dalam dosis yang cukup tinggi. Sambil menunggu
hasil biakan sebaiknya diberikan antibiotic dengan spectrum luas.
Antibiotic diberikan selama 10 – 14 hari atau sekurang-kurangnya 7
hari setelah demam bebas. Pemberian antibiotic sebaiknya secara
parental.
Kadang – kadang pada pemberian antibiotic selama 4 hari, tiba-tiba
suhu meningkat lagi. Keadaan demikian ini dapat disebabkan oleh
flebitis di tempat pemberian cairan parental atau intravena. Sementara
itu, suhu yang tetap tinggi dapat disebabkan oleh pemberian antibiotic
yang tidak tepat atau dosis yang tidak cukup atau telah terjadi efusi
subdural,empiema, atau abses otak.
Penisilin G diberikan untuk mengatasi infeksi pneumokok,
streptokok dan meningokok dengan dosis 1-2 juta unit setiap 2 jam.
7

Terhadap infeksi hemofilus sebaiknya diberikan kloramfenikol 4 x 1
gram/24 jam atau ampisilin 4 x 3 gram setiap 24 jam intravena. Untuk
meningkok dipakai sulfadiazine sampai 12 x 500 mg dalam 24 jam
selama kurang lebih 10 hari. Gentamisin dipergunakan untuk
memberantas Escheria coli, klebsiela, proteus, dan kuman-kuman gram
b.

2.

negatif.
Manajemen Terapi
 Isolasi
 Terapi anti mikroba sesuai hasil kultur
 Mempertahankan dehidrasi,monitor balance cairan (hubungan

dengan edema serebral)
 Mencegah dan mengobati komplikasi
 Mengontrol kejang
 Mempertahankan ventrilasi
 Mengurangi meningkatnya tekanan intra cranial
 Penatalaksanaan syok septic
 Mengontrol perubahan suhu lingkungan. (Harsono : 2003)
Penatalaksanaan Non Farmakologi
a. Menurunkan panas:
 Kompres dingin
 Monitor temperatur secara continue
 Ganti baju kain bila basah
b. Maintenance fluid balance
 Monitor intake-output, monitor CVP bila ada
 Beri cairan IV sesuai program, cegah over-load cairan, menurunkan
c.

d.

e.

edema
Meningkatkan perfusi otak
 Kaji tingkat kesadaran, TTV, dan status neurologic
 Ciptakan lingkungan tenang (cegah agitasi-peningkatan ICP)
 Catat kejadian berhubngan status neurologis: Kejang, disorientasi
Menurunkan nyeri
 Bila perlu kurangi rangsang diruang rawat
 Berikan posisi nyaman dan aman (pasang sidedriil)
 Berikan analgesik sesuai program (monitor reaksi dan respon pasien)
Pendidikan Kesehatan
 Dorong pasien untuk minum obat sesuai program
 Dorong untuk lebih memperhatikan follow up dan terjadi infeksi
yang akan datang

8

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
2.1
1.

Pengkajian
Anamnesis
Perawat mengumpulkan data untuk menentukan penyebab meningitis, yang
membantu mengembangkan rencana keperawatan pada klien.
a. Riwayat kesehatan sekarang: yang harus dikaji meliputi adanya keluhan sakit
kepala, demam, nausea, vomiting dan nuckal rigidity. Kaji adanya tanda-tanda
peningkatan TIK. Penurunan LOC, seizure, perubahan tanda-tanda vital dan

9

pola pernafasan, dan papiledema. Perawat menanyakan pada klien untuk
menjelaskan gejala yang dialami, kapan, apakah semakin buruk.
b. Riwayat kesehatan masa lalu : Perawat berkata pada klien untuk mengingat
peristiwa khusus yang pernah dialami, seperti riwayat alergi, ISPA, trauma
2.

kepala atau fraktur tengkorak, riwayat pemakaian obat-obatan.
Pengkajian fisik
Dilakukan dengan pemeriksaan metode head to toe atau pemerikasaan organ
dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi dan perkusi.
a. Tanda-tanda vital meliputi pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, denyut nadi,
pernafasan dan temperatur tubuh.
 Sistem pernafasan : mengkaji apakah ada keluhan seperti sesak nafas, irama
nafas tidak teratur, takipnea, ronchi, sumbatan jalan nafas dan apnea.
 Sistem kardiovaskuler: dikaji adanya hipertensi, takhikardi, bradikardi.
 Sistem gastrointestinal: adanya muntah, menurun atau tidak adanya bising
usus.
 Sistem urinaria: dikaji frekuensi BAK, jumlah, inkontinensia.
 Sistem persarafan meliputi: tingkat kesadaran,kejang, GCS, pemeriksan saraf
kranial II (optikus), III (oculomotorius), V (trigeminal), IV (troklearis), VI
(abdusen), VII (fasialis), atau VIII (vestibulocochlear), pemeriksaan status
system sensori dan motorik, pemeriksaan refleks, kerniq atau brudzinski
positif.

b. Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan meningitis bervariasi, protein di csf
cenderung meningkat, glukosa serum meningkat, sel darah putih sedikit
meningkat dengan peningkatan neutropil (infeksi bakteri), CT scan dan MRI
hasilnya akan normal pada meningitis yang tidak kompleks, sputum dan secret
nasopharingeal diambil untuk kultur sebelum dimulai terapi antibiotik untuk
2.2

mengidentifikasi organisme penyebab meningitis (Lewis, 2005)
Diagnosa Keperawatan

10

11

1.4

Rencana Asuhan Keperawatan

No
1.

Diagnosa
Hipertermi

Nursing Outcomes Classification
(NOC)

Regulasi Suhu

Kriteria Hasil:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan
 Konvulsi
selama 2x24 jam klien mampu untuk:
 Kulit kemerahan
 Peningkatan suhu tubuh di atas 1. Menunjukkan termoregulasi yang
kisaran normal
baik dengan indikator:
 Kejang
 Suhu kulit dalam rentang
 Takikardia
normal.
 Takipnea

Suhu tubuh dalam batas normal.
 Kulit terasa hangat
 Sakit kepala tidak muncul
 Perubahan warna kulit tidak
Faktor yang Berhubungan:
 Penyakit

(NIC)

NOC:

Definisi: Suhu tubuh meningkat 1. Termoregulasi
2. Tanda-Tanda Vital
melebihi batas normal.
Batasan Karakterisik:

Nursing Intervention Classification



muncul.
Status hidrasi adekuat.




Monitor temperatur tiap 2 hari
Selalu sediakan alat untuk memonitr




suhu inti
Monitor warna kulit dan temperatur
Monitor dan laporkan tanda dan gejala



hipotermia dan hipertermia
Pantau asupan nutrisi dan cairan yang



adekuat
Atur temperatur lingkungan sesuai



kebutuhan pasien
Beri obat yang tepat untuk mencegah



atu kontrol menggigil
Atur pemberian obat anti piretik.

 Pemantauan Tanda-Tanda Vital
Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan

12

 Medikasi
 Trauma



Melaporkan

kenyamanan

termal.
2. Tanda-Tanda vital dalam rentang
normal, dengan indikator:
 Suhu normal
 Kecepatan nadi normal
 Kecepatan pernafasan normal
 Tekanan darah normal

pernafasan, jika diindikasikan.
Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
Monitor tekanan darah pada saat pasien
tidur,

duduk,

dan

berdiri,

jika

diindikasikan.
Auskultasi tekanan darah pada kedua
tangan

dan

diindikasikan.
Monitor tekanan
pernafasan

bandingkan,

jika

darah,

nadi,

dan

selama,

dan

sebelum,

sesudah

beraktifitas,

diindikasikan.
Monitor adanya

tanda

dan

jika
gejala

hipotermi/hipertermi.
Monitor kualitas nadi.
Jika perlu, periksa nadi apikal dan radial
secara

simultan

dan

catat

perbedaannya.
Monitor kuat/lemahnya tekanan nadi.
Monitor irama dan frekuensi jantung.

13

Monitor bunyi jantung.
Monitor frekuensi dan irama nafas.
Monitor suara paru.
Pertahankan kelangsungan pemantauan
suhu
Identifikasi faktor penyebab perubahan
tanda-tanda vital
 Pengontrolan Infeksi
Ciptakan lingkungan ( alat-alat, berbeden
dan lainnya) yang nyaman dan bersih
terutama

setelah

digunakan

oleh

pasien
Gunakan alat-alat yang baru dan berbeda
setiap

akan

melakukan

tindakan



keperawatan ke pasien
Batasi jumlah pengunjung



kondisi pasien.
Gunakan sabun antimikroba untuk



proses cuci tangan
Cuci tangan sebelum dan sesudah

sesuai

14



melakukan tindakan kepada pasien
Gunakan sarung tangan yang steril,



jika memungkinkan
Bersihkan kulit pasien

dengan

pembersih antibakteri
Health Education


Ajarkan pasien cara ntuk mencegah



kelebihan dan strok panas
Diskusikan pentingnya termoregulasi
dan kemungkinan efek negatif dari



dingin yang berlebihan
Ajarkan pasien, terutama

pasien

lansia, cara mencegah hypotermi jika


terkontaminasi udara dingin
Ajari klien untuk mencuci tangan



sebagai gaya hidup sehat pribadi
Instruksikan klien untuk mencuci
tangan yang benar sesuai dengan yang
telah diajarkan.

15



Instruksikan

kepada

pengunjung

untuk selalu mencuci tanagn sebelum
dan
2.

sesudah

Ketidakefektifan perfusi jaringan NOC:

pasien.
Pemantauan

serebral.

(TIK)

Definisi: penurunan oksigen yang
mengakibatkan
pada tingkat kapiler.
Batasan Karakteristik:
Perubahan status mental
Perubahan perilaku
Perubahan respo motorik

Kesulitan menelan

Status neurologis: kesadaran
Perfusi jaringan serebral

kegagalan

pengeriman nutrisi ke jaringan

Perubahan reaksi pupil

1.
2.

memasuki

Tekanan

ruangan

Intrakarnial

Catat stimuli respon pasien
Pantau ICP pasien dan respon perawatan
Pantau tingkat cairan cerebrospinal yang

mengalir
Pantau pengeluaran dan pemasukan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pantau temperature dan jumlah WBC
selama 3x24 jam pasien mampu untuk: Menstabilkan tingkat transduser
Irigasi system cairan
1. Meningkatkan status neurologis:
Menaruh alarm
kesadaran, dengan indikator:
Memperoleh contoh caira cerebosinal
 Tingkat kesadaran compos
(CSF),jika perlu
mentis
Pertahankan tekana perfusi otak
 Penglihatan yang adekuat
Mempertahankan tekanan sistemik arteri
 Orientasi keadaan sekitar
dalam tempat yang spesifik
 Menunjukkan
sensorimotor
Memberikan agan pharmakologikal untuk
Kriteria Hasil:

16

atau

Kelemahan

paralisis


ekstremitas
Paralisis

2.

Ketidaknormalan dalam berbicara
Faktor yang Berhubungan:
Gangguan

transport

oksigen

melalui alveoli dan membrane
kapiler
Gangguan aliran arteri atau vena

kranial yang utuh
mempertahankan daerah yang spesifik
Mempunyai sistem saraf pusat Memberitahukan dokter untuk kenaikkan

dan perifer yang utuh
Keadekuatan
perfusi
jaringan

ICP dan untuk respon pengobatan.

serebral, dengan indikator:
Memantau Neurologik
 Tidak mengalami sakit kepala
 Tekanan cairan dalam otak Pantau ukuran pupil,ketajaman,simetri
normal

dan reaksifitas
Pantau tingkat kesadaran
Pantau tingkat dari orientasi
Pantau kecenderungan dari

glasgow

coma scale
Pantau ingatan yang muncul dari ingatan
masa

lampau,perasaan

sakit,dan



tingkah laku
Pantau tanda-tanda vital :temperatur





tekanan darah,nadi dan pernafasan
Pantau reflek kornea
Catat keluhan sakit kepala
Pantau karakteristik bicara: fluensi,
kehadiran

aphasis

atau

kesulitan

17



mengemukakan kata
Menghindari
aktifitas



meningkatkan tekanan intracranial
Konsultasikan dengan teman sejawat

yang

untuk menegaskan data jika perlu
Health education:
3.

Menyediakan informasi untuk keluarga
Manajemen Nyeri:

Nyeri Akut

NOC:

Definisi: Pengalaman emosional

1.

Tingkat kenyamanan;

dan

tidak

2.

Pengendalian nyeri;

meliputi: lokasi, karakteristik dan

menyenangkan yang muncul dari

3.

Tingkat nyeri;

onset,

sensori

yang

kerusakan jaringan secara aktual
dan potensial atau menunjukkan
adanya kerusakan (Assosiation for
Study

of

mendadak

Pain)
atau

:

serangan

perlahan

dari

durasi,

frekuensi,

kualitas,

intensitas/beratnya nyeri, dan faktorKriteria Hasil:

faktor presipitasi.
Kaji
tingkat keetidaknyamanan pasien
Setelah
dilakukan
tindakan
dan catat perubahan dalam catatan
keperawatan selama 3x24 jam pasien
medik dan informasikan kepada
mampu untuk:

intensitas ringan sampai berat 1. Menunjukkan tingkat kenyamanan,
yang diantisipasi atau diprediksi

Kaji secara komphrehensif tentang nyeri,

yang dibuktikan dengan indicator:

seluruh tenaga yang menangani pasien
Gunakan komunikasi terapeutik agar
pasien dapat mengekspresikan nyeri

18

durasi nyeri kurang dari 6 bulan.



Batasan Karakteristik:
 Melaporkan

nyeri

secara



Memperlihatkan tehnik relaksasi Tentukan dampak dari ekspresi nyeri
secara individual yang efektif

terhadap kualitas hidup: pola tidur,

untuk mencapai kenyamanan

nafsu makan, aktifitas kognisi, mood,

Tidak

relationship,

mengalami

gangguan

verbal dan nonverbal
dalam frekuensi pernapasan,
sisi untuk mengurangi nyeri
frekuensi jantung, atau tekanan
Gerakan untuk melindungi
darah
Tingkah laku berhati-hati
Muka topeng
2. Memperlihatkan pengendalian nyeri,
Gangguan tidur (mata sayu,
yag dibuktikan oleh indikator
tampak capek, sulit atau
sebagai berikut (sebutkan 1-5 : tidak
gerakan kacau, menyeringai)
pernah, jarang, kadang-kadang,
 Fokus pada diri sendiri
 Fokus menyempit (penurunan
sering atau selalu)






persepsi
proses

waktu,

kerusakan



Mengenali awitan nyeri

berfikir,

penurunan



Menggunakan

interaksi dengan orang dan
lingkungan.
 Tingkah
laku

ekspresif

(gelisah, merintih, menangis,

Melaporkan

tindakan

dikendalikan

nyeri

tanggungjawab peran.
Kontrol faktor-faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap

ketidaknyamanan

(ex:

temperatur ruangan, penyinaran, dll).
Modifikasi tindakan mengontrol nyeri
berdasarkan respon pasien.
Tingkatkan tidur/istirahat yang cukup.
Lakukan teknik variasi untuk mengurangi
nyeri (farmakologi, nonfarmakologi,

pencegahan


pekerjaan,

dapat

dan interpersonal).
Kolaborasikan dengan pasien,

orang

terdekat dan tenaga profesional lain
unntuk memilh tenik non farmakologi.
Pemberian Analgesik:

19

waspada,

iritabel,

nafas 3. Menunjukan tingkat nyeri, yang Cek catatan medis untuk jenis obat, dosis,

panjang, mengeluh)
 Perubahan dalam nafsu makan
Faktor yang Berhubungan:
Agen cedera (biologi, psikologi,
kimia, fisika)

dibuktikan oleh indikator sebagai

dan frekuensi pemberian analgetik.
berikut (sebutkan 1-5 :sangat berat, Kaji adanya alergi obat.
Monitor tanda vital sebelum dan sesudah
berat, sedang, ringan atau tidak ada)
pemberian analgetik narkotik saat
 Ekspresi nyeri pada wajah
pertama kali atau jika muncul tanda
 Gelisah atau ketegangan otot
yang tidak biasanya.
 Durasi episode nyeri
Kaji kebutuhan akan kenyamanan atau


Merintih dan menangis

aktivitas

lain

yang



Gelisah

relaksasi untuk memfasilitasi respon
analgetik.
Evaluasi kemampuan

membantu

pasien

untuk

berpartisipasi dalam pemilihan jenis
analgetik, rute, dan dosis yang akan
digunakan.
Pilih analgetik atau kombinasi analgetik
yang sesuai ketika menggunakan lebih
dari satu obat.
Tentukan
pilihan

jenis

analgetik

20

(narkotik,

non-narkotik,

atau

NSAID/obat

anti

non

inflamasi

steroid) bergantung dari tipe dan
beratnya nyeri.
Berikan analgetik sesuai jam pemberian.
Dokumentasikan respon analgetik dan
efek yang muncul.
Kolaborasikan dengan dokter jika obat,
dosis,

dan

rute

pemberian,

atau

perubahan interval diindikasikan, buat
rekomendasi spesifik berdasar pada
prinsip kesamaan analgetik.
Health Education:
Berikan informasi tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa lama terjadi, dan
tindakan pencegahan.
Anjurkan pasien untuk memonitor sendiri
nyeri.

21

Informasikan kepada individu dengan
pemberian

narkotik,

mengantuk

kadang-kadang muncul pada 2 atau 3
hari pertama kemudian berkurang
Ajarkan tentang kegunaan anlgetik,
strategi

untuk

samping,
keterlibatan
4.

Ketidakseimbangan nutrisi kurang NOC:
dari kebutuhan tubuh.
Definisi:

Keadaan

dimana

untuk

memenuhi

metabolik.
Batasan Karakteristik:
Menolak makan

kebutuhan

efek

harapan

untuk

pembuatan

keputusan

tentang penurunan nyeri.
Nutritiont Management

1. Selera makan
2. Status gizi
3. Pengendalian Berat Badan

Kaji makanan yang disukai oleh klien
Kaji adanya alergi makanan
Monitor jumlah nutrisi dan kandungan

Kriteria Hasil:

kalori.
Kaji kemampuan pasien untuk

individu mengalami intake nutrisi
yang kurang dari kebutuhan tubuh

dan

menurunkan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2x24 jam pasien mampu untuk:
1. Meningkatkan selera makan, dengan

mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
Pantau adanya mual atau muntah.
Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk

indikator:

22

Konjungtiva pucat
Muntah
Denyut nadi lemah
Faktor-Faktor yang Berhubungan:
Mual
Muntah
Hilang nafsu makan



Intake makanan dan cairan yang



adekuat
Melaporkan

nutrisi

yang

mencegah konstipasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi

yang dibutuhkan pasien.
adekuat
Berikan
makanan yang terpilih ( sudah
2. Meningkatkan status gizi, dengan
indikator:
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
 intake kalori
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk diet
 intake protein
yang tepat bagi anak dengan sindrom
 intake lemak
nefrotik.
 intake karbohidrat
 intake vitamn
Weight Management
 intake mineral
Diskusikan bersama pasien mengenai
 intake zat besi
 intake kalsium
hubungan antara intake makanan,
3. Mengontrol berat badan, dengan
latihan, peningkatan BB dan
indikator:
penurunan BB.
 Mengerti factor yang dapat
Diskusikan bersama pasien mengani


meningkatkan berat badan.
Mengidentfifikasi tingkah laku



dibawah kontrol klien.
Memodifikasi diet dalam waktu
yang lama untuk mengontrol

kondisi medis yang dapat
mempengaruhi BB
Diskusikan bersama pasien mengenai
kebiasaan, gaya hidup dan factor

23



berat badan
Penurunan berat badan 1-2



pounds/mgg
Menggunakan energy untuk
aktivitas sehari hari

herediter yang dapat mempengaruhi
BB
Diskusikan bersama pasien mengenai
risiko yang berhubungan dengan BB
berlebih dan penurunan BB
Perkirakan BB badan ideal pasien
Health Education
Anjurkan pasien untuk meningkatkan
intake Fe
 Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein dan vitamin C
Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi
Anjurkan klien untuk makan sedikit
namun sering.
Anjurkan keluarga untuk tidak
membolehkan anak makan-makanan
yang banyak mengandung garam.
Dorong pasien untuk merubah kebiasaan

24

5.

Ansietas

NOC:

Definisi: Perasaan tidak nyaman

1. Tingkat ansietas

atau kekhawatiran yang samar

2. Pengendalian-Diri terhadap ansietas

disertai respons autonom (sumber

3. Kosentrasi

sering kali tidak spesifik atau

4. Koping
Kriteria Hasil:

oleh antisipasi terhadap bahaya.

Setelah

tingkat

kecemasan pasien
Kaji untuk factor budaya (misalnya,
konflik nilai) yang menjadi penyebab
ansietas
Menentukan kemampuan pengambilan

tidak dikethui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan

makan.
Penurunan ansietas
Kaji dan dokumentasikan

keputusan pasien

Perasaan ini merupakan isyarat

tindakan Gunakan pendekatan yang tenag dan
keperawatan selama 2x24 jam pasien
meykinka

kewaspadaan

mampu untuk:

yang

memperingatkan bahayyang akan
terjadi dan memampukan individu
melakukan

tindakan

ntuk

menghadapi ancaman.
Batasan Karakteristik:


Mengekspresikan
kekhawatiran

akibat

dilakukan

Nyatakan dengan jelas tentang harapan

1. Ansietas berkurang, dibuktikan oleh

terhadap perilaku pasien
bukti tingkat ansietas hanya ringan Damping pasien /9misalnya Selma
sampai
sedang,
dan
selalu
prosedur ) ntuk meningkatkan
menunjukan
pengendalian-diri
keamanan dan mangurangi rasa takut
terhadap ansietas, kosentrasi dan
Berikan pijatan punggung/pijatan leher,
koping
jika perlu
2. Menunjukan
pengendalian-diri

25

perubahan dalam peristiwa

terhadap ansietas, yang dibuktikan Jaga peralatan perawatan jauh dari

hidup

oleh



Gelisah

(sebutakan 1-5: tidak pernah, jarang, Bantu pasien untuk mengidentifikasikan



Memandang sekilas

kadang-kadang, sering atau selalu) :



Kontak mata buruk



Resah



Menyelidik



indikator

sebagai

Merencanakan

strategi

berikut

tidak

waspada


Kesedihan yang mendalam



Distress



Ketakutan



Perasaan tidak adekuat



Fokus pada diri sendiri



Gugup



Wajah tegang



Peningkatan keringat

Sediakan informasi factual menyangkut



Mempertahankan performa peran



Memantau

distorsi

Instruksikan pasien tengang penggunaan

Memantau manifestasi perilaku
ansietas



diagnosis, terapi, dan prognosis

persepsi Health education

sensori


situasi yang mencetuskan ansietas

koping Health education:

untuk situasi penuh tekanan
dan

pandangan

tehnik relaksasi
Jelaskan

semua

prosedur,

termasuk

Menggunakan tehnik relaksasi

sensasi yg biasanya dialami selama

unuk meredakan ansietas

prosedur.

3. Meningkatkan konsentrasi dengan
indicator:


Meneruskan

aktivitas

yang

dibutuhkan meskipun mengalami

26



Terguncang

kecemasan



Tremor di tangan



Suara bergetar

berfokus pada pengetahuan dan



Kesadaran terhadap gejala-

keterampilan yang baru



4. Mempertahankan

gejala fisiologis
Konfusi



Penurunan lapang pandang
kesulitan





Mengidentifikasi
merupakan

Faktor yang Berhubungan:
dan

kebutuhan

tepat.

Melamun
Transmisi

Mengkomunikasikan

dan perasaan negative secara

untuk

berkonsentrasi



kemampuan

koping, dengan indicator:





Menunjukkan kemampuan untuk

penularan

gejala

indicator

yang
ansietas

pasien sendiri.

interpersonal


ancaman kematian



Ancaman

atau

perubahan

pada status peran, fungsi
peran,

lingkungan,

status

27

kesehatan, status ekonomi,
atau pola interaksi


Ancaman terhadap konsep
diri



Kebutuhan

yang

tidak

terpenuhi


Konflik yang tidak disadari
tentang

6.

nilai

dan

tujuan

hidup yang esensial
Resiko cedera
Definisi:

NOC:

Manajemen Lingkungan

mengalami 1. Pengendalian resiko
2. Status fungsi sensorik
cedera sebagai akibat dari kondisi
lingkungan

beresiko
yang

Sediakan lingkungan yang aman untuk
pasien
Identifikasi kebutuhan keamanan pasien,

berinteraksi

dengan sumber-sumber adaptif
dan pertahanan individu.

Kriteria Hasil:

sesuai dengan kondisi fisik dan fungsi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

kognitif pasien dan riwayat penyakit

selama 2x24 jam pasien mampu untuk:
Faktor Resiko:
Internal

1. Mengendalikan
indikator:

resiko,

terdahulu pasien
Menghindarkan
lingkungan yang
dengan
berbahaya (misalnya memindahkan

28



Profil
normal




darah
(mis,

yang

tidak

leukositosis

atau leukopenia)
Disfungsi biokimia
Malnutrisi
Eksternal






Biologis: mikroorganisme
Racun/toksin

Memantau
perilaku

faktor
individu

resiko

perabotan)
Memasang side rail tempat tidur
dan
Menyediakan tempat tidur yang nyaman



lingkungan
Mengembangkan



pengendalian resiko yang efektif
Menerapkan
strategi




stategi

dan bersih
Menempatkan saklar lampu ditempat

yang mudah dijangkau pasien.
Membatasi pengunjung
pengendalian resiko pilihan
Memberikan penerangan yang cukup
Memodifikasi gaya hidup untuk Menganjurkan keluarga untuk menemani
mengurangi resiko
pasien.
Mengidentifikasi resiko yang Mengontrol lingkungan dari kebisingan
meningkatkan
kerentanan Memindahkan barang-barang yang dapat

membahayakan
terhadap cedera.
 Menghindari cedera fisik
2. Mempertahankan
status
fungsi Fasilitasi Komunikasi : Gangguan
sensorik:
 Fungsi


pendengaran

yang

efektif
Fungsi penglihatan yang efektif

Penglihatan
Orientasikan kembali pasien terhadap
realistas dan lingkungan saat ini bila
dibutuhkan.
pastikan akses terhadap dan penggunaan

29

alat bantu sensori seperti pengunaan
kaca mata.
Kurangi jumlah stimulus untuk mencapai
imput sensorik yang sesuai (misalnya,
lampu yang redup, sediakna kamra
pribadi,

batasi

pengunjung,

dan

sediakan waktu istrahat untuk pasien)
yakinkan pasien dan keluarga bahwa
defisit presepsi atau defisit sensori
hanya semnatara jika perlu.
tingkatkan penglihatan pasien yang masi
tersisa jika diperlukan
Health education
Berikan penjelasan pada pasien dan
keluarga atau pengunjung adanya
perubahan status kesehatan dan

30

penyebab penyakit.

31

DAFTAR PUSTAKA
Corwin J. Elisabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi Edisi Revisi 3. EGC : Jakarta.
Ellenby, Miles., Tegtmeyer, Ken., Lai, Susanna, and Braner, Dana. 2006. Lumbar
Puncture.
Harsono. 2003. Meningitis.

Kapita Selekta Neurologi. 2 URL : http://www.

uum.edu. my/ medic/meningitis.htm
Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. USU digital library URL :
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
The New England Journal of Medicine. 12 : 355 URL :http://content.nejm.org
/cgi/reprint /355/13/e12.pdf
Quagliarello, Vincent J., Scheld W. 1997. Treatment of Bacterial Meningitis. The
New England Journal of Medicine. 336 : 708-16 URL : http://content.
nejm.org /cgi/reprint/336/10/708.pdf
Yayasan Spiritia. 2006. Meningitis Kriptokokus. Lembaran Informasi 503. URL :
http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=503.

ASUHAN KEPERAWATAN
32

PADA PASIEN MENINGITIS

OLEH
KELAS B
KELOMPOK II
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Vebrina Dali
Margaretha Yusuf
Nurfadila Ahmad
Nur Ain Saleh
Arif Firmanto J.A
Rizka Andriana Alidrus

7. Nurfitri Maksud
8. Adelin Tolinggi
9. Rafida
10. Icaha Labinjang
11. Rilya Paputungan

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas segala
ridho, rahmat serta izin-Nyalah penulis dapat menyelesaikan menyusunan laporan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Meningitis.
Bagi penulis penyusunan laporan ini memberikan sebuah pengetahuan
serta pengalaman baru dalam hal bagaimana menyusun sebuah makalah beserta

33

berbagai persyaratannya. Baik itu berupa tahap-tahap penyusunan sebuah makalah
sampai dengan teknik penulisannya.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak kesulitan
dan hambatan yang dihadapi, namun dengan bantuan dan serta dukungan dari
teman-teman maka semua kesulitan itu bisa teratasi.
Sebagai manusia biasa yang tak luput dari kekurangan, Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan, maka
dengan senang hati Kami akan menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan di dalam penyusunan makalah selanjutnya.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih atas bantuan semua pihak, yang
telah banyak membantu dalam pemyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Gorontalo, November 2013

Kelompok II

DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I KONSEP MEDIS
1.1 Definisi

1

1.2 Etiologi

1

1

34

1.3 Prognosis 2
1.4 Manifestasi Klinik

3

1.5 Klasifikasi Stage 4
1.6 Patofiologi

6

1.7 Komplikasi

7

1.8 Pemeriksaan Lab dan Diagnostik

7

1.9 Penatalaksanaan 8
BAB II KONSEP KEPERAWATAN 11
2.1 Pengkajian

10

2.2 Diagnosa Keperawatan 12
2.3 Web Of Caution 13
2.4 Rencana Asuhan Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA iii

35