Lien Aulia, Menulis untuk Berbagi.
Pikiran Rakyat
o Senin
.
0
Selasa
456
20
7
22
21
o Mar
C
Rabu
Apr
o Kamis 0 Jumat C Sabtu
8
23
9
o Jun
.Mei
10
24
0
11
25
Jul
26
0
Ags
([if
14
13
27
0
() Minggu
Sep
28
OOkt
'5
29
ONov
16
30
31
ODes
Lien Aulia~ Menulis untuk Berbagi
J
IKA seseorang divonis menderita satu
penyakit serius yang boleh jadi akan
dibawa seumur hidup, hanya ada dua
pilihan, menjalani sisa waktu dengan penuh
ratap, atau mencoba mengisinya dengan perbuatan-perbuatan positif. Lien Aulia Rachman (30), pada awalnya memilih opsi pertama. Tapi akhirnya, dia berbalik arah. Pada
2005, Lien divonis dokter menderita gagal
ginjal terminal. Konsekuensinya, dia harus
menjalani cuci darah secara rutin. "Aku tidak
tabu sarna sekali apa itu cuci darah. Yang terlintas, semua yang buruk. Pokoknya mati!
Mati! Mati!" tuturwanita berkerudung asal
Kuningan Jawa Barat ini.
Sekali cud darah menghabiskan biaya
hingga Rp 500.00;00. Tapi bukan itu saja beban Lien. Di Kuningan, tempat dia tinggal, tidak ada rumah sakit yang bisa melayani cuci
darah. Dia mesti naik bus selama satu jam ke
Cirebon. Peljalanan berangkat menuju Cirebon, tidak terlalu bermasalah. Beda halnya
dengan peljalanan pulang, mual, muntah,
atau dehidrasi, kerap menyerang.
Semua beban ini membuat Lien meratap
selama satu tahun pertama. Tidak ada hal
berarti yang dia keljakan karena dia merasa
segalanya sia-sia.
Dengan menulis, lulusan Statistik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung,ini menemukan kembali makna hidupnya. Dia pun
membuat sebuah memoar tentang penderitaan yang dia alami. Pada akhir 2007, terbit
buku pertamanya beljudul "Tuhan, Aku Divonis Cud Darah". Sekarang, sudah lebih dari 2.000 eksemplar buku teljual dan segera
cetak ulang.
**
PERKENAIAN dengan dunia menulis
seolah membuat Lien ketagihan. Dia terus
berkarya. Salah satunya, masih berurusan
dengan persoalan cuci darah, sebuah karya
tulis ilmiah, "Andai Lebih Dekat, Andai Ada
Tempat". Tulisan ini terpilih sebagai unggulan pertama Lomba Menulis Kreatif yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unpad. Hadiah
diserahkan Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf, Jumat (8/5).
Dalam karya tulisnya, Lien menyinggung
minimnyajumlah rumah sakit di Jabar yang
bisa memberikan layanan cuci darah. Akibatnya, pasien cuci darah di beberapa wilayah
seperti Kuningan, Indramayu, dan Majalengka, mesti menempuh peljalanan jauh demi
mengaksesnya. "Beberapa kawan
mesti me= ==
I.--
nempuh peljalanan dua jam setiap kaliingin
cud darah. lni tentu memprihatinkan," ujar
Lien yang tengah mempersiapkan penerbitan buku keduanya yang berbentuk novel.
Selain Lien, juga diberikan penghargaan
kepada tiga penulis lain, yang kesemuanya
perempuan, yakni Ro'fiah dengan tulisan
"Kepemimpinan Sunda dan Jabar Sebagai
Kantong Kreativitas Indonesia" sebagai unggulan kedua, Hashri Hayati dengan "One for
All, One for Earth" sebagai unggulan ketiga,
dan Rika Sink Komara dengan "Optimalisasi Potensi Perempuan di Jabar Memprihatinkan" sebagai unggulan keempat.
Dede yusuf mengungkapkan, menu1ismerupakan salah satu bentuk kreativitas l11anusia yang dibutuhkan Jabar untuk dapat maju. 'Pasalnya, dengan 42 juta jumlah penduduk, sumber daya manusia merupakan potensi utama Jabar. "Andai 10 persen saja dari jumlah itu merupakan orang-orang kreatif,
maka kita pasti akan jauh lebih maju, 'tuturnya.
Menulis dapat dilakukan oleh siapa pun,
kapan pun, dalam kondisi bagaimanapun. lien, dengan caranya sendiri, telah membuktikan
*** itu. (Ag. Tri Joko Her Riadi/'7pR'')-
., .
,
..
.
'
,
.
.f(
.
;f'
,"
USEP
USMAN NASRULLOH("PR'
WAKIL Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf (kanan) menerima buku karya pemenang karya tUlis
unggulan I, Lien Aulia Rachman pada pembukaan Pelatihan "Public Speaking untuk Guru dan Pelajar SMA Se-Jawa Barat" di Aula Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Universitas
Padjadjaran (Unpad), Jln. Banda No. 40, Kota Bandung, Jumat---(8/5). * -
- - -
-
~
~
_. -, -.-
Kliping Humos
-
-
-
-
-----
Unpod
2009---
-
o Senin
.
0
Selasa
456
20
7
22
21
o Mar
C
Rabu
Apr
o Kamis 0 Jumat C Sabtu
8
23
9
o Jun
.Mei
10
24
0
11
25
Jul
26
0
Ags
([if
14
13
27
0
() Minggu
Sep
28
OOkt
'5
29
ONov
16
30
31
ODes
Lien Aulia~ Menulis untuk Berbagi
J
IKA seseorang divonis menderita satu
penyakit serius yang boleh jadi akan
dibawa seumur hidup, hanya ada dua
pilihan, menjalani sisa waktu dengan penuh
ratap, atau mencoba mengisinya dengan perbuatan-perbuatan positif. Lien Aulia Rachman (30), pada awalnya memilih opsi pertama. Tapi akhirnya, dia berbalik arah. Pada
2005, Lien divonis dokter menderita gagal
ginjal terminal. Konsekuensinya, dia harus
menjalani cuci darah secara rutin. "Aku tidak
tabu sarna sekali apa itu cuci darah. Yang terlintas, semua yang buruk. Pokoknya mati!
Mati! Mati!" tuturwanita berkerudung asal
Kuningan Jawa Barat ini.
Sekali cud darah menghabiskan biaya
hingga Rp 500.00;00. Tapi bukan itu saja beban Lien. Di Kuningan, tempat dia tinggal, tidak ada rumah sakit yang bisa melayani cuci
darah. Dia mesti naik bus selama satu jam ke
Cirebon. Peljalanan berangkat menuju Cirebon, tidak terlalu bermasalah. Beda halnya
dengan peljalanan pulang, mual, muntah,
atau dehidrasi, kerap menyerang.
Semua beban ini membuat Lien meratap
selama satu tahun pertama. Tidak ada hal
berarti yang dia keljakan karena dia merasa
segalanya sia-sia.
Dengan menulis, lulusan Statistik Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung,ini menemukan kembali makna hidupnya. Dia pun
membuat sebuah memoar tentang penderitaan yang dia alami. Pada akhir 2007, terbit
buku pertamanya beljudul "Tuhan, Aku Divonis Cud Darah". Sekarang, sudah lebih dari 2.000 eksemplar buku teljual dan segera
cetak ulang.
**
PERKENAIAN dengan dunia menulis
seolah membuat Lien ketagihan. Dia terus
berkarya. Salah satunya, masih berurusan
dengan persoalan cuci darah, sebuah karya
tulis ilmiah, "Andai Lebih Dekat, Andai Ada
Tempat". Tulisan ini terpilih sebagai unggulan pertama Lomba Menulis Kreatif yang diselenggarakan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Unpad. Hadiah
diserahkan Wakil Gubernur Jabar Dede Yusuf, Jumat (8/5).
Dalam karya tulisnya, Lien menyinggung
minimnyajumlah rumah sakit di Jabar yang
bisa memberikan layanan cuci darah. Akibatnya, pasien cuci darah di beberapa wilayah
seperti Kuningan, Indramayu, dan Majalengka, mesti menempuh peljalanan jauh demi
mengaksesnya. "Beberapa kawan
mesti me= ==
I.--
nempuh peljalanan dua jam setiap kaliingin
cud darah. lni tentu memprihatinkan," ujar
Lien yang tengah mempersiapkan penerbitan buku keduanya yang berbentuk novel.
Selain Lien, juga diberikan penghargaan
kepada tiga penulis lain, yang kesemuanya
perempuan, yakni Ro'fiah dengan tulisan
"Kepemimpinan Sunda dan Jabar Sebagai
Kantong Kreativitas Indonesia" sebagai unggulan kedua, Hashri Hayati dengan "One for
All, One for Earth" sebagai unggulan ketiga,
dan Rika Sink Komara dengan "Optimalisasi Potensi Perempuan di Jabar Memprihatinkan" sebagai unggulan keempat.
Dede yusuf mengungkapkan, menu1ismerupakan salah satu bentuk kreativitas l11anusia yang dibutuhkan Jabar untuk dapat maju. 'Pasalnya, dengan 42 juta jumlah penduduk, sumber daya manusia merupakan potensi utama Jabar. "Andai 10 persen saja dari jumlah itu merupakan orang-orang kreatif,
maka kita pasti akan jauh lebih maju, 'tuturnya.
Menulis dapat dilakukan oleh siapa pun,
kapan pun, dalam kondisi bagaimanapun. lien, dengan caranya sendiri, telah membuktikan
*** itu. (Ag. Tri Joko Her Riadi/'7pR'')-
., .
,
..
.
'
,
.
.f(
.
;f'
,"
USEP
USMAN NASRULLOH("PR'
WAKIL Gubernur Jawa Barat Dede Yusuf (kanan) menerima buku karya pemenang karya tUlis
unggulan I, Lien Aulia Rachman pada pembukaan Pelatihan "Public Speaking untuk Guru dan Pelajar SMA Se-Jawa Barat" di Aula Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat (LPM) Universitas
Padjadjaran (Unpad), Jln. Banda No. 40, Kota Bandung, Jumat---(8/5). * -
- - -
-
~
~
_. -, -.-
Kliping Humos
-
-
-
-
-----
Unpod
2009---
-