POLA ATTACHMENT PADA BALITA YANG TIDAK BIAS.pdf

BERINTERAKSI SOSIAL DENGAN TEMAN SEBAYA

(Studi Kasus Pada Balita Di Playgroup Islamic Jemema Semarang).

oleh Niken Tejorini NIM 1550401028

Skripsi ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Psikologi FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian skripsi.

Hari : Tanggal :

Semarang, Oktober 2006

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dra. Sri Maryati Deliana M.Si Rulita Hendriyani S. Psi, M.Si NIP. 131125886

NIP. 132255795

Ketua Jurusan Psikologi

Dra. Sri Marayati Deliana M.Si

NIP. 131125886

PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Tanggal :

Panitia Ujian

Ketua Sekretaris

Drs. Siswanto, MM

Drs. Edy Purwanto

NIP. 130515769

NIP.

Pembimbing I

Anggota Penguji

Dra.Sri Marayati Deliana M.Si

Dra. Tri Esti Budiningsih

NIP. 131125886

NIP. 131570067

Pembimbing II

Dra. Sri Maryati Deliana

M.Si NIP. 131125886

Rulita Hendriyani S.Psi, M.Si NIP. 132255795

Rulita Hendriyani S.Psi,

M.Si

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulus di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri. Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Oktober 2006

Niken Tejorini

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Demi masa, manusia itu semuanya dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan berbuat kebajikan, satu sama lain saling menasehati dengan kebenaran dan kesabaran.(QS.Al-Ashr)

Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar (QS. 2: 153)

Persembahan :

Atas anugerah Allah SWT, skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tuaku Bpk. Bambang Edi Kuncoro dan Ibu Tuti Herawati yang selalu berdoa dan berjuang tiada henti untuk studiku

2. Kakak tercinta Mbak Lintang & Mas Sabeth, Mbak Ayu & Mas Rendra, Mbak Putri & Mas Andi yang telah memberikan bantuan moril.

3. Andy Setiawan yang masih selalu setia

memberikan semangat

4. Sahabat – sahabatku Ika, Tya,Dita, Julia yang telah memberikan doa, dukungan dan kebersamaannya

5. Sandhi yang selalu membantu dan menemani

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan segala rahmat, hidayah, karunia dan bimbingan-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul "Pola Attachment pada balita yang tidak bisa berinteraksi sosial

dengan teman sebaya (Studi Kasus pada Balita di Playgroup Islamic Jemema

Semarang)" sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang dapat terselesaikan.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan banyak terimakasih kepada yang terhormat :

1. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk memperoleh pendidikan formal di UNNES sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.

2. Drs. H. Siswanto, MM selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan rekomendasi penelitian sehingga penelitian ini dapat dilangsungkan di Playgroup Islamic Jemema Semarang.

3. Dra. Sri Maryati Deliana S.Psi, M.Si. selaku Ketua Jurusan Psikologi sekaligus Dosen Pembimbung I yang telah memberikan kepercayaan untuk dilakukan penelitian tentang "Pola Attachment pada Balita yang tidak

bisa berinteraksi sosial dengan teman sebaya (Studi Kasus pada Balita di Playgroup Islamic Jemema Semarang)"

4. Ibu Rulita Hendriyani S.Psi selaku dosen pembimbing II yang yang telah banyak sekali membantu memberikan saran dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.

5. Dr. Nugroho M.Psi selaku dosen pembimbing II yang dengan sabar selalu membantu dan mengarahkan serta memberikan masukan terhadap

6. Drs. Haryanto selaku penguji utama

7. Bapak Drs. Supandi M.Pd selaku Kepala UPBJJ-UT Serang, yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di lembaga yang dipimpinnya.

8. Seluruh Staff UPBJJ-UT Serang yang telah banyak membantu peneliti sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

9. Mahasiswa UPBJJ-UT Serang, yang telah memberikan informasi-informasi penting selama penelitian berlangsung.

10. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun Skripsi ini. Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal kebaikan dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan guna kelengkapan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.

Semarang, Oktober 2006

Penulis

ABSTRAK

Tejorini Niken. 2006. Pola Attachment pada balita yang tidak bias

berinteraksi social dengan teman sebaya (Studi Kasus Pada Balita di

Playgroup Islamic Jemema Semarang). Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra. Sri Maryati Deliana M.Si Pembimbing II: Rulita Hendriyani S.Psi, M.si

Kata Kunci: Pola Attachment

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sebab dari ketidakmampuan subjek dalam berinteraksi dan ketergantungan subjek dengan mamanya. Lokasi penelitian ini adalah di Playgroup Islamic Jemema Semarang. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2006, dengan sasaran orangtua subjek dan keluarganya, serta guru-guru pengajar di kelas subjek. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan cara observasi, wawancara, dan tes Proyektif. Analisis data dilakukan dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, reduksi data, dan yang terakhir membuat kesimpulan.

Penelitian ini menggunakan informan sebanyak 6 orang, 4 orang anggota keluarga subjek dan 2 orang guru pengajar subjek. adalah ibu dari subjek, Ayah, eyang putri, dan tante subjek. Metode yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan tes Proyektif. Tes proyektif ini penulis kenakan pada subjek itu sendiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek sangat bergantung dengan ibunya, dikarenakan sang ibu Adapun rekomendasi yang diusulkan peneliti yaitu, perlu dipertimbangkan mengenai sumber daya manusianya baik dari pengajar maupun dari mahasiswa, apakah mereka sudah siap melaksanakan pembelajaran berbasis teknologi web ini dengan baik, selain itu tahapan infrastruktur juga harus dikembangkan, dan pembelajaaran di UT yang menuntut belajar mandiri sebaiknya dilaksanakan dengan sungguh-sungguh, dan diharapkan para dosen/tutornya terus mengembangkan desain pembelajaran interaktif sehingga mahasiswa dapat dengan mudah menerima pembelajaran yang disampaikan.

BAB I PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Berinteraksi sosial dengan lingkungan kita merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. namun, tidak semua manusia dapat melakukan interaksi sosialnya dengan baik. Perlu sejak dini untuk melakukan interaksi sosial termasuk dalam memilih teman bermain, mempunyai sahabat, dan melakukan hubungan pertemanan. Mengapa manusia berteman? Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian di dunia ini, jadi manusia berinteraksi satu dengan yang lainnya agar dapat mempertahankan kehidupannya.

Kawan, dan sahabat, merujuk pada seseorang yang mengenal kita dan memperdulikan kita, oleh karena adanya suatu kesamaan tertentu. Esensi dari pertemanan itu sendiri adalah interaksi timbal balik dan komitmen untuk saling mengenal satu sama lain atas dasar suatu kesamaan. Seseorang dapat memanggil orang lain sebagai teman jika ia memiliki minat dan aktivitas yang saling menguntungkan, namun bisa juga karena adanya suatu kemiripan dalam sikap, prinsip atau kepercayaan.

Kenapa berteman itu penting? Sebuah penelitian membuktikan bahwa kesehatan fisik dan psikis orang yang memiliki banyak teman lebih tinggi dibandingkan orang yang memiliki sedikit teman. Dari hasil observasi yang didapat, ternyata orang yang memiliki sedikit teman cenderung lebih mudah mengalami depresi dalam menghadapi permasalahan hidupnya, oleh karena tidak Kenapa berteman itu penting? Sebuah penelitian membuktikan bahwa kesehatan fisik dan psikis orang yang memiliki banyak teman lebih tinggi dibandingkan orang yang memiliki sedikit teman. Dari hasil observasi yang didapat, ternyata orang yang memiliki sedikit teman cenderung lebih mudah mengalami depresi dalam menghadapi permasalahan hidupnya, oleh karena tidak

Ketika anak-anak bertumbuh lebih besar, relasi teman sebaya semakin menghabiskan banyak sekali waktu mereka. Seperti yang telah dijabarkan diatas, bahwa pertemanan merupakan suatu bentuk relasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia, namun tidak semua manusia dapat menjalin hubungan pertemanan yang baik, disebabkan oleh adanya faktor-faktor tertentu, seperti faktor dari lingkungannya, faktor internal, yaitu biologis, (lebih ke ibu) dan faktor disposisi (temperamen) dan juga faktor pengasuhan, yang membuat hubungan pertemanan itu menjadi tidak baik. Faktor pengasuhan akan menjadi tidak baik jika dilakukan dengan cara yang kurang tepat, dan akibatnya akan terjadi kelekatan yang berlebihan, atau akan terjadi sikap cemas menghindar, yaitu sikap anak yang jauh dari orang tuanya karena kurang sekali perhatian dari orangtuanya.

Sering sekali kita melihat ada anak-anak yang disukai oleh teman-temannya dan mereka pun menjalin persahabatan yang erat, dapat bergaul, bersosialisasi dengan lingkungannya, selalu menceritakan hal-hal yang mereka alami kepada temannya tersebut, bermain bersama, bersendau gurau bersama, dan yang lainnya. Tetapi tidak semua anak merasakan hal yang serupa, ada anak-anak yang mempunyai perilaku tertentu, dan dia berbeda dengan yang lainnya karena anak tersebut mempunyai sikap ketergantungan terhadap ibunya, selalu ingin dekat Sering sekali kita melihat ada anak-anak yang disukai oleh teman-temannya dan mereka pun menjalin persahabatan yang erat, dapat bergaul, bersosialisasi dengan lingkungannya, selalu menceritakan hal-hal yang mereka alami kepada temannya tersebut, bermain bersama, bersendau gurau bersama, dan yang lainnya. Tetapi tidak semua anak merasakan hal yang serupa, ada anak-anak yang mempunyai perilaku tertentu, dan dia berbeda dengan yang lainnya karena anak tersebut mempunyai sikap ketergantungan terhadap ibunya, selalu ingin dekat

Interaksi sosial adalah hal yang penting, yang harus diterapkan pada anak- anak dari sejak dini. Karena hal itu menjadi dasar perkembangan anak, dan sangat mempengaruhi perkembangan anak untuk menuju ke tahap berikutnya, hingga dia dewasa kelak. Interaksi sosial anak bisa terjalin dengan baik jika juga mendapatkan dukungan dari faktor pengasuhan ibu terhadap anaknya.

Fenomena yang ada di Playgroup Jemema Semarang, dan peneliti telah menemukan ada seorang anak yang menampakkan perilaku yang unik dibandingkan teman-teman sebayanya, di dalam proses kegiatan belajar, dia selalu ditemani oleh mamanya, setiap saat dia harus bisa melihat mamanya berada di depan kelasnya, dan pada waktu jam istirahat, saatnya makan bekal bersama juga dia habiskan waktu bersama mamanya, duduk di meja bersama teman-temannya dengan posisi melingkar dia ditemani mamanya sedangkan teman-temannya yang lain makan tanpa ditemani orangtuanya masing-masing. Fenomena ini telah peneliti amati dalam jangka waktu beberapa kali dalam seminggu, dan perilaku tersebut muncul tidak hanya pada saat itu saja, dikarenakan sesuatu hal tetapi perilaku tersebut muncul setiap hari, setiap saat dia sekolah.

Jika saatnya bermain, dia bisa bergabung dengan teman-temanya tetapi di tempat itu juga harus ada mamanya, jika mamanya keluar dari ruangan tersebut anak itu juga akan meninggalkan ruangan dan kemudian berlari mengikuti mamanya.

Bila dibandingkan dengan anak-anak yang lain, anak-anak yang interaksi sosialnya bagus, yaitu anak-anak yang bisa bergaul, membaur, dan bermain bersama-sama dengan teman sebayanya, dan yang tidak bergantung dengan mamanya, bahkan ada anak yang sudah tidak ditunggui lagi oleh ibunya ataupun pegasuhnya, hal tersebut sangatlah mencolok karena dia adalah satu-satunya anak yang berperilaku unik di sekolah tersebut

B. Fokus Kajian

Dari latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan focus kajian yang akan diteliti yaitu : - Hal apakah, yang menyebabkan anak tersebut menampakkan perilaku tidak mampu berinteraksi sosial dengan teman sebaya, dan selalu bergantung dengan mamanya? - Pola attachment / gaya pengasuhan yang bagaimana yang diterapkan oleh orang tua anak tersebut?

C. Tujuan Penelitian

Dalam suatu penelitian pasti mempunyai tujuan. Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah : - Untuk mengetahui sebab dari ketidakmampuannya dalam berinteraksi sosial dan sikap ketergantungannya dengan ibu.

D. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini menunjukkan dimana tempat penelitian dilakukan dan ciri-ciri subjek penelitian sehingga penetapan ruang lingkup Ruang lingkup penelitian ini menunjukkan dimana tempat penelitian dilakukan dan ciri-ciri subjek penelitian sehingga penetapan ruang lingkup

Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah di Playgroup Jemema Semarang, sedangkan subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 1 orang anak yang menunjukkan perilaku tidak mampu berinteraksi social. Anak tersebut menunjukkan perilaku yang unik, perilaku yang berbeda dari teman-temannya, bahwa pada saat proses kegiatan belajar sedang berlangsung, anak ini selalu ditungguin mamanya, mamanya harus selalu berada di dekatnya dan dia harus bis melihat mamanya. Dan pada waktu istirahatpun dia juga ditemani mamanya, disuapin makanan yang dibawa dari rumah.

BAB II PERSPEKTIF TEORITIK DAN KAJIAN PUSTAKA

A. Teoritik dan kajian Pustaka

A.1. Interaksi Sosial Pengalaman sosial yang dini memainkan peranan yang penting dalam menentukan hubungan sosial di masa depan dan pola perilaku terhadap orang lain. Salah satu tugas perkembangan awal masa kanak-kanak yang penting adalah memperoleh latihan dan pengalaman pendahuluan yang diperlukan untuk menjadi anggota “kelompok” dalam akhir masa kanak-kanak. Jadi awal masa kanak-kanak sering disebut sebagai masa prakelompok. Dasar untuk sosialisaasi diletakkan dengan meningkatnya hubungan antara anak dengan teman – teman sebayanya dari tahun ke tahun.

Jenis hubungan sosial lebih penting daripada jumlahnya. Kalau anak menyenangi hubungan dengan orang lain meskipun kadang-kadang saja, maka sikap terhadap kontak sosial mendatangkan lebih baik daripada hubungan sosial yang sering, tetapi sifat hubungannya kurang baik. Anak yang lebih menyukai interaksi dengan manusia daripada benda akan lebih mengembangkan kecakapan sosial sehingga mereka lebih populer daripada anak yang interaksi sosialnya terbatas.

“ Antara usia 2 & 3 th, anak menunjukkan minat yang nyata untuk melihat anak – anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka. Manfaat yang diperoleh anak dengan diberikannya kesempatan untuk berhubungan sosial akan sangat dipengaruhi oleh tingkat kesenangan hubungan sosial sebelumnya. Yang umumnya terjadi dalam periode ini adalah bahwa anak lebih menyukai kontak sosial dengan kelompok jenis kelamin yang berlawanan.” ( Hurlock;117)

A.2. Perkembangan sosial pada masa Kanak-Kanak Awal Dari umur 2-6 tahun,anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Masa kanak-kanak awal sering disebut usia pragang (pregang age). Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak- anak yang mengikuti pendidikan prasekolah, misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak-kanak (nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari (day care centre), atau taman kanak-kanak (kindergarten), biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak- anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan presekolah. Alasannya adalah mereka A.2. Perkembangan sosial pada masa Kanak-Kanak Awal Dari umur 2-6 tahun,anak belajar melakukan hubungan sosial dan bergaul dengan orang-orang di luar lingkungan rumah, terutama dengan anak-anak yang umurnya sebaya. Mereka belajar menyesuaikan diri dan bekerja sama dalam kegiatan bermain. Masa kanak-kanak awal sering disebut usia pragang (pregang age). Pada masa ini sejumlah hubungan yang dilakukan anak dengan anak-anak lain meningkat dan ini sebagian menentukan bagaimana gerak maju perkembangan sosial mereka. Anak- anak yang mengikuti pendidikan prasekolah, misalnya pendidikan untuk anak sebelum taman kanak-kanak (nursery school), pusat pengasuhan anak pada siang hari (day care centre), atau taman kanak-kanak (kindergarten), biasanya mempunyai sejumlah besar hubungan sosial yang telah ditentukan dengan anak- anak yang umurnya sebaya. Anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengikuti pendidikan presekolah. Alasannya adalah mereka

Hurlock mengungkapkan,”Pentingnya pengalaman sosial awal bagi anak sangat menentukan kepribaadian setelah anak menjadi orang dewasa.banyaknya pengalaman kebahagiaan mendorong anak untuk mencari pengalaman semacam itu lagidan untuk menjadi orang yang mempunyai sifat sosial. Banyaknya pengalaman yang tidak menyenangkan mungkin menimbulkan sikap yang tidak sehat terhadap penglaman sosial dan terhadap orang pada umumnya. Pengalaman yang tidak menyenangkan yang terlalu banyak juga mendorong anak menjadi tidak sosial dan anti sosial”.(Hurlock,jild I;hal.261)

Pengalaman sosial awal dapat berupa hubungan dengan anggota keluarga atau orang-orang di luar lingkungan rumah. Pengalaman di dalam rumah lebih penting pada masa prasekolah, sedangkan penglaman diluar rumah menjadi lebih penting setelah anak-anak memasuki sekolah. Tahun demi tahun, karena berkembangnya keinginan akan status dalam kelompok, sikap danperilaku anak dipengaruhi oleh tekanan anggota kelompok.

A.3. Pengertian Interaksi Sosial S.L (2002 : 5) menjelaskan “interaksi sosial adalah suatu hubungan antara

2 atau lebih individu manusia, dimana tingkah laku individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki perilaku individu yang lain , atau sebaliknya”.

Seperti halnya diatas, individu yang satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain. Individu yang satu dapat juga menyesuaikan diri secara aloplastis dengan individu lain, dimana individu yang lain itulah yang dipengaruhi oleh dirinya yang satu. Dengan demikian hubungan antara individu yang berinteraksi senantiasa merupakan hubungan timbal balik.

Chaplin (2002 : 470) mengatakan “interaksi sosial adalah : proses interpersonal yang terus berlangsung antara dua atau lebih pribadi”.

A.3. Aspek-aspek yang mempengaruhi kemampuan sosialisasi anak Hurlock (1997:262) mengemukakan bahwa aspek-aspek yang mempengaruhi kemampuan sosialiasi anak adalah :

a. Kerjasama Anak mampu untuk bermain atau bekerja secara bersama-sama dengan anak lain. Semakin sering melakukan sesuatu secara bersama-sama, maka akan semakin cepat untuk belajar bekerjasama dengan orang lain.

b. Persaingan Adanya persaingan merupakan dorongan anak untuk berusaha sebaik- baiknya memperoleh sosialisasi yang diinginkan mereka. Kadang dari

sosialisasi ini mengakibatkan hal buruk, seperti pertengkaran dan kesombongan.

c. Kemurahan hati

Anak bersedia untuk berbagi sesuatu dengan anak lain, tidak mementingkan diri sendiri. Apabila mementingkan dirinya sendiri mulai berkurang maka ia merasa diterima secara sosial oleh lingkungannya dengan kemurahan hati.

d. Hasrat akan penerimaan sosial Penyesuaian diri anak terhadap tuntutan sosial akan semakin kuat, sehingga hasrat unuk diterima oleh orang dewasa akan muncul lebih awal dibandingkan dengan hasarat untuk diterima oleh teman sebaya.

e. Simpati Anak berusaha menghibur dan menolong seseorang yang sedang bersedih meskipun kadang susah dilakukan, karena anak dapat berperilaku simpati apabila pernah mengalami situasi yang sama.

f. Empati Ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, seperti anak dapat memahami ekspresi wajah dan maksud pembicaraan orang lain.

g. Ketergantungan Anak selalu bergantung pada orang lain, dalam hal apapun, misalnya bantuan,perhatian, dan kasih sayang.

h. Sikap ramah Anak mampu memberikan kasih sayang kepada siapapun mnelalui kesediaannya melakukan sesuatu untuk orang lain dengan memperlihatkan sikap ramahnya.

i. Sikap tidak mementingkan diri sendiri

Anak belajar untuk mnemikirkan dan berbuat untuk orang lain dengan meninggalkan kepentingan dan milik mereka sendiri. Mereka mau membagi apa yang menjadi miliknya.

j. Meniru Meniru seseorang yang dianggap mereka dapat memberikan contoh terhadap kelompok sosialnya, sehingga mereka mengembangkan sifat yang sama terhadap yang mereka contoh.

k. Perilaku kelekatan

Perilaku kelekatan ini biasanya diperoleh sejak bayi terutama kepada ibu dan penggganti ibu. Bertambahnya usia mereka dan mengenal lingkungannnya yang lebih luas, maka anak mengalihkannya dengan belajar melakukan persahabatan dengan teman atau orang lain.

A.4. Kehidupan Sosial Anak antara lain :

a. Berteman Anak-anak senang bermain dengan teman-teman lain, terutama dengan teman sebayanya, karena segala perkembangan dan kesenangannya sama. Hidup berkelompok dapat meningkatkan daya sosialnya.

b. Kerja sama Sifat snak-anak sangat egois, suka bertengakar, jarang mereka bisa bermain bersama. Tetapi stelah berusia tiga sampai empat tahun, permainan bersama dan aktivitas kelompok makin ditingkatkan. Melalui b. Kerja sama Sifat snak-anak sangat egois, suka bertengakar, jarang mereka bisa bermain bersama. Tetapi stelah berusia tiga sampai empat tahun, permainan bersama dan aktivitas kelompok makin ditingkatkan. Melalui

c. Bertengkar Ketika bertengakar, anak biasanya mengambil barang yang sedang dipegang temannya, atau merusak barang pekerjaan temannya. Berteriak dengan keras, menangis, menendang, marah, tetapi hanya dalam waktu yang singkat, pertengkaran itu segera terlupakan dan tidak menaruh dendam, bahkan sudah berdamai lagi. Pertengkaran anak memiliki nilai sosial karena anak dapat belajar mengenai hal-hal apa yang tidak dapat diterima oleh orang lain.

d. Bersaing Anak usia empat tahun selalu ingin menang. Ia akan berusaha memperlihatkan barang yang dimilikinya untuk menjadi bahan persaingannya. Hal yang mendapat perhatian dari orang lain, segera ditonjolkan. Apabila orang tua pilih kasih, maka sikap iri hati dan keinginan bersaing tidak dapat dihindarkan.

e. Melawan Sikap melawan terhadap disiplin yang sditetapkan orang tua atau terhadap suatu tekanan, umumnya dinyatakan dalam perilaku : membantah, memberontak, atau membungkam, pura-pura tidak mendengar permintaan orang lain, atau pura-pura tidak mengerti. Sampai usia enam tahun, gerakan untuk melawan berkurang, tetapi lebih banyak membantah.

f. Jenis Kelamin Sebelum usia empat tahun, baik anak laki-laki maupun anak perempuan, dapat bermain sangat harmonis dan berteman baik dengan jenis kelamin yang sama atau yang lain. Tetapi mulai usia empat sampai lima tahun, anak-anak dapat membedakan jenis kelamin mereka sehingga lambat laun mereka hanya senang bermain dengan teman sejenis, bahkan menghina lawan jenisnya, anak laki-laki kaluau bremain dengan anak perempuan merasa masih kekanak-kanakan atau masih menyusu, sehingga tekanan ini begitu kuat, banyak anak laki-laki bersusaha ingin menjadi laki-laki jantan dengan menyerang anak perempuan. (Setiawan;2000:21)

Jadi aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan sosialisasi anak dapat berupa perilaku sosial,diantaranya kerjasama antara kelompok, persaingan dengan teman, kemurahan hati, hasrat penerimaan sosial, simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan diri sendiri, meniru dan perilaku kelekatan.

B. Pola Attachment

Adalah perilaku lekat atau kelekatan (attachment menurut bowlby, 1988) mengungkapkan secara tidak langsung keinginan untuk dekat dengan orang tertentu. Biasanya orang yang paling memberikan perhatian, dalam hal itu biasanya ibu, ( Crowell & Waters, 1990 ) dan kepada ibulah sebagian besar anak sangat bergantung. Dalam mengasuh anak, seorang ibu mempunyai sikap yang Adalah perilaku lekat atau kelekatan (attachment menurut bowlby, 1988) mengungkapkan secara tidak langsung keinginan untuk dekat dengan orang tertentu. Biasanya orang yang paling memberikan perhatian, dalam hal itu biasanya ibu, ( Crowell & Waters, 1990 ) dan kepada ibulah sebagian besar anak sangat bergantung. Dalam mengasuh anak, seorang ibu mempunyai sikap yang

B.1. Macam-macam Pola Attachment Ada 3 pola attachment menurut Bowlby, yaittu :

1. Pola Secure attachment (aman) Adalah pola yang terbentuk dari interaksi antara ibu dan anak, anak merasa percaya terhadap ibu sebagai figur yang selalu siap mendampingi, sensitif dan responsif, penuh cinta dan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan dan/atau kenyamanan, dan selalu menolong atau membantunya dalam menghadapi situasi yang mengancam dan menakutkan. Anak yang mempunyai pola ini percaya adanya responsifitas dan kesediaan ibu bagi mereka (Bowlby, 1979).

2. Pola anxious resistant attachment (cemas ambivalen).

Adalah pola yang terbentuk dari interaksi antara ibu dan anak, anak merasa tidak pasti bahwa ibunya selalu ada dan responsif atau cepat membantu serta datang kepadanya pada saat ia membutuhkan ibunya. Akibatnya, ia mudah mengalami kecemasan untuk berpisah (separation anxiety), cenderung bergantung menuntut perhatian dan cemas dalam bereksplorasi dalam lingkungan. Pada pola ini, dalam diri anak muncul ketidakpastian sebagai akibat dari ibu yang terkadang tidak selalu membantu dalam setiap kesempatan dan juga adanya keterpisahan (Bowlby,1988). Bowlby menekankan dalam "Attachment theory" (1960), separation anxiety sesungguhnya mengacu pada protes bayi/anak terhadap Adalah pola yang terbentuk dari interaksi antara ibu dan anak, anak merasa tidak pasti bahwa ibunya selalu ada dan responsif atau cepat membantu serta datang kepadanya pada saat ia membutuhkan ibunya. Akibatnya, ia mudah mengalami kecemasan untuk berpisah (separation anxiety), cenderung bergantung menuntut perhatian dan cemas dalam bereksplorasi dalam lingkungan. Pada pola ini, dalam diri anak muncul ketidakpastian sebagai akibat dari ibu yang terkadang tidak selalu membantu dalam setiap kesempatan dan juga adanya keterpisahan (Bowlby,1988). Bowlby menekankan dalam "Attachment theory" (1960), separation anxiety sesungguhnya mengacu pada protes bayi/anak terhadap

3. Pola anxious avoidant attachment ( cemas menghindar ) Adalah pola yang terbentuk dari interaksi antara ibu dan anak, anak tidak memiliki kepercayaan diri karena ketika mencari kasih sayang ia tidak direspon atau bahkan di tolak. Pada pola ini konflik lebih tersembunyi, sebagai hasil dari perilaku ibu yang secara konstan menolaknya ketika ia mendekat untuk mencari kenyamanan atau perlindungan (Bowlby, 1988 ).

Pada saat mencapai umur 2 tahun, attachment anak terhadap ibunya menjadi lebih kompleks dan pada saat ini pula, anak mulai membentuk apa yang dikenal sebagai internal working model dari relasi antara dirinya dengan ibunya tersebut ( Main, Kaplan & Cassidy,1985 ). Internal working model dipahami sebagai representasi mental yang meliputi pengetahuan yang dimiliki anak dari hubungan sehari-hari dengan ibunya yang kemudian akan mempengaruhi serta digeneralisasikan kepada cara pandangnya terhadap diri (self) dan lingkungannya (other) ( Bowlby dalam Wuffel ,1986). Internal working model mengenai lingkungan, dalam hal ini adalah ibu, dibangun berdasarkan sejauhmana mudah dicapainya dan dukungan emosional yang diberikan oleh ibu. Internal working model tentang diri dan ibu ini akan saling mengisi. Misalnya, jika ibu sering menolak atau mempermainkan permintaaan anak pada saat dibutuhkan, anak akan mengembangkan internal working model mengenai ibu sebagai figur yang menolak dirinya sebagai individu yang tidak berharga. Sebaliknya, jika ibu Pada saat mencapai umur 2 tahun, attachment anak terhadap ibunya menjadi lebih kompleks dan pada saat ini pula, anak mulai membentuk apa yang dikenal sebagai internal working model dari relasi antara dirinya dengan ibunya tersebut ( Main, Kaplan & Cassidy,1985 ). Internal working model dipahami sebagai representasi mental yang meliputi pengetahuan yang dimiliki anak dari hubungan sehari-hari dengan ibunya yang kemudian akan mempengaruhi serta digeneralisasikan kepada cara pandangnya terhadap diri (self) dan lingkungannya (other) ( Bowlby dalam Wuffel ,1986). Internal working model mengenai lingkungan, dalam hal ini adalah ibu, dibangun berdasarkan sejauhmana mudah dicapainya dan dukungan emosional yang diberikan oleh ibu. Internal working model tentang diri dan ibu ini akan saling mengisi. Misalnya, jika ibu sering menolak atau mempermainkan permintaaan anak pada saat dibutuhkan, anak akan mengembangkan internal working model mengenai ibu sebagai figur yang menolak dirinya sebagai individu yang tidak berharga. Sebaliknya, jika ibu

Dalam perkembangan selanjutnya, pengukuran pola attachment pada balita dan juga pada remaja/dewasa dititikberatkan pada perkembangan internal working model (Wuffel,1986). Untuk memvalidasi pengukuran dari internal working model individu mengenai diri ( self ) dan figur attachment ( dalam hal ini ibu ) dapat dikaitkan dengan orientasi interpersonalnya. Terdapat 4 hal yang dapat digunakan untuk melihat orientasi interpersonal seseorang,yaitu :

4. Self-concerned ( Wuffel, 1986 ). Internal working model yang terbentuk dari relasi attachment sejak awal ini sangat penting karena merupakan titik permulaan dari hubungan individu dengan individu lainnya ( Durkin, 1995 ). Apa yang dipelajari dari hubungan attachment antara ibu dan anak akan digeneralisasikan pada kemampuan anak tersebut untuk berinteraksi sosial.

Bila dikaitkan dengan pola attachment, seorang anak yang memiliki secure attachment , yaitu ibu yang menerimanya sebagaimana adanya, memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya yang menyebabkan anak akan mengembangkan internal Bila dikaitkan dengan pola attachment, seorang anak yang memiliki secure attachment , yaitu ibu yang menerimanya sebagaimana adanya, memperhatikan kebutuhan-kebutuhannya yang menyebabkan anak akan mengembangkan internal

Anak yang memiliki anxious resistant attachment , akan membangun internal working model mengenai ibu sabagai figur yang penuh kasih, tetapi tidak meyakinkan untuk memberikan sesuatu yang tepat, sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal tersebut memungkinkan pada dirinya timbul perasaan tidak aman dan tidak percaya pada orang lain. Ia mudah mengalami kecemasan untuk berpisah (separation anxiety), cenderung bergantung, menuntut perhatian dan cemas bereksplorasi dalam lingkungan. Hal ini diperkirakan menyebabkan anak cemas ketika berhadapan dengan orang lain, cenderung tidak percaya kepada orang lain (noncooperative), cenderung menolak untuk mengikuti atauran dalam bertingkah laku, ( nonconforming ), cenderung mengisolasi diri dari lingkungan (isolating) dan cenderung memperhatikan kepentingan diri sendiri (self-concerned). Kalaupun ia menjalin pertemanan, ada kecenderungan untuk bergantung dan menuntut perhatian yang berlebihan dari temannya dan mengalami kecemasan untuk berpisah. Diperkirakan anak yang memiliki pola anxious resistant Anak yang memiliki anxious resistant attachment , akan membangun internal working model mengenai ibu sabagai figur yang penuh kasih, tetapi tidak meyakinkan untuk memberikan sesuatu yang tepat, sesuai dengan kebutuhan mereka. Hal tersebut memungkinkan pada dirinya timbul perasaan tidak aman dan tidak percaya pada orang lain. Ia mudah mengalami kecemasan untuk berpisah (separation anxiety), cenderung bergantung, menuntut perhatian dan cemas bereksplorasi dalam lingkungan. Hal ini diperkirakan menyebabkan anak cemas ketika berhadapan dengan orang lain, cenderung tidak percaya kepada orang lain (noncooperative), cenderung menolak untuk mengikuti atauran dalam bertingkah laku, ( nonconforming ), cenderung mengisolasi diri dari lingkungan (isolating) dan cenderung memperhatikan kepentingan diri sendiri (self-concerned). Kalaupun ia menjalin pertemanan, ada kecenderungan untuk bergantung dan menuntut perhatian yang berlebihan dari temannya dan mengalami kecemasan untuk berpisah. Diperkirakan anak yang memiliki pola anxious resistant

Anak yang memiliki anxious avoidant attachment karena sering ditolak permintaannya akan membangun internal working model mengenai ibu sebagai figur yang menolaknya dan internal working model mengenai dirinya sebagai orang yang tidak berharga untuk dicintai ( Bowlby, 1973 ). Diperkirakan ia akan tumbuh menjadi pribadi yang tidak percaya diri, tidak percaya kepada orang lain (noncooperative), menolak untuk mengikuti aturan bertingkah laku (nonconforming), mengasingkan diri ( isolating ) dan perhatian hanya terarah pada diri sendiri ( self-concerned ). Kemungkinan remaja yang memiliki anxious avoidant attachment ini sulit untuk menjalin relasi pertemanan, sehingga membuatnya menjadi anak yang tidak disukai bahkan mungkin ditolak untuk bergaul, karena tidak mampu menciptakan kedekatan dengan yang lain. Jadi, diperkirakan ada perbedaan dalam kemampuan melakukan interaksi sosial yang berkaitan dengan pola attachment yang dimilikinya.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan

Salim (2001 ; 93) “Penelitian ini menggunakan pendekatan Studi Kasus. Studi Kasus adalah suatu pendekatan untuk mempelajari, menerangkan, atau menginterpretasi suatu kasus dalam konteksnya secara natural tanpa adanya intervensi dari pihak luar. Studi ini berusaha untuk menyoroti suatu keputusan atau seperangkat keputusan: mengapa keputusan itu diambil, bagaimana diterapkan dan apakah hasilnya?”

B. Unit Analisis

Sub Unit Analisis Unit Analisis Subjek ( Balita )

Interaksi Sosial

Hubungan sosial subjek

- Teman Subjek yang berada di - Orang lingkungan sekolah,Play

Tua/Keluarga

Group Jemema Semarang,

subjek dan di lingkungan - Guru subjek rumahnya

Pola Attachment

Tingkah laku anak yang

- Orang

ditampakkan, sebagai akibat

tua/Keluarga

dari pola asuh orang tua.

subjek

Ketergantungan Ketergantungan subjek - Orang Tua / keluarga

subjek

terahadap ibunya

subjek

(terutama ibu)

C. Penentuan Subjek

Peneliti menentukan subjek tersebut dikarenakan pada saat peneliti mengantar salah satu keluarga berangkat sekolah di Playgroup Jemema beberapa kali, peneliti melihat adanya perbedaan dari anak tersebut yang sangat mencolok dibandingkan dengan teman-teman yang lainnya. Setelah peneliti bertanya dengan guru-guru disekolah tersebut, ternyata tepat sekali, bahwa anak tersebut selama beberapa bulan bersekolah di Jemema, dimulai dari pertama kali dia masuk ke kelas nursery, sampai dia naik ke kelas playgroup, dia masih ditemani, ditunggui oleh mamanya. Dan dia adalah satu-satunya anak yang berperilaku demikian.

Hal tersebut menarik keinginan peneliti untuk lebih mengetahui lebih jauh dan lebih dalam tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan anak tersebut, apa yang menyebabkan anak tersebut berperilaku menyimpang.

D. Pengumpulan dan Analisis Data

Dalam proses pengumpulan data, peneliti merupakan instrumen penelitian yang utama (moeloeng 2002). Interaksi antara peneliti dengan informan diharapkan dapat memperoleh informasi yang mampu mengungkap permasalahan di lapangan secara lengkap dan tuntas.

Ada tiga teknik pengumpulan data yang digunakan, yaitu wawancara, observasi, dan tes HTP. Berikut akan dijabarkan ketiga teknik dalam pengumpulan data:

1. Metode Observasi Adalah kegiatan mengamati perilaku dengan sengaja. Faktor kesengajaan dalam proses observasi dimaksudkan agar kegiatan observasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Teknik observasi juga dapat dilakukan untuk pengumpulan data dalam penelitian perilaku.

Observasi mulai peneliti lakukan di sekolah subjek yaitu di Playgroup Jemema Semarang pada bulan Februari sampai dengan Mei 2006. selama itu peneliti mengamati tingkah laku keseharian subjek di sekolah, dari mulai awal proses belajarsampai akhir proses belajar. Bahkan pada saat proses belajar berlangsung, peneliti diijinkan oleh kepala sekolah yang bersangkutan untuk mengamatinya cukup daril luar kelas saja karena pintu ruangan kelas subjek tidak pernah tertutup, dengan alasan subjek harus selalu bisa melihat mamanya berada di luar kelas.

2. Metode Wawancara

Adalah suatu proses untuk memperoleh informasi atau data-data yang diperlukan untuk penelitian ini. Wawancara dilakukan secara langsung dan terstruktur dengan cara tanya jawab antara interviuee (penanya/pewawancara) dengan interviuer (orang yang diwawancara). Pertama kali peneliti mewawancara mama subjek terlebih dahulu karena mamanya yang selalu berada di dekat subjek setiap saat dan setiap waktu dan dia sangat memahami kondisi yang dialami subjek. Setelah itu, peneliti beralih mewawancarai 2 orang guru yang mengajar di kelas subjek. Selain mama dari subjek dan guru-gurunya, peneliti mencoba untuk mewawancara ayah, nenek dan tante dari subjek.

Dalam metode wawancara ini peneliti sulit untuk menemui ayah dari subjek, dikarenakan dia bekerja, dan hanya mempunyai waktu libur sabtu dan minggu. Pada hari itulah peneliti gunakan untuk wawancara.

3. Tes Psikologis Adalah alat untuk mengukur perbedaan-perbedaan antara individu- individu atau antara reaksi-reaksi individu yang sama dalam berbagai situasi yang berbeda. Alat ukur yang objektif dan dibakukan atas sampel perilaku tertentu.

Tes psikologis yang peneliti kenakan untuk subjek adalah tes HTP ( House Tree, Person). Dalam hal ini peneliti sedikit mengalami kendala, yaitu dimana subjek pada awalnya tidak mau menggambar rumah, pohon dan orang. Butuh pendekatan selama beberapa hari untuk meminta subjek Tes psikologis yang peneliti kenakan untuk subjek adalah tes HTP ( House Tree, Person). Dalam hal ini peneliti sedikit mengalami kendala, yaitu dimana subjek pada awalnya tidak mau menggambar rumah, pohon dan orang. Butuh pendekatan selama beberapa hari untuk meminta subjek

Analisis data dilakukan pada saat mengumpulkan data dan setelah pengumpulan data. Analisa dilakukan agar peneliti segera menyusun untuk melengkapinya. Kemudian dari analisis awal, diperoleh simpulan sementara.

Analisis data dilakukan sebagai berikut :

1. Reduksi data. Pada tahap ini peneliti memilih data yang relevan dan kurang relevan dengan tujuan penelitian, kemudian mengelompokkan sesuai dengan aspek yang akan diteliti seperti :

a. Hal-hal yang menyebabkan anak kurang mampu berinteraksi sosial dengan teman sekolah, dan dengan lingkungan sekolahnya.

b. Pola asuh apakah yang diterapkan oleh orang tua terhadap anaknya.

c. Ketergantungan subjek terhadap orang tuanya (ibu)

2. Penyajian data Bentuk penyajian data yang dipilih dalam penelitian ini adalah bentuk naratif, dengan tujuan atau harapan setiap data tidak lepas dari latarnya.

3. Menarik kesimpulan Sesuai dengan tujuan yang dicapai dari hasil penelitian maka analisis dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan data-data yang diperoleh tentang latar belakang anak 3. Menarik kesimpulan Sesuai dengan tujuan yang dicapai dari hasil penelitian maka analisis dan penarikan kesimpulan dilakukan dengan jalan membandingkan data-data yang diperoleh tentang latar belakang anak

D. Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data, diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah criteria tertentu. Ada empat criteria, yaitu: Kredibilitas, Keterangan, Kebergantungan, dan Kepastian. Dalam mengetahui dan sebagai pembuktian temuan data yang dilakukan, peneliti melakukan observasi di lapangan dengan frekuensi yang sering (ketekunan pengamatan) ; Moeloeng 17 7;2002. sedangkan teknik pemeriksaan keabsahan data, yaitu : 1). Perpanjangan keikutsertaan ; 2). Ketekunan pengamatan ; 3).Triangulasi ; 4).Kecukupan referensial ; 5).Kajian kasus negatif ; 6).Pengecekan anggota. (Moeloeng, 2002:175). Sedangkan pembuktian kebenaran di dalam penelitian ini menggunakan teknik ketekunan pengamatan di lapangan.

Di dalam penelitian ini menggunakan teknik ketekunan pengamatan. Ketekunan pengamatan bermaksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain, jika perpanjangan keikutsertaan menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan menyediakan kedalaman (Moeloeng ,2002;177) Tabel metode penelitian dalam penelitian ini adalah :

Prosedur No. Masalah

Data

Sumber Data pengumpulan Data Penelitian

yang

diperlukan

1. Apa yang Data tentang - orang tua - Wawancara menyebabkan

- Observasi anak-anak

anak tersebut

tersebut tidak bersangk

(angket)

dapat berinteraksi utan

sosial ?

- wawancara Pola attachment pola

2. Data tentang

- angket apa yang pengasuhan

- orang tua

- observasi diterapkan oleh anak (subjek) orang tua anak sehari-hari. tersebut ?

Data tentang

3. Apa yang

- Orang Tua (ibu)

- Observasi

menyebabkan - Wawancara

keseharian anak

tersebut baik di

anak tersebut

sekolah, maupun

tidak bisa lepas

di rumahnya

dari orang dari orang

ibunya

BAB IV GAMBARAN SETTING PENELITIAN

A. Kancah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Semarang, tepatnya di Play Group Islamic Jemema Semarang. Play Group ini termasuk salah satu Play Group elite, yang berada di tengah kota. Letaknyapun cukup strategis, berada di Jl. Erlangga Barat

VII / 21 yang berdekatan dengan Universitas Negeri yang ternama di Semarang, yaitu Universitas Diponegoro, dan juga dekat dengan pusat perbelanjaan Ramayana yang berada di kawasan simpanglima.

Play Group ini dibilang elite karena biaya pendaftaran untuk masuk Pay Group disini mencapai ± Rp.2.000.000,- sedangkan SPP perbulannya Rp.180.000,- biaya yang tidak sedikit untuk masuk ke sebuah sekolah Play Group Islam. Untuk SPP dengan nominal sebanyak itu, paling tidak orang tua murid harus mempunyai penghasilan sebanyak Rp.1.000.000, – > Rp.2.000.000,- setiap bulannya, sudah pasti mereka termasuk ke dalam golongan berada.

Play Group Islamic Jemema ini terdapat lebih dari 30 murid dan guru yang mengajar sebanyak 6 orang guru. Kepala sekolah sekaligus pemilik dari Play Group ini bernama Ibu Anisa,nama Jemema berasal dari nama putri ibu Anisa itu sendiri Jemema Abigail Bashya, sering dipanggil Jema, yang sampai sekarang masih berada di Play Group tersebut.

Play Group jemema memiliki murid kurang lebih sebanyak 70 anak,pada saat ini Play Group tersebut menerima pendaftaran murid baru. Pegawai di Play Group Jemema ada 20 orang, 7 orang petugas kebersihan dan termasuk penjaga Play Group. Sedangkan pengajar yang tersedia sebanyak 12 pengajar wanita. Pengajar di Play Group Jemema diutamakan wanita muslim dan berjilbab, karena background dari Play Group Jemema adalah Islamic.

Di dalam suatu Play Group, pastilah ada berbagai macam karakter sifat anak-anak. Begitu juga dengan Play Group Jemema, yang peneliti pilih, terdapat Di dalam suatu Play Group, pastilah ada berbagai macam karakter sifat anak-anak. Begitu juga dengan Play Group Jemema, yang peneliti pilih, terdapat

Latar belakang ekonomi

Dilihat dari keadaan ekonomi keluarga subjek, subjek mempunyai keluarga yang sangat berkecukupan Ayahnya bekerja di sebuah bank swasta, ibunya hanya seorang ibu rumah tangga yang juga mempunyai kesibukan yaitu membantu usaha eyang putri dari subjek (mamanya subjek). Usaha yang mereka lakukan adalah membuat roti dengan isi berbagai rasa yang dijual dari harga Rp.1.500,- sampai Rp.2.500. biasanya mereka menitipkan di toko-toko terdekat, dan mereka sering menerima pesanan untuk arisan, dan ulangtahun.

Keluarga subjek bisa dibilang keluarga yang sangat berkecukupan, jika dilihat dari tempat subjek bersekolah, yang SPPnya mencapai Rp.200.000,- . dan saat ini subjek banyak mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra kulikuler di luar sekolah seperti les komputer, dan sempoa.

Latar belakang keluarga

Subjek bertempat tinggal di daerah Muara Mas tepatnya di kompleks pewrumahan Tanah Mas Semarang. Subjek tinggal dengan 6 anggota keluarganya, yaitu kedua orang tuanya, eyang putri atau subjek biasa memanggil dengan panggilan Umi, eyang kakung, dan seorang tantenya dan omnya adik dari mama subjek. Papa subjek mulai berangkat bekerja pukul 07.15 dan pulang kerumah jam 18.00 terkadang pukul 19.00 papa subjek baru sampai di rumah.

siang pulang di jemput oleh tantenya, sedangkan dirumah subjek tentu saja bersama dengan mamanya, eyang putri, eyang kakung dan tantenya. Tantenya saat ini kuliah di perguruan tinngi negeri begitu juga dengan omnya. Keseharian mereka yaitu membuat roti yang dititipkan di toko-toko terdekat atau warung- warung di daerah rumah subjek.biasanya yang mengantar adalah tante Af dan eyang kakung, terkadang jika Af sudah pulang sekolah Af ikut mengantar Roti ke toko-toko.

BAB V TEMUAN-TEMUAN PENELITIAN

A. Hasil penelitian

Adapun hasil penelitian yang telah ditemukan peneliti dengan mencoba menelisik ke Sekolah Subjek sampai ke rumah subjek yang berdasarkan dari latar belakang pola Asuh dari orang tua yang terjadi pada balita di Playgroup Islamic Jemema Semarang.

Identitas Subjek

Nama : Af Jenis Kelamin

: Laki-Laki

Usia : 3 th

Tempat tinggal

: Muara Mas Semarang

Identitas orangtua subjek

Nama Ayah : SG Usia : 33 th

Pendidikan : S1 Jurusan Ekonomi di perguruan tinggi swasta di Semarang Pekerjaan

: Karyawan Bank Swasta di Semarang

Alamat : Muara Mas Semarang

Nama Ibu

: IS

Usia : 31 th

Pendidikan : S1 jurusan komunikasi di perguruan tinggi swasta di Semarang.

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (memiliki usaha roti di rumahnya) Alamat : Muara Mas

Latar Belakang Subjek Penelitian

Af adalah anak pertama dari keluarga yang ekonominya berkecukupan. Af berusia 3 tahun. Af memiliki ciri-ciri yaitu bertubuh kurus, kulit coklat lebih mirip ibunya, mata sipit, dan rambut lurus agak kemerahan. Af lahir di Semarang dengan proses kelahiran normal. Ayah Af adalah seorang pegawai bank swasta di Semarang, sedangkan mamanya tidak bekerja, kegiatannya dirumah hanya membantu mamanya (nenek Af) membuat roti yang menjadi salah satu usaha keluarga. Karena papa Af bekerja di Bank yang mengharuskan papanya sudah tiba di kantor pukul 07.30 sampai pukul 18.00 kadang sampai pukul 20.00 papanya baru selesai bekerja. Pada pagi hari papanya bisa menyempatkan berkomunikasi sebentar dengan Af, karena kadang papanya yang mengantar Af berangkat ke sekolah dengan mamanya, sedangkan kalau pulang sekolah Af dijemput tantenya menggunakan sepeda motor. Kalau papanya pulang malam, Af sudah tidur. Keadaan seperti inilah yang membuat papanya kurang bisa berkomunikasi dengan Af. Waktu yang bisa dimiliki papanya hanya pada hari

Sabtu dan Minggu, karena pada hari Sabtu Bank libur. Keseharian mamanya hanyalah mengantar Af berangkat ke sekolah dan menunggu hingga Af sampai selesai sekolah. Af saat ini tidak/belum mempunyai saudara.

Af saat ini bersekolah di sebuah Playgroup di Semarang, yaitu Playgroup Islamic Jemema. Dalam kesehariannya Af bersekolah, 4x dalam seminggu dia selalu diantar oleh mamanya, dan selalu ditunggui oleh mamanya. Waktu umur 2 tahun mama Af mendaftarkannya di Jemema karena di sekolah itu termasuk sekolah baru di Semarang dan berbasis Islamie. Pada awal sekolah, Af masuk ke dalam kelas Nursery B, hingga saat ini Af sudah naik ke kelas Playgroup. Setelah beberapa kali peneliti melakukan pengamatan di sekolahnya, Af selalu diantar dan ditunggui oleh mamanya, selama pengamatan yang peneliti lakukan, dia tidak pernah diantar dan ditunggui oleh pembantu/baby sitter, atau eyangnya, ataupun tantenya. Setelah diamati secara berulang-ulang, ternyata ada kejanggalan yang peneliti temui dalam diri Af yang sangat berbeda dengan teman-temannya yang lain.

Sudah ± 1th dia bersekolah di Jemema, mulai dari Nursery dia sudah masuk di Jemema sampai dia naik ke tingkat Playgroup. Selama itu pula dia selalu ditunggui oleh mamanya, jika proses belajar di dalam ruang kelas sedang berlangsung, pintu kelas tersebut harus selalu terbuka, agar Af bisa melihat mamanya yang berada di depan kelasnya. Begitu juga jika kegiatan hafalan surat pendek yang menggunakan ruangan luas yang menyerupai aula di lantai 2, mamanya juga harus ikut serta naik ke atas. Dan jika mamanya ingin ke kamar mandi, Af harus ikut juga. Jika hal ini tidak dilakukan, Af akan marah dan

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24