HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMATIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KABANJAHE.

(1)

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH DAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KABANJAHE

TESIS

Diajukan Untuk Melakukan Ujian Mempertahankan Tesis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program

Study Aministrasi Pendidikan

OLEH

ODA KINATA BANUREA NIM. 8106131034

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(2)

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH, BUDAYA SEKOLAH DAN KOMUNIKASI

INTERPERSONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN KABANJAHE

TESIS

Diajukan Untuk Melakukan Ujian Mempertahankan Tesis Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program

Study Aministrasi Pendidikan

OLEH

ODA KINATA BANUREA NIM. 8106131034

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2013


(3)

(4)

i ABSTRACT

Banurea, Oda Kinata. Registration Number: 8106131034. The Correlations among The Principal transformational Leadership, School Culture and Interpersonal Communication on Teacher‘s Compensation of State Elementary School in Kecamatan Kabanjahe (Sub-District). Administration Of Education study programs. Post graduate School. State University of Medan. 2013.

This research was aimed, (1) to ascertain the levels of the correlation between principal transformational leadership on the teacher’s compensation, (2) to ascertain the levels of the correlation between school cultures towards teacher’s compensation, (3) to ascertain the levels of the correlation between interpersonal communications on teacher’s compensation, (4) to ascertain the levels of the correlation principal transformational leadership in interpersonal communications and school cultures on teachers compensations.

The method was quantitative descriptive research study. The correlations of correlative pattern were divided into two variables, independent variables and dependent variables. In this study the population were teachers of state elementary school in Kecamatan Kabanjahe comes from 23 States elementary school, and the total numbers of all the teachers were 260 persons. To determine the sample, the researcher used stratified proportional random sampling techniques, which is classified into two, firstly teachers with teaching proportional, secondly teachers with levels of education. From those qualifications, 70 persons/teachers are included in this research. The instrument of study was questionnaires with Likert Scale, and the analysis data used simple correlations, double partial and multiple regression techniques.

Based on the hypothesis it can be concluded that, (1) there were a positive and significant correlation between principal transformational leadership and teachers compensations, it was 37.73%, with coefficient correlation rx1y = 0.45%, and the relative contribution were given by the teachers compensations 37,73%. (2) There was positive and significant correlation between school culture and teachers compensations of state elementary school in kecamatan Kabanjahe with coefficient correlation rx2y = 0.52%, and the relative contribution were given by teachers teaching compensations 47.23%. (3) there was positive and significant correlations between interpersonal communication on teachers teaching compensations of state elementary school in kecamatan Kabanjahe with coefficient correlation rx3y = 0.32% and the relative contribution were given by teachers teaching compensations of state elementary school in Kecamatan Kabanjahe were 15,61%. (4) there was also the positive and significant correlation between transformational leadership school culture and interpersonal communication simultaneously by the teachers compensations of state elementary school in kecamatan Kabanjahe, with coefficient correlation (R) 0.50%, and coefficient ( ) 0.71%. Transformational leadership, school culture and interpersonal communications have given effective contributions on teacher’s compensations towards teachers of elementary school in kecamatan Kabanjahe 44.84%, and the rest was determined by other factors.


(5)

(6)

i ABSTRAK

ODA KINATA BANUREA 8106131034 Hubungan Kepemimpinan Transformational Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kabanjahe. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) mengetahui tingkat hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru. (2) mengetahui tingkat hubungan atara budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru. (3) mengetahui tingkat hubungan komunikasi Interpersonal terhadap kepuasan kerja guru (4) mengetahui tingkat hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah Komunikasi Interpersonal dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru.

Metode penelitian ini adalah penelitian kuantitatif jenis deskriptif studi korelasional dengan pola kajian korelatif dengan menempatkan variabel penelitian dalam dua kelompok yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe yang berjumlah 23 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 262 orang guru.Untuk menentukan sampel digunakan teknik stratified proforsional random sampling dengan strata yang di ambil yaitu strata masa kerja dan tingkat pendidikan guru. Sehingga didapatkan sampel sebanyak 70 orang guru. Instrumen penelitian yang digunakan adalah angket dengan skala likert dan teknik analisis data menggunakan teknik korelasi sederhana, ganda parsaial dan regresi sederha serta ganda.

Berdasarkan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa: (1). Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan transformational kepala sekolah dengan kepuasan kerja dengan koefisien korelasi rX1Y = 0.45 sumbangan relatif yang diberikan terhadap kepuasan kerja guru sebesar 37,73%. (2). Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan Kabanjahe dengan koefisien korelasi rX2Y = 0.52 sumbangan relatif diberikan terhadap kepuasan kerja guru sebesar 47,25%. (3). Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe dengan koefisien korelasi rX3Y = 0.32. komunikasi interpersonal memberikan sumbangan relatif terhadap kepuasan kerja guru sebesar 15,01%. (4). Terdapat pula hubungan yang positif dan signifikan antara Kepemimpinan transformational, budaya sekolah dan komunikasi interpersonal secara simultan terhadap kepausan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe dengan koefisien korealasi (R) sebesar 0,50 dan koefisien (R2) 0,71. Kepemimpinan transformational, budaya sekolah dan komunikasi interpersonal memberikan sumbangan efektif terhadap kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe 44,84 %. Dan sisanya ditentukan oleh fator lain.


(7)

iv

KATA PENGANTAR ﻢــﻴﺣ ﺮـﻟﺍ ﻦﻤﺣﺮـﻟﺍ ﷲ ﻢــــــــﺴﺑ

Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur dan terimakasih kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa yang selalu memberikan rahmat-Nya, sehingga Tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Selawat beriring salam kepada Nabi Rasulullah SAW semoga kita dapat mendapatkan safaatnya di yaumil mahsayar kelak. Tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian besar persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Tesis ini berjudul Tesis ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Magister di Program Studi Administrasi Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Dengan judul Hubungan Kepemimpinan Transformational Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kepuasan Kerja Guru Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kabanjahe. Meskipun dalam proses penulisan banyak memenuhi hambatan dan rintangan namun dengan usaha maksimal yang dilakukan penulis serta bantuan dari berbagai pihak, akhirnya tesis ini dapat diselesaikan tepat waktu. Atas bantuan yang diberikan, maka penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Ayahanda tercinta Alm. Nusen Baini Banurea dan ibunda tersayang Salamah Padang, A.Md. serta kepada abang Kalvin Himta Banurea, Nismah Hasilinta Banurea, Nuisa Kelnia Banurea., S.PdI, Yaimo Merosa Banurea juga kakak ipar, dan abang ipar yang telah membesarkan, mendoakan dan mendukung dengan penuh kasih sayang dan cinta yang tulus.

2. Pimpinan Rektor Universitas Negeri Medan (Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si) dan pimpinan teras lainya beserta direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan (Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd)

3. Prof. Dr. Belferik Manullang, dan Prof. Dr. Lahmuddin Lubis, M.Ed, selaku pembimbing I dan II yang telah banyak meluangkan waktu dalam mengarahkan, memotivasi serta memberi nasihat kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.


(8)

v

4. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, Dr.Zulkifli Matondang, M.Pd, dan Dr. Arif Rahman, M.Pd. Selaku sebagai narasumber yang telah banyak memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. 5. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M.Pd, dan Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd, sebagai

Ketua dan Sekretaris Program Studi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

6. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Karo yang telah memberikan izin penelitian bagi penulis. Dan Bapak/Ibu Kepala Sekolah serta seluruh guru SD Negeri kecamatan Kabanjahe yang telah banyak membantu penulis dalam pengumpulan data penelitian ini.

7. Demikian juga kepada sahabatku tercinta Liana Rosa Harahap AM.d Keb dan teman-teman jurusan AP khususnya angkatan XIX kelas A. Sayadidil Kahar, M.Fadli, Akbar, Yanti Siregar, Zutirta Lubis, Ana, yang telah banyak memberikan warna dan pengalaman dan dukungan kepada penulis.

8. Tak terlupakann pula rekan seprofesi bekerja di organisasi kepemudaan, Resimen Mahasiswa Mahatara (Staf Skomen Mahatara) Rotua Sibagariang S.ST, Robet Hutagaol S.Si, Dedi Holden Simbolon S.Si, Sahrijal Akino SPd.I, Rifki Ramdhan, SPd.I, Frikson Jhoni Purba S.Si dan beberapa ketua organisasi Pemuda lainnya (AMBN, IGMPB, IKA-LEMHANAS, IP3SU, FP3SU, dan organisasi lembaga masanyarakat lainya.

Untuk semua itu penulis mendoakan semoga allah SWT melimphkan berkah dan rahmat-Nya kepada ibu/bapak/ saudara/ saudari. Akhirnya penulis mengharapkan semoga tesis ini memberikan manfaat bagi peningkatan pendidikan dimasa yang akan datang.

Medan, 18 Maret 2013 Penulis

ODA KINATA BANUREA NIM. 8106131034


(9)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT... ii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 16

1.3 Pembatasan Masalah... 17

1.4 Rumusan Masalah... 17

1.5 Tujuan Penelitian ... 18

1.6 Manfaat Penelitian ... 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA... 21

2.1. Kerangka Teoritis ... 21

2.1.1. Pengertian Kepuasan Kerja ... 21

2.1.2. Kepemimpinan Transformasional ... 33

2.1.3. Budaya Sekolah ... 45

2.1.4. Pengertian Komunikasi Interpersonal ... 50

2.2. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 59

2.3. Beberapa Penelitian Terdahulu... 63

2.4. Paradigma Penelitian ... 65

2.5. Hipotesisi Penelitian ... 65

BAB III METODE PENELITIAN ... 66

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 66

3.2. Metodologi Penelitian ... 66

3.3. Populasi dan Sampel ... 66

3.4. Defenisi Operasional dan Kisi-kisi Instrument... 71

3.5. Skala Pengukuran ... 74


(10)

vi

3.7. Teknik Pengumpulan Data... 79

3.8. Teknik Analisis Data ... 80

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 89

4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 90

4.2. Tingkat Uji Kecendrungan Varaiabel Penelitian ... 95

4.3. Uji Persyaratan Analisis... 98

4.4. Uji Hipotesis Penelitian ... 106

4.5. Temuan Penelitian... 111

4.6. Pembahasan Penelitian... 114

4.7. Keterbatasan Penelitian... 117

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 119

5.1. Kesimpulan ... 119

5.2. Implikasi... 120

5.3. Saran... 124

DAFTAR PUSTAKA ... 127 LAMPIRAN


(11)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1. Rekapitulasi Tingkat absensi Kehadiran Guru ... 9

2.1. Faktor-Faktor Motivator dan Higiensi ... 28

3.1. Jumlah Penyebaran Populasi Menurut Strata ... 67

3.2. Rangkuman Sampel Untuk Setiap Strata ... 70

3.3. Kisi-kisi Instrumen Variabel Kepemimpinan Transformational... 71

3.4. Kisi-Kisi Instrumen variabel Budaya Sekolah... 72

3.5. Kisi-Kisi Instrumen komunikasi interpersonal ... 73

3.6 Kisi-kisi instrumen variabel kupuasan kerja... 73

4.1 deskripsi data statistik penelitian ... 89

4.2. Distribusi Frekuensi Kepuasan Kerja Guru ... 90

4.3. Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Transformational ... 92

4.4. distribusi frekuensi budaya sekolah ... 92

4.5. distribusi frekuensi komunikasi interpersonal ... 94

4.6. Distribusi Data dan Tingkat Kecendrungan... 95

4.7. Tingkat Kecendrungan Kepuasan Kerja (Y) ... 95

4.8 Tingkat Kecendrungan Kepemimpinan Transformational (X1) ... 96

4.9. Tingkat Kecendrungan Budaya Sekolah (X2) ... 97

4.10. Tingkat Kecendrungan Komunikasi Interpersonal (X3) ... 97

4.11. Persamaan Regresi Y atas X1... 98

4.12. Persamaan Regresi Y atas X2... 100

4.13. Persamaan Regresi Y atas X3... 101

4.14. Normalitas Setiap Variabel ... 103

4.15. analisis Homogenitas Setiap Varibale... 104


(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1. Histogram Kepuasan Kerja Guru ... 90

4.2. Histogram Kepemimpinan Transformational ... 92

4.3. Histogram Budaya Sekolah ... 93

4.4. Histogram Komunikasi Interpersonal ... 94

4.5. Linieritas Hubungan Y atas X1 ... 99

4.6. Linieritas Hubungan Y atas X2... 101

4.7. Linieritas Hubungan Y atas X3... 102


(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Angket instrumen Variabel Penelitian ... ... 131

2. Sebaran data uji coba kepuasan kerja ... 140

3. Perhitungan validitas instrument kepuasan kerja ... 141

4. Perhitungan reliabilitas kepuasan kerja ... 143

5. Sebaran data uji coba instrument kepemimpinan transformational ... 146

6. Perhitungan validitas instrument kepemimpinan transformational ... 147

7 Perhitungan reabilitas instrument kepemimpinan transformational ... 149

8 Sebaran data uji coba budaya sekolah ... 152

9. Perhitungan validitas budaya sekolah... 153

10. Perhitungan reliabilitas budya sekolah ... 155

11. Sebaran data ujicoba instrument komunikasi interpersonal... 158

12. Perhitungan perhitungan validitas komunikasi interpersonal ... 159

13. Perhitungan reliabilitas instrument komunikasi interpersonal... 161

14. Sebaran variabel data ... 264

15. Data pokok penelitian ... 176

16. Perhitungan distribusi frekuensi... 179

17. Identifikasi tingkat kecendrungan... 189

18. Uji kelienaran dan persamaan regresi sederhana ... 192

19. Uji normalitas penelitian... 208

20. Uji homogenitas ... 217

21. Uji indenpendensi... 228

22. Uji kelienearan dan regresi ganda... 232

23. Perhitungan korelasi antar variabel... 235

24. Perhitungan korelasi parsial ... 241

25. Perhitungan korelasi ganda ... 254


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Peranan pendidikan dalam mengisi pembangunan dan kemerdekaan diberbagai bidang jelas diperlukan. Stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan pada masyarakat yang sedang membangun ternyata memberikan hasil yang memuaskan di dalam mengatasi persoalan-persoalan dan hajat hidup orang bayak.

Seorang tokoh pendidikan Jepang mengatakan bahwa pembaharuan yang menyeluruh terjadi di Jepang dikarenakan adanya pengaruh investasi pendidikan, sementara seorang tokoh pendidikan lain dari belahan eropah Jerman setelah perang dunia II mengatakan bahwa pembaharuan adalah berkat investasi dari sistem pendidikan, dari kedua tokoh ini selaku anggota komisi internasional pengembangan pendidikan akhirnya menyimpulkan mengenai peran pendidikan sebagai berikut: “ for all those who w’out to make the world as it to day a better place, and to prepare for the future education is a capital, universal subject”dari kesimpulan diatas pandangan tentang pendidikan digunakan untuk semua orang yang ingin membuat dunia ketempat yang lebih baik, dan untuk mempersiapkan masa depan pendidikan adalah modal subyek universal.

Diperlukan pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu ingin berkembang dan berubah. Pendidikan mutlak ada dan selalu diperlukan selama ada kehidupan. Karena dengan pendidikan manusia dapat merubah kehidupanya baik dari kehidupuan terpuruk


(15)

2

kearah kehidupan yang lebih baik lagi. Dan out put hasil pendidikan dapat merubah sikap afektif (pengetahuan), sikap kognitif (prilaku dan sikap) dan psikomotorik (keterampilan) untuk bersosial bersama masyarakat.

Meningkatkan taraf hidup masyarakat tentu dilakukan strategi yang baik dan butuh komitmen yang baik dari semua pihak (political will) masyarakat swasta dan juga pemerintah (tripel helix), yang paling sering disorot adalah bagaimana peranan maksimal pemerintah dalam dunia pendidikan dalam hal ini penyediaan sumber daya manusia yang bagus, berkarakter dan mampu mendidik. Sumber daya manusia dalam hal ini adalah guru, perana guru begitu sentral dalam dunia pendidikan, guru menjadi ujung tombak dalam pendidikan karena itu ia selalu mendapat sorotan tajam dari berbagai pihak terhadap kinerjanya.

Tugas tanggung jawab guru tidaklah mudah mengerjakanya, dan tidak semudah kita mendengar kata-kata mendidik, mendidik merupakan profesi pekerjaan yang menguras waktu, tenaga, pikiran, dan materi, ia membutuhkan kerja ekstra ulet, giat, dan terampil, karena mendidik adalah bahagian dari penciptaan cita-cita manusia.

Hal ini senada dengan batasan pengertian mengenai pendidikan, yaitu usaha yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan. Sebagai suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja, teratur dan berencana. Sudah barang tentu yang namanya pendidikan sudah tidak dapat lagi dilakukan secara sambilan dan serampangan.


(16)

3

Menelaah dan membahas sistem pendidikan kita tidak bisa melepaskan dari sub sistem pendididikan itu sendiri. Salah satu sub sistem pendidikan itu adalah“ Guru” dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 1 Tentang Guru dan Dosen dijelaskan bahwa :

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Guru adalah salah satu komponen sumber daya manusia dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial dibidang pembangunan. Oleh karena itu, guru yang merupakan salah satu unsur dibidang pendidikan harus berperan secara aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga profesional, sesuai dengan tuntutan masyarakat yang semakin berkembang.

Besar dan banyaknya tuntutan serta tanggung jawab guru dari undang-undang diatas, nampaknya sulit terpenuhi manakala kondisi psikologis, kondisi sosial serta penghargaan yang dirasakan guru tidak mendukung, karena pada dasarnya apapun yang dilakukan guru dalam berkerja membutuhkan konsentrasi dan kegairahan dalam bekerja. Oleh sebab itu, dalam sistem pendidikan harus bisa mendorong guru agar tetap memiliki kinerja yang baik dalam mengerjakan tugasnya yakni sebagai pendidik dengan memberikan sesuatu yang dapat memberi rasa puas bagi guru itu sendiri.

untuk melihat kepuasan kerja dapat dilihat dari kedisiplinan, turnover kecil, moral kerja. Hasibuan P. (2007:202) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah


(17)

4

sikap emosional yang menyenangkan dan mencintai pekerjaannya. Sikap ini dicerminkan oleh moral kerja, kedisiplinan, dan prestasi kerja. Locke (2008:464) memberikan definisi kepuasan kerja sebagai persepsi seseorang terhadap pekerjannya, persepsi ini berdasarkan pada perbandingan antara apa yang diharapkan dan diperoleh dari apa yang secara nyata mereka kerjakan. Perbandingan antara kesesuaian apa yang diharapakan dengan apa yang didapatkannya sebagai hasil dari pekerjaanya akan menimbulkan kepuasan kerja.

Hal senada dikemukanan oleh Fred Luthan (2011:141) definition of job satisfaction as involving cognitive, affective, and evaluative reactions or attitudes and states it is “a pleasurable or positive emotional state resulting from the appraisal of one’s job or job experience.”

Defenisi kepuasan kerja yang dijelaskan diatas adalah sebagai pelibatan dari sikap kognitif, afektif reaksi, dan evaluatif atau sikap yang menyatakan itu adalah keadaan emosional menyenangkan atau positif yang dihasilkan dari penilaian pekerjaan atau pengalaman kerja.

Melihat beberapa definisi ahli diatas maka peneliti definisi kepuasan kerja sebagai totalitas perbandingan antara sikap positif rasa senang maupun tidak senang terhadap pekerjaanya dengan melihat kesesuaian hasil kerja dengan sikap dan prilaku yang dicerminkan sehari-hari. Sikap positif ini bisa dinilai dari 1. Profesi sebagai guru, 2. Gaji atau penghasilan, 3. Promosi pengembangan profesi, 4. Pengawasan/pimpinan, 5. Rekan kerja, 6. Kondisi kerja, diamana pada dasarnya buah dari kepuasan kerja yang dirasakan muncul dari pemberian gaji kerja, kenaikan pangkat dan jabatan, perlengkap kerja, fasilitas diberikan tempat kerja,


(18)

5

pelayanan kenyamanana pekerjaan, kepemimpinan atau pengawasan dari atasan, rekan kerja dan kondisi kerja

Kepuasan kerja melekat erat pada orang yang bekerja karena out put yang mereka dapatkan dalam pekerjaan adalah menghasilkan materi atau non materi yang berujung pada kepuasan kerja, begitu juga jaminan kepuasan kerja guru yang dijabarkan dalam Bab XI, Pasal 40, UUSPN No. 20, Tahun 2003 tentang sistem pendidik dan tenaga kependidikan dijelaskan bahwa:

1. Pendidikan dan Tenaga Pendidikan Berhak Memperoleh,

a. Penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial yang pantas dan memadai

b. Pengahargaan sesuai dengan tugas dan prestasi

c. Pembinaan karir sesuai dengan tuntutan dan perkembangan kualitas d. Perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas dan hak atas hasil

kekayaan intelektual dan

e. Kesempatan untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk menunjang kelancaran pelaksanaan tugas

Ditinjau dari pasal 40 diatas, ada suatu angin segar harapan bagi guru untuk mensejahterakan kehidupan mereka, dengan penghasilan dan jaminan kesejahteraan sosial diatas merupakan salah satu wujud kepuasan kerja guru dalam menjalanakan tugas pokok mengajar. Tapi pada kenyataanya jaminan dari pasal 40 ini tidak meraka dapatkan sebagaimana selayaknya secara merata diberbagai daerah.

Guru sekolah dasar merupakan guru yang mengajar di sekolah dasar yang berhadapan dengan anak-anak siswa berumur 5 tahun sampai 12 tahun. Dari segi psikologi dan kejiwaan dalam umur ini kejiwaaan mereka masih terombang ambing dan belum terarah. Oleh karena itu maka guru harus memiliki keuletan


(19)

6

bekerja yang ekstra dan kreatif inovatif. Dikarenakan anak-anak didalam umur ini meraka baru mengenal pendidikan formal yang memiliki pelajaran yang sitematis dan terjadwal harus diikutinya, jadi mereka harus bina dan diarahkan semaksimal mungkin agar gejala jiwa mereka terarah kedepan.

Guru sekolah dasar Negeri kecamatan Kabanjahe sendiri memiliki 23 sekolah dasar negeri. Sekolah ini dibawah naungan pemerintah kabupaten karo. Selayaknya guru yang bekerja mengabdikan dirinya sepenuhnya untuk mengajar dan mendidik berhak mendapatkan kepuasan kerja dari pekerjaannya sesuai dengan peraturan dan regulasi yang berlaku. Tapi ketika konsep kepuasan kerja ini ditelusuri ke sekolah dasar negeri kecamatan kebanjahe ternyata masih jauh ditemukan dari harapan idealnya.

Berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Umar Sembiring Melala selaku kepala UPTD kecamatan kabanjahe mengatakan bahwa dibeberapa sekolah dasar negeri kecamatan kebanjahe sebahagian guru masih merasa kurang puas terhadap pekerjaanya hal ini terlihat dari prilaku guru yang masih sering ditemukannya absen guru yang tidak masuk pada hari mengajar dan ini terlihat dari hasil laporan keadaan guru setiap bulannya yang masuk ke UPTD.

Selain itu rendahnya antusias guru dalam melakoni pekerjaan mengajarnya itu terlihat dari ketidak disiplinan guru masuk tepat waktu, dan pulang terlebih dahulu meninggalkan sekolah tanpa alasan yang jelas, dan masih terlihat guru yang melakukan pelanggaran dalam melakukan tugas sebagi tenaga pendidik seperti, guru masuk kelas tidak tepat waktu, sebelum habis jam pelajaran guru


(20)

7

sudah keluar dan pulang meningglakan sekolah, sering tidak masuknya guru mengajar pada jam pelajaran dengan alasan yang tidak jelas seperti pesta keluarga dan mengurus kebun. Indikasi kondisi guru diatas diduga guru-guru sekolah dasar negeri kabanjahe tidak puas dengan pekerjaan mereka dikarenakan: asumsi pekerjaan sebagai guru bukan pekerjaan yang menjanjikan dengan gaji sedikit mempunyai tugas dan tanggung jawab yang banyak, belum lagi dengan penghasilan yang kecil tapi gaji meraka jarang tepat waktu dibayarkan. Sisi lain guru menganggab bahwa pangkat jabatan dan karir berprofesi sebagai guru tidak memiliki prospek yang jelas.

Kemudian asumsi mereka menganggab bahwa kepemimpinan dan kepengawasan dari kepala sekolah maupun pihak dinas pendidikan tidak mencerahkan dan memberikan arti yang berkontribusi terhadap keterampilan meraka mengajar dan bekerja. Selain itu lingkungan dan kondisi kerja serta sarana prasarana yang tidak mendukung mereka bekerja disekolah. Dari gambaran asusmi diatas guru menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan dengan tanggung jawab berat, tidak seimbang dengan apa yang mereka terima dengan penghasilan yang kecil dan perlakuan yang kurang adil, jadi pantas prilaku keseharian guru nampak menunjukan sikap tidak puas pada pekerjaannya.

Kemudian hal yang sama juga ditemukan di sekolah dasar negeri desa Kandibata dimana kepala sekolahnya (Azrai.SPd.I) mengatakan Bahwa tingkat kepuasan kerja guru di Sekolah Dasar Negeri yang dipimpinya sangat minim, ini terlihat dari bayanknya pelanggaran yang sering dilakukan guru, seperti terlambat datang, pulang lebih awal, dan kesiapan mereka mengajar tidak ada seolah-olah


(21)

8

mereka bukan guru yang profesional. Hal ini disebabkan karena: Gaji yang diterima guru sangat kecil dan tidak bisa menutupi kebutuhan sehari guru-guru ini terlihat dari banyaknya guru yang meminta uang pinjaman ke bank BPDSU dan bank konvensional lainya dengan menggadaikan SK dan lainya untuk menutupi kebutuhan dan keperluan sehari-harinya. Dengan diborohkannya SK sebagai agunan maka gaji yang peroleh setiap bulannya dengan kisaran 30 sampai 45 %. Kemudian kondisi lingkungan kerja yang jauh dari tempat tinggal mereka, sarana dan prasarana yang tidak memadai, promosi pengembangan karir sulit dilakukan, pengawasan dari pihak dinas pendidikan tidak begitu nyata bagi meraka untuk menambah semangat dan kterampilan meraka.

Hal yang sama ditemukan dari hasil survey awal di sekolah dasar negeri 040444 kabanjahe, dilokasi sekolah ini ditemukan masih ada sebahagian guru-guru menunjukan perilaku terlambat hadir masuk ke sekolah, padahal jam pelajaran diawali pada pukul 07.45 WIB. Bahkan ditemukan ada guru kelas yang tidak hadir pada hari itu. Ini terlihat dari absensi kehadiran guru. Sementara data absensi kehadiran guru perbulan Agustus Tahun 2012 di sekolah ini angka tingkat ketidak hadiran guru mengajar tergolong sedang, karena setiap perminggunya ada saja terlihat tidak hadir kesekolah tanpa alasan yang jelas.

Tingkat kehadiran guru dapat dilihat pada Tabel 1.1. Untuk menghitung rata-rata tingkat absensi perbulannya digunakan rumus:


(22)

9

Absen = X 100 %

Tabel 1.1 Rekapitulasi Absen Kehadiran SD Negeri 040444 Kabanjahe Bulan Januari - Juli 2012

Bulan

(24 Hari Kerja efektif) JumlahGuru

Alasan Tidak Hadir Total Ketidak

hadiran

Tingkat Absensi

M S I

Januari 8 4 2 1 7 3,6 %

Februari 8 3 2 2 7 3,6 %

Maret 8 3 3 2 8 4,1 %

April 8 3 2 2 7 3,6 %

Meil 8 3 - 2 7 3,6 %

Juni 8 3 2 1 6 3,1 %

Keterangan: M. Mangkir, I. Izin, S. Sakit.

Sumber: Rekapitulasi Absensi Guru SD Negeri 040444 K.Jahe diolah Penulis

Sekolah dasar negeri 040444 sebagai organisasi yang berbasis pada bidang pendidikan untuk masyarakat, tidak menetapkan batas absensi secara permanen. Dari informasi yang disajikan pada Tabel 1.1, memperlihatkan absensi rata-rata 4 % persen setiap bulanya guru tidak hadir dari 8 orang guru, sedangkan turnover sebagai salah satu ukuran menilai kepuasan kerja tidak bisa dilaksanakan karena guru merupakan pegawai negeri sipil (PNS) sehingga tingkat turnoverhampir nol persen.

Berdasarkan wawancara dan observasi diatas masih ditemukannya adanya guru yang tidak masuk mengajar dikarenakan satu sisi guru merasakan tidak adanya imbalan yang lain yang mereka terima selain dari gaji kecil, ditambah lagi asumsi pekerjaan sebagai guru bukan pekerjaan yang menjanjikan dengan gaji sedikit mempunyai tugas dan tanggung jawab yang banyak, Sisi lain guru menganggab bahwa pangkat jabatan dan karir berprofesi sebagai guru tidak memiliki prospek yang jelas. mereka menganggab bahwa kepemimpinan dan


(23)

10

kepengawasan dari kepala sekolah maupun pihak dinas pendidikan tidak mencerahkan dan memberikan arti yang berkontribusi terhadap keterampilan mereka mengajar dan bekerja. Selain itu lingkungan dan kondisi kerja serta sarana prasarana yang tidak mendukung mereka bekerja disekolah. Dari ini guru menganggap bahwa apa yang mereka kerjakan tidak seimbang dengan apa yang mereka terima dengan penghasilan yang kecil dan perlakuan yang kurang adil. Jika hal ini terus dibiarkan maka dikhawatirkan bahwa pendidikan di daerah ini khususnya kecamatan ini kedepannya akan semakin tertinggal dari sistem pendidikan.

Faktor lain yang menjadi indikator kepuasan kerja guru sekolah tidak terlepas dari faktor kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi dalam suatu unit lembaga pendidikan memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap organisasinya, disamping sebagai pemimpin yang bertanggung jawab atas kepemimpinan pendidikan ia juga sebagai manager, sebagai decision maker, dan kepala sekolah sebagai pihak pertama yang menentukan dinamika edukatif sekolah baik sisi kemajuan maupun kemundurannya.

Kepemimpinan adalah perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang lain. Hoy and Miskey (2001:392) “ledearship isa proces of social “influence in which one person is a able to enlist the aid and support of othes in the accomplishment of a common task” Nanang Fatta (2006:88) kepemimpinan pada hakekatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain didalam organisasinya


(24)

11

Berbicara mengenai pemimpin tidak bisa lepas dari gaya dan prilaku yang muncul dari dalam diri seorang pemimpin, dalam hal ini penulis meneliti gaya kepemimpinan transformasional, karena gaya kepemimpinan transformasional dapat mengarahkan dan mempengaruhi perilaku pada guru dan bawahannya untuk melaksanakan tugas dengan pencapaian hasil yang baik.

Menurut Bass dan Danim (1990:52) istilah kepemimpinan transformasional adalah proses mempengaruhi secara transformasional yakni pemimpin mempengaruhi bawahan dengan selalu menginformasikan perubahan-perubahan terhadap tujuan organisasi, Stephen Robbin (1996:96) menyatakan pemimpin transformasional adalah pemimpin yang memberikan pertimbangan dan rangsangan ide-ide intelektual terhadap individu dan yang memiliki karisma.

Jurnal Leithwood et al. (1999) menggunakan 20 dari 34 penelitian kepemimpinan transformasional (6 kualitatif dan kuantitatif 15) untuk mengidentifikasi 13 jenis efek: efek pada siswa, efek pada persepsi para pemimpin, efek pada perilaku pengikutnya, efek pada pengikut psikologis negara dan organisasi. Leithwood menyimpulkan bahwa dua puluh penelitian memberikan bukti tentang efek kepemimpinan transformasional pada beberapa kategori yang berbeda dari hasil termasuk efek kepuasan kerja.

Selain faktor kepemimpinan, budaya sekolah juga berhubungan terhadap kepuasan kerja guru, budaya sekolah akan mempengaruhi keadaan dinamika ornagisasi sekolah dan prilaku-prilaku kebiasaan kerja guru di sekolah. Budaya sekolah adalah tindakan perilaku keseharian guru dalam melaksanakan tugasnya disekolah sesuai peraturan yang berlaku disekolah, sehingga budaya sekolah aldah


(25)

12

prilaku normatif dan substantif yang selalu muncul terjadi disekolah. Fret Luthans (2011:71) memberikan pengertian budaya adalah :

pattern of basic assumptions—invented, discovered, or developed by a given group as it learns to cope with its problems of external adaptation and internal integration—that has worked well enough to be considered valuable and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think, and feel in relation to those problems

Selanjutnya Edgar H. Schein (2004: 17) mendefinisikan budaya sebagai berikut:

the accumulated shared learning of a given group . . . a pattern of shared basic assumptions that was learned by a group as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way to perceive, think and feel in relation to those problems.

Dua definisi budaya diatas maka dapat disimpulkan bahwa budaya terjadi dari dasar pola asumsi diciptakan, ditemukan, atau dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu untuk memahami, berpikir, dan merasa dalam kaitannya dengan masalah-masalah dan untuk memecahkan permasalahannya adaptasi eksternal dan integrasi internal, yang dianggap sah dan diajarkan kepada anggota baru sebagai cara yang benar untuk memahami.

Setiap Sekolah memiliki budaya tersendiri dan akan mencerminkan bagaimana keadaan sekolah itu, keberagaman budaya sekolah yang seharusnya menganut perundang-undangan sistem pendidkan nasional, kearifan budaya lokal, kebijakan pemerintah daerah dan keadaan lingkungan. Sehingga suasana budaya terlihat dengan berbagai variasi, warna dan motif. Budaya sekolah terlarir dari proses penataan tata nilai sekolah, norma, kebiasaan ritual dan simbol-simbol yang sudah terjadi selama keberlangsungan sekolah. Maka budaya sekolah akan


(26)

13

memberikan ciri tersendiri bagi budaya sekolah dalam mewarnai dinamika sekolah

Wayne K. Hoy dan Miskel (2001:198), menyatakan budaya sekolah adalah budaya yang terjadi pada konteks perilaku keseharian pelayanan pendidikan baik formal-informal berdasarkan hal-hal yang tersirat baik secara implisit maupun eksplisit, implisit, seperti: keyakinan, norma, nilai-nilai, asumsi-asumsi. Sedangkan eksplisit, seperti, ritual, serimonial, simbol dan sejarah yang tedapat dalam sekolah.

Budaya sekolah memberi gambaran bagaimana seluruh civitas akademika bergaul, bertindak dan menyelesaikan masalah dalam segala urusan dilingkungan sekolahnya. Kebisaaan mengembangkan diri terutama setiap anggota kelompok disekolah berusaha memperbaiki diri dan meningkatkan mutu pekerjaannya merupakan kultur yang hidup sebagai tradisi yang tidak lagi dianggap sebagai beban kerja. Tetapi pada kenyataannya dilapangan komponen sekolah masih menjadikan kebiasaaan, nilai, sikap dan cara bertindak yang harus sesuai dengan peraturan yang ada sebagai beban untuk mengembangkan diri.

Hasil penelitian Angus J. MacNeil (294:2005) mengatakan bahwa Budaya sekolah yang sehat berkorelasi kuat dengan meningkatnya prestasi siswa, motivasi, dan dengan produktivitas guru serta kepuasan bekerja. Kemudian beberapa hasil penelitian telah mengumpulkan beberapa bukti yang mengesankan pada budaya sekolah. Budaya sekolah yang sehat berkorelasi kuat dengan meningkatnya prestasi siswa, motivasi tinggi, produktivitas kerja guru dan kepuasan kerja guru.

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja guru adalah komunikasi, karena faktor komunikasi dapat dijadikan sebagai tolak ukur menilai keberhasilan menjalankan tugas individual dalam organisasi. Peranan komunikasi


(27)

14

dalam organisasi memberikan kontribusi besar terhadap kepuasan kerja. Karena komunikasi merupakan alat yang mudah digunakan dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi, komunikasi adalah proses penyaluran informasi, ide, penjelasan, perasaan, pertanyaan dari orang ke orang atau dari kelompok ke kelompok. Ia adalah proses interaksi antara orang-orang atau kelompok-kelompok yang ditunjukan untuk mempengaruhi sikap dan perilaku orang-orang dan kelompok-kelompok didalam suatu organisasi.

komunikasi adalah suatu sine qua bagi organisasi, artinya bahwa komunikasi itu tidak boleh tidak bagi organisasi. Dalam kehidupan organisasi, pencapaian tujuan dengan segala prosesnya membutuhkan komunikasi yang efektif, dalam suatu organisasi komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam berorganisasi, komunikasi memberikan kontribusi besar dalam mensukseskan tujuan organisasai karena komunikasi merupakan suatu proses sosial yang mempunyai relevansi terluas didalam memfungsikan setiap individu, kelompok organisasi dan masyarakat.

Komunikasi intrapribadi atau komunikasi interpersonal merupakan praktik komunikasi persuasif secara pendekatan pribadi, komunikasi interpersonal ditandai dengan adanya keakraban atau kedekatan, kepekaan, saling mendengar, saling merespon, saling mendukung, dan mengerti perasaan, antara komunikator dengan komunikan.

Gitosudarmo (2001:205) komunikasi interpersonal (sambung rasa antar manusia) adalah komunikasi yang berbentuk tatap muka (face-to-face). Komunikasi ini sangat penting bagi pemimpin dalam rangka mempengaruhi atau


(28)

15

menanamkan pengaruhnya kepada anggota kelompok dan bawahannya, komunikasi interpersonal ini meliputi karakteristik berupa unsur-unsur tukar pikiran atau temuwicara dan pemantauan terhadap perkembangan penerimaan informasi yang disampaikan oleh atasan kepada bawahannya

Prilaku komunikasi interpersonal atau komunikasi antar pribadi dengan pendekatan pribadi adalah komunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang dirinya, lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan baru, empati, sikap mendukung, sikap positif, kesetaraan individu .Selain itu komunikasi interpersonal adalah kounikasi transparan, jujur, dan terbuka lebar, dengan komunikasi interpersonal setiap guru akan membicarakan masalah yang dihadipinya, baik masalah pribadi, keluarga dan terutama masalah kinerja yang dihadapi disekolah. Dengan keterbukaan informasi akan terrespon dengan berbagi solusi yang bervariasi. sehingga banyak pilihan dalam pengambilan keputusan untuk pemecah masalah tersebut, kepuasan guru dapat diperolah dari pengkomunikasian lisan guru. Begitu juga dengan ketidakpuasa kerja guru. Ketika guru merasa puas dengan pekerjaannya sebagai guru maka dalam berkomunikasi ia akan menyinggung kinerja dan kepuasan kerjanya. Sehingga komunikasi interpersonal berberan untuk memberi pengaruh, motivasi dan inspirasi dan sisi kepuasan kerja guru.

Mengacu pada keadaan empiris diatas, banyaknya permasalahan kepuasaan kerja dalam mendidik. Maka penelitian ini penting dilakukan dengan mengangkat judul: Hubungan Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah, Budaya Sekolah dan Komunikasi Interpersonal Terhadap Kepuasan Kerja Guru


(29)

16

Sekolah Dasar Negeri Kecamatan Kabanjahe.

1.2. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah diatas ada banyak variabel yang berhubungan dengan kepuasan kerja guru, pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu memiliki tingkat kepuasan yang berbeda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan sesuai dengan keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan, dan sebaliknya jika sedikit aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu maka semakin rendah tingkat kepuasan yang dirasakan.

Kepuasan kerja merupakan suatu tanggapan emosional seseorang terhadap situasi dan kondisi kerja. Tanggapan emosional ini bisa berupa perasaan puas (positif) atau tidak puas (negatif). Kepuasan kerja dirasakan pekerja setelah pekerja tersebut membandingkan antara apa yang dia harapkan akan dia peroleh dari hasil kerjanya dengan apa yang sebenarnya dia peroleh dari hasil kerjanya (Sopiah, 2008:170).

Dari latar belakang diatas maka dapat diidentifikasikan menjadi beberapa masalah yang berhubungan dengan kepuasan kerja guru antara lain: faktor-faktor apa saja kah yang dapat membuat guru puas dalam bekerja? Apakah pekerjaan yang diemban guru berhubungan dengan kepuasan guru dalam bekerja? Apakah sistem penggajian, kompensasi, penghargaan, berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah dengan sistem kenaikan pangkat atau promosi jabatan berhubungan dengan


(30)

17

kepuasan guru dalam bekerja? Apakah dengan interaksi kelompok dan dengan rekanan berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah dengan komunikasi antar kelompok berhubungan dengan kepuasan kerja guru. Apakah komunikasiface to face berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah model gaya kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah sifat kepemimpinan kepala sekolah berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah budaya lingkungan sekolah pekerjaan berhubungan dengan kepuasan kerja guru? Apakah dengan pengarahan komunikasi interpesonal berhubungan dengan kepuasan kerja guru? apakah aturan, norma yang ada disekolah berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru? apakah kerjasama team kelompok berpengaruh terhadap kepuasan kerja guru? Apakah norma, nilai-nilai, peraturan berkorelasi terhadap kepuasan kerja guru? apakah keterbukaan informasi berkorelasi terhadap kepuasan kerja guru?

1.3. Pembatasan Masalah

Dari beberapa identifikasi dan banyaknya faktor-faktor yang menjadi pengaruh kepuasan kerja guru, maka dalam penelitian ini peneliti membatasi hanya pada wilayah penelitian prilaku gaya kepemimpinan transformasional kepala sekolah (menurut asumsi guru dalam hal ini guru yang menjadi objek penelitian bukan kepala sekolah), budaya sekolah, komunikasi interpersonal guru dengan warga sekolah dengan kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe.


(31)

18

1.4. Rumusan Masalah

Setelah melakukan identifikasi masalah dan pembatasan Masalah diatas, maka masalah utama dalam penelitian ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru di sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?

2. Apakah ada hubungan atara budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru disekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?

3. Apakah ada hubungan antara komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja guru disekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?

4. Apakah ada hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah Komunikasi Interpersonal dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru disekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe?

1.5. Tujuan Penelitian

Target yang ingin dicapai dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional, budaya sekolah dan komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe, dan secara operasional tujuan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut:


(32)

19

1. Mengetahui tingkat hubungan antara kepemimpinan transformasional kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru.

2. Mengetahui tingkat hubungan atara budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru.

3. Mengetahui tingkat hubungan Komunikasi Interpersonal terhadap kepuasan kerja guru.

4. Mengetahui tingkat hubungan kepemimpinan transformasional kepala sekolah Komunikasi Interpersonal dan budaya sekolah secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja guru.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaaat dari hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai berikut:

1. Secara Teoretis:

a. Untuk menambah khazanah ilmu pengetahuan khususnya teori kepemimpinan transformasional, budaya sekolah, komunikasi interpersonal, dan teori kepuasan kerja.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai bahan acuan lebih lanjut untuk mengkaji dan mendalami permasalahan variabel yang sama dengan peneliti ini.


(33)

20

a. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi dinas pendidikan kabupaten karo dalam meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan kepuasan kerja guru.

b. Sebagai bahan masukan bagi kepala sekolah dalam pelaksanaan pengetahuan kepemimpinan transformasional, budaya sekolah, komunikasi interpersonal, dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja guru.

c. Sebagai masukan bagi guru dalam pelaksanaan pembelajaran dalam rangka mengingatkan kepuasan kerja dan kualitas pendidikan secara umum dan secara khusus guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe.


(34)

119

119

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut.

1. Tingkat kecendrungan variabel kepuasan kerja sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe termasuk dalam kategori sedang, variabel kepemimpinan transformational kepala sekolah termasuk kategori sedang, variabel budaya sekolah termasuk dalam kategori tinggi, dan variabel komunikasi interpersonal termasuk dalam kategori sedang

2. Kepemimpinan transformational kepala sekolah mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe bentuk hubungannya linier dan prediktif melalui persamaan regresi Ŷ = 63,57 + 0,42 X1. Hal ini berarti makin baik

kepemimpinan transformational kepala sekolah maka akan semakin baik pula tingkat kepuasan kerja guru. Selain itu kepemimpinan transformational kepala sekolah ini memberikan sumbangan relatif yang cukup berarti terhadap kepuasan kerja guru dengan besar sumbangan 60,64%.

3. Budaya sekolah terhadap kepuasan kerja guru mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kepuasan guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe bentuk hubungannya linier dan prediktif melalui persamaan regresi Ŷ = 66,21 + 0,39X2. Hal ini berarti makin baik budaya sekolah maka makin


(35)

120

tinggi kepuasan kerja guru., budaya sekolah memberikan sumbangan relatif yang cukup berarti terhadap kepuasan kerja guru yaitu sebesar 26,28%.

4. Komunikasi interpersonal terhadap kepuasan kerja guru mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan kepuasan kerja sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe bentuk hubungannya linier dan prediktif melalui persamaan regresi Ŷ = 64,18 + 0,43X3. Hal ini berarti makin baik komunikasi

interpersonal maka makin tinggi kepuasan kerja guru. Dari hasil temuan penelitian, komunikasi interpersonal memberikan sumbangan relatif yang cukup berarti terhadap kepuasan kerja guru yaitu sebesar 13,06%.

5. Kepemimpinan transformational, budaya sekolah dan komunikasi interpersonal secara simultan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kepusan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe dengan koefisien korelasi (R) sebesar 0,76 dan koefisien (R2) 0,87. Hal ini berarti

bahwa kepemimpinan transformational kepala sekolah, budaya sekolah, komunikasi interpersonal secara simultan mempunyai hubungan yang kuat dan memberikan kontribusi yaitu sebesar 76,71 % untuk meningkatkan kepuasan kerja guru.

5.2. Implikasi

Terujinya hipotesis dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kepemimpinan transformational, budaya sekolah dan komunikasi interpersonal secara simultan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kepausan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe. Temuan ini setidaknya membuktikan secara empiris bahwa kepemimpinan transformational kepala


(36)

121

sekolah yang dilakukan kepala sekolah, budaya sekolah dan komunikasi interpersonal merupakan faktor penting dan sangat menentukan peningkatan kepuasan kerja guru. Adapun sasaran implikasi yang ditujukan terutaman kepada kepala dinas pendidikan Kabupaten Karo dimana menaungi secara teknis yaitu unit pelaksanaan sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe (UPTD) SD Negeri kecamatan Kabanjahe, kepala sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe, guru-guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe. Untuk itu guna meningkatkan kepuasan kerja guru sekolah dasar negeri kecamatan kabanjahe diperlukan upaya bersama dalam rangka peningkatan kepemimpinan transformational kepala sekolah, budaya sekolah, dan komunikasi interpersonal.

1. Implikasi terhadap kepala dinas pendidikan

Dengan diterimanya hipotesis penelitian yang diajukan, maka upaya yang dapat dilakukan dinas pendidikan adalah meningkatkan kepemimpinan transformational kepala sekolah, budaya sekolah, komunikasi intepersonal. Kepemimpinan kepala transformational dapat ditingkatkan dengan menjaring calon kepala sekolah yang lebih selektif dan memiliki kredibilitas pendidikan yang mumpuni dalam bidang pendidikn, kemampuan pemimpin yang visoner. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat kemampuan manajerial dan trek rekort kepemimpinan calon kepala sekolah dalam mempengaruhi bawahannya dan keterlibatanya merespon masalah individu guru, pengetahuan intelektual yang diberikan pada bawahan, mampu memotivasi, menginspirasi guru dan memiliki sosok pribadi yang kharismatik.


(37)

122

Hal lain yang dapat dilakukan kepala dinas pendidikan untuk mengupayakan kepuasan kerja guru dengan mengoptimalkan dukungan budaya sekolah sebagai tata nilai, norma aturan, keyakian dan kerjasama kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan bertindak terus melakukan pengawasan terhadap keadaan sekolah.

Kemudian upaya lain yang dapat dilakukan dinas pendidikan dalam upaya meningkatkan kepuasan kerja guru adalah dengan komunikasi interpersonal, hal ini dapat dilakukan dengan memantau kondisi hubungan keharmonisan kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru di sekolah. Dan membantu masalah yang dihadapi kepala sekolah dan guru-guru, kemudian pada satu sisi kepala dinas pendidikan harus meninggalkan pola dan paradigma bahwa kepala sekolah itu bukan jabataan politik yang dititipkan oleh pejabat yang berwenang, akan tetapi jabatan kepala sekolah merupakan jabatan profesional yang handal mampu mengerjakannya dengan baik dalam dunia pendidikan.

2. Implikasi terhadap kepala sekolah.

Dengan diterimanya hipotesis penelitian diharapakan kepada kepala sekolah untuk berperan aktif dalam meningkatkan kepemimpinan transfomational di sekolah guna untuk mempengaruhi dan mengajak guru bekerja sama menuju tujuan sekolah . Dalam hal ini kepala sekolah dapat melakukan berbagai upaya seperti: memberikan stimulus rangsangan pemikiran intelektual, pengayoman terhadap individu, dapat memotivasi guru serta memiliki gaya kepemimpian kharismatik.


(38)

123

Hal lain yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kepuasan kerja guru adalah dengan membangun budaya sekolah yang mendukung kepuasan kerja guru. Hal ini dapat dilakukan kepala sekolah dengan memperhatikan tata nilai perturan sekolah, norma anjuran dan peraturan sekolah, keyakinan yang terdapat pada peraturan sekolah, dan membangun kerjasama tim kolompok kerja.

Selanjutnya upaya lain yang harus dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan kepuasan kerja guru adalah dengan membangun dan mendukung terciptanya komunikasi interpersonal antara kepala sekolah dengan guru, antara guru dengan guru, hal ini dapat dilakukan dengan. Kepala sekolah mampu memahami informasi yang diterima dari guru, berpikir positif terhadap masalah guru, empati terhadap guru, dan memiliki sifat keterbukaan dengan guru.

3. Implikasi terhadap guru

Dengan diterimanya hipotesis penelitian maka para guru perlu meningkatkan kepuasan kerjanya. Untuk mengingkatkan kepuasan kerja guru, guru harus ikut serta dalam penciptaan peningkatan budaya sekolah yang baik dimana hal ini dapat dilakukan dengan mengikuti dan menaati nilai-nila peraturan sekolah, menghayati dan melaksanakan nilai norma aturan sekolah, meyakini aturan sekolah sebagai aturan yang baik untuk tujuan sekolah, dan bekerja sama kelompok dengan guru yang lain dalam memecahkan masalah sekolah. Sisi lain juga guru mampu mengembangkan potensi dirinya untuk mendukung sumber daya manusia yang mumpuni, dan ahli pada bidangnya.


(39)

124

Hal lain yang harus ditingkatkan guru dalam mencapai kepuasan kerja menjalankan komunikasi interpersonal dalam lingkungan kerjanya hal ini dapat dilakukan dengan memahami makna informasi yang dituangkan rekan kerjanya, berfikir positif terhadap rekan kerjanya, dan menaruh rasa empati terhadap rekan kerjanya serta memiliki sifat yang terbuka terhadap sesama guru di sekolah.

5.3. Saran

Saran-saran yang dapat disampaikan sehubungan dengan temuan hasil penelitian ini adalah:

1. Bagi kepala dinas pendidikan

Untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, perlu menjadi perhatian kepala dinas kabupaten karo bahwa untuk memilik dan menetapkan dan menjaring calon kepala sekolah yang lebih kompeten, selektif dan memiliki kredibilitas, kemampuan pemimpin yang visoner agar mampu mempengaruhi para guru untuk mencapi tujuan sekolah. Hal ini harus dilakukan dengan melejitkan budaya sekolah yang baik seperti mengadakan kunjungan, pelatihan, work shop, tentang budaya sekolah dalam mendukung tugas guru, memupuk tali silaturahmi setiap sekolah. Kemudian aspek lain yang tidak boleh dikesampingkan adalah upaya menciptakan suasana hubungan yang harmonis atara kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru karena dengan keharmonisan akan menunjukan keakraban yang mudah untuk berkordinasi dan berkomunikasi dengan yang lain, pihak dinas tidak boleh menutupi dan membatasi informasi yaang mendukung kepuasan kerja guru. Dengan dilakukan peningkatan selektifitas calon pemimpin kepala sekolah, memupuk dan menumbuhkan budaya sekolah yang baik, dan menciptakan


(40)

125

komunikasi suasana hubungan yang harmonis diharapakan kepuasan kerja guru akan tercipta. Sisi lain yang harus dibenahi lagi oleh dinas pendidikan yaitu menyediakan tempat sarana dan prasarana dan kenyamanan lingkungan kerja bagi guru.

2. Bagi Kepala sekolah

Perlu ditumbuhkan keinginan untuk menambah dan meningkatkan kepemimpinan transformational di sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah mampu menerapkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kepuasan guru, kepala sekolah juga harus meningkatkan intesitas volume komunikasi interpersonal terhadap guru agar masalah dapat langsung ditangani. Hal ini dapat dilakukan dengan setiap ada pelanggaran dan masalah yang menimpa guru maka kepala sekolah harus bertindak cepat menanganinya dengan melakukan komunikasi interpersonal terhadap guru. Kemudian selain itu kepala sekolah mampu mengelola budaya sekolah yang baik hal ini dapat dilakukan dengan memperlakukan perbedaan guru yang disiplin dan guru yang kurang disiplin. Dan kepala sekolah bersedia melakukan berbagai upaya yang dapat meningkatkan kepusan kerja guru. Dengan adanya upaya-upaya ini diharapkan kinerja kepuasan kerja guru dapat tercipta.

3. Kepada guru

Untuk mengingkatkan kepuasan kerja guru, guru harus mendukung setiap konsep kepemimpinan transformational yang dilakukan kepala sekolah, hal ini dapat dilakukan guru dengan menyetujui perlakukan dan kebijakan kepala


(41)

126

sekolah yang notabenya berpihak pada kepusan kerja guru. Hal lain yang harus dilakukan guru adalah mentaati dan mengikuti aturan budaya sekolah dengan mengaplikasikannya kedalam prilaku keseluruh warga sekolah. Sisi lain yang tidak bisa dikesampingkan adalah membuka diri selebar-lebarnya agar terjalin komunikasi yang harmonis dengan kepala sekolah juga dengan guru yang lain. Dengan adanya upaya ini diharapkan tingakat kepuasan kerja guru akan semakin tercapai.

4. Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti khususnya yang berkaitan dengan variabel-variabel berbeda yang turut memberikan sumbangan terhadap kepuasan kerja guru.


(42)

127

DAFTAR PUSTAKA

Agus M. Harja (2003) Komunikasi Intrapersonal Dan Interpersonal, Kanisius, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,Rineka Cipta.

(1993) Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi Kejuruan

Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Bass and Stogdill’s (1990)Hand Book of Leadership, New York: Free Press.

Bernard M. dan Ronald E. Riggio (2006) Transformational Leadership Second Edition.Mahwah, New Jersey London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Carmine E.J. Hartel Emotional et. All (2005) In Organization Behavioral Lawrence Erlbaum Associates, Publisher Mahwah, New Jersey, London. Daft, Richart (2006) Leadership: Theory And Practice, New York the Drayden

Press,

Davis Keith and Newstron, Jhon W (1995) Perilaku Dalam Organisasi. Jilid Kedua.Edisi Ketujuh. Jakarta Erlangga.

Devito, Joseph (1992) The Interpersonal Communication. Book 6th ed New York: Harper Collins

Edgar H. Schein (1983) Organizational Culture: A Dynamic Model Sloan School of Management Massachusetts Institute of Technology.

_____(1985) Organizational Culture and Leadership, Jossey-Bass, San Francisco

Efendi, Onong Ochayana (2007) Komunikasi, Teori Dan Praktek, Bandung, Remaja Rosda Karya.

Fenwich W English, (2002) Encyclopedia Of Educational Leadership And Administration:thousand, london, a sage refrence publication.

Fajar, Marhaeni (2009) Ilmu Komunikasi Teori Dan & Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu

Fattah, Nanang (1999) Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda karya.


(43)

128

Fenwick W. English (2006) Encyclopedia of Educational Leadership and Administration, United States, Sage Publications.

Firgon,Normadn L. Dan Hary K.Jakson (1996)The Leater Developing The Skil & Personal Quallities You Need To Lead Efectifitas. New York: Amerika Management Association.

Gibson (1997) Organizational Behavioral, Structure, And Process. Amerika, Richard Irwins,

Hani, Handoko (1989)Manajemen.Yogyakarta: BPFP. Yogyakarta

Hasibuan P (1994) Organisasi Dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas,

Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara

Harjana AM (2003)Komunikasi interpersonal, Jakarta: Kanisius

Hoy, Wayne K. dan Miskel, Cecil G (2001) Educational Administration Theory, Research, And Practice6th ed., International Edition, Singapore: McGraw-Hill.

Howell, J.M. And Hall Merenda. K.E, (1999)The Ties That Bind: The Impact of Leader-Member Exchange, Transformational and Transactional Leadership, and Distance on Predicting Follower Performance, Journal of

Applied Psychology.

http://aton29.wordpress.com/2010/04/27/ komunikasi-interpersonal/ diaskes pada tanggal 21 September 2012.

Joanne Martin, (1992)Cultures in Organizations,Oxford University Press, New York.

Justine Mercer, Bernard Barker, and Richard Bird (2010) Human Resource Management in Education: contexts, Themes, Andimpact by Routledge Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2008) Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan

Nasional, Jakarta.

Kartono Kartini (2008) Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Komariah, Aan dan Cepi Triatna (2010) Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Bandung: Bumi Aksara.

Luthans Fred (2011) Organizational Behavior, New York: Mc Graw-Hill Book. Company.


(44)

129

Lili weri (1991) Komunikasi Antar Peribadi,Badung: Citra Aditya Bakti.Luthans Fred (1995) Organizational Behavioral. 7th ed, Singapore: Mc Graw Hill.Inc.

Mulyasa E (2005)Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung.: Remaja Rosda Karya.

Pawar, B.S and Easman, K.K (1997) The Nature and Implication of Contextual Influences on Transactional Leadership: A Conceptual Examination. Academy of Management Review

Peterson, D. Kent & Terrence E. Deal (2009) The Shaping School Culture Field book Second Edition. Market Street, San Francisco: Josseybass A Wiley Imprint

Poerwadarminta, W.J.S (1993) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Rakmad Jaluddin (2005)Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja, Rosda Karya Razik A. Taher & Swanson D. Austin (1995) Fundamental Concept of

Educational Leadership and Management, New Jersey: Englewood Cliffs Rivai, Veithzal, Dedi Mulyadi (2009) Kepemimpinan Dan Prilaku Organisasi,

Jakarta: Raja Wali Pers

Riduwan (2005) Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung: Alfabeta

________ (2010)Metode & Teknik Menyusun Tesis,Bandung: Alfabeta.

________ (2010)Rumus dan Data dalam Analisis Statistika,Bandung: Alfabeta. Robbins, Stephen. P, dan A Judge Timothy (2007) Organization Behavior, New

Jersey: Person Education Inc.

________ (2005)Organization Behavior,New Jersey: Person Education Inc. ________ (2006)Perilaku Organisasi,Klaten: Intan Sejati.

________(2003) Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa: Bunyamin Molan. Indonesia: Macanan Jaya Cemerlang.


(45)

130

Santoso Edi. Mite Setiawan (2010)Teori Komunikasi, Yokyakarta: Graha Ilmu. Siagian sondang (2003)Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara.

Senjaya, D.S (2004)Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Raja Grafindo Persada. Sugiyono (2005)Statistika Untuk Penelitian,Bandung: Alfabeta.

Sudjana, (1996)Metode Statistika, Bandung, Tarsito, Edisi 6.

Suranto A.W. (2004) Komunikasi Efektif Untuk Mendukung Kerja Perkantoran, Jakarta: Erlangga

________ (2011).Komunikasi Interpersonal,Yogyakarta: Graha Ilmu. Syafaruddin (2002)Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, Grasindo:

Jakarta.

_______(2007) Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer”. Bandung Cipta Pustaka Media

Steven L. Mcshane and Mary Ann Von Glinow (2010) Organizational Behavior Emerging Knowledge and Practice For the Real World- 5th ed. Avenue of the Americas, New York,

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005,Tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. WWW. My.Ac.Id di Askes 9 Agustus 2012


(1)

komunikasi suasana hubungan yang harmonis diharapakan kepuasan kerja guru akan tercipta. Sisi lain yang harus dibenahi lagi oleh dinas pendidikan yaitu menyediakan tempat sarana dan prasarana dan kenyamanan lingkungan kerja bagi guru.

2. Bagi Kepala sekolah

Perlu ditumbuhkan keinginan untuk menambah dan meningkatkan kepemimpinan transformational di sekolah. Dalam hal ini kepala sekolah mampu menerapkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kepuasan guru, kepala sekolah juga harus meningkatkan intesitas volume komunikasi interpersonal terhadap guru agar masalah dapat langsung ditangani. Hal ini dapat dilakukan dengan setiap ada pelanggaran dan masalah yang menimpa guru maka kepala sekolah harus bertindak cepat menanganinya dengan melakukan komunikasi interpersonal terhadap guru. Kemudian selain itu kepala sekolah mampu mengelola budaya sekolah yang baik hal ini dapat dilakukan dengan memperlakukan perbedaan guru yang disiplin dan guru yang kurang disiplin. Dan kepala sekolah bersedia melakukan berbagai upaya yang dapat meningkatkan kepusan kerja guru. Dengan adanya upaya-upaya ini diharapkan kinerja kepuasan kerja guru dapat tercipta.

3. Kepada guru

Untuk mengingkatkan kepuasan kerja guru, guru harus mendukung setiap konsep kepemimpinan transformational yang dilakukan kepala sekolah, hal ini dapat dilakukan guru dengan menyetujui perlakukan dan kebijakan kepala


(2)

sekolah yang notabenya berpihak pada kepusan kerja guru. Hal lain yang harus dilakukan guru adalah mentaati dan mengikuti aturan budaya sekolah dengan mengaplikasikannya kedalam prilaku keseluruh warga sekolah. Sisi lain yang tidak bisa dikesampingkan adalah membuka diri selebar-lebarnya agar terjalin komunikasi yang harmonis dengan kepala sekolah juga dengan guru yang lain. Dengan adanya upaya ini diharapkan tingakat kepuasan kerja guru akan semakin tercapai.

4. Kepada peneliti lain bahwa penelitian ini perlu ditindak lanjuti khususnya yang berkaitan dengan variabel-variabel berbeda yang turut memberikan sumbangan terhadap kepuasan kerja guru.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agus M. Harja (2003) Komunikasi Intrapersonal Dan Interpersonal, Kanisius, Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi (2006) Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta,Rineka Cipta.

(1993) Organisasi dan Administrasi Pendidikan Teknologi Kejuruan Jakarta, Raja Grafindo Persada.

Bass and Stogdill’s (1990)Hand Book of Leadership, New York: Free Press. Bernard M. dan Ronald E. Riggio (2006) Transformational Leadership Second

Edition.Mahwah, New Jersey London: Lawrence Erlbaum Associates, Publishers.

Carmine E.J. Hartel Emotional et. All (2005) In Organization Behavioral Lawrence Erlbaum Associates, Publisher Mahwah, New Jersey, London. Daft, Richart (2006) Leadership: Theory And Practice, New York the Drayden

Press,

Davis Keith and Newstron, Jhon W (1995) Perilaku Dalam Organisasi. Jilid Kedua.Edisi Ketujuh. Jakarta Erlangga.

Devito, Joseph (1992) The Interpersonal Communication. Book 6th ed New York: Harper Collins

Edgar H. Schein (1983) Organizational Culture: A Dynamic Model Sloan School of Management Massachusetts Institute of Technology.

_____(1985) Organizational Culture and Leadership, Jossey-Bass, San Francisco

Efendi, Onong Ochayana (2007) Komunikasi, Teori Dan Praktek, Bandung, Remaja Rosda Karya.

Fenwich W English, (2002) Encyclopedia Of Educational Leadership And Administration:thousand, london, a sage refrence publication.

Fajar, Marhaeni (2009) Ilmu Komunikasi Teori Dan & Praktek, Yogyakarta: Graha Ilmu

Fattah, Nanang (1999) Landasan Manajemen Pendidikan, Bandung: Remaja Rosda karya.


(4)

Fenwick W. English (2006) Encyclopedia of Educational Leadership and Administration, United States, Sage Publications.

Firgon,Normadn L. Dan Hary K.Jakson (1996)The Leater Developing The Skil & Personal Quallities You Need To Lead Efectifitas. New York: Amerika Management Association.

Gibson (1997) Organizational Behavioral, Structure, And Process. Amerika, Richard Irwins,

Hani, Handoko (1989)Manajemen.Yogyakarta: BPFP. Yogyakarta

Hasibuan P (1994) Organisasi Dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas, Cetakan Pertama. Jakarta: Bumi Aksara

Harjana AM (2003)Komunikasi interpersonal, Jakarta: Kanisius

Hoy, Wayne K. dan Miskel, Cecil G (2001) Educational Administration Theory, Research, And Practice6th ed., International Edition, Singapore: McGraw-Hill.

Howell, J.M. And Hall Merenda. K.E, (1999)The Ties That Bind: The Impact of Leader-Member Exchange, Transformational and Transactional Leadership, and Distance on Predicting Follower Performance, Journal of Applied Psychology.

http://aton29.wordpress.com/2010/04/27/ komunikasi-interpersonal/ diaskes pada tanggal 21 September 2012.

Joanne Martin, (1992)Cultures in Organizations,Oxford University Press, New York.

Justine Mercer, Bernard Barker, and Richard Bird (2010) Human Resource Management in Education: contexts, Themes, Andimpact by Routledge Kamus Besar Bahasa Indonesia, (2008) Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan

Nasional, Jakarta.

Kartono Kartini (2008) Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: Raja Grafindo Persada

Komariah, Aan dan Cepi Triatna (2010) Visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif, Bandung: Bumi Aksara.

Luthans Fred (2011) Organizational Behavior, New York: Mc Graw-Hill Book. Company.


(5)

Lili weri (1991) Komunikasi Antar Peribadi,Badung: Citra Aditya Bakti.Luthans Fred (1995) Organizational Behavioral. 7th ed, Singapore: Mc Graw Hill.Inc.

Mulyasa E (2005)Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung.: Remaja Rosda Karya.

Pawar, B.S and Easman, K.K (1997) The Nature and Implication of Contextual Influences on Transactional Leadership: A Conceptual Examination. Academy of Management Review

Peterson, D. Kent & Terrence E. Deal (2009) The Shaping School Culture Field book Second Edition. Market Street, San Francisco: Josseybass A Wiley Imprint

Poerwadarminta, W.J.S (1993) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Rakmad Jaluddin (2005)Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja, Rosda Karya Razik A. Taher & Swanson D. Austin (1995) Fundamental Concept of

Educational Leadership and Management, New Jersey: Englewood Cliffs Rivai, Veithzal, Dedi Mulyadi (2009) Kepemimpinan Dan Prilaku Organisasi,

Jakarta: Raja Wali Pers

Riduwan (2005) Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian, Bandung: Alfabeta

________ (2010)Metode & Teknik Menyusun Tesis,Bandung: Alfabeta.

________ (2010)Rumus dan Data dalam Analisis Statistika,Bandung: Alfabeta. Robbins, Stephen. P, dan A Judge Timothy (2007) Organization Behavior, New

Jersey: Person Education Inc.

________ (2005)Organization Behavior,New Jersey: Person Education Inc. ________ (2006)Perilaku Organisasi,Klaten: Intan Sejati.

________(2003) Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa: Bunyamin Molan. Indonesia: Macanan Jaya Cemerlang.


(6)

Santoso Edi. Mite Setiawan (2010)Teori Komunikasi, Yokyakarta: Graha Ilmu. Siagian sondang (2003)Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta: Bumi Aksara.

Senjaya, D.S (2004)Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta, Raja Grafindo Persada. Sugiyono (2005)Statistika Untuk Penelitian,Bandung: Alfabeta.

Sudjana, (1996)Metode Statistika, Bandung, Tarsito, Edisi 6.

Suranto A.W. (2004) Komunikasi Efektif Untuk Mendukung Kerja Perkantoran, Jakarta: Erlangga

________ (2011).Komunikasi Interpersonal,Yogyakarta: Graha Ilmu. Syafaruddin (2002)Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, Grasindo:

Jakarta.

_______(2007) Kepemimpinan Pendidikan Kontemporer”. Bandung Cipta Pustaka Media

Steven L. Mcshane and Mary Ann Von Glinow (2010) Organizational Behavior Emerging Knowledge and Practice For the Real World- 5th ed. Avenue of the Americas, New York,

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005,Tentang Guru dan Dosen

Undang-Undang No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. WWW. My.Ac.Id di Askes 9 Agustus 2012


Dokumen yang terkait

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kepuasan Kerja Guru Di Smk Yadika 5

1 8 150

Hubungan persepsi guru tentang komunikasi interpersonal kepala sekolah dengan disiplin kerja guru di MTs al-Awwabin Sawangan -Depok tahun 2010-2011

4 53 115

HUBUNGAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, MOTIVASI KERJA, DAN BUDAYA SEKOLAH DENGAN EFEKTIVITAS KERJA GURU DI SD NEGERI KECAMATAN PADANG TUALANG.

0 11 40

PENDAHULUAN KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KEPUASAN KERJA GURU SMP N KECAMATAN WONOGIRI.

0 1 10

KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA ORGANISASI TERHADAP KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KEPUASAN KERJA G

0 1 20

KUESIONER KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KEPUASAN KERJA GURU SMP N KECAMATAN WONOGIRI.

0 1 83

KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA ORGANISASI TERHADAP KONTRIBUSI KOMUNIKASI INTERPERSONAL, KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN BUDAYA KERJA ORGANISASI TERHADAP MOTIVASI KERJA DAN DAMPAKNYA PADA KEPUASAN KERJA G

0 1 19

PENGARUH KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL KEPALA SEKOLAH DASAR DAN BUDAYA MUTU TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANJARSARI.

0 0 9

PENGARUH TIPE KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KEPUASAN KERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL.

0 0 144

Komunikasi Interpersonal Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Budaya Kerja Organisasi terhadap Motivasi Kerja Dan Dampaknya pada Kepuasan Kerja Guru Sekolah Menengah Pertama

0 0 12