Hubungan Antara Pola Attachment dengan Ibu dan Pola Attachment dengan Mantan Pasangan pada Perempuan Bercerai di Kabupaten Cianjur.

(1)

vii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan pola attachment ibu dan pola attachment mantan pasangan pada perempuan bercerai di Kabupaten Cianjur. Penelitian ini dilakukan kepada 50 orang.

Rancangan penelitian ini menggunakan metode korelasi dan kuantitatif. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang dimodifikasi dari Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R) dari Fraley, Waller, & Brennan (2000). Pada alat ukur ECR-R terhadap Ibu didapatkan 31 item yang valid dengan kisaran 0,303-0,845, sementara pada ECR-R terhadap pasangan terdapat 30 item yang valid dengan kisaran 0,300-0,721. Reliabilitas ECR-R terhadap ibu dimensi avoidance 0.860 dan dimensi anxiety 0,873, reliabilitas ECR-R terhadap pasangan dimensi avoidance sebesar 0,772 dan dimensi anxiety sebesar 0,806. Teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling.

Hasil penelitian, diketahui tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan koefisien korelasi pearson 0,178 dan nilai signifikansi 0,235. Hal ini menunjukan bahwa jika pola attachment dengan ibu secure belum tentu pola attachment dengan mantan pasangan juga secure, dan begitu pula sebaliknya. Faktor-faktor yang memengaruhi attachment adalah trait kepribadian seperti trait aggreableness, trait neuroticism, conscientiousness.

Saran bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hubungan mengenai pola attachment dengan ibu dan pola attachment dengan mantan pasangan pada perempuan bercerai adalah kontribusi faktor kepribadian seperti trait aggreableness, trait neuroticism, conscientiousness dengan pola attachment.


(2)

viii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

The purpose of this study is to see the relationship between maternal attachment pattern and attachment pattern of ex-spouses in divorced women in Cianjur regency. This research was conducted to 50 people.

The design of this study using correlation and quantitative methods. The measuring instrument used is a modified measuring tool from Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R) from Fraley, Waller, & Brennan (2000). In the ECR-R measuring instrument to the mother, there were 31 valid items with range 0,303-0,845, while at ECR-R to pair there were 30 valid items with range 0,300-0,721. The reliability of ECR-R on the matrix dimension avoidance 0.860 and the anxiety dimension of 0.873, the reliability of ECR-R against the avoidance dimension pair of 0.772 and the anxiety dimension of 0.806. The sampling technique used in this research is accidental sampling.

The result of the research, there is no significant correlation with Pearson correlation coefficient 0,178 and significance value 0,235. This indicates that if the attachment pattern with the secure mother is not necessarily the attachment pattern with the former partner is also secure, and vice versa. Factors that affect attachment are personality traits such as trait aggreableness, trait neuroticism, conscientiousness.

Suggestions for later researchers who want to examine the relationship of attachment patterns with mothers and attachment patterns with ex-spouses in divorced women are contributing personality factors such as trait aggreableness, trait neuroticism, conscientiousness with attachment patterns.


(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR ORISINALITAS ... iii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... iv

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 8

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 8

1.3.1. Maksud Penelitian ... 8

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Kegunaan Penelitian ... 9


(4)

x

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 9

1.5. Kerangka Pikir ... 10

1.6. Asumsi ... 14

1.7. Hipotesis ... 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Attachment ... 16

2.1.1. Definisi Attachment ... 16

2.1.2. Attachment pada anak-anak ... 17

2.1.2.1. Proses attachment pada anak-anak ... 17

2.1.2.2. Tahap pembentukan Attachment ... 18

2.1.3. Attachment pada masa dewasa ... 19

2.1.3.1. Pengertian Adult Attachment... 19

2.1.3.2. Dimensi Attachment ... 20

2.1.3.3. Pola-pola Attachment masa dewasa ... 20

2.1.3.4. Faktor yang memengaruhi Adult Attachment ... 22

2.1.3.5. Stabilitas and Kontinuitas Attachment ... 24

2.2. Pernikahan ... 25

2.2.1. Definisi Pernikahan ... 25

2.3.Perceraian ... 26

2.3.1. Definisi Perceraian ... 26

2.3.2. Penyebab Perceraian ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 27


(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

3.2. Kerangkan Rancangan Penelitian ... 28

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 28

3.3.1. Variabel Penelitian ... 28

3.3.2. Definisi Operasional ... 28

3.4. Alat Ukur ... 30

3.4.1. Jenis Alat Ukur ... 30

3.4.2. Cara Skoring ... 32

3.4.3. Data pribadi dan Data Penunjang ... 33

3.4.4. Validitas ... 33

3.4.5. Reliabilitas ... 34

3.5. Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel Penelitian ... 35

3.5.1. Populasi Sasaran ... 35

3.5.2. Karakteristik Sampel ... 35

3.5.3. Teknik Penarikan Sampel ... 35

3.6. Teknik Analisis Data... 36

3.7. Hipotesis Statistika... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Hasil Penelitian ... 37

4.1.1. Berdasarkan Usia ... 37

4.1.2. Lama Pernikahan ... 37

4.1.3. Pendidikan terakhir... 38

4.2. Hasil Penelitian ... 38 4.2.1. Korelasi pola attachment ibu dan pola attachment mantan pasangan 38


(6)

xii

Universitas Kristen Maranatha

4.2.2. Tabulasi Silang antara Kepribadian dengan Pola Attachment dengan Mantan

Pasangan ... 39

4.3. Pembahasan... 40

BAB V KESIMPULAN & SARAN 5.1. Simpulan ... 50

5.2. Saran ... 51

5.2.1. Saran Teoritis ... 51

5.2.2. Saran Praktis ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

DAFTAR RUJUKAN ... 55 LAMPIRAN ...


(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Distribusi item tiap dimensi Adult attachment ... 31 Tabel 3.3 Kriteria Validitas ... 34 Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas ... 35


(8)

xiv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ... 14 Bagan 3.1 Bagan Rancangan Penelitian ... 28


(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Kesediaan dan Kuesioner ... L-1 Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas... L-13 Lampiran 3 Identitas Subjek ... L-18 Lampiran 4 Skor Dimensi Attachment ... L-21 Lampiran 5 Distribusi Frekuensi Data Demografis ... L-23 Lampiran 6 Hasil Olah Data ... L-24 Lampiran 7 Tabulasi Silang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... L-26 Lampiran 8 Tabulasi Silang Faktor Demografis dengan Pola Attachment ... L-30


(10)

1

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui pengalaman bayi dengan pengasuh di tahun awal kehidupannya. Perkembangan attachment anak sangat dipengaruhi oleh kepekaan ibu dalam memberikan respon yang diberikan pada anak, sesegera mungkin atau menunda, respon yang diberikan tepat atau tidak. Attachment adalah suatu hubungan emosional atau yang bersifat afektif antara satu individu dengan yang lainnya yang mempunyai arti khusus (Ainsworth dalam Belsky (1988). Hubungan yang dibina akan bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupun figur attachment tidak hadir dalam pandangan anak. Attachment itu sendiri bukan ikatan yang terjadi secara alamiah namun ada serangkaian proses yang harus dilalui untuk membentuk attachment (Sutcliffe,2002).

Pembentukan attachment pada masa kecil memiliki hubungan dengan kemampuan anak dalam menjalin hubungan attachment pada masa dewasa. Anak yang mengalami attachment yang aman (secure attachment) lebih memiliki kepribadian yang berkembang baik dalam hal-hal yang positif, mandiri, empati, dan kemampuan dalam situasi sosial. Dengan demikian, sangatlah penting bagi anak untuk memiliki attachment yang secure. Sebaliknya anak-anak yang kurang terpenuhi attachment-nya akan cenderung pasif, lebih membutuhkan waktu yang dalam dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan atau kelompok, dan kurang nyaman dalam interaksi sosial (Matas, dalam Hetherington & Parke, 1999).


(11)

2

Universitas Kristen Maranatha Pada remaja, konsep attachment dapat dilihat dari interaksi remaja dengan teman sebayanya, misalnya bagaimana remaja membangun dan mempertahankan suatu hubungan. Dalam suatu hubungan, sebagian individu akan merasakan kenyamanan, dan sebagian lagi merasakan ketidaknyamanan. Masa dewasa awal, penting bagi seseorang untuk menjalin hubungan intim. Pola attachment yang digunakan oleh orangtua akan terinternalisasi pada anak hingga dewasa. Teori attachment dari Bowlby (Reeve,2001) menyatakan bahwa ikatan afeksi yang terjalin antara balita dengan orangtua, yang negatif maupun positif, akan terbawa hingga dewasa dan cenderung menetap berpengaruh pada hubungan dengan pasangan. Menurut Erikson (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008) Individu berusaha memperoleh intimasi yang dapat diwujudkan melalui komitmen terhadap suatu hubungan dengan orang lain, baik dalam hubungan pacaran atau menikah.

Pernikahan itu sendiri adalah sebuah perjanjian ikatan yang biasanya dilandasi oleh cinta. Awal usia pernikahan, umumnya pasangan suami-istri itu mengalami masa yang indah dalam hubungan pernikahan. Pernikahan itu sendiri menyatukan dua individu yang berbeda, baik perbedaan dari segi karakter maupun latar belakang hidupnya. Seiring berjalannya usia pernikahan, masing-masing akan semakin mengenal siapa sebenarnya pasangannya dan melihat perbedaan diantara mereka. Perbedaan dalam pernikahan tersebut bisa menjadi penguat ikatan hubungan, atau justru sebaliknya, menjadi suatu penyebab munculnya pertikaian dalam hubungan pernikahan. Pertikaian yang berkepanjangan dalam hubungan pernikahan kecenderungan akan berujung kepada sebuah perceraian.

Perceraian merupakan suatu peristiwa perpisahan resmi antara pasangan suami-istri dan mereka berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri baik suka maupun tidak suka, akibat perbedaan-perbedaan prinsip yang tidak dapat dipersatukan lagi melalui berbagai cara dalam kehidupan keluarga. Masing-masing dari suami-istri


(12)

3

Universitas Kristen Maranatha mempertahankan pendirian, keinginan dan kehendak diri sendiri, tanpa berupaya untuk mengalah demi tercapainya keutuhan hubungan pernikahan. Ketidakmauan dan ketidakmampuan untuk mengakui kekurangan diri sendiri atau orang lain, menyebabkan masalah yang sepele akan menjadi besar, sehingga berakhir dengan perceraian. Perceraian dianggap menjadi jalan terbaik bagi pasangan tertentu yang tidak mampu menghadapi masalah konflik dalam pernikahan.

Menurut para ahli, seperti Nakamura (1989), Turner & Helms (1995), Sudarto & Wirawan (2001) terdapat faktor yang menyebabkan suatu pasangan akhirnya memutuskan untuk bercerai. Beberapa faktor penyebab perceraian seperti kekerasan verbal, masalah atau kekerasan dalam rumah tangga, perselingkuhan yang akhirnya membuat pasangan ingin melakukan perceraian. Kekerasan verbal merupakan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang pasangan terhadap pasangan lainnya, dengan menggunakan kata-kata, ungkapan kalimat yang kasar, tidak menghargai, mengejek, mencaci-maki, menghina, menyakiti perasaan dan merendahkan harkat-martabat. Akibat mendengarkan dan menghadapi perilaku pasangan hidup yang demikian, membuat seseorang merasa terhina, kecewa, terluka batinnya dan tidak betah untuk hidup berdampingan dalam pernikahan. (Nakamura (1989), Turner & Helms (1995), Sudarto & Wirawan (2001)).

Perselingkuhan merupakan sebuah perzinaan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang bukan menjadi pasangan hidup yang sah, perselingkuhan sebagai aktivitas hubungan sexual di luar perkawinan atau disebut dengan extra-marital sexual relationship (Soewondo, 2001) dan mungkin semula tidak diketahui oleh pasangan hidupnya, akan tetapi lama kelamaan diketahui secara pasti (Satiadarma, 2001). Oleh sebab itu, seseorang akan merasa sangat kecewa, sakit hati, sedih, stress dan depresi setelah mengetahui bahwa pasangan hidupnya melakukan parselingkuhan, sebab dirinya telah dikhianati secara diam-diam. Akibat


(13)

4

Universitas Kristen Maranatha semua itu, kemungkinan seseorang memilih untuk bercerai dari pasangan hidupnya (Sudarto & Wirawan, 2001).

Selain sebab diatas, ada juga faktor yang paling sering menyebabkan sebuah perceraian seperti kegagalan suami-istri dalam menjalankan kewajibannya, keikutcampuran pihak ketiga, masalah seksual, masalah karir, perbedaan budaya, kurangnya komitmen pada perkawinan, komunikasi yang buruk, perubahan prioritas yang dramatis, ketidaksetiaan, kegagalan harapan, kekerasan fisik, serta lemahnya kemampuan penyelesaian konflik (www.divorce.org, 2006). Menurut Spanier & Thompson (1984) perceraian merupakan reaksi terhadap hubungan dalam pernikahan yang tidak berjalan dengan baik, dan bukan merupakan ketidaksetujuan terhadap lembaga perkawinan.

Sebanyak 745 perempuan di Kabupaten Cianjur harus menjanda akibat perceraian selama enam bulan terakhir. Bahkan, setahun sebelumnya jumlah perempuan yang bestatus single parent itu terbilang fantastis, yakni mencapai 3.131 orang. Data tersebut berdasarkan putusan yang dikeluarkan Pengadilan Agama (PA) Kabupaten Cianjur, sepanjang rentang waktu itu. Kasus perceraiannya pun lebih didominasi gugat cerai. Berbeda dengan angka pernikahan, yang justru semakin menurun. Bahkan, KUA Kecamatan Cianjur mencatat, pernikahan di Cianjur berkurang hingga 25% dari tahun sebelumnya.

Angka pernikahan sekitar 1.689 pasangan, sedangkan tahun ini baru ada 1.148 pasangan. Dari sejumlah kasus perceraian yang ada di Cianjur, sebanyak 80% merupakan istri yang menggugat suami. Salah satu alasannya karena ketidakharmonisan dalam rumah tangga. Sementara itu, Ketua KUA Cianjur Hamdan mengatakan, jika di PA Cianjur angka perceraian meningkat, di lingkungan KUA Cianjur angka pernikahan malah mengalami penurunan. Pada 2016 setidaknya 1.148 pasangan menikah. (http://koran-sindo.com/page/news/2016-08-03/5/90/745_Perempuan_Cianjur_Menjanda)


(14)

5

Universitas Kristen Maranatha Banyaknya kasus perceraian yang terjadi merupakan peristiwa yang mengkhawatirkan. Individu begitu cepat mengambil keputusan untuk bercerai ketika kehidupan pernikahan dalam masalah, hal ini terbukti karena pasangan suami-istri yang baru menikah sekitar 3-5 tahun sudah memutuskan untuk bercerai. Cinta yang awalnya menjadi landasan penyatuan dua individu dalam suatu pernikahan sepertinya tidak lagi berfungsi untuk tetap mempertahankan pernikahan. Suatu pernikahan idealnya memiliki hubungan yang intim satu sama lain, dalam istilah psikologi disebut dengan attachment. Attachment suami-istri tidak terbentuk begitu saja, namun harus dibentuk oleh kedua belah pihak.

Menurut Ainsworth (1978) Interaksi antara anak dengan significant others pada masa kanak-kanak akan membentuk pola attachment. Penelitian yang dilakukan oleh Bowlby (1979) mengatakan bahwa figur ibu memiliki ikatan emosional yang lebih kuat dengan anak. Sangat penting untuk anak merasa dikasihi dan dicintai oleh orangtua sejak kecil karena pola attachment seorang anak sejak kecil dengan orangtuanya akan memberikan gambaran kepada anak akan arti sebuah hubungan. Hubungan yang dibina sejak kecil dengan orangtuanya akan memberikan pengaruh bagi anak dalam membangun hubungan dengan pasangannya di masa dewasa. (Hazan & Shaver, 1987)

Sesuai dengan hasil penelitian (Hazan & Shaver, 1987) yang menyatakan interaksi dalam hubungan percintaan orang dewasa mirip dengan interaksi antara anak dengan figur attachment (Pietromonaco and Barret, 2000). Attachment merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat (attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut. Bowlby (1973) menyatakan pola attachment individu dewasa dapat tetap stabil selama periode waktu yang cukup lama. Berdasarkan hasil survey pada perempuan bercerai di Kabupaten Cianjur ia tidak merasa nyaman untuk dekat dengan ibu, karena sering berbeda pendapat dengan ibu, ia sering salah paham dengan perkataan-perkataan ibu. Sedangkan dengan


(15)

6

Universitas Kristen Maranatha pasangannya sebelum bercerai, ia tidak nyaman untuk dekat dengan pasangannya sebelum bercerai, ia jarang bahkan hampir tidak pernah bercerita secara mendalam dengan pasangannya sebelum bercerai, ia juga merasa ingin mengakhiri pernikahan karena ia tidak cinta dengan pasangannya dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa ia merasa insecure dengan ibu dan pasangannya sebelum bercerai.

Terdapat juga yang merasa secure dengan ibu dan juga pasangan sebelum bercerai, ia merasa nyaman dengan ibu dan pasangannya sebelum bercerai karena mereka adalah orang terdekat didalam hidupnya, ia sering menceritakan semua hal dengan ibu dan pasangannya sebelum bercerai, ia juga merasa bergantung dengan ibu dan pasangannya sebelum bercerai, dan ia juga merasa mudah memberikan kasih sayang kepada ibu dan pasangannya sebelum bercerai. Meskipun ia merasa kecewa dengan pasangannya karena pasangannya selingkuh, ia tetap merasa nyaman dengan pasangannya sebelum bercerai.

Terdapat juga perempuan bercerai yang merasa bahwa dirinya nyaman dengan ibu dan pasangannya sebelum bercerai, ia merasa bahwa suami adalah orang yang terkadang baik, namun terkadang suami melakukan kekerasan kemudian suami meminta maaf, namun dengan sikap suami yang seperti itu ia tetap merasa nyaman. Ia juga merasa nyaman dengan ibunya karena ibu adalah orang yang selalu ada, dan ia juga selalu mendapatkan support. Ia sering menceritakan semua hal dengan ibu dan pasangannya sebelum bercerai, ia juga merasa bergantung dengan ibu dan pasangannya sebelum bercerai, dan ia juga merasa mudah memberikan kasih sayang kepada ibu dan pasangannya sebelum bercerai.

Selain Bowlby, Baldwin dan Fehr (1995) menyatakan bahwa kurang lebih 30% dari pengalaman individu dewasa secara statistik mengubah pola Attachment secara signifikan. Pengalaman individu akan berbeda-beda, sehingga attachment dari masa kecil dapat berpotensi berubah. Berdasarkan wawancara pada perempuan bercerai, ia merasa nyaman dan bergantung


(16)

7

Universitas Kristen Maranatha dengan ibu, dan juga merasa bahwa dirinya mudah untuk berbagi kasih sayang terhadap ibu. Akan tetapi, dengan kehidupan pernikahan yang sering bertengkar, Ia sering mendapatkan pukulan, merasa suami dahulu egois dan mudah emosi. Ia merasa menjadi tidak nyaman, dan juga merasa tidak bergantung, cenderung menghindar, dan ia juga merasa kurang mudah untuk berbagi kasih sayang terhadap pasangannya sebelum bercerai. Terdapat juga ia merasa nyaman untuk dekat dengan ibu, merasa bergantung dengan ibu namun kehidupan pernikahan yang banyak konflik membuat ia merasa tidak nyaman berada dekat dengan pasangannya sebelum bercerai, ia merasa bahwa pernikahannya terlalu banyak konflik dari awal hingga pernikahan umur 35 tahun dan tidak terselesaikan, pernikahan yang tidak dilandasi oleh cinta karena berasal paksaan orangtua. Ia menjadi tidak nyaman, tidak bergantung dengan pasangannya, ia tidak pernah berbagi cerita dengan pasangannya sebelum bercerai.

Individu dengan tipe secure dapat berubah menjadi insecure melalui pengalaman penolakan, kritik, ejekan, ikatan attachment yang rusak, dan perpisahan atau kehilangan figur attachment. Individu dengan tipe insecure bisa berubah menjadi secure dengan formasi attachment yang secure dan stabil dengan pasangan, interaksi interpersonal yang positif, pernikahan yang baik, psikoterapi yang sukses, menjadi orangtua, dan bertemu dengan pasangan yang suportif, sensitif dan hadir dalam hidup. (Baldwin dan Fehr, 1995)

Pernikahan dengan memiliki banyak konflik berujung pada perceraian. Berdasarkan fenomena yang ada, sebelum perceraian terjadi biasanya didahului dengan banyaknya konflik dan pertengkaran. Pasangan suami-istri setiap hari mengalami pertengkaran hebat, suami-istri mengalami ketidakcocokan, adanya kekerasan di dalam rumah tangga, hadirnya orang ketiga atau biasa disebut dengan perselingkuhan. kecenderungan salah satu dari pasangan akan merasa insecure saat terjadinya hal-hal tersebut. Apalagi bila terjadi suatu perceraian, perceraian yang terjadi di duga dapat mengubah pola attachment.


(17)

8

Universitas Kristen Maranatha Berdasarkan dari hasil survey pada delapan perempuan yang sudah bercerai di Kabupaten Cianjur, didapatkan hasil sebagai berikut. Sebanyak tiga orang (37,5%) merasa bahwa dirinya nyaman dengan ibunya, akan tetapi merasa tidak nyaman dengan pasangannya. Sebanyak satu orang (12,5%), merasa tidak nyaman dengan ibu dan pasangannya sebelum bercerai. Sebanyak 4 orang (50%) merasa bahwa dirinya nyaman dengan ibu dan pasangannya sebelum bercerai. Jadi dari hasil survey didapatkan hasil bahwa, perempuan yang sudah bercerai menunjukkan variasi jawaban. Ada responden yang merasa tidak nyaman dengan ibu tetapi nyaman dengan pasangannya sebelum bercerai, ada yang merasa tidak nyaman dengan pasangannya sebelum bercerai namun merasa tidak nyaman dengan ibu. Terdapat juga yang merasa nyaman dengan ibu namun merasa tidak nyaman dengan pasangannya sebelum bercerai. Hasil yang paling banyak adalah mereka merasa nyaman dengan ibu dan pasangannya sebelum bercerai. Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara pola attachment terhadap ibu dan terhadap mantan pasangannya pada perempuan yang bercerai.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, peneliti ingin mengetahui hubungan antara pola attachment ibu dengan pola attachment mantan pasangan pada perempuan bercerai di Kabupaten Cianjur.

1.3Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola attachment terhadap ibu dan pola attachment mantan pasangan pada perempuan bercerai di Kabupaten Cianjur.


(18)

9

Universitas Kristen Maranatha

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai hubungan pola attachment terhadap ibu dan mantan pasangan dan pada perempuan yang bercerai di Kabupaten Cianjur.

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

1. Memberikan informasi antara pola attachment terhadap ibu dan pola attachment terhadap mantan pasangan pada perempuan yang bercerai ke dalam bidang ilmu psikologi perkembangan dan keluarga.

2. Memberikan masukan bagi peneliti lain yang berminat melakukan penelitian lanjutan pola attachment terhadap ibu dan mantan pasangan pada perempuan yang bercerai.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberi informasi kepada perempuan yang bercerai mengenai perbedaan pola attachment. Informasi tersebut diharapkan mereka mampu mempertahankan attachment ke arah secure.

2. Memberi informasi kepada orangtua bahwa attachment pada masa kanak – kanak berhubungan dengan hubungan anak terhadap pasangannya. Informasi tersebut diharapkan para orangtua mampu mengasuh anak dengan pola asuh yang baik dan benar agar anak – anak tersebut memiliki secure attachment.

3. Memberi informasi kepada konsultan pernikahan bahwa attachment pada masa dewasa berhubungan dengan hubungan anak dengan orangtua.


(19)

10

Universitas Kristen Maranatha

1.5 Kerangka Pemikiran

Anak yang tumbuh dalam di dalam lingkungan keluarga tidak lepas dari keterikatan dan kedekatannya dengan orangtua. Saat anak tumbuh menjadi dewasa, anak akan menjalin hubungan dengan orang lain. Menurut Erikson (dalam Papalia, Old, & Feldman, 2008) pada masa dewasa individu berusaha memperoleh intimasi yang dapat diwujudkan melalui komitmen terhadap suatu hubungan dengan orang lain, baik dalam hubungan pacaran atau menikah. Duvall dan Miller (1985), mengatakan bahwa pernikahan adalah hubungan yang diketahui secara sosial dan monogamous, yaitu hubungan berpasangan antara satu perempuan dan satu laki-laki, dapat disimpulkan sebagai suatu kesatuan hubungan suami-istri dengan harapan bahwa mereka akan menerima tanggung jawab dan memainkan peran sebagai pasangan yang telah menikah, dimana didalamnya terdapat hubungan seksual, keinginan mempunyai anak dan menetapkan pembagian tugas antara suami-istri.

Seseorang yang sudah menikah akan mengalami berbagai macam perubahan. Perubahan yang paling signifikan yang dialami seseorang yang sudah menikah adalah perubahan peran. Perempuan yang sudah menikah, akan mengalami perubahan peran menjadi seorang istri, sedangkan laki-laki yang sudah menikah akan mengalami perubahan peran menjadi seorang suami. Di dalam pernikahan idealnya sepasang suami-istri saling mempertahankan hubungan pernikahan, dengan cara menjalankan perannya masing-masing dengan baik. Akan tetapi, bukan hanya peran saja, melainkan harus ada ikatan emosional yang mendalam. Ikatan emosional tersebut disebut dengan attachment.

Attachment tersebut juga tidak lepas dengan hubungannya dengan ibu ketika masa anak-anak. Bowlby (dalam Santrock, 2002) menyatakan attachment adalah suatu relasi dengan figur sosial dengan fenomena tertentu yang dianggap mencerminkan relasi yang unik. Attachment akan bertahan dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan Attachment anak pada


(20)

11

Universitas Kristen Maranatha ibu atau figur lain. Hazan dan Shaver (1987) membagi pola attachment pada individu dewasa berdasarkan teori Ainsworth (1978) menjadi dua kategori, yaitu pola secure attachment dan pola insecure attachment.

Menurut Shaver & Mikulincer (2007) Attachment memiliki 2 dimensi, yaitu Avoidance dan Anxiety. Dimensi Avoidance adalah Individu merasa tidak nyaman dengan kedekatan dan ketergantungan dengan orang lain, individu menjaga jarak emosional dengan orang lain. Sedangkan dimensi Anxiety adalah Individu memiliki keinginan yang kuat untuk dekat dengan orang lain, dan juga menginginkan proteksi dari orang lain, kemudian merasa khawatir mengenai keberadaan orang lain dan merasa takut untuk di nilai oleh orang lain.

Pola secure attachment terbentuk jika dimensi avoidance dan anxiety menunjukkan skor yang rendah. Perempuan bercerai yang memiliki secure attachment mampu menjalin hubungan yang menyenangkan dengan ibu, merasa percaya diri, ibu sebagai sumber dukungan serta memandang ibu sebagai figur yang hangat dan penuh kasih sayang merasa nyaman saat bersama ibunya. Perempuan bercerai juga merasa secure ketika ibu selalu peka dan sensitif terhadap kebutuhan anak, baik ketika keadaan sibuk atau tidak sibuk, menikmati keterikatan dengan anak secara senang hati, dan berusaha tidak menggunakan control langsung yang dapat menghambat kegiatan. Sebaliknya, pola insecure attachment terbentuk jika salah satu atau kedua dimensi menunjukkan skor tinggi. Perempuan bercerai akan merasa tidak nyaman saat bersama dengan ibu, mempunyai pandangan bahwa ibu tidak memberikan perhatian, cenderung mengalami penolakan dari ibu, dan mengalami hubungan yang dingin dengan ibu tetapi tetap ingin berusaha menjalin hubungan dengan ibu. Hal ini terbentuk dari seorang ibu yang cenderung tidak konsisten dalam mengasuh, terkadang ibu merespon namun terkadang ibu tidak merespon. Ibu yang terkadang menunjukkan sikap penolakan dan kadang ibu terlalu mencampuri keinginan anak dengan sering memaksakan keinginannya.


(21)

12

Universitas Kristen Maranatha Kelekatan atau attachment, menurut Ainsworth (1978), merupakan ikatan afeksional yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama serta terus-menerus. Dinamika dari attachment bukan hanya hubungan antara orangtua dan anak, namun juga dalam hubungan yang lain sepanjang rentang kehidupan manusia (McAdams, 2003). Pasangan yang sebelumnya memiliki attachment yang secure dengan ibunya jika terus menerus mengalami konflik dalam pernikahan akan bisa berubah menjadi insecure dengan pasangannya. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan juga mereka akan tetap memiliki pola attachment yang secure dengan pasangan walaupun banyak kejadian negatif di dalam suatu hubungan pernikahan.

Pola secure attachment terbentuk jika dimensi avoidance dan anxiety menunjukkan skor yang rendah. Perempuan memiliki perasaan yang nyaman ketika berdekatan dengan pasangan mereka, percaya terhadap kehadiran dan kepekaan pasangan mereka, mereka juga menunjukan kenyamanan ketika harus berada dalam kondisi keterpisahan dengan pasangan, dan mereka mampu menunjukan pemecahan masalah yang baik dalam mengahadapi ancaman dan masalah yang datang dari luar. Pola insecure attachment terbentuk jika salah satu atau kedua dimensi menunjukkan skor tinggi. Perempuan akan merasa tidak nyaman saat bersama dengan pasangannya, mempunyai pandangan bahwa pasangannya tidak memberikan perhatian, cenderung mengalami penolakan, dan mengalami hubungan yang dingin dengan pasangannya tetapi tetap ingin berusaha menjalin hubungan.

Berdasarkan penjelasan diatas, perempuan yang memiliki attachment secure dengan orang tuanya belum tentu menjadi secure juga dengan pasangannya. Khususnya apabila perempuan mengalami peristiwa dalam hidupnya yang mengancam attachment securitynya, yaitu perceraian. Perceraian merupakan kondisi tidak menyenangkan yang terjadi pada pasangan suami-istri. Perceraian itu sendiri merupakan suatu peristiwa yang dialami seseorang terlepas dari pola attachment secure maupun insecure yang dulu dibentuk dengan ibunya,


(22)

13

Universitas Kristen Maranatha dimana pengalaman perceraian dalam hubungan itu dapat berkaitan dengan pola attachment yang terbentuk pada pasangan.

Menurut Davila, Karney, dan Bradbury (1999), terdapat berbagai macam faktor yang dapat merubah pola attachment seseorang perempuan, yaitu seperti situasi dan perubahan, perubahan dalam skema relasional, kepribadian. Situasi dan perubahan yang terjadi pada perempuan yang mengalami perceraian adalah suatu hal yang tidak menyenangkam. Perubahan sikap serta perlakuan negatif dari pasangan sebelum bercerai yang terus menerus dapat merubah pola attachment yang telah tertanam sebelumnya. Perubahan dalam skema relasional merupakan peristiwa kehilangan seorang figur attachment dapat merubah pola attachment karena belum tentu perempuan yang sudah bercerai akan mendapatkan figur attachment yang sama seperti dulu.

Selain faktor situasi dan perubahan dan perubahan dalam skema relasional, terdapat dua faktor lain yang dapat mempengaruhi attachment yaitu kepribadian. Kepribadian adalah faktor yang dapat merubah pola attachment yang sudah dimiliki oleh seorang perempuan yang mengalami perceraian. Setiap individu memiliki kepribadian yang berbeda sehingga pola attachment dari pasangannya sebelum bercerai bisa merubah pola attachment yang tertanam oleh individu sejak masa kanak-kanak.


(23)

14

Universitas Kristen Maranatha Untuk memperoleh kejelasan diatas, maka dibuat bagan sebagai berikut:

1.1 Bagan Kerangka Pikir

1.6 Asumsi Penelitian

1. Pola attachment sebelum menikah terbentuk sejak individu berasa pada masa kanak-kanak yang berhubungan dengan orangtua.

2. Pola attachment dapat berubah karena terdapat faktor yang mempengaruhi, seperti situasi dan perubahan.

3. Situasi dan perubahan dalam penelitian ini merupakan keadaan pernikahan yang memiliki banyak konflik yang dapat berujung dalam perceraian.

4. Perceraian merupakan kondisi kehilangan figur attachment dalam hal ini suami dapat merubah pola skema relasional, perubahan pola skema relasional dapat berpotensi merubah pola attachment terhadap pasangan.

Faktor yang mempengaruhi attachment : 1. Situasi dan perubahan

2. Perubahan dalam skema relasional

3. Kepribadian

4. Kombinasi kepribadian dengan situasi Perempuan bercerai di Kabupaten Cianjur Attachment dengan Ibu / figur pengganti ibu Attachment dengan pasangan sebelum cerai Dimensi anxiety dan avoidance Dimensi anxiety dan avoidance Kondisi pernikahan yang berujung perceraian


(24)

15

Universitas Kristen Maranatha 5. Pernikahan yang sering terjadi konflik berpotensi membuat attachment tersebut menjadi

berubah.

1.7 Hipotesis Penelitian

- Terdapat hubungan pola attachment terhadap ibu dan mantan pasangan pada perempuan yang bercerai di Kabupaten Cianjur.


(25)

50 Universitas Kristen Maranatha

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik suatu gambaran mengenai hubungan pola attachment dengan ibu dan pola attachment dengan mantan pasangan pada perempuan bercerai di Kabupaten Cianjur, adalah sebagai berikut:

1. Tidak terdapat hubungan antara pola attachment ibu dengan pola attachment mantan pasangan pada perempuan bercerai di Kabupaten Cianjur.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi attachment adalah trait, trait kepribadian yang berkaitan dengan pola attachment mantan pasangan adalah trait aggreableness, trait neuroticism, conscientiousness.

3. Trait extraversion dan trait oppenes to experiences tidak memiliki kecenderungan keterkaitan dengan pola attachment dengan mantan pasangan.

4. Faktor yang dapat mempengaruhi attachment pada para perempuan yang telah bercerai, adalah:

- Pada perempuan bercerai yang memiliki attachment secure, cenderung memiliki trait kepribadian conscientiousness yang tinggi, neuroticism yang rendah dan openess to experience yang tinggi

- Pada perempuan bercerai yang memiliki attachment insecure, cenderung memiliki trait kepribadian conscientiousness yang rendah, agreeableness yang tinggi, dan neuroticism yang tinggi.


(26)

51

Universitas Kristen Maranatha

5.2 Saran

5.2.1 Saran teoritis

Berdasarkan kesimpulan di atas dan proses penelitian, maka peneliti dapat memberikan saran sebagai berikut:

- Bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hubungan mengenai pola attachment dengan ibu dan pola attachment pada mantan pasangan pada perempuan bercerai dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meneliti kontribusi faktor yang memengaruhi pola attachment khususnya dengan faktorkepribadian.

5.2.2 Saran Praktis.

1. Bagi praktisi/psikolog di bidang psikologi keluarga, hasil penelitian dapat menjadi bahan ketika mengadakan seminar mengenai “cara membina hubungan pernikahan”.

2. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan bahwa perempuan bercerai sudah memiliki hubungan yang secure dengan figure ibu. Hal ini menggambarkan bahwa figure ibu yang dimiliki merupakan figure yang dapat memberikan kenyamanan dan keamanan kepada para perempuan bercerai. Untuk itu, peran keluaga, terutama ibu sebagai figure yang memberikan dukungan pada saat para perempuan bercerai mengalami masalah dalam kehidupan rumah tangganya merupakan hal yang sangat penting.

3. Peneliti ingin memberikan saran kepada masyarakat untuk tetap memberikan dukungan terhadap perempuan yang mengalami perceraian, agar perempuan bercerai tetap merasa secure dengan statusnya.


(27)

HUBUNGAN ANTARA POLA ATTACHMENT DENGAN IBU DAN

POLA ATTACHMENT DENGAN MANTAN PASANGAN PADA

PEREMPUAN BERCERAI DI KABUPATEN CIANJUR

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang sarjana pada Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung

Disusun oleh :

GEA KERSANING GUSTI NRP : 1230111

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG


(28)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan yang Mahakuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara pola attachment dengan ibu dan pola attachment dengan mantan pasangan pada Perempuan Bercerai di Kabupaten Cianjur”. Peneliti banyak menemukan kesulitan, baik dalam persiapan, penyusunan, maupun penyelesaiannya.

Peneliti menyadari bahwa tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dr. Yuspendi, M.Psi., M.Pd., Psikolog selaku dosen pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu untuk membimbing saya, dan memberikan dukungan.

3. Heliany Kiswantomo, M.Si, Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang selalu meluangkan waktu untuk saya sehingga saya mengerjakan skripsi, dan selalu memberikan dukungan kepada saya.

4. Responden penelitian ini yaitu perempuan yang sudah bercerai di Kabupaten Cianjur. 5. Perempuan yang sudah bercerai di Kabupaten Cianjur yang sudah membantu mengisi

kuesioner sebagai survey awal dari penelitian ini.

6. Ibu yang selalu mendukung dengan doa, dan memberikan perhatian agar saya selalu bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini. I love you so much.

7. Alm. Bapak yang selalu terkenang untuk diri saya, dan karena Bapak saya semangat untuk mengerjakan penelitian ini. I love you so much.


(29)

vi

8. Bima Kusuma yang selalu memberikan semangat kepada saya untuk mengerjakan Skripsi dengan baik.

9. Teman-teman seperjuangan Fakultas Psikologi Universitas Kriten Maranatha, khususnya Esa Kristan, Rinella Chirilda, Brigitta Louise, Rheina Vanindyani, Elisa Malaihollo, Nurkristianti Natalia, Vina Violetta, Stephanie Sussanto, dll yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam kesulitan yang dihadapi.

10. Teman seperjuangan penelitian Payung, yang sudah memberikan saya semangat dan membantu saya dalam kesulitan.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti menghargai dan dengan senang hati menerima kritik dan saran dari berbagai pihak.

Akhir kata, peneliti berharap rancangan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang memerlukannya.

Bandung, Mei 2017


(30)

53 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, M., Blehar, M., Waters, E., & Wall, S. 1978. Patterns of Attachment: Assesed in the Strange Situation and at Home. Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baldwin, M. W. & Fehr, B. (1995). On the instability of attachment style ratings. Personal Relationships.

Bowlby, J, “Attachment and loss: Volume 1. Attachment”, Basic Books, New York, 1982. Cassidy, Jude, & Shaver, P.R (Eds.) 2002. Handbook of Attachment: Theory, Research, and

Clinical Applications.

Costa, P.T., & Mcrae, R. (1992). Four ways five factors basic. Person. Individ, 13( 6), 653-665.

Davila, J. Karney, B.R., and Bradbury, T.N. (1999). Attachment change processes in early years of marriage. Journal of Personality and Social Psychology. Vol.76: 783-802. Djarwanto dan Subagyo, P. 1998. Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta.

Duvall, E., M & Miller. B. C. 1985. Marriage and Family Development, sixth edition, New York: Harper and Row Publisher.

Dyer, E.D. (1983). Courtship, Marriage, and Family: American Style. Illinois: The Dorsey Press.

Feeney, J.A. & Noller, P., (1990). Attachment style as a predictor of adult romanctic relationship. Journal of Personality and Social Psychology. 58 (281-291). The American Psycologycal Association.

Fisher, E.O. (1974). Divorce The New Freedom : A Guide to Divorcing ang Divorce Counselling. New York : Harper & Row Publisher.

Fraley, R. C., Waller, N. G., & Brennan, K. A. (2000). An item response theory analysis of self report measures of adult attachment. Journal of Personality and Social Psychology, 78, 350 – 365.

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistic in Psychology And Education. 3 rd Ed. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc

Hazan & Shaver. (1987). Journal of Personality and Social Psychology: Romantic Love Conceptualized as an Attachment Process. Vol 52, hal 511-524.

Hetherington & Parke. (1999). Child psychology : A cntemporary view point (4th ed). USA : Mcgraww-Hill College Companies, Inc.


(31)

53

Universitas Kristen Maranatha Kaplan, R. M. & Saccuzzo, (2005). Psychological testing: Principles, application, and issues

(6th ed.). Belmont: Thomson Wadsworth.

Lefrancois, Guy. (1993). The Life-Span (4th ed.). Belmont California: Wadsworth Publishing Company

Main, M, & Cassidy, J (1988) Categories of response to reunion with the parent at age 6 predictable from infant attachment classifications and stable over a 1month penod Developmental Psychology, 24, 415-426

Mc. Adams, M.S. 2003. Labelling and Deliquency: Adolesence. Vol 38. No.149. Spring 2003: 171- 186

Mikulincer, M. & Shaver. (2007). Attachment in Adulthood. New York: The Guilford Press. Moh. Nasir. Ph.D., 1983, Metodologi Penelitian, Jakarta; Ghalia Indonesia.

Pietromonaco, P. R and Barret, L. F. 2000. The Internal Working Models Concept: What Do We Really Know About the Self in Relation to Others. Review of General Psychology. Vol. 4 No. 2: 155-175

Reeve, J.M. 2001. Understanding Motivation and Emotion. Third Edition. Philadelphia: Harcourt College Publishers.

1998, Methods Of Assessing Adult Attachment: Do they converge?. Dalam Simpson, J.A dan Rholes, W,S, Attachment Theory and Close Relationship, New York: Guildford Press. Satiadarma, M. P, 2001 ”Menyingkapi perselingkuhan”, Pustaka Populer Obor, Jakarta. Scarr,S., Weiberg, R.A. & Levin, A. (1986). Understanding Development. Harcourt Brace

Jovanovich Inc

Soewondo, Soesmaliyah, 2001 “Keberadaan pihak ketiga. poligami dan permasalahan perkawinan (keluarga) ditinjau dari aspek psikologi”, Dalam bunga rampai Psikologi perkembangan pribadi dari anak sampai lanjut usia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Spanier. & Thompson, C. (1984). The interpersonal theory psychology. New York : John Willey & Sons.

Sperling, M.B. & Berman, W.H. Eds., 1994. Attachment in Adult: Clinical and Developmental Perspectives. New York : The Guilford Press.

Strong, B & De Vault. (1989). The Marrige and Family Experience (Fourth Edition). St Paul: west Publishing Co.

Sudarto, Lusiana & Wirawan, Henny E, 2001 ”Penghayatan makna hidup perempuan

bercerai”, Jurnal llmiah Psikologi Arkhe (o), 2, ha1.41-57.

Sugiyono, 2003. Metode penelitian bisnis. Bandung. Pusat bahasa Depdiknas.

Sugiyono, 2007. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D.Bandung: ALFABETA


(32)

54

Universitas Kristen Maranatha Sutcliffe, 2002. Baby Bounding, Membentuk Ikatan Batin dengan Bayi. Jakarta: Taramedia &

Restu Agung.

Robert M Kaplan, Dennis P Sacuzzo, 1993. Psychological Testing Principles, Aplication and Issue, , California, Broks/Cole Publishing Company, Hal 106, 123


(33)

55

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Agoes Dariyo, 2004. MEMAHAMI PSIKOLOGI PERCERAIAN DALAM KEHIDUPAN KELUARGA, http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/view/20/20 diakses pada tanggal 20 April 2015

Ricky, 2016.

http://koran-sindo.com/page/news/2016-08-03/5/90/745_Perempuan_Cianjur_Menjanda diakses pada tanggal 17 Mei 2017


(1)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan yang Mahakuasa karena atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan antara pola

attachment dengan ibu dan pola attachment dengan mantan pasangan pada Perempuan

Bercerai di Kabupaten Cianjur”. Peneliti banyak menemukan kesulitan, baik dalam persiapan, penyusunan, maupun penyelesaiannya.

Peneliti menyadari bahwa tidak lepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

2. Dr. Yuspendi, M.Psi., M.Pd., Psikolog selaku dosen pembimbing pertama yang telah meluangkan waktu untuk membimbing saya, dan memberikan dukungan.

3. Heliany Kiswantomo, M.Si, Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang selalu meluangkan waktu untuk saya sehingga saya mengerjakan skripsi, dan selalu memberikan dukungan kepada saya.

4. Responden penelitian ini yaitu perempuan yang sudah bercerai di Kabupaten Cianjur. 5. Perempuan yang sudah bercerai di Kabupaten Cianjur yang sudah membantu mengisi

kuesioner sebagai survey awal dari penelitian ini.

6. Ibu yang selalu mendukung dengan doa, dan memberikan perhatian agar saya selalu bersemangat dalam mengerjakan skripsi ini. I love you so much.

7. Alm. Bapak yang selalu terkenang untuk diri saya, dan karena Bapak saya semangat untuk mengerjakan penelitian ini. I love you so much.


(2)

vi

8. Bima Kusuma yang selalu memberikan semangat kepada saya untuk mengerjakan Skripsi dengan baik.

9. Teman-teman seperjuangan Fakultas Psikologi Universitas Kriten Maranatha, khususnya Esa Kristan, Rinella Chirilda, Brigitta Louise, Rheina Vanindyani, Elisa Malaihollo, Nurkristianti Natalia, Vina Violetta, Stephanie Sussanto, dll yang selalu memberikan semangat dan membantu dalam kesulitan yang dihadapi.

10. Teman seperjuangan penelitian Payung, yang sudah memberikan saya semangat dan membantu saya dalam kesulitan.

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, peneliti menghargai dan dengan senang hati menerima kritik dan saran dari berbagai pihak.

Akhir kata, peneliti berharap rancangan penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak lain yang memerlukannya.

Bandung, Mei 2017


(3)

53 Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, M., Blehar, M., Waters, E., & Wall, S. 1978. Patterns of Attachment: Assesed in

the Strange Situation and at Home. Hillsdale, NJ: Erlbaum.

Azwar, Saifuddin. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Baldwin, M. W. & Fehr, B. (1995). On the instability of attachment style ratings. Personal Relationships.

Bowlby, J, “Attachment and loss: Volume 1. Attachment”, Basic Books, New York, 1982. Cassidy, Jude, & Shaver, P.R (Eds.) 2002. Handbook of Attachment: Theory, Research, and

Clinical Applications.

Costa, P.T., & Mcrae, R. (1992). Four ways five factors basic. Person. Individ, 13( 6), 653-665.

Davila, J. Karney, B.R., and Bradbury, T.N. (1999). Attachment change processes in early

years of marriage. Journal of Personality and Social Psychology. Vol.76: 783-802.

Djarwanto dan Subagyo, P. 1998. Statistik Induktif Edisi Keempat. BPFE, Yogyakarta.

Duvall, E., M & Miller. B. C. 1985. Marriage and Family Development, sixth edition, New York: Harper and Row Publisher.

Dyer, E.D. (1983). Courtship, Marriage, and Family: American Style. Illinois: The Dorsey Press.

Feeney, J.A. & Noller, P., (1990). Attachment style as a predictor of adult romanctic

relationship. Journal of Personality and Social Psychology. 58 (281-291). The

American Psycologycal Association.

Fisher, E.O. (1974). Divorce The New Freedom : A Guide to Divorcing ang Divorce

Counselling. New York : Harper & Row Publisher.

Fraley, R. C., Waller, N. G., & Brennan, K. A. (2000). An item response theory analysis of self report measures of adult attachment. Journal of Personality and Social Psychology,

78, 350 – 365.

Guilford, J.P. 1956. Fundamental Statistic in Psychology And Education. 3 rd Ed. New York: McGraw-Hill Book Company, Inc

Hazan & Shaver. (1987). Journal of Personality and Social Psychology: Romantic Love

Conceptualized as an Attachment Process. Vol 52, hal 511-524.

Hetherington & Parke. (1999). Child psychology : A cntemporary view point (4th ed). USA :


(4)

53

Universitas Kristen Maranatha Kaplan, R. M. & Saccuzzo, (2005). Psychological testing: Principles, application, and issues

(6th ed.). Belmont: Thomson Wadsworth.

Lefrancois, Guy. (1993). The Life-Span (4th ed.). Belmont California: Wadsworth Publishing Company

Main, M, & Cassidy, J (1988) Categories of response to reunion with the parent at age 6

predictable from infant attachment classifications and stable over a 1month penod Developmental Psychology, 24, 415-426

Mc. Adams, M.S. 2003. Labelling and Deliquency: Adolesence. Vol 38. No.149. Spring 2003: 171- 186

Mikulincer, M. & Shaver. (2007). Attachment in Adulthood. New York: The Guilford Press. Moh. Nasir. Ph.D., 1983, Metodologi Penelitian, Jakarta; Ghalia Indonesia.

Pietromonaco, P. R and Barret, L. F. 2000. The Internal Working Models Concept: What Do

We Really Know About the Self in Relation to Others. Review of General Psychology.

Vol. 4 No. 2: 155-175

Reeve, J.M. 2001. Understanding Motivation and Emotion. Third Edition. Philadelphia:

Harcourt College Publishers.

1998, Methods Of Assessing Adult Attachment: Do they converge?. Dalam Simpson, J.A dan Rholes, W,S, Attachment Theory and Close Relationship, New York: Guildford Press. Satiadarma, M. P, 2001 ”Menyingkapi perselingkuhan”, Pustaka Populer Obor, Jakarta. Scarr,S., Weiberg, R.A. & Levin, A. (1986). Understanding Development. Harcourt Brace

Jovanovich Inc

Soewondo, Soesmaliyah, 2001 “Keberadaan pihak ketiga. poligami dan permasalahan

perkawinan (keluarga) ditinjau dari aspek psikologi”, Dalam bunga rampai Psikologi perkembangan pribadi dari anak sampai lanjut usia, Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Spanier. & Thompson, C. (1984). The interpersonal theory psychology. New York : John Willey & Sons.

Sperling, M.B. & Berman, W.H. Eds., 1994. Attachment in Adult: Clinical and

Developmental Perspectives. New York : The Guilford Press.

Strong, B & De Vault. (1989). The Marrige and Family Experience (Fourth Edition). St Paul: west Publishing Co.

Sudarto, Lusiana & Wirawan, Henny E, 2001 ”Penghayatan makna hidup perempuan

bercerai”, Jurnal llmiah Psikologi Arkhe (o), 2, ha1.41-57.

Sugiyono, 2003. Metode penelitian bisnis. Bandung. Pusat bahasa Depdiknas.

Sugiyono, 2007. Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan


(5)

54

Universitas Kristen Maranatha Sutcliffe, 2002. Baby Bounding, Membentuk Ikatan Batin dengan Bayi. Jakarta: Taramedia &

Restu Agung.

Robert M Kaplan, Dennis P Sacuzzo, 1993. Psychological Testing Principles, Aplication and Issue, , California, Broks/Cole Publishing Company, Hal 106, 123


(6)

55

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Agoes Dariyo, 2004. MEMAHAMI PSIKOLOGI PERCERAIAN DALAM KEHIDUPAN

KELUARGA, http://ejurnal.esaunggul.ac.id/index.php/Psi/article/view/20/20 diakses

pada tanggal 20 April 2015

Ricky, 2016.

http://koran-sindo.com/page/news/2016-08-03/5/90/745_Perempuan_Cianjur_Menjanda diakses pada tanggal 17 Mei 2017