HUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA KEPALA SEKOLAH DAN GURU PAMONG DENGAN MAHASISWA PESERTA PPL DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU CALON GURU SEKOLAH DASAR : Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal di Sekolah Latihan M ahasiswa Program D-II PGSD FKIP Untan P
EIUBUNGAN INTERPERSONAL ANTARA KEPALA SEKOLAH
DAN GURU PAMONG DENGAN MAHASISWA PESERTA PPL
DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU
CALON GURU SEKOLAH DASAR
( Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal
di Sekolah Latihan M ahasiswa Program D-II
PGSD FKIP Untan Pontianak)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
bagi perolehan gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh
Marmawi
R
NRP 9332135/S2-PU/XXV-17
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
PROF. DR. H. DJAMARI
PEMBIMBING I
DR. H.M.I. SOELAEMAN (aim)
PEMBIMBING II
ABSTRAK
Reran guru sebagai pendidik anak-anak bangsa
dalam
era persaingan global yang berlangsung sekarang ini sangat
penting. LPTK khususnya
PGSD
sebagai
lembaga
penyiapan
calon-calon guru sekolah dasar diharapkan dapat menghasilkan guru yang memiliki dedikasi yang tinggi,
pantang
nyerah, aspek kepeloporannya yang menonjol dan
dirinya. Selain itu
seorang
guru
juga
me-
tahu
jati
diharapkan
agar
menguasai materi dan prinsip-prinsip keilmuan tanpa
larut
dalam spesialisasinya, menjadi panutan bagi peserta didik—
nya serta harus survive.
Penyiapan calon guru sekolah dasar merupakan
gung jawab bersama antara LPTK (PGSD) dan lembaga
lulusannya (SD). Dalam pelaksanan PPL kepala
tang-
pemakai
sekolah
dan
guru pamong merupakan barisan terdepan dalam rangka membe—
rikan pengalaman langsung maupun dalam mengembangkan peri—
laku yang seharusnya dimiliki mahasiswa calon guru.
Seperti apa hubungan interpersonal yang
diciptakan
oleh kepala sekolah maupun guru pamong dalam mengembangkan
perilaku mahasiswa calon guru merupakan
fokus
penelitian
ini.
Penelitian ini
mengungkap
antara kepala sekolah dan
guru
hubungan
pamong
interpersonal
dengan
mahasiswa
Program D-II PGSD FKIP Untan Pontianak, sebagai upaya mencari (menemukan) pola hubungan interpersonal dalam mengem
bangkan perilaku mahasiswa calon guru
Pendidikan
yang
berperspek.tif
Umum.
Penelitian ini
menggunakan
dengan metode deskriptif
analisis.
mampu mengungkap makna secara
pendekatan
Agar
penelitian
kualitatif,
menjadi instrumen dalam penelitian ini.
dengan teknik observasi, wawancara dan
kualitatif
maka
ini
peneliti
Data
dikumpulkan
studi
dokumenter.
Proses penelitian dilakukan sesuai dengan tradisi
peneli
tian kualitatif yang memadukan proses emic dan etic.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan
inter
personal yang diciptakan oleh kepala sekolah dan guru
mong di lingkungan SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6
pa
cenderung
bersifat demokratis dalam suasana yang penuh keakraban dan
kekeluargaan. Sedangkan hubungan interpersonal yang dicip
takan oleh kepala sekolah dan sebagian besar
di
lingkungan SDN Nomor
24
cenderung
guru
bersifat
pamong
permisif
dalam suasana yang formal, dan antara atasan dengan bawah—
an. Berbagai perilaku
yang
dikembangkan
dalam
hubungan
interpersonal di SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 lebih mengarah pada pengembangan pribadi mahasiswa
secara
utuh
menyeluruh. Sedangkan perilaku yang dikembangkan pada
hasiswa di lingkungan SDN Nomor 24 mengarah
pada
dan
ma
pengem
bangan pribadi yang memiliki nilai tanggung jawab,
dirian
dan
keman—
kreativitas.
Disimpulkan bahwa kepala sekolah
dan
guru
dalam menciptakan hubungan interpersonal dengan
pamong
mahasiswa
pada SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 yang bersifat demokratis
cenderung lebih efektif dalam mengembangkan perilaku calon
guru, dari pada hubungan interpersonal yang bersifat permi
sif yang diciptakan oleh kepala sekolah dan sebagian besar
guru pamong pada SDN Nomor 24.
Akhirnya penelitian ini merekomendasikan agar
guru pamong dapat meningkatkan pemahaman
fungsi dan perannya sebagai
pamong,
dan teman sejawat, khususnya di
dan
para
pelaksanaan
pembimbing,
lingkungan SDN
penilai
Nomor
24,
sehingga pengembangan perilaku mahasiswa calon guru secara
utuh dan menyeluruh dapat diwujudkan.
Kemudian
agar kepala UPT-PPL dan ketua UPP-PGSD perlu
diharapkan
meningkatkan
jalinan kemitraan dengan pihak sekolah dasar dalam
rangka
menyiapkan calon guru yang memiliki pribadi utuh, menyelu
ruh dan berwawasan dengan dilandasi iman
dan
taqwa,
nilai-nilai luhur yang tersirat dalam Pancasila.
ii
dan
DAFTAR
ISI
Halaman
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
UCAPAN
TERIMA
DAFTAR
ISI
BAB
I
iii
KASIH
v
viii
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B.
Masalah Utama Penelitian
C. Pertanyaan Penelitian
16
D. Tujuan Penelitian
17
E.
17
Manfaat Penelitian
F. Definisi Operasional
BAB II
15
19
HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM MENGEMBANGKAN
PERILAKU CALON GURU
21
A. Teori Hubungan Sesama Manusia
22
B. Bentuk-Bentuk Hubungan Sesama Manusia
26
C. Mengembangkan Perilaku Calon Guru dalam
Perspektif Pendidikan Umum
35
1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Umum ..
35
2.
Perilaku Calon Guru Dalam Perspektif
Pendidikan Umum
BAB III
41
PROSEDUR PENELITIAN
47
A.
Metode dan Pendekatan Penelitian
47
B. Sumber Data dan Sampel Peneltian
50
viii
BAB IV
C. Teknik Pengumpulan Data
55
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
60
E. Analisis Data dan Interpretasi
66
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
70
A.
Hasil Penelitian
-
70
1. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se
kolah
dan
Guru
Pamong
dengan
Mahasiswa
di SDN Nomor 39
70
2. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se
kolah dan
Guru
Pamong
dengan
Mahasiswa
di SDN Nomor 24
100
3. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se
kolah
4.
B.
BAB V
dan
Guru
Pamong
dengan
Mahasiswa
di SDN Nomor 6
122
Temuan Penelitian
142
Pembahasan Hasil Penelitian
KESIMPULAN,
IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
143
171
A. Kesimpulan
171
B. Implikasi
176
C. Rekomendasi
179
DAFTAR PUSTAKA
SURAT-SURAT
-
IZIN PENELITIAN
ix
184
191
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkembangnya suatu kecenderungan terhadap
lisasi ilmu pengetahuan ke
dalam
bidang-bidang
dalam penyelenggaraan pendidikan,
spesia—
tertentu
mengakibatkan akan
ter—
jadinya pengkotak—kotakan pengalaman belajar peserta didik
(mahasiswa). Peserta
didik
(mahasiswa)
cenderung
mempelajari disiplin ilmu atau spesialisasi yang
untuk
diminati
dan sesuai dengan bakatnya saja. Di sisi lain timbul
kecenderungan untuk mengkotak-kotakan ranah
pendidikan, seperti cenderung
kemampuan intelektual saja
saja, sementara ranah yang
aspek moral, nilai-nilai,
dalam
pula
tujuan
lebih menekankan pada ranah
atau
keterampilan
tertentu
lebih luas berupa pengembangan
sikap,
kematangan
sosial
dan
emosional kurang mendapat perhatian.
Penyelenggaraan
pendidikan
yang
demikian
itu
memungkinkan bagi peserta didik (mahasiswa) untuk memiliki
pandangan yang picik dalam memahami
keahlian yang ditekuninya.
Mereka
bidang
mungkin
keilmuan
kurang
hayati "siapa" yang akan menggunakan ilmu pengetahuan
dan
meng—
dan
keahliannya itu, atau untuk "apa" pengetahuan dan keahlian
itu
bagi
kehidupan bermasyarakat. Kedua
mengisyaratkan
perlu
adanya
program
pernyataan
pendidikan
ini
yang
berupaya untuk membina peserta didik menjadi manusia-manu—
sia yang memiliki kepribadian yang terpadu.
Untuk menjadikan peserta didik agar memiliki kepri
badian yang terpadu, maka "Pendidikan tidak hanya menyang—
kut salah satu aspek kepribadiannya,
melainkan
yang
me—
nyentuh keseseluruhannya, yang merata dan umum: Suatu Pen
didikan Umum"
(M.I. Soelaeman,
1988:5).
Pendidikan Umum diperlukan bukan semata-mata karena
meningkatnya spesialisasi ilmu pengetahuan, melainkan juga
karena pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
masyarakat.
Paul L. Dresser dan Margareth F. Lorinter (Chester W.
(general
ris, 1960:571) menyatakan, bahwa Pendidikan Umum
education)
lahir disebabkan karena
Har
pertumbuhan
penduduk,
pertumbuhan industrialisasi dan perkembangan dalam komuni—
kasi dan transformasi yang telah menimbulkan pekerjaan dan
profesi baru yang menyertai kebutuhan spesialisasinya itu.
Pertumbuhan penduduk dan idustrialisasi serta
kembangan komunikasi dan trasformasi telah
melanda
per
kehi
dupan masyarakat Indonesia sekarang ini. Untuk mengantisi-
pasi pertumbuhan dan perkembangan tersebut, maka LPTK—LPTK
dituntut kehadirannya untuk tampil
memelopori
dalam
nyiapkan sumber daya manusia unggul dan berkualitas
gartiasto, 1995:12). Upaya menyiapkan sumber daya
unggul dan berkualitas ini harus dimulai
dari
me
(Eng—
manusia
penyeleng
garaan pendidikan yang baik (Mhd. Ansyar, 1995:20).
Suatu langkah yang
LPTK dalam rangka
kiranya
dapat
mengantisipasi
dilakukan
penyiapan
tenaga
dengan kualifikasi pendidik yang mampu melaksanakan
kependidikannya kelak tanpa larut
dalam
oleh
guru
tugas
spesialisasinya,
adalah menyusun perencanaan dan membuat program pendidikan
secara
komprehensif
dan
terintegrasi.
Dalam menyusun perencanaan dan membuat program pen
didikan yang
komprehensif,
Phenix
(1964:4)
menyatakan,
perlu adanya kesatuan filsafat kurikulum untuk
pandangan kurikulum (pendidikan umum)
dengan
pertimbangan-pertimbangan scope, isi dan
memberikan
menunjukkan
rangkaian
studi
yang diderivasi dari konsiderasi fundamental tentang hake—
kat manusia dan pengetahuan.
Pandangan Phenix tersebut berupaya
program pendidikan yang
balance
antara
hakekat manusia. Di satu sisi pengetahuan
untuk
menyusun
pengetahuan
memang
dan
penting
bagi kehidupan manusia, namun di sisi lain dipandang perlu
untuk selalu memperhatikan hakekat manusia itu sendiri.
Dalam upaya mewujudkan keseimbangan antara pengeta
huan dan hakekat manusia, maka kurikulum
Pendidikan
hendaknya mencakup bidang—bidang makna yang meliputi:
symbolics, (2) empirics,
ethics,
Umum
(1)
(3) estetics, (4) synnoetics, (5)
(6) synaptics (Phenix, 1964:6).
Bidang simboliks berkenaan dengan bahasa,
matemati—
ka, gerak isyarat (gesture), bentuk-bentuk ritual, ritmik,
mitos,
seni, sejarah dan sain. Bidang empiriks termasuk di
dalamnya fisika, ilmu hayat,
psikologi
dan
ilmu
sosial.
Sedangkan bidang estetiks terdiri dari musik, seni visual,
puisi, novel, drama
dan
kesusasteraan.
synnoetiks terdiri dari filsafat,
Kemudian
bidang
psikologi, kesusasteraan
dan agama dalam aspek—aspek yang berhubungan dengan eksis—
tensi
disiplin
ilmu
tersebut.
Bidang
etiks
merupakan
bidang makna yang lebih menekankan moral dengan mengutama—
kan kewajiban dari pada fakta dalam bentuk perseptual
dan
kesadaran dari relasi seperti moral knowledge. Selanjutnya
bidang synoptiks terdiri dari sejarah, agama dan filsafat.
Hampir senada dengan Phenix, Paul
M.F. Lorimer
dikan Umum
menyatakan,
bahwa
lingkup kurikulum
bercakap-cakap dan mendengar;
Science, mencakup sosiologi,
pologi, geografi dan sejarah;
mencakup ilmu kealaman,
(4) Humanities,
mencakup
dan
Pendi
(3) Science and Mathematics,
fisika,
mencakup sejarah,
sosiologi, phisiologi,
Harris,
1960:
Pada dasarnya,
(2) Social
ilmu politik, ekonomi, antro—
tarian dan arsitektur;
(Chester W.
biologi
dan
filsafat,
(5)
matematika;
agama,
Personal
psikologi
musik,
Adjusment,
dan
filsafat
575-576).
isi kedua lingkup
dikan Umum seperti yang dinyatakan oleh
L.
Dresser
meliputi : (1) Communication, mencakup bahasa,
menulis, membaca,
melukis,
L.
kurikulum
Phenix
dan
Pendi
Paul
Dresser di atas cenderung memiliki kesamaan, yakni bah-
5
wa lingkup kurikulum Pendidikan Umum dilandasi pada gagas—
an untuk membantu pengembangan pribadi
secara
menyeluruh
dan terintegrasi. Namun berbeda dalam penekanan dan penge—
lompokannya. Phenix
menekankan
pada
hakekat
Pendidikan
Umum, sedangkan Dresser lebih menekankan pada fungsi
didikan
Pen
Umum.
Dalam kurikulum PGSD
berlaku untuk
(1991)
mahasiswa semester 3
yang
dan
sekarang
5
(tahun
masih
ajaran
1995/1996), isi kurikulumnya mencakup : (1) MKDU (Pancasi-
la, Agama dan Kewiraan),
(2) MKDK (DDK, BK, Psikologi Pen
didikan dan Administrasi Pendidikan),
Matematika,
IPA,
(3) MKBS
(PMP,
BI,
IPS, Penjaskes, Pendidikan Kesenian, Pen
didikan Keterampilan, Psikologi Perkembangan,
SBM,
Belajar,
Pengajaran,
Evaluasi
Pengajaran,
Perencanaan
Media
Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, dan PPL).
Komponen mata kuliah dasar
umum
(MKDU)
untuk mengembangkan sikap dan wawasan yang
diarahkan
membentuk
ni—
lai-nilai Pancasila dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Pengembangan sikap seperti ini menghendaki suatu pen—
dekatan yang bukan sekedar menyajikan
dan
fakta,
melainkan harus mampu menyentuh perasaan mahasiswa
dengan
cara menghadapkan dan melibatkan mereka
konsep
secara
aktif
ke
dalam isyu-isyu yang bermakna dan memadai.
Komponen mata kuliah dasar kependidikan (MKDK)
maksudkan untuk mengembangkan
wawasan
kependidikan
dipara
calon guru sekolah dasar yang akan menjadi
landasan
bagi
pengembangan kemampuan profesional di dalam mengambil
melaksanakan keputusan pendidikan sejalan
dengan
dan
perkem
bangan murid maupun tujuan pendidikan sekolah dasar.
Komponen mata kuliah bidang studi
(MKBS)
menggam—
barkan tingkat penguasaan bahan ajaran, dalam arti
puan menguasai isi
bidang
studi
pengorganisasian dan penyajian
maupun
yang
dalam
mampu
kemam
seleksi,
membelajarkan
murid sekolah dasar secara optimal.
Komponen pengalaman lapangan (PPL) merupakan kulmi—
nasi program pendidikan
guru.
calon guru (mahasiswa)
Komponen
menampilkan
ini
seluruh
menghendaki
kecakapannya
yang telah dikembangkan melalui berbagai mata kuliah.
Pe
ngalaman lapangan menghadapkan calon guru kepada kesempat—
an untuk menghayati
dan
melaksanakan
keseluruhan
profesional dan mengalami kehidupan sekolah
tugas
dasar
secara
mata
kuliah
utuh dan dalam konteks yang bermakna.
Dengan diberikannya komponen-komponen
yang terdapat dalam kurikulum PGSD kepada para
maka para
lulusannya
diharapkan
utuh, seimbang dan menyeluruh.
yang
dimiliki
oleh
fisik dan psikhis,
psikomotor
integral.
akan
setiap
maupun
Artinya,
mahasiswa,
unsur
dikembangkan
memiliki
pribadi
yang
seluruh
potensi
berupa
potensi
kognitif,
secara
mahasiswa,
afektif
proporsional
dan
dan
Penyiapan calon
Program D—II
dalam
PGSD,
Kurikulum
D-II
guru
profil
PGSD
SD
yang
lulusannya
berikut
dilaksanakan
telah
oleh
digariskan
ini.
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Berperan dalam masyarakat sebagai warga
negara
Panca—
sila
c.
d.
e.
f.
g.
Berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku
bagi profesi guru
Mengenal tujuan
pendidikan
dasar
serta
implikasinya
bagi proses pendidikan
Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
Menguasai karakteristik, potensi dan kebutuhan murid SD
serta implikasinya bagi proses dan pelayanan pendidikan
Menguasai prinsip-prinsip
belajar
dan
pemanfaatannya
dalam proses belajar mengajar
h. Menguasai cara berpikir, teori,
generalisasi,
konsep,
prosedur dan fakta penting yang dapat
digunakan
untuk
menguasai bahan pengajaran
i. Kompoten dalam mengembangkan tujuan instruksional
j. Menguasai kemampuan
memilih dan
mengembangkan
bahan
pengajaran
k. Kemampuan memilih dan mengembangkan strategi
mengajar
yang sesuai untuk menciptakan proses belajar yang
maksimal
1. Kemampuan memilih, membuat dan menggunakan media penga
jaran yang sesuai dengan
tujuan,
materi
dan
suasana
belajar
m. Kemampuan memilih dan memanfaatkan sumber belajar
n. Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
o. Mengatur kelas untuk menciptakan suasana dan
mengelola
interaksi kelas yang memberikan kemudahan belajar
p. Kemampuan menilai proses dan hasil belajar murid
q. Membimbing murid yang mengalami kesulitan dalam
proses
belajar
r.
Membimbing murid yang
berbakat khusus
s. Membina wawasan murid dalam penghargaan terhadap peker
jaan di masyarakat
t. Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
u. Berinteraksi dengan sejawat secara sosial dan profesio
nal
v. Berinteraksi dengan masyarakat secara profesional
w.
Melaksanakan
penelitian
sederhana untuk
keperluan
pengajaran. (Kurikulum D-II PGSD, 1991:5).
Secara esensial lulusan Program D—II
PGSD
sejalan
8
dengan
tujuan
yang
dikehendaki
oleh
Menurut Djamari (Faridah, 1992:19),
bagai pendidikan yang
bertujuan
Pendidikan
Pendidikan
Umum
good
membentuk
Umum.
se
zitizen
(warga negara yang baik) yang mempunyai kepribadian sesuai
dengan falsafah bangsanya. Warga negara
saja cinta tanah air,
yang
baik
tetapi juga harus mempunyai
bukan
wawasan
yang luas, aktif dan ikut memecahkan masalah—masalah
bangunan, mempunyai international understanding,
pern—
sehingga
mampu ikut memecahkan masalah-masalah baik dalam lingkung
an kecil maupun yang lebih
Faridah,
luas
(Nu'man
Sumantri
dalam
Nasution (Faridah,
1992:
1992:232-236).
Dilihat dari sifatnya, S.
19) menyatakan,
bahwa pendidikan
semua peserta didik,
umum
berkenaan dengan
adalah
umum
kepribadian
bagi
secara
keseluruhan. Sedangkan dilihat dari sasarannya, Nurid
maatmadja (1993)
menyatakan,
bahwa pendidikan umum merupa
kan program pendidikan yang diarahkan untuk membentuk
nusia utuh menyeluruh yang
meliputi
belia sampai manusia yang sudah
manusia
tua,
siapa saja dan di mana saja secara
dan
Su-
yang
berlaku
informal,
masih
umum
non
ma
bagi
formal
formal.
Persoalan yang akan dihadapi adalah
baqaimana
me
ngembangkan perilaku mahasiswa calon guru yang menggambar—
kan kepribadian yang utuh dan menyeluruh
serta
bagaimana
mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor seca-
ra seimbang dan integral pada diri mahasiswa calon guru.
Dalam upaya mengembangkan perilaku yang
dan memberikan pengalaman yang bermakna
melalui
PPL, maka hubungan antara kepala sekolah dan
dengan mahasiswa mutlak
diperlukan.
diharapkan
kegiatan
guru
pamong
di
antara
Hubungan
mereka itu akan dipengaruhi oleh bagaimana kepala
dan guru pamong memandang dirinya sendiri,
pandangannya terhadap mahasiswa. Di
lingkunganpun akan berpengaruh
dan
samping
pula
pada
sekolah
bagaimana
itu
kondisi
hubungan
yang
diciptakan oleh kepala sekolah dan guru pamong.
Pandangan terhadap diri dan orang lain,
mengimpli-
kasikan bagaimana memandang manusia pada umumnya.
secara kodrati memiliki potensi kemanusiaan yang
kemampuan
merasa,
berkehendak,
berpikir,
berkreasi, berkarya dan pada taraf
meliputi
berimajinasi,
kehidupan
kompleks, manusia memiliki kebutuhan untuk
Manusia
yang
menuju
lebih
kesem-
purnaan hidup yang dalam istilah Adler disebut perfection,
atau Iqbal menyebutnya Insan Kami I.
Kemudian yang
dimaksud
dengan
lingkungan
adalah
bukan sekedar tempat berlangsungnya hubungan sesama
sia, melainkan sebagai proses
pembudayaan
perilaku
manu
yang
diharapkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan pem
budayaan makna—makna esensial pada diri
mahasiswa.
Ling
kungan sebagai proses pembudayaan kedua aspek perilaku ini
berkenaan dengan penataan lingkungan fisik (material)
dan
10
lingkungan non fisik (psikologis dan sosial).
Penataan
lingkungan
fisik
(material)
berkenaan
dengan pengaturan sarana dan prasarana yang tersedia.
Se
dangkan penataan lingkungan non fisik (psikologis dan
so
sial ) berkenaan dengan upaya menciptakan situasi dan
disi yang memungkinkan terjadinya hubungan
yang
kon—
harmonis
antar sesama manusia dengan didasari oleh sikap keterbuka—
an, empati, dukungan,
kepositifan dan kesamaan.
Kemampuan
menata lingkungan fisik dan non fisik merupakan sarana pe-
nunjang untuk menciptakan terjadinya hubungan antara kepa
la sekolah dan guru pamong dengan mahasiswa PPL.
Apabila dalam
berhubungan
dengan
sesama
selalu memperhatikan potensi kemanusiaan
dan
manusia
berlangsung
dalam kondisi lingkungan fisik, sosial dan psikologis yang
memadai, maka akan terjadi
keserasian,
kepuasan dalam bekerja, yang pada
keharmonisan
gilirannya
dan
mempermudah
proses pencapaian tujuan.
Wursanto (1985:26)
pengertian, kesadaran dan
menyatakan,
kepuasan
dasar dalam hubungan manusiawi.
yang bersifat manusiawi
bahwa adanya
psikologis
mengerti
potensi—potensi manusia secara kodrati
kannya sesuai dengan
merupakan
Dengan demikian,
berarti
sifat-sifat
dan
serta
kodrati
saling
hubungan
menyadari
memperlaku—
yang
dimiliki
oleh manusia.
Dalam konteks Pendidikan Umum,
hubungan yang bersi—
11
fat manusiawi selaras dengan nilai—nilai
rat dalam Pancasila,
dan beradab.
khususnya sila kemanusiaan yang
Manusia dalam
haruslah berlandaskan
dan
keberadaban.
berhubungan
nilai—nilai
Dengan
kata
dengan
lain,
keadilan
seseorang
pemerkosaan
keadilan dan keberadaban.
itu dalam hubungan dengan sesama manusia,
kap mereka dalam aktivitas
adil
sesamanya
kemanusiaan,
dibenarkan melakukan penindasan dan
hak-hak kemanusiaan,
luhur yang tersi—
sehari—hari
tidak
terhadap
Oleh karena
perilaku dan si
diharapkan
tidak
bertindak sewenang—wenang, menganggap diri yang paling be—
nar atau
merendahkan
harkat
dan
martabad
orang
lain.
Hubungan dengan sesama manusia dalam konteks Pendi
dikan Umum diarahkan untuk menjadikan seseorang agar memi
liki kehidupan pribadi yang baik,
luarga dan masyarakat
yang
mempunyai
bahagia
dapat menjadi warga negara yang
hubungan
ke—
(menyenangkan),
dan
bertanggung
jawab
serta
dapat menghadapi masalah—masalah pribadi dan masyarakatnya
secara efektif (Paul L.
dalam Chester W.
Harris,
Dressel dan
1960:570).
Margaret
F.
Lorimer
Tujuan ini akan terca—
pai bila telah terjadi penghayatan dan perjumpaan di anta
ra mereka (kepala sekolah, guru pamong dan mahasiswa)
ten-
tang peran dan kedudukannya dalam hubungan itu.
Oleh karenanya dalam hubungan dengan sesama,
faktor
manusianyalah yang menjadi peran utama dalam merencanakan,
melaksanakan dan sekaligus
sebagai
penentu
tujuan
yang
12
ingin dicapai.
Hubungan antara
kepala
sekolah
dan
guru
pamong dengan mahasiswa diarahkan untuk mengembangkan
rilaku calon guru sekolah dasar
agar
memiliki
pe
kehidupan
pribadi yang baik, mempunyai hubungan keluarga dan
masya
rakat yang bahagia (menyenangkan), dan dapat menjadi warga
negara yang bertanggung jawab serta dapat menghadapi masa—
lah-masalah pribadi dan masyarakatnya secara efektif.
Persolan lain yang berkenaan dengan
pribadi
guru, Wiranto Arismunandar (1995:6) menegaskan,
calon
bahwa
ran guru sebagai pendidik anak-anak bangsa dalam era
saingan ini sangat penting. Di satu sisi
bahwa dalam era persaingan
figur guru yang memiliki
ini
kita
dedikasi
dia
per
menyatakan,
membutuhkan
yang
pe
figur
tinggi,
pantang
menyerah, dan aspek kepeloporannya yang menonjol, di
sam—
ping guru harus tahu jati dirinya. Di sisi lain guru harus
menguasai materi
dan
prinsip-prinsip
keilmuan,
menjadi
panutan bagi peserta didiknya, dan harus survive,
Betapa berat beban yang dipikulkan ke pundak
sehingga wajar bila tugas
itu
lebih tinggi dari tugas—tugas
diberikan
lainnya.
guru,
kedudukan
yang
Sebagaimana
yang
dinyatakan oleh Aslim Harmaini (1995:4) bahwa "tugas
pen
didikan tetap memiliki posisi yang terhormat,
yakni
kon—
sisten dalam rangka memanusiakan manusia, mengangkat
har—
kat
kemanusiaan".
Berkenaan
dengan tugas
pendidikan
ini,
Wardiman
13
Djojonegoro (1995:30),
menyatakan,
bahwa :
"Sistem pendidikan nasional kita sebagai salah satu
subsistem dari sistem pembangunan nasional dituntut
kesiapannya untuk mampu menjawab berbagai tantangan
yang sudah kita hadapi dan tantangan-tantangan baru
yang akan timbul terbawa oleh arus globalisasi, era
industrial isasi, era iptek dan era. tinggal
Dalam
konteks
akan timbul oleh arus
menjawab
berbagai
globalisasi,
era iptek dan era tinggal
landas,
landas".
tantangan
era
yang
industrialisasi,
maka di bidang pendidik
an salah satu upaya yang telah dilakukan
oleh
pemerintah
adalah mengalihkan tugas penyiapan guru sekolah
dasar
ke
Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Mendikbud
RI
pendidikan tinggi (PGSD).
Nomor 0854/0/1989 tentang dialihfungsikannya SPG
dan
ke pendidikan tinggi, maka PGSD diharapkan dapat
menyiap
kan sumber daya
manusia
(calon—calon
guru)
mengantisipasi tantangan-tantangan baru yang
terbawa oleh arus globalisasi,
era
yang
dapat
akan
timbul
industrialisasi,
iptek dan era tinggal landas serta sesuai dengan
SGO
era
tuntutan
pembangunan sekarang ini.
Sumber daya manusia (calon—calon
guru)
disiapkan oleh PGSD adalah pribadi-pribadi
karakteristik yang
diamanatkan
dalam
yang
yang
tujuan
akan
memiliki
pendidikan
nasional, yakni manusia Indonesia seutuhnya,
beriman
dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas,
berbudi
pe-
kerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap
dan
sehat
mandiri
14
serta tanggung jawab kemasyarakatan
SPN Nomor 2,
dan
kebangsaan"
1989:4).
Bagaimana
mewujudkan
yang beriman dan bertaqwa,
pribadi—pribadi
berbudaya,
calon
antara
baga pendidikan tenaga
dan
kependidikan
guru
berintegritas
berwawasan, merupakan tanggung jawab bersama
pemakai
(UU
(LPTK)
dan
lem
lembaga
lulusannya.
Sekolah dasar sebagai lembaga pemakai lulusan PGSD,
maka kepala sekolah dan para guru diharapkan dapat berpar—
tisipasi dalam menyiapkan
calon
guru.
Partisipasi
dapat dilakukan oleh kepala sekolah dan para
meciptakan hubungan interpersonal
dengan
dalam rangka mengembangkan perilaku
para
yang
dan taqwa, berbudaya, berintegritas dan
guru
yang
adalah
mahasiswa
bermuatan
iman
berwawasan,
khu—
susnya dalam kegiatan PPL.
Penelitian
yang
antara Kepala Sekolah dan
Dalam Mengembangkan
Hubungan
berjudul
Guru
Perilaku
Pamong
Calon
Interpersonal
dengan
Guru
mahasiswa
Sekolah
Dasar
(Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal di Seko
lah Latihan Mahasiswa Program D-II PGSD
tianak)
mukan)
Untan
Pon
perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencari (mene—
pola hubungan interpersonal
bangkan perilaku calon guru
Umum.
FKIP
dalam
dalam
rangka
perspektif
mengem
Pendidikan
15
B.
Masalah Utama Penelitian
Mengacu pada latar belakang
yang menjadi masalah utama
dalam
masalah
diatas,
penelitian
adanya kesenjangan antara tuntutan
ini
pengembangan
maka
adalah
perilaku
mahasiswa calon guru lulusan PGSD dengan belum terciptanya
hubungan interpersonal yang dilakukan oleh kepala
sekolah
dan guru pamong dalam kegiatan PPL. Sedangkan seperti
hubungan interpersonal yang dilakukan oleh kepala
dan guru pamong dalam
apa
sekolah
rangka mengembangkan perilaku
calon
guru dalam kegiatan PPL di sekolah latihan mahasiswa Prog
ram D-II PGSD FKIP Untan Pontianak,
litian
merupakan fokus
pene
ini.
Menilik tugas dan kesibukan dari kepala sekolah dan
guru pamong sehari—hari di sekolah,
kelas, mengoreksi dan menilai
seperti
hasil
mengajar
pekerjaan
di
muridnya,
membimbing murid yang mengalami masalah belajar, mengerjakan tugas-tugas administrasi yang
berkenaan
dengan
guru
kelas/mata pelajaran, membantu kepala sekolah dalam melak
sanakan program sekolah dan masih banyak lagi
tugas
lain
yang harus mereka kerjakan dalam jam—jam sekolah.
Dari kesibukan mereka mengerjakan
tugas
tersebut,
menunjukkan indikasi bahwa kepala sekolah maupun guru
pa
mong kurang memiliki kesempatan untuk memberikan bimbingan
kepada para
mahasiswa PPL. Kondisi tersebut merupakan hal
yang menarik untuk diungkap melalui penelitian ini.
16
Kondisi kepala sekolah dan guru pamong
dengan
sibukan mengerjakan tugas rutinnya itu, akan turut
tukan kualitas hubungan interpersonal
siswa.
dengan
ke
menen-
para
maha
Kualitas hubungan interpersonal antara kepala seko
lah dan guru pamong dengan mahasiswa, merupakan
hal
lain
yang menarik untuk diungkap melalui penelitian ini.
C. Pertanyaan Penelitian
Ada lima pertanyaan
penelitian
yang
diajukan
di
sini, yaitu :
1. Seperti apa hubungan interpersonal yang diciptakan oleh
kepala sekolah dalam mengembangkan
perilaku
mahasiswa
calon guru ?
2. Seperti apa hubungan interpersonal yang diciptakan oleh
guru pamong dalam mengembangkan perilaku mahasiswa
ca
lon guru ?
3. Seperti apa perilaku mahasiswa
calon
guru
yang
akan
dikembangkan dalam kegiatan PPL oleh kepala sekolah dan
guru pamong ?
4. Faktor—faktor apa sajakah yang melandasi
hubungan
in
terpersonal antara kepala sekolah dengan mahasiswa
ca
lon guru ?
5. Faktor—faktor apa sajakah yang melandasi
terpersonal antara guru pamong dengan
guru ?
hubungan
mahasiswa
in
calon
17
D.
Tujuan Penelitian.
Penelitian ini Becara umum bertujuan untuk
mencari
(menemukan) pola hubungan interpersonal antara kepala
kolah dan guru pamong dengan mahasiswa peserta
PPL
se
dalam
mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru sekolah dasar.
Secara khusus penelitian ini berupaya untuk memper—
oleh deskripsi tentang
:
1. Hubungan interpersonal yang diciptakan oleh kepala
kolah
dalam
mengembangkan
perilaku
mahasiswa
se
calon
guru.
2. Hubungan interpersonal yang diciptakan oleh guru pamong
dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru.
3. Aspek-aspek perilaku mahasiswa calon guru
yang
dikem
bangkan dalam kegiatan PPL oleh kepala sekolah dan guru
pamong.
4. Faktor-faktor
yang
melandasi
hubungan
interpersonal
antara kepala sekolah dengan mahasiswa calon guru.
5. Faktor-faktor
yang
melandasi
hubungan
interpersonal
antara guru pamong dengan mahasiswa calon guru.
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang berupaya mencari
(menemukan)
pola
hubungan interpersonal dalam mengembangkan perilaku calon
guru sekolah
dasar
ini
akan
memberikan
manfaat,
baik
18
manfaat teoritis maupun praktis.
Hasil
pemikiran
penelitian
yang
interpersonal
ini
bersifat
dalam
akan
memberikan
sumbangan
tentang
hubungan
teoritis
mengembangkan
perilaku
calon
sekolah dasar, memperkaya khasanah pengetahuan
pendidikan,
berbagai nilai
dapat dikembangkan dalam
hubungan
di
bidang
interpersonal
meningkatkan
prestasi
guru
yang
akademik
peserta didik.
Dari temuan penelitian ini
memberikan kontribusi pada
juga
diharapkan
dapat
perkuliahan
pendidikan
umum,
khususnya dalam upaya mengembangkan pribadi mahasiswa yang
selaras dengan tujuan pendidikan nasional yakni :
Indonesia seutuhnya, beriman
Yang Maha Esa, cerdas,
dan
berbudi
bertaqwa
pekerti
pengetahuan dan keterampilan, sehat
manusia
kepada
luhur,
jasmani
kepribadian yang mantap dan mandiri serta
Tuhan
memiliki
dan
rohani,
tanggung
jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan".
Pribadi mahasiswa yang diharapkan ini
beorientasi teoritik-akademik,
melainkan juga
diwujudkan dalam kesatuan kata dan perbuatan.
tidak
hanya
yang
dapat
Oleh karena—
nya dalam menyatupadukan kata dan perbuatan, dapat
bangkan dengan mengakrabkan para
mahasiswa
dengan
sekolah dasar, melalui mata kuliah yang berwawasan
an. Dengan memahami, menghayati,
dikem
dunia
ke-SD—
dan merasakan situasi dan
kondisi yang sebenarnya di sekolah dasar,
para
mahasiswa
19
akan tergugah hatinya untuk menyadari
tugas dan kewajiban—
nya kelak sebagai guru.
Selain itu,
penelitian ini
berikan manfaat kepada
tentang esensi dan
peneliti
pola
lingkungan pendidikan,
diharapkan
dalam
hubungan
dapat
menambah
sesama
mem
wawasan
manusia
dalam
terutama di sekolah dasar.
Adapun manfaat praktis yang diharapkan
penelitian ini, dengan ditemukannya pola
dari
hubungan
hasil
inter—
personal dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru
dapat
dijadikan
acuan
dalam
praktek
kegiatan
belajar
mengajar, khususnya hubungan guru-murid di sekolah
Temuan penelitian ini
diharapkan
pula
dapat
dasar.
memberikan
inspirasi kearah pengembangan PPL mahasiswa S-l FKIP Untan
dalam mengembangkan pribadi calon guru yang bukan
sekedar
memiliki wawasan akademik, melainkan pribadi yang diharap
kan oleh pendidikan umum. Pribadi
yang
diharapkan
pendidikan umum adalah pribadi yang beriman dan
berbudaya,
F.
dalam
bertaqwa,
berintegritas dan berwawasan.
Definisi Operasional
Untuk memperjelas dan mempertegas
arah
penelitian
ini, berikut ini dikemukakan definisi operasional (batasan
istilah)
1.
yang
terdapat
dalam
judul
penelitian.
Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal
adalah
terjadinya
kontak
antara seseorang dengan orang lain, baik menggunakan baha-
20
sa,
isyarat atau lambang lainnya.
Hubungan
interpersonal
ditandai dengan adanya komunikasi antara orang
dengan yang lainnya.
arah dan
yang
satu
Komunikasi itu dapat berlangsung satu
berlawanan arah
(timbal
balik).
2. Kepala Sekolah dan Guru Pamong
Kepala sekolah adalah personil sekolah
dasar
yang
karena kedudukannya dalam kegiatan PPL di angkat oleh UPT—
PPL sebagai koordinator yang bertanggung
lenggaranya kegiatan
PPL
di
sekolah
terhadap
yang
terse-
dipimpinnya.
Sedangkan guru pamong adalah personil sekolah yang
juk oleh kepala sekolah
bersama—sama
para
ditun—
guru
sebagai
pamong bagi mahasiswa PPL di sekolah tersebut.
3.
Mahasiswa
Adalah peserta didik di PGSD FKIP
yang akan melaksanakan PPL di
sekolah
Untan
dasar
Pontianak
yang
telah
ditetapkan sebagai sekolah latihan.
4.
Perilaku
Perilaku adalah tingkah laku,
seseorang sebagai
manifestasi
emosi, kehendak, kemauan,
dari
perangai,
tabiat dari
perbuatan,
pikiran,
perasaan, pengetahuan, skill dan
tindakannya dalam menghadapi suatu situasi.
laku yang ditampilkan seseorang dalam suatu
Kualitas peri
situasi
akan
menggambarkan kepribadiannya.
5.
Calon
Guru
Adalah mahasiswa yang menerima pendidikan di
LPTK,
khususnya mahasiswa Program D-II PGSD FKIP Untan Pontianak
yang para lulusannya disiapkan akan menjadi tenaga guru SD,
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode dan Pendekatan Penelitian
Permasalahan
berkenaan
yang
dengan
diungkap
hal-hal
yang
dalam
penelitian
sedang
terjadi
lingkungan pendidikan, khususnya hal-hal
dalam kegiatan PPL di
sekolah
latihan
Oleh karena itu penelitian ini
yang
guna
bukanlah
menemukan
masalah yang dihadapi.
Dengan
lebih cocok menggunakan
cara yang
digunakan
untuk
menyangkut
untuk
untuk
menggali
baru
mengenai
penelitian
deskriptif,
mengungkap
dasar).
bermaksud
pemahaman
demikian,
metode
dalam
(sekolah
menguji suatu teori, akan tetapi berupaya
suatu fenomena
ini
yakni
ini
suatu
fenomena—fenomena
yang sedang terjadi secara objektif. Oleh karena itu
dekatan penelitian yang digunakan adalah
pen
kualitatif.
ini didasari pada asumsi bahwa data yang dikumpulkan
Hal
pada
umumnya bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan kata-kata lisan ataupun tertulis dari
orang-
orang dan perilaku yang diamati. Berkenaan dengan hal
S. Nasution (1988:5) menyatakan,
bahwa "penelitian
tatif pada hakekatnya ialah mengamati
orang
kuali
dalam
ling
kungan, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami
hasa
dan
tafsiran
tentang
dunia
47
sekitarnya".
ini
ba—
Sejalan
48
dengan hal ini
Lincoln
bahwa peneliti
yang
dan Guba (1985:102) mengemukakan,
menggunakan
emergent
disain penelitiannya bersifat
disebabkan
mungkin
seorang
pendekatan
kualitatif,
design.
peneliti
dalam
penelitiannya belum memiliki gambaran yang
Hal
tahap
jelas
mengembangkan
mengumpulkan
demikian,
data
disain
pertanyaan
untuk
mencari
penelitian
awal
tentang
aspek-aspek masalah yang akan diteliti. Kemudian
tersebut
ini
peneliti
penelitian
sambil
pemecahannya.
Dengan
tersebut
selalu
tejadi
kemungkinan perubahan atau pengembangan lebih lanjut.
Seorang peneliti
Biklen
(1982:31)
kualitatif,
"berusaha
pandangan, persepsi, sikap
untuk
dan
pandangan subyek yang diteliti
menurut
memahami
sendiri".
yang
diperlukan
berusaha
untuk
berdasarkan
Dari
dalam
pandangan
mengumpulkan
melakukan
langsung dengan subyek yang diteliti pada tempat
berlangsung.
Untuk
menghindari
pengumpulan data, maka perlu
bias
dalam
diperhatikan
dan
perilaku,
lain—lainnya
tersebut, seorang peneliti kualitatif
data
Bogdan
kontak
kegiatan
pelaksanaan
karakterisitik
penelitian kualitatif.
Bogdan dan Biklen (1982:27-30) mengungkapkan karak
teristik penelitian kualitatif sebagai berikut:
1.
Qualitative research has the natural setting as the
direct source of data and the researcher is the key
instrument.
2. Qualitative research is the descriptive.
3. Qualitative researchers are concerned with
process
rather than simply with outcomes or products.
49
4. Qualitative researchers tend to analyze their
data
inductively.
5. Meaning is of essential concern to the qualitative
approach.
Karakteristik
peneliti
sendiri
sebagai
sumber
melakukan
di
atas
mengandung
pengorganisasi
data
pengamatan
yang
instrumen
diteliti.
secara
maksud
cermat
yang tampak atau terjadi di lapangan
Di
bahwa
mendatangi
sini
peneliti
terhadap
fenomena
sebagaimana
adanya.
Data yang dikumpulkan cenderung berupa kata-kata, sehingga
analisisnya dalam
tidak
bentuk
semata-mata
menaruh
uraian.
Penelitian
perhatian
pada
kualitatif
hasil
yang
diamati, namun aspek proses juga lebih diperhatikan.
Oleh
karena itu untuk mengungkapkan makna terhadap keadaan yang
diamati digunakan analisis induktif.
Peneliti
yang
menggunakan
pendekatan
dalam melaksanakan penelitiannya, bukan
kualitatif
sekedar
menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah dipolakan sebelumnya, me
lainkan harus dapat mengungkap masalah-masalah
yang
ber
sifat esensial yang ditemukan selama penelitian. Untuk itu
perlu disiapkan cara kerja yang
sistematis
agar
yang esensial dapat ditemukan di lapangan. Oleh
seorang peneliti harus terlebih dahulu menyiapkan
sumber teori dan bentuk-bentuk pengetahuan yang
hal-hal
karenanya
metode,
digunakan
dalam penelitian. Selanjutnya perlu disiapkan pula instru
men dan disain penelitian serta situasi yang
terjadinya hubungan yang intim antara
memungkinkan
peneliti
dan
yang
50
diteliti.
Selama proses penelitian,
peneliti senantiasa mela
kukan modifikasi terhadap konsep—konsep yang telah disusun
ketika ditemukan hal-hal yang baru.
Karena
itu
pulalah,
maka dalam penelitian kualitatif selalu terjadi perubahanperubahan atau pengembangan terhadap rancangan
penelitian
yang sudah disusun sebelum memasuki kancah peneletian yang
sebenarnya.
B.
Sumber Data dan Sampel Penelitian
Sumber data adalah segala hal yang
informasi, karena itu
sumber informasi.
sampelpun
Ada dua
sumber
ini, yaitu sumber data primer dan
Sumber data primer
adalah
sumber
dapat
memberikan
harus
dapat
memberikan
data
dalam
penelitian
sumber
data
yang
sekunder.
memberikan
secara langsung sebagai tangan pertama,
sedangkan
data sukunder adalah sumber—sumber yang
dapat
data atau
informasi
mengenai
sumber
data
sumber
memberikan
pertama,
sehingga
fungsinya sebagai data pelengkap.
Adapun
yang
menjadi
sumber
data
primer
adalah
kepala sekolah, guru pamong dan mahasiswa.
Karena
jumlah
sumber data yang cukup banyak,
berbeda
lokasi yang
keterbatasan kemampuan peneliti untuk
sumber data yang ada perlu untuk
menjaringnya,
dilakukan
Hasil seleksi tersebut akan dijadikan
sampel
serta
maka
penyeleksian.
penelitian.
51
dan akhirnya sebagai responden atau informan yang berperan
menjadi sumber data primer.
Karena sampel harus dapat memberikan data atau
formasi sesuai dengan
keperluan,
maka
ditentukan dengan menggunakan teknik
yaitu responden atau informan
penentuan
purposive
disesuaikan
sampel
sampling,
dengan
tujuan
penelitian dan dilakukan dengan cermat. Untuk itu
den atau informan dipilih
dari
subyek
yang
in
respon
benar-benar
memahami permasalahan.
Penelitian
manusiawi dalam
pada
diri
ini
berupaya
untuk
mengembangkan
mahasiswa
dalam
menggali
perilaku
konteks
hubungan
yang
diharapkan
program
pengalaman
lapangan, maka ditetapkan responden atau informan
sebagai
sumber data primer adalah kepala sekolah dasar, tiga orang
guru pamong dan tiga mahasiswa. Kepala
sekolah
pamong
yang
sekolah
yang
dimaksud
latihan
dan
adalah
mereka
sekaligus
sebagai
Kegiatan Guru (PKG). Sekolah sebagai Pusat
dan
guru
bertugas
tempat
Kegiatan
di
Pusat
Guru
dalam hal ini berperan sebagai SD Inti. SD Inti adalah :
"Satu SD yang dipilih di
antara
anggota
gugus
yang
mempunyai peranan sebagai pusat pengembangan pada
tingkat gugus dan
secara
insitusional
memiliki
sarana-prasarana dan tenaga kependidikan yang memadai
untuk menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan di
lingkungan gugus tersebut" (Depdikbud, 1991/1992:6).
Selanjutnya untuk menetapkan SD Inti digunakan kri
teria sebagai berikut:
52
a. Guru dan Kepala SD tersebut mempunyai keinginan dan
semangat yang tinggi untuk menerapkan
SPP—CBSA di
sekolahnya.
b. SD tersebut
memiliki
sarana—prasarana
pendidikan
yang memadai, seperti gedung, perabot
sekolah
dan
lain—lain.
c.
Letak SD tersebut strategis
dan
mudah
dijangkau/
dikunjungi.
d. Jenjang kelas dan gurunya lengkap.
e. Memiliki sumber—sumber
belajar yang
memadai,
se
perti perpustakaan, laboratorium sekolah (IPA,
Ma—
tematika, dll) dan koperasi sekolah.
f. Memiliki
lapangan
bermain,
ruang
pertemuan
dan
lahan sekolah yang memungkinkan untuk
pengembangan
g.
lebih
lanjut.
BP—3,
guru—guru, dan kepala sekolah aktif
nakan kegiatan pendidikan,
melaksa
baik intra, ko dan kuri—
kuler.
h. SD tersebut berstatus negeri/swasta, keamanan ling
kungan terjamin, sehat dan bersih (Depdikbud, 1991/
1992:6).
Berdasarkan pengertian dan kriteria penetapan SD Inti
tersebut di atas, maka mahasiswa yang melaksanakan program
pengalaman
lapangan
(PPL) di sekolah inti ini diharapkan
dapat memperoleh pengalaman secara
optimal
dan
bersifat
menyeluruh. Untuk itu dalam setiap SD Inti ditetapkan res
ponden penelitian yakni kepala sekolah,
tiga
orang
guru
pamong dan tiga orang mahasiswa.
Penetapan jumlah sampel dalam penelitian kualitatif
ini didasari oleh pendapat S.
Nasution
(1988:11),
"Sampel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan
pose) penelitian".
Dengan
pengambilan
hal-hal yang dicari dapat dipilih
pada
secara
Kesimpulan
kasus-kasus
yang
(pur
purposif,
ekstrim, sehingga hal-hal yang dicari tampil menonjol
lebih mudah dicari maksudnya.
bahwa
yang
dan
diperoleh
53
dari sampel ini bukan untuk mencari generalisasi,
kan akan dapat
diberlakukan
hanya
pada
melain
setting
dengan
peristiwa yang serupa.
Dalam penelitian kualitatif atau biasa juga disebut
kualitatif naturalistik, Lincoln dan
Guba
(1985:201-202)
menyatakan, bahwa spesifikasi sampel tidak dapat
ditentu
kan sebelumnya, karena sesuai dengan ciri-ciri khusus sam
pel purposif, yaitu:
"(1) emergent
serial selection of sample units,
or focusing of the sample,
sampling
design,
(2)
(3) continuous adjusment
(4) selection to the
point
of
redudancy".
Hal ini dimaksudkan,
bahwa penentuan
sampel
dalam
penelitian ini dilakukan sementara penelitian berlangsung.
Cara yang akan ditempuh, yaitu peneliti memilih
mong yang termasuk daerah penelitian dan
guru
menurut
pa
pertim
bangan peneliti
(human instrument) dapat memberikan infor
masi
mengenai
maksimum
segala
sesuatu
dengan hubungan manusiawi dalam konteks
sekolah dasar
yang
berkaitan
kegiatan
PPL
di
latihan.
Selanjutnya berdasarkan data
yang
diperoleh
sampel sebelumnya, peneliti dapat menentukan
unit
dari
sampel
lainnya yang diperkirakan akan memberikan data yang
lebih
lengkap. Unit sampel yang dipilih makin lama, semakin ter
arah sesuai dengan fokus penelitian. Oleh karena
nentuan sampel tidak dapat
ditentukan
sebelumnya
itu
pe
karena
54
ditentukan oleh pertimbangan informasi.
S. Nasution (1988:32-33) menjelaskan,
bahwa "penen
tuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sam
pai
kepada
taraf
redudancy".
dengan menggunakan responden
pling)
redudancy
Maksud
adalah
(snowbal1
selanjutnya
boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan
formasi baru yang signifikan. Dengan kata lain, data
akan dikumpulkan melalui sampel sampai kepada titik
sam
in
yang
jenuh
(redudancy), yaitu bila hal yang diamati dan jawaban mere
ka atas pertanyaan yang diajukan berkisar
pada
persoalan
yang sama. Namun bila dipandang masih perlu untuk
kapi data yang diperlukan, maka
pengumpulannya
meleng—
dilakukan
kepada sumber data sekunder.
Sumber data sekunder adalah guru pamong
siswa lainnya yang bukan sumber primer, dosen
kepala UPT-PPL,
dan
pembimbing,
ketua pengelola dan dosen—dosen PGSD.
Selanjutnya
mengenai lokasi penelitian disesuaikan
dengan sekolah yang digunakan oleh
UPP
PGSD
FKIP
Untan
di
Keca-
Pontianak (UPP Induk, UPP I, dan UPP II), yakni
matan
Pontianak
maha
Barat
dan
Kecamatan
Pontianak
Selatan
Kotamadya Pontianak serta Kecamatan Sungai
Raya Kabupaten
Pontianak.
dapat
dalam
tabel
Mengenai
berikut
lokasi sumber data ini
ini.
dilihat
55
Tabel
1
Sumber Data Menurut Lokasi
Penelitian
Pamong
Kep.Sek.
Mhs.
Lokasi
Nama
sekolah
1.
Kec.Ptk.Barat
SDN.
No.39
1
2.
Kec.Ptk.Sel.
SDN.
No.24
1
•^J
3.
Kec.Sui.Raya
SDN.
No.
1
3
No.
6
3
Dijadikannya ketiga sekolah dasar ini sebagai
sum
ber data penelitian, didasarkan pada pertimbangan berikut:
a.
Kemudahan untuk menjangkau lokasi penelitian.
b. Kesediaan kepala sekolah dan guru pamong untuk
dijadi
kan sebagai sumber data dalam penelitian ini.
c. Keterbukaan dari kepala sekolah dan guru
pamong
dalam
memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
d. Saran yang diberikan oleh para
Penilik
Sekolah
Dasar
di lingkungan Depdikbudcam pada masing—masing kecamatan
dan dari
hasil
pengamatan
melakukan penjajagan atau
peneliti
ketika
sendiri
melakukan
sewaktu
orientasi
lapangan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan suatu penelitian kualitatif ikut
tukan oleh ketelitian dan kelengkapan catatan
diten
(field
tes) yang disusun oleh seorang peneliti. Untuk itu
no
diper
56
lukan teknik pengumpulan data yang
akurat
dan
kemampuan
peneliti menggunakannya. Berkenaan dengan hal ini-, S.
sution (1988:56-58)
menyatakan,
dapat diperoleh melalui
bahwa
observasi,
catatan
wawancara
Na—
lapangan
dan
studi
maka
dalam
pengumpulan
data,
dokumenter.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas,
penelitian ini digunakan ketika teknik
seperti berikut.
1.
Observasi
Observasi dalam penelitian kualitatif merupakan salah
satu teknik yang digunakan peneliti untuk
memperoleh
formasi dalam konteks hal-hal yang berkaitan dengan
in
seki—
tarnya, sehingga peneliti dapat memperoleh makna dari
in
formasi yang dikumpulkan. Berbagai manfaat observasi dalam
mengumpulkan data di lapangan sebagaimana yang dikemukakan
oleh S.
Nasution (1988:59-60) adalah sebagai berikut:
dengan berada di lapangan, peneliti lebih
mampu
konteks data dalam
(2)
keseluruhan
situasi,
mehamami
pengalaman
langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan
duktif,
(3) peneliti dapat
melihat
atau tidak diamati orang lain,
hal-hal
yang
(4) peneliti dapat
kan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap
dan
(6)
dalam
in—
kurang
menemu
oleh
ponden dalam wawancara, (5) peneliti dapat menemukan
hal di luar persepsi responden
(1)
res
hal-
lapangan.
57
peneliti tidak hanya dapat
mengadakan
pengamatan
tetapi
juga memperoleh kesan—kesan pribadi. Di sisi lain, ia meng—
klasifikasikan intensitas partisipasi
lima tingkatan,
pasif,
pengamat
yakni dari partisipasi nihil,
ke
dalam
partisipasi
sedang, aktif sampai partisipasi penuh.
Sesuai dengan keperluan data yang akan dikumpulkan,
maka peneliti
melakukan
pengamatan
sebatas
partisipasi
pasif, dan partisipasi sedang. Dalam situasi tertentu
neliti hanya berperan
sebagai
penonton
untuk
pe
mengamati
berbagai fenomena yang terjadi dalam hubungan antara kepa
la sekolah dengan mahasiswa
dengan mahasiswa.
Kemudian
ataupun
antara
peneliti
juga
guru
pamong
sesekali
ikut
serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dengan
kata
lain, peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan
dan observasi partisipan dalam batas-batas tugas yang men
jadi kewajiban kepala sekolah dan guru pamong
teks pelaksanaan program pengalaman
Setiap data dan informasi
teknik-teknik observasi
ini,
kon
lapangan (PPL).
yang
(baik
dalam
diperoleh
melalui
melalui
partisipasi
pasif atau non partisipan maupun partisipasi sedang), akan
selalu dikaitkan dengan konteksnya, sehingga data dan
formasi tersebut tidak kehilangan maknanya.
in
Kemudian dila
kukan dokumentasi dalam bentuk catatan lapangan. Namun tak
dapat dipungkiri, bahwa data dan
informasi
yang
didapat
melalui observasi kurang mampu mengungkap hal-hal
dibalik
58
perilaku respoden. Oleh karena itu untuk
hal yang berkenaan dengan
perasaan,
mengungkap
pandangan,
hal-
persepsi
dan sebagainya, maka digunakan teknik wawancara.
2.
Wawancara
Dalam
penelitian
kualitatif,
untuk
bagaimana persepsi responden tentang dunia
peneliti harus
berkomunikasi
langsung
realita,
dengan
melalui wawancara. Berkenaan dengan hal
(1988:71) menyatakan, bahwa untuk
mengetahui
ini
S.
mendapatkan
bersifat emic (segi pandangan responden),
maka
maka
responden
Nasution
data
yang
dilakukan
wawancara langsung. Melalui wawancara yang bersifat
lang
sung ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui pikiran, pe
rasaan , emosi, ataupun pandangan
responden
mengenai
ke
peneliti
me
giatan PPL di sekolah tempat dia bertugas.
Dalam berkomunikasi dengan responden,
lakukan wawancara tak berstruktur,
yaitu
wawancara
yang
dimaksudkan untuk menjalin hubungan baik dengan para
sum
ber data. Data dan informasi yang dikumpulkan melalui
wancara tak berstruktur ini masih beraneka ragam dan
sifat umum.
wa
ber
Kemudian setelah terjalin hubungan akrab dalam
arti saling percaya—mempercayai,
barulah dilakukan
cara terstruktur guna mendapatkan data dan informasi
diperlukan sesuai dengan fokus penelitian
DAN GURU PAMONG DENGAN MAHASISWA PESERTA PPL
DALAM MENGEMBANGKAN PERILAKU
CALON GURU SEKOLAH DASAR
( Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal
di Sekolah Latihan M ahasiswa Program D-II
PGSD FKIP Untan Pontianak)
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat
bagi perolehan gelar Magister Pendidikan
Bidang Studi Pendidikan Umum
Oleh
Marmawi
R
NRP 9332135/S2-PU/XXV-17
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :
PROF. DR. H. DJAMARI
PEMBIMBING I
DR. H.M.I. SOELAEMAN (aim)
PEMBIMBING II
ABSTRAK
Reran guru sebagai pendidik anak-anak bangsa
dalam
era persaingan global yang berlangsung sekarang ini sangat
penting. LPTK khususnya
PGSD
sebagai
lembaga
penyiapan
calon-calon guru sekolah dasar diharapkan dapat menghasilkan guru yang memiliki dedikasi yang tinggi,
pantang
nyerah, aspek kepeloporannya yang menonjol dan
dirinya. Selain itu
seorang
guru
juga
me-
tahu
jati
diharapkan
agar
menguasai materi dan prinsip-prinsip keilmuan tanpa
larut
dalam spesialisasinya, menjadi panutan bagi peserta didik—
nya serta harus survive.
Penyiapan calon guru sekolah dasar merupakan
gung jawab bersama antara LPTK (PGSD) dan lembaga
lulusannya (SD). Dalam pelaksanan PPL kepala
tang-
pemakai
sekolah
dan
guru pamong merupakan barisan terdepan dalam rangka membe—
rikan pengalaman langsung maupun dalam mengembangkan peri—
laku yang seharusnya dimiliki mahasiswa calon guru.
Seperti apa hubungan interpersonal yang
diciptakan
oleh kepala sekolah maupun guru pamong dalam mengembangkan
perilaku mahasiswa calon guru merupakan
fokus
penelitian
ini.
Penelitian ini
mengungkap
antara kepala sekolah dan
guru
hubungan
pamong
interpersonal
dengan
mahasiswa
Program D-II PGSD FKIP Untan Pontianak, sebagai upaya mencari (menemukan) pola hubungan interpersonal dalam mengem
bangkan perilaku mahasiswa calon guru
Pendidikan
yang
berperspek.tif
Umum.
Penelitian ini
menggunakan
dengan metode deskriptif
analisis.
mampu mengungkap makna secara
pendekatan
Agar
penelitian
kualitatif,
menjadi instrumen dalam penelitian ini.
dengan teknik observasi, wawancara dan
kualitatif
maka
ini
peneliti
Data
dikumpulkan
studi
dokumenter.
Proses penelitian dilakukan sesuai dengan tradisi
peneli
tian kualitatif yang memadukan proses emic dan etic.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan
inter
personal yang diciptakan oleh kepala sekolah dan guru
mong di lingkungan SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6
pa
cenderung
bersifat demokratis dalam suasana yang penuh keakraban dan
kekeluargaan. Sedangkan hubungan interpersonal yang dicip
takan oleh kepala sekolah dan sebagian besar
di
lingkungan SDN Nomor
24
cenderung
guru
bersifat
pamong
permisif
dalam suasana yang formal, dan antara atasan dengan bawah—
an. Berbagai perilaku
yang
dikembangkan
dalam
hubungan
interpersonal di SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 lebih mengarah pada pengembangan pribadi mahasiswa
secara
utuh
menyeluruh. Sedangkan perilaku yang dikembangkan pada
hasiswa di lingkungan SDN Nomor 24 mengarah
pada
dan
ma
pengem
bangan pribadi yang memiliki nilai tanggung jawab,
dirian
dan
keman—
kreativitas.
Disimpulkan bahwa kepala sekolah
dan
guru
dalam menciptakan hubungan interpersonal dengan
pamong
mahasiswa
pada SDN Nomor 39 dan SDN Nomor 6 yang bersifat demokratis
cenderung lebih efektif dalam mengembangkan perilaku calon
guru, dari pada hubungan interpersonal yang bersifat permi
sif yang diciptakan oleh kepala sekolah dan sebagian besar
guru pamong pada SDN Nomor 24.
Akhirnya penelitian ini merekomendasikan agar
guru pamong dapat meningkatkan pemahaman
fungsi dan perannya sebagai
pamong,
dan teman sejawat, khususnya di
dan
para
pelaksanaan
pembimbing,
lingkungan SDN
penilai
Nomor
24,
sehingga pengembangan perilaku mahasiswa calon guru secara
utuh dan menyeluruh dapat diwujudkan.
Kemudian
agar kepala UPT-PPL dan ketua UPP-PGSD perlu
diharapkan
meningkatkan
jalinan kemitraan dengan pihak sekolah dasar dalam
rangka
menyiapkan calon guru yang memiliki pribadi utuh, menyelu
ruh dan berwawasan dengan dilandasi iman
dan
taqwa,
nilai-nilai luhur yang tersirat dalam Pancasila.
ii
dan
DAFTAR
ISI
Halaman
ABSTRAK
i
KATA PENGANTAR
UCAPAN
TERIMA
DAFTAR
ISI
BAB
I
iii
KASIH
v
viii
PENDAHULUAN
1
A. Latar Belakang Masalah
1
B.
Masalah Utama Penelitian
C. Pertanyaan Penelitian
16
D. Tujuan Penelitian
17
E.
17
Manfaat Penelitian
F. Definisi Operasional
BAB II
15
19
HUBUNGAN INTERPERSONAL DALAM MENGEMBANGKAN
PERILAKU CALON GURU
21
A. Teori Hubungan Sesama Manusia
22
B. Bentuk-Bentuk Hubungan Sesama Manusia
26
C. Mengembangkan Perilaku Calon Guru dalam
Perspektif Pendidikan Umum
35
1. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Umum ..
35
2.
Perilaku Calon Guru Dalam Perspektif
Pendidikan Umum
BAB III
41
PROSEDUR PENELITIAN
47
A.
Metode dan Pendekatan Penelitian
47
B. Sumber Data dan Sampel Peneltian
50
viii
BAB IV
C. Teknik Pengumpulan Data
55
D. Pelaksanaan Pengumpulan Data
60
E. Analisis Data dan Interpretasi
66
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
70
A.
Hasil Penelitian
-
70
1. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se
kolah
dan
Guru
Pamong
dengan
Mahasiswa
di SDN Nomor 39
70
2. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se
kolah dan
Guru
Pamong
dengan
Mahasiswa
di SDN Nomor 24
100
3. Hubungan Interpersonal antara Kepala Se
kolah
4.
B.
BAB V
dan
Guru
Pamong
dengan
Mahasiswa
di SDN Nomor 6
122
Temuan Penelitian
142
Pembahasan Hasil Penelitian
KESIMPULAN,
IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
143
171
A. Kesimpulan
171
B. Implikasi
176
C. Rekomendasi
179
DAFTAR PUSTAKA
SURAT-SURAT
-
IZIN PENELITIAN
ix
184
191
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Berkembangnya suatu kecenderungan terhadap
lisasi ilmu pengetahuan ke
dalam
bidang-bidang
dalam penyelenggaraan pendidikan,
spesia—
tertentu
mengakibatkan akan
ter—
jadinya pengkotak—kotakan pengalaman belajar peserta didik
(mahasiswa). Peserta
didik
(mahasiswa)
cenderung
mempelajari disiplin ilmu atau spesialisasi yang
untuk
diminati
dan sesuai dengan bakatnya saja. Di sisi lain timbul
kecenderungan untuk mengkotak-kotakan ranah
pendidikan, seperti cenderung
kemampuan intelektual saja
saja, sementara ranah yang
aspek moral, nilai-nilai,
dalam
pula
tujuan
lebih menekankan pada ranah
atau
keterampilan
tertentu
lebih luas berupa pengembangan
sikap,
kematangan
sosial
dan
emosional kurang mendapat perhatian.
Penyelenggaraan
pendidikan
yang
demikian
itu
memungkinkan bagi peserta didik (mahasiswa) untuk memiliki
pandangan yang picik dalam memahami
keahlian yang ditekuninya.
Mereka
bidang
mungkin
keilmuan
kurang
hayati "siapa" yang akan menggunakan ilmu pengetahuan
dan
meng—
dan
keahliannya itu, atau untuk "apa" pengetahuan dan keahlian
itu
bagi
kehidupan bermasyarakat. Kedua
mengisyaratkan
perlu
adanya
program
pernyataan
pendidikan
ini
yang
berupaya untuk membina peserta didik menjadi manusia-manu—
sia yang memiliki kepribadian yang terpadu.
Untuk menjadikan peserta didik agar memiliki kepri
badian yang terpadu, maka "Pendidikan tidak hanya menyang—
kut salah satu aspek kepribadiannya,
melainkan
yang
me—
nyentuh keseseluruhannya, yang merata dan umum: Suatu Pen
didikan Umum"
(M.I. Soelaeman,
1988:5).
Pendidikan Umum diperlukan bukan semata-mata karena
meningkatnya spesialisasi ilmu pengetahuan, melainkan juga
karena pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
masyarakat.
Paul L. Dresser dan Margareth F. Lorinter (Chester W.
(general
ris, 1960:571) menyatakan, bahwa Pendidikan Umum
education)
lahir disebabkan karena
Har
pertumbuhan
penduduk,
pertumbuhan industrialisasi dan perkembangan dalam komuni—
kasi dan transformasi yang telah menimbulkan pekerjaan dan
profesi baru yang menyertai kebutuhan spesialisasinya itu.
Pertumbuhan penduduk dan idustrialisasi serta
kembangan komunikasi dan trasformasi telah
melanda
per
kehi
dupan masyarakat Indonesia sekarang ini. Untuk mengantisi-
pasi pertumbuhan dan perkembangan tersebut, maka LPTK—LPTK
dituntut kehadirannya untuk tampil
memelopori
dalam
nyiapkan sumber daya manusia unggul dan berkualitas
gartiasto, 1995:12). Upaya menyiapkan sumber daya
unggul dan berkualitas ini harus dimulai
dari
me
(Eng—
manusia
penyeleng
garaan pendidikan yang baik (Mhd. Ansyar, 1995:20).
Suatu langkah yang
LPTK dalam rangka
kiranya
dapat
mengantisipasi
dilakukan
penyiapan
tenaga
dengan kualifikasi pendidik yang mampu melaksanakan
kependidikannya kelak tanpa larut
dalam
oleh
guru
tugas
spesialisasinya,
adalah menyusun perencanaan dan membuat program pendidikan
secara
komprehensif
dan
terintegrasi.
Dalam menyusun perencanaan dan membuat program pen
didikan yang
komprehensif,
Phenix
(1964:4)
menyatakan,
perlu adanya kesatuan filsafat kurikulum untuk
pandangan kurikulum (pendidikan umum)
dengan
pertimbangan-pertimbangan scope, isi dan
memberikan
menunjukkan
rangkaian
studi
yang diderivasi dari konsiderasi fundamental tentang hake—
kat manusia dan pengetahuan.
Pandangan Phenix tersebut berupaya
program pendidikan yang
balance
antara
hakekat manusia. Di satu sisi pengetahuan
untuk
menyusun
pengetahuan
memang
dan
penting
bagi kehidupan manusia, namun di sisi lain dipandang perlu
untuk selalu memperhatikan hakekat manusia itu sendiri.
Dalam upaya mewujudkan keseimbangan antara pengeta
huan dan hakekat manusia, maka kurikulum
Pendidikan
hendaknya mencakup bidang—bidang makna yang meliputi:
symbolics, (2) empirics,
ethics,
Umum
(1)
(3) estetics, (4) synnoetics, (5)
(6) synaptics (Phenix, 1964:6).
Bidang simboliks berkenaan dengan bahasa,
matemati—
ka, gerak isyarat (gesture), bentuk-bentuk ritual, ritmik,
mitos,
seni, sejarah dan sain. Bidang empiriks termasuk di
dalamnya fisika, ilmu hayat,
psikologi
dan
ilmu
sosial.
Sedangkan bidang estetiks terdiri dari musik, seni visual,
puisi, novel, drama
dan
kesusasteraan.
synnoetiks terdiri dari filsafat,
Kemudian
bidang
psikologi, kesusasteraan
dan agama dalam aspek—aspek yang berhubungan dengan eksis—
tensi
disiplin
ilmu
tersebut.
Bidang
etiks
merupakan
bidang makna yang lebih menekankan moral dengan mengutama—
kan kewajiban dari pada fakta dalam bentuk perseptual
dan
kesadaran dari relasi seperti moral knowledge. Selanjutnya
bidang synoptiks terdiri dari sejarah, agama dan filsafat.
Hampir senada dengan Phenix, Paul
M.F. Lorimer
dikan Umum
menyatakan,
bahwa
lingkup kurikulum
bercakap-cakap dan mendengar;
Science, mencakup sosiologi,
pologi, geografi dan sejarah;
mencakup ilmu kealaman,
(4) Humanities,
mencakup
dan
Pendi
(3) Science and Mathematics,
fisika,
mencakup sejarah,
sosiologi, phisiologi,
Harris,
1960:
Pada dasarnya,
(2) Social
ilmu politik, ekonomi, antro—
tarian dan arsitektur;
(Chester W.
biologi
dan
filsafat,
(5)
matematika;
agama,
Personal
psikologi
musik,
Adjusment,
dan
filsafat
575-576).
isi kedua lingkup
dikan Umum seperti yang dinyatakan oleh
L.
Dresser
meliputi : (1) Communication, mencakup bahasa,
menulis, membaca,
melukis,
L.
kurikulum
Phenix
dan
Pendi
Paul
Dresser di atas cenderung memiliki kesamaan, yakni bah-
5
wa lingkup kurikulum Pendidikan Umum dilandasi pada gagas—
an untuk membantu pengembangan pribadi
secara
menyeluruh
dan terintegrasi. Namun berbeda dalam penekanan dan penge—
lompokannya. Phenix
menekankan
pada
hakekat
Pendidikan
Umum, sedangkan Dresser lebih menekankan pada fungsi
didikan
Pen
Umum.
Dalam kurikulum PGSD
berlaku untuk
(1991)
mahasiswa semester 3
yang
dan
sekarang
5
(tahun
masih
ajaran
1995/1996), isi kurikulumnya mencakup : (1) MKDU (Pancasi-
la, Agama dan Kewiraan),
(2) MKDK (DDK, BK, Psikologi Pen
didikan dan Administrasi Pendidikan),
Matematika,
IPA,
(3) MKBS
(PMP,
BI,
IPS, Penjaskes, Pendidikan Kesenian, Pen
didikan Keterampilan, Psikologi Perkembangan,
SBM,
Belajar,
Pengajaran,
Evaluasi
Pengajaran,
Perencanaan
Media
Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, dan PPL).
Komponen mata kuliah dasar
umum
(MKDU)
untuk mengembangkan sikap dan wawasan yang
diarahkan
membentuk
ni—
lai-nilai Pancasila dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa. Pengembangan sikap seperti ini menghendaki suatu pen—
dekatan yang bukan sekedar menyajikan
dan
fakta,
melainkan harus mampu menyentuh perasaan mahasiswa
dengan
cara menghadapkan dan melibatkan mereka
konsep
secara
aktif
ke
dalam isyu-isyu yang bermakna dan memadai.
Komponen mata kuliah dasar kependidikan (MKDK)
maksudkan untuk mengembangkan
wawasan
kependidikan
dipara
calon guru sekolah dasar yang akan menjadi
landasan
bagi
pengembangan kemampuan profesional di dalam mengambil
melaksanakan keputusan pendidikan sejalan
dengan
dan
perkem
bangan murid maupun tujuan pendidikan sekolah dasar.
Komponen mata kuliah bidang studi
(MKBS)
menggam—
barkan tingkat penguasaan bahan ajaran, dalam arti
puan menguasai isi
bidang
studi
pengorganisasian dan penyajian
maupun
yang
dalam
mampu
kemam
seleksi,
membelajarkan
murid sekolah dasar secara optimal.
Komponen pengalaman lapangan (PPL) merupakan kulmi—
nasi program pendidikan
guru.
calon guru (mahasiswa)
Komponen
menampilkan
ini
seluruh
menghendaki
kecakapannya
yang telah dikembangkan melalui berbagai mata kuliah.
Pe
ngalaman lapangan menghadapkan calon guru kepada kesempat—
an untuk menghayati
dan
melaksanakan
keseluruhan
profesional dan mengalami kehidupan sekolah
tugas
dasar
secara
mata
kuliah
utuh dan dalam konteks yang bermakna.
Dengan diberikannya komponen-komponen
yang terdapat dalam kurikulum PGSD kepada para
maka para
lulusannya
diharapkan
utuh, seimbang dan menyeluruh.
yang
dimiliki
oleh
fisik dan psikhis,
psikomotor
integral.
akan
setiap
maupun
Artinya,
mahasiswa,
unsur
dikembangkan
memiliki
pribadi
yang
seluruh
potensi
berupa
potensi
kognitif,
secara
mahasiswa,
afektif
proporsional
dan
dan
Penyiapan calon
Program D—II
dalam
PGSD,
Kurikulum
D-II
guru
profil
PGSD
SD
yang
lulusannya
berikut
dilaksanakan
telah
oleh
digariskan
ini.
a. Beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Berperan dalam masyarakat sebagai warga
negara
Panca—
sila
c.
d.
e.
f.
g.
Berperilaku sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku
bagi profesi guru
Mengenal tujuan
pendidikan
dasar
serta
implikasinya
bagi proses pendidikan
Mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat
Menguasai karakteristik, potensi dan kebutuhan murid SD
serta implikasinya bagi proses dan pelayanan pendidikan
Menguasai prinsip-prinsip
belajar
dan
pemanfaatannya
dalam proses belajar mengajar
h. Menguasai cara berpikir, teori,
generalisasi,
konsep,
prosedur dan fakta penting yang dapat
digunakan
untuk
menguasai bahan pengajaran
i. Kompoten dalam mengembangkan tujuan instruksional
j. Menguasai kemampuan
memilih dan
mengembangkan
bahan
pengajaran
k. Kemampuan memilih dan mengembangkan strategi
mengajar
yang sesuai untuk menciptakan proses belajar yang
maksimal
1. Kemampuan memilih, membuat dan menggunakan media penga
jaran yang sesuai dengan
tujuan,
materi
dan
suasana
belajar
m. Kemampuan memilih dan memanfaatkan sumber belajar
n. Menciptakan iklim belajar mengajar yang tepat
o. Mengatur kelas untuk menciptakan suasana dan
mengelola
interaksi kelas yang memberikan kemudahan belajar
p. Kemampuan menilai proses dan hasil belajar murid
q. Membimbing murid yang mengalami kesulitan dalam
proses
belajar
r.
Membimbing murid yang
berbakat khusus
s. Membina wawasan murid dalam penghargaan terhadap peker
jaan di masyarakat
t. Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
u. Berinteraksi dengan sejawat secara sosial dan profesio
nal
v. Berinteraksi dengan masyarakat secara profesional
w.
Melaksanakan
penelitian
sederhana untuk
keperluan
pengajaran. (Kurikulum D-II PGSD, 1991:5).
Secara esensial lulusan Program D—II
PGSD
sejalan
8
dengan
tujuan
yang
dikehendaki
oleh
Menurut Djamari (Faridah, 1992:19),
bagai pendidikan yang
bertujuan
Pendidikan
Pendidikan
Umum
good
membentuk
Umum.
se
zitizen
(warga negara yang baik) yang mempunyai kepribadian sesuai
dengan falsafah bangsanya. Warga negara
saja cinta tanah air,
yang
baik
tetapi juga harus mempunyai
bukan
wawasan
yang luas, aktif dan ikut memecahkan masalah—masalah
bangunan, mempunyai international understanding,
pern—
sehingga
mampu ikut memecahkan masalah-masalah baik dalam lingkung
an kecil maupun yang lebih
Faridah,
luas
(Nu'man
Sumantri
dalam
Nasution (Faridah,
1992:
1992:232-236).
Dilihat dari sifatnya, S.
19) menyatakan,
bahwa pendidikan
semua peserta didik,
umum
berkenaan dengan
adalah
umum
kepribadian
bagi
secara
keseluruhan. Sedangkan dilihat dari sasarannya, Nurid
maatmadja (1993)
menyatakan,
bahwa pendidikan umum merupa
kan program pendidikan yang diarahkan untuk membentuk
nusia utuh menyeluruh yang
meliputi
belia sampai manusia yang sudah
manusia
tua,
siapa saja dan di mana saja secara
dan
Su-
yang
berlaku
informal,
masih
umum
non
ma
bagi
formal
formal.
Persoalan yang akan dihadapi adalah
baqaimana
me
ngembangkan perilaku mahasiswa calon guru yang menggambar—
kan kepribadian yang utuh dan menyeluruh
serta
bagaimana
mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor seca-
ra seimbang dan integral pada diri mahasiswa calon guru.
Dalam upaya mengembangkan perilaku yang
dan memberikan pengalaman yang bermakna
melalui
PPL, maka hubungan antara kepala sekolah dan
dengan mahasiswa mutlak
diperlukan.
diharapkan
kegiatan
guru
pamong
di
antara
Hubungan
mereka itu akan dipengaruhi oleh bagaimana kepala
dan guru pamong memandang dirinya sendiri,
pandangannya terhadap mahasiswa. Di
lingkunganpun akan berpengaruh
dan
samping
pula
pada
sekolah
bagaimana
itu
kondisi
hubungan
yang
diciptakan oleh kepala sekolah dan guru pamong.
Pandangan terhadap diri dan orang lain,
mengimpli-
kasikan bagaimana memandang manusia pada umumnya.
secara kodrati memiliki potensi kemanusiaan yang
kemampuan
merasa,
berkehendak,
berpikir,
berkreasi, berkarya dan pada taraf
meliputi
berimajinasi,
kehidupan
kompleks, manusia memiliki kebutuhan untuk
Manusia
yang
menuju
lebih
kesem-
purnaan hidup yang dalam istilah Adler disebut perfection,
atau Iqbal menyebutnya Insan Kami I.
Kemudian yang
dimaksud
dengan
lingkungan
adalah
bukan sekedar tempat berlangsungnya hubungan sesama
sia, melainkan sebagai proses
pembudayaan
perilaku
manu
yang
diharapkan sesuai dengan norma-norma yang berlaku dan pem
budayaan makna—makna esensial pada diri
mahasiswa.
Ling
kungan sebagai proses pembudayaan kedua aspek perilaku ini
berkenaan dengan penataan lingkungan fisik (material)
dan
10
lingkungan non fisik (psikologis dan sosial).
Penataan
lingkungan
fisik
(material)
berkenaan
dengan pengaturan sarana dan prasarana yang tersedia.
Se
dangkan penataan lingkungan non fisik (psikologis dan
so
sial ) berkenaan dengan upaya menciptakan situasi dan
disi yang memungkinkan terjadinya hubungan
yang
kon—
harmonis
antar sesama manusia dengan didasari oleh sikap keterbuka—
an, empati, dukungan,
kepositifan dan kesamaan.
Kemampuan
menata lingkungan fisik dan non fisik merupakan sarana pe-
nunjang untuk menciptakan terjadinya hubungan antara kepa
la sekolah dan guru pamong dengan mahasiswa PPL.
Apabila dalam
berhubungan
dengan
sesama
selalu memperhatikan potensi kemanusiaan
dan
manusia
berlangsung
dalam kondisi lingkungan fisik, sosial dan psikologis yang
memadai, maka akan terjadi
keserasian,
kepuasan dalam bekerja, yang pada
keharmonisan
gilirannya
dan
mempermudah
proses pencapaian tujuan.
Wursanto (1985:26)
pengertian, kesadaran dan
menyatakan,
kepuasan
dasar dalam hubungan manusiawi.
yang bersifat manusiawi
bahwa adanya
psikologis
mengerti
potensi—potensi manusia secara kodrati
kannya sesuai dengan
merupakan
Dengan demikian,
berarti
sifat-sifat
dan
serta
kodrati
saling
hubungan
menyadari
memperlaku—
yang
dimiliki
oleh manusia.
Dalam konteks Pendidikan Umum,
hubungan yang bersi—
11
fat manusiawi selaras dengan nilai—nilai
rat dalam Pancasila,
dan beradab.
khususnya sila kemanusiaan yang
Manusia dalam
haruslah berlandaskan
dan
keberadaban.
berhubungan
nilai—nilai
Dengan
kata
dengan
lain,
keadilan
seseorang
pemerkosaan
keadilan dan keberadaban.
itu dalam hubungan dengan sesama manusia,
kap mereka dalam aktivitas
adil
sesamanya
kemanusiaan,
dibenarkan melakukan penindasan dan
hak-hak kemanusiaan,
luhur yang tersi—
sehari—hari
tidak
terhadap
Oleh karena
perilaku dan si
diharapkan
tidak
bertindak sewenang—wenang, menganggap diri yang paling be—
nar atau
merendahkan
harkat
dan
martabad
orang
lain.
Hubungan dengan sesama manusia dalam konteks Pendi
dikan Umum diarahkan untuk menjadikan seseorang agar memi
liki kehidupan pribadi yang baik,
luarga dan masyarakat
yang
mempunyai
bahagia
dapat menjadi warga negara yang
hubungan
ke—
(menyenangkan),
dan
bertanggung
jawab
serta
dapat menghadapi masalah—masalah pribadi dan masyarakatnya
secara efektif (Paul L.
dalam Chester W.
Harris,
Dressel dan
1960:570).
Margaret
F.
Lorimer
Tujuan ini akan terca—
pai bila telah terjadi penghayatan dan perjumpaan di anta
ra mereka (kepala sekolah, guru pamong dan mahasiswa)
ten-
tang peran dan kedudukannya dalam hubungan itu.
Oleh karenanya dalam hubungan dengan sesama,
faktor
manusianyalah yang menjadi peran utama dalam merencanakan,
melaksanakan dan sekaligus
sebagai
penentu
tujuan
yang
12
ingin dicapai.
Hubungan antara
kepala
sekolah
dan
guru
pamong dengan mahasiswa diarahkan untuk mengembangkan
rilaku calon guru sekolah dasar
agar
memiliki
pe
kehidupan
pribadi yang baik, mempunyai hubungan keluarga dan
masya
rakat yang bahagia (menyenangkan), dan dapat menjadi warga
negara yang bertanggung jawab serta dapat menghadapi masa—
lah-masalah pribadi dan masyarakatnya secara efektif.
Persolan lain yang berkenaan dengan
pribadi
guru, Wiranto Arismunandar (1995:6) menegaskan,
calon
bahwa
ran guru sebagai pendidik anak-anak bangsa dalam era
saingan ini sangat penting. Di satu sisi
bahwa dalam era persaingan
figur guru yang memiliki
ini
kita
dedikasi
dia
per
menyatakan,
membutuhkan
yang
pe
figur
tinggi,
pantang
menyerah, dan aspek kepeloporannya yang menonjol, di
sam—
ping guru harus tahu jati dirinya. Di sisi lain guru harus
menguasai materi
dan
prinsip-prinsip
keilmuan,
menjadi
panutan bagi peserta didiknya, dan harus survive,
Betapa berat beban yang dipikulkan ke pundak
sehingga wajar bila tugas
itu
lebih tinggi dari tugas—tugas
diberikan
lainnya.
guru,
kedudukan
yang
Sebagaimana
yang
dinyatakan oleh Aslim Harmaini (1995:4) bahwa "tugas
pen
didikan tetap memiliki posisi yang terhormat,
yakni
kon—
sisten dalam rangka memanusiakan manusia, mengangkat
har—
kat
kemanusiaan".
Berkenaan
dengan tugas
pendidikan
ini,
Wardiman
13
Djojonegoro (1995:30),
menyatakan,
bahwa :
"Sistem pendidikan nasional kita sebagai salah satu
subsistem dari sistem pembangunan nasional dituntut
kesiapannya untuk mampu menjawab berbagai tantangan
yang sudah kita hadapi dan tantangan-tantangan baru
yang akan timbul terbawa oleh arus globalisasi, era
industrial isasi, era iptek dan era. tinggal
Dalam
konteks
akan timbul oleh arus
menjawab
berbagai
globalisasi,
era iptek dan era tinggal
landas,
landas".
tantangan
era
yang
industrialisasi,
maka di bidang pendidik
an salah satu upaya yang telah dilakukan
oleh
pemerintah
adalah mengalihkan tugas penyiapan guru sekolah
dasar
ke
Dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Mendikbud
RI
pendidikan tinggi (PGSD).
Nomor 0854/0/1989 tentang dialihfungsikannya SPG
dan
ke pendidikan tinggi, maka PGSD diharapkan dapat
menyiap
kan sumber daya
manusia
(calon—calon
guru)
mengantisipasi tantangan-tantangan baru yang
terbawa oleh arus globalisasi,
era
yang
dapat
akan
timbul
industrialisasi,
iptek dan era tinggal landas serta sesuai dengan
SGO
era
tuntutan
pembangunan sekarang ini.
Sumber daya manusia (calon—calon
guru)
disiapkan oleh PGSD adalah pribadi-pribadi
karakteristik yang
diamanatkan
dalam
yang
yang
tujuan
akan
memiliki
pendidikan
nasional, yakni manusia Indonesia seutuhnya,
beriman
dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas,
berbudi
pe-
kerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap
dan
sehat
mandiri
14
serta tanggung jawab kemasyarakatan
SPN Nomor 2,
dan
kebangsaan"
1989:4).
Bagaimana
mewujudkan
yang beriman dan bertaqwa,
pribadi—pribadi
berbudaya,
calon
antara
baga pendidikan tenaga
dan
kependidikan
guru
berintegritas
berwawasan, merupakan tanggung jawab bersama
pemakai
(UU
(LPTK)
dan
lem
lembaga
lulusannya.
Sekolah dasar sebagai lembaga pemakai lulusan PGSD,
maka kepala sekolah dan para guru diharapkan dapat berpar—
tisipasi dalam menyiapkan
calon
guru.
Partisipasi
dapat dilakukan oleh kepala sekolah dan para
meciptakan hubungan interpersonal
dengan
dalam rangka mengembangkan perilaku
para
yang
dan taqwa, berbudaya, berintegritas dan
guru
yang
adalah
mahasiswa
bermuatan
iman
berwawasan,
khu—
susnya dalam kegiatan PPL.
Penelitian
yang
antara Kepala Sekolah dan
Dalam Mengembangkan
Hubungan
berjudul
Guru
Perilaku
Pamong
Calon
Interpersonal
dengan
Guru
mahasiswa
Sekolah
Dasar
(Studi Eksploratif tentang Hubungan Interpersonal di Seko
lah Latihan Mahasiswa Program D-II PGSD
tianak)
mukan)
Untan
Pon
perlu dilakukan sebagai upaya untuk mencari (mene—
pola hubungan interpersonal
bangkan perilaku calon guru
Umum.
FKIP
dalam
dalam
rangka
perspektif
mengem
Pendidikan
15
B.
Masalah Utama Penelitian
Mengacu pada latar belakang
yang menjadi masalah utama
dalam
masalah
diatas,
penelitian
adanya kesenjangan antara tuntutan
ini
pengembangan
maka
adalah
perilaku
mahasiswa calon guru lulusan PGSD dengan belum terciptanya
hubungan interpersonal yang dilakukan oleh kepala
sekolah
dan guru pamong dalam kegiatan PPL. Sedangkan seperti
hubungan interpersonal yang dilakukan oleh kepala
dan guru pamong dalam
apa
sekolah
rangka mengembangkan perilaku
calon
guru dalam kegiatan PPL di sekolah latihan mahasiswa Prog
ram D-II PGSD FKIP Untan Pontianak,
litian
merupakan fokus
pene
ini.
Menilik tugas dan kesibukan dari kepala sekolah dan
guru pamong sehari—hari di sekolah,
kelas, mengoreksi dan menilai
seperti
hasil
mengajar
pekerjaan
di
muridnya,
membimbing murid yang mengalami masalah belajar, mengerjakan tugas-tugas administrasi yang
berkenaan
dengan
guru
kelas/mata pelajaran, membantu kepala sekolah dalam melak
sanakan program sekolah dan masih banyak lagi
tugas
lain
yang harus mereka kerjakan dalam jam—jam sekolah.
Dari kesibukan mereka mengerjakan
tugas
tersebut,
menunjukkan indikasi bahwa kepala sekolah maupun guru
pa
mong kurang memiliki kesempatan untuk memberikan bimbingan
kepada para
mahasiswa PPL. Kondisi tersebut merupakan hal
yang menarik untuk diungkap melalui penelitian ini.
16
Kondisi kepala sekolah dan guru pamong
dengan
sibukan mengerjakan tugas rutinnya itu, akan turut
tukan kualitas hubungan interpersonal
siswa.
dengan
ke
menen-
para
maha
Kualitas hubungan interpersonal antara kepala seko
lah dan guru pamong dengan mahasiswa, merupakan
hal
lain
yang menarik untuk diungkap melalui penelitian ini.
C. Pertanyaan Penelitian
Ada lima pertanyaan
penelitian
yang
diajukan
di
sini, yaitu :
1. Seperti apa hubungan interpersonal yang diciptakan oleh
kepala sekolah dalam mengembangkan
perilaku
mahasiswa
calon guru ?
2. Seperti apa hubungan interpersonal yang diciptakan oleh
guru pamong dalam mengembangkan perilaku mahasiswa
ca
lon guru ?
3. Seperti apa perilaku mahasiswa
calon
guru
yang
akan
dikembangkan dalam kegiatan PPL oleh kepala sekolah dan
guru pamong ?
4. Faktor—faktor apa sajakah yang melandasi
hubungan
in
terpersonal antara kepala sekolah dengan mahasiswa
ca
lon guru ?
5. Faktor—faktor apa sajakah yang melandasi
terpersonal antara guru pamong dengan
guru ?
hubungan
mahasiswa
in
calon
17
D.
Tujuan Penelitian.
Penelitian ini Becara umum bertujuan untuk
mencari
(menemukan) pola hubungan interpersonal antara kepala
kolah dan guru pamong dengan mahasiswa peserta
PPL
se
dalam
mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru sekolah dasar.
Secara khusus penelitian ini berupaya untuk memper—
oleh deskripsi tentang
:
1. Hubungan interpersonal yang diciptakan oleh kepala
kolah
dalam
mengembangkan
perilaku
mahasiswa
se
calon
guru.
2. Hubungan interpersonal yang diciptakan oleh guru pamong
dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru.
3. Aspek-aspek perilaku mahasiswa calon guru
yang
dikem
bangkan dalam kegiatan PPL oleh kepala sekolah dan guru
pamong.
4. Faktor-faktor
yang
melandasi
hubungan
interpersonal
antara kepala sekolah dengan mahasiswa calon guru.
5. Faktor-faktor
yang
melandasi
hubungan
interpersonal
antara guru pamong dengan mahasiswa calon guru.
E.
Manfaat Penelitian
Penelitian yang berupaya mencari
(menemukan)
pola
hubungan interpersonal dalam mengembangkan perilaku calon
guru sekolah
dasar
ini
akan
memberikan
manfaat,
baik
18
manfaat teoritis maupun praktis.
Hasil
pemikiran
penelitian
yang
interpersonal
ini
bersifat
dalam
akan
memberikan
sumbangan
tentang
hubungan
teoritis
mengembangkan
perilaku
calon
sekolah dasar, memperkaya khasanah pengetahuan
pendidikan,
berbagai nilai
dapat dikembangkan dalam
hubungan
di
bidang
interpersonal
meningkatkan
prestasi
guru
yang
akademik
peserta didik.
Dari temuan penelitian ini
memberikan kontribusi pada
juga
diharapkan
dapat
perkuliahan
pendidikan
umum,
khususnya dalam upaya mengembangkan pribadi mahasiswa yang
selaras dengan tujuan pendidikan nasional yakni :
Indonesia seutuhnya, beriman
Yang Maha Esa, cerdas,
dan
berbudi
bertaqwa
pekerti
pengetahuan dan keterampilan, sehat
manusia
kepada
luhur,
jasmani
kepribadian yang mantap dan mandiri serta
Tuhan
memiliki
dan
rohani,
tanggung
jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan".
Pribadi mahasiswa yang diharapkan ini
beorientasi teoritik-akademik,
melainkan juga
diwujudkan dalam kesatuan kata dan perbuatan.
tidak
hanya
yang
dapat
Oleh karena—
nya dalam menyatupadukan kata dan perbuatan, dapat
bangkan dengan mengakrabkan para
mahasiswa
dengan
sekolah dasar, melalui mata kuliah yang berwawasan
an. Dengan memahami, menghayati,
dikem
dunia
ke-SD—
dan merasakan situasi dan
kondisi yang sebenarnya di sekolah dasar,
para
mahasiswa
19
akan tergugah hatinya untuk menyadari
tugas dan kewajiban—
nya kelak sebagai guru.
Selain itu,
penelitian ini
berikan manfaat kepada
tentang esensi dan
peneliti
pola
lingkungan pendidikan,
diharapkan
dalam
hubungan
dapat
menambah
sesama
mem
wawasan
manusia
dalam
terutama di sekolah dasar.
Adapun manfaat praktis yang diharapkan
penelitian ini, dengan ditemukannya pola
dari
hubungan
hasil
inter—
personal dalam mengembangkan perilaku mahasiswa calon guru
dapat
dijadikan
acuan
dalam
praktek
kegiatan
belajar
mengajar, khususnya hubungan guru-murid di sekolah
Temuan penelitian ini
diharapkan
pula
dapat
dasar.
memberikan
inspirasi kearah pengembangan PPL mahasiswa S-l FKIP Untan
dalam mengembangkan pribadi calon guru yang bukan
sekedar
memiliki wawasan akademik, melainkan pribadi yang diharap
kan oleh pendidikan umum. Pribadi
yang
diharapkan
pendidikan umum adalah pribadi yang beriman dan
berbudaya,
F.
dalam
bertaqwa,
berintegritas dan berwawasan.
Definisi Operasional
Untuk memperjelas dan mempertegas
arah
penelitian
ini, berikut ini dikemukakan definisi operasional (batasan
istilah)
1.
yang
terdapat
dalam
judul
penelitian.
Hubungan Interpersonal
Hubungan
interpersonal
adalah
terjadinya
kontak
antara seseorang dengan orang lain, baik menggunakan baha-
20
sa,
isyarat atau lambang lainnya.
Hubungan
interpersonal
ditandai dengan adanya komunikasi antara orang
dengan yang lainnya.
arah dan
yang
satu
Komunikasi itu dapat berlangsung satu
berlawanan arah
(timbal
balik).
2. Kepala Sekolah dan Guru Pamong
Kepala sekolah adalah personil sekolah
dasar
yang
karena kedudukannya dalam kegiatan PPL di angkat oleh UPT—
PPL sebagai koordinator yang bertanggung
lenggaranya kegiatan
PPL
di
sekolah
terhadap
yang
terse-
dipimpinnya.
Sedangkan guru pamong adalah personil sekolah yang
juk oleh kepala sekolah
bersama—sama
para
ditun—
guru
sebagai
pamong bagi mahasiswa PPL di sekolah tersebut.
3.
Mahasiswa
Adalah peserta didik di PGSD FKIP
yang akan melaksanakan PPL di
sekolah
Untan
dasar
Pontianak
yang
telah
ditetapkan sebagai sekolah latihan.
4.
Perilaku
Perilaku adalah tingkah laku,
seseorang sebagai
manifestasi
emosi, kehendak, kemauan,
dari
perangai,
tabiat dari
perbuatan,
pikiran,
perasaan, pengetahuan, skill dan
tindakannya dalam menghadapi suatu situasi.
laku yang ditampilkan seseorang dalam suatu
Kualitas peri
situasi
akan
menggambarkan kepribadiannya.
5.
Calon
Guru
Adalah mahasiswa yang menerima pendidikan di
LPTK,
khususnya mahasiswa Program D-II PGSD FKIP Untan Pontianak
yang para lulusannya disiapkan akan menjadi tenaga guru SD,
BAB
III
PROSEDUR PENELITIAN
A.
Metode dan Pendekatan Penelitian
Permasalahan
berkenaan
yang
dengan
diungkap
hal-hal
yang
dalam
penelitian
sedang
terjadi
lingkungan pendidikan, khususnya hal-hal
dalam kegiatan PPL di
sekolah
latihan
Oleh karena itu penelitian ini
yang
guna
bukanlah
menemukan
masalah yang dihadapi.
Dengan
lebih cocok menggunakan
cara yang
digunakan
untuk
menyangkut
untuk
untuk
menggali
baru
mengenai
penelitian
deskriptif,
mengungkap
dasar).
bermaksud
pemahaman
demikian,
metode
dalam
(sekolah
menguji suatu teori, akan tetapi berupaya
suatu fenomena
ini
yakni
ini
suatu
fenomena—fenomena
yang sedang terjadi secara objektif. Oleh karena itu
dekatan penelitian yang digunakan adalah
pen
kualitatif.
ini didasari pada asumsi bahwa data yang dikumpulkan
Hal
pada
umumnya bersifat kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan kata-kata lisan ataupun tertulis dari
orang-
orang dan perilaku yang diamati. Berkenaan dengan hal
S. Nasution (1988:5) menyatakan,
bahwa "penelitian
tatif pada hakekatnya ialah mengamati
orang
kuali
dalam
ling
kungan, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami
hasa
dan
tafsiran
tentang
dunia
47
sekitarnya".
ini
ba—
Sejalan
48
dengan hal ini
Lincoln
bahwa peneliti
yang
dan Guba (1985:102) mengemukakan,
menggunakan
emergent
disain penelitiannya bersifat
disebabkan
mungkin
seorang
pendekatan
kualitatif,
design.
peneliti
dalam
penelitiannya belum memiliki gambaran yang
Hal
tahap
jelas
mengembangkan
mengumpulkan
demikian,
data
disain
pertanyaan
untuk
mencari
penelitian
awal
tentang
aspek-aspek masalah yang akan diteliti. Kemudian
tersebut
ini
peneliti
penelitian
sambil
pemecahannya.
Dengan
tersebut
selalu
tejadi
kemungkinan perubahan atau pengembangan lebih lanjut.
Seorang peneliti
Biklen
(1982:31)
kualitatif,
"berusaha
pandangan, persepsi, sikap
untuk
dan
pandangan subyek yang diteliti
menurut
memahami
sendiri".
yang
diperlukan
berusaha
untuk
berdasarkan
Dari
dalam
pandangan
mengumpulkan
melakukan
langsung dengan subyek yang diteliti pada tempat
berlangsung.
Untuk
menghindari
pengumpulan data, maka perlu
bias
dalam
diperhatikan
dan
perilaku,
lain—lainnya
tersebut, seorang peneliti kualitatif
data
Bogdan
kontak
kegiatan
pelaksanaan
karakterisitik
penelitian kualitatif.
Bogdan dan Biklen (1982:27-30) mengungkapkan karak
teristik penelitian kualitatif sebagai berikut:
1.
Qualitative research has the natural setting as the
direct source of data and the researcher is the key
instrument.
2. Qualitative research is the descriptive.
3. Qualitative researchers are concerned with
process
rather than simply with outcomes or products.
49
4. Qualitative researchers tend to analyze their
data
inductively.
5. Meaning is of essential concern to the qualitative
approach.
Karakteristik
peneliti
sendiri
sebagai
sumber
melakukan
di
atas
mengandung
pengorganisasi
data
pengamatan
yang
instrumen
diteliti.
secara
maksud
cermat
yang tampak atau terjadi di lapangan
Di
bahwa
mendatangi
sini
peneliti
terhadap
fenomena
sebagaimana
adanya.
Data yang dikumpulkan cenderung berupa kata-kata, sehingga
analisisnya dalam
tidak
bentuk
semata-mata
menaruh
uraian.
Penelitian
perhatian
pada
kualitatif
hasil
yang
diamati, namun aspek proses juga lebih diperhatikan.
Oleh
karena itu untuk mengungkapkan makna terhadap keadaan yang
diamati digunakan analisis induktif.
Peneliti
yang
menggunakan
pendekatan
dalam melaksanakan penelitiannya, bukan
kualitatif
sekedar
menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang telah dipolakan sebelumnya, me
lainkan harus dapat mengungkap masalah-masalah
yang
ber
sifat esensial yang ditemukan selama penelitian. Untuk itu
perlu disiapkan cara kerja yang
sistematis
agar
yang esensial dapat ditemukan di lapangan. Oleh
seorang peneliti harus terlebih dahulu menyiapkan
sumber teori dan bentuk-bentuk pengetahuan yang
hal-hal
karenanya
metode,
digunakan
dalam penelitian. Selanjutnya perlu disiapkan pula instru
men dan disain penelitian serta situasi yang
terjadinya hubungan yang intim antara
memungkinkan
peneliti
dan
yang
50
diteliti.
Selama proses penelitian,
peneliti senantiasa mela
kukan modifikasi terhadap konsep—konsep yang telah disusun
ketika ditemukan hal-hal yang baru.
Karena
itu
pulalah,
maka dalam penelitian kualitatif selalu terjadi perubahanperubahan atau pengembangan terhadap rancangan
penelitian
yang sudah disusun sebelum memasuki kancah peneletian yang
sebenarnya.
B.
Sumber Data dan Sampel Penelitian
Sumber data adalah segala hal yang
informasi, karena itu
sumber informasi.
sampelpun
Ada dua
sumber
ini, yaitu sumber data primer dan
Sumber data primer
adalah
sumber
dapat
memberikan
harus
dapat
memberikan
data
dalam
penelitian
sumber
data
yang
sekunder.
memberikan
secara langsung sebagai tangan pertama,
sedangkan
data sukunder adalah sumber—sumber yang
dapat
data atau
informasi
mengenai
sumber
data
sumber
memberikan
pertama,
sehingga
fungsinya sebagai data pelengkap.
Adapun
yang
menjadi
sumber
data
primer
adalah
kepala sekolah, guru pamong dan mahasiswa.
Karena
jumlah
sumber data yang cukup banyak,
berbeda
lokasi yang
keterbatasan kemampuan peneliti untuk
sumber data yang ada perlu untuk
menjaringnya,
dilakukan
Hasil seleksi tersebut akan dijadikan
sampel
serta
maka
penyeleksian.
penelitian.
51
dan akhirnya sebagai responden atau informan yang berperan
menjadi sumber data primer.
Karena sampel harus dapat memberikan data atau
formasi sesuai dengan
keperluan,
maka
ditentukan dengan menggunakan teknik
yaitu responden atau informan
penentuan
purposive
disesuaikan
sampel
sampling,
dengan
tujuan
penelitian dan dilakukan dengan cermat. Untuk itu
den atau informan dipilih
dari
subyek
yang
in
respon
benar-benar
memahami permasalahan.
Penelitian
manusiawi dalam
pada
diri
ini
berupaya
untuk
mengembangkan
mahasiswa
dalam
menggali
perilaku
konteks
hubungan
yang
diharapkan
program
pengalaman
lapangan, maka ditetapkan responden atau informan
sebagai
sumber data primer adalah kepala sekolah dasar, tiga orang
guru pamong dan tiga mahasiswa. Kepala
sekolah
pamong
yang
sekolah
yang
dimaksud
latihan
dan
adalah
mereka
sekaligus
sebagai
Kegiatan Guru (PKG). Sekolah sebagai Pusat
dan
guru
bertugas
tempat
Kegiatan
di
Pusat
Guru
dalam hal ini berperan sebagai SD Inti. SD Inti adalah :
"Satu SD yang dipilih di
antara
anggota
gugus
yang
mempunyai peranan sebagai pusat pengembangan pada
tingkat gugus dan
secara
insitusional
memiliki
sarana-prasarana dan tenaga kependidikan yang memadai
untuk menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan di
lingkungan gugus tersebut" (Depdikbud, 1991/1992:6).
Selanjutnya untuk menetapkan SD Inti digunakan kri
teria sebagai berikut:
52
a. Guru dan Kepala SD tersebut mempunyai keinginan dan
semangat yang tinggi untuk menerapkan
SPP—CBSA di
sekolahnya.
b. SD tersebut
memiliki
sarana—prasarana
pendidikan
yang memadai, seperti gedung, perabot
sekolah
dan
lain—lain.
c.
Letak SD tersebut strategis
dan
mudah
dijangkau/
dikunjungi.
d. Jenjang kelas dan gurunya lengkap.
e. Memiliki sumber—sumber
belajar yang
memadai,
se
perti perpustakaan, laboratorium sekolah (IPA,
Ma—
tematika, dll) dan koperasi sekolah.
f. Memiliki
lapangan
bermain,
ruang
pertemuan
dan
lahan sekolah yang memungkinkan untuk
pengembangan
g.
lebih
lanjut.
BP—3,
guru—guru, dan kepala sekolah aktif
nakan kegiatan pendidikan,
melaksa
baik intra, ko dan kuri—
kuler.
h. SD tersebut berstatus negeri/swasta, keamanan ling
kungan terjamin, sehat dan bersih (Depdikbud, 1991/
1992:6).
Berdasarkan pengertian dan kriteria penetapan SD Inti
tersebut di atas, maka mahasiswa yang melaksanakan program
pengalaman
lapangan
(PPL) di sekolah inti ini diharapkan
dapat memperoleh pengalaman secara
optimal
dan
bersifat
menyeluruh. Untuk itu dalam setiap SD Inti ditetapkan res
ponden penelitian yakni kepala sekolah,
tiga
orang
guru
pamong dan tiga orang mahasiswa.
Penetapan jumlah sampel dalam penelitian kualitatif
ini didasari oleh pendapat S.
Nasution
(1988:11),
"Sampel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan
pose) penelitian".
Dengan
pengambilan
hal-hal yang dicari dapat dipilih
pada
secara
Kesimpulan
kasus-kasus
yang
(pur
purposif,
ekstrim, sehingga hal-hal yang dicari tampil menonjol
lebih mudah dicari maksudnya.
bahwa
yang
dan
diperoleh
53
dari sampel ini bukan untuk mencari generalisasi,
kan akan dapat
diberlakukan
hanya
pada
melain
setting
dengan
peristiwa yang serupa.
Dalam penelitian kualitatif atau biasa juga disebut
kualitatif naturalistik, Lincoln dan
Guba
(1985:201-202)
menyatakan, bahwa spesifikasi sampel tidak dapat
ditentu
kan sebelumnya, karena sesuai dengan ciri-ciri khusus sam
pel purposif, yaitu:
"(1) emergent
serial selection of sample units,
or focusing of the sample,
sampling
design,
(2)
(3) continuous adjusment
(4) selection to the
point
of
redudancy".
Hal ini dimaksudkan,
bahwa penentuan
sampel
dalam
penelitian ini dilakukan sementara penelitian berlangsung.
Cara yang akan ditempuh, yaitu peneliti memilih
mong yang termasuk daerah penelitian dan
guru
menurut
pa
pertim
bangan peneliti
(human instrument) dapat memberikan infor
masi
mengenai
maksimum
segala
sesuatu
dengan hubungan manusiawi dalam konteks
sekolah dasar
yang
berkaitan
kegiatan
PPL
di
latihan.
Selanjutnya berdasarkan data
yang
diperoleh
sampel sebelumnya, peneliti dapat menentukan
unit
dari
sampel
lainnya yang diperkirakan akan memberikan data yang
lebih
lengkap. Unit sampel yang dipilih makin lama, semakin ter
arah sesuai dengan fokus penelitian. Oleh karena
nentuan sampel tidak dapat
ditentukan
sebelumnya
itu
pe
karena
54
ditentukan oleh pertimbangan informasi.
S. Nasution (1988:32-33) menjelaskan,
bahwa "penen
tuan unit sampel dianggap telah memadai apabila telah sam
pai
kepada
taraf
redudancy".
dengan menggunakan responden
pling)
redudancy
Maksud
adalah
(snowbal1
selanjutnya
boleh dikatakan tidak lagi diperoleh
tambahan
formasi baru yang signifikan. Dengan kata lain, data
akan dikumpulkan melalui sampel sampai kepada titik
sam
in
yang
jenuh
(redudancy), yaitu bila hal yang diamati dan jawaban mere
ka atas pertanyaan yang diajukan berkisar
pada
persoalan
yang sama. Namun bila dipandang masih perlu untuk
kapi data yang diperlukan, maka
pengumpulannya
meleng—
dilakukan
kepada sumber data sekunder.
Sumber data sekunder adalah guru pamong
siswa lainnya yang bukan sumber primer, dosen
kepala UPT-PPL,
dan
pembimbing,
ketua pengelola dan dosen—dosen PGSD.
Selanjutnya
mengenai lokasi penelitian disesuaikan
dengan sekolah yang digunakan oleh
UPP
PGSD
FKIP
Untan
di
Keca-
Pontianak (UPP Induk, UPP I, dan UPP II), yakni
matan
Pontianak
maha
Barat
dan
Kecamatan
Pontianak
Selatan
Kotamadya Pontianak serta Kecamatan Sungai
Raya Kabupaten
Pontianak.
dapat
dalam
tabel
Mengenai
berikut
lokasi sumber data ini
ini.
dilihat
55
Tabel
1
Sumber Data Menurut Lokasi
Penelitian
Pamong
Kep.Sek.
Mhs.
Lokasi
Nama
sekolah
1.
Kec.Ptk.Barat
SDN.
No.39
1
2.
Kec.Ptk.Sel.
SDN.
No.24
1
•^J
3.
Kec.Sui.Raya
SDN.
No.
1
3
No.
6
3
Dijadikannya ketiga sekolah dasar ini sebagai
sum
ber data penelitian, didasarkan pada pertimbangan berikut:
a.
Kemudahan untuk menjangkau lokasi penelitian.
b. Kesediaan kepala sekolah dan guru pamong untuk
dijadi
kan sebagai sumber data dalam penelitian ini.
c. Keterbukaan dari kepala sekolah dan guru
pamong
dalam
memberikan informasi yang diperlukan oleh peneliti.
d. Saran yang diberikan oleh para
Penilik
Sekolah
Dasar
di lingkungan Depdikbudcam pada masing—masing kecamatan
dan dari
hasil
pengamatan
melakukan penjajagan atau
peneliti
ketika
sendiri
melakukan
sewaktu
orientasi
lapangan.
C. Teknik Pengumpulan Data
Keberhasilan suatu penelitian kualitatif ikut
tukan oleh ketelitian dan kelengkapan catatan
diten
(field
tes) yang disusun oleh seorang peneliti. Untuk itu
no
diper
56
lukan teknik pengumpulan data yang
akurat
dan
kemampuan
peneliti menggunakannya. Berkenaan dengan hal ini-, S.
sution (1988:56-58)
menyatakan,
dapat diperoleh melalui
bahwa
observasi,
catatan
wawancara
Na—
lapangan
dan
studi
maka
dalam
pengumpulan
data,
dokumenter.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas,
penelitian ini digunakan ketika teknik
seperti berikut.
1.
Observasi
Observasi dalam penelitian kualitatif merupakan salah
satu teknik yang digunakan peneliti untuk
memperoleh
formasi dalam konteks hal-hal yang berkaitan dengan
in
seki—
tarnya, sehingga peneliti dapat memperoleh makna dari
in
formasi yang dikumpulkan. Berbagai manfaat observasi dalam
mengumpulkan data di lapangan sebagaimana yang dikemukakan
oleh S.
Nasution (1988:59-60) adalah sebagai berikut:
dengan berada di lapangan, peneliti lebih
mampu
konteks data dalam
(2)
keseluruhan
situasi,
mehamami
pengalaman
langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan
duktif,
(3) peneliti dapat
melihat
atau tidak diamati orang lain,
hal-hal
yang
(4) peneliti dapat
kan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkap
dan
(6)
dalam
in—
kurang
menemu
oleh
ponden dalam wawancara, (5) peneliti dapat menemukan
hal di luar persepsi responden
(1)
res
hal-
lapangan.
57
peneliti tidak hanya dapat
mengadakan
pengamatan
tetapi
juga memperoleh kesan—kesan pribadi. Di sisi lain, ia meng—
klasifikasikan intensitas partisipasi
lima tingkatan,
pasif,
pengamat
yakni dari partisipasi nihil,
ke
dalam
partisipasi
sedang, aktif sampai partisipasi penuh.
Sesuai dengan keperluan data yang akan dikumpulkan,
maka peneliti
melakukan
pengamatan
sebatas
partisipasi
pasif, dan partisipasi sedang. Dalam situasi tertentu
neliti hanya berperan
sebagai
penonton
untuk
pe
mengamati
berbagai fenomena yang terjadi dalam hubungan antara kepa
la sekolah dengan mahasiswa
dengan mahasiswa.
Kemudian
ataupun
antara
peneliti
juga
guru
pamong
sesekali
ikut
serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Dengan
kata
lain, peneliti menggunakan teknik observasi non partisipan
dan observasi partisipan dalam batas-batas tugas yang men
jadi kewajiban kepala sekolah dan guru pamong
teks pelaksanaan program pengalaman
Setiap data dan informasi
teknik-teknik observasi
ini,
kon
lapangan (PPL).
yang
(baik
dalam
diperoleh
melalui
melalui
partisipasi
pasif atau non partisipan maupun partisipasi sedang), akan
selalu dikaitkan dengan konteksnya, sehingga data dan
formasi tersebut tidak kehilangan maknanya.
in
Kemudian dila
kukan dokumentasi dalam bentuk catatan lapangan. Namun tak
dapat dipungkiri, bahwa data dan
informasi
yang
didapat
melalui observasi kurang mampu mengungkap hal-hal
dibalik
58
perilaku respoden. Oleh karena itu untuk
hal yang berkenaan dengan
perasaan,
mengungkap
pandangan,
hal-
persepsi
dan sebagainya, maka digunakan teknik wawancara.
2.
Wawancara
Dalam
penelitian
kualitatif,
untuk
bagaimana persepsi responden tentang dunia
peneliti harus
berkomunikasi
langsung
realita,
dengan
melalui wawancara. Berkenaan dengan hal
(1988:71) menyatakan, bahwa untuk
mengetahui
ini
S.
mendapatkan
bersifat emic (segi pandangan responden),
maka
maka
responden
Nasution
data
yang
dilakukan
wawancara langsung. Melalui wawancara yang bersifat
lang
sung ini, peneliti bermaksud untuk mengetahui pikiran, pe
rasaan , emosi, ataupun pandangan
responden
mengenai
ke
peneliti
me
giatan PPL di sekolah tempat dia bertugas.
Dalam berkomunikasi dengan responden,
lakukan wawancara tak berstruktur,
yaitu
wawancara
yang
dimaksudkan untuk menjalin hubungan baik dengan para
sum
ber data. Data dan informasi yang dikumpulkan melalui
wancara tak berstruktur ini masih beraneka ragam dan
sifat umum.
wa
ber
Kemudian setelah terjalin hubungan akrab dalam
arti saling percaya—mempercayai,
barulah dilakukan
cara terstruktur guna mendapatkan data dan informasi
diperlukan sesuai dengan fokus penelitian