ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI WACANA TAJUK RENCANA SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI ALTERNATIF BAHAN AJAR MATA KULIAH ANALISIS WACANA DI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.

(1)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Batasan Masalah ... ... 4

1.3 Rumusan Masalah ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Defenisi Operasional ... 6

1.7 Asumsi ... 7

BAB II. WACANA DAN RUANG LINGKUPNYA... 8

2.1 Wacana ... 8

2.1.1 Pengertian Wacana ... 9

2.1.2 Jenis Wacana ... 11

2.2 Analisis Wacana ... 16

2.2.1 Sekilas tentang Perkembangan Analisis Wacana ... 16

2.2.2 Pengertian Analisis Wacana ... 18

2.3 Aspek-Aspek Keutuhan Wacana ... 21

2.3.1 Kohesi ... 22

2.3.1.1 Piranti-Piranti Kohesi... 24

(1) Referensi (Pengacuan) ... 24

(2) Substitusi (Penyulihan) ... 27

(3) Elipsis (Pelesapan) ... 28

(4) Konjungsi (Perangkaian) ... 30

(5) Repetisi (Pengulangan) ... 33

2.3.2 Koherensi ... 37


(2)

viii

2.3.2.2 Hubungan Makna Amplikatif ... 40

2.3.2.3 Hubungan Makna Penambahan ... 41

2.4 Ragam Bahasa Jurnalistik ... 41

2.4.1 Pengertian Ragam Bahasa ... 42

2.4.2 Bahasa Jurnalistik ... 43

2.4.3 Tajuk Rencana... 44

2.5 Bahan Ajar dalam Pendidikan ... 46

2.5.1 Pengertian Bahan Ajar ... 46

2.5.2 Kriteria Penyusunan Bahan Ajar ... 48

BAB III. METODE DAN TEKNIK PENELITIAN ... 53

3.1 Metode Penelitian ... 53

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 54

3.3 Sumber Data ... 54

3.4 Teknik Analisis Data ... 55

3.5 Instrumen Penelitian ... 56

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ……….. 58

4.1 Analisis Wacana Tajuk Rencana Kompas ... 61

4.2 Pembahasan Hasil Analisis Tajuk Rencana Kompas ... 254

4.2.1 Karakteristik Kohesi dan Koherensi Wacana TRK ... 256

4.2.1.1 Karakteristik Kohesi... 257

4.2.1.2 Karakteristik Koherensi ... 262

4.2.2 Pemanfaatan Hasil Analisis Kohesi dan Koherensi Wacana Tajuk Rencana Kompas sebagai Alternatif Bahan Ajar Mata Kuliah Analisis Wacana ... 263

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ... 269

5.1 Simpulan………... 269

5.2 Saran ……… 272

DAFTAR PUSTAKA ... 274

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 277


(3)

BAB I PENDAHULUAN

Penelitian ini diawali dengan latar belakang penelitian, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, defenisi operasional, dan asumsi penelitian. Adapun hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dalam penelitian yang terkait dengan analisis wacana bahasa Indonesia, telah banyak penelitian yang dilakukan antara lain Kartomiharjo (1992) telah menghadirkan pemikiran tentang analisis wacana dan penerapannya dalam bahasa Indonesia, Adiwoso (1984) telah meneliti wacana jual-beli berbahasa Indonesia, Mohammad Agus Suhadi (2000) telah meneliti wacana berita-berita TNI di Harian Kompas, dan Mulyana (1990) telah meneliti sarana koherensi dalam pembentukan keutuhan wacana. Namun, penelitian-penelitian tersebut pada umumnya mengkaji wacana dari aspek kebahasaan saja, sedangkan yang mengkaji dari aspek kebahasaan dan pengajarannya masih sangat terbatas. Hal inilah yang mendorong penulis untuk melakukan analisis tentang karakteristik kohesi dan koherensi sebuah wacana serta pemanfaatannya sebagai alternatif bahan ajar.

Di samping itu, setidaknya ada tiga pertimbangan lainnya yang mendasari mengapa analisis kohesi dan koherensi wacana tajuk rencana perlu dilakukan. Pertama, tajuk rencana merupakan opini institusional. Sebagai sebuah opini, maka kepaduan bentuk dan keterkaitan makna yang terdapat di dalamnya sangat penting untuk dianalisis sehingga pesan yang disampaikan dapat dipahami, dinikmati, dan ditarik manfaatnya bagi perkembangan ilmu bahasa.


(4)

Kedua, tajuk rencana terdapat di hampir seluruh surat kabar di Indonesia, meskipun penamaannya berbeda. Keadaan ini dapat diasumsikan bahwa tajuk rencana dianggap mampu menjelaskan berita (explaining the news), menjelaskan latar belakang (filling in background), meramalkan masa depan (forecasting the future), dan menyampaikan pertimbangan (passing moral judgement) (Rivers dalam Sumadiria, 2003: 83). Hal ini dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya fungsi tajuk rencana dalam suatu surat kabar. Oleh karena itu, tajuk rencana hendaknya tidak dipandang sebagai ragam bahasa jurnalistik semata, tetapi juga harus dilihat sebagai wacana-sebagai salah satu unsur kajian dalam kebahasaan-yang masih membutuhkan analisis untuk mengetahui karakteristik penggunaan peranti kohesi dan koherensi yang tersirat di dalamnya.

Ketiga, berkaitan dengan poin kedua, maka tajuk rencana dianggap dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar dan diterapkan dalam proses belajar mengajar kebahasaan khususnya tentang analisis wacana. Anggapan ini berlandaskan pada pengajaran bahasa, bahwa bahan ajar harus diarahkan untuk membekali keterampilan berbahasa mahasiswa. Dengan keterampilan berbahasa itu diharapkan mahasiswa mampu memenuhi hajat hidupnya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, agar menarik, bahan ajar kebahasaan semestinya tidak terpisah dari peran bahasa sehari-hari (Alwasilah, dkk., 1998: 1).

Dalam persfektif tajuk rencana sebagai sebuah wacana, maka tajuk rencana dituntut memiliki keutuhan struktur. Keutuhan itu sendiri dibangun oleh komponen-komponen yang terjalin di dalam suatu organisasi kewacanaan. Organisasi inilah yang disebut sebagai struktur wacana. Struktur wacana itu tercipta melalui penggunaan


(5)

peranti kohesi dan koherensi. Sebagai sebuah organisasi pula, maka peranti kohesi dan koherensi di dalam suatu wacana dapat diurai atau dideskripsikan bagian-bagiannya.

Tajuk rencana merupakan salah satu bentuk opini yang lazim ditemukan dalam surat kabar, tabloid, atau majalah. Opini pada tajuk rencana mencerminkan aspirasi, pendapat, dan sikap resmi suatu media pers terhadap persoalan potensial, fenomenal, dan atau aktual yang terjadi dalam masyarakat. Fungsinya yang sangat strategis seperti itu, maka 9 dari setiap 10 surat kabar yang terbit di Indonesia menyediakan ruangan khusus secara tetap untuk opini tajuk rencana (Sumadiria, 2004: 81). Fungsinya yang begitu strategis itu pula, penulisan tajuk rencana harus benar-benar padu bentuknya dan terkait maknanya. Kepaduan bentuk dan keterkaitan makna ini akan menyebabkan pesan yang disampaikan kepada pembaca dapat tertangkap dengan baik. Untuk menciptakan kepaduan bentuk dan keterkaitan makna tersebut, maka diperlukan pengetahuan tentang kewacanaan khususnya tentang kohesi dan koherensi.

Kohesi dan koherensi termasuk dalam materi pembelajaran Analisis Wacana di Perguruan Tinggi khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memberhasilkan pembelajaran analisis wacana adalah dengan penggunaan bahan ajar yang menarik dan membangkitkan minat siswa terhadap mata kuliah yang diikutinya. Oleh karena itu, guru atau dosen harus selalu berinisiatif dalam mencari bahan ajar yang menarik untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa atau mahasiswanya (Rusyana, 1984: 333). Proses pemenuhan tersebut adalah dengan menggunakan bahan ajar yang mudah ditemukan dan dekat dengan lingkungan siswa.


(6)

1.2 Batasan Masalah

Sebagai sebuah wacana, tajuk rencana dapat dilihat sebagai wacana yang memiliki karakteristik pemakaian peranti kohesi dan koherensinya dan dapat dijadikan sebagai bahan ajar. Berkaitan dengan itu, maka penelitian ini hanya difokuskan pada masalah analisis pemakaian peranti kohesi yang meliputi referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, dan repetisi, dan koherensinya meliputi hubungan makna kausalitas, hubungan makna amplikatif, dan hubungan makna penambahan. Selanjutnya, hasil analisis tersebut akan dimanfaatkan sebagai alternatif bahan ajar mata kuliah Analisis Wacana di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan.

1.3 Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari pembatasan masalah di atas, penelitian ini secara lebih khusus dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah yang menjadi karakteristik wacana tajuk rencana ditinjau dari ciri kekohesifan wacana yang meliputi referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, dan repetisi?

2. Apakah yang menjadi karakteristik wacana tajuk rencana ditinjau dari ciri kekoherensian wacana yang meliputi hubungan makna kausalitas, hubungan makna amplikatif, dan hubungan makna penambahan?

3. Bagaimanakah sistematika materi dalam satu pokok bahasan berdasarkan pemanfaatan hasil analisis wacana tajuk rencana koran sebagai alternatif bahan ajar


(7)

mata kuliah Analisis Wacana Bahasa Indonesia di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan?

1.4 Tujuan Penelitian

Sesuatu yang kita lakukan tentulah mempunyai tujuan. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk

1. menemukan karakteristik pemakaian piranti kohesi wacana tajuk rencana; 2. menemukan karakteristik pemakaian piranti koherensi wacana tajuk rencana; 3. mendapatkan bahan ajar berdasarkan pemanfaatan hasil kajian kohesi dan

koherensi wacana tajuk rencana dalam pembelajaran Analisis Wacana Bahasa Indonesia di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri atas: 1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan teoretis untuk diaplikasikan dan dikembangkan dalam pembelajaran analisis wacana bahasa Indonesia khususnya tentang pembelajaran kohesi dan koherensi.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan masukan dan referensi bagi pecinta bahasa, mahasiswa, dan pengajar mata kuliah Analisis Wacana untuk


(8)

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menganalisis wacana bahasa Indonesia yang sering mereka temui dalam kehidupan sehari-hari.

1.6 Defenisi Operasional

Adapun defenisi operasional penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Analisis adalah pemeriksaan terhadap suatu keseluruhan wacana tajuk rencana untuk menentukan unsur-unsur dan hubungannya dalam upaya memperoleh karakteristik ciri keutuhannya.

2. Kohesi adalah kepaduan hubungan bentuk antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu paragraf atau antarparagraf pada wacana tajuk rencana Kompas yang direalisasikan melalui penggunaan peranti-peranti kohesi yang meliputi referensi, substitusi, elipsis, konjungsi dan repetisi.

3. Koherensi adalah keterkaitan hubungan makna antarparagraf dalam wacana tajuk rencana Kompas yang direalisasikan melalui hubungan makna kausalitas, hubungan makna amplikatif, dan hubungan makna penambahan.

4. Wacana Tajuk Rencana adalah opini institusional media massa Kompas yang disampaikan melalui ragam bahasa tulis tentang berbagai persoalan yang dianggap aktual oleh media massa tersebut.

5. Bahan ajar dapat diartikan sebagai isi materi yang berupa pokok bahasan wacana tajuk rencana sebagai bagian dari Mata Kuliah Analisis Wacana Bahasa Indonesia yang akan disampaikan di depan kelas kepada mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan.


(9)

1.7 Asumsi

Menurut Winarno Surakmad (Arikunto, 2002: 8), ”anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya diterima oleh penyelidik”. Dalam penelitian ini asumsi peneliti adalah sebagai berikut.

1. Penemuan karakteristik peranti kohesi dan koherensi dalam suatu wacana dapat mengidentifikasi keutuhan wacana tersebut.

2. Penulisan suatu wacana akan baik jika didukung kemampuan menggunakan peranti kohesi dan koherensi.

3. Penggunaan bahan ajar yang dekat dengan kehidupan siswa sehari-hari dapat menarik dan membangkitkan minat siswa terhadap mata kuliah yang diikutinya.


(10)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Dalam bab ini dibicarakan tentang metode penelitian, teknik pengumpul data, sumber data, dan teknik analisis data. Adapun hal-hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode deskriptif. Metode ini adalah suatu metode yang menggambarkan keadaan objek yang diteliti sekaligus menguraikan aspek-aspek yang dijadikan pusat perhatian dalam penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Sudjana dan Ibrahim (1989: 64), ”metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada masa sekarang”. Lebih rincinya, penelitian deskriptif adalah akumulasi data dasar dalam cara deskriptif semata-mata, tidak perlu mencari atau menemukan saling hubungan, mentes hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi, walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal tersebut dapat juga mencakup metode deskriptif (Suryadibrata, 1995: 19).

Selanjutnya setelah dilakukan pendeskripsian, dalam penelitian ini dilakukan juga proses analitis untuk mengungkap karakteristik objek dengan menguraikan dan menafsirkan fakta-fakta tentang kohesi dan koherensi yang terdapat dalam teks yang diteliti.


(11)

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi, dan angket. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data berupa Tajuk Rencana Harian Kompas yang dikumpulkan selama bulan Desember 2008. Selanjutnya data tambahan dalam penelitian ini dikumpulkan melalui angket yang ditujukan kepada dosen mata kuliah analisis wacana di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan dan redaktur koran Kompas. Angket yang ditujukan kepada dosen dimaksudkan untuk memperoleh data seputar pandangannya terhadap karakteristik peranti kohesi dan koherensi dan penyajiannya sebagai bahan ajar. Sementara angket yang ditujukan kepada redaktur koran dimaksudkan untuk mendapatkan data mengenai latar belakang dan berbagai prinsip penulisan tajuk rencana.

Dalam pelaksanaannya, pengumpulan data dilakukan melalui dua tahap, yaitu 1) mengumpulkan atau mengkliping tajuk rencana Kompas selama bulan Desember 2008, dan 2) menyebarkan angket kepada dosen yang berhubungan dengan pengajaran analisis wacana dan redaktur yang bertanggung jawab terhadap rubrik tajuk rencana.

3.3 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini berupa rubrik tajuk rencana satu koran nasional yang jumlah oplah dan penyebarannya besar. Dalam hal ini penulis memilih Koran Kompas. Berdasarkan kegiatan prasurvei, pemilihan Koran Kompas didasarkan pada 1) oplah dan penyebarannya yang besar, 2) bahasa yang digunakan khususnya pada rubrik tajuk rencana cenderung menggunakan bahasa baku bahasa Indonesia, sehingga cocok


(12)

digunakan untuk bahan kajian kebahasaan, 3) topik-topik yang diangkat sangat aktual dan sangat dekat dengan kehidupan pembaca, 4) pemaparannya runtut, 5) pesan yang disampaikan mudah dipahami, dan 6) dalam pemaparan opini, redaktur selalu berlandaskan pada fakta-fakta, sehingga opininya dapat dipertanggungjawabkan.

Sumber data dalam penelitian ini dibatasi hanya pada Tajuk Rencana Koran Kompas yang terbit selama bulan Desember 2008. Pembatasan pada bulan ini berdasarkan pada bentuk penulisan, “perwajahan”, dan tema-tema yang diangkat dalam tajuk rencana Kompas selalu terkait dengan peristiwa-peristiwa kehidupan yang masih aktual dan berskala nasional, regional, atau internasional. Keadaan ini berlangsung secara konsisten pada penerbitan tajuk rencana perhari setiap bulannya. Oleh karena itu, tajuk rencana Kompas yang terbit selama bulan Desember 2008 dianggap merepresentasikan tajuk rencana Kompas yang terbit pada bulan-bulan sebelumnya.

3.4 Teknik Analisis Data

Penganalisisan data haruslah dilakukan dengan pedoman analisis. Hal ini penting dilakukan karena dengan pedoman analisis ini proses penganalisisan data lebih terarah dan tidak akan keluar ‘jalur” dari rumusan masalah yang telah ditetapkan. .

Berdasarkan data penelitian yang telah terkumpul, data dianalisis berdasarkan beberapa langkah berikut.

1) Mendokumentasi tajuk rencana Kompas berdasarkan terbitan koran.

2) Menentukan penomoran data wacana tajuk dengan urutan: a) nomor data wacana tajuk rencana ditulis di awal, di tengah atau di akhir kalimat dalam kurung dengan kode


(13)

TRKD1 (Tajuk Rencana Kompas D1); b) nomor data paragraf ditulis di awal, di tengah atau di akhir kalimat dalam kurung dengan kode P (paragraf); c) nomor data kalimat ditulis di awal, di tengah atau di akhir kalimat dalam kurung dengan kode k (kalimat). Dalam proses penomoran ditulis menggunakan angka Romawi untuk menunjuk nomor paragraf dan angka Arab untuk menunjuk nomor data dan kalimat. 3) Mengidentifikasi penggunaan peranti kohesi dan koherensi.

4) Mendeskripsikan peranti kohesi dan koherensi. 5) Merekapitulasi hasil analisis kohesi dan koherensi.

6) Membuat deskripsi karakteristik peranti kohesi dan koherensi wacana tajuk rencana yang paling dominan.

7) Membuat simpulan dari kerja analisis.

3.5 Instrumen Penelitian

Untuk mendukung langkah-langkah operasional terutama yang terkait dengan teknik pengumpulan data perlu dibuat instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh data atau mendapatkan data (Sudaryanto, 1998:9).

Instrumen angket dalam penelitian ini berupa pertanyaan secara tertulis kepada responden, yaitu dosen dan redaktur tajuk rencana Kompas. Instrumen angket yang digunakan adalah semi berstruktur. Dengan demikian, dalam penelitian ini digunakan instrumen angket yang telah dan belum dilengkapi dengan alternatif jawaban sehingga responden dapat memilih jawaban yang paling sesuai dengan pengalaman, pendapat, atau


(14)

perasaan responden dan bebas memberikan pendapat tentang jawaban yang telah dipilihnya.

Selanjutnya, untuk memperoleh data tentang karakteristik peranti kohesi dan koherensi digunakan instrumen pedoman analisis. Pedoman tersebut dapat dilihat pada lampiran.


(15)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir tesis ini, penulis sajikan simpulan sebagai jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun simpulan yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut.

5.1 Simpulan

Wacana tajuk rencana sesungguhnya merupakan wacana yang berisi opini lembaga penerbitan pers, diwujudkan dalam satu paparan (tulisan) singkat yang terdiri atas 6 s.d. 11 paragraf yang terbagi atas paragraf pembuka, paragraf isi, dan paragraf penutup untuk memaparkan satu peristiwa yang bersifat aktual baik nasional, regional, maupun internasional.

Topik-topik tajuk rencana Kompas terletak pada kalimat pertama atau kedua dalam paragraf awal dan mengangkat topik-topik ’kekinian”. Artinya, selalu berorientasi pada satu peristiwa yang masih hangat menjadi pembicaraan khalayak ramai, dan bersifat aktual atau kontroversial atau kedua-keduanya. Topik-topik yang diangkat pada salah satu tajuk rencana yang diterbitkannya selalu mengacu pada headline pemberitaan. Di samping itu, topik-topik wacana tajuk rencana juga berorientasi pada kualifikasi dan fokus wilayah sirkulasi media itu sendiri. Oleh karena itu, topik-topik yang diangkat berskala nasional, regional, dan internasional.

Dalam penelitian ini, wacana yang dianalisis adalah wacana tajuk rencana yang terdapat pada koran, khususnya koran Kompas. Dilihat dari realitasnya, wacana ini merupakan wacana verbal. Ditinjau dari salurannya, wacana ini termasuk wacana tulis. Jika ditinjau berdasarkan sifatnya, wacana ini merupakan wacana transaksi dan apabila


(16)

ditinjau dari langsung atau tidaknya pengungkapan, wacana ini merupakan wacana tidak langsung. Selanjutnya, apabila ditinjau berdasarkan jenis pemakaiannya, wacana ini merupakan wacana monolog. Sementara itu, ditinjau dari cara pemaparannya, wacana ini merupakan wacana naratif, sedangkan berdasarkan isinya, wacana ini umumnya merupakan wacana politik.

Kepaduan wacana tajuk rencana Kompas dicirikan dengan penggunaan unsur kohesi yang meliputi referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, dan repetisi. Unsur kohesi referensi yang paling dominan, yaitu 1) berdasarkan letak acuan adalah endofora sebanyak (59%); 2) berdasarkan arah acuan adalah endofora yang anaforis sebanyak (55%); dan 3) berdasarkan satuan lingual yang digunakan adalah pengacuan melalui pronomina persona I jamak sebanyak (36%).

Dominannya penggunaan referensi endofora yang bersifat anaforis pada TRK memberi penjelasan bahwa pesan dalam TRK mudah untuk dipahami pembaca karena pembaca tidak perlu banyak mencari makna dari satuan lingual yang diacu. Selanjutnya, dominannya penggunaan referensi pronomina persona I jamak sebanyak (36%), yaitu peranti [kita] yang berarti redaktur atau pembaca atau bangsa Indonesia menjelaskan bahwa seakan-akan opini redaktur merupakan juga opini pembaca atau menggiring pembaca untuk setuju dengan pendapat yang terdapat pada tajuk rencana.

Ditinjau dari penggunaan peranti kohesi susbtitusi, maka karakteristik substitusi yang paling dominan adalah substitusi klausa sebanyak (78%). Dominannya penggunaan substitusi klausa ini menciptakan hubungan antarkalimat yang terdapat pada wacana TRK lebih singkat dan efektif. Walaupun demikian, sifat singkat dan efektif tersebut tetap mempertahankan keterkaitan makna di dalamnya.


(17)

Ditinjau dari penggunaan peranti kohesi elipsis, maka karakteristik elipsis yang paling dominan adalah elipsis nomina sebanyak (45%). Dominannya pemakaian elipsis nomina dalam TRK menciptakan efektivitas kalimat, efisiensi kalimat-mencapai nilai ekonomis pemakaian bahasa, mencapai kepaduan wacana, dan mengaktifkan pikiran pembaca terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa. Dengan kata lain, bagaimana dengan menggunakan kata yang sedikit dapat diungkap maksud secara lengkap. Selanjutnya, ditinjau dari penggunaan peranti kohesi konjungsi, maka karakteristik konjungsi yang paling dominan adalah konjungsi koordinatif sebanyak (67%). Dominannya pemakaian peranti konjungsi koordinatif dalam TRK selain berfungsi untuk menciptakan efektivitas hubungan yang terjadi, juga untuk keserasian bentuk dan makna. Hubungan yang terjadi umumnya adalah hubungan antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.

Kemudian, ditinjau dari penggunaan peranti kohesi repetisi, maka karakteristik repetisi yang paling dominan adalah repetisi epizeuksis (repetisi penuh) sebanyak (65%). Dominannya penggunaan peranti repetisi epizeuksis atau perulangan penuh berfungsi untuk menciptakan keterkaitan dan keserasian bentuk dan makna wacana TRK. Di samping itu juga berperan pragmatis misalnya sebagai unsur penegas, penciptaan gaya bahasa, atau pengungkapan perasaan emosi.

Di samping kohesi, kepaduan wacana TRK dicirikan juga dengan kekoherensian yang meliputi hubungan makna amplikatif, kausalitas, dan penambahan. Berdasarkan hasil analisis, kekoherensian TRK yang paling dominan adalah hubungan makna amplikatif sebanyak (76%). Dominannya hubungan makna amplikatif menyebabkan paparan dalam TRK bersifat naratif. Walaupun terdapat juga hubungan makna kausalitas dan penambahan


(18)

dalam TRK, kedua hubungan makna tersebut bersifat penjelasan terhadap hubungan makna amplikatif.

Dari uraian sebelumnya, pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa kepaduan bentuk antarkalimat dan keterkaitan makna antarparagraf dalam TRK sangat utuh. Keadaan ini selain didukung oleh penggunaan peranti kohesi dan koherensi yang baik, keutuhan TRK juga didukung oleh jarak antarperanti kohesi. Jarak antarperanti kohesi yang paling dominan adalah yang terdapat dalam kalimat yang sama, kalimat berikutnya, atau kalimat sebelumnya atau S0 sebanyak (79%).

Bentuk pemanfaatan hasil analisis dan angket menghasilkan isi materi dalam suatu pokok bahasan mata kuliah Analisis Wacana Bahasa Indonesia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan. Secara sistematis, materinya meliputi 1) pengertian wacana tajuk rencana, 2) jenis wacana tajuk rencana ditinjau dari: a. Segi Realitasnya, b. Segi Salurannnya, c. Segi Sifatnya, d. Segi Langsung/Tidaknya Pengungkapan, e. Segi Pemakaiannya, dan f. Cara Pemaparannya, 3) ciri kepaduan wacana tajuk rencana (kohesi: referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, repetisi dan koherensi meliputi hubungan makna amplikatif, kausalitas, dan penambahan).

5.2 Saran

Dalam penelitian analisis wacana tajuk rencana ini baru berfokus pada analisis struktur dan pemanfaatannya dalam bentuk isi materi dalam satu pokok bahasan mata kuliah Analisis Wacana di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, berpijak atas kesadaran itu, penulis menyampaikan saran sebagai berikut.

Pertama, penelitian wacana tajuk rencana yang berhubungan dengan karakteristiknya seharusnya dapat ditindaklajuti atau diperluas cakupannya. Analisis itu


(19)

dapat berupa analisis diksi, analisis isi (content), analisis bingkai wacana (discourse framing analysis), analisis kritis, atau pendekatan analisis lainnya sehingga dapat memperkaya pengetahuan tentang karakteristik wacana tajuk rencana koran.

Kedua, pemanfaatan hasil analisis wacana tajuk rencana sebagai bahan ajar juga dapat diperluas cakupannnya. Pemanfaatan itu tidak hanya sampai pada bahan ajar an sich, namun juga dapat diperluas cakupannya hingga pada penerapannya misalnya keefektifan bahan ajar tersebut dalam memberhasilkan pembelajaran analisis wacana bahasa Indonesia. Ketiga, hasil analisis wacana tajuk rencana ini dapat digunakan oleh Dosen mata kuliah Analisis Wacana Bahasa Indonesia sebatas bahan pengayaan dalam mata kuliahnya. Hal ini mengingat materi analisis wacana ini disusun berdasarkan temuan empirik sehingga dapat membawa nuansa baru dalam pengajaran analisis wacana. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh mahasiswa khususnya mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia sebagai referensi dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mengkaji wacana secara struktural.


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. 1997. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Alwasilah, A.C. 1998. Bunga Rampai Pengajaran Bahasa. Bandung: IKIP Bandung Press Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina

Aksara

Assegaf, Dja’far H. 1983. Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli

Belawati, Tian, dkk. 2006. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka Brown, Gillian dan George Yule. (1996). Analisi Wacana (diIndonesiakan I. Soetikno).

Jakarta: Gramedia

Chaer, Abdul. 1988. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bharata Karya Aksara

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Refika Aditama

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis Gagne, R.M. dan L.J. Briggs. 1979. Principles of Instructional Design. Rinchart Holt Gorys, Keraf. 1984. Komposisi. Jakarta: Gramedia

Gorys, Keraf. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia

Halliday, M.A.K dan R. Hasan. 1976. Cohession in English. London: Longman

Kridalaksana, H. 1978. ”Keutuhan Wacana” dalam Bahasa dan Sastra, Tahun IV, No. 1. Jakarta: Depdikbud

Kridalaksana, H. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia


(21)

Moeliono, Anton., dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis

Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana

Nunan, D. 1991. Language Teaching Methodology: A Textbook for Teachers. New York: Prentice Hall

Oktavianus. 2006. Analisis Wacana Lintas Bahasa. Padang: Andalas University Press Ramlan, M. 1984. Bahasa Indonesia yang Salah dan Benar. Yogyakarta: Andi Offset Rani, Abdul., dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.

Malang: Bayumedia Publishing

Rianto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro

Semi, M. Atar. 1989. Menulis Efektif. Padang: Penerbit Etika

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudaryat, Y. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia Suatu Pendekatan Struktural dan Pragmatik. Bandung: FPBS Universitas Pendidikan Indonesia

Sudjana, N. dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Kerjasama PPs UPI dan Remaja Rosdakarya

Sumadiria, AS Haris. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sumarlam. (Eds) 2003. Teori dan Praktek Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Suparrno. 2000. ”Wacana Jual-Beli Berbahasa Indonesia” dalam Linguistik Indonesia,


(22)

Suryadibrata, S. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grafindo Persada

Sutana, D. 1999. “Kohesi dalam Wacana Naratif Bahasa Indonesia” dalam Kajian Sastra, No. 27-28/XXIII. Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro

Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana: Teori-Analisis-Pengajaran. Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasan dan Seni FPBS IKIP Bandung

Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa

Tarigan, H.G. 1989. Pengajaran Kompetensi Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Depdikbud

Wahjudi, H.S. 1989. “Pengajaran Wacana di SMA”. Makalah pada Seminar Linguistik. Surakarta: UNS


(1)

271

Ditinjau dari penggunaan peranti kohesi elipsis, maka karakteristik elipsis yang paling dominan adalah elipsis nomina sebanyak (45%). Dominannya pemakaian elipsis nomina dalam TRK menciptakan efektivitas kalimat, efisiensi kalimat-mencapai nilai ekonomis pemakaian bahasa, mencapai kepaduan wacana, dan mengaktifkan pikiran pembaca terhadap hal-hal yang tidak diungkapkan dalam satuan bahasa. Dengan kata lain, bagaimana dengan menggunakan kata yang sedikit dapat diungkap maksud secara lengkap. Selanjutnya, ditinjau dari penggunaan peranti kohesi konjungsi, maka karakteristik konjungsi yang paling dominan adalah konjungsi koordinatif sebanyak (67%). Dominannya pemakaian peranti konjungsi koordinatif dalam TRK selain berfungsi untuk menciptakan efektivitas hubungan yang terjadi, juga untuk keserasian bentuk dan makna. Hubungan yang terjadi umumnya adalah hubungan antara kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, atau paragraf dengan paragraf.

Kemudian, ditinjau dari penggunaan peranti kohesi repetisi, maka karakteristik repetisi yang paling dominan adalah repetisi epizeuksis (repetisi penuh) sebanyak (65%). Dominannya penggunaan peranti repetisi epizeuksis atau perulangan penuh berfungsi untuk menciptakan keterkaitan dan keserasian bentuk dan makna wacana TRK. Di samping itu juga berperan pragmatis misalnya sebagai unsur penegas, penciptaan gaya bahasa, atau pengungkapan perasaan emosi.

Di samping kohesi, kepaduan wacana TRK dicirikan juga dengan kekoherensian yang meliputi hubungan makna amplikatif, kausalitas, dan penambahan. Berdasarkan hasil analisis, kekoherensian TRK yang paling dominan adalah hubungan makna amplikatif sebanyak (76%). Dominannya hubungan makna amplikatif menyebabkan paparan dalam TRK bersifat naratif. Walaupun terdapat juga hubungan makna kausalitas dan penambahan


(2)

272

dalam TRK, kedua hubungan makna tersebut bersifat penjelasan terhadap hubungan makna amplikatif.

Dari uraian sebelumnya, pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa kepaduan bentuk antarkalimat dan keterkaitan makna antarparagraf dalam TRK sangat utuh. Keadaan ini selain didukung oleh penggunaan peranti kohesi dan koherensi yang baik, keutuhan TRK juga didukung oleh jarak antarperanti kohesi. Jarak antarperanti kohesi yang paling dominan adalah yang terdapat dalam kalimat yang sama, kalimat berikutnya, atau kalimat sebelumnya atau S0 sebanyak (79%).

Bentuk pemanfaatan hasil analisis dan angket menghasilkan isi materi dalam suatu pokok bahasan mata kuliah Analisis Wacana Bahasa Indonesia Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan. Secara sistematis, materinya meliputi 1) pengertian wacana tajuk rencana, 2) jenis wacana tajuk rencana ditinjau dari: a. Segi Realitasnya, b. Segi Salurannnya, c. Segi Sifatnya, d. Segi Langsung/Tidaknya Pengungkapan, e. Segi Pemakaiannya, dan f. Cara Pemaparannya, 3) ciri kepaduan wacana tajuk rencana (kohesi: referensi, substitusi, elipsis, konjungsi, repetisi dan koherensi meliputi hubungan makna amplikatif, kausalitas, dan penambahan).

5.2 Saran

Dalam penelitian analisis wacana tajuk rencana ini baru berfokus pada analisis struktur dan pemanfaatannya dalam bentuk isi materi dalam satu pokok bahasan mata kuliah Analisis Wacana di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, berpijak atas kesadaran itu, penulis menyampaikan saran sebagai berikut.

Pertama, penelitian wacana tajuk rencana yang berhubungan dengan karakteristiknya seharusnya dapat ditindaklajuti atau diperluas cakupannya. Analisis itu


(3)

273

dapat berupa analisis diksi, analisis isi (content), analisis bingkai wacana (discourse framing analysis), analisis kritis, atau pendekatan analisis lainnya sehingga dapat memperkaya pengetahuan tentang karakteristik wacana tajuk rencana koran.

Kedua, pemanfaatan hasil analisis wacana tajuk rencana sebagai bahan ajar juga dapat diperluas cakupannnya. Pemanfaatan itu tidak hanya sampai pada bahan ajar an sich, namun juga dapat diperluas cakupannya hingga pada penerapannya misalnya keefektifan bahan ajar tersebut dalam memberhasilkan pembelajaran analisis wacana bahasa Indonesia. Ketiga, hasil analisis wacana tajuk rencana ini dapat digunakan oleh Dosen mata kuliah Analisis Wacana Bahasa Indonesia sebatas bahan pengayaan dalam mata kuliahnya. Hal ini mengingat materi analisis wacana ini disusun berdasarkan temuan empirik sehingga dapat membawa nuansa baru dalam pengajaran analisis wacana. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan oleh mahasiswa khususnya mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia sebagai referensi dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam mengkaji wacana secara struktural.


(4)

274

DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. 1997. Politik Bahasa dan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya Alwasilah, A.C. 1998. Bunga Rampai Pengajaran Bahasa. Bandung: IKIP Bandung Press Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina

Aksara

Assegaf, Dja’far H. 1983. Jurnalistik Masa Kini, Pengantar ke Praktek Kewartawanan. Jakarta: Ghalia Indonesia

Baryadi, I. Praptomo. 2002. Dasar-Dasar Analisis Wacana dalam Ilmu Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli

Belawati, Tian, dkk. 2006. Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Universitas Terbuka Brown, Gillian dan George Yule. (1996). Analisi Wacana (diIndonesiakan I. Soetikno).

Jakarta: Gramedia

Chaer, Abdul. 1988. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Bharata Karya Aksara

Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Djajasudarma, T. Fatimah. 2006. Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Refika Aditama

Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis Gagne, R.M. dan L.J. Briggs. 1979. Principles of Instructional Design. Rinchart Holt Gorys, Keraf. 1984. Komposisi. Jakarta: Gramedia

Gorys, Keraf. 1994. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia

Halliday, M.A.K dan R. Hasan. 1976. Cohession in English. London: Longman

Kridalaksana, H. 1978. ”Keutuhan Wacana” dalam Bahasa dan Sastra, Tahun IV, No. 1. Jakarta: Depdikbud

Kridalaksana, H. 1993. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia


(5)

275

Moeliono, Anton., dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode & Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis

Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana

Nunan, D. 1991. Language Teaching Methodology: A Textbook for Teachers. New York: Prentice Hall

Oktavianus. 2006. Analisis Wacana Lintas Bahasa. Padang: Andalas University Press Ramlan, M. 1984. Bahasa Indonesia yang Salah dan Benar. Yogyakarta: Andi Offset Rani, Abdul., dkk. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.

Malang: Bayumedia Publishing

Rianto, Yatim. 1996. Metodologi Penelitian Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar. Surabaya: SIC

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro

Semi, M. Atar. 1989. Menulis Efektif. Padang: Penerbit Etika

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sudaryat, Y. 2000. Kajian Wacana Bahasa Indonesia Suatu Pendekatan Struktural dan Pragmatik. Bandung: FPBS Universitas Pendidikan Indonesia

Sudjana, N. dan Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Kerjasama PPs UPI dan Remaja Rosdakarya

Sumadiria, AS Haris. 2004. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sumarlam. (Eds) 2003. Teori dan Praktek Analisis Wacana. Surakarta: Pustaka Cakra Suparrno. 2000. ”Wacana Jual-Beli Berbahasa Indonesia” dalam Linguistik Indonesia,


(6)

276

Suryadibrata, S. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta. Grafindo Persada

Sutana, D. 1999. “Kohesi dalam Wacana Naratif Bahasa Indonesia” dalam Kajian Sastra, No. 27-28/XXIII. Semarang: Fakultas Sastra Universitas Diponegoro

Syamsuddin A.R. 1992. Studi Wacana: Teori-Analisis-Pengajaran. Bandung: Mimbar Pendidikan Bahasan dan Seni FPBS IKIP Bandung

Tarigan, H.G. 1987. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa

Tarigan, H.G. 1989. Pengajaran Kompetensi Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Depdikbud

Wahjudi, H.S. 1989. “Pengajaran Wacana di SMA”. Makalah pada Seminar Linguistik. Surakarta: UNS