TINDAKAN HUKUM TERHADAP PERKAWINAN SEDARAH YANG DILAKUKAN OLEH SUKU POLAHI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM.
TINDAKAN HUKUM TERHADAP PERKAWINAN SEDARAH YANG
DILAKUKAN OLEH SUKU POLAHI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANGUNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
Hadi Surya Kusumah
110110080168
ABSTRAK
Dalam melakukan perkawinan perlu memperhatikan syarat-syarat
perkawinan yang menjadikan perkawinan itu sah. Perkawinan sedarah
merupakan larangan perkawinan yang termuat dalam undang-undang
perkawinan dan KHI. Perkawinan sedarah yang dilakukan Suku Polahi sudah
tentu tidak sah baik dimata hukum maupun agama. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk merumuskan tindakan dan akibat hukum dari
perkawinan sedarah yang dilakukan oleh Suku Polahi dan untuk menemukan
cara perlindungan hukum terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan
sedarah ditinjau dari Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi
Hukum Islam.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi
iniadalah metode yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian deskriptif
analitis.Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara
studikepustakaan yaitu melalui bahan hukum primer, bahan hukum
sekunderseperti, buku, makalah, dan hasil penelitian, serta bahan hukum
tersierseperti artikel, surat kabar, dan situs internet. Analisis data yang
digunakan adalah normatif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa apabila ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan dan KHI, terhadap
perkawinan sedarah yang dilakukan oleh Suku Polahi dapat diajukan
pencegahan dan apabila sudah terjadi perkawinan, maka perkawinan
tersebut dapat dibatalkan oleh pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan
kedua belah pihak ataupun pihak yang memiliki kewenangan untuk
membatalkan serta perkawinan tersebut batal demi hukum. Anak dari hasil
perkawinan sedarah tersebut hanya memiliki hubungan nasab dengan Ibu
kandungnya saja, akan tetapi berdasarkan Undang-Undang Perkawinan,
Undang-Undang Perlindungan Anak, dan KHI, orang tua tetap memiliki
kewajiban untuk memelihara, mendidik serta melindungi, sehingga setiap hak
yang dimiliki oleh anak dapat terpenuhi.
iv
DILAKUKAN OLEH SUKU POLAHI DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANGUNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM
Hadi Surya Kusumah
110110080168
ABSTRAK
Dalam melakukan perkawinan perlu memperhatikan syarat-syarat
perkawinan yang menjadikan perkawinan itu sah. Perkawinan sedarah
merupakan larangan perkawinan yang termuat dalam undang-undang
perkawinan dan KHI. Perkawinan sedarah yang dilakukan Suku Polahi sudah
tentu tidak sah baik dimata hukum maupun agama. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah untuk merumuskan tindakan dan akibat hukum dari
perkawinan sedarah yang dilakukan oleh Suku Polahi dan untuk menemukan
cara perlindungan hukum terhadap anak yang dilahirkan dari perkawinan
sedarah ditinjau dari Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi
Hukum Islam.
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi
iniadalah metode yuridis normatif dengan spesifikasi penelitian deskriptif
analitis.Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara
studikepustakaan yaitu melalui bahan hukum primer, bahan hukum
sekunderseperti, buku, makalah, dan hasil penelitian, serta bahan hukum
tersierseperti artikel, surat kabar, dan situs internet. Analisis data yang
digunakan adalah normatif kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa apabila ditinjau dari Undang-Undang Perkawinan dan KHI, terhadap
perkawinan sedarah yang dilakukan oleh Suku Polahi dapat diajukan
pencegahan dan apabila sudah terjadi perkawinan, maka perkawinan
tersebut dapat dibatalkan oleh pihak-pihak yang memiliki hubungan dengan
kedua belah pihak ataupun pihak yang memiliki kewenangan untuk
membatalkan serta perkawinan tersebut batal demi hukum. Anak dari hasil
perkawinan sedarah tersebut hanya memiliki hubungan nasab dengan Ibu
kandungnya saja, akan tetapi berdasarkan Undang-Undang Perkawinan,
Undang-Undang Perlindungan Anak, dan KHI, orang tua tetap memiliki
kewajiban untuk memelihara, mendidik serta melindungi, sehingga setiap hak
yang dimiliki oleh anak dapat terpenuhi.
iv