INTERAKSI IBU DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PROSES PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN Interaksi Ibu Dengan Anak Usia Dini Dalam Proses Pengenalan Tulisan Menggunakan Media Pembelajaran.

INTERAKSI IBU DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PROSES
PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh:
SU’AD JAUHAROH
F 100 100 210 / G 000 100 210

TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

INTERAKSI IBU DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PROSES
PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN

NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi dan Fakultas Agama Islam Universitas
Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam
Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi dan Pendidikan Agama Islam


Disusun oleh:

SU’AD JAUHAROH
F 100 100 210/ G 000 100 210

TWINNING PROGRAM
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2014

ii

INTERAKSI IBU DENGAN ANAK USIA DINI DALAM PROSES
PENGENALAN TULISAN MENGGUNAKAN MEDIA PEMBELAJARAN

Su’ad Jauharoh
Lisnawati Ruhaena
Chusniatun

suadjauharoh27@gmail.com
Fakultas Psikologi dan Pendidikan Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstract. Interaction in the process of letters recognition occur on a reciprocal basis. The
mother attempting to help the child to actively involved emotionally and mind without
assert wish child, thus the information that the mother gave could be received and
responded well and easily. This study aims to describe the interaction of mothers and
children happen during letters recognition activity using learning media. Qualitative
method in the form of interview and observation used in this study. Three pairs of mother
and child (aged 2-5 years) involved in this study by performing letters recognition using
learning media such as lettered cards, picture books, and AISM books. The results of this
study indicate that there is an explanation in writing recognition, motivation, praise, touch
and affection in the mother-child interaction during the process. Mother tried to instill joy
and happiness, give reward and encourage children kidding as the interaction pattern
Prophet Mohammad demonstrated. The supporting factor of the interaction in the process
of letters recognition is the instructional media used, while the inhibiting factor is the
child's mood.
Keywords: mother child interaction, the introduction of writing (letters and words),
learning media.

Abstrak. Interaksi dalam proses pengenalan tulisan berlangsung secara timbal balik. Ibu
berusaha membantu anak agar terlibat aktif secara emosi dan pikiran tanpa memaksakan
kemauan anak, sehingga dapat mudah menerima informasi yang ibu berikan dan anak
dapat merespon ibu dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana interaksi ibu dan anak usia dini dalam proses pengenalan tulisan menggunakan
media pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yaitu dengan
menggunakan wawancara dan observasi. Subjek penelitian berjumlah 3 pasang ibu dan
anak, yaitu ibu yang memiliki anak berumur 2-5 tahun dan memberikan pembelajaran
pengenalan tulisan menggunakan media pembelajaran yaitu media kartu huruf, media
buku cerita bergambar dan buku AISM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di dalam
proses interaksi antara ibu dan anak pada pengenalan tulisan terdapat penjelasan,
motivasi, pujian, sentuhan dan kasih sayang. Ibu berusaha menanamkan keceriaan dan
kebahagiaan, memberi reward dan mengajak anak bercanda. Hal tersebut sesuai dengan
pola interaksi yang Rasulullah SAW contohkan. Faktor pendukung interaksi dalam proses
pengenalan tulisan adalah media pembelajaran yang dipakai, sedangkan faktor
penghambatnya adalah suasana hati anak.
Kata kunci : interaksi ibu dengan anak, pengenalan tulisan (huruf dan kata),
media pembelajaran.

Dalam mengenalkan aktivitas

membaca awal pada anak, sangat
penting bagi pendidik untuk mengetahui
pola interaksi yang sesuai dengan anak.
Oleh karenanya seorang pendidik harus
mampu
melihat
dengan
jeli
perkembangan anak baik secara fisik
maupun
psikis
sehingga
dapat
menentukan pemberian stimulasi dengan
menggunakan interaksi yang baik dan
tepat.
Interaksi
sosial
dapat
meningkatkan kemunculan kemampuan

membaca. Anak akan lebih mungkin
menjadi pembaca dan penulis yang baik
jika selama masa prasekolah dirangsang
oleh orang tuanya dengan tantangan
untuk menceritakan hal yang diketahui
anak (Papalia, 2009).
Interaksi adalah satu pertalian
sosial antar individu sedemikian rupa
sehingga individu yang bersangkutan
saling mempengaruhi satu sama lainnya
(Chaplin, 2011). Dalam hubungan antara
orang tua dengan anak akan terjadi
interaksi. Dalam interaksi itu orang tua
berusaha mempengaruhi anak untuk
terlibat secara pikiran dan emosi untuk
memperhatikan
apa
yang
akan
disampaikan. Anak mungkin berusaha

menjadi pendengar yang baik dalam
menafsirkan pesan-pesan yang akan
disampaikan oleh orang tua (Djamarah,
2004).
Interaksi orang tua-anak bersifat
timbal balik (reciprocal socialization)
yaitu sosialisasi yang bersifat dua arah.
Artinya, anak-anak mensosialisasikan
orang tua seperti halnya orang tua
mensosialisasikan anak-anak (Santrock,
2012). Sebuah bentuk yang penting dari
sosialisasi
timbal-balik
adalah
Scaffolding, yakni dukungan sementara
yang diberikan oleh orang tua, guru, dan

PENDAHULUAN
Sebagai ibu dari anak-anaknya,
mempunyai tugas untuk bertanggung

jawab atas perkembangan intelektual
anak, begitu besarnya peran seorang
perempuan yang bertindak sebagai ibu
dalam rumah tangga sampai sebuah
syair menyatakan :
“Seorang ibu bagaikan sebuah
sekolah.
Apabila
engkau
mempersiapkan sekolah ini
dengan baik.
Engkau telah mempersiapkan
sebuah generasi yang baik
penuh dengan mutiara yang
berharga” (Hafizh, 1997).
Dewasa ini, kesibukan orang tua
(ibu) semakin meningkat dikarenakan
oleh pekerjaan, kegiatan rumah tangga,
aktifitas sosial dan berbagai kesibukan
lainnya. Dengan berbagai kegiatan yang

harus dilakukan oleh ibu, maka waktu
untuk berinteraksi dengan anak pun
berkurang. Interaksi ibu dengan anak
ditentukan oleh seberapa berkualitasnya
kebersamaan yang terjalin di antara
mereka (Ingranurindani, 2010). Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Organisation for Economic Cooperation and Development selama 11
tahun (1998-2009) di 21 negara
menyebutkan bahwa di Australia
seorang ibu menghabiskan waktu
bersama anaknya sebesar 236 menit per
hari, di Eropa 21 menit per hari, dan di
Amerika 94 menit per hari (Bella
Ingranurindani, 2010). Meskipun ibu
sibuk dengan pekerjaannya, namun bila
ia dapat memanfaatkan waktu untuk

berinteraksi dengan baik bersama anak,
hasilnya akan lebih optimal.

1

2

orang dewasa lainnya terhadap anak
sampai anak itu bisa melakukannya
sendiri. Scaffolding juga digunakan
untuk
meningkatkan
keterampilan
literasi anak. Ibu bertanya, merespons
pertanyaan, serta membangun ide-ide
yang dihasilkan oleh anak (Papalia,
2009).
Terdapat empat faktor yang
mendasari terjadinya interaksi sosial
yaitu dalam (Setiadi, 2011) :

1. Imitasi, yaitu meniru tindakan
orang lain, yang dimulai sejak
bayi.
2. Sugesti, yaitu suatu proses
dimana
seorang
individu
menerima
suatu
cara
penglihatan
atau
pedoman
tingkah laku dari orang lain
tanpa kritik terlebih dahulu.
3. Identifikasi,
yaitu
kecenderungan atau keinginan
untuk mempersamakan dirinya
dengan orang lain.

4. Simpati, yaitu faktor tertariknya
seseorang atau sekelompok
orang terhadap orang atau
kelompok orang yang lain.
Aspek-aspek dalam proses
interaksi sosial menurut George C.
Homans dalam (Santoso, 2010) :
a.
b.
c.
d.

Motif/tujuan yang sama
Suasana emosional yang sama
Ada aksi/interaksi
Proses segi tiga dalam interaksi
sosial (aksi, interaksi, dan
sentimen)
e. Dipandang dari sudut totalitas,
setiap anggota kelompok berada
dalam proses penyesuaian diri
dengan lingkungan secara terusmenerus

f.

Hasil penyesuaian diri tiap-tiap
anggota kelompok terhadap
lingkungannya tanpa tingkah
laku anggota kelompok yang
seragam.

Pola interaksi yang baik telah
dipraktikkan juga oleh Rasulullah saw
dalam mendidik anak, yaitu dalam
(Suwaid, 2013) :
1. Berbicara sesuai kapasitas akalnya
2. Mengajak dialog dan diskusi anak
dengan kepala dingin dan lemah
lembut
3. Menanamkan
keceriaan
dan
kebahagiaan
4. Memotivasi anak
5. Memberikan pujian dan sanjungan
6. Memberikan pengulangan
7. Memanggil dengan panggilan yang
baik
Mengenal huruf adalah kegiatan
yang
melibatkan
unsur
auditif
(pendengaran) dan visual (pengamatan).
Kemampuan mengenal huruf dimulai
ketika anak senang mengeksplorasi buku
dengan cara memegang atau membolakbalik buku. Depdiknas (dalam winarsih,
2012).
Pola interaksi yang baik dan
media pembelajaran yang tepat akan
mempermudah
dan
memperlancar
proses pengenalan tulisan berlangsung,
sehingga anak akan merasa nyaman dan
dapat menerima informasi pengetahuan
dari ibu dengan baik.
Menurut Sadiman (1986), media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang
dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima,
sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat siswa
sehingga proses belajar terjadi.

3

Maka
dari
itu
muncul
pertanyaan
penelitian,
yaitu
:
“Bagaimana interaksi ibu dengan anak
usia dini dalam proses pengenalan
tulisan
menggunakan
media
pembelajaran?”
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk
mendeskripsikan
bagaimana
interaksi ibu dengan anak usia dini
dalam proses pengenalan tulisan
menggunakan media pembelajaran.”
Dalam hal ini mencakup bagaimana
stimulasi yang ibu berikan dan respon
anak selama berinteraksi dalam proses
pengenalan tulisan menggunakan media
pembelajaran berlangsung.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian
kualitatif
fenomenologis dengan maksud untuk
memahami interaksi ibu dengan anak
usia dini dalam proses pengenalan
tulisan
menggunakan
media
pembelajaran.
Penelitian
ini
menggunakan metode kualitatif, karena
dengan metode kualitatif ini sehingga
dapat mendiskripsikan secara detail
interaksi ibu dan anak usia dini dalam
proses pengenalan tulisan menggunakan
media pembelajaran. Meliputi pola
interaksi ibu dengan anak, faktor
pendukung dan penghambat interaksi.
Informan dalam penelitian ini
berjumlah 3 pasang ibu dan anak yang
dipilih secara purposive yaitu penentuan
informan sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan.
Karakteristik informan dalam
penelitian ini adalah ibu dan anak yang
berdomisili di kabupaten Boyolali dan
Sukoharjo, yaitu ibu yang memiliki anak
berumur 2-5 tahun dan memberikan

pembelajaran pengenalan tulisan (huruf
dan
kata)
menggunakan
media
pembelajaran yaitu media kartu huruf
(flashcard),
media
buku
cerita
bergambar dan buku latihan membaca
AISM.
Flashcard adalah media visual
(2 dimensi) berupa kartu yang sudah
diberi tulisan dan kartu itu disertakan
gambar dari kata yang dimaksud. Media
Buku Cerita Bergambar (cergam)
merupakan media komunikasi yang
memadukan aspek visual (gambar) dan
verbal (teks) dengan penyusunannya
yang lebih variatif, dapat saling berjajar
ataupun terpisah dalam halamanhalaman sendiri. Buku Anak Islam Suka
Membaca (AISM) ini merupakan buku
metode belajar membaca bagi anak-anak
yang praktis dan mudah dipelajari. Buku
ini membahas satu per satu suku kata
yang perlu di ajarkan, mulai dari suku
kata
bervokal,
tidak
langsung
menuliskan ba-bi-bu-be-bo (seperti buku
yang lain).
Alat pengumpul data yang
digunakan adalah dengan menggunakan
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Wawancara ini dilakukan kepada 3
informan (ibu), sedangkan observasi
dilakukan secara tertutup dan terbuka
yaitu menggunakan check list kemudian
hasil dari check list tersebut diberi
keterangan secara detail mengenai
perilaku-perilaku yang muncul maupun
yang tidak muncul pada guide observasi.
Dokumentasi yaitu berupa video selama
proses pengenalan tulisan berlangsung.
Analisis yang digunakan untuk hasil
data wawancara adalah analisis isi dan
analisis naratif untuk hasil data
observasi.

4

HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun karakteristik informan
dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :

yang mendukung usaha anak-anak,
memungkinkan mereka untuk lebih
terampil dibandingkan apabila mereka
hanya bergantung pada kemampuan

Tabel 1. Karakteristik Informan Penelitian
No
1

Nama
D

Usia
34 Thn

Profesi
Karyawan Swasta

2

E

26 Thn

Guru

3

E

33 Thn

Guru

Menurut vygotsky, anak-anak
menyusun pengetahuan melalui interaksi
sosial dengan orang dewasa. Dalam teori
Vygotsky juga menyatakan bahwa orang
tua (ibu) bertindak sebagai fasilitator
dan pembimbing, alih-alih sebagai
pemimpin dan pencetak pembelajaran
(Papalia, 2009). Hal ini sesuai dengan
hasil interview dan observasi pada
ketiga informan bahwa dalam proses
pengenalan
tulisan,
ibu
selalu
mendampingi anak dan berinteraksi
memberikan
penjelasan
dalam
menenalkan huruf dan kata serta
berusaha menjadi fasilitator yang baik
untuk anak sehingga anak mengerti
tentang tulisan yang dipelajari.
Interaksi orang tua-anak bersifat
timbal balik (reciprocal socialization)
yaitu sosialisasi yang bersifat dua arah.
Sebuah bentuk yang penting dari
sosialisasi
timbal-balik
adalah
Scaffolding yaitu teori yang telah
dipaparkan oleh Vygotsky, yakni orang
tua berinteraksi sedemikian rupa
sehingga anak memiliki pengalaman
bergiliran dengan orang tuanya.
Scaffolding meliputi perilaku orang tua

Ket
Ibu yang mengajarkan anak pengenalan
tulisan menggunakan media AISM
Ibu yang mengajarkan anak pengenalan
tulisan menggunakan media Buku cerita
bergambar
Ibu yang mengajarkan anak pengenalan
tulisan menggunakan media kartu huruf
(flashcard)
mereka sendiri. Ketika menggunakan
scaffolding, pengasuh (ibu) memberikan
kerangka kerja yang positif dan timbal
balik untuk berinteraksi antara dirinya
dan anaknya (Santrock, 2012). Hal ini
sesuai dengan hasil interview dan
observasi pada ketiga informan bahwa
dalam proses pembelajaran pengenalan
tulisan, terdapat timbal balik positif
antara ibu dan anak. Ketika ibu berusaha
mempengaruhi anak melalui pikiran dan
emosi agar fokus memperhatikan
penjelasan
ibu,
anak
senantiasa
merespon dengan baik dan kembali
bertanya kepada ibu mengenai hal yang
dibahas.
Scaffolding adalah dukungan
sementara yang diberikan oleh orang
tua, guru, dan orang dewasa lainnya
terhadap anak sampai anak itu bisa
melakukannya sendiri. Scaffolding juga
digunakan
untuk
meningkatkan
keterampilan literasi anak. Ibu bertanya,
merespons
pertanyaan,
serta
membangun ide-ide yang dihasilkan
oleh anak (Papalia, 2009). Selain itu,
penggunaan
dialog
sebagai
alat
scaffolding merupakan salah satu contoh

5

penting
peran
bahasa
didalam
perkembangan anak. Menurut Vygotsky,
tujuan dari percakapan yang dilakukan
anak-anak sebetulnya tidak hanya untuk
melakukan komunikasi sosial namun
juga untuk membantu mereka dalam
menyelesaikan tugas (mengenal tulisan)
(Santrock, 2012). Teori diatas sesuai
dengan hasil penelitian bahwa, selama
proses interaksi dalam pengenalan
tulisan ibu memberikan penjelasan,
berdialog dan berdiskusi dengan anak
agar pikiran anak semakin berkembang
serta bercerita sebagai penjelasan kata
dan dikaitkan pada kehidupan nyata agar
anak mudah meresap informasi yang ibu
berikan dan mengingatnya dengan
mudah serta menjadikan anak cepat
mudah mengenali tulisan (huruf dan
kata). Anak merespon ibu sembari
menanyakan kembali kepada ibu setelah
ibu menjelaskan. Ibu memberikan
pengulangan
dan
anak
dapat
menjawabnya.
Para peneliti yang dipengaruhi
oleh teori sosiokultural Vygotsky juga
mengemukakan sebuah model interaksi
sosial (social interaction model), yang
menampung ingatan autobiografis anak
yang dibangun secara kolaboratif
dengan orang tua atau orang dewasa lain
ketika mereka membicarakan kejadiankejadian yang dialami bersama (Papalia,
2009). Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian pada informan ketiga bahwa
Informan ke-tiga mengenalkan tulisan
pada anak dengan mengaitkan kata yang
ada di kartu dengan objek dalam
kehidupan sehari-hari sehingga anak
mudah mengingat tulisannya.
Scaffolding dapat membantu
orang tua dan guru secara efisien
memandu kemajuan kognitif anak.
Makin anak tidak mampu mengerjakan

sesuatu, makin banyak arahan yang
harus diberikan oleh orang dewasa.
Ketika anak sudah bisa melakukan lebih
banyak, orang dewasa membantu lebih
sedikit (Papalia, 2009). Seperti dalam
pengenalan tulisan, terjadi interaksi
yaitu bentuk scaffolding ibu kepada
anak
yang dimana ibu
selalu
memberikan arahan dan berusaha
mempengaruhi anak agar terlibat secara
pikiran dan emosi sehingga dapat fokus
memperhatikan
apa
yang
akan
disampaikan dengan selalu menanamkan
keceriaan pada anak, memotivasi,
memberikan sanjungan atau pujian,
bercanda serta sentuhan kasih sayang
sehingga anak kembali ceria dan mau
belajar serta fokus pada pembelajaran.
Anak merespon ibu dengan baik dan
mau untuk fokus memperhatikan ibu.
Interaksi orang tua-anak bersifat
timbal balik (reciprocal socialization)
yaitu sosialisasi yang bersifat dua arah.
Artinya, anak-anak mensosialisasikan
orang tua seperti halnya orang tua
mensosialisasikan anak-anak. Dapat
dikatakan juga, diantara pelaku terdapat
aksi timbal-balik, misalnya ketika
pelaku yang satu meniru senyuman
pelaku lainnya atau ketika mereka
tersenyum satu sama lain. Dalam
sosialisasi timbal balik, bertatapan atau
kontak mata memainkan peranan
penting dalam interaksi sosial di masa
awal. Perilaku ibu dan anak melibatkan
saling keterkaitan, regulasi timbal-balik
dan sinkronisasi yang penting (Santrock,
2012). Dengan kata lain, terdapat
interaksi secara non verbal yang
memainkan peranan penting dalam
proses pembelajaran pengenalan tulisan
seperti dalam penelitian ini, ibu juga
memberikan sentuhan sebagai stimulasi
interaksi non verbal yang sangat

6

mempengaruhi anak sehingga anak
merasakan kasih sayang dari ibu dan
menjadikan anak nyaman serta semangat
kembali dan mau fokus pada
pembelajara, anak merespon sentuhan
yang ibu berikan dengan baik, anak
terlihat bahagia dan nyaman dengan ibu.
Sebagai umat islam, kita
memiliki panutan dalam mendidik anak
yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
memberikan contoh pola interaksi yang
baik dan tepat bagi anak usia dini,
seperti yang telah diungkapkan oleh
Suwaid (2013) bahwa pola interaksi
yang baik telah dipraktikkan juga oleh
Rasulullah saw dalam mendidik anak,
yaitu:
1. Berbicara
sesuai
kapasitas
akalnya
2. Mengajak dialog dan diskusi
anak dengan kepala dingin dan
lemah lembut
3. Menanamkan keceriaan dan
kebahagiaan
4. Memotivasi anak
5. Memberikan
pujian
dan
sanjungan
6. Memberikan pengulangan
7. Memanggil dengan panggilan
yang baik
Ungkapan diatas sesuai dengan
hasil penelitian ini bahwa pola interaksi
yang
digunakan
dalam
proses
pengenalan tulisan yaitu secara verbal
dan non verbal yang mudah diterima
anak dan dapat menjadikan anak lebih
berfikir
namun tidak memaksakan
kehendak anak, ibu selalu menyesuaikan
kehendak anak. Interaksi secara verbal
yang ibu berikan yaitu seperti memulai
interksi dengan panggilan yang baik,
menstimulasi
dengan
nyanyian,
memberikan
arahan
pada
anak,
memberikan
penjelasan
mengenai

tulisan sesuai kapasitas akal anak,
berdiskusi dengan anak mengenai kata
yang dibahas dengan bercerita, mebuat
anak menjadi fokus dan semangat
dengan memberikan pujian, sentuhan,
tanya jawab dan pemberian reward,
mengajak anak bercanda agar anak tidka
mudah bosan, sera selalu memotivasi
anak dengan memberikan pujian dan
reward serta memberi pengulangan pada
anak agar anak mudah mengingat. Anak
merespon ibu dengan baik, terjadi timbal
balik yang positif antara keduanya.
Menurut ketiga informan, Interaksi yang
baik yaitu dengan penjelasan sesuai
kapasitas
akal
anak,
dengan
menggunakna kalimat-kalimat positif,
sentuhan, reward, kasih sayang dan tidak
memaksakan anak.
Dalam
penelitian
ini,
menggunakan tiga media pembelajaran
yang berbeda dan masing-masing ibu
menerapkan pola interaksi yang
berbeda-beda. Dari hasil penelitian ini
menyatakan bahwa faktor pendukung
dari interaksi ini adalah media
pembelajaran yang menarik, sedangkan
faktor penghambatnya adalah suasana
hati anak yang mudah berubah. Setiap
media dalam penelitian ini mempunyai
bentuk stimulus yang berbeda, seperti
pada media buku AISM stimulus yang
ada yaitu hanyalah sebuah huruf yang
tersusun membentuk sebuah ejaan dan
kata. Berbeda dengan media buku cerita
yang didalamnya terdapat berbagai
stimulus yang dapat menarik perhatian
anak seperti gambar yang memiliki
berbagai warna dan tulisan yang
menceritakan
gambar
tersebut.
Sedangkan media Flashcard memiliki
stimulus yang berbeda yaitu kartu yang
ada huruf, kata dan terdapat gambar

7

sebagai penjelasan dari kata yang
dimaksud.
Dari
hasil
penelitian
menyebutkan bahwa dari ketiga media
pembelajaran yang memiliki stimulus
yang
berbeda
tersebut
telah
mempengaruhi pola interaksi ibu dengan
anak. Yaitu ibu yang memberikan
pengenalan tulisan menggunakan media
buku AISM terlihat lebih pasif dalam
berinteraksi dengan anak, ibu hanya
melihat anak yang sedang membaca dan
membetulkan ketika ucapan anak salah,
ibu menjadi pasif juga karena media
yang hanya terdapat stimulus rangkaian
huruf saja dan kurang mendorong untuk
terjadinya interkasi. Sedangkan ibu yang
menggunakan media buku cerita terlihat
sangat aktif dengan menanyakan kepada
anak mengenai gambar yang ada di
buku, warna gambar tersebut serta
tulisan dan membacakan ceritanya untuk
anak, sehingga anak lebih banyak
merespon ibu. Ibu juga memberikan
stimulasi nyanyian dalam proses
pengenalan tulisan, serta ide pemberia
reward yang unik dengan memberikan
gambar star pada tangan anak. Namun
ibu juga masih terlihat sedikit direktif,
yaitu ada sedikit kecenderungan untuk
mengarahkan anak sesuai kemauan ibu.
Lain halnya dengan ibu yang
menggunakan media kartu huruf
(Flashcard) ibu terlihat aktif dalam
berinteraksi dengan anak melalui
stimulus yang ada di kartu dengan
mennjukkan gambar, huruf dan kata
serta menanyakan juga dan mengajak
diskusi anak mengenai gambar yang ada
di kartu. Dalam memberikan penjelasan,
ibu memberikan penjelasan huruf
melalui gambar yang ada di kartu seperti
gambar ikan dengan menyuarakan huruf
“i” pada gambar ikan “i” “iiiikaan” dan

“p” pada gambar puding dan
menjelaskannya dengan mengaitkannya
pada kehidupan keseharian anak yang
dilalui bersama oleh ibu.
Uraian diatas merupakan bentuk
scaffolding yaitu dukungan sementara
untuk membantu anak mengenal tulisan.
Semakin banyak stimulus yang ada pada
media pembelajaran tersebut akan
semakin menarik ibu untuk memberikan
bentuk scaffolding yang bervariasi pada
anak yaitu berupa intensitas interaksi
yang banyak. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh (Papalia, 2009) bahwa
Scaffolding adalah dukungan sementara
yang diberikan oleh orang tua, guru, dan
orang dewasa lainnya terhadap anak
sampai anak itu bisa melakukannya
sendiri. Scaffolding juga digunakan
untuk
meningkatkan
keterampilan
literasi anak. Ibu bertanya, merespons
pertanyaan, serta membangun ide-ide
yang dihasilkan oleh anak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
analisis data mengenai interaksi ibu
dengan anak usia dini dalam proses
pengenalan tulisan menggunakan media
pembelajaran yang telah dilakukan pada
ketiga
informan
dapat
ditarik
kesimpulan bahwa ibu berperan sebagai
fasilitator untuk anak dalam pengenalan
tulisan, yang mana ibu selalu
mendampingi
dan
memberikan
penjelasan kepada anak mengenai
tulisan yang dibahas dengan berinteraksi
sesuai kapasitas akal anak. Pola interaksi
antara ketiga ibu memiliki perbedaan
masing-masing sesuai stimulus yang ada
pada media pembelajaran tersebut. Ibu
yang menggunakan media buku AISM
terlihat lebih pasif karena stimulus yang
ada pada media tersebut hanyalah

8

rangkaian huruf yang mana anak hanya
mengeja dan ibu hanya memantau dan
membenarkan ketika salah. Sedangkan
ibu yang menggunakan media buku
cerita dan kartu huruf (Flashcard)
terlihat lebih aktif dalam berinteraksi
didukung oleh stimulus yang ada pada
media tersebut yang terdiri dari huruf,
kata, dan gambar yang memiliki warna
yang bervariasi. Faktor pendukung dari
interaksi ini adalah media pembelajaran
yang dianggap menarik, sedangkan
faktor penghambatnya adalah suasana
hati anak yang mudah berubah.
Pola interaksi dalam pengenalan
tulisan menggunakan ketiga media
pembelajaran memiliki perbedaan dan
keunggulan masing-masing.
a. Informan pertama yaitu
yang menggunakan media
pembelajaran buku AISM
terlihat lebih pasif dan
direktif karena media yang
kurang mendukung untuk
terjadinya banyak interaksi
antara ibu dan anak. Ibu
selalu
mengutamakan
kesabaran
dalam
menghadapi anak.
b. Informan kedua yaitu yang
menggunakan
media
pembelajaran buku cerita
bergambar sangat aktif
dalam berinteraksi dengan
anak, ibu menggunakan
stimulasi nyanyian untuk
mengenalkan huruf pada
anak dan memiliki ide unik
dalam memberikan reward
pada anak serta lebih sering
memberikan
sentuhan
usapan, ciuman sambil
berbisik
kepada
anak,

menasehati agar fokus pada
pembelajaran.
c. Informan ke-tiga yaitu yang
menggunakan
media
pembelajaran kartu huruf
(Flashcard) terlihat cukup
aktif dalam berinteraksi
dengan
anak
karena
didukung pula oleh media.
Ibu selalu memberikan
penjelasan
pada
anak
mengenai huruf dan tulisan
yang dibahas dengan cara
mengaitkannya
pada
kehidupan nyata yang sering
dialami anak bersama-sama,
sehingga memudahkan anak
mengingat dan membentuk
struktur ingatan yang tajam.
Namun
ibu
kurang
memunculkan
ekspresi
keceriaan dari raut wajah
ibu sendiri dan tidak
memberikan
sentuhan
selama
observasi
berlangsung.
Berdasarkan hasil penelitian dan
kesimpulan maka terdapat beberapa
saran, yaitu:
1. Bagi ibu lebih baik memilih
media
pembelajaran
yang
menarik perhatian anak tanpa
menghilangkan
unsur
karakteristik anak usia dini,
serta media yang mendukung
untuk memunculkan interaksi
yang aktif antara ibu dan anak,
sehingga mendukung proses
interaksi
selama
proses
pembelajaran.
Selain
itu,
hendaknya ibu aktif dalam
berinteraksi
dengan
anak,
memperlihatkan keceriaan dari
raut muka ibu dan menggunakan

9

ide-ide atau cara-cara yang unik
dalam menghadapi anak ketika
mood anak sering berubah.
2. Bagi ibu agar tidak bersifat
direktif
atau
cenderung
mengarahkan
anak
sesuai
kemauan ibu dalam proses
mengenalkan tulisan pada anak.
3. Bagi
peneliti
selanjutnya,
diharapkan menganalisis lebih
dalam lagi mengenai hasil
penelitian interaksi antara ibu
dan anak khususnya dalam
proses
pembelajaran
ini.
Diharapkan
juga
dapat
meneruskan penelitian tentang
interaksi antara ibu dan anak
dilihat dari latar belakang
pendidikan ibu serta status
ekonomi jika memungkinkan.

DAFTAR PUSAKA

Chaplin, J.P. (2011). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Djamarah, S B. (2004). Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Hafizh, M. (1997). Mendidik Anak Bersama Rasulullah. Bandung : Al-Bayan.
Ingranurindani, B. (2010). Hubungan Antara Hardiness dengan Strategi Regulasi Emosi
Secara Kognitif pada Ibu Bekerja. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia. Jakarta.
Papalia, D E dkk. (2009). Human Development (Perkembangan Manusia). Jakarta:
Salemba Humanika.
Prasetyono, D S. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca Pada Anak Sejak Dini.
Jogjakarta : DIVA Press.
Santrock. J.W. (2012). Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Sadiman, A.S. (1986). Media Pendidikan: Pengeratian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Cv. Rajawali.
Santoso, S. (2010). Teori-teori Psikologi Sosial. Surabaya: PT Refika Aditama.
Suwaid, M. (2013). Cinta Nabi Untuk Si Buah Hati. Solo: Pustaka Arafah.
Sudono, A. (2006). Sumber Belajar dan Alat Permainan (Untuk Pendidikan Usia Dini).
Jakarta: PT Grasindo.
Setiadi, E M. 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Syahid. (2008). Urgensi Pemberian Stimulasi Dini pada Anak. Jurnal Psikologi
Universitas Diponegoro Semarang.
Winarsih. (2012). Meningkatkan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Permainan
Media Kartu Huruf Bagi Kelompok A TK Mutiara Bangsa Surabaya. Skripsi.
Surabaya. Tidak diterbitkan.