Analisis Prosedur Penerbitan Surat Izin Mengemudi Sepeda Motor (Sim-C) Sebagai Dokumen Bukti Kemampuan Mengemudi Ditinjau Dari Makro Ergonomi (Studi Kasus Di Polrestabes Kota Bandung).

(1)

ABSTRAK

Kendaraan roda dua saat ini menjadi pilihan favorit masyarakat dalam melakukan aktivitas di luar rumah, karena sifatnya yang mudah dibawa dan fleksibel. Hal ini juga didukung oleh pihak dealer yang menyediakan uang muka yang rendah dan cicilan yang ringan, sehingga motor dapat dimiliki dengan mudah. Akan tetapi kepemilikan sepeda motor yang menjadi moda transportasi saat ini, tidak disertai dengan meningkatnya kualitas pengendara sepeda motor dalam berkendara di jalan raya.

Polrestabes kota Bandung sebagai salah satu pihak yang memiliki wewenang dalam menghasilkan atau membentuk calon pengendara sepeda motor sampai diterbitkannya SIM (Surat Izin Mengemudi) dalam hal ini SIM C, memiliki kendala dalam membina masyarakat untuk menjadikan masyarakat yang tertib dalam berbudaya lalu lintas. Proses pengajuan penerbitan SIM C, dirasa kurang memberikan pendidikan dan pengujian belum benar-benar efektif dan efisien dalam menghasilkan pengendara sepeda motor yang berkualitas. Hal ini dapat berdampak meningkatnya pelanggaran-pelanggaran dan kecelakaan di jalan raya. Sikap pengendara sepeda motor yang tidak tertib juga dapat membuat lalu lintas menjadi tidak teratur. Tujuan tugas akhir ini adalah, memperbaiki sistem penerbitan SIM C, dengan menggunakan pendekatan metode makro ergonomi, serta memberikan usulan yang tepat kepada pihak Polrestabes dalam mengambil suatu keputusan untuk melakukan perbaikan sistem yang ada.

Data-data untuk mendukung proses perbaikan ini dilakukan dengan cara menyebar kuesioner sebanyak 97 kuesioner yang dibagikan kepada responden secara random di jalan protokol. Ditambah beberapa data-data yang diberikan pihak Polretabes kota Bandung untuk mendukung penelitian ini. Data kuesioner diolah dengan menggunakan statistika deskriptif. Hasilnya adalah gambaran kondisi pengendara sepeda motor di kota Bandung. Hasil tersebut dianalisis, lalu dibandingkan dengan kriteria pengendara yang baik dan benar menurut kepolisian.

Dalam menyelesaikan masalah organisasi peneliti menggunakan metode

Macro- Ergonomic Analysis Design (MEAD). Dimana metode ini digunakan

untuk menganalisis prosedur penerbitan SIM C. Dari analisis menggunakan

MEAD diketahui 24 variansi yang muncul ditahapan dengan kondisi resiko significant yang berarti memiliki dampak resiko yang sangat tinggi, dan high

memiliki dampak resiko tinggi. Resiko ditinjau dari seberapa besar tahapan tersebut mempengaruhi kompetensi/kualitas dari calon pengendara sepeda motor. Pengaruh dalam hal ini adalah kondisi-kondisi yang membuat calon penerima SIM C tidak dapat memahami aturan dan cara-cara yang benar dalam berkendara.

Usulan berdasarkan hasil analisis, diketahui terdapat 3 kriteria kemampuan yang harus diperbaiki, yaitu Up stream system, Transformation Process, dan


(2)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR ... i

PERNYATAAN HASIL KARYA PRIBADI ... ii

ABSTRAK ... iv

PRAKATA ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1-1 1.2 Identifikasi Masalah ... 1-3 1.3 Batasan dan Asumsi ... 1-3 1.4 Rumusan Masalah ... 1-4 1.5 Tujuan Penelitian ... 1-5 1.6 Sistematika Penulisan ... 1-6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ilmu Ergonomi ... 2-1 2.2 Makro Ergonomi ... 2-3 2.2.1 Lahirnya Ergomomi Makro ... 2-4 2.3 Metode Penerapan Ergonomi Makro ... 2-6 2.3.1. Metode Partisipasi ... 2-6 2.3.2 Metode Laboratorium ... 2-6 2.3.3 Metode Study Lapangan ... 2-6 2.3.4 Metode Eksperimen Lapangan ... 2-6 2.3.5 Metode Kuesioner ... 2-7 2.3.6 Metode Survey Interview ... 2-7 2.3.7 Metode Focus Group ... 2-7 2.3.8 Metode Kombinasi ... 2-7 2.4 Metode Macro-Ergonomic Analysis Design (MEAD) ... 2-7


(3)

2.5 Risk Assesment ... 2-10 2.6 Display ... 2-12 2.7 Efektifitas Penglihatan ... 2-14 2.8 Metode 5W1H ... 2-14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 3-1 3.2 Keterangan Bagan Alir ... 3-5 3.2.1 Penelitian Pendahuluan ... 3-5 3.2.2 Identifikasi masalah ... 3-5 3.2.3 Batasan dan Asumsi ... 3-6 3.2.4 Perumusan Masalah ... 3-6 3.2.5 Tujuan Penelitian ... 3-6 3.2.6 Tinjauan Pustaka ... 3-6 3.2.7 Pengumpulan Data ... 3-6 3.2.8 Pengolahan data dan Analisis ... 3-9 3.2.9 Usulan ... 3-11 3.2.10 Kesimpulan Dan Saran ... 3-11

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

4.1 Sejarah Polrestabes kota Bandung ... 4-1 4.2 Prosedur Pengajuan Penerbitan dan Perpanjangan SIM C. ... 4-1 4.3 Struktur Organisasi dan Tanggung Jawab Polrestabes Bandung

Serta Dinas Perhubungan (DISHUB) ... 4-2 4.3.1 Struktur oraganisasi dan Tugas Polrestabes Bandung .... 4-2 4.4 Data Mentah Pelanggaran Pengendara Sepeda Motor,

Kegiatan Satuan Lalu Lintas, dan Kuesioner Penelitian ... 4-3 4.4.1 Data Umum Pengendara Sepeda Motor ... 4-5 4.4.2 Bagian 1: Latar belakang pengendara ... 4-7 4.4.3 Bagian 2: Latar belakang kendaraan dan


(4)

4.4.4 Bagian 3: Pemahaman rambu-rambu lalu lintas dan

marka jalan ... 4-14 4.4.5 Bagian 4: Kepedulian akan keselamatan ... 4-27 4.4.6 Bagian 5: Kepedulian akan sesama ... 4-32

BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

5.1 Analisis Latar Belakang Pengendara (Kuesioner Bagian 1) Dan Analisis Pemahaman Rambu-rambu Lalu Lintas

Dan Marka Jalan ... 5-1 5.1.1 Pemahaman Rambu Berdasarkan Hasil Kuesioner ... 5-4 5.2 Analisis Berdasarkan Pertanyaan 5 dan 6 Dengan

Membandingkan Pertanyaan 7 Pada Kuesioner

Bagian 1 : Latar Belakang Pengendara ... 5-8 5.2.1 Analisis Pemahaman pengendara akan rambu-rambu

lalu lintas dihubungkan dengan cara

mendapatkan SIM C dan Status Kepemilikan SIM C ... 5-10 5.2.2 Analisis Grafik Pemahaman Rambu-rambu

Lalu lintas Dibandingkan Dengan JalurPengajuan ... 5-13 5.3 Analisis Pemahaman Kepedulian Akan Keselamatan

Pengendara ... 5-14 5.4 Analisis Pemahaman Kepedulian Akan Keselamatan

Sesama (Baik Pengendara Ataupun Tidak pengendara

Sepeda Motor) ... 5-22 5.5 Tahapan-Tahapan Metode Macro-Ergonomic Analysis and

Design (MEAD) ... 5-35

5.5.1 Tahap 1 : Mengamati Lingkungan dan Subsistem

Organisasi... 5-36 5.5.2 Tahap 2 : Tipe Sistem Produksi dan Ekspektasi


(5)

5.5.2.1Tingkat Kompleksitas, Sentralisasi

,dan Formalisasi Organisasi...5-40 5.5.2.2Analisis Kriteria Kemampuan Organisasi...5-41 5.5.2.3Analisis Organisasi dan Masalah Yang Dihadapi.5-42 5.5.2.4Analisis Penjaminan Mutu...5-44 5.5.3 Tahap 3 : Unit Operasi dan Proses Kerja ... 5-46 5.5.4 Tahap 4 : Identifikasi Variansi dan Penentuan resiko ... 5-47 5.5.5 Tahap 5 : Matriks Variansi ... 5-49 5.5.6 Tahap 6a: Penentuan Variansi-Variansi Kunci ... 5-52 5.5.7 Tahap 6b: Pembuatan Tabel Kendali Variansi Kunci ... 5-55 5.6 Analisis Matriks Variansi dan Resiko Setiap Variansi ... 5-57 5.7 Analisis Pendekatan Hasil Kuesioner Terhadap Tahapan

Prosedur Yang beresiko (MEAD Tahap 5) ... 5-57 5.8 Analisis Organisasi (Polretabes) Dengan Menggunakan

Pendekatan Ergonomi Makro ... 5-58 5.9 Analisis Perbandingan Penggunaan Pendekatan Ergonomi

Makro Dengan Ergonomi Mikro Untuk Perbaikan Organisasi .. 5-58 5.10 Analisis Pengembangan Budaya Berlalu Lintas ... 5-59

BAB 6 USULAN

6.1 Usulan Berdasarkan Hasil Tingkat Resiko dan Jumlah Variansi 6-1 6.1.1 Usulan Berdasarkan Kriteria Kemampuan: Up Stream

System ... 6-3

6.1.2 Usulan Berdasarkan Kriteria Kemampuan:

Transformation Process ... 6-8

6.1.2.1Tahapan Ujian Teori ... 6-8 6.1.2.2 Tahapan Ujian Simulator ... 6-16 6.1.2.3 Tahapan Ujian Praktek ... 6-23 6.1.2.4 Tahapan Ujian Praktek ... 6-24 6.1.3 Usulan Berdasarkan Kriteria Kemampuan: Down


(6)

6.1.4 Usulan Penanaman Kesadaran Budaya Tertib Berlalu Lintas Di Dalam Program Pendidikan Awal

(Hasil Kuesioner Penelitian) ... 6-26

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ... 7-1 7.2 Saran ... 7-4

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

2.1 Peta Matriks Resiko (Kramadibrata, 2010) 2-11 2.2 Tabel Rekomendasi Tinggi Huruf Pada Display2-13 2.3 Tabel Rating of Sharpness of Color

Images an Color Backgrounds Display 2-13 2.4 Tabel Comfort Rating for Color

CRT Text and Background Combination 2-14 4.1 Jumlah Kecelakaan Bulan September

2012 Secara Umum 5-3

4.2 Jumlah Pelanggar Lalu lintas

Berdasarkan Profesi Secara Umum 5-4 4.3 Golongan SIM Pelanggar Secara Umum 5-4 4.4 Latar Belakang Pendidikan Pelanggar

Secara Umum 5-4

4.5 Jenis Pelanggaran Yang Dilakukan Oleh

Pengguna Sepeda Motor 5-4

4.6 Kegiatan Diyaksa Lantas September 2012 5-4

4.7 Data umum Bagian 1 5-5

4.7 Data Umum Bagian 1 (lanjutan) 5-5

4.8 Daftar rambu lalu lintas dan marka jalan 5-14 4.9 Pertanyaan Pemahaman akan keselamatan 5-27 4.10 Pertanyaan Pemahaman akan kepedulian 5-32 4.10 Pertanyaan Pemahaman akan kepedulian

(Lanjutan) 5-32

5.1 Persentase masing-masing jawaban 5-1

5.2 Persentase rambu peringatan 5-5

5.3 Persentase rambu larangan 5-6


(8)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Halaman

5.5 Persentase rambu petunjuk 5-8

5.6 Data hasil sortiran dari pertanyaan 5, 6, dan 7 5-9 5.7 Sudah punya SIM C sebelum berkendara

dan sampai saat ini 5-11

5.8 Belum punya SIM C saat pertama kali

dan saat ini punya 7 5-11

5.9 Sudah punya SIM C tidak diperpanjang 5-11 5.10 Belum punya SIM C saat pertama kali

berkendara dan sampai saat ini belum

punya SIM C 5-12

5.11 System and Environmental Scan 5-36

5.12 Identifikasi variansi keseluruhan 5-48

5.13 Matriks variansi keseluruhan 5-49

5.14 Rangkuman matriks variansi 5-50

5.14 Rangkuman matriks variansi (Lanjutan) 5-50

5.15 Penentuan variansi kunci 5-52

5.15 Penentuan variansi kunci (Lanjutan) 5-53 5.16 Pemilihan berdasarkan tingkat resiko

dan jumlah variansi lain yang disebabkan 5-54

5.17 Tabel kendali variansi kunci 5-56

6.1 Pembagian Variansi Berdasarkan Kriteria

Kemampuan Dalam Sistem Kerja 6-2 6.1 Pembagian Variansi Berdasarkan Kriteria


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

2.1 Balance Model 2-4

3.1 Bagan alir metodologi penelitian 3-1 3.1 Bagan alir metodologi penelitian (lanjutan) 3-2 3.1 Bagan alir metodologi penelitian (lanjutan) 3-3 3.1 Bagan alir metodologi penelitian (lanjutan) 3-3 3.1 Bagan alir metodologi penelitian (lanjutan) 3-5

3.2 Bagan alir pengumpulan data 3-7

3.3 Bagan alir pengolahan data 3-10

4.1 Flowchart Pengajuan SIM C baru 4-1

4.2 Prosedur Pepanjangan SIM C 4-2

4.3 Struktur Organisasi Polrestabes Bandung 4-2

4.4 Jenis Kelamin Pengendara 4-5

4.5 Pekerjaan pengendara 4-6

4.6 Pendidikan terakhir Pengendara 4-6

4.7 Pengalaman Pengendara 4-6

4.8 Jenis Motor Pengendara 4-7

4.9 Umur pertama kali belajar sepeda motor 4-7 4.10 Siapa yang pertama kali mengajarkan

mengemudikan sepeda motor 4-7

4.11 Tempat pertama kali yang dikunjungi 4-8 4.12 Ketika pergi pertama kali ketempat yang

dikunjungi apakah didampingi 4-8 4.13 Sudahkah memiliki SIM C ketika

menggunakan sepeda motor 4-8

4.14 Sudahkah memiliki SIM C sekarang 4-9 4.15 Bagaimana cara mendapatkan SIM C 4-9


(10)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

4.16 Apakah paham mengenai isi

Undang-undang no.22 tahun 2009 4-9 4.17 Sumber pengetahuan tentang lalu lintas 4-10

4.18 Kepemilikan kendaraan saat ini 4-10

4.19 Alasan menggunakan sepeda motor 4-10 4.20 Apakah anda rutin melakukan perawatan

terhadap motor 4-11

4.21 Apakah motor pernah dimodifikasi 4-11

4.22 Bagian mana yang dimodifikasi 4-11

4.23 Alasan memodifikasi motor 4-12

4.24 Apakah helm SNI saat ini sudah aman

bagi anda 4-12

4.25 Tempat biasa membeli helm 4-12

4.26 Prioritas dalam memilih helm 4-13

4.27 Alasan menggunakan helm 4-13

4.28 Rambu dan Marka jalan 1 4-15

4.29 Rambu dan Marka jalan 2 4-15

4.30 Rambu dan Marka jalan 3 4-15

4.31 Rambu dan Marka jalan 4 4-16

4.32 Rambu dan Marka jalan 5 4-16

4.33 Rambu dan Marka jalan 6 4-16

4.34 Rambu dan Marka jalan 7 4-17

4.35 Rambu dan Marka jalan 8 4-17

4.36 Rambu dan Marka jalan 9 4-17

4.37 Rambu dan Marka jalan 10 4-18

4.38 Rambu dan Marka jalan 11 4-18


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

4.40 Rambu dan Marka jalan 13 4-19

4.41 Rambu dan Marka jalan 14 4-19

4.42 Rambu dan Marka jalan 15 4-19

4.43 Rambu dan Marka jalan 16 4-20

4.44 Rambu dan Marka jalan 17 4-20

4.45 Rambu dan Marka jalan 18 4-20

4.46 Rambu dan Marka jalan 19 4-21

4.47 Rambu dan Marka jalan 20 4-21

4.48 Rambu dan Marka jalan 21 4-21

4.49 Rambu dan Marka jalan 22 4-22

4.50 Rambu dan Marka jalan 23 4-22

4.51 Rambu dan Marka jalan 24 4-22

4.52 Rambu dan Marka jalan 25 4-23

4.53 Rambu dan Marka jalan 26 4-23

4.54 Rambu dan Marka jalan 27 4-23

4.55 Rambu dan Marka jalan 28 4-24

4.56 Rambu dan Marka jalan 29 4-24

4.57 Rambu dan Marka jalan 30 4-24

4.58 Rambu dan Marka jalan 31 4-25

4.59 Rambu dan Marka jalan 32 4-25

4.60 Rambu dan Marka jalan 33 4-25

4.61 Rambu dan Marka jalan 34 4-26

4.62 Rambu dan Marka jalan 35 4-26

4.63 Pertanyaan 1 Bagian 4 4-27

4.64 Pertanyaan 2 Bagian 4 4-28

4.65 Pertanyaan 3 Bagian 4 4-28


(12)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

4.67 Pertanyaan 5 Bagian 4 4-29

4.68 Pertanyaan 6 Bagian 4 4-29

4.69 Pertanyaan 7 Bagian 4 4-29

4.70 Pertanyaan 8 Bagian 4 4-30

4.71 Pertanyaan 9 Bagian 4 4-30

4.72 Pertanyaan 10 Bagian 4 4-30

4.73 Pertanyaan 11 Bagian 4 4-31

4.74 Pertanyaan 12 Bagian 4 4-31

4.75 Pertanyaan 13 Bagian 4 4-31

4.76 Pertanyaan 1 Bagian 5 4-33

4.77 Pertanyaan 2 Bagian 5 4-34

4.78 Pertanyaan 3 Bagian 5 4-34

4.79 Pertanyaan 4 Bagian 5 4-34

4.80 Pertanyaan 5 Bagian 5 4-35

4.81 Pertanyaan 6 Bagian 5 4-35

4.82 Pertanyaan 7 Bagian 5 4-35

4.83 Pertanyaan 8 Bagian 5 4-36

4.84 Pertanyaan 9 Bagian 5 4-36

4.85 Pertanyaan 10 Bagian 5 4-36

4.86 Pertanyaan 11 Bagian 5 4-37

4.87 Pertanyaan 12 Bagian 5 4-37

4.88 Pertanyaan 13 Bagian 5 4-37

4.89 Pertanyaan 14 Bagian 5 4-38

4.90 Pertanyaan 15 Bagian 5 4-38

4.91 Pertanyaan 16 Bagian 5 4-38


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

4.93 Pertanyaan 18 Bagian 5 4-39

4.94 Pertanyaan 19 Bagian 5 4-39

4.95 Pertanyaan 20 Bagian 5 4-40

4.96 Pertanyaan 21 Bagian 5 4-40

4.97 Pertanyaan 22 Bagian 5 4-40

4.98 Pertanyaan 23 Bagian 5 4-41

4.99 Pertanyaan 24 Bagian 5 4-41

4.100 Pertanyaan 25 Bagian 5 4-41

5.1 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 77 Ayat 1 5-3 5.2 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 77 Ayat 2-5 5-3 5.3 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 86 Ayat 1 5-3

5.4 Contoh Rambu Peringatan 5-4

5.5 Contoh Rambu Larangan 5-6

5.6 Contoh Rambu Perintah 5-7

5.7 Contoh Rambu Petunjuk 5-7

5.8 Persentase dari pemahaman pengendara

dari jalur resmi 5-13

5.9 Persentase dari pemahaman pengendara

dari jalur tidak resmi 5-14

5.10 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 206 Ayat 3 5-15 5.11 Penjelasan Undang-undang no.22


(14)

xx

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

5.12 Penjelasan Undang-undang no.22tahun

2009 Pasal 106 Ayat 8 5-16

5.13 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 105 Ayat 1a-1b 5-17 5.14 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 105 Ayat 1a-1b 5-18 5.15 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 106 Ayat 4f 5-19 5.16 Penjelasan Undang-undang no.22 tahun 2009

Pasal 109 Ayat 1-2 beserta penjelasan ayat 2 5-20 5.17 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 106 Ayat 9 5-20 5.18 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 106 Ayat 1 5-22 5.19 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 105 Ayat 1a-1b 5-23 5.20 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 131 Ayat 1 5-24 5.21 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 106 Ayat 2 5-24 5.22 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 106 Ayat 8 5-25 5.23 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 77 Ayat 1 5-25 5.24 Penjelasan Undang-undang no.22


(15)

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

5.25 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 288 Ayat 2 5-28 5.26 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 106 Ayat 4f-4h 5-29 5.27 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 108 Ayat 2 5-29 5.28 Penjelasan Undang-undang no.22 tahun 2009

Pasal 109 Ayat 2 serta penjelasan ayat 2 5-30 5.29 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 107 Ayat 2 5-30 5.30 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 131 Ayat 1 5-31 5.31 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 114 Ayat 1a-1c 5-32 5.32 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 106 Ayat 3 5-33 5.33 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 108 Ayat 2a 5-33 5.34 Penjelasan Undang-undang no.22

tahun 2009 Pasal 106 Ayat 4a 5-34 5.35 Struktur Organisasi Sat.Lantas

Polrestabes Bandung 5-40

5.36 Kriteria kemampuan didalam sistem

kerja (Sink & Tuttle 1989) 5-42 5.37 Diagram Informasi Prosedur Mendapatkan


(16)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Halaman

6.1 Prosedur Pengajuan SIM C Usulan 6-7

6.2 Poster instruksi prosedur pengajuan SIM C 6-10 6.3 Poster instruksi ujian serta tujuan ujian teori 6-11 6.4 Poster instruksi ujian serta tujuan ujian

simulator 6-18

6.5 Poster instruksi ujian serta tujuan ujian praktek 6-21 6.6 Siklus pengembangan budaya berlalu lintas


(17)

IDENTITAS PENULIS

• Nama : Alphared Gabariel

• TTL : Bandung, 14 April 1991

• JK : Pria

• Agama : Kristen Protestan

• Golongan Darah : O

• Alamat : Jl. H. Anwar No.8 Bandung

RIWAYAT PENDIDIKAN

• SD : SDN 019 Kota Tengah, Pekan Baru

• SMP : SMP N 3 Pasir Pengaraian, Pekan Baru

• SMA : SMA N 1 Pasir Pengaraian, Pekan Baru

• PT : Universitas Kristen Maranatha, Bandung.

JUDUL TUGAS AKHIR

“ANALISIS PROSEDUR PENERBITAN SURAT IZIN MENGEMUDI SEPEDA MOTOR (SIM-C) SEBAGAI DOKUMEN BUKTI KEMAMPUAN

MENGEMUDI DITINJAU DARI MAKRO ERGONOMI (STUDI KASUS DI POLRESTABES KOTA BANDUNG)”


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan sepeda motor sebagai alat transportasi dari tahun ke tahun semakin meningkat. Uang muka yang rendah dan cicilan yang ringan menyebabkan tiap orang mudah untuk memiliki sepeda motor. Akibatnya pengguna jalan raya semakin bertambah, mereka yang awalnya menggunakan angkutan umum sekarang menggunakan sepeda motor, karena lebih murah dan mudah (Gambar 4.19).

Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat memiliki lalulintas yang diatur dan dikelola oleh Polrestabes dan DISHUB. Pertumbuhan jalan di Bandung tidak sebanding dengan pertambahan jumlah pengguna kendaraan, khususnya pengendara sepeda motor. Berdasarkan data kepolisian Bulan September 2012 diketahui total pelanggaran yang terjadi adalah 5922 pelanggaran yang dilakukan oleh pengendara sepeda motor (Tabel 4.5) dan total kecelakaan adalah 90 kejadian (Tabel 4.1). Hal tersebut membuat pihak kepolisian ingin mengetahui penyebab dari pelanggaran dan kecelakaan tersebut.

Untuk mempelajari penyebab terjadinya pelanggaran dan kecelakaan pengendara sepeda motor, perlu diketahui latar belakang dari pengendara sepeda motor dari awal belajar sampai turun ke jalan mengendarai sepeda motor. Penelitian pendahuluan yang telah dilakukan menunjukkan latar belakang pengendara dalam belajar mengemudi sepeda motor tidak didasari pengetahuan mengenai berkendara yang baik dan benar. Seiring dengan kemajuan teknologi, perkembangan sepeda motor juga telah mengalami banyak kemajuan yang mempermudah pengendara dalam mengoperasikannya, sehingga perlu diketahui apakah para penggunanya memahami kendaraan yang digunakan. Kriteria seorang pengendara yang baik menurut undang-undang lalulintas yang berlaku apakah


(19)

Bab 1 Pendahuluan 1-2

sudah dipenuhi oleh para pengendara sepeda motor juga menjadi perhatian dalam penelitian.

Polrestabes kota Bandung dan Dinas Perhubungan menjadi salah satu penyedia sarana dan pengatur lalu lintas di jalan raya, dalam hal ini kota Bandung. Dishub sebagai penyedia sarana memberikan sarana kepada masyarakat dalam bentuk seperti, marka jalan, rambu-rambu lalu lintas, angkutan umum dan sebagainya, sedangkan kepolisian sebagai pengaman dan pengatur lalu lintas yang telah disediakan oleh Dishub dan sebagai pengamanan dalam masyarakat berlalu-lintas agar menjadi tertib, nyaman, dan aman. Dua lembaga ini saling bersinergi untuk mengatur dan mengamankan kendaraan bermotor di kota bandung. Akan tetapi pada kenyataannya saat ini, kedua lembaga yang mengatur, memberikan fasilitas, dan memberi rasa nyaman kepada pengguna kendaraan tersebut, seakan tidak mampu mengatur dan menindak para pengendara yang melanggar aturan lalu lintas dijalan raya. Polretabes kota Bandung juga, menjadi salah satu lembaga kepolisian dan pemerintahan yang memiliki wewenang dalam memberikan ijin kepada seseorang untuk membawa kendaraan di jalan raya, yaitu dengan menerbitkan Surat Ijin Mengemudi (SIM) di Bandung. Melihat kejadian pelanggaran dan kecelakaan yang ada, sistem penerbitan dari SIM juga perlu dianalisis. Apakah sistem penerbitan SIM masih mampu menghasilkan pengendara-pengendara yang dapat memenuhi kriteria di undang-undang lalulintas.

Penulis akan mempelajari penyebab pelanggaran dan kecelakaan dengan meneliti latar belakang dari pengendara sampai dapat menggunakan sepeda motor di jalan raya beserta kebiasaan-kebiasaannya dengan meninjau prosedur dalam sistem penerbitan SIM yang digunakan saat ini oleh Polrestabes. Maka tugas akhir ini akan diberi judul: Analisis Prosedur Penerbitan Surat Izin Mengemudi Sepeda Motor (SIM-C) Sebagai Dokumen Bukti Kemampuan Mengemudi Ditinjau Dari Makro Ergonomi (Studi Kasus di Polrestabes Kota Bandung)


(20)

Bab 1 Pendahuluan 1-3

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang dihadapi pihak kepolisian dari para pengendara sepeda motor adalah sebagai berikut :

1. Banyak pelanggaran yang disebabkan kurangnya pemahaman pengendara sepeda motor akan rambu-rambu lalu lintas dan marka jalan.

2. Tidak tertibnya lalu lintas yang disebabkan kurangnya pemahaman pengendara sepeda motor tentang etika berkendara yang baik dan benar, berdasarkan pedoman berkendara dari kepolisian.

3. Pengajuan SIM C yang tidak sesuai prosedur yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan arti SIM C sebagai dokumen yang menyatakan seseorang layak mengendarai sepeda motor di jalan raya. 4. Banyak SIM C yang diterbitkan untuk pengendara sepeda motor yang

belum memiliki kemampuan dan keterampilan mengemudi yang baik, karena kepolisian sebagai lembaga resmi yang memiliki wewenang untuk menerbitkan SIM C belum menjalankan fungsinya secara maksimal.

1.3 Batasan dan Asumsi

Adapun batasan masalah sebagai berikut :

1. Objek penelitian diambil secara random dari warga sekitar kota bandung. 2. Objek penelitian pengguna sepeda motor ber usia 16 tahun ke atas. 3. Tahapan Macro-Ergonomic Analysis and Design (MEAD) disesuaikan

dengan penelitian yang dilakukan.

4. Penelitian difokuskan pada variansi atau kesalahan yang terjadi dan dapat berakibat buruk. Identifikasi variansi dari setiap prosedur atau tahapan pengajuan SIM C, dapat dilihat pada tahapan 4 Macro-Ergonomics

Analysis and Design (MEAD).

5. Resiko yang diamati pada penentuan identifikasi variansi ditahapan 4

MEAD, hanya 2 jenis yaitu: Significant dan High. Dimana significant

memiliki arti, dampak yang dihasilkan pada variansi memiliki resiko sangat tinggi, dan resiko High memiliki arti, dampak yang dihasilkan pada variansi memiliki resiko tinggi.


(21)

Bab 1 Pendahuluan 1-4

6. Pemilihan matriks variansi pada tahapan 5 MEAD yang akan dianalisis, diusulkan, dan diperbaiki. Ditentukan dari nilai jumlah hubungan

variansi yaitu sebesar ≥ 12 rata-rata total hubungan variansi. 7. Pemakaian data kuesioner disesuaikan dengan kebutuhan peneliti.

8. Penelitian dan penyebaran kuesioner hanya dilakukan pada jalan- jalan protokol kota bandung yaitu: jalan Soekarno-Hatta, Sudirman, Dr.Djundjunan-Surapati dan Setia Budi.

Adapun untuk asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Prosedur yang dilakukan Polrestabes Bandung sesuai dengan prosedur POLRI secara keseluruhan.

2. Petugas kepolisian dalam mengawas ujian melakukannya dengan profesional.

3. Pengendara yang paham akan rambu-rambu lalu lintas pada bagian kuesioner 3: Pemahaman rambu-rambu dan marka jalan, memiliki jumlah kesalahan minimal 5 buah kesalahan dalam menjawab rambu-rambu. 4. Semakin banyak hubungan antar variansi, semakin besar dampak yang

akan timbul dikemudian hari.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah dibahas dilatar belakang tersebut, terdapat beberapa permasalahan dalam hal cara penerbitan SIM C, rambu-rambu lalu lintas, dan etika berkendara, maka permasalahan yang akan dibahas:

1.Bagaimana pemahaman pengendara sepeda motor terhadap rambu lalu lintas dan marka jalan saat ini?

2.Bagaimana pemahaman pengendara sepeda motor terhadap cara berkendara yang benar sesuai dengan aturan mengemudi sepeda motor yang dikeluarkan pihak kepolisian?

3.Bagaimana kondisi aktual pemahaman pengendara tentang rambu-rambu dan etika berkendara jika dibandingkan dengan undang-undang lalu lintas?


(22)

Bab 1 Pendahuluan 1-5

4.Bagaimana proses pelayanan penerbitan SIM C di Polrestabes kota Bandung?

5.Apakah lembaga atau institusi kepolisian yang menerbitkan SIM C sudah menjalankan prosedurnya dengan ditinjau dari makro ergonomi?

6.Apa saja variansi yang sering muncul selama proses tahapan pengajuan SIM C di Polrestabes kota Bandung?

7.Bagaimana tingkat resiko dari matriks variansi dalam proses tahapan pengajuan SIM C?

8.Apa saja tahapan prosedur yang diperbaiki ditinjau dari tingkat resiko? 9.Dimana saja tahapan variansi muncul dikriteria kemampuan sistem kerja? 10.Bagaimana usulan perbaikan dari masing-masing kriteria kemampuan? 11.Bagaimana usulan pengembangan budaya yang baik dalam berlalu lintas?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan diatas, maka tujuan penelitian yang dikemukakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1.Menganalisis pemahaman pengendara sepeda motor terhadap rambu lalu lintas dan marka jalan.

2.Menganalisis hasil pemahaman pengendara sepeda motor tentang cara berkendara yang benar dengan aturan mengemudi sepeda motor yang dikeluarkan kepolisian.

3.Mengetahui perbandingan pemahaman pengendara sepeda motor terhadap rambu-rambu lalu lintas dan etika berkendara dengan membandingkan dengan prosedur yang sesuai dengan undang-undang.

4.Mengetahui dan menganalisis tahapan-tahapan yang ada dalam proses pelayanan penerbitan SIM C

5.Mengetahui dan menganalisis prosedur penerbitan SIM C secara resmi di Polrestabes kota Bandung dengan menggunakan metode Macro-Ergonomics

Analysis and Design (MEAD).

6.Mengetahui, menganalisis dan memberikan usulan terhadap variansi yang muncul selama proses tahapan pengajuan SIM C.


(23)

Bab 1 Pendahuluan 1-6

7.Menganalisis tingkat resiko dari matriks variansi dalam proses tahapan pengajuan SIM C.

8.Memperbaiki serta memberikan usulan pada tahapan-tahapan yang memiliki tingkat resiko.

9.Menganalisis serta mengusulkan perbaikan pada tahapan variansi yang muncul dalam kriteria sistem kerja.

10.Menganalisis serta memperbaiki kriteria kemampuan yang bermasalah dalam tahapan pengajuan SIM C.

11.Menganalisis serta memberikan usulan pengembangan budaya yang baik dalam berlalu lintas.

1.6 Sistematika Penelitian

Dalam bagian ini akan diuraikan secara garis besar mengenai permasalahan yang akan dibahas setiap bab. Adapun sistematika penulisan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis akan menguraikan tentang keseluruhan mengenai latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan asumsi, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan untuk pemecahan masalah, analisis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan lalu lintas dan marka jalan,cara mengemudi yang baik dan pemecahannya.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang langkah-langkah dalam pemecahan masalah yang di gambarkan dalam diagram alir yang akan


(24)

Bab 1 Pendahuluan 1-7

dilakukan dalam laporan tugas akhir ini. Dimana hal tersebut membantu penulis agar penyusunan lebih mudah dan teratur.

BAB 4 PENGUMPULAN DATA

Pada bab ini berisikan tentang gambaran umum mengenai dinas yang diamati, pengumpulan data-data yang diperoleh dari dinas dan kepolisian serta hasil data dari kuesioner.

BAB 5 PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

Pada bab ini berisikan tentang uraian pengolahan data berdasarkan metode Macroergonomic Analiysis And Design (MEAD) yang terdiri dari tahapan-tahapan serta analisis terhadap hasil pengolahan data yang didapatkan dari perhitungan dan pengumpulan data-data. Dalam bab ini juga akan memberikan menganalisis hasil-hasil yang didapat dari hasil tahapan-tahapan yang dilalui dan analisis berdasarkan hasil kuesioner.

BAB 6 PERANCANGAN DAN USULAN

Pada bab ini berisi uraian mengenai perancangan dan usulan dari pengolahan data dan analisis untuk membantu memberikan suatu prosedur yang lebih tepat dan lebih baik dari prosedur atau sistem yang sebelumnya. Sehingga mampu memberikan solusi bagi pihak Polrestabes Kota Bandung khususnya Satuan Lalu Lintas Kota Bandung.

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan berisi uraian tentang kesimpulan akhir yang didapatkan berdasarkan hasil analisis dan juga merupakan jawaban dari perumusan masalah. Saran berisi tentang usulan atau masukan dari penulis bagi dinas dalam hal ini pemahaman masyarakat akcara mengemudi dan perancangan alat bantu.


(25)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1Kesimpulan

Berikut ini ialah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan:

1. Pemahaman pengendara motor terhadap rambu lalu lintas dan marka jalan saat ini sangat buruk bahkan banyak yang kurang paham meskipun mereka menempuh jalur resmi. Hal ini didapat dilihat pada (gambar 5.9) dari analisis pemahaman pengendara akan rambu-rambu lalu lintas dihubungkan dengan cara mendapatkan SIM C dan status kepemilikan SIM C, serta pada pengolahan data dan analisis pemahaman rambu berdasarkan hasil kuesioner (gambar 5.1 sampai 5.4).

2. Pemahaman pengendara sepeda motor sangatlah kurang baik dan jauh dari harapan pihak kepolisian, dimana banyak pengendara yang tidak mengerti etika berkendara yang baik dan benar. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil analisis undang-undang pada (gambar 5.11 sampai pada gambar 5.33), dimana terdapat penjelasan akan kurangnya etika berkendara yang baik dan benar, lalu hasil yang aktual kuesioner dapat dilihat pada analisis bagian 5: kepedulian akan sesama pengguna jalan raya (gambar 4.76 sampai 4.100).

3. Hasil perbandingan kondisi aktual pengendara sepeda motor saat ini jika ditinjau dari kriteria kepolisian memiliki kecenderungan tidak memahami rambu-rambu lalu lintas, karena keragu-raguan dalam pemilihan kuesioner bagian 3, tidak memenuhi syarat jika dibandingkan dengan undang-undang no.22 tahun 2009. Hasil ini dapat dibuktikan pada analisis hasil pemahaman rambu-rambu lalu lintas dikorelasikan dengan bagain 1: latar belakang pengendara (gambar5.5 -gambar 5.7).

4. Proses prosedur aktual penerbitan SIM C, dimulai tanpa adanya pendidikan terlebih dahulu. Tahap pertama ialah pemohon menuju dokter,


(26)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-2

lalu tahap resgitrasi, setelah itu tahap ujian teori, tahap ujian simulator, dan terakhir tahap ujian praktek, lalu kembali ke tahap registrasi untuk mendapatkan SIM C. Sehingga kualitas pengendara sepeda motor sangat diragukan tanpa adanya pendidikan.

5. Polrestabes Sebagai organisasi yang menerbitkan SIM C belum maksimal dalam menjalankan prosedurnya ditinjau dari makro ergonomi, tahapan-tahapan yang ada di MEAD menunjukan:

 Tahap 1 :mengamati lingkungan dan subsistem organisasi, pada bagian ini diketahui bahwa banyak hal-hal yang diharapkan pihak kepolisian tentang pemahaman pengendara akan SIM C, tidak sesuai dengan persepsi masyarakat, sehingga perlu perbaikan.

 Tahap 2 : Tipe sistem produksi dan ekspektasi performansi, masih jauh dari yang diharapkan oleh masyarakat. Ditambah dengan tingginya kompleksitas, sentralisasi, dan formalisasi organisasi. Hal ini dapat dilihat dari wewenang dan birokrasi yang dihadapi oleh pihak kepolisian yang panjang.

Tahap 3: unit operasi dan proses kerja, dapat dilihat dari flowchart aliran prosedur pengajuan SIM C yang masih rumit dan kurang dipahami oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan variansi dari setiap tahapan yang dilalui calon pemohon SIM C.

6. Variansi yang sering terjadi pada saat prosedur pengajuan SIM C adalah, sering terjadinya perbedaan yang dijalankan oleh setiap tahapan yang dilalui pemohon SIM C, dengan prosedur asli yang ada di pihak kepolisian. Dimana variansi dari setiap tahapan dapat dilihat dari pengolahan data tahap 4 identifikasi variansi keseluruhan (tabel 5.12). sebagai contoh pemohon mengisi formulir pendaftaraan SIM C tidak sesuai dengan data diri asli (data yang dimasukkan beda dengan KTP),

7. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 19 variansi yang memiliki tingkat resiko Signifcant dan 5 variansi yang memiliki tingkat resiko High.


(27)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-3

memiliki resiko sangat tinggi, dan resiko High memiliki arti, dampak yang dihasilkan pada variansi memiliki resiko tinggi.

8. Tahapan yang diperbaiki sesuai prosedur pengajuan SIM C, didapati tahapan ujian teori, tahapan ujian simulator, tahapan ujian praktek, dan tahapan registrasi. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 6.1 pada bab 6 laporan penelitian ini.

9. Dari 5 prioritas yang ada pada kriteria kemampuan sistem kerja terdapat 3 prioritas variansi yang muncul dan harus diperbaiki atau diberi usulan. Berikut 3 prioritas tersebut: Up stream system, Transformation process, dan Down stream system.

10.Usulan yang dilakukan untuk masing-masing prioritas adalah:

Up stream system : peneliti memberikan usulan untuk pihak

kepolisian memberikan pendidikan pada calon pemohon SIM C. Pendidikan tersebut berupa pendidikan tentang rambu-rambu lalu lintas dan etika berkendara yang sesuai dengan pihak kepolisian.

Transformation Process: peneliti memberikan usulan kepada

Polrestabes berupa suatu poster berupa prosedur pengajuan SIM C, instruksi tahapan masing-masing ujian. Sehingga, pengunjung dapat memahami dengan jelas alur yang harus dikerjakan, meskipun pihak petugas kurang jelas dalam menjelaskan kepada calon pemehon.

Down stream system: peneliti memberikan usulan berupa,

pengawasan kepada pemilik SIM C yang sering melanggar aturan lalu lintas. Dimana peneliti mengusulkan untuk pihak kepolisian mengaplikasikan sistem pengasawan yang ada di Jepang, yaitu dengan cara memberikan lubang pada SIM C masing-masing pengguna kendaraan yang melanggar lalu lintas. Jika lubang sudah melebihi batas tertentu pengendara akan dikenakan pencabutan SIM C selama 6 bulan. Hal ini untuk memberikan efek jera kepada pengguna kendaraan bermotor.


(28)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-4

11.Pengembangan budaya dapat dilakukan sejak dini dengan membentuk suatu siklus, dimana dimulai dari masa taman kanak-kanak sampai pada tahap sekolah menengah atas.

7.2Saran

Berikut saran yang diberikan kepada pihak Polrestabes dan laporan tugas akhir ini:

• Polrestabes: disarankan kepada polrestabes untuk melakukan perbaikan, sesegera mungkin untuk menghindari bertambah buruknya budaya berlalu lintas dimasa yang akan datang. Dimana perlu perbaikan kualitas kepada pengendara saat ini, dalam rangka mengurangi rendahnya budaya berlalu lintas.

Saran untuk tugas akhir ini ialah, melanjutkan tahapan-tahapan

Macro-Ergonomic Analysis and Design (MEAD) yang saat ini tidak bisa

dilanjutkan, karena perlunya koordinasi dengan pihak kepolisian untuk melanjutkan tahapan-tahapan selanjutnya dengan metode MEAD.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

1. Freivalds, Andris. 2010. Introduction to Work Design.

http://www2.ie.psu.edu/freivalds/courses/ie327new/macro.ppt

2. Hendrick, H,W.,Kleiner, B.M 2002 . Macroergonomics: Theory, Methods,

and application, Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Publisher, New

jersey.

3. K.H.E. Kroemer, H.B.. Kroemer, K.E. Kroemer-Elbert, Ergonomics : How to Design for Ease and Efficiency Second Edition, Prentice Hall, 2001.

4. Kleiner, B.M., 2006. Macroergonomics: Analysis And Design of Work

System, Appl. Ergon 37,81-89.

5. Kramadibrata, Suseno, 2010. Manajemen Resiko dan Risk Assesment. Bahan kuliah keselamatan dan kesehatan kerja depatermen teknik pertambangan ITB.

6. Merna, Tony and Al-Thani, Faisal. 2008. Corporate Risk Management.John Wiley and Sons Ltd, West Sussex, England

http://books.google.co.id/books?id=B25V9RR4fngC&printsec=frontcover &hl=id#v=onepage&q&f=false

7. Nurmianto, Eko. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua, Guna Widya, Surabaya, 2008.

8. Sutalaksana, Iftikar Z. et al. 2006. Teknik perancangan sistem kerja. Penerbit ITB, Bandung.

9. Tim Dosen, Diktat Kuliah Ergomomi Makro, Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2002.

Sumber Internet :

1.

http://metro.kompasiana.com/2012/12/28/belajar-meminimalisir-kecelakaan-lalu-lintas-dari-bangsa-jepang-514600.html

2. http://www.dishub.go.id


(30)

4. http://news.detik.com/read/2013/04/10/110326/2216304/10/ternyata-uu-llaj-mengatur-pencabutan-sim-bagi-pelanggar-lalin?nd771104bcj


(1)

7.1Kesimpulan

Berikut ini ialah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan:

1. Pemahaman pengendara motor terhadap rambu lalu lintas dan marka jalan saat ini sangat buruk bahkan banyak yang kurang paham meskipun mereka menempuh jalur resmi. Hal ini didapat dilihat pada (gambar 5.9) dari analisis pemahaman pengendara akan rambu-rambu lalu lintas dihubungkan dengan cara mendapatkan SIM C dan status kepemilikan SIM C, serta pada pengolahan data dan analisis pemahaman rambu berdasarkan hasil kuesioner (gambar 5.1 sampai 5.4).

2. Pemahaman pengendara sepeda motor sangatlah kurang baik dan jauh dari harapan pihak kepolisian, dimana banyak pengendara yang tidak mengerti etika berkendara yang baik dan benar. Hal ini dibuktikan juga dengan hasil analisis undang-undang pada (gambar 5.11 sampai pada gambar 5.33), dimana terdapat penjelasan akan kurangnya etika berkendara yang baik dan benar, lalu hasil yang aktual kuesioner dapat dilihat pada analisis bagian 5: kepedulian akan sesama pengguna jalan raya (gambar 4.76 sampai 4.100).

3. Hasil perbandingan kondisi aktual pengendara sepeda motor saat ini jika ditinjau dari kriteria kepolisian memiliki kecenderungan tidak memahami rambu-rambu lalu lintas, karena keragu-raguan dalam pemilihan kuesioner bagian 3, tidak memenuhi syarat jika dibandingkan dengan undang-undang no.22 tahun 2009. Hasil ini dapat dibuktikan pada analisis hasil pemahaman rambu-rambu lalu lintas dikorelasikan dengan bagain 1: latar belakang pengendara (gambar5.5 -gambar 5.7).

4. Proses prosedur aktual penerbitan SIM C, dimulai tanpa adanya pendidikan terlebih dahulu. Tahap pertama ialah pemohon menuju dokter,


(2)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-2

Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha lalu tahap resgitrasi, setelah itu tahap ujian teori, tahap ujian simulator, dan terakhir tahap ujian praktek, lalu kembali ke tahap registrasi untuk mendapatkan SIM C. Sehingga kualitas pengendara sepeda motor sangat diragukan tanpa adanya pendidikan.

5. Polrestabes Sebagai organisasi yang menerbitkan SIM C belum maksimal dalam menjalankan prosedurnya ditinjau dari makro ergonomi, tahapan-tahapan yang ada di MEAD menunjukan:

 Tahap 1 :mengamati lingkungan dan subsistem organisasi, pada bagian ini diketahui bahwa banyak hal-hal yang diharapkan pihak kepolisian tentang pemahaman pengendara akan SIM C, tidak sesuai dengan persepsi masyarakat, sehingga perlu perbaikan.  Tahap 2 : Tipe sistem produksi dan ekspektasi performansi, masih

jauh dari yang diharapkan oleh masyarakat. Ditambah dengan tingginya kompleksitas, sentralisasi, dan formalisasi organisasi. Hal ini dapat dilihat dari wewenang dan birokrasi yang dihadapi oleh pihak kepolisian yang panjang.

Tahap 3: unit operasi dan proses kerja, dapat dilihat dari flowchart aliran prosedur pengajuan SIM C yang masih rumit dan kurang dipahami oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan variansi dari setiap tahapan yang dilalui calon pemohon SIM C.

6. Variansi yang sering terjadi pada saat prosedur pengajuan SIM C adalah, sering terjadinya perbedaan yang dijalankan oleh setiap tahapan yang dilalui pemohon SIM C, dengan prosedur asli yang ada di pihak kepolisian. Dimana variansi dari setiap tahapan dapat dilihat dari pengolahan data tahap 4 identifikasi variansi keseluruhan (tabel 5.12). sebagai contoh pemohon mengisi formulir pendaftaraan SIM C tidak sesuai dengan data diri asli (data yang dimasukkan beda dengan KTP), 7. Dari hasil penelitian diketahui bahwa terdapat 19 variansi yang memiliki

tingkat resiko Signifcant dan 5 variansi yang memiliki tingkat resiko High. Dimana significant memiliki arti, dampak yang dihasilkan pada variansi


(3)

memiliki resiko sangat tinggi, dan resiko High memiliki arti, dampak yang dihasilkan pada variansi memiliki resiko tinggi.

8. Tahapan yang diperbaiki sesuai prosedur pengajuan SIM C, didapati tahapan ujian teori, tahapan ujian simulator, tahapan ujian praktek, dan tahapan registrasi. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 6.1 pada bab 6 laporan penelitian ini.

9. Dari 5 prioritas yang ada pada kriteria kemampuan sistem kerja terdapat 3 prioritas variansi yang muncul dan harus diperbaiki atau diberi usulan. Berikut 3 prioritas tersebut: Up stream system, Transformation process, dan Down stream system.

10.Usulan yang dilakukan untuk masing-masing prioritas adalah:

Up stream system : peneliti memberikan usulan untuk pihak

kepolisian memberikan pendidikan pada calon pemohon SIM C. Pendidikan tersebut berupa pendidikan tentang rambu-rambu lalu lintas dan etika berkendara yang sesuai dengan pihak kepolisian.

Transformation Process: peneliti memberikan usulan kepada

Polrestabes berupa suatu poster berupa prosedur pengajuan SIM C, instruksi tahapan masing-masing ujian. Sehingga, pengunjung dapat memahami dengan jelas alur yang harus dikerjakan, meskipun pihak petugas kurang jelas dalam menjelaskan kepada calon pemehon.

Down stream system: peneliti memberikan usulan berupa,

pengawasan kepada pemilik SIM C yang sering melanggar aturan lalu lintas. Dimana peneliti mengusulkan untuk pihak kepolisian mengaplikasikan sistem pengasawan yang ada di Jepang, yaitu dengan cara memberikan lubang pada SIM C masing-masing pengguna kendaraan yang melanggar lalu lintas. Jika lubang sudah melebihi batas tertentu pengendara akan dikenakan pencabutan SIM C selama 6 bulan. Hal ini untuk memberikan efek jera kepada pengguna kendaraan bermotor.


(4)

Bab 7 Kesimpulan dan Saran 7-4

Tugas Akhir Universitas Kristen Maranatha 11.Pengembangan budaya dapat dilakukan sejak dini dengan membentuk

suatu siklus, dimana dimulai dari masa taman kanak-kanak sampai pada tahap sekolah menengah atas.

7.2Saran

Berikut saran yang diberikan kepada pihak Polrestabes dan laporan tugas akhir ini:

• Polrestabes: disarankan kepada polrestabes untuk melakukan perbaikan, sesegera mungkin untuk menghindari bertambah buruknya budaya berlalu lintas dimasa yang akan datang. Dimana perlu perbaikan kualitas kepada pengendara saat ini, dalam rangka mengurangi rendahnya budaya berlalu lintas.

Saran untuk tugas akhir ini ialah, melanjutkan tahapan-tahapan Macro-Ergonomic Analysis and Design (MEAD) yang saat ini tidak bisa dilanjutkan, karena perlunya koordinasi dengan pihak kepolisian untuk melanjutkan tahapan-tahapan selanjutnya dengan metode MEAD.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Freivalds, Andris. 2010. Introduction to Work Design.

http://www2.ie.psu.edu/freivalds/courses/ie327new/macro.ppt

2. Hendrick, H,W.,Kleiner, B.M 2002 . Macroergonomics: Theory, Methods, and application, Lawrence Erlbaum Associates, Inc. Publisher, New jersey.

3. K.H.E. Kroemer, H.B.. Kroemer, K.E. Kroemer-Elbert, Ergonomics :

How to Design for Ease and Efficiency Second Edition, Prentice Hall, 2001.

4. Kleiner, B.M., 2006. Macroergonomics: Analysis And Design of Work System, Appl. Ergon 37,81-89.

5. Kramadibrata, Suseno, 2010. Manajemen Resiko dan Risk Assesment. Bahan kuliah keselamatan dan kesehatan kerja depatermen teknik pertambangan ITB.

6. Merna, Tony and Al-Thani, Faisal. 2008. Corporate Risk Management.John Wiley and Sons Ltd, West Sussex, England

http://books.google.co.id/books?id=B25V9RR4fngC&printsec=frontcover &hl=id#v=onepage&q&f=false

7. Nurmianto, Eko. Ergonomi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Edisi Kedua, Guna Widya, Surabaya, 2008.

8. Sutalaksana, Iftikar Z. et al. 2006. Teknik perancangan sistem kerja. Penerbit ITB, Bandung.

9. Tim Dosen, Diktat Kuliah Ergomomi Makro, Jurusan Teknik Industri, Universitas Kristen Maranatha, Bandung, 2002.

Sumber Internet :

1.

http://metro.kompasiana.com/2012/12/28/belajar-meminimalisir-kecelakaan-lalu-lintas-dari-bangsa-jepang-514600.html 2. http://www.dishub.go.id


(6)

Universitas Kristen Maranatha 4.