PROSES PEMBELAJARAN DALAM PENGEMBANGAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI.

(1)

i

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 11

D. Tujuan Penelitian ... 12

E. Manfaat Penelitian ... 12

F. Definisi Operasional... 13

G. Kerangka Berfikir Penelitian ... 14

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengembangan Kreativitas dalam Pendidikan Anak Usia Dini ... 16

B. Konsep Kreativitas ... 20

C. Program Pendidikan Anak Usia Dini ... 51

D. Karakteristik Anak Usia Dini ... 58

E. Hakikat Belajar Pada Anak Usia Dini ... 66


(2)

ii

G. Pembelajaran Anak Usia Dini ... 77

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 101

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 102

C. Pengembangan Instrumen Penelitian ... 104

D. Pengolahan dan Analisis Data ... 109

E. Keabsahan Hasil Penelitian ... 111

F. Prosedur Penelitian ... 113

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 116

1. Proses Pembelajaran Dalam Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini di TKIT Aisyah ... 117

2. Bentuk Kreativitas Anak yang Dikembangkan di TKIT Aisyah .. 153

3. Faktor Pendorong dan Penghambat Dalam Pengembangan Kreativitas Anak ... 157

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 166

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 209

B. Saran-saran ... 214

DAFTAR PUSTAKA ... 216


(3)

iii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1: Kerangka Berfikir Penelitian ... 15

Gambar 2.1: Teori Persimpangan Kreativitas ... 20

Gambar 2.2: Model untuk Mendorong Belajar Kreatif ... 35

Gambar 2.3: Lingkaran Kreativitas ... 44

Gambar 3.1: Model Analisis Interaktif... 109


(4)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 222

Lampiran 2: a. Format Observasi ... 224

b. Lembaran Pengamatan Proses Pembelajaran ... 226

c. Pedoman Wawancara ... 227

d. Daftar Angket/Kuesioner ... 229

Lampiran 3: a. Hasil Wawancara ... 233

b. Catatan Observasi ... 246

c. Hasil Kuesioner ... 252

d. Hasil Studi Dokumentasi ... 256

Lampiran 4: a. Profil TKIT Aisyah ... 257

b. Pengembangan Silabus... 271

c. SKM dan SKH ... 262

d. Format Pengamatan ... 285

Lampiran 5: Foto-foto Dokumentasi Penelitian ... 298

Lampiran 6: a. Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing ... 301

b. Surat Permohonan Izin Mengadakan Penelitian ... 303

c. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian ... 304


(5)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini pada intinya akan diuraikan tentang latar belakang masalah penelitian, identifikasi dan rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, definisi oprasional yang digunakan dalam penelitian serta kerangka berfikir penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

Tantangan pembangunan bangsa di masa mendatang khususnya dibidang pendidikan adalah menciptakan manusia masa depan yang tangguh, kuat, sehat dan memiliki sikap mental keterampilan dan keahlian yang sesuai dengan kebutuhan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai negara berkembang, Indonesia sangat membutuhkan tenaga-tenaga kreatif yang mampu memberikan kontribusi bermakna pada ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian, serta kesejahteraan bangsa pada umumnya.

Untuk menjawab tantangan dan harapan tersebut hanya dapat diwujudkan melalui suatu pendidikan yang baik dan mendasar, sebuah pendidikan yang mampu meletakkan dasar-dasar pemberdayaan manusia agar memiliki kesadaran akan potensi dirinya dan mengembangkannya bagi kebutuhan dirinya sendiri, masyarakatnya dan bagi umat manusia dalam membentuk masyarakat madani. Maka dari itu pendidikan diperlukan oleh siapapun untuk tetap menguasai nasib sendiri, bertahan hidup dan meningkatkan kehidupannya.

Ungkapan tersebut sesuai dengan amanat Undang-undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal l, yang menyebutkan bahwa:


(6)

”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Perlu kita sadari bahwa anak merupakan harapan bagi masa depan suatu bangsa. Anak-anak adalah generasi penerus keluarga dan sekaligus penerus bangsa. Mereka yang kelak akan membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, yang tidak tertinggal dari bangsa-bangsa lain. Dengan kata lain, masa depan bangsa Indonesia ditentukan oleh pendidikan yang diberikan kepada anak-anak kita sekarang ini.

Masa kanak-kanak dari usia 0 - 8 tahun disebut masa emas (Golden Age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting untuk merangsang pertumbuhan otak anak dengan memberikan perhatian terhadap kesehatan anak, penyediaan gizi yang cukup, dan pelayanan pendidikan. Oleh sebab itu pendidikan yang diberikan kepada anak sejak usia dini merupakan investasi yang sangat besar bagi keluarga dan juga bangsa. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Prof. Benyamin S. Bloom, Dr. Keith Osborn dan Dr. Burton L. White (1965) dari Universitas Chicago Amerika Serikat yang menyebutkan bahwa perkembangan intelektual anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupannya. Data empirik menggambarkan bahwa sebanyak 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi pada masa anak berusia 4 tahun, dan peningkatan berikutnya sekitar 30% terjadi pada masa anak berusia 8 tahun, kemudian sisanya sekitar 20% terjadi pada masa dua puluh tahunan. Kajian


(7)

Bloom tersebut menunjukkan bahwa rangsangan belajar pada masa usia dini memberikan pengalaman yang sangat berharga untuk perkembangan pada masa berikutnya.

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani, agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Untuk itu proses pembelajaran pada masa usia dini perlu dirancang dan ditata sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kontra produktif terhadap pengalaman belajar yang akan diikutinya pada pendidikan selanjutnya.

Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.

Tujuan utama pendidikan anak usia dini adalah memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak sedini mungkin yang meliputi aspek-aspek fisik, psikis, dan sosial secara menyeluruh, yang merupakan hak anak. Dengan perkembangan itu, maka anak diharapkan lebih siap untuk belajar sosial, emosional, moral, dan lain-lain pada lingkungan sosial, yang menjadi tujuan utamanya (primary goal),


(8)

sedangkan kesiapan belajar (akademik) di sekolah adalah tujuan penyerta (nurturing goal) dari pendidikan anak usia dini (Dedi Supriadi, 2003:14).

Proses pendidikan anak usia dini haruslah berorientasi pada perkembangan yang mengacu pada tiga hal penting yaitu (1) berorientasi pada usia, (2) berorientasi pada anak secara individual, dan (3) berorientasi pada konteks sosial budaya anak. Proses pendidikan yang berorientasi kepada perkembangan memungkinkan para pendidik untuk merencanakan berbagai pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan mereka, melibatkan mereka secara emosional maupun intelektual, dan membuka daya imajinasi mereka. Cara ini juga akan memperkaya konsep-konsep anak melalui pengalaman sensorik maupun persepsi.

Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melibatkan anak dalam kegiatan melihat, mendengar, meraba, dan memanipulasi, sehingga anak akan memperoleh sejumlah gagasan, makna dan berbagai penemuan oleh dirinya sendiri. Dan pendidikan anak usia dini yang berorientasi pada perkembangan, sebanyak mungkin melibatkan anak dalam kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda yang menarik bagi anak seusia mereka. Melakukan berbagai percobaan dengan berbagai benda adalah kegiatan yang disukai anak usia dini dan kegiatan ini mampu mengembangkan kreativitas anak.

Kreativitas merupakan salah satu potensi yang dimiliki anak yang perlu dikembangkan sejak usia dini. Mengapa kreativitas begitu bermakna dalam hidup dan perlu dipupuk sejak dini dalam diri anak? Munandar (2004: 31)


(9)

mengemukakan: Pertama, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan atau mengaktualisasikan dirinya, dan aktualisasi diri merupakan kebutuhan pokok pada tingkat tertinggi dalam hidup manusia. Kedua, kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Ketiga, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri pribadi dan lingkungan tapi juga memberikan kepuasan kepada individu. Keempat, kreativitaslah yang memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.

Selain itu, kreativitas sangat penting dalam kehidupan, karena merupakan suatu kemampuan yang sangat berarti dalam proses kehidupan manusia. Dengan kreativitas manusia dapat melahirkan pencipta besar yang mewarnai sejarah kehidupan manusia dengan karyanya, seperti Bill Gate siraja Microsoft, JK. Rolling dengan novel Harry Poternya, Ary Ginanjar dengan ESQ (Emotional & Spiritual Quotient), Pramudya Ananta Toer dengan karya-karyanya yang tak lekang oleh perjalanan waktu. Apa yang mereka ciptakan adalah karya orisinil yang luar biasa dan bermakna, sehingga orang terkesan dan memburu karya-karyanya.

Menurut Soegeng Santoso (2002 : 27) pada hakekatnya sejak lahir anak mempunyai kreativitas, namun kualitasnya tidak sama, sebab tergantung bakat, gizi selama dalam kandungan dan pengaruh lingkungan terhadap ibu yang sedang hamil, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tiap anak mempunyai kreativitas sendiri, oleh sebab itu pendidik wajib memperhatikan setiap anak dan tidak boleh menyamaratakannya.


(10)

Usia tiga tahun sampai dengan memasuki pendidikan dasar, anak juga sudah memiliki sedemikian banyak kemampuan dasar yang harus distimulasi. Stimulasi dapat dilakukan melalui bermain, karena pada usia ini dunia anak adalah bermain, maka dalam proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anak. Melalui proses pembelajaran dengan kegiatan yang menyenangkan bagi anak-anak yaitu melalui bermain, diharapkan dapat merangsang dan memupuk kreativitas anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya untuk pengembangan diri sejak usia dini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Mulyasa (2005: 164) bahwa proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

Dalam proses pembelajaran di Taman Kanak-kanak, kreativitas anak dapat dirangsang dan dieksplorasi melalui kegiatan bermain sambil belajar sebab bermain merupakan sifat alami anak. Diungkapkan oleh Munandar (2004: 94) bahwa adanya hubungan yang erat antara sikap bermain dan kreativitas. Namun, dijelaskan oleh Froebel (Patmonodewo, 2003: 7), bermain tanpa bimbingan dan arahan serta perencanaan lingkungan di mana anak belajar akan membawa anak pada cara belajar yang salah atau proses belajar tidak akan terjadi. Ia mengisyaratkan bahwa dalam proses pembelajaran, pendidik bertanggung jawab dalam membimbing dan mengarahkan anak agar menjadi kreatif.

Yang menjadi pertanyaan adalah sejauh mana sikap dan perilaku guru dan orang tua yang memudahkan dan menunjang suatu lingkungan pendidikan yang memupuk kreativitas anak? Sebab menurut penelitian Getzelt dan Jackson (1962),


(11)

guru lebih menyukai siswa dengan kecerdasan tinggi dari pada siswa yang kreatif jika guru ditanya siswa manakah yang lebih mereka sukai di dalam kelas. Begitu juga dengan studi Bachtold dan Utami Munandar (1977) menunjukkan bahwa persepsi guru mengenai ”murid yang ideal” hanya sedikit persamaannya dengan perilaku yang ditemukan pada pribadi-pribadi yang kreatif.

Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan berfikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Dalam suasana yang demokratis dan menyenangkan, ketika belajar atas prakarsa sendiri dapat berkembang, karena guru menaruh perhatian dan kepercayaan terhadap kemampuan anak untuk berfikir dan berani mengemukakan gagasan baru dan ketika anak diberi kesempatan bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya, dalam suasana inilah kemampuan kreatif dapat tumbuh dan subur.

Namun apa yang terjadi di lapangan, tidak jarang kita jumpai bahwa di sekolah-sekolah bahkan di Taman Kanak-kanak dalam proses pembelajaran, perhatian terhadap potensi anak masih terbatas pada aspek berfikir konvergen sedangkan aspek berfikir divergen masih kurang mendapat perhatian. Anak didik lebih banyak menerima cekokan dalam arti instruksi bagaimana melakukan sesuatu di sekolah, di rumah, dan di dalam mengerjakan sesuatu pekerjaan, sehingga kebanyakan dari anak kehilangan kesempatan untuk kreatif. Kemampuan kreatif seorang anak sering begitu ditekan oleh pendidikan dan pengalaman sehingga ia tidak dapat mengenali potensi sepenuhnya, apalagi mewujudkannya.


(12)

Seharusnya pendidikan (khususnya pendidikan anak usia dini dalam hal ini Taman Kanak-kanak) dapat berperan lebih banyak untuk membantu anak dalam mengembangkan sikap, kemampuan, dan kreativitasnya, agar kelak dapat untuk membantu mereka menghadapi berbagai persoalan secara kreatif dan inovatif serta dapat memenuhi kebutuhan pribadi dan kebutuhan masyarakat serta bangsa dan negara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Semiawan (Santoso, 33) jika kreativitas dapat dikembangkan dengan baik maka anak dikemudian hari setelah dewasa akan memiliki kemampuan, keterampilan, dan profesi yang baik bahkan luar biasa.

Dari uraian di atas memberikan gambaran bahwa pelayanan pendidikan bagi anak usia dini merupakan suatu hal yang sangat penting, sebagai upaya pengembangan kreativitas anak. Dalam proses pembelajaran anak usia dini harus disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan suatu proses pembelajaran yang dapat mendorong pengembangan kreativitas anak yang mendukung untuk mewujudkan kemampuan dasar anak secara wajar dan optimal.

Berdasarkan studi pendahuluan dalam penelitian ini, diketahui bahwa TKIT Aisyah merupakan salah satu TK yang dianggap telah menerapkan proses pembelajaran yang mengarah pada pengembangan kreativitas anak usia dini. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam bagaimanakah proses pembelajaran dalam pengembangan kreativitas anak usia dini yang dilaksanakan di TKIT Aisyah Tanjungpinang. Penelitian ini akan mencoba mengungkap dan


(13)

menganalisis data tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan di TKIT Aisyah tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian yang dipaparkan di atas dapat diketahui betapa pentingnya penyelenggaraan pendidikan yang bermutu bagi anak usia dini (4 sampai 6 tahun) di Taman Kanak-kanak dengan penerapan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas anak. Dengan dasar pertimbangan tersebut, penulis mencoba mengadakan penelitian dengan judul “Proses Pembelajaran Dalam Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini” dengan identifikasi permasalahan yang diangkat sebagai berikut:

1. Pendidikan anak usia dini selayaknya mendapat perhatian yang serius, karena pendidikan yang diberikan sejak dini memiliki kontribusi sangat besar terhadap pengembangan kualitas sumber daya manusia selanjutnya.

2. Masa anak usia dini termasuk rawan dan labil jika kurang mendapatkan rangsangan yang positif dan menyeluruh. Oleh karena itu rangsangan awal di masa anak-anak sangat besar manfaatnya terhadap kehidupan anak selanjutnya.

3. Setiap anak mempunyai bakat kreatif, namun kalau tidak dipupuk bakat tersebut tidak akan berkembang secara optimal, oleh sebab itu faktor yang mendasar dalam pengembangan kreativitas anak usia dini perlu dipertimbangkan dalam rangka peningkatan kreativitasnya.


(14)

4. Anak yang kreatif dapat tumbuh dari sekolah dimana gurunya banyak memberikan dorongan dan motivasi intrinsik pada anak untuk mencetuskan ide-ide dan gagasan sendiri.

5. Dewasa ini proses pembelajaran untuk anak usia dini lebih ditekankan pada menghafal, bisa membaca, menulis dan berhitung, walaupun sebetulnya guru memahami bahwa proses pembelajaran untuk anak usia dini adalah melalui bermain, tetapi karena tuntutan dari orang tua yang menginginkan anaknya sudah bisa membaca dan berhitung dalam persiapan memasuki sekolah dasar. 6. Dalam masyarakat sering terjadi salah persepsi tentang konsep pendidikan

anak usia dini yang menekankan pada bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain, berubah menjadi belajar dan belajar yang akhirnya mengabaikan tahap tumbuh kembang anak.

Dengan memahami pentingnya masa anak usia dini dengan berbagai karakteristiknya, menuntut kita akan pentingnya suatu pendekatan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran yang dapat memusatkan perhatian mereka. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan berbagai kegiatan dengan mengeksplorasi dan melakukan interaksi yang aktif dengan lingkungannya.

Sebagaimana kita ketahui bahwa dunia anak adalah bermain, dengan kegiatan bermain anak akan memperoleh berbagai pengalaman, kemampuan, dan keterampilan. Kegiatan bermain dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai sarana dan alat permainan serta memanfaatkan berbagai sumber belajar. Melalui kegiatan bermain yang menyenangkan anak akan memperoleh berbagai


(15)

pengalaman yang banyak, baik pengalaman diri sendiri, dengan orang lain maupun lingkungan sekitar.

Taman kanak-kanak merupakan suatu wadah yang menyediakan suatu proses pembelajaran yang dilakukan anak melalui kegiatan bermain. Tersedianya ruang dan materi mainan dalam jangka waktu yang cukup merupakan prasyarat terjadinya kegiatan bermain yang produktif yang dapat mengembangkan kreativitas anak.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah Proses Pembelajaran Dalam Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah kota Tanjungpinang?”

Rumusan masalah di atas dijabarkan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembelajaran dalam pengembangan kreativitas anak usia dini dilaksanakan di TKIT Aisyah kota Tanjungpinang?

2. Apa saja bentuk kreativitas anak yang dikembangkan di TKIT Aisyah kota Tanjungpinang?

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kreativitas anak usia dini di TKIT Aisyah kota Tanjungpinang?


(16)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan secara umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di TKIT Aisyah Tanjungpinang dalam mengembangan kreativitas anak usia dini. Tujuan secara khusus adalah untuk:

1. Mendeskripsikan data tentang proses pembelajaran dalam pengembangan kreativitas anak usia dini di TKIT Aisyah Tanjungpinang.

2. Mendeskripsikan data tentang bentuk kreativitas anak usia dini yang dikembangkan di TKIT Aisyah Tanjungpinang.

3. Mendeskripsikan data tentang faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kreativitas anak usia dini di TKIT Aisyah Tanjungpinang.

E. Manfaat Penelitian

Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi tentang pengembangan program pendidikan anak usia dini, khususnya tentang proses pembelajaran dalam pengembangan kreativitas anak usia dini di taman kanak-kanak.

Secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, tulisan ini dapat memperkaya wawasan dan pengetahuan tentang pelaksanaan proses pembelajaran dalam pengembangan kreativitas anak usia dini di taman kanak-kanak.


(17)

2. Bagi pengelola dan guru Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah, tulisan ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi demi pengembangan taman kanak-kanak ke arah yang lebih baik.

3. Bagi lingkungan akademik, tulisan ini mudah-mudahan dapat memperkaya khasanah keilmuan yang membahas pendidikan anak usia dini.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan penafsiran yang berbeda serta memudahkan pembaca dalam menafsirkan istilah yang dipergunakan dalam penelitian ini, maka berikut ini dijelaskan istilah yang ada kaitannya dengan permasalahan penelitian:

1. Proses pembelajaran dalam penelitian ini adalah hubungan interaksi antara guru dengan anak, dan komponen lain yang berupa sarana dan lingkungan pembelajaran yang ada pada TKIT Aisyah.

2. Pengembangan adalah suatu proses rekayasa untuk menjamin prasyarat yang paling realistik dan relevan guna memperoleh hasil yang maksimal.

3. Kreativitas adalah kemampuan seorang anak untuk berfikir orisinal, bersikap dan berkarya yang lain dari anak pada umumnya.

4. Anak usia dini adalah anak berusia 4-6 tahun yang berada pada Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah kota Tanjungpinang.


(18)

G. Kerangka Berpikir Penelitian

Perkembangan berfikir dan kreativitas pada anak usia dini (0-6 tahun) sangat dramatis, bukan saja secara kuantitatif tapi juga secara kualitatif. Oleh karena itu pada masa ini merupakan periode kondusif untuk mengembangkan kreativitas anak. Dalam mengembangkan kreativitas anak diperlukan pendekatan pembelajaran yang menyeluruh dalam upaya memfasilitasi perkembangan berpikir dan kreativias anak.

Pendidikan bagi anak usia dini harus mensinergikan aspek-aspek tumbuh kembang anak diantaranya perkembangan kreativitas sebagai hasil dari proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pendidikan. Dari segi pendidikan dapat diyakini bahwa kreativitas dapat dikembangkan, oleh sebab itu perlu distimulasi sejak usia dini melalui proses pembelajaran yang tepat dan mendukung.

Proses pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik di taman kanak-kanak merupakan interaksi edukasi antara pendidik dan peserta didik dengan komponen pembelajaran lainnya yang berupa sarana dan lingkungan pembelajaran. Stimulasi yang diterima anak dalam proses pembelajaran dengan segala atribut yang ada seperti program pembelajaran, media/alat permainan, pengkondisian bermain dan belajar, serta peran lingkungan akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kreativitas anak.

Penelitian ini mengkaji mengenai pendidikan anak usia dini yang dikaitkan dengan proses pembelajaran dalam pengembangan kreativitas dan keterkaitannya dengan masukan sarana dan masukan lingkungan.


(19)

Masukan sarana meliputi keseluruhan sumber dan fasilitas yang digunakan, yang menunjang proses pembelajaran dalam mengembangkan kreativitas anak yaitu berupa program, alat permainan, dan pengkondisian bermain dan belajar anak. Masukan lingkungan mencakup dukungan dan peran orang tua. Sedangkan proses pembelajaran meliputi tujuan, materi, strategi dan penilaian yang dilaksanakan oleh para guru dalam pembelajaran.

Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Berfikir Penelitian

A N A K U S I A D I N I PROSES PEMBELAJARAN KREATIVITAS ANAK

- Aspek Kognitif (berpikir kreatif/ divergen) - Aspek Afektif/ Sikap Kreatif

Program Alat

Permainan Pengkondisian Bermain dan Belajar TAMAN KANAK-KANAK Masukan Sarana Orangtua/Keluarga


(20)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kondisi aktual tentang proses pembelajaran yang dilakukan dalam pengembangan kreativitas anak usia dini di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah kota Tanjungpinang. Dari aspek metodologi, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu meneliti langsung pada situasi penelitian yang sedang terjadi secara wajar tanpa adanya perlakuan dan intervensi dari peneliti, atau memanipulasi subjek penelitian, sehingga diperoleh data deskriptif tentang perilaku manusia (Nasution, 1992). Lebih lanjut Nasution (1992) menyatakan bahwa penelitian ini diusahakan mengumpulkan data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian, penelitian ini tidak menggunakan angka-angka statistik, walaupun tidak menolak data kuantitatif. Karakteristik dari penelitian kualitatif ditandai oleh kegiatan untuk mengamati orang, situasi nyata baik dalam lingkungan berinteraksi maupun untuk memahami perilaku orang yang diamati tersebut.

Adapun ciri-ciri penelitian kualitatif menurut Nasution (2003: 9) adalah: 1. Sumber data ialah situasi yang wajar atau “natural setting”.

2. Peneliti sebagai instrumen penelitian. 3. Sangat deskriptif.

4. Mementingkan proses maupun produk, jadi juga memperhatikan bagaimana perkembangan terjadinya sesuatu.

5. Mencari makna di belakang kelakuan atau perbuatan sehingga dapat memahami masalah atau situasi.

6. Mengutamakan data langsung atau “first hand”.

7. Dilakukannya triangulasi yaitu data atau informasi dari satu pihak harus dicek kebenarannya dengan cara memperoleh data itu dari sumber lain.


(21)

8. Menonjolkan rincian kontekstual. Peneliti mengumpulkan dan mencatat data dengan sangat terinci mengenai hal-hal yang dianggap bertalian dengan masalah yang diteliti.

9. Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti. 10. Mengutamakan perspektif emik yaitu mementingkan pandangan

responden, peneliti tidak mendesakkan pandangannya sendiri.

11. Verifikasi melalui kasus yang bertentangan untuk memperoleh hasil yang lebih dapat dipercaya.

12. Sampling yang purposif.

13. Menggunakan “audit trial” yaitu menelusuri atau melacak untuk mengetahui apakah laporan penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan.

14. Partisipasi tanpa mengganggu. Peneliti tidak menonjolkan diri sehingga diperoleh situasi yang wajar atau alamiah.

15. Mengadakan analisis sejak awal.

16. Disain penelitian tampil dalam proses penelitian.

Berdasarkan pada situasi permasalahan yang dikaji maka metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dengan tujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran, lukisan secara sistematis, faktual, akurat, dan detail mengenai fakta dan hubungan antara gejala atau kejadian yang diselidiki yaitu kegiatan proses pembelajaran, bentuk kreativitas anak yang dikembangkan serta faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kreativitas anak usia dini di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah kota Tanjungpinang.

B. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah Tanjungpinang yang beralamat di jalan Taman Bahagia nomor 7 kelurahan Kemboja, kecamatan Tanjungpinang Barat, kota Tanjungpinang provinsi Kepulauan Riau. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 17 Januari sampai dengan 28 Maret 2009. Adapun alasan pemilihan objek penelitian antara lain


(22)

karena TKIT Aisyah kota Tanjungpinang merupakan institusi yang dianggap baik dalam proses pengembangan kreativitas anak usia dini, hal ini tergambar dari prestasi yang pernah diraih TKIT Aisyah dalam berbagai lomba kreativitas anak baik pada tingkat kota Tanjungpinang maupun tingkat provinsi Kepulauan Riau. Selain itu TKIT Aisyah juga merupakan lembaga pendidikan anak usia dini yang banyak diminati oleh masyarakat kota Tanjungpinang khususnya yang berlatar belakang pendidikan dan memiliki tingkat ekonomi menengah ke atas.

Berdasarkan tujuan penelitian, maka yang menjadi subjek penelitian adalah guru dan anak yang usia 4-6 tahun yang berada di kelas B (kelas 0 besar) Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah. Pemilihan subjek ini dilakukan dengan teknik purposive sampling yakni penentuan sampel oleh peneliti berdasarkan tujuan penelitian dan sampel tersebut dianggap representatif, dengan artian sampel tersebut dapat memberikan data yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (1993: 102) subjek penelitian yaitu: ”benda, hal, orang dan tempat dimana data yang dipermasalahkan melekat.

Udin Syaefudin Sa’ud (2007: 140) menjelaskan bahwa sampel purposif memfokuskan pada informan-informan di dalam unit kasus yang akan diteliti yang kaya dengan informasi. Pemilihan sampel dilakukan karena memang menjadi sumber dan kaya dengan informasi tentang fenomena yang ingin diteliti. Kekuatan dari sampel purposif adalah dari sedikit kasus yang diteliti secara mendalam memberikan banyak pemahaman tentang suatu topik.

Sejalan dengan itu (Nasution, 2003: 11) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif pada dasarnya tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak.


(23)

Subyek penelitian biasanya sedikit dan dipilih secara purposif, yang penting subyek tersebut dapat memberikan informasi secara tuntas sehingga mampu mengungkap permasalahan penelitian.

C. Pengembangan Instrumen Penelitian

Untuk mengungkap data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka teknik yang digunakan adalah observasi yang didukung oleh wawancara, angket/kuesioner dan dilengkapi dengan studi dokumentasi. Instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri, karena dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah “key instrument” atau alat penelitian utama untuk merekam informasi yang dibutuhkan dalam penelitian (Nasution, 2003: 9).

1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan secara langsung dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan di TKIT Aisyah. Observasi dilakukan terhadap anak ketika mereka berada di dalam kelas maupun di luar kelas, dan juga terhadap guru untuk melihat proses pembelajaran yang sedang berlangsung dalam rangka mengembangkan kreativitas anak. Pelaksanaan pembelajaran tersebut meliputi strategi mengajar guru, metode dan media yang digunakan dalam pembelajaran, jenis kegiatan yang dilaksanakan, serta evaluasi/penilaian pembelajaran. Selain itu observasi dilakukan untuk melihat ciri kreativitas yang dimunculkan anak yang mencakup aspek kognitif (kemampuan berfikir kreatif) dan aspek afektif (sikap kreatif).


(24)

Untuk mendapatkan data-data tersebut digunakanlah format observasi dan lembaran pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya. Data yang diperoleh didokumentasikan dalam bentuk catatan-catatan atau diskripsi kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran. Selain itu untuk kepentingan pendokumentasian peneliti juga menggunakan alat perekam (handycam) dalam pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

Teknik observasi merupakan teknik yang utama dalam penelitian ini. Pengumpulan data melalui observasi merupakan pengamatan terhadap subyek penelitian dan dunianya yang relevan dengan aspek-aspek yang diteliti dengan cara mencatat apa yang dilihat dan didengar, mencatat apa yang mereka lakukan dan mereka katakan. Menurut Arikunto (2002: 133) observasi merupakan suatu kegiatan memusatkan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan alat penglihatan, penciuman, pendengaran, dan bila perlu melalui perabaan dan pengecapan.

Teknik ini memungkinkan untuk menarik kesimpulan tentang makna dan sudut pandang responden, kejadian, peristiwa, atau proses yang diamati. Melalui observasi ini akan terlihat bagaimana pemahaman responden yang tidak terucapkan, bagaimana teori digunakan langsung dan sudut pandang responden yang mungkin tidak diperoleh melalui wawancara.

Walaupun observasi merupakan teknik utama dalam penelitian ini, tentu juga mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan observasi adalah kecenderungan terganggunya suasana, sehingga latar tidak lagi alami, dan mungkin beberapa responden merasa terganggu karena perilakunya


(25)

terdokumentasikan. Dalam hal ini peneliti berhati-hati agar semua responden merasa aman dan kegiatannya tidak terganggu oleh kegiatan observasi.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan subjek utama yaitu guru kelas B dan kepala sekolah pada TKIT Aisyah. Wawancara dilakukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan dan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari hasil observasi yang dilakukan. Wawancara dilaksanakan dengan indepth interview (wawancara mendalam), yaitu tentang proses pembelajaran yang dilakukan dalam pengembangan kreativitas anak. Hasil wawancara dicatat selama dan setelah melakukan wawancara kemudian peneliti membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara.

Wawancara mendalam disebut juga dengan wawancara tidak terstruktur yang mirip dengan percakapan informal. Pedoman wawancara hanya digunakan untuk mengarahkan pada fokus penelitian. Namun pedoman tersebut sifatnya luwes dan tidak terlalu ketat sehingga dapat dikembangkan dan diubah pada saat wawancara sesuai dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara termasuk karakteristik sosial budaya yaitu agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan, dan sebagainya dari responden yang dihadapi.

Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Alwasilah (2003: 154) yang mengungkapkan bahwa “melalui interview peneliti bisa mendapatkan informasi yang mendalam (in-depth information) karena beberapa hal, diantaranya:


(26)

a. Peneliti dapat menjelaskan atau memparafrase pertanyaan yang tidak dimengerti responden.

b. Peneliti dapat mengajukan pertanyan susulan (follow-up question) c. Responden cenderung menjawab apabila diberi pertanyaan.

d. Responden dapat menceritakan sesuatu yang terjadi di masa silam dan masa yang akan datang.

Kelemahan dari wawancara adalah responden bisa saja tidak jujur atau tidak berterus terang untuk menjawab sesuatu yang sensitif atau mengancam dirinya. Dalam hal ini responden cenderung berkesimpulan bahwa peneliti menginginkan responden menjawab sesuai dengan keinginan peneliti. Dengan demikian untuk mengatasi kelemahan-kelemahan ini peneliti perlu melakukan observasi.

3. Studi Dokumentasi

Selain observasi dan wawancara, teknik pengumpulan data yang lain juga digunakan yaitu berupa studi dokumentasi yang bertujuan untuk mendukung dalam proses pengungkapan dan pendeskripsian hasil penelitian. Selain itu studi dokumentasi bertujuan untuk memperoleh data tertulis mengenai objek yang diteliti secara akurat dan mencari beberapa sumber informasi lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 85) bahwa data dalam penelitian kualitatif diperoleh dari sumber manusia atau “human resources” melalui observasi dan wawancara. Akan tetapi terdapat pula sumber data yang merupakan “non-human resources” berupa


(27)

dokumentasi yang mana bahannya telah ada, telah tersedia dan siap pakai serta tidak memerlukan biaya.

Tujuan dari studi dokumentasi ini yaitu untuk mendapatkan data-data bukti fisik yang berupa informasi tertulis yang berkaitan dengan penelitian misalnya catatan-catatan, brosur dan foto-foto, hal ini dilakukan untuk mengetahui berbagai hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah Tanjungpinang. Diantara data yang ingin didapatkan melalui studi dokumentasi meliputi data tentang profil sekolah, keadaan sekolah baik fisik maupun administrasi, serta data tentang program pembelajaran yang meliputi kurikulum (silabus), rencana pembelajaran (SKM dan SKH), dokumen evaluasi, dan hasil karya anak.

4. Angket atau Kuesioner

Walaupun peneliti merupakan “key instrument”, namun untuk memperoleh data tentang keadaan anak di luar sekolah (di rumah) maka peneliti juga menggunakan instrumen penelitian berupa angket atau kuesioner yang diberikan pada orang tua siswa. Kuesioner yang digunakan berisi tentang pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan kemunculan ciri-ciri kreativitas pada anak baik pada aspek kognitif maupun aspek afektif.

Kuesioner yang diberikan adalah kuesioner tidak langsung, dimana orang tua diminta menjawab tentang anak mereka. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Arikunto (2006: 152) bahwa dipandang dari jawaban yang diberikan kuesioner terbagi dua yaitu kuesioner langsung dan kuesioner tidak langsung. Kuesioner langsung yaitu responden menjawab tentang dirinya,


(28)

sedangkan kuesioner tidak langsung yaitu jika responden menjawab tentang orang lain.

D. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah data diperoleh dan terkumpul, maka dilakukan analisis data, yaitu proses penyusunan data agar dapat ditafsirkan. Tafsiran atau interprestasi artinya memberikan makna kepada analisis, menjelaskan pola atau kategori, mencari hubungan antara konsep yang mencerminkan pandangan atau perspektif peneliti dan bukan kebenaran (Nasution, 1992).

Dalam menganalisis data penelitian, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah, bentuk kreativitas yang dikembangkan dan faktor-faktor pendorong dan penghambat dalam mengembangkan kreativitas anak.

Prosedur analisis data dalam penelitian ini mengikuti apa yang dikemukakan oleh Miles & Huberman (Nasution, 2003: 129) yaitu: (1) reduksi data, (2) display data, dan (3) mengambil kesimpulan dan verifikasi.

Gambar 3.1. Model Analisis Interaktif (Miles& Huberman, 1984) Data

Collection

Data Reduction

Data Display

Conclusion Drawing/Verifying


(29)

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah pencatatan kembali dalam bentuk uraian atau laporan secara terinci dan sistematis yang dapat digunakan dalam menganalisa data. Laporan yang direduksi itu dirangkum, dipilih hal-hal pokok dan penting, dan diberi susunan yang sistematis agar lebih mudah untuk dikendalikan. Data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan juga mempermudah peneliti untuk mencari data yang diperlukan. 2. Display Data

Display data adalah upaya untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari sebuah penelitian.

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Sejak semula peneliti mencari makna data atau kesimpulan dari data yang telah dikumpulkan. Untuk mencapai tujuan ini peneliti perlu mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering muncul, hipotesis, dan sebagainya. Setelah data bertambah dan analisis dilakukan secara terus menerus, kesimpulan dari makna data akan lebih grounded. Hal ini dapat dilakukan dengan verifikasi selama penelitian berlangsung.

Untuk data yang diperoleh melalui angket dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang bersifat positif kategori S (sering) diberi skor tertinggi yaitu 4, K (kadang-kadang) diberi skor 3, SJ (sangat jarang) diberi skor 2, dan TP (tidak pernah) diberikan skor 1. Kemudian hasil rekapitulasi data angket tersebut dianalisis secara deskriptif untuk menemukan kecenderungan yang muncul.


(30)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kategorial berdasarkan hasil observasi non partisipatif, wawancara, studi dokumentasi, kuesioner, rekaman foto dan video pembelajaran. Data yang diperoleh dikelompokkan dan kemudian dianalisis menurut teori yang dijadikan acuan dalam mengembangkan penelitian ini. Hasil analisis data yang diperoleh dijadikan acuan oleh peneliti untuk menyusun berbagai saran dan rekomendasi untuk perbaikan pembelajaran dan penelitian berikutnya.

E. Keabsahan Hasil Penelitian

Menurut Sugiono (2007: 270) kriteria keabsahan penelitian dalam penelitian kualitatif meliputi uji: (1) kredibilitas, (2) transferabilitas, (3) dependabilitas, dan (4) konfirmabilitas.

1. Kredibilitas

Kredibilitas dalam penelitian kualitatif menggambarkan kecocokan konsep peneliti dengan konsep yang ada pada responden, dan menunjukkan seberapa jauh kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya. Untuk mencapai kredibilitas yang diharapkan dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu melalui triangulasi, penggunaan bahan referensi dan member check.

Dalam penelitian ini untuk mengecek kredibilitas data dilakukan dengan triangulasi teknik. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sugiono (2007: 274) bahwa triangulasi teknik digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara dicek dengan


(31)

observasi, dokumentasi atau kuesioner. Untuk lebih jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut:

Wawancara Observasi

Dokumen

Gambar 3.2. Triangulasi Teknik Pengumpulan Data

2. Transferabilitas

Transferabilitas atau keteralihan adalah sampai sejauh mana hasil penelitian dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi yang berbeda. Untuk melakukan suatu pengalihan, peneliti harus mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konsep, dan peneliti bertanggung jawab menyediakan data empiris untuk membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Dalam hal ini peneliti hanya melihat transferabilitas hanya sebagai suatu kemungkinan. Apakah hasil penelitiannya dapat diterapkan, diserahkan kepada pembaca atau pemakai. Bila pemakai melihat ada kesesuaian bagi situasi yang dihadapinya maka disitu tampak adanya transfer, walaupun dapat diduga bahwa tidak ada dua situasi yang sama sehingga perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing.

Wawancara

Dokumen


(32)

3. Dependabilitas

Dependabilitas atau ketergantungan adalah sejauh mana hasil penelitian bergantung pada keadaan. Dependabilitas dapat dilakukan dengan audit trial,

yaitu dengan mempelajari laporan-laporan lapangan dan laporan-laporan selanjutnya., sampai laporan penelitian ini selesai dengan tujuan mengetahui tingkat kekonsistenan peneliti dalam setiap segmen penelitian.

4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas atau objektivitas adalah sejauh mana hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya. Apakah penelitian cocok atau sesuai dengan data yang telah dikumpulkan, dan juga konfirmabilitas mengandung makna sejauh mana keutuhan hasil penelitian tidak mengandung unsur-unsur yang saling bertentangan.

F. Prosedur Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap kegiatan, yakni tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap pelaporan. Langkah-langkah pengumpulan data yang ditempuh dalam penelitian ini mengacu pada pendapat Moleong yaitu: 1. Pra-lapangan

Tahap pra-lapangan bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap mengenai masalah yang akan diteliti. Tahap pra-lapangan dilaksanakan peneliti sebelum pengumpulan data. Dalam tahap ini peneliti pada mulanya melakukan studi kepustakaan sebagai bahan rujukan yang


(33)

dijadikan dasar dalam menentukan fokus penelitian. Langkah selanjutnya adalah penentuan lapangan penelitian dengan jalan mempertimbangkan teori substantif dan dengan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan studi pendahuluan ke Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah kota Tanjungpinang untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai fokus permasalahan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Demi kelancaran tahap ini, maka peneliti harus memahami beberapa hal yakni pemahaman tentang latar belakang penelitian, tata cara memasuki lapangan, dan peran sertanya dalam mengumpulkan data.

Pemahaman terhadap latar belakang penelitian bertujuan untuk menghindarkan peneliti dari data yang kurang diperlukan dalam sebuah penelitian. Tugas peneliti mengumpulkan data yang relevan sebanyak mungkin dari sudut pandang informan tanpa mempengaruhinya. Selain itu agar data dapat diperoleh dengan baik maka peneliti harus melakukan hubungan yang akrab dengan responden, memahami etika di daerah latar penelitian dan tetap menyadari perannya sebagai peneliti. Untuk lebih jelas lengkapnya kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: a. Tahap memasuki lapangan dimulai dengan menjalin keakraban antara

peneliti dan subyek sehingga seolah-olah tidak ada lagi dinding pemisah diantaranya. Dengan demikian responden dengan sukarela dapat menjawab pertanyaan atau memberikan informasi yang diperlukan


(34)

peneliti. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

b. Peneliti melakukan observasi terhadap guru dalam proses pembelajaran yang dilakukan pada TKIT Aisyah dengan cara mengamati dan merekam proses pembelajaran dengan menggunakan format observasi dan video rekaman (handycam). Observasi yang dilakukan adalah observasi nonpartisipan dimana peneliti tidak terlibat dalam kegiatan tetapi hanya sebagai pengamat independen.

c. Wawancara dilakukan dengan guru dan kepala sekolah dalam upaya mencari data yang sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian. Wawancara diupayakan berlangsung dalam suasana santai dan informal hingga setelah penelitian berjalan selama waktu tertentu dan akan beralih ke arah yang lebih berstruktur.

3. Tahap Analisis Data

Tahap ini berlangsung dari awal hingga akhir penelitian, seperti yang dijelaskan oleh Nasution (2003: 138) bahwa dalam penelitian kualitatif, analisis data dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, selama berlangsungnya penelitian, terus sampai penulisan hasil penelitian.

4. Tahap Pelaporan

Tahap ini merupakan tahap akhir dalam penelitian, hal ini dilakukan dengan maksud sebagai alat untuk mengkomunikasikan hasil penelitian kepada pihak lain.


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Seperti yang telah diuraikan dalam BAB I bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran yang dilakukan dalam pengembangan kreativitas anak usia dini di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Aisyah kota Tanjungpinang, bentuk kreativitas yang dikembangkan, serta faktor pendukung dan penghambat dalam pengembangan kreativitas anak. Merujuk kepada hasil analisis data yang dilakukan pada Bab IV maka secara keseluruhan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dalam penyusunan perencanaan pembelajaran guru mampu menjabarkan

standar kompetensi menjadi berbagai hasil belajar dan indikator serta menyiapkan materi ajar yang diperlukan dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Namun perencanaan yang dibuat guru khususnya Satuan Kegiatan Harian (SKH) tidak dapat memproyeksikan bagaimana pembelajaran dilaksanakan, kegiatan apa yang akan dilakukan oleh guru dan anak, pengorganisasian anak apakah klasikal, kelompok atau kegiatan individual dalam rangka mengembangkan kreativitas anak. Karena pada kolom kegiatan pembelajaran guru hanya mencantumkan secara garis besar tanpa membuat rincian yang jelas tentang kegiatan yang akan dilakukan oleh anak maupun guru dalam kegiatan pembelajaran. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam pengembangan kreativitas anak pada TKIT Aisyah berlangsung dalam suasana bermain sambil belajar yang menyenangkan bagi anak-anak. Materi


(36)

pembelajaran mencakup perkembangan anak secara holistik yang mencakup pembentukan perilaku melalui pembiasaan yaitu moral, nilai-nilai agama, disiplin, sosial, emosional serta kemandirian dan pengembangan kemampuan dasar yang meliputi kemampuan bahasa, kognitif, fisik dan motorik dan seni. Kegiatan pengembangan kreativitas tidak dilihat secara terpisah dalam suatu kegiatan, akan tetapi meresap ke dalam sendi-sendi setiap kegiatan yang dilakukan setiap saat. Jenis kegiatan yang diberikan guru juga bemacam-macam seperti menggambar, mencap, menjahit, menggunting, mewarnai, meronce, membentuk dari plastisin/playdough, bermain balok dan lain-lainnya yang dapat menunjang pengembangan kreativitas anak. Kegiatan yang paling disukai anak-anak diantaranya menggambar bebas, mencap, membentuk, dan mewarnai sebab dalam kegiatan tersebut anak lebih bisa mengekspresikan dirinya dengan bebas tanpa aturan-aturan tertentu yang harus diikuti. Dalam proses pembelajaran guru menggunakan metode yang berbeda-beda setiap harinya seperti pemberian tugas, demonstrasi, bercerita, latihan pembiasaan, bernyanyi, dan bercakap-cakap/tanya jawab. Akan tetapi metode bermain peran sangat jarang digunakan bahkan metode proyek tidak pernah digunakan oleh guru padahal kedua metode tersebut sangat mendukung upaya pengembangan kreativitas anak seperti kemampuan bahasa, komunikasi, imajinasi, rasa ingin tahu, dan keterampilan berfikir divergen anak. Evaluasi dilakukan guru selama proses pembelajaran berlangsung secara berkesinambungan dan menyeluruh dengan menggunakan teknik pengamatan


(37)

dan portofolio sehingga anak bebas dari tekanan bahwa ia sedang diawasi dan dinilai yang akan berdampak pada kreativitas.

2. Bentuk kreativitas yang dikembangkan dalam proses pembelajaran di TKIT Aisyah mencakup aspek kognitif dan aspek afektif/sikap. Aspek kognitif atau berpikir kreatif meliputi (1) keterampilan berpikir lancar (fluency), (2) keterampilan berpikir luwes/fleksibel (flexibility), (3) keterampilan berpikir orisinal (originality), (4) keterampilan memperinci (elaboration), dan (5) keterampilan menilai (evaluation). Sedangkan aspek afektif yaitu (a) rasa ingin tahu, (b) bersifat imajinatif/fantasi, (c) merasa tertantang oleh kemajemukan, (d) sifat berani mengambil resiko, dan (e) sifat menghargai. Sebagian ciri-ciri kemampuan berfikir kreatif dan ciri-ciri afektif dapat dimunculkan anak dalam proses pembelajaran. Anak dapat memperlihatkan ciri kreativitas tertentu meskipun ciri yang diperlihatkan tidak selalu sama dan berada pada tingkat yang berbeda pula. Selain itu, dalam pengembangan antar aspek kognitif dan aspek afektif itu sendiri tidak mendapatkan porsi yang seimbang. Pada aspek kognitif, perangsangan lebih sering terjadi pada kemampuan berpikir lancar dari pada kemampuan berpikir lainnya yang ditandai dengan seringnya guru mengajukan pertanyaan yang lebih banyak mengasah kemampuan berfikir konvergen. Sementara pada aspek afektif, guru lebih sering merangsang sifat berani mengambil resiko pada anak yang ditandai dengan guru lebih banyak mengajukan pertanyaan dari pada memancing anak untuk mengajukan pertanyaan.


(38)

3. Faktor pendukung dalam pengembangan kreativitas anak di TKIT Aisyah diantaranya:

a. Pengetahuan guru tentang kreativitas cukup baik, hal ini ditandai dengan kemampuan guru melakukan kegiatan pembelajaran yang membentuk pribadi yang kreatif, misalnya dengan memberikan otonomi pada anak untuk menentukan sendiri pilihannya dalam melakukan suatu pekerjaan, guru tidak banyak memberikan larangan pada anak sehingga anak tidak merasa dalam kungkungan, guru tidak memaksakan anak dalam mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas yang diberikan, dan guru sering meminta anak untuk menceritakan tentang gambar atau karya yang dibuatnya sehingga memancing timbulnya fantasi anak.

b. Strategi mengajar guru cukup bervariasi. Dalam proses pembelajaran guru telah menggunakan berbagai macam metode pengajaran dan memberikan tugas/kegiatan yang berganti-ganti sehingga dapat menghindarkan anak dari kebosanan yang pada akhirnya menumbuhkan motivasi anak untuk melakukan kegiatan kreatif.

c. Penilaian yang dilakukan guru tidak menekankan pada prestasi/hasil yang diraih anak tetapi pada perkembangan anak dan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung sehingga anak tidak merasa sedang diawasi dan dinilai. Dan guru menghargai setiap hasil karya anak dengan penghargaan berupa anggukan, senyuman, dan pujian, serta memajang beberapa hasil karya anak


(39)

d. Sarana pembelajaran berupa berbagai alat permainan edukatif yang telah dimiliki dan pengaturan ruang kelas yang diubah dalam kurun waktu tertentu serta tampilan ruang kelas yang menarik yang dipenuhi dengan aneka karya anak dapat merangsang kreativitas anak.

e. Perhatian dan dukungan orang tua yang baik terhadap program sekolah juga menjadi faktor pendukung dalam pengembangan kreativitas anak, misalnya orang tua menyediakan berbagai peralatan yang dibutuhkan anak, keikutsertaan dalam berbagai kegiatan di sekolah dan menanggapi setiap laporan perkembangan anak.

Sedangkan faktor penghambat dalam pengembangan kreativitas anak di TKIT Aisyah diantaranya:

a. Dalam pembelajaran guru lebih banyak memberikan pertanyaan yang mudah dijawab oleh anak dari pada pertanyaan yang merangsang anak untuk berfikir kreatif atau berfikir secara divergen. Begitu juga dengan penggunaan metode pengajaran, metode bermain peran jarang diberikan guru bahkan metode proyek tidak pernah dilaksanakan, padahal kedua metode tersebut dapat mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak.

b. Alat permainan kurang banyak jenisnya dan tidak ada penambahan alat permainan yang baru dan lebih menantang, sehingga anak merasa bosan dan tidak tertarik lagi untuk memainkannya sebab alat permainan tersebut telah dikuasainya. Selain itu halaman sekolah yang sempit juga salah satu faktor penghambat pengembangan kreativitas anak.


(40)

c. Ruang kelas yang kurang nyaman dan tidak tersedianya ruang khusus bermain, sehingga alat-alat permainan diletakkan di masing-masing kelas dan tidak tertata dengan rapi sehingga tidak menarik secara visual.

d. Sikap beberapa orang tua yang tidak disiplin. Sebagian orang tua terlihat ikut memberikan bantuan kepada anak untuk menjawab pertanyaan guru yang berakibat hilangnya konsentrasi anak sehingga anak tidak mandiri dan tergantung pada orang lain, sementara sikap mandiri merupakan salah satu sikap yang mendukung kreativitas.

B. Saran-saran

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa dalam menyusun perencanaan pembelajaran khususnya Satuan Kegiatan Harian (SKH) guru belum dapat memproyeksikan bagaimana pembelajaran dilaksanakan, kegiatan apa yang akan dilakukan oleh guru dan anak, pengorganisasian anak apakah klasikal, kelompok atau individual dalam rangka mengembangkan kreativitas anak. Sedangkan dalam proses pembelajaran guru masih jarang memberikan pertanyaan yang merangsang anak berfikir kreatif atau berfikir secara divergen. Begitu juga dalam penggunaan metode pembelajaran, guru sangat jarang menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran di kelas, padahal diketahui bahwa metode tersebut sangat baik digunakan untuk mengembangkan daya imajinasi dan kreativitas anak. Selain itu juga ditemukan bahwa di TKIT Aisyah ini tidak tersedia ruang khusus bermain, alat permainan yang masih kurang banyak jenisnya dan tidak ada penambahan alat permainan yang baru.


(41)

Berdasarkan temuan dan hasil penelitian ini, maka peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Agar pelaksanaan pembelajaran berjalan lebih baik, efektif dan efesien, khususnya dalam pengembangan kreativitas anak, sebaiknya dalam merancang perencanaan pembelajaran guru lebih memberikan gambaran yang jelas terhadap kegiatan yang akan dilaksanakan dan ditulis secara operasional, mudah terbaca, dan dapat dimengerti oleh siapa pun yang membaca.

2. Untuk mengembangkan kreativitas dan daya imajinasi anak dalam proses pembelajaran, sebaiknya guru lebih banyak memberikan pertanyaan yang merangsang anak untuk berfikir kreatif atau berfikir secara divergen, dan dalam kegiatan pembelajaran sebaiknya guru lebih sering menggunakan metode bermain peran pada anak.

3. Pengelola TKIT Aisyah sebaiknya menyediakan ruang khusus bermain dan menambah jumlah alat permainan yang ada terutama alat permainan kreatif seperti permainan drama berupa dokter-dokteran, masak-masakan, rumah-rumahan, perawatan bayi dan permainan konstruktif seperti balok, fuzzle dan lego, serta mengganti dengan alat permainan yang baru agar lebih menarik bagi anak.

4. Penelitian yang dilakukan ini belum memberikan informasi mengenai seberapa besar kontribusi proses pembelajaran terhadap kreativitas anak, sehingga disarankan bagi peneliti berikutnya untuk meneliti secara khusus dan lebih mendalam mengenai kontribusi proses pembelajaran terhadap perkembangan kreativitas anak usia dini.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Abromitis. B. (2009). Fostering Creative Learning in Young Children Tersedia:

www.earlychildhoodnews.com/earlychildhood/article_view.aspx?ArticleI D=349 - 63k [12 Mei 2009]

Adhipura, A. A. N. (2001). Pengembangan Model Layanan Bimbingan Berbasis Nilai Budaya Lokal untuk Meningkatkan Kreativitas Anak. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Alwasilah, C (2002). Pokoknya Kualitatif. Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Andi, A.A (2008). Pentingnya Pembinaan Kreativitas Anak. Tersedia: www.mbs-sd.org/buletin_fasilitator/Ed_3_KreativitasAnak.pdf - [28 Mei 2009] Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Artur, L., et al. (1996). Program and Planning in Early Childhood Settings. 2nd ed. New South Wales: Harcourt Brace & Campany.

Author, N. (2007). Berimajinasi Ciri Kreativitas Anak. Tersedia: www.family-writing.com/opini/berimajinasi-cermin-kreativitas-anak.html/ [25 Mei 2009]

Bredekamp, Sue. (1987). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs Serving Children from Birth Throught Age 8. Wasington : NAEYC.

Brewer, Jo Ann. (2007). Introduction to Early Childhood Education : Preschool Trough Primary Grades. New York: Pearson

Budiningsih, A (2004) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Craft Anna (2004). Me-refresh Imajinasi & Kreativitas Anak-anak. (Terjemahan

oleh Chaerul Anam). Depok: Cerdas Pustaka

Dockett, S. & Fleer, M. (2000). Play and Pedagogy in Early Childhood. Sydney: Harcourt


(43)

Duncan, Sandra. (1996). Fostering Creativity in Children’s Art. Tersedia:

http://www.Earlychildhoodnews.Com/archive/fost. [11 April 2008]

Edward, Pope Carolyn, et al. (1995). Encouraging Creativity in Early Childhood Classroom. Tersedia: http://www.ed.gov/databases/ERIC-Digest/ed38. [11 April 2009]

Eisenberger, Robert et.al. (1999). Promised Reward and Creativity: Effects of Prior Experience. Tersedia: http://eisenberger.psych.udel.edu/.../09 Promised_Reward_and_Creativity.pdf [11 April 2009].

Hawadi, R.A. (2001). Psikologi Perkembangan Anak. Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT Grasindo.

Hawadi, R.A, dkk. (2001). Kreativitas. Panduan Bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar. Jakarta: PT. Grasindo

Hurlock, E.B. (1991). Psikologi Perkembangan. (Terjemahan Istiwidayanti) Jakarta: Erlangga.

Isabella, Upi (2007). Scaffolding pada Program Pendidikan Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Penabur - No.08/Th.VI/Juni 2007

Jalal, Fasli, (2003). Kebijakan Makro Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia.

Jakarta: Buletin PADU Edisi Khusus.

Jalal, F. (2002). “Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya PADU”. Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 03. 9 – 18.

Jamaris, M (2006) Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman kanak-kanak (Pedoman bagi orang tua dan guru). Jakarta: PT. Grasindo.

Janice J. Beaty. (1992). Skill For Preschool Teacher. New Jersey: Merril an Imprint of Prentice Hall.

Justo,CF. (2008). Creative Relaxtion, Motor Creativity, Self Concept in the Sample of Children from Early Childhood Education. Tersedia:

www.investigacion-psicopedagogica.org/revista/... /Art_14_ 188.pdf [30 Mei 2009]

Kostelnik, M.K., Soderman, A.K., dan Whiren, A.P (1999). Developmentally Appropriate Curriculum. Best Practices in Early Childhood Education. New Jersey. Prentice Hall.


(44)

Lolowang, dkk (2006). Dengan Bermain Tempurungpun Intelegensi dan Kreativitas Dapat Ditingkatkan. Tersedia: www.pdf-search-engine.com/perkembangan-kreativitas-anak-usia-dini-pdf.html [30 Mei 2009]

Majidi Nasyith (2009). Child Development. Tersedia: http://www.parentsguide .co.id/dsp_content.php?kat=7 [10 Juni 2009]

Mariani, D.A. (2008). Bermain dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini. Tersedia:

http//.deviarimariani.wordpress.com. [5 April 2009].

Masitoh, dkk (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Mayang Sari. S. (2005). Peran Ruang Dalam Menunjang Perkembangan Kreativitas Anak. Tersedia: http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/ [12 Mei 2009]

Mayang Sari. S. (2009). Pengaruh Budaya Terhadap Kreativitas. Tersedia:

www.wangmuba.com/.../pengaruh-budaya-terhadap-kreativitas/ [10 Juni 2009]

Mary A.K. (2008) Fostering Creativity. Tersedia: www.creativity-portal.com/howto/creativity/childrens.creativity.html [12 Mei 2009] Moeslichatoen (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Munandar, Utami. (1999). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Munandar, SCU. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk bagi Para Orang Tua dan Guru. Jakarta: PT. Grasindo.

Musthafa, B. (2008). Dari literasi Dini ke Literasi Tenologi. Bandung: Yayasan Center for Research on Education and Sociocultural Transformation, dengan New Concept English Education Centre Jakarta.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Tarsito.


(45)

Nugraha, A (2005). Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nur’aini. (2003). Kreativitas Anak Dalam Pembelajaran Daya Cipta Melalui Bidang Pengembangan Bahasa di Taman Kanak-kanak. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 3 No.1 April 2003.

Nurlaily, S (2006). Proses Pembelajaran Dengan Metode Proyek Melalui Kegiatan Berkebun Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini.Tesis Magister pada PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta Purwanto. (2005). Kreativitas Berfikir Siswa dan Perilaku dalam Tes. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan No. 055, Tahun ke-11 Juli 2005.

Ruslan, A (2007). Pendidikan Usia Dini yang Baik Landasan Keberhasilan Pendidikan Masa Depan. Tersedia: http://researchengines.com/agus ruslan 31-5-2.html [8 April 2009].

Sagala, S (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Santer, Joan. et. al. (2007). Free Play in Early Childhood. Tersedia:

www.playengland.org.uk/resources/free-play-in-early-childhood.pdf [10 Juni 2009].

Santoso, S. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan.

Santoso, S (2006). Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur No. 07/Th.V Desember 2006

Sa’ud, Udin. S (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Semiawan, C (2004). Mengembangkan Kreativitas Anak. Tersedia:

www.atmajaya.ac.id/content.asp? [31 Mei 2009]

Sharp, Caroline (2001). Developing Young Children’s Creativity Through the

Arts: What Does Research Have to Offer? Tersedia:

www.nfer.ac.uk/publications/other-publications/conference-papers/pdf_ docs/creativity.pdf [12 Mei 2009]

Smith, Mary. K. (1996). Fostering Creativity in the Early Childhood Classroom. Tersedia: http://www.springerlink.com/content/q4g2247457818445/ [12 Mei 2009].


(46)

Solehudin, M. (1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Depdikbud-FIP IKIP.

Solehudin,M. (2004). Memfasilitasi Perkembangan Berpikir dan Kreativitas Anak Usia Dini. Jurnal Ilmu Pendidikan Pedagogia UPI

Stella, WM. (2004). Focus Group Interviews: Music Teachers’ perspectives on Promoting Creativity in Young Children. Tersedia: www.aare.edu.au/ 04pap/lam 04049.pdf [12 Mei 2009].

Sugiono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujiono Yuliani. N (2007). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, D (1989). Kreativitas dan Orang-orang Kreatif dalam Lapangan Keilmuan. Disertasi Doktor Pada IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Supraptiningsih, U. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Prasekolah dan Sekolah Dasar. Tersedia: www.journal.um.ac.id/index.php/sekolah-dasar/article/view/332 [31 Mei 2009]

Susabda Esther, (1988). Mengembangkan Kreativitas Anak. Tersedia:

www.lead.sabda.org/mengembangkan_kreatifitas_anak [31 Mei 2009]

Susanto, H (2005). Penerapan Multiple Intelligences Dalam Sistem Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur No. 04/Th.IV/ Juli 2005

Suyanto, S, (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yokyakarta: Hikayat Publishing.

Tajudin, R (2007). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Motivasi Terhadap

Kreativitas Anak Dalam Bermain Komputer. Tersedia:

www.scribd.com/.../Pengaruh-Metode-Pembelajaran-Dan-Motivasi-Terhadap-Kreativitas-Anak-Dalam-Bermain-Komputer [10 Juni 2009] Takwin, B (2008). Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Aktivitas Bermain.

Tersedia: www.bagustakwin.multiply.com/journal/... [10 Juni 2009] Tegano, D.W. (1991). Creativity in Early Childhood Classroom. Tersedia:

www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/recordDetail?accno=ED338435


(47)

Torance, P (1963). Creativity. United States: National Education Association. Trihadiyanti, (2008). Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran

Berbasis Masalah. Tersedia: www.sd-binatalenta.

com/images/artikel_tri.pdf [31 Mei 2009]

Ummu Ja’far, (2000). Bermain Bagi Anak. Tersedia: http://www.ummigroup.co.id (3 Desember 2008)

Vedder, T. (2008). 5 Aktivitas Perangsang Kreativitas Anak. Tersedia:

www.id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1830693-aktivitas-perangsang-kreativitas-anak/ [28 Mei 2009]

Wahyudin, (2003). Menuju Kreativitas. Jakarta: Gema Insani Press.

Wilis Dahar, R. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Yusuf Syamsu, (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(2002). Acuan Menu Pembelajaran Pada Anak Dini Usia (Menu Pembelajaran Generik). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(2006). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

______ (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Pusat Kurikulum. Departemen Pendidikan Nasional.


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Abromitis. B. (2009). Fostering Creative Learning in Young Children Tersedia: www.earlychildhoodnews.com/earlychildhood/article_view.aspx?ArticleI D=349 - 63k [12 Mei 2009]

Adhipura, A. A. N. (2001). Pengembangan Model Layanan Bimbingan Berbasis Nilai Budaya Lokal untuk Meningkatkan Kreativitas Anak. Tesis Magister pada PPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Alwasilah, C (2002). Pokoknya Kualitatif. Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Jaya.

Andi, A.A (2008). Pentingnya Pembinaan Kreativitas Anak. Tersedia: www.mbs-sd.org/buletin_fasilitator/Ed_3_KreativitasAnak.pdf - [28 Mei 2009] Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT

Rineka Cipta.

Arikunto, S. (1988). Penilaian Program Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Artur, L., et al. (1996). Program and Planning in Early Childhood Settings. 2nd ed. New South Wales: Harcourt Brace & Campany.

Author, N. (2007). Berimajinasi Ciri Kreativitas Anak. Tersedia: www.family-writing.com/opini/berimajinasi-cermin-kreativitas-anak.html/ [25 Mei 2009]

Bredekamp, Sue. (1987). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs Serving Children from Birth Throught Age 8. Wasington : NAEYC.

Brewer, Jo Ann. (2007). Introduction to Early Childhood Education : Preschool Trough Primary Grades. New York: Pearson

Budiningsih, A (2004) Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Craft Anna (2004). Me-refresh Imajinasi & Kreativitas Anak-anak. (Terjemahan

oleh Chaerul Anam). Depok: Cerdas Pustaka

Dockett, S. & Fleer, M. (2000). Play and Pedagogy in Early Childhood. Sydney: Harcourt


(2)

Duncan, Sandra. (1996). Fostering Creativity in Children’s Art. Tersedia: http://www.Earlychildhoodnews.Com/archive/fost. [11 April 2008]

Edward, Pope Carolyn, et al. (1995). Encouraging Creativity in Early Childhood Classroom. Tersedia: http://www.ed.gov/databases/ERIC-Digest/ed38. [11 April 2009]

Eisenberger, Robert et.al. (1999). Promised Reward and Creativity: Effects of Prior Experience. Tersedia: http://eisenberger.psych.udel.edu/.../09 Promised_Reward_and_Creativity.pdf [11 April 2009].

Hawadi, R.A. (2001). Psikologi Perkembangan Anak. Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT Grasindo.

Hawadi, R.A, dkk. (2001). Kreativitas. Panduan Bagi Penyelenggaraan Program Percepatan Belajar. Jakarta: PT. Grasindo

Hurlock, E.B. (1991). Psikologi Perkembangan. (Terjemahan Istiwidayanti) Jakarta: Erlangga.

Isabella, Upi (2007). Scaffolding pada Program Pendidikan Anak Usia Dini.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.08/Th.VI/Juni 2007

Jalal, Fasli, (2003). Kebijakan Makro Pendidikan Anak Usia Dini Indonesia. Jakarta: Buletin PADU Edisi Khusus.

Jalal, F. (2002). “Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya PADU”. Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia. 03. 9 – 18.

Jamaris, M (2006) Perkembangan dan Pengembangan Anak Usia Taman kanak-kanak (Pedoman bagi orang tua dan guru). Jakarta: PT. Grasindo.

Janice J. Beaty. (1992). Skill For Preschool Teacher. New Jersey: Merril an Imprint of Prentice Hall.

Justo,CF. (2008). Creative Relaxtion, Motor Creativity, Self Concept in the Sample of Children from Early Childhood Education. Tersedia: www.investigacion-psicopedagogica.org/revista/... /Art_14_ 188.pdf [30 Mei 2009]

Kostelnik, M.K., Soderman, A.K., dan Whiren, A.P (1999). Developmentally Appropriate Curriculum. Best Practices in Early Childhood Education. New Jersey. Prentice Hall.


(3)

Lolowang, dkk (2006). Dengan Bermain Tempurungpun Intelegensi dan Kreativitas Dapat Ditingkatkan. Tersedia: www.pdf-search-engine.com/perkembangan-kreativitas-anak-usia-dini-pdf.html [30 Mei 2009]

Majidi Nasyith (2009). Child Development. Tersedia: http://www.parentsguide .co.id/dsp_content.php?kat=7 [10 Juni 2009]

Mariani, D.A. (2008). Bermain dan Kreativitas Pada Anak Usia Dini. Tersedia: http//.deviarimariani.wordpress.com. [5 April 2009].

Masitoh, dkk (2005). Strategi Pembelajaran TK. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Mayang Sari. S. (2005). Peran Ruang Dalam Menunjang Perkembangan Kreativitas Anak. Tersedia: http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/ [12 Mei 2009]

Mayang Sari. S. (2009). Pengaruh Budaya Terhadap Kreativitas. Tersedia: www.wangmuba.com/.../pengaruh-budaya-terhadap-kreativitas/ [10 Juni 2009]

Mary A.K. (2008) Fostering Creativity. Tersedia: www.creativity-portal.com/howto/creativity/childrens.creativity.html [12 Mei 2009] Moeslichatoen (2004). Metode Pengajaran di Taman Kanak-kanak. Jakarta: PT.

Rineka Cipta.

Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munandar, Utami. (2004). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Munandar, Utami. (1999). Kreativitas & Keberbakatan. Strategi Mewujudkan Potensi Kreatif & Bakat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Munandar, SCU. (1992). Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah Petunjuk bagi Para Orang Tua dan Guru. Jakarta: PT. Grasindo.

Musthafa, B. (2008). Dari literasi Dini ke Literasi Tenologi. Bandung: Yayasan Center for Research on Education and Sociocultural Transformation, dengan New Concept English Education Centre Jakarta.

Nasution, S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT. Tarsito.


(4)

Nugraha, A (2005). Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.

Nur’aini. (2003). Kreativitas Anak Dalam Pembelajaran Daya Cipta Melalui Bidang Pengembangan Bahasa di Taman Kanak-kanak. Jurnal Penelitian Pendidikan Vol. 3 No.1 April 2003.

Nurlaily, S (2006). Proses Pembelajaran Dengan Metode Proyek Melalui Kegiatan Berkebun Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Usia Dini.Tesis Magister pada PPS UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta Purwanto. (2005). Kreativitas Berfikir Siswa dan Perilaku dalam Tes. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan No. 055, Tahun ke-11 Juli 2005.

Ruslan, A (2007). Pendidikan Usia Dini yang Baik Landasan Keberhasilan Pendidikan Masa Depan. Tersedia: http://researchengines.com/agus ruslan 31-5-2.html [8 April 2009].

Sagala, S (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Santer, Joan. et. al. (2007). Free Play in Early Childhood. Tersedia: www.playengland.org.uk/resources/free-play-in-early-childhood.pdf [10 Juni 2009].

Santoso, S. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan.

Santoso, S (2006). Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak Usia Dini Menuju Anak yang Sehat dan Cerdas Melalui Permainan. Jurnal Pendidikan Penabur No. 07/Th.V Desember 2006

Sa’ud, Udin. S (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Bandung: Sekolah Pascasarjana UPI.

Semiawan, C (2004). Mengembangkan Kreativitas Anak. Tersedia: www.atmajaya.ac.id/content.asp? [31 Mei 2009]

Sharp, Caroline (2001). Developing Young Children’s Creativity Through the Arts: What Does Research Have to Offer? Tersedia: www.nfer.ac.uk/publications/other-publications/conference-papers/pdf_ docs/creativity.pdf [12 Mei 2009]

Smith, Mary. K. (1996). Fostering Creativity in the Early Childhood Classroom. Tersedia: http://www.springerlink.com/content/q4g2247457818445/ [12 Mei 2009].


(5)

Solehudin, M. (1997). Konsep Dasar Pendidikan Prasekolah. Bandung: Depdikbud-FIP IKIP.

Solehudin,M. (2004). Memfasilitasi Perkembangan Berpikir dan Kreativitas Anak Usia Dini. Jurnal Ilmu Pendidikan Pedagogia UPI

Stella, WM. (2004). Focus Group Interviews: Music Teachers’ perspectives on Promoting Creativity in Young Children. Tersedia: www.aare.edu.au/ 04pap/lam 04049.pdf [12 Mei 2009].

Sugiono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujiono Yuliani. N (2007). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Negeri Jakarta.

Supriadi, D. (1994). Kreativitas Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta.

Supriadi, D (1989). Kreativitas dan Orang-orang Kreatif dalam Lapangan Keilmuan. Disertasi Doktor Pada IKIP Bandung. Tidak diterbitkan.

Supraptiningsih, U. (2005). Pengembangan Kreativitas Anak Usia Prasekolah dan Sekolah Dasar. Tersedia: www.journal.um.ac.id/index.php/sekolah-dasar/article/view/332 [31 Mei 2009]

Susabda Esther, (1988). Mengembangkan Kreativitas Anak. Tersedia: www.lead.sabda.org/mengembangkan_kreatifitas_anak [31 Mei 2009]

Susanto, H (2005). Penerapan Multiple Intelligences Dalam Sistem Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Penabur No. 04/Th.IV/ Juli 2005

Suyanto, S, (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yokyakarta: Hikayat Publishing.

Tajudin, R (2007). Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Motivasi Terhadap Kreativitas Anak Dalam Bermain Komputer. Tersedia:

www.scribd.com/.../Pengaruh-Metode-Pembelajaran-Dan-Motivasi-Terhadap-Kreativitas-Anak-Dalam-Bermain-Komputer [10 Juni 2009] Takwin, B (2008). Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Aktivitas Bermain.

Tersedia: www.bagustakwin.multiply.com/journal/... [10 Juni 2009] Tegano, D.W. (1991). Creativity in Early Childhood Classroom. Tersedia:

www.eric.ed.gov/ERICWebPortal/recordDetail?accno=ED338435 [12 Mei 2009]


(6)

Torance, P (1963). Creativity. United States: National Education Association. Trihadiyanti, (2008). Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Pembelajaran

Berbasis Masalah. Tersedia: www.sd-binatalenta. com/images/artikel_tri.pdf [31 Mei 2009]

Ummu Ja’far, (2000). Bermain Bagi Anak. Tersedia: http://www.ummigroup.co.id (3 Desember 2008)

Vedder, T. (2008). 5 Aktivitas Perangsang Kreativitas Anak. Tersedia:

www.id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1830693-aktivitas-perangsang-kreativitas-anak/ [28 Mei 2009]

Wahyudin, (2003). Menuju Kreativitas. Jakarta: Gema Insani Press.

Wilis Dahar, R. (1988). Teori-teori Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Yusuf Syamsu, (2005). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

(2002). Acuan Menu Pembelajaran Pada Anak Dini Usia (Menu Pembelajaran Generik). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

(2006). Pedoman Teknis Penyelenggaraan Kelompok Bermain. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

______ (2007). Naskah Akademik Kajian Kebijakan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Pusat Kurikulum. Departemen Pendidikan Nasional.