Strategi Pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana, di Desa Tutuala, Kecamatan Tutuala, Kabupaten Lautem, Timor - Leste.
TESIS
STRATEGI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL
NINO CONI SANTANA,DI DESA TUTUALA,
KECAMATAN TUTUALA,KABUPATEN LAUTEM,
TIMOR-LESTE
EDELMIRO JOSE DE DEUS 1491261016
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(2)
TESIS
STRATEGI PENGELOLAAN TAMAN HUTAN
NASIONAL NINO CONI SANTANA, DI DESA
TUTUALA, KECAMATAN TUTUALA, KABUPATEN
LAUTEM, TIMOR-LESTE
Tesis Untuk Menperoleh Gelar Magister
Pada Program Magister, Programa Studi Kajian Ilmu Lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Udayana
EDELMIRO JOSE DE DEUS NIM 1491261016
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI ILMU LINGKUNGAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
(3)
Lembar Persetujuan Pembimbing
Tesis ini Telah Disetujui Pada Tanggal…….Juni 2016
Pembimbing I, Pembimbing II,
Prof. Dr. Ir. Wayan Windia. SU. Dr. Ir. Ida Ayu Astarini M.Sc NIP 194941215975031001. NIP 196803271993022001.
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Direktor
Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana
Prof. Dr. I Wayan Nuarsa, MSi. Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi,Sp.S(k) NIP. 196805111993031003 NIP. 195902151985102001
(4)
Tesis ini Telah Diuji Pada Tanggal …../ Juni 2016.
Panitia Penguji Tesis Studi Magister (S2) Kajian Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Udayana
Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana No. /UN. /HK/2016
Ketua : Prof. Dr.Ir. Wayan Windia. SU. Anggota :
1. Dr. Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc 2. Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si 3. Dr. Dra. Eniek Kriswayanti, M.Si
(5)
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM STUDI MAGISTER KAJIAN ILMU LINGKUNGAN
Sudirman Denpasar, kode Pos 80232 Telp(0361) 229070 Fax(0361) 229070 E-mail: Magisilunud@ yahoo.co.id
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT
Yang bertangan dibawah ini saya :
1. Nama : Edelmiro Jose de Deus 2. Nim : 1491261016
3. Program Studi : Kajian Ilmu Lingkungan
4. Judul Tesis : Strategi Pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana di Desa Tutuala, Kecamatan Tutuala, Kabupaten Lautem Timor-Leste.
Dengan ini mengatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat
Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini. Maka saya bersedia menerima sanksi peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan peraturan perudang-undangan yang berlaku.
Denpasar, Juni 2016 Pembuat pernyataan
(Edelmiro Jose de Deus) Nim: 1491261016
(6)
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahNya sehingga tesis yang berjudul” Strategi Pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana, Di Desa Tutuala, Kecamatan Tutuala, Kabupaten Lautem, Timor Leste” diselesaikan dengan waktu yang direncanakan. Tesis ini merupakan salah satu syarat untuk menperoleh gelar Magister pada Program Studi Pascasarjana, Universitas Udayana Denpasar.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak lanngsung, yang semuanya ini tentunya sangat berarti dalam penyelesaian tesis ini. Penulis banyak mengucapkan terimah kasih yang tak terhingga kepada yang terhormat:
1. Ibu Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S. (K.) selaku Direktur Pascasarjana Universitas Udayana .
2. Bapak Prof. Dr. I Wayan Nuarsa, MSi, selaku Ketua Program Magister, Program Studi Ilmu lingkungan, Program Pascasarjana Universitas Udayana.
3. Bapak Prof. Dr. Ir. Wayan Windia. SU, selaku pembimbing I yang dengan penuh perhatian menberikan dorongan, bimbingan dan saran selama penulis mengikuti Program Magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini.
4. Ibu Dr. Ir. Ida Ayu Astarini, M.Sc, selaku Pembimbing II yang dengan sangat sabar memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Bapak Dr. Drs. I Nyoman Sunarta, M.Si dan Ibu Dr. Dra Eniek Kriswiyanti, M.Si, selaku anggota penguji tesis yang telah menberikan koreksi dan saran konstruktif untuk penyempurnaan tesis ini.
6. Semua Dosen pada Program magister Kajian Ilmu Lingkungan Universitas Udayana yang telah berbagi pengetahuan dan bimbimgan. 7. Pemerintah Timor-Leste yang memberikan waktu dan kesempatan
untuk melanjutkan studi pada Magister Kajian Ilmu Lingkungan Universitas Udayana Denpasar.
8. Bapak I Wayan Nuarsa, sebagai kepala Administrasi program Magister Kajian Ilmu Lingkungan Universitas Udayana beserta staf yang selama ini membantu segala urusan administrasi semasa kuliah danteman-teman Angkatan 2014 PSMIL,
9. Bapak Jose Da Costa Monteiro Wakil Ketua Pengelolaan TNNCS, Carlito Pereira sebagai Camat Tutuala, Raimundo da Cruz sebagai Kepala Dinas Kehutana Kabupaten Lautem, Pedro Pinto sebagai kepala konservasi Alam dan Taman Nasiona MAAFTimorLeste, Antonio Fonseca sebagai Kepala desa Tutuala, Antonino Caetano V Amaral Kepala Lingkungan Hidup Kabupaten Lautem yang banyak membantu memberi informasi selama Penelitian
10.Keluarga: Bapak Francisco Jose de Deus Ibu Maria Veronica da Cruz
(7)
Istri tercinta Eusebina Martins, anak Oscar Manuel Martins de Deus, Delzia Maria Jose de Deus, Delzio Martins Jose de Deus, Simiao Martins Jose de Deus, Salvador Martins Jose de Deus Terima kasih atas segalanya.
Semoga Tuhan Yang Maha Kasih melimpahkan rahmatNYa dan di mudahkan rezeki kepada semua pihak yang telah membantu penyelesayan penulis tesis ini. Penulis menyadari tesis ini jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan,oleh karena itu segala kritik dan saran sangat di harapkan demi perbaikan tesis ini kearah yang lebih baik.
Semoga Tuhan memberkati kita semua - Amin
Denpasar, Penulis
(8)
ABSTRACT
Nino Coni Santana National Park neighborhood has suffered damage caused by illegal logging, as well as other activities that are not environmentally sound. Lack of oversight and understanding of the importance of forests also contribute increasingly severe damage Nino Coni Santana National Park. The purpose of this study to determine management strategies Coni National Park Nino Santana due to illegal logging in the region Tutuala and Mehara village sub-district Tutuala district Lautem, Timor Leste and determine management strategies Nino Coni Santana National Park Public perception obtained through questionnaires with purposive sampling method. Formulation of management strategies Coni Nino Santana damage National Park using SWOT analysis to identify internal and external factors. The level of damage is known to hold identification field that has been damaged due to illegal logging. The results showed that the damage caused by illegal logging in the national park Nino Coni Santana because people are not involved in the entire National Park management Coni Nino Santana. Problems faced Wildlife Nino Coni Santan illegal logging, encroachment, fuelwood, slash and burn culture, structuring the region, the organization is not optimal, wildlife poaching and illegal grazing .Park management strategy Nino Coni Santana is based on local wisdom, the establishment of a special UPTD that manage forests Coni Nino Santana, HKM and tourism programs, community development programs and cooperation of local communities in order to utilize, surveillance and patrolling forests. In order to develop local knowledge as a base of park management Nino Coni Santana, needs to establish special UPTD to manage Nino Coni Santana National Park. In particular by involving all stakeholders. Managers should empower communities around the National Park Nino Coni Santana, through HKM and tourism, socialization form of information about the importance of forest area. To measure the success of management, necessary activities of monitoring, control and evaluation conducted periodically by the government and involve the local community Nino Coni Santana National Park . Keywords : Damage, National Park Management Strategy Coni Nino Santana, Society.
(9)
ABSTRAK
STRATEGI PENGELOLAAN TAMAN NASIONAL NINO CONI SANTANA, DESA TUTUALA, KECAMATAN TUTUALA, KABUPATEN
LAUTEM, TIMOR LESTE
Kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana telah mengalami kerusakan yang di sebabkan oleh illegal logging, serta kegiatan lain yang tidak berwawasan lingkungan. Kurangnya pengawasan serta pemahaman akan pentingnya hutan juga menberikan andil semakin parahnya kerusakan Taman Nasional Nino Coni Santana. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui strategi pengelolahan Taman Nasional Nino Coni Santana akibat illegal logging di wilayah Desa Tutuala dan Mehara Kecamatan Tutuala kabupaten Lautem Timor Leste dan menentukan strategi pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana. Presepsi masyarakat diperoleh melalui penyebaran kuisioner dengan metode Purposive Sampling. Perumusan strategi pengelolaan kerusakan Taman Nasional Nino Coni Santana mengunakan analisis SWOT dengan mengindentifikasi factor internal dan eksternal. Tingkat kerusakan diketahui dengan mengadakan indentifikasi lapangan yang telah rusak akibat illegal logging. Hasil penelitian menunjukan bahwa kerusakan akibat illegal logging pada Taman Nasional Nino Coni Santana karena masyarakat tidak dilibatkan dalam pengelola Taman Nasional Nino Coni Santana. Permaslahan yang dihadapi Taman Nino Coni Santan yaitu illegal logging, perambahan hutan, pengambilan kayu bakar, budaya tebas bakar, penataan kawasan, organisasi yang belum optimal, perburuan satwa liar, dan penggembalaan liar. Strategi pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana yaitu berdasarkan kearifan lokal, pembentukan UPTD khusus yang mengelola hutan Nino Coni Santana, program HKM dan parawisata, program pembinaan masyarakat dan kerja sama masyarakat setempat dalam rangka pemanfaatan, pengawasan dan pengamanan kawasan hutan. Dalam rangka pengembangan kearifan lokal sebagai basis pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana, perluh segera menbentuk UPTD khusus untuk mengelolah Taman Nasional Nino Coni Santana. Khususnya dengan melibatkan semua stakeholder. Pihak pengelola perlu memberdayakan masyarakat sekitar Taman Nasional Nino Coni Santana, melalui HKM dan pariwisata, sosialisasi berupa penyuluhan tentang pentingnya kawasan hutan. Untuk mengukur keberhasilan pengelolaan, perlu kegiatan monitoring, kontrol dan evaluasi dilakukan secara berkala oleh pemerintah dan melibatkan masyarakat sekitar Taman Nasional Nino Coni Santana.
Kata Kunci: Kerusakan, Strategi Pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana, Masyarakat.
(10)
RINGKASAN
Pertumbuhan sektor kehutanan yang sangat pesat menjadi akibat kegiatan eksploitasi yang tidak terkendali dan dilakukan secara masif tanpa memperhatikan aspek kelestarian dan berkelanjutan. Kecenderungan masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan yang dititik beratkan pada kepentingan ekonomi melalui praktek illegal logging dengan mengesampingkan fungsi sosial maupun lingkungan.
Hilangnya pemahaman masyarakat terhadap kearifan lokal setempat terhadap bagaimana memperlakukan lingkungan pada akhirnya menimbulkan kesenjangan sosial di tengah masyarakat. Taman Nasional Nino Coni Santana merupakan ivestasi dari tipe ekosistem hutan tropis yang berada pada daratan rendah dan daratan tinggi Pulau Timor-Leste. Di sana terdapat flora endemik pulau Timoe-Leste seperti cendana, kayu merah, dan fauna seperti rusa Timor-Leste. Kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana telah mengalami kerusakan serius dan penurunan hutan yang di akibatkan oleh illegal logging serta kegiatan lain yang tidak berwawasan lingkungan yang disinyalir akibat kemiskinan. Kurangnya koordinasi antara pemerintah dan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana, mengakibatkan upaya konservasi yang dilaksanakan pemerintah tidak berjalan secara optimal.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kerusakan Taman Nasional Nino Coni Santana dari segi luasan akibat illegal logging di wilayah Desa Tutuala dan Mehara Kecamatan Tutuala Kabupaten Lautem Timor-Leste. Disamping itu untuk menentukan strategi pengelolaan secara berkelanjutan Taman Nasional Nino Coni Santana. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah akan menkaji presepsi masyarakat sekitar Hutan Nasional Nino Coni Santana terhadap 19 keberadaan Taman Nasional Nino Coni Santana dan kerusakan hutan akibat illegal logging di Desa Tutuala dan Mehara, yang rusak akibat illegal logging pada Taman Nasional Nino Coni Santana di Desa Tutuala dan Mehara.
Sampel penelitian ini adalah masyarakat Desa Tutuala dan Mehara yang tinggal di sekitar kawasan taman hutan. Sampel diambil secara purposive sampling. Sumber data penelitian ini adalah data primer yaitu data langsung dari sumber sumber pertama yaitu masyarakat Desa Tutuala dan Mehara. Sumber yang lain adalah data sekunder yaitu data dari instansi pemerintahan yang terkait berupa dokumen, referensi, laporan kegiatan dan lain sebagainya. Pengumpulan data dilakukan dengan pemberian kuisioner dan wawancara terstruktur dengan 20 kepala keluarga di dua Desa Kecamatan Tutuala. Untuk mengetahui kerusakan Taman Nasional Nino Coni Santana akibat illegal logging dilakukan dengan cara
survey pada daerah yang mengalami kerusakan dengan melakukan pendokumentasian. Untuk menentukan strategi yang akan menjadi acuan atau masukan terhadap stakeholder adalah dengan mengunakan analisis SWOT. Analisis SWOT digunakan untuk menganalisa faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap strategi pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana
(11)
Kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana dalam kondisi yang tidak baik. Hal ini tidak terlepas dari permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan Taman Nino Coni Santana selama ini seperti illegal logging, perburuan satwa liar, penggembalaan liar dan perambahan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana. Manfaat yang diberikan oleh Taman Nasional Nino Coni Santana menurut responden adalah sebagai sumber air, sumber kayu bakar dan sumber hasil hutan non kayu seperti buah. Pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana belum berjalan optimal akibat kurangnya koordinasi antar stakeholder serta kurangnya penyuluhan akan pentingnya kawasan hutan, masyarakat kurang dilibatkan dalam pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana.
Masyarakat sekitar hutan berhak mengetahui dan dilibatkan dalam setiap rencana pengambilan keputusan tentang program dan kebijakan yang berkaitan dengan kawasan hutan yang secara langsung akan menpengaruhi kehidupan mereka. Kearifan lokal dalam masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana dilakukan melalui ritual keagamaan di dalam hutan, tidak menebang jenis pohon yang dianggap bisa menyimpan air serta tidak berbuat sembarangan dalam kawasan hutan. Minimnya pengawasan dan juga jumlah aparat yang bertugas di kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana mengakibatkan terjadinya kerusakan hutan.
Penyebab masih terjadinya illegal logging dalam kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana adalah kayu yang bernilai ekonomi tinggi khususnya jenis kayu jati. Pencurian kayu diakibatkan oleh tingkat pendapatan perkapita dan sumberdaya masyarakat sekitar hutan rendah. Permasalahan yang dihadapi Taman Nasional Nino Coni Santana di Desa Tutuala dan Mehara adalah aspek sosial ekonomi yang meliputi :illegal logging, perambahan hutan, pengambilan kayu bakar, budaya tebas bakar, penataan kawasan, organisasi yang belum optimal, perburuan satwa liar dan penggembalaan liar. Kerusakan pada kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana yang disebabkan oleh kegiatan illegal logging , dapat dihindari dengan pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana berdasarkan kearifan lokal masyarakat setempat, pembentukan UPTD khusus yang mengelolah Taman Nino Coni Santana dalam rangka peningkatan pelayanan, pengelolaan, penjagaan dan pelestarian kawasan Nino Coni Santaana. Disamping itu, perlu ada program HKM dan pariwisata dengan melibatkan masyarakat Taman Nasional Nino Coni Santana, program pembinaan masyarakat, dan kerjasama dengan masyarakat setempat dalam rangka pemanfaatan, pengawasan dan pengamanan kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana. Perlu mengangkat kembali kearifan lokal sebagai basis pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana. Perlu menbentuk UPTD khusus untuk mengelolah Taman Nasional Nino Coni Santana dengan melibatkan stakeholder. Pihak pengelola perlu memberdayakan masyarakat sekitar Taman Nasional Nino Coni melalui program HKM dan pariwisata. Sosialisasi berupa penyuluhan tentang pentingnya kawasan hutan perlu ditingkatkan lagi. Untuk dapat mengukur keberhasilan pengelolaan Taman Nino Coni Santana ke depan perlu kegiatan monitoring , kontrol dan evaluasi dilakukan secara berkala oleh pemerintah, dengan melibatkan masyarakat di sekitar Taman Nasional Nino Coni santan.
(12)
(13)
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iii
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT……….. iv
UCAPAN TERIMA KASIH ... v
ABSTRAK ... vi
RINGKASAN ... viii
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
DAFTAR TABEL ... xvii
LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
2.1 Strategi ... 7
2.2 Pengelolaan Hutan ... 8
2.3 Masyarakat Sekitar Hutan ... 9
2.4 Kerusakan Hutan ... 12
2.5 Taman Nasional Nino Coni Santana... 16
BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP ... 18
3.1 Kerangka Berpikir ... 18
3.2 Konsep Penelitian ... 19
BABIV. METODE PENELITIAN ... 21
4.1 Rancangan Penelitian ... 21
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 21
4.3 Jenis dan Sumber Data ... 22
4.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 23
4.5 Instrument Penelitian ... 23
4.6 Teknik Pengumpulan Data ... 23
4.7 Analisis Data ... 24
4.8 Teknik Penyajian Hasil ... 25
BAB V H ASIL DAN PEMBAHASAN ... 26
5.1 Deskripsi Umum Daerah Penelitian ... 26
(14)
5.3 Kondisi Fisik Wilayah ... 27
5.3.1 Topografi ... 27
5.3.2 Iklim ... 27
5.4 Demografi ... 28
5.5 Tingkat Pendapatan ... 29
5.6 Lembaga Masyarakat ... 30
5.7 Masyarakat dalam Taman Nasional Nino Coni Santana ... 30
5.8 Permasalahan Yang Dihadapi Taman Hutan Nasional Nino Coni Santana ... 33
5.9 Strategi Penelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana…… ... 37
5.9.1Analisis SWOT ... 37
5.9.1 Faktor Internal ... 37
5.9.2 Faktor External ... 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
6.1 Simpulan ... 45
6.2 Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA………... 50
LAMPIRAN……… 52
(15)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Alur Kerangka... 19
3.2 Alur Konsep ... 20
4.1 Peta Lokasi Penelitian ... 21
(16)
DAFTAR SINGKATAN
TNNCS : Taman Nasional Nino Coni Santana
UNTAET : United Nation Transitions Administration East Timor
FALINTIL : Forca Armada de Libertacao Nasional Timor-Leste
SWOT : Strength, Weaknesses, and Opportunity Threat
INFAS : Internal factor Analysis Strategy
EFAS : External Factor Analysis Strategy
UPTD : Unit Pengelolaan Tingkat Desa
(17)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
5.1 Kondisi Topografi Desa Tutuala dan Mehara Kabupaten Lautem ... 27 5.2 Klasifikasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 28 5.3 Penyedaran Penduduk Berdasarkan Pendidikan Desa Tutuala dan Mehara
Kecamatan Tutuala Kabupaten Lautem ... 29 5.4 Lembaga Masyarakat Desa Tutuala dan Mehara Kecamatan Tutuala
Kabupaten Lautem ... 30 5.5 Analisis Faktor Internal ... 41 5.6 Analisis Faktor Eksternal ... 45
(18)
LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Peta lokasi……….. 25
2.Strategi Pengelolaan Taman Hutana Nasinal Nino Coni Santana…… 56
3.Data Tentang Pengetahuan Dan Sumber Kayu…... 54
4.Sikap masyarakat terhadap keberadaan TNNCS……….. 55
5.Jenis vegetasi yang terdapat dalam TNNCS……….. 56
6.Jenis fauna yang terdapat dalam TNNCS………... 58
7.Tabel hasil rekapitulasi kuisioner……….. 59
8.Permasalahan yang dihadapi TNNCS………... 65
9.Populasi burung endemic yang terancam punah di TNNCS………….. 67
10.Wawancara dilakukan secara langsung dengan pihak pengelolaan dan pemelihaan TNNCS……….. 68
(19)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Timor-Leste sebagai negara yang baru restorasi pada tahun 2002 masih harus mengejar ketinggalan dari negara-negara lain. Dengan membangun bisa membawa negara ini lepas dari ketertinggalannya. Salah satu sektor vital yang perlu diperhatikan oleh pemerintah Timor-Leste adalah kawasan hutan.
Taman Nasional Nino Coni Santana merupakan hutan lindung konservasi, penetapannya berdasarkan Peraturan Pemerintah No.8/2007 tentang berdirinya TNNCS. Taman Nasional tersebut merupakan taman nasional pertama Timor-Leste, (Profile TNNCS, 2006).
Di dalam hutan tersebut terdapat tiga aspek penting yaitu pola bagaimana manusia memanfaatkan alam, tempat penting untuk ritual tradisional dan tempat-tempat bersejarah. Selain itu Taman Nino Coni Santana merupakan habitat dan konservasi populasi burung endemik yang langka. Antara lain 19 jenis burung endemic yakni 1). kakatua jambul kuning (Cacatua sulphurea) 2). merpati hijau
(Trerong psittaceus) 3). merpati atau pombo (Dusula cineracia). 4). burung pipit
(Paddafoscota) yang terancam punah speciesnya (Profile TNNCS, 2006).
(20)
2
daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan tidak hanya
bermanfaat bagi bagi makluk hidup hayati hewan, tumbuhan, atau manusia yang
berada didalam dan diluar hutan, tetapi juga bermanfaat bagi seluruh umat manusia
setidaknya ada empat manfaat hutan yang berpengaruh secara global, pertama adalah
diseluruh planet bumi sebagai habitat umat manusia secara lebih luas, kedua adalah
hutan sebagai paru-paru dunia dan terakhir adalah hutan adalah sebagai wadah
kebutuhan primer.
Menurut laporan Departemen Kehutanan dan Sumber Daya Air bahwa,
Timor kehilangan masa hutan sebesar 1,1% per tahun empat kali lebih besar dari
rata-rata global. Data ini mengacu pada periode 1972-1999, di mana kehilangan 114.000
hektar dari hutan lebat dan hutan menengah 78000 hektar. Seteleh referendum dan
kemerdekaan (2002) disebutkan bahwa angka-angka ini tidak menurun. Deforestasi
di Timor, bersama-sama dengan sistem curah hujan dan topografi di mana 41% dari
total wilayah Negara memiliki lereng lebih besar dari 40% (Mota, 2002).
Skala kerusakan hutan karena permintaan untuk kayu bakar dan tidak adanya
sumber energi alternatif telah menyebabkan penurunan terus tutupan hutan. Penipisan
tanah di daerah daratan tinggi tergolong berat karena meluasnya praktek tebas bakar
metode pertanian (Sandlund,dkk.2001); NBSAP (2012-2020) melaporkan bahwa
tutupan hutan di Timor-Leste telah berkurang hampir 30 % dari tahun 1972-1999.
Hanya sekitar 35 % (453,850 hektar) dari luas lahan yang memiliki beberapa jenis
tutupan dan sisanya vegetasi hutan primer sekitar 1-6 %. Penilaian daerah kategori
(21)
3
hutan yang berbeda yakni tahun 1990-2005 menunjukkan area penurunan untuk
membangun, untuk menperbaiki hutan alam, akan tetapi penigkatan area untuk
perkebunan produkti. Tren di kawasan hutan pada tahun 1999-2010 menunjukan
penurunan perkirakan 2000 kilometer selama 10 tahun.
Kerusakan hutan dapat menyebabkan berkurangnya sejumlah spesies satwa
liar seperti kakatua, burung ara timor dan lain-lain. Kriteria satu wilayah ditunjuk dan
ditetapkan sebagai taman hutan yaitu memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam,
mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan koleksi
tumbuhan dan/atau satwa dan merupakan wilayah dengan ciri khas, baik asli maupun
buatan, pada wilayah yang ekosistemnya masih baik ataupun wilayah yang
ekosistemnya sudah berubah. Salah satu keistimewaan lain dari taman hutan adalah
dalam penyelenggaraannya dilimpahkan pada pemerintah daerah dilakukan oleh unit
pengelola yang dibentuk oleh Pemerintah Timor-Leste.
Taman Nasional, terletak di Kecamatan Tutuala, Kabupaten Lautem
Timor-Leste. Hutan ini memiliki fungsi perlindungan terhadap empat sumber mata air,
Danau Ilalaru, Pualu Jaco, obyek wisata yang berada di sekitar hutan ini. Selain
fungsi tersebut taman hutan ini merupakan kawasan pelestarian keanekaragaman
hayati. Konsekuesinya, hilangnya hutan karena terjadinya alih fungsi lahan,
kebakaran hutan, serta perkembangan yang eksploitatif dan tidak terkontrol.
Kecendrungan masyarakat yang memanfaatkan hasil hutan yang dititik beratkan pada
kepentingan ekonomi melalui praktek
illegal logging
dengan mengesampingkan
fungsi sosial maupun lingkungan telah menjadi hutan kehilangan fungsi pokoknya.
(22)
4
Kerugian akibat
illegal logging
memiliki dimensi yang luas, tidak saja terhadap
masalah ekonomi, tetapi juga terhadap masalah sosial, budaya, politik dan
lingkungan. Kerugian ekonomi akibat dari praktek
illegal logging
yang tidak
bertanggung jawab adalah berkurangnya devisa negara dan harga kayu rendah dan
berada di bawah pasaran. Dari segi sosial budaya adalah menurunnya sikap tanggung
jawab yang dikarenakan adanya perubahan nilai di mana masyakarat pada umumnya
sulit untuk membedakan antara yang benar dan salah, serta antara baik dan buruk,
serta hilangnya pemahaman masyarakat terhadap kearifan lokal setempat. Terutama
tentang bagaimana memperlakukan lingkungannya, yang pada akhirnya
menimbulkan kesenjangan sosial di tengah masyakarat.
Kawasan taman hutan telah mengalami kerusakan serius dan penurunan
tutupan hutan yang diakibatkan oleh
illegal logging serta kegiatan lain yang tidak
berwawasan lingkungan. Kondisi perekonomian masyarakat sekitar kawasan taman
hutan disinyalir menjadi faktor utama kerusakan kawasan taman hutan. Selain itu
kurangnya pengawasan serta pemahaman akan pentingnya hutan juga memberikan
andil semakin parahnya kerusakan kawasan taman hutan .
Kurangnya koordinasi antara pemerintah dan masyarakat sekitar kawasan
taman hutan mengakibatkan upaya konservasi yang dilaksanakan pemerintah tidak
berjalan secara optimal. Keterbatasan aparat yang berwenang dalam menjaga
kawasan taman hutan berbanding terbalik dengan luas kawasan yang di kelola.
Karena itu diperlukan informasi dari persepsi masyarakat sekitar kawasan taman
(23)
5
hutan tentang dampak kerusakan hutan akibat illegal logging sebagai bahan masukan
bagi stakeholder dalam penyusunan strategi pengelolaan kawasan taman hutan.
Persepsi dan perilaku oleh berbagai masyarakat sekitar hutan dalam
mengelola hutan sering kali sulit dipahami oleh berbagai pihak di luar masyarakat
tersebut. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman antara masyarakat
dengan pihak luar masyarakat yang menyebabkan pengelolaan dan pembangunan
hutan kurang baik.Pandangan masyarakat sekitar hutan terhadap pengelolaan sumber
daya hutan berbeda dengan pandangan pihak-pihak di luar masyarakat tersebut.
Biasanya masyarakat sekitar hutan mengupayakan pengelolaan hutan agar dapat
menjamin kehidupan mereka dan juga sebagai bagian dari sistem kehidupan mereka.
Apabila kondisi tersebut dikaitkan dengan keadaan riil di THNNCS, apakah
kawasan hutan tersebut telah memenuhi kriteria 4A dan 1C sebagai kawasan hutan
tersebut? Hal ini perlu dikaji dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman (analisis SWOT) yang ada pada Taman nasional tersebut, dengan
mengutamakan unsur konservasi dan edukasi (pendidikan) dan kebudayaan
masyarakat setempat. Berdasarkan permasalahan di atas maka akan dilakukan
penelitian untuk mengetahui strategi pengelolaan Naman Nasional Nino Coni
Santana.
1.2
Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi permasalahan tersebut di atas, maka dapat
dirumuskan permasalahan penelitian tentang
(24)
6
2. Bagaimana strategi pengelolaan kawasan Taman Nasional Nino Coni Santana?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1.
Untuk mengetahui kerusakan Taman Nasional Nino Coni Santana
2.
Untuk mengentahui strategi pengelolaan Taman Nasional Nino Coni Santana.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini yang ingin dicapai nantinya adalah
untuk Kementerian Pertanian melalui Dinas Kehutanan Nasional, sebagai bahan
informasi dan kebijakan yang lebih baik untuk menjaga kelestarian taman hutan dan
sebagai bahan masukan bagi masyarakat sekitar Taman Nasional Nino Coni Santana
tentang bahaya yang ditimbulkan oleh kerusakan hutan akibat
illegal logging
di
Taman Nasional Nino Coni Santana.
(25)
1
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Strategi
Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin
puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan
suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat di capai (Marus,1984).
Hamel dan Prahalad (1995), mendefinisikan strategi yang terjemahannya sebagai
berikut.
Strategi merupakan tindakan yang bersifat
incremental
(senantiasa meningkat)
dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang apa yang di harapkan
oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai
dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Menurut Andrews (1980), strategi adalah kekuatan motivasi untuk
stakeholders
, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah, dan sebagainya,
yang baik secara langsung maupun tidak langsung menerima keuntungan atau biaya
yang ditimbulkan oleh semua tindakan yang dilakukan oleh perusahaan.
Berdasarkan pandangan dan konsep-konsep di atas dapat disimpulkan bahwa
strategi merupakan suatu alat dalam mengelola segala unsur yang terkandung di
masyarakat, perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep lain yang
(26)
2
berkaitan, sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun Taman Nasional Nino
Coni Santana merupakan salah satu asset yang dimiliki oleh Kabupaten Lautem yang
manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak pihak, dan bukan hanya satu pihak saja.
Oleh karena itu dalam pengelolaannya harus memperhatikan strategi yang tepat
dimana harus memperhatikan
stakeholders
yang secara langsung maupun tidak
langsung menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan dalam pengelolaan
sumberdaya alam di kawasan tersebut.
2.2 Pengelolaan Hutan
Sebagaimana tercantum dalam UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan,
bahwa pengelolaan hutan merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi hal-hal
sebagai berikut.
1. Tata guna lahan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan.
2. Pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan.
3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan.
4. Perlindungan hutan dan konservasi alam.
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan hutan menurut UU Kehutanan No.
41 tahun 1999 pasal 68 meliputi: 1) Masyarakat berhak menikmati kualitas
lingkungan hidup yang dihasilkan hutan 2) Masyarakat dapat memanfaatkan hutan
dan hasil hutan sesuai dengan peraturan yang berlaku, mengetahui rencana
peruntukan hutan, pemanfaatan hasil hutan, memberi informasi, saran, serta
pertimbangan dalam pembangunan kehutanan dan melakukan pengawasan, 3) Berhak
memperoleh kompensasi karena hilangnya akses atau hak atas tanah miliknya.
(27)
3
Dalam pengelolaan hutan, isu pokok yang sering muncul adalah adanya
gangguan terhadap hutan terutama pencurian kayu bakar. Faktor-faktor yang
menyebabkan gangguan terhadap hutan adalah sebagai berikut.
1. Pendapatan yang diperoleh relatif tinggi dan caranya mudah
2. Rantai pemasaran yang rendah
3. Keterbukaan wilayah yang tinggi
4. Alternatif lapangan pekerjaan yang terbatas
Hutan merupakan lahan yang di dalamnya terdiri dari berbagai tumbuhan
yang membentuk suatu ekosistim dan saling ketergantungan. Berbicara mengenai
hutan maka kita tidak akan terlepas mengenai pengertian hutan menurut UU No. 41
Tahun 1999 Tentang Kehutanan yang mendefinisikan bahwa hutan adalah suatu
kesatuan ekosistim berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan.
Fungsi hutan tidak dapat dilepaskan dari pengaruh manusia dalam
memanipulasi penggunaan dan pemanfaatan sumber daya hutan untuk kepentingan
kehidupan dan lingkungan. Dengan diterimanya posisi masyarakat sebagai pelaku
utama dalam pembangunan sumber daya hutan di semua fungsi hutan (produksi,
lindung dan konservasi), maka semangat dan kesadaran masyarakat dapat didorong
untuk membangun, memelihara dan memanfaatkan sumber daya hutan secara lestari.
Ketergantungan antara lain dapat terlihat dari ketergantungan masyarakat terhadap
(28)
4
produksi dan jasa hasil hutan. Hutan sebagai sumber daya juga menentukan
masyarakat untuk pengelolaannya (Awing, 2004)
2.3
Masyarakat Sekitar Hutan
Secara tradisi pada umumnya masyarakat sekitar hutan memiliki mata
pencaharian dengan memanfaatkan produk-produk hutan, baik kayu maupun bukan
kayu (dammar, gaharu dan madu). Keadaan pendidikan dan kesehatan penduduk
sekitar hutan pada umumnya tidak sebaik di perkotaan. Akses terhadap fasilitas
tersebut di atas dapat dikatakan rendah. Seiring dengan kondisi tersebut, sanitasi
perumahan dan lingkungan serta fasilitas umum masih kurang memadai. Dengan
meningkatnya jumlah dan kepadatan penduduk di dalam dan sekitar kawasan hutan,
kondisi kualitas sosial penduduk di sekitar hutan secara umum menurun (Daud,
2010).
Dampak kemiskinan masyarakat yang berdomisili di sekitar wilayah hutan
berupa bertambah parahnya kondisi alam dan sumber daya hutan, termasuk lahan
kritis pada saat ini sampai pada tingkat yang memerlukan penanganan yang serius.
Lahan kritis telah banyak mengakibatkan perubahan fungsi ekologis alam
lingkungan. Dengan demikian sebenarnya kemiskinan dan kerusakan lingkungan
merupakan lingkaran yang tidak terputus (Rammang, 2011).
Penduduk Kecamatan Tutuala khususnya Desa Tutuala Suku yang paling
dominan adalah Suku Fataluku yang telah hidup turun temurun sejak puluhan tahun
silam. Terlihat adanya enkulturasi budaya di Desa Tutuala karena terjadi proses
(29)
5
kawin-mawin antara suku tersebut di atas dan juga akibat masuknya inovas- inovasi
dalam kehidupan masyarakat Desa Tutuala.
Masyarakat Kecamatan Tutuala terkait dalam budaya, merupakan masyarakat
yang taat pada norma dan aturan-aturan adat. Hal-hal yang sudah diputuskan
tokoh-tokoh adat diikuti dengan baik oleh anggota-anggota masyarakat adat tersebut. Setiap
pelanggaran yang dilakukan diberi sanksi oleh lembaga adat. Aturan adat
menyangkut kawasan hutan khususnya pada wilayah Kecamatan Tutuala Kabupaten
Lautem telah ditetapkan pada zaman raja-raja di Tutuala. Aturan tersebut meliputi
larangan penggembalaan dan melepaskan ternak dalam kawasan hutan, larangan
berburu satwa liar yang ada dalam kawasan hutan, larangan mengambil kayu dari
kawsan hutan serta pelarangan berkebun atau berladang dalam kawasan hutan,
meskipun hingga kini larangan tersebut masih berlaku, namun masyarakat tetap
melanggar aturan tersebut dan dilakukan secara tersembunyi terutama pengambilan
kayu secara
illegal
(Yulia, 2004).
Masyarakat menjunjung tinggi adat istiadat dan menghormati pimpinan
tradisional. Masyarakat membentuk Lembaga Adat Pengawas Hutan.Lembaga adat
ini beranggotakan tokoh masyarakat penjaga hutan dan pemberi sanksi kepada
pelanggar aturan yang telah disepakati dalam Lembaga Adat Pengawas Hutan (Mutaf
Hutan). Masyarakat Timor-Leste pada umumnya mempunyai kearifan lokal dalam
mempertahankan sumber daya alamnya, Tarabando (kearifan lokal) merupakan
kesepakatan masyarakat yang membuat larangan terhadap sesuatu. Ketika terjadi
pelanggaran dalam masyarakat tersebut akan dikenakan sanksi berupa pemotongan
(30)
6
babi, sapi atau kerbau dan membayar sejumlah beras dan maupun dalam bentuk uang
yang diberikan kepada ketua adat, lalu dimasak dan dimakan bersama bagi semua
yang hadir dalam pertemuan adat Tarabando tersebut. Hal yang dianggap pelanggaran
terhadap adat Tarabando seperti pemotongan kayu di sekitar mata air, di pinggir
sungai, di atas gunung, pencurian kayu cendana serta perburuan hewan liar sesuka
hati tanpa musyawarah. Apabila di kemudian hari terjadi lagi pelanggaran terhadap
orang yang sama maka akan dikenakan denda sebanyak dua kali lipat dari denda
pertama.
2.4
Kerusakan Hutan
Kerusakan hutan menurut UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan dalam
penjelasan Pasal 50 ayat (2), ditafsirkan bahwa perusakan hutan mengandung
pengertian yang bersifat dualisme. Pada satu sisi perusakan hutan yang berdampak
positif dan mendapatkan persetujuan pemerintah tidak dapat dikategorikan tindakan
yang melawan hukum. Pada sisi lain kerusakan hutan yang berdampak negatif adalah
suatu tindakan nyata melawan hukum dan bertentangan dengan kebijaksanaan
pemerintah.
Menurut Bronte (2008), Pemerintah Indonesia sudah melaksanakan berbagai
kegunaan proyek untuk menanggulangi laju kerusakan hutan antara lain, reboisasi,
penghijauan, hutan rakyat, penangkaran satwa, dengan berbagai kegiatan penunjang
seperti pembangunan lumbung, kantong air, konservasi tanah, penguatan
kelembagaan adat, namun pada kenyataannya semua upaya tersebut belum mampu
mengimbangi laju kerusakan lahan baru akibat dari perladangan berpindah, ekspansi
(31)
7
hutan, kebakaran,
illegal logging
dan perburuan satwa liar. Sedemikian luas dan terus
berlanjut di semua daerah sehingga pihak kehutanan bersama aparat terkait lainnya
kewalahan menanggulangi problem tersebut. Permasalahannya semakin sulit dan
kompleks karena keterlibatan oknum aparat pemerintah. Ada 3 kasus yang sangat
menonjol dalam skala besar selama ini yaitu
illegal logging
, kebakaran hutan dan
lahan serta perladangan liar.
Menurut Laurentius (2009), laju kerusakan hutan di Indonesia dan umumnya
di dunia dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut.
1.
Kepentingan Ekonomi
Dalam mengelola hutan kepentingan ekonomi kedudukannya masih lebih
dominan dari pada memikirkan kepentingan kelestarian ekologi. Akibatnya
agenda yang berdimensi jangka panjang yaitu kelestarian ekologi menjadi
terabaikan.
2.
Penegakan Hukum yang Lemah Menteri Menteri Kehutanan RI menyebutkan
bahwa lemahnya penegakan hukum Menteri Kehutanan RI telah turut
memperparah kerusakan hutan Indonesia.
3.
Mentalitas Manusia
Masyarakat biasa melakukan pembukaan hutan dengan berpindah-pindah dengan
alasan akan menjadikan sebagai lahan pertanian. Dalam struktur birokrasi
pemerintahan mentalitas, demikian juga seakan-akan telah membuat aparat tidak
serius untuk menegakkan hukum dalam mengatasi kerusakan hutan bahkan
terlibat di dalamnya.
(32)
8
4.
Meningkatnya Penduduk Miskin dan Pengangguran
Bertambah banyaknya penduduk miskin dan pengangguran sebagai akibat dari
pemulihan krisis ekonomi yang hingga kini belum berhasil.
Menurut
Wollenberg
, et al. (2009) mengemukakan penyebab kerusakan oleh
masyarakat sekitar sebagai berikut.
1
Masyarakat yang tinggal di hutan merupakan salah satu kelompok miskin
terbesar di Indonesia.
2
Masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun
3
Hutan merupakan sumber daya penting bagi orang miskin
4
Hutan menyediakan pelayanan ekosistem yang mendasar bagi penghidupan
dan kesejahteraan penduduk di sekitar hutan, khususnya mereka yang miskin.
5
Meningkatnya permintaan Internasional akan produk alami, sertifikasi dan
pasar “hijau” disertai dengan membaiknya prasarana pasar membuka peluang
usaha jenis lain bagi masyarakat di kawasan hutan
6
Lahan atau semua kawasan hutan dikuasai oleh negara
7
Sumber daya yang dipanen, ditambang atau dimanfaatkan dari kawasan hutan
bernilai sangat besar.
8
Sejak tahun 1990, kebijakan penanggulangan kemiskinan di Indonesia
kebanyakan didasarkan pada keadaan pedesaan di luar hutan.
9
Bantuan sektoral oleh departemen kehutanan tidak memberikan dampak yang
(33)
9
10
Meningkatnya kemiskinan dan kesenjangan antara kaya dan miskin berakibat
meningkatnya pencurian, kekerasan, dan pergolakan.
Menurut Kartodiharjo (2003) dalam Utami (2007),
illegal logging
adalah:
pengambilan kayu dalam kawasan hutan negara atau hutan hak (milik) secara tidak
sah dan melanggar peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan dimana
tindakan tersebut berupa pencurian kayu dan atau pemegang ijin melakukan
penebangan lebih dari jatah yang telah ditetapkan dalam perizinan.
Kontribusi terbesar terhadap kerusakan kawasan taman hutan adalah
illegal
logging.
Data penduduk sekitar kawasan hutan bahwa pelaku
illegal llogging
teridentifikasi merupakan warga setempat. Dalam menjalankan aksinya para
penebang menggunakan gergaji mesin Jenis pohon yang umumnya ditebang adalah
jenis kayu jati, karena permintaan dari jenis kayu jati masih sangat tinggi dengan
harga yang tinggi. Aparat kehutanan tidak banyak berbuat mengingat para penebang
illegal
tersebut tidak segan melawan dengan menggunakan senjata (Upa dkk, 1999).
Menurut Aprilia (2012), praktek
illegal logging
berdampak pada
marginalisasi peran dan fungsi sumber daya hutan. Sumber daya hutan yang memiliki
3 fungsi utama sebagai penjaga keseimbangan ekologi. keseluruhan sosial dan
keadilan ekonomi mengalami disorientasi ketika praktek
illegal logging
menbawah.
Secara makro sedikitnya ada lima faktor penyebab yang mendorong terjadinya
praktek
illegal logging
, yaitu krisis ekonomi, perubahan tatanan politik, lemahnya
koordinasi antara aparat penegak hukum, adanya korupsi, kolusi dan nepotisme serta
(34)
10
Menurut Dinas Kehutanan Provinsi NTT (2013), penambahan jumlah penduduk
dan tuntutan kebutuhan ekonomi di sekitar kerusakan kawasan taman hutan
menambah parah kodisi kawasan tersebut dari
illegal logging
dan pemukiman illegal.
Selain data lapangan yang menunjukkan adanya bukti pelanggaran, hal ini diperkuat
lagi dengan adanya data kasus
illegal logging
pada kawasan taman hutan dari tahun
1975 sampai 2008.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber
Daya Alam dan Ekosistemnya, taman hutan adalah kawasan pelestarian alam untuk
tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan
atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan,
pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (Susilowati, 2009).
Menurut Napitu (2007), sesuai dengan fungsinya Taman Hutan Raya dapat
dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut.
1.
Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar
untuk menunjang kawasan tersebut)
2.
Ilmu pengetahuan dan pendidikan
3.
Kegiatan penunjang budidaya
4.
Pariwisata dan rekreasi serta pelestarian budaya
Menurut Purnomo (2013), kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan
fungsi kawasan Taman Hutan adalah sebagai berikut.
1.
Merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem
(35)
11
3.
Mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan
4.
Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan
2.5 Taman Nasional Nino Coni Santana
Taman hutan terletak di daratan Pulau Timor-Leste, secara adminisitrasi
pemerintahan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Tutuala, Kabupaten Lautem.
Taman Nasional Nino Coni Santana merupakan taman nasional pertama di Negara
Timor-Leste yang diresmikan pada bulan Agustus 2007. Taman Hutan Nasional Nino
Coni Santana adalah fakta paling mencolok bahwa orang dapat bertemu dengan
jajaran habitat yang tak terputus langsung dari kehidupan hutan hijau dan subur,
yang merupakan pengalaman langka dibanding dengan tempat lainnya di dunia.
Nama Taman Nasional ini sebagai penghargaan terhadap pahlawan nasional dan
mantan Komandan FALINTIL (Forcas Armadas da Libertacao Nacional de
Timor-Leste), Nino Coni Santana yang lahir di Desa Tutuala dalam kawasan taman tersebut
oleh Pemerintah Timor-Leste.
Pada kawasan Taman Hutan terkandung potensi berupa sumber mata air
meliputi Danau Ilalararu, Laut dan Pulau Jacob di dalam Kawasan Taman Hutan
Nasional Nino Coni Santana. Ketergantungan masyarakat Tutuala terhadap kawasan
taman hutan meliputi kebutuhan yang bersifat ekonomi seperti penyedia kayu bakar,
bahan bangunan, pakan ternak, hasil hutan non kayu berupa madu dan binatang
hutan. Juga meliputi kebutuhan non ekonomi berupa lokasi jalan raya umum maupun
setapak sebagai penghubung antar kampung maupun kecamatan, memanfaatkan
sumber air dalam kawasan hutan untuk kebutuhan minum, mandi dan mencuci.
(1)
babi, sapi atau kerbau dan membayar sejumlah beras dan maupun dalam bentuk uang yang diberikan kepada ketua adat, lalu dimasak dan dimakan bersama bagi semua yang hadir dalam pertemuan adat Tarabando tersebut. Hal yang dianggap pelanggaran terhadap adat Tarabando seperti pemotongan kayu di sekitar mata air, di pinggir sungai, di atas gunung, pencurian kayu cendana serta perburuan hewan liar sesuka hati tanpa musyawarah. Apabila di kemudian hari terjadi lagi pelanggaran terhadap orang yang sama maka akan dikenakan denda sebanyak dua kali lipat dari denda pertama.
2.4 Kerusakan Hutan
Kerusakan hutan menurut UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan dalam penjelasan Pasal 50 ayat (2), ditafsirkan bahwa perusakan hutan mengandung pengertian yang bersifat dualisme. Pada satu sisi perusakan hutan yang berdampak positif dan mendapatkan persetujuan pemerintah tidak dapat dikategorikan tindakan yang melawan hukum. Pada sisi lain kerusakan hutan yang berdampak negatif adalah suatu tindakan nyata melawan hukum dan bertentangan dengan kebijaksanaan pemerintah.
Menurut Bronte (2008), Pemerintah Indonesia sudah melaksanakan berbagai kegunaan proyek untuk menanggulangi laju kerusakan hutan antara lain, reboisasi, penghijauan, hutan rakyat, penangkaran satwa, dengan berbagai kegiatan penunjang seperti pembangunan lumbung, kantong air, konservasi tanah, penguatan kelembagaan adat, namun pada kenyataannya semua upaya tersebut belum mampu mengimbangi laju kerusakan lahan baru akibat dari perladangan berpindah, ekspansi
(2)
hutan, kebakaran, illegal logging dan perburuan satwa liar. Sedemikian luas dan terus berlanjut di semua daerah sehingga pihak kehutanan bersama aparat terkait lainnya kewalahan menanggulangi problem tersebut. Permasalahannya semakin sulit dan kompleks karena keterlibatan oknum aparat pemerintah. Ada 3 kasus yang sangat menonjol dalam skala besar selama ini yaitu illegal logging, kebakaran hutan dan lahan serta perladangan liar.
Menurut Laurentius (2009), laju kerusakan hutan di Indonesia dan umumnya di dunia dapat juga disebabkan oleh beberapa faktor sebagai berikut.
1. Kepentingan Ekonomi
Dalam mengelola hutan kepentingan ekonomi kedudukannya masih lebih dominan dari pada memikirkan kepentingan kelestarian ekologi. Akibatnya agenda yang berdimensi jangka panjang yaitu kelestarian ekologi menjadi terabaikan.
2. Penegakan Hukum yang Lemah Menteri Menteri Kehutanan RI menyebutkan bahwa lemahnya penegakan hukum Menteri Kehutanan RI telah turut memperparah kerusakan hutan Indonesia.
3. Mentalitas Manusia
Masyarakat biasa melakukan pembukaan hutan dengan berpindah-pindah dengan alasan akan menjadikan sebagai lahan pertanian. Dalam struktur birokrasi pemerintahan mentalitas, demikian juga seakan-akan telah membuat aparat tidak serius untuk menegakkan hukum dalam mengatasi kerusakan hutan bahkan terlibat di dalamnya.
(3)
4. Meningkatnya Penduduk Miskin dan Pengangguran
Bertambah banyaknya penduduk miskin dan pengangguran sebagai akibat dari pemulihan krisis ekonomi yang hingga kini belum berhasil.
Menurut Wollenberg, et al. (2009) mengemukakan penyebab kerusakan oleh masyarakat sekitar sebagai berikut.
1 Masyarakat yang tinggal di hutan merupakan salah satu kelompok miskin terbesar di Indonesia.
2 Masyarakat yang tinggal di hutan cenderung miskin secara menahun 3 Hutan merupakan sumber daya penting bagi orang miskin
4 Hutan menyediakan pelayanan ekosistem yang mendasar bagi penghidupan dan kesejahteraan penduduk di sekitar hutan, khususnya mereka yang miskin. 5 Meningkatnya permintaan Internasional akan produk alami, sertifikasi dan
pasar “hijau” disertai dengan membaiknya prasarana pasar membuka peluang usaha jenis lain bagi masyarakat di kawasan hutan
6 Lahan atau semua kawasan hutan dikuasai oleh negara
7 Sumber daya yang dipanen, ditambang atau dimanfaatkan dari kawasan hutan bernilai sangat besar.
8 Sejak tahun 1990, kebijakan penanggulangan kemiskinan di Indonesia kebanyakan didasarkan pada keadaan pedesaan di luar hutan.
9 Bantuan sektoral oleh departemen kehutanan tidak memberikan dampak yang berarti.
(4)
10 Meningkatnya kemiskinan dan kesenjangan antara kaya dan miskin berakibat meningkatnya pencurian, kekerasan, dan pergolakan.
Menurut Kartodiharjo (2003) dalam Utami (2007), illegal logging adalah: pengambilan kayu dalam kawasan hutan negara atau hutan hak (milik) secara tidak sah dan melanggar peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan dimana tindakan tersebut berupa pencurian kayu dan atau pemegang ijin melakukan penebangan lebih dari jatah yang telah ditetapkan dalam perizinan.
Kontribusi terbesar terhadap kerusakan kawasan taman hutan adalah illegal
logging. Data penduduk sekitar kawasan hutan bahwa pelaku illegal llogging
teridentifikasi merupakan warga setempat. Dalam menjalankan aksinya para penebang menggunakan gergaji mesin Jenis pohon yang umumnya ditebang adalah jenis kayu jati, karena permintaan dari jenis kayu jati masih sangat tinggi dengan harga yang tinggi. Aparat kehutanan tidak banyak berbuat mengingat para penebang
illegal tersebut tidak segan melawan dengan menggunakan senjata (Upa dkk, 1999).
Menurut Aprilia (2012), praktek illegal logging berdampak pada marginalisasi peran dan fungsi sumber daya hutan. Sumber daya hutan yang memiliki 3 fungsi utama sebagai penjaga keseimbangan ekologi. keseluruhan sosial dan keadilan ekonomi mengalami disorientasi ketika praktek illegal logging menbawah. Secara makro sedikitnya ada lima faktor penyebab yang mendorong terjadinya praktek illegal logging, yaitu krisis ekonomi, perubahan tatanan politik, lemahnya koordinasi antara aparat penegak hukum, adanya korupsi, kolusi dan nepotisme serta lemahnya sistem harga kayu hasil illegal logging yang lebih murah.
(5)
Menurut Dinas Kehutanan Provinsi NTT (2013), penambahan jumlah penduduk dan tuntutan kebutuhan ekonomi di sekitar kerusakan kawasan taman hutan menambah parah kodisi kawasan tersebut dari illegal logging dan pemukiman illegal. Selain data lapangan yang menunjukkan adanya bukti pelanggaran, hal ini diperkuat lagi dengan adanya data kasus illegal logging pada kawasan taman hutan dari tahun 1975 sampai 2008.
Menurut Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya, taman hutan adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi (Susilowati, 2009).
Menurut Napitu (2007), sesuai dengan fungsinya Taman Hutan Raya dapat dimanfaatkan untuk hal-hal sebagai berikut.
1. Penelitian dan pengembangan (kegiatan penelitian meliputi penelitian dasar untuk menunjang kawasan tersebut)
2. Ilmu pengetahuan dan pendidikan 3. Kegiatan penunjang budidaya
4. Pariwisata dan rekreasi serta pelestarian budaya
Menurut Purnomo (2013), kegiatan yang dapat mengakibatkan perubahan fungsi kawasan Taman Hutan adalah sebagai berikut.
1. Merusak kekhasan potensi sebagai pembentuk ekosistem 2. Merusak keindahan dan gejala alam
(6)
3. Mengurangi luas kawasan yang telah ditentukan
4. Melakukan kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan rencana pengelolaan 2.5 Taman Nasional Nino Coni Santana
Taman hutan terletak di daratan Pulau Timor-Leste, secara adminisitrasi pemerintahan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Tutuala, Kabupaten Lautem. Taman Nasional Nino Coni Santana merupakan taman nasional pertama di Negara Timor-Leste yang diresmikan pada bulan Agustus 2007. Taman Hutan Nasional Nino Coni Santana adalah fakta paling mencolok bahwa orang dapat bertemu dengan jajaran habitat yang tak terputus langsung dari kehidupan hutan hijau dan subur, yang merupakan pengalaman langka dibanding dengan tempat lainnya di dunia. Nama Taman Nasional ini sebagai penghargaan terhadap pahlawan nasional dan mantan Komandan FALINTIL (Forcas Armadas da Libertacao Nacional de Timor-Leste), Nino Coni Santana yang lahir di Desa Tutuala dalam kawasan taman tersebut oleh Pemerintah Timor-Leste.
Pada kawasan Taman Hutan terkandung potensi berupa sumber mata air meliputi Danau Ilalararu, Laut dan Pulau Jacob di dalam Kawasan Taman Hutan Nasional Nino Coni Santana. Ketergantungan masyarakat Tutuala terhadap kawasan taman hutan meliputi kebutuhan yang bersifat ekonomi seperti penyedia kayu bakar, bahan bangunan, pakan ternak, hasil hutan non kayu berupa madu dan binatang hutan. Juga meliputi kebutuhan non ekonomi berupa lokasi jalan raya umum maupun setapak sebagai penghubung antar kampung maupun kecamatan, memanfaatkan sumber air dalam kawasan hutan untuk kebutuhan minum, mandi dan mencuci.