Efektivitas komunikasi interpersonal kepala sekolah: studi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh: Indriani 1110018200036

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Kepala Sekolah (Studi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang). Skripsi Program Strata Satu (S1), Program Studi Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan efektivitas komunikasi interpersonal kepala MTs Negeri Tangerang II Pamulang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui wawancara, observasi dan angket sebagai pelengkap.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala MTsN Tangerang II Pamulang berjalan cukup efektif dengan pengertian lain komunikasi interpersonal yang dikembangkan kepala sekolah selama ini melalui keterbukaan, empati, dukungan, sikap positif, kesamaan, audible (kemampuan dalam melakukan komunikasi) serta humble (sikap rendah hati) sudah baik namun masih terdapat aspek yang belum dilakukan secara maksimal. Aspek tersebut terkait dengan unsur empati dan sikap positif yang dilakukan kepala sekolah. Kekurangan-kekurangan yang ada diakibatkan karena keterbatasan waktu yang dimiliki kepala MTsN Tangerang II Pamulang. Untuk itu perlu disadari bahwa dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif tentu tidak hanya didasari dengan kemampuan individu dalam berkomunikasi, namun dibutuhkan kemauan serta kesempatan (waktu) untuk mencapai suatu efektivitas pelaksanaan komunikasi tersebut.


(8)

Strata One (S1), Program Study Management of Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta 2014.

This research aimed to describe the effectiveness of interpersonal communication principal MTsN Tangerang II Pamulang. The method used by descriptive analysis with qualitative approach. Data collection is conducted by interviews, observation and questionnaire as a complement.

The results showed that the implementation of interpersonal

communication MTsN Tangerang II Pamulang’s principal is quite effective, that mean developed interpersonal communication during these principals through opennes, empathy, supportiveness, positiveness, equality, audible (the ability to communicate) and humble (humility) has been good but there are aspects that have not been done optimally. The aspects related to the elements of empathy and positiveness made the principal. Existing deficiencies caused by the limited time availability of principal MTsN Tangerang II Pamulang. For that we need to realize in developing effective interpersonal communication is certainly not based

on the individual’s ability to communicate, but takes a willingness and

opportunity (time) to achieve an effective implementation of the communication.


(9)

Tiada kata terindah yang dapat melukiskan kebahagiaan selain rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT yang memberikan banyak nikmat dalam hidup ini. Alhamdulillah, dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis diberikan kesabaran, kesehatan dan kekuatan sehingga sampai pada akhirnya skripsi yang berjudul “Efektivitas Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah (Studi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang)” dapat terselesaikan. Sholawat beserta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW, juga keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya.

Penulis menyadari bahwa tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang dialami untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Namun, tentunya banyak pihak yang selalu membantu dan memberikan dukungan dalam menghadapi segala hal yang dialami penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A., Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta staff. 2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd., Ketua Program Studi Manajemen Pendidikan. 3. Dr. Fathi Ismail, M.M., Dosen Penasihat Akademik yang selalu mengayomi,

membimbing, dan memberikan motivasi kepada penulis selama masa studi. 4. Dr. Zahrudin, Lc., M. Pd., Sekretaris Program Studi Manajemen Pendidikan

sekaligus dosen Pembimbing Skripsi yang sudah bersedia meluangkan banyak waktu ditengah kesibukan, membimbing penulis dengan sabar, memberikan berbagai solusi untuk mengatasi kesulitan yang dialami penulis serta selalu memotivasi penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khusunya untuk dosen dan staff Program Studi Manajemen Pendidikan yang sudah mengajarkan banyak hal, berbagi ilmu dan pengalaman hingga akhirnya skripsi ini selesai.


(10)

Tangerang II Pamulang selalu menjadi MTs yang unggul dan berprestasi. Amiin

7. Kedua orang tuaku tercinta Apa (Rudi Rasidi) dan Mamah (Nining Muflihah, S. Pd.) yang tiada henti selalu memberikan cinta dan kasih sayangnya kepada penulis dengan tulus, membesarkan dengan sabar, mengajarkan berbagai hal, yang akan selalu menggenggam erat tangan putra putrinya dalam setiap keadaan, memberikan motivasi, yang selalu melantunkan do’a-do’a terbaik sepanjang masa untuk penulis, serta memenuhi segala kebutuhan penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan lancar. Hatur nuhun apa, mamah. I love you.

8. Adik-adikku tersayang Ami (Yazid Busthomi), Dede (Farida) dan Mpang (Naufal Fathir Alkhairi) yang selalu memotivasi penulis agar menjadi kakak terbaik.

9. Nenekku tercinta Mah Lelih (Hj. Otih) dan Mak Haji Adah (Hj. Assa’adah), Kakekku Apa Lelih (alm. H. Muhamad Gojali) dan Bapak Haji (alm. H. Jamaludin) serta seluruh keluarga besar penulis yang selalu siap membantu, mendo’akan dan memberikan dukungan kepada penulis.

10. Syamsul Arifin Billah yang selalu bersedia berbagi banyak hal dalam suka dan duka, menjaga, membantu, memotivasi dan menghibur penulis di dalam kepenatan. You’re my best friend, best brother, best partner.

11. Sahabat-sahabat terbaikku Santi (Santi Setyaningrum), Ulil (Nurul Hidayati), Ovi (Novitasari Akbariyah) dan Hilda (Nurhilda), untuk 4 tahun yang teramat berkesan dan atas do’a, bantuan serta motivasi yang diberikan kepada penulis. Semoga kita selalu dekat, menjadi sahabat dimanapun kita berpijak.

12. Teman-teman Manajemen Pendidikan angkatan 2010, khususnya my beloved MP A, atas dukungan serta hubungan persaudaraan ini.


(11)

Semoga segala jerih payah dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis dibalas oleh Allah SWT dengan kebaikan yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, untuk itu mohon dimaafkan atas segala kekurangan yang ada, akhir kata penulis ucapkan

Alhamdulillahirobbil’alamin atas karunia dan ridho Allah SWT. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 8 Desember 2014 Penulis


(12)

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 7

A. Komunikasi Interpersonal ... 7

1. Pengertian Komunikasi ... 7

a. Komunikasi Secara Umum ... 7

b. Komunikasi Interpersonal ... 10

2. Fungsi dan Tujuan Komunikasi Interpersonal ... 12

3. Karakteristik Komunikasi Interpersonal ... 18

4. Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal ... 21

5. Proses Komunikasi Interpersonal ... 24

B. Efektivitas Komunikasi Interpersonal ... 28

1. Pengertian Efektivitas ... 28

2. Komunikasi Interpersonal yang Efektif ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40


(13)

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47

1. Sejarah MTs Negeri Tangerang II Pamulang ... 47

2. Visi, Misi, Tujuan dan Moto MTs.N Tangerang II Pamulang ... 49

3. Kurikulum ... 50

4. Struktur Organisasi ... 51

5. Profil Kepala MTsN Tangerang II Pamulang ... 52

6. Keadaan Guru, Pegawai dan Peserta Didik ... 54

7. Keadaan Sarana dan Prasarana ... 58

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

C. Interpretasi Hasil Angket ... 78

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82 LAMPIRAN


(14)

(15)

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 43

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Angket ... 44

Tabel 4.1 Data Guru Pegawai MTs.N Tangerang II Pamulang ... 54

Tabel 4.2 Data Pegawai MTs.N Tangerang II Pamulang ... 57

Tabel 4.3 Jumlah Siswa/i MTs.N Tangerang II Pamulang ... 57

Tabel 4.4 Keterbukaan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal ... 63

Tabel 4.5 Empati Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal ... 66

Tabel 4.6 Dukungan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal.. 69

Tabel 4.7 Sikap dan Perilaku Positif Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal ... 72

Tabel 4.8 Sikap Kesamaan Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal ... 74

Tabel 4.9 Kemampuan Kepala Sekolah dalam Berkomunikasi (Audible) 76 Tabel 4.10 Sikap Rendah Hati (Humble) Kepala Sekolah dalam Komunikasi Interpersonal ... 78


(16)

Lampiran 2 Hasil Wawancara dengan Guru Lampiran 3 Hasil Wawancara dengan Guru Lampiran 4 Hasil Wawancara dengan Guru Lampiran 5 Hasil Wawancara dengan Guru Lampiran 6 Daftar Ceklis Observasi

Lampiran 7 Daftar Kuesioner/Angket Penelitian Lampiran 8 Skor Angket

Lampiran 9 Rekapitulasi Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 10 Data Gedung MTs Negeri Tangerang II Pamulang Lampiran 11 Lembar Uji Referensi

Surat Bimbingan Skripsi

Surat Permohonan Izin Penelitian Surat Keterangan Penelitian Biodata Penulis


(17)

A.

Latar Belakang Masalah

Komunikasi merupakan aktivitas yang tidak asing lagi dalam kehidupan ini. Dalam melangsungkan hidupnya, manusia butuh berkomunikasi. Satu ungkapan yang sangat populer di lingkungan kita bahwa manusia adalah makhluk sosial yang artinya tidak ada seorangpun manusia yang bisa hidup sendiri, karena itu setiap individu butuh berinteraksi dengan sesama manusia yang ada di sekelilingnya. Kebutuhan berinteraksi dengan orang lain ini hanya dapat dilakukan dengan komunikasi. Lewat komunikasi, manusia berhubungan satu sama lain dengan berbagai tujuan.

Menurut Jalaluddin Rakhmat, “Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan kita. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 70% waktu bangun kita digunakan untuk berkomunikasi. Komunikasi menentukan kualitas hidup kita.”1

Kutipan di atas memberikan penegasan bahwa komunikasi menjadi ciri yang melekat dalam kehidupan manusia. Pada dasarnya setiap manusia pasti akan hidup secara berkelompok dimanapun mereka berada dan menetap, baik dilingkungan bermasyarakat maupun dalam lingkungan pekerjaan. Pentingnya komunikasi dalam kehidupan manusia memang sudah tidak dapat dipungkiri. Manusia tidak akan sanggup hidup tanpa melakukan komunikasi. Begitupun bagi kehidupan suatu organisasi, komunikasi menjadi kebutuhan yang sangat mendasar bagi tumbuh kembang sebuah organisasi termasuk dalam perkembangan organisasi sekolah. Setiap organisasi sangat identik dengan manajemen dalam pencapaian tujuannya. Manajemen menjadi kunci dalam pengelolaan lembaga pendidikan dan aktivitas manajerial suatu organisasi tidak terpisahkan dari berbagai aktivitas komunikasi tentunya.

1

Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012),


(18)

Tanpa komunikasi, organisasi apapun tak akan menjadi seperti yang diharapkan dan tak akan bisa mencapai tujuannya secara efektif. Besar kecilnya sebuah organisasi di dalamnya pasti dibangun, dipelihara dan ditumbuhkan sistem komunikasi karena dengan adanya komunikasi yang baik dalam suatu organisasi akan memudahkan setiap kegiatan yang dilakukan dan memberikan kelancaran bagi tercapainya tujuan yang diharapkan.

Dalam setiap organisasi sosok yang paling berperan penting untuk mengarahkan, membimbing dalam pencapaian tujuan serta mempengaruhi tingkah laku anggota organisasi dalam menciptakan lingkungan kerja yang kondusif adalah pemimpin. Di dalam organisasi sekolah, pemimpin ini disebut dengan Kepala Sekolah. Agar berhasil dalam menjalankan tugasnya membawa arah pendidikan menuju pencapaian mutu pendidikan yang berkualitas, seorang kepala sekolah harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan pihak internal (pendidik dan tenaga kependidikan, komite sekolah dan siswa) maupun pihak eksternal (masyarakat, lembaga pendidikan lainnya, dll). Penguasaan komunikasi yang baik akan memberikan kontribusi secara nyata terhadap peningkatan kualitas pendidikan. Untuk mewujudkan hal tersebut salah satunya kepala sekolah dapat melakukan tindakan melalui pendekatan komunikasi berbentuk komunikasi interpersonal.

Rendahnya kemampuan komunikasi yang dilakukan secara langsung oleh kepala sekolah memungkinkan timbulnya hambatan-hambatan dalam menciptakan iklim organisasi yang harmonis dan berdampak pada buruknya komunikasi yang terjalin. Komunikasi harus dijalin sebaik mungkin karena komunikasi bukan sekedar menjadi sarana untuk memberikan informasi, jauh lebih dari itu komunikasi merupakan sarana untuk bekerjasama dalam mencapai tujuan pendidikan yang berkualitas.

Pembentukan komunikasi yang efektif bukanlah hal yang mudah. Dalam proses komunikasi dimanapun tentunya memungkinkan terjadinya berbagai hambatan yang menjadi sebuah permasalahan. Begitupun dalam proses komunikasi yang dilaksanakan dalam lingkungan sekolah. Di


(19)

lingkungan sekolah seorang kepala sekolah biasanya lebih banyak melakukan komunikasi dengan guru yang merupakan sumber daya manusia (SDM) terpenting dalam melaksanakan kegiatan dan mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Permasalahan yang sering kali muncul di lapangan terkait dengan komunikasi kepala sekolah dengan bawahan khususnya para guru dan karyawan yaitu terjadinya kesalahpahaman dalam mengartikan sebuah pesan yang disampaikan. Kurangnya kemampuan kepala sekolah dalam menyampaikan suatu informasi atau perintah menyebabkan ketidaksesuaian perilaku anggotanya dalam menjalankan apa yang telah disampaikan. Tidak hanya rendahnya kemampuan penggunaan bahasa kepala sekolah dalam menyampaikan pesan atau informasi saja, akan tetapi perilaku kepala sekolah yang kurang komunikatif secara interpersonal serta kurang adanya keterbukaan tentu dapat menjadi hambatan dalam menciptakan komunikasi yang efektif di lingkungan organisasi.

Disamping itu, kepala sekolah sebagai manajer tentunya memiliki banyak kegiatan yang menjadikan kepala sekolah sibuk dengan jabatannya sehingga dengan kesibukan yang ada terkadang mengakibatkan minimnya kesempatan kepala sekolah dalam melakukan komunikasi dengan warga sekolah. Dalam hasil temuan penelitian Rahmat Hidayat tentang Strategi Komunikasi bahwa komunikasi vertikal masih belum terlaksana dengan baik disebabkan karena kurangnya kehadiran kepala sekolah pada proses kegiatan belajar mengajar sehingga menjadi hambatan bagi bawahan dalam melakukan komunikasi dengan pimpinan serta kurangnya penggunaan media komunikasi ke atas disebabkan karena sulitnya mendapat umpan balik secara langsung dan cepat.2 Hal ini juga terjadi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang yaitu kepala sekolah memiliki kesibukan lain diluar lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Berbagai kesibukan tersebut mengakibatkan minimnya kesempatan antara guru dan kepala sekolah dalam melakukan komunikasi interpersonal secara tatap muka, karena kesibukan-kesibukan yang ada

2

Rahmat Hidayat, Strategi Komunikasi Organisasi Di SMP Muhammadiyah 17 Rempoa


(20)

terkadang kepala sekolah tidak mengetahui apa saja yang terjadi dilingkungan sekolah dan sulitnya menentukan waktu untuk berkonsultasi secara tatap muka dengan kepala sekolah. Akibatnya ketika guru mendapatkan suatu kendala dalam tugasnya, para guru lebih senang mendiskusikannya dengan sesama guru. Ini menunjukkan bahwa ketidak hadiran kepala sekolah dapat menjadi salah satu faktor hambatan dalam kelancaran kegiatan komunikasi.

Komunikasi secara langsung antarpribadi dengan atasan sangat dibutuhkan terutama dalam situasi dan kondisi yang membutuhkan pengarahan atau pemecahan masalah dari orang yang lebih berpengalaman. Faktor lain yang menyebabkan komunikasi berjalan tidak efektif disebabkan oleh sikap kepala sekolah yang kurang tanggap terhadap masalah-masalah yang dihadapi bawahan, kepala sekolah yang hanya senang membuat dan memberikan perintah tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki bawahannya, kurangnya kesediaan kepala sekolah dalam menerima kritik dan saran serta pemberian intruksi yang kurang tegas dan jelas terhadap guru.

Fenomena lainnya yang terjadi di MTs Negeri tangerang II Pamulang dari hasil wawancara dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif kepala sekolah dinilai masih kurang dalam menunjukan rasa empati dan sikap positif terhadap guru-guru. Berbagai bentuk sikap dan perilaku positif yang dapat ditumbuhkan dalam menjalin komunikasi efektif harusnya dapat diperhatikan oleh setiap kepala sekolah seperti pemberian reward terhadap hasil kerja guru. Dan hal-hal kecil seperti inilah yang terkadang dilupakan oleh kepala sekolah, mungkin hal ini terjadi salah satunya disebabkan karena kesibukan kepala sekolah. Dari kekurangan-kekurangan ini maka efektivitas komunikasi interpersonal kepala sekolah dinilai masih kurang oleh beberapa para guru.

Untuk itu, berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh kepala sekolah dan menuangkan hasil penelitian tersebut dalam sebuah karya ilmiah yang


(21)

berjudul “Efektivitas Komunikasi Interpersonal Kepala Sekolah (Studi di MTs Negeri Tangerang II Pamulang)”.

B.

Identifikasi masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya kemampuan kepala sekolah dalam menyampaikan informasi dengan bahasa yang mudah dimengerti bawahan

2. Minimnya kesempatan guru untuk melakukan komunikasi interpersonal dengan kepala sekolah

3. Kurangnya efektivitas komunikasi interpersonal kepala sekolah

4. Masih kurangnya peran kepala sekolah dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif dengan guru

C.

Pembatasan Masalah

Mengingat begitu luasnya ruang lingkup permasalahan yang di identifikasi di atas maka dari itu penulis membatasi lingkup permasalahan penelitian ini pada “Efektivitas Komunikasi Interpersonal Kepala MTs Negeri Tangerang II Pamulang”.

D.

Rumusan Masalah

Atas dasar pembatasan masalah di atas, maka penulis membuat rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimana efektivitas komunikasi interpersonal kepala MTs Negeri Tangerang II Pamulang?

E.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sejauhmana pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah yang efektif di MTs Negeri Tangerang II Pamulang.


(22)

F.

Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain bagi:

1. Civitas akademika MTs Negeri Tangerang II Pamulang khususnya Kepala Sekolah, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan hubungan komunikasi yang efektif sehingga terjalin komunikasi yang harmonis pada seluruh komponen penting dalam lembaga pendidikan.

2. Pembaca, menjadi bahan acuan para pembaca sebagai masukan yang positif dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang efektif dan studi pembanding dengan implementasi komunikasi di lembaga pendidikan lainnya.

3. Penulis, dalam rangka menambah wawasan, pengetahuan, pengalaman dan pemahaman tentang efektivitas komunikasi interpersonal.


(23)

A.

Komunikasi Interpersonal

1.

Pengertian Komunikasi

a.

Komunikasi Secara Umum

Pada saat ini, istilah komunikasi sudah demikian populer dalam kehidupan masyarakat. Komunikasi sudah menjadi kodrat bagi manusia sebagai makhluk sosial bahkan sejak seseorang terlahir ke dunia. Begitu banyak definisi mengenai komunikasi yang dirumuskan dalam buku-buku yang membahas tentang komunikasi. Dalam buku Deddy Mulyana dijelaskan bahwa pada tahun 1976 saja Fank Dance dan Carl Larson telah mengumpulkan 126 definisi komunikasi yang berlainan. Sekarang jumlah definisi yang telah dikemukakan para ahli tentu jauh lebih banyak lagi.1

Secara etimologis, istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio, dan perkataan ini bersumber pada kata communis. Arti communis disini adalah sama, dalam arti kata sama makna.2 Maksudnya sama makna disini adalah persamaan persepsi terhadap suatu hal yang diupayakan oleh pihak yang menyampaikan pesan terhadap pihak yang menerima pesan. Karena komunikasi dapat berjalan baik apabila antara pihak yang terlibat proses komunikasi terdapat kesamaan makna dalam mengartikan apa yang dikomunikasikan.

Secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku seseorang baik verbal maupun nonverbal yang ditanggapi oleh orang lain. Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirimkan seseorang

1

Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

2004), Cet. Ke-6, h. 54 2

Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008),


(24)

kepada satu atau lebih penerima dengan maksud sadar untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima.3 Pada umumnya setiap tingkah laku yang ditampilkan individu terhadap individu lainnya baik berbentuk kata-kata yang terucap, tulisan maupun gerakan anggota tubuh dapat dikatakan sebuah komunikasi. Akan tetapi lebih spesifikasinya komunikasi dilakukan untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang melalui pesan yang kita sampaikan.

Husaini Usman dalam buku karangannya yang berjudul Manajemen (Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan) menjelaskan bahwa:

“Komunikasi ialah proses penyampaian atau penerimaan pesan dari satu orang kepada orang lain, baik langsung ataupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal. Orang yang melakukan komunikasi disebut komunikator. Orang yang diajak berkomunikasi disebut komunikan. Orang yang mampu berkomunikasi disebut komunikatif. Orang yang komunikatif ialah orang yang mampu menyampaiakan informasi atau pesan kepada orang lain, baik langsung maupun tidak langsung, secara tertulis, lisan, maupun bahasa nonverbal sehingga orang lain dapat menerima informasi (pesan) sesuai dengan harapan si pemberi informasi (pesan). Sebaliknya, ia mampu menerima informasi atau pesan orang lain yang disampaikan kepadanya”.4

Menurut Richard West dan Lynn H. Turner, “Komunikasi (communication) adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka”.5

Kemudian pengertian komunikasi menurut Hendyat Soetopo yaitu, “Komunikasi merupakan proses menghasilkan, menyalurkan, dan menerima pesan-pesan dalam

3

M. Sobry Sutikno, Manajemen Pendidikan: Langkah Praktis Mewujudkan Lembaga

Pendidikan yang Unggul (Tinjauan Umum dan Islami), (Lombok: Holistica, 2012), h. 137 4

Husaini Usman, Manajemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), Ed. 3, Cet. 1, h. 420

5

Richard West dan Lynn H. Turner, Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi

Edisi 3, Terj. dari Introducing Communication Theory: Analysis and Application, 3rd ed., oleh Maria Natalia Damayanti Maer, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 5


(25)

keseluruhan proses organisasi”.6

Ini menjelaskan bahwa komunikasi tidak hanya sekedar menyampaikan dan menerima pesan begitu saja akan tetapi terdapat hasil dari komunikasi yang terjadi. Hasil tersebut dapat berbentuk pengetahuan, hiburan, perubahan tingkah laku dan lain sebagainya pada komunikan.

Sedangkan Barnlund memberikan pendapat sebagai berikut, “Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurai rasa ketidakpastian, bertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego”.7

Maksudnya, komunikasi merupakan sebuah upaya yang memiliki tiga tujuan umum yaitu untuk mengurangi ketidakpastian, sebagai dasar tindakan secara efektif dan memperkuat konsepsi dalam diri sendiri. Dan lebih singkatnya James A. F. Stoner dalam bukunya yang berjudul Manajemen yang dikutip oleh Widjaja menyebutkan bahwa, “Komunikasi adalah proses di mana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan”.8

Dari berbagai definisi yang dikutip di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi adalah suatu proses interaksi pemindahan pesan dari seseorang kepada orang lain melalui lambang-lambang yang dikehendaki komunikator serta dimengerti komunikan untuk menghasilkan pemahaman yang sama terhadap pesan yang disampaikan baik secara langsung maupun tidak langsung, tertulis ataupun tidak tertulis dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

6

Hendyat Soetopo, Perilaku Organisasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 189

7

H. Rochajat Harun dan Elvinaro Ardianto, Komunikasi Pembangunan Perubahan Sosial:

Perspektif Dominan, Kaji Ulang, dan Teori Kritis, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), Ed. 1, Cet. 1, h. 23 8

H. A. W. Widjaja, Komunikasi: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Bumi


(26)

b.

Komunikasi Interpersonal

Pada dasarnya komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi memiliki pengertian sebagaimana komunikasi secara umumnya. Dalam proses komunikasi interpersonal juga terdapat komunikator, pesan dan komunikan. Hanya saja komunikasi interpersonal (interpersonal communication) merujuk pada komunikasi yang terjadi secara langsung antara dua orang atau lebih.

Dalam buku Komunikasi dan Hubungan Masyarakat yang ditulis oleh H. A. W. Widjaja dijelaskan bahwa, “Interpersonal communications, komunikasi antar pribadi yaitu proses pertukaran informasi serta pemindahan pengertian antara 2 orang atau lebih di dalam suatu kelompok kecil manusia”.9

Kemudian Arni Muhammad berpendapat bahwa, “Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi di antara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya”.10 Begitu pula dengan pengertian yang dikemukakan Joseph. A. Devito yang dikutip oleh Alo Liliweri bahwa, “Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik yang langsung”.11

Dari ketiga pengertian di atas menjelaskan bahwa komunikasi antarpribadi atau yang pada saat ini dikenal dengan ko munikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang dilakukan oleh seseorang dengan satu orang lainnya atau lebih secara langsung. Karena komunikasi bentuk ini dilakukan secara langsung maka feedback

9

Ibid.

10

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Ed. 1, Cet. 12, h.

159 11

Alo Liliweri, Komunikasi Antarpribadi, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1997), Cet. 2, h.12


(27)

dari seorang komunikan terhadap informasi yang disampaikan dapat langsung diketahui.

Selanjutnya Tan juga mengemukakan pendapatnya mengenai komunikasi interpersonal sebagai berikut, “Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi tatap muka antara dua orang atau lebih”. Pendapat ini menggambarkan bahwa komunikasi interpersonal disebut komunikasi langsung karena proses pemindahan informasi yang dilakukannya melalui tatap muka antara komunikator dengan komunikan.

Sedangkan dalam Komunikasi Sosial Budaya karangan Suranto Aw dijelaskan bahwa, ”Komunikasi antarpersonal (interpersonal communication), yakni komunikasi antara seseorang dengan orang lain, bisa berlangsung secara tatap muka maupun dengan bantuan media.12 Dewasa ini perkembangan teknologi informasi semakin maju dan canggih sehingga dalam pengertian yang dikemukakan oleh Suranto Aw menjelaskan komunikasi interpersonal tidak hanya dapat dilakukan dengan bertatap muka saja tetapi dapat pula melalui media komunikasi. Hal tersebut diperkuat dengan penjelasan Dasrun Hidayat sebagai berikut:

“Komunikasi interpersonal adalah komunikasi tatap muka dan dapat juga melalui media seperti telepon, internet atau media lainnya yang terjadi antara dua orang. Hampir semua daerah sudah dipermudah dalam berkomunikasi dengan menggunakan teknologi seperti telepon, internet (facebook, browsing, chatting, dan lainnya). Semuanya adalah media sebagai saluran komunikasi antarpribadi. Untuk itu tidak dapat dielakkan lagi bahwa karakteristik lain dari komunikasi antarpribadi yaitu media dan nirmedia atau menggunakan media dan tidak menggunakan media”.13

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal adalah proses komunikasi antara dua orang atau bahkan lebih dimana komunikator dapat menyampaikan pesan secara langsung

12

Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), Ed. 1, h. 13

13

Dasrun Hidayat, Komunikasi Antarpribadi dan Medianya, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012),


(28)

dan komunikan menerima pesan secara langsung pula baik melalui pertemuan langsung (face to face) ataupun menggunakan media komunikasi sehingga baik buruknya umpan balik atau feedback dari komunikan dapat diketahui langsung oleh komunikator.

2.

Fungsi dan Tujuan Komunikasi Interpersonal

a.

Fungsi Komunikasi Interpersonal

Komunikasi merupakan bagian yang tak bisa dielakkan lagi dari keberlangsungan hidup manusia. Dalam kesehariannya setiap orang pasti melakukan komunikasi interpersonal dengan orang lain yang ada di lingkungan sekitarnya. Begitu pentingnya komunikasi dalam hidup manusia, maka Alo Liliweri menjelasakan pada dasarnya komunikasi berfungsi sebagai:

1. Pendidikan dan Pengajaran. Komunikasi menjadi sarana penyediaan pengetahuan, keahlian, keterampilan dan memberikan peluang untuk berpartisipasi aktif dalam bermasyarakat.

2. Informasi. Komunikasi menyediakan informasi tentang keadaan dan perkembangan lingkungan sekelilingnya.

3. Hiburan. Komunikasi menyediakan hiburan yang tiada habis-habisnya.

4. Diskusi. Komunikasi merupakan sarana yang baik bagi penyaluran bakat untuk berdebat dan berdiskusi tentang gagasan baru dalam membangun kehidupan bersama.

5. Persuasi. Komunikasi memungkinkan para pengirim pesan bertindak sebagai seorang persuader terhadap penerima pesan yang diharapkan akan berubah pikiran dan perilakunya.

6. Promosi Kebudayaan. Komunikasi membuat manusia dapat menyampaikan dan menumbuhkembangkan kreativitasnya dalam rangka pengembangan kebudayaan.

7. Integrasi. Dengan komunikasi makin banyak orang saling mengenal dan mengetahui keadaan masing-masing.14

14

Alo Liliweri, Komunikasi: Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), Ed. 1, Cet.1,


(29)

Sedangkan Stephen P. Robbins berpendapat dalam bukunya yang berjudul Perilaku Organisasi bahwa pada sebuah kelompok atau organisasi komunikasi memiliki empat fungsi utama yaitu fungsi kendali, motivasi, pernyataan emosi dan informasi.15

Dalam sebuah organisasi komunikasi sangat berfungsi untuk mengendalikan perilaku anggotanya. Setiap instansi atau lembaga organisasi pasti memiliki suatu tata aturan yang harus dipatuhi bersama oleh karenanya komunikasi akan membantu seorang pimpinan dalam memberikan pemahan terhadap apa yang boleh dilakukan dan tidak bagi semua anggota. Melalui komunikasi seluruh stakeholder organisasi dapat saling mendorong, memotivasi satu sama lain demi terwujudnya keberhasilan visi misi lembaga. Misalnya pada lembaga pendidikan kepala sekolah memotivasi para guru dengan cara memberikan suatu penghargaan berbentuk pujian dan hadiah bagi guru teladan. Komunikasi yang dilakukan kepala sekolah melalui pemberian penghargaan tersebut bertujuan memotivasi guru yang lainnya agar dapat mencontoh guru berprestasi tersebut.

Akan tetapi hal tersebut juga tidak hanya bertujuan memotivasi anggota lainnya untuk terus meningkatkan kualitas kerjanya, melainkan sebagai bentuk ungkapan perasaan bangga kepala sekolah terhadap keteladanan salah satu guru tersebut. Maka dari itu salah satu fungsi komunikasi dalam organisasi adalah untuk menyatakan sebuah emosi. Selain itu bagi pimpinan organisasi, komunikasi sangat berfungsi dalam pengambilan keputusan karena dalam membuat suatu keputusan tentu memerlukan musyawarah atau persetujuan bersama karena keputusan dalam sebuah organisasi berkaitan erat dengan anggota organisasi sebagai pelaksana hasil keputusan pimpinan.

15

Stephen P. Robbins, Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi, Edisi Kelima, Terj. dari Essential of Organizational Behavior, 5th oleh Halida dan Dewi Sartika, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 146


(30)

Adapun fungsi komunikasi interpersonal menurut pendapat Hafied Cangara adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan hubungan insani (human relation); 2. Menghindari dan mengatasi konflik-konflik pribadi; 3. Mengurangi ketidakpastian sesuatu;

4. Berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain;

5. Dapat meningkatkan hubungan kemanusiaan di antara pihak-pihak yang berkomunikasi;

6. Memperoleh kemudahan-kemudahan dalam hidup bermasyarakat;

7. Dapat membina hubungan yang baik, sehingga terhindar dari konflik-konflik dengan orang lain.16

Fungsi-fungsi komunikasi di atas menunjukkan bahwa dalam setiap kegiatan manusia sudah jelas tidak dapat dipisahkan dari aktivitas berkomunikasi. Komunikasi menjadi alat dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan manusia dalam pertumbuhannya mulai dari kebutuhan-kebutuhan pengembangan kreativitas diri melalui pendidikan hingga kebutuhan yang umum yaitu dapat menjalin hubungan baik dengan lingkungan sekitar. Komunikasi interpersonal merupakan suatu sarana dalam menciptakan dan mejaga hubungan sosial yang lebih baik. Sedangkan bagi lingkungan organisasi penerapan komunikasi interpersonal dalam diri seluruh komponennya memungkinkan terjalinnya kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan serta terbentuknya iklim komunikasi yang harmonis.

b.

Tujuan Komunikasi Interpersonal

Setiap proses komunikasi pastilah terkait dengan adanya tujuan tertentu yang ingin dicapai. Manusia melakukan proses komunikasi tentunya memiliki berbagai tujuan yang berbeda-beda mulai dari tujuan yang sekedar iseng sampai kepada tujuan yang hendak dicapai secara

16

Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), h.


(31)

terencana seperti penyampaian informasi, berbagi pengetahuan hingga tujuan untuk merubah tingkah laku seseorang.

Husaini Usman menyebutkan tujuan dan manfaat komunikasi adalah sebagai sarana untuk:

1. Meningkatkan kemampuan manajerial dan hubungan sosial 2. Menyampaikan dan atau menerima informasi

3. Menyampaikan dan menjawab pertanyaan

4. Mengubah perilaku (pola pikir, perasaa, dan tindakan) melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan 5. Mengubah keadaan sosial

6. Pengambilan keputusan17

Salah satu fungsi seorang pimpinan di suatu organisasi adalah fungsi manajerial. Seorang pemimpin tidak akan mencapai keberhasilan dalam menjalankan tugas dan fungsinya dalam memajukan organisasi tanpa melakukan komunikasi, oleh karenanya setiap pimpinan mengembangkan sebuah komunikasi organisasi bertujuan agar memudahkan dirinya dalam melakukan tanggung jawabnya serta berusaha untuk menjalin hubungan sosial yang baik. Melalui komunikasi seluruh unit-unit dalam organisasi dapat saling bertukar informasi. Aktivitas komunikasi ini sangat erat kaitannya dengan kepemimpinan karena komunikasi membantu pimpinan dalam mempengaruhi tingkah laku anggota dan melakukan suatu pengambilan keputusan.

Selain itu dalam bukunya Arni Muhammad yang berjudul Komunikasi Organisasi dijelaskan enam tujuan komunikasi interpersonal yaitu menemukan diri sendiri, menemukan dunia luar, membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti, berubah sikap dan tingkah laku, untuk bermain dan kesenangan, dan untuk membantu.18

17

Husaini Usman, loc. cit. 18


(32)

Adapun penjelasan dari keenam tujuan interpersonal yang dikutip di atas adalah sebagai berikut:

1. Menemukan Diri Sendiri

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah menemukan personal atau pribadi. Keterlibatan seseorang dalam proses komunikasi interpersonal akan banyak memberikan gambaran mengenai dirinya sendiri maupun diri orang lain. Maka dari itu dengan melakukan komunikasi interpersonal akan membantu dan memberikan kemudahan bagi kepala sekolah memahami karakteristik guru sebagai bawahannya serta masalah-masalah yang menjadi kendala dalam pelaksanaan tugasnya.

2. Menemukan Dunia Luar

Hanya komunikasi interpersonal yang menjadikan seseorang dapat memahami lebih banyak tentang dirinya dan orang lain disekitarnya. Oleh karenanya komunikasi interpersonal dilakukan untuk menjadikan kepala sekolah lebih baik dalam memahami lingkungan diluar dirinya tidak hanya mengenal pribadi guru, staff dan siswa saja akan tetapi situasi dan kondisi dilingkungan sekolah yang dipimpinnya.

3. Membentuk dan Menjaga Hubungan yang Penuh Arti

Salah satu keinginan seseorang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan dengan orang lain. Melalui komunikasi interpersonal yang dilakukan kepala sekolah kepada guru diharapkan akan berdampak pada terciptanya hubungan yang harmonis dalam organisasi baik hubungan secara formal maupun secara informal.

4. Berubah sikap dan Tingkah Laku

Merubah sikap dan tingkah laku seseorang bukanlah hal yang mudah. Banyak waktu yang digunakan seseorang untuk merubah


(33)

sikap dan tingkah laku orang lain dengan pertemuan interpersonal. Apabila seorang kepala sekolah menghendaki suatu hal pada bawahannya maka akan lebih mudah dengan melakukan komunikasi antarpribadi. Menurut Onong Uchjana Effendy jenis komunikasi antarpersona (interpersonal communication) ini dianggap komunikasi paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang karena sifatnya dialogis, berupa percakapan.19

5. Untuk Bermain dan Kesenangan

Tak jarang komunikasi interpersonal yang dilakukan seseorang bertujuan sebagai hiburan. Melalui komunikasi yang dilakukan antarpribadi di luar hubungan formal manusia dapat saling berbagi pengalaman yang lucu dan menarik serta pengetahuan-pengetahuan yang lainnya.

6. Untuk Membantu

Melalui komunikasi yang dilakukan secara interpersonal seorang kepala sekolah dapat mengetahui dan memahami situasi dan kondisi yang sedang dialami oleh bawahannya sehingga ketika terdapat suatu masalah yang dihadapi guru misalnya, kepala sekolah dengan guru tersebut dapat berdiskusi mencari solusi untuk mengatasi kendala yang ada secara bersama-sama.

Dari penjelasan tujuan komunikasi interpersonal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara garis besar tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk meningkatkan hubungan sosial yang lebih baik dengan lingkungan sekitar. Dengan melakukan komunikasi interpersonal kita dapat mengetahui lebih banyak diri kita dan orang lain sehingga dapat saling membantu dan merubah tingkah laku sesuai dengan apa yang dikehendaki.

19


(34)

3.

Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Apabila kita mencermati kajian komunikasi interpersonal pada umumnya ada beberapa pembahasan yang selalu menjadi ulasan, salah satunya mengenai ciri-ciri komunikasi interpersonal. Oleh karenanya Alo Liliweri berpendapat dalam bukunya bahwa dapat ditunjukkan tujuh ciri-ciri komunikasi antarpribadi sebagai berikut:

1. Komunikasi interpersonal melibatkan perilaku melalui pesan verbal dan nonverbal

2. Komunikasi interpersonal melibatkan pernyataan atau ungkapan yang spontan, scripted, dan contrived

3. Komunikasi interpersonal bersifat dinamis

4. Komunikasi interpersonal melibatkan umpan balik, hubungan interaksi dan koherensi

5. Komunikasi interpersonal dipandu oleh tata aturan yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik

6. Komunikasi interpersonal meliputi kegiatan dan tindakan 7. Komunikasi interpersonal melibatkan persuasi20

Komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang dalam pelaksanaannya pertukaran pesan dapat dilakukan melalui pesan verbal ataupun nonverbal bahkan dapat dilakukan keduanya secara bersamaan. Komunikasi interpersonal ini selalu memanfaatkan simbol informasi verbal maupun nonverbal sebagai perilaku yang memberikan isi pesan (apa yang disampaikan) dan hubungan pesan (bagaimana pesan itu disampaikan). Perilaku verbal dan nonverbal mengandung unsur pesan yang mampu menghasilkan suatu suasana kedekatan antara komunikator dengan komunikan.

Dalam pelaksanaannya komunikasi interpersonal dapat tejadi secara spontan atau tanpa direncanakan dan begitu saja terjadi. Selain itu komunikasi interpersonal pun dapat dilakukan menurut kebiasaan atau yang disebut dengan perilaku scripted. Misalnya antara seorang guru dengan

20


(35)

kepala sekolah melakukan sapaan dan saling berjabat tangan saat bertemu maka tingkah laku seperti itu merupakan komunikasi interpersonal yang dilakukan karena adanya kebiasaan organisasi dalam menunjukan rasa hormat dan kedekatannya antar warga sekolah. Kemudian komunikasi interpersonal dilakukan secara sadar atau disebut juga dengan perilaku contrived.

Komunikasi interpersonal memiliki sifat yang dinamis atau percakapan yang dilakukan terus berkembang dan mendalam serta dipandu tata aturan yang disepakati bersama, dalam proses komunikasi umpan balik baik bersifat positif maupun negatif dari seorang komunikan juga dapat langsung diketahui sehingga dengan demikian antara komunikator dan komunikan terjadi suatu interaksi yang dapat mempengaruhi, memberi dan menerima dampak.

Sedangkan ciri-ciri komunikasi antarpribadi menurut Judy C. Person yang dikutip oleh S. Djuarsa Sendjaja dan dikutip lagi oleh Suranto Aw adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi interpersonal dimulai dengan diri pribadi (self). Segala bentuk proses penafsiran pesan maupun penilaian mengenai orang lain berangkat dari diri sendiri.

2. Komunikasi interpersonal bersifat transaksional. Ciri ini terlihat dari kenyataan bahwa komunikasi interpersonal bersifat dinamis, merupakan pertukaran pesan secara timbal balik dan berkelanjutan.

3. Komunikasi interpersonal menyangkut aspek isi pesan dan hubungan antarpribadi. Maksudnya bahwa efektifitas komunikasi interpersonal tidak hanya ditentukan oleh kualitas pesan, melainkan juga ditentukan kadar hubungan antarindividu.

4. Komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi.

5. Komunikasi interpersonal menempatkan kedua belah pihak yang berkomunikasi saling tergantung satu dengan lainnya (interdependensi).

6. Komunikasi interpersonal tidak diubah maupun diulang. Ketika seseorang sudah terlanjur mengucapkan sesuatu kepada orang lain,


(36)

maka ucapan itu sudah tidak dapat diubah atau diulang, karena sudah terlanjur diterima oleh komunikan.21

Di awal pembahasan, pakar komunikasi lebih banyak berpendapat bahwa komunikasi interpersonal dipandang sebagai komunikasi yang dilakukan secara langsung dalam arti saling bertatap muka antara komunikator dengan komunikan. Begitu pula yang dimaksudkan dari salah satu ciri-ciri komunikasi interpersonal yang dikemukakan oleh Judy C. Person, dalam poin ke empat dijelaskan bahwa komunikasi interpersonal mensyaratkan adanya kedekatan fisik antara pihak-pihak yang berkomunikasi, maksud kedekatan fisik disini yaitu melalui pertemuan langsung atau tatap muka. Akan tetapi dalam buku karangan Hafied Cangara ditemukan penjelasan yang sedikit berbeda bahwa:

“Sarjana komunikasi Amerika Mc-Croskey memasukkan peralatan komunikasi yang menggunakan gelombang udara dan cahaya seperti halnya telepon sebagai saluran komunikasi antarpribadi. Sebab itu, timbul kelompok yang lebih sering memakai istlah komunikasi antarpribadi yang beralat (memakai media mekanik) dan komunikasi antarpribadi yang tidak beralat (berlangsung secara tatap muka).22 Sejalan dengan penjelasan dari Hafied Cangara, Dasrun Hidayat memberikan pendapat mengenai karakteristis komunikasi interpersonal dengan menambahkan penggunaan media dalam berkomunikasi interpersonal. Karakteristik komunikasi interpersonal menurutnya yaitu:

1. Komunikasi antarpribadi bersifat dialogis

2. Komunikasi antarpribadi melibatkan jumlah orang terbatas 3. Komunikasi antarpribadi terjadi secara spontan

4. Komunikasi antarpribadi menggunakan media dan nirmedia 5. Komunikasi antarpribadi bersifat keterbukaan (Openess) 6. Komunikasi antarpribadi bersifat empati (Empathy)

7. Komunikasi antarpribadi bersifat dukungan (Supportiveness) 8. Komunikasi antarpribadi bersifat positif (Positiveness)

21

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2011), Ed.1, h. 16

22


(37)

9. Komunikasi antarpribadi bersifat kesetaraan atau kesamaan (Equality)23

Perbedaan pendapat tersebut disebabkan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi seperti telepon, e-mail (internet) yang semakin hari semakin pesat perkembangannya dan memudahkan setiap individu dalam melangsungkan komunikasi secara langsung kepada objek yang dituju. Untuk itu menurut Dasrun Hidayat sudah tidak dapat dielakkan lagi bahwa karakteristik lain dari komunikasi antarpribadi yaitu menggunakan media dan tidak menggunakan media.

Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi interpersonal merupakan proses komunikasi yang bersifat dinamis karena percakapan diantara komunikator dan komunikan terus berkembang. Dengan adanya umpan balik dan keterbukaan seorang komunikan dapat menyampaikan kepahaman dan ketidakpahaman dari sebuah pesan sehingga terjadi komunikasi yang dialogis. Keberhasilan komunikasi juga tidak hanya ditentukan oleh kualitas pesan yang disampaikan akan tetapi melibatkan siapa yang menjadi lawan bicara kita dan bagaimana hubungan kita dengan komunikan tersebut. Selanjutnya karena perkembangan teknologi yang semakin maju komunikasi interpersonal juga dapat dilakukan dengan media komunikasi.

4.

Unsur-Unsur Komunikasi Interpersonal

Kata unsur dalam Kamus Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai bagian dari keseluruhan aspek yang membentuk suatu aktivitas atau kegiatan tertentu.24 Komunikasi merupakan sebuah kegiatan atau aktifitas makhluk hidup, oleh karenanya dalam kegiatan komunikasi terdapat unsur-unsur atau komponen komunikasi. Komunikasi tidak akan terjadi apabila komunikasi

23

Dasrun Hidayat, op. cit., h. 44-49 24


(38)

tidak memiliki unsur-unsur dalam pelaksanaannya. Menurut Suranto Aw yang menjadi komponen komunikasi yaitu komunikator/sumber informasi (source), pesan (massage), saluran/media (channel), komunikan/penerima pesan (receiver), umpan balik (feedback) dan gangguan (noise/barrier).25

Adapun penjelasan dari setiap unsur-unsur komunikasi akan diuraikan sebagai berikut:

1. Komunikator/Sumber Informasi (Source)

Komunikan adalah individu atau orang yang mengirimkan pesan kepada orang lain dengan harapan pesannya dapat dipahami oleh penerima pesan sesuai dengan yang dimaksud. Isi pesan yang disampaikan komunikator dapat berupa informasi, ajakan, rencana kerja, pertanyaan dan tanggapan. Selain itu ada pula yang menyebutkan komunikan ini dengan sebutan sumber dalam pemberian informasi dan sender dalam bahasa Inggris yang berarti pengirim maknanya yaitu pengirim pesan.

2. Pesan (Massage)

Pesan adalah sebuah informasi, gagasan, ide atau simbol-simbol yang akan dikirimkan kepada si penerima pesan. Dalam buku Arni Muhammad dijelaskan bahwa pesan ini dapat berupa verbal maupun nonverbal. Pesan verbal dapat secara tertulis seperti surat, memo sedangkan secara lisan dapat berupa tatap muka, percakapan melalui telepon, radio dan sebagainya. Pesan nonverbal berupa isyarat, gerakan badan, ekspresi muka dan nada suara.26 Sedangkan isi dari pesan dapat berupa ilmu pengetahuan, hiburan, informasi atau sebuah nasihat. Dalam bahasa Inggis pesan biasanya diterjemahkan dengan kata massage, content, dan information.

25

Ibid.

26


(39)

3. Saluran/Media (Channel)

Media adalah suatu sarana yang digunakan untuk menunjang seorang komunikator dalam penyampaian pesan kepada komunikan. Dalam melangsungkan komunikasi setiap orang tidak akan mungkin tidak membutuhkan sebuah media, karena itu dari semua buku mengenai komunikasi pasti meyebutkan media dalam unsur-unsur komunikasi.

Media memiliki berbagai bentuk yang berbeda-beda, menurut Hafied Cangara ada yang menilai bahwa media bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya dalam komunikasi antarpribadi pancaindra dianggap sebagai media komunikasi. Selain indra manusia, ada juga saluran komunikasi seperti telepon, surat, telegram yang digolongkan sebagai media komunikasi antarpribadi.27

4. Komunikan/Penerima Informasi (Receiver)

Penerima adalah pihak yang menjadi sasaran komunikator dalam menerima pesan. Penerima ini bisa saja terdiri dari satu orang atau lebih. Penerima juga bisa disebut dengan berbagai macam istilah seperti disebut dengan istilah khalayak, sasaran, komunikan, atau dalam bahasa Inggris disebut dengan audience atau receiver. Suranto Aw menjelaskan bahwa komunikan tidak sekedar menerima pesan, melainkan juga menganalisis dan menafsirkannya sehingga dapat memahami pesan yang diterimanya.28

5. Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik atau disebut juga feedback adalah respon atau tanggapan komunikan setelah mendapatkan pesan dari komunikator. Umpan balik terjadi karena adanya reaksi dari komunikan dalam menanggapi sebuah pesan yang didapatkannya dan umpan bailk yang disampaikan dapat berbentuk verbal maupun nonverbal.

27

Hafied Cangara, op.cit., h. 25 28


(40)

6. Gangguan (Noise/Barrier)

Gangguan atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Noise ialah hal-hal yang menghambat jalannya komunikasi dan dapat merusak berfungsinya komponen komunikasi, karena gangguan dapat terjadi pada sumber, pada media dan pada komunikan. Gangguan komunikasi dapat terjadi baik gangguan yang bersifat secara teknis maupun semantis.

Dari penjelasan di atas dapat disimpilkan bahwa dalam melakukan kegiatan komunikasi antarpribadi tentunya akan melibatkan berbagai unsur komunikasi. Dengan adanya unsur-unsur komunikasi inilah maka dapat terbentuk suatu kegiatan komunikasi diantara manusia baik dilingkungan rumah, masyarakat, tempat kerja atau organisasi dan dimanapun manusia berpijak.

5.

Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi ialah serangkaian tahap-tahap yang harus dilalui dalam pengiriman sebuah pesan. Untuk itu, tentunya proses komunikasi sangatlah erat kaitannya dengan unsur-unsur atau komponen komunikasi yang telah dijelaskan sebelumnya, karena dengan adanya unsur-unsur komunikasi maka selanjutnya akan terbentuk proses komunikasi.

Dalam buku Manajemen Edisi Dua T. Hani Handoko menggambarkan proses komunikasi antarpribadi yang paling sederhana adalah sebagai berikut:29

Gambar 2.1

Proses komunikasi secara sederhana

29

T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta, 1998), Ed. 2,

Cet. 13, h. 273


(41)

Model komunikasi di atas menunjukan bahwa tiga unsur yang disebutkan pada gambar 2.1 merupakan komponen terpenting dalam kegiatan berkomunikasi karena apabila salah satu dari ketiga unsur hilang maka komunikasi tidak dapat berlangsung. Contohnya ketika seseorang memiliki suatu ide atau gagasan yang dapat diinformasikan akan tetapi tidak ada yang menjadi pendengar atau penerima informasi tersebut maka kegiatan komunikasi tidak akan terjadi.

Selanjutnya proses komunikasi yang lebih terperinci dengan melibatkan unsur terpenting dalam komunikasi diantara anggota organisasi dijelaskan oleh Ismail Solihin sebagai berikut:30

v

Gambar 2.2

Proses komunikasi secara terperinci

Penjelasan komunikasi di atas akan diuraikan sebagai berikut:

Sebuah kegiatan komunikasi dimulai ketika sender atau seorang komunikator memiliki keinginan dan ide untuk berkomunikasi. Sender/komunikator ini memainkan langkah pertama dalam proses

30

Ismail Solihin, Pengantar Manajemen, (Jakarta: Erlangga, 2009), h. 170

Umpan balik

Sender

Media terjemahkan Receiver pesan Menyusun

dan mengirim pesan

Receiver memahami

pesan Noise


(42)

komunikasi. Sumber mengendalikan berbagai macam berita atau ide yang akan dikirim dan memilih saluran yang dirasa tepat untuk digunakan dalam penyampaian pesan. Modal utama seorang komunikator adalah penguasaan terhadap informasi, penggunaan alat komunikasi dan penguasaan medan komunikasi.

Selanjutnya sender mengubah ide komunikasi yang dimilikinya ke dalam simbol-simbol bentuk verbal maupun nonverbal yang diperkirakan akan diterima seorang komunikan dengan mudah dalam memahami makna berita yang ingin disampaikan komunikator terhadapnya. Di beberapa buku yang menjadi rujukan, hal ini disebut juga sebagai encoding pesan. Dalam kegiatan ini komunikator harus berusaha menyesuaikan berita dengan tingkat pemahaman, kepentingan dan kebutuhan penerima untuk mencapai pemahaman yang sama antara komunikator dan komunikan. Karena kesamaan pengertian ini sangat penting, apabila pemahaman yang terjadi diantar keduanya berbeda maka akan menimbulkan kesalahan dalam komunikasi.

Kemudian setelah pesan disusun oleh komunikator maka dikirimkan kepada penerima dengan menggunakan media sebagai penyalur pesan. Media yang dapat digunakan yaitu meliputi pancaindera misalnya secara face to face dan non indera, baik secara lisan maupun tulisan. Setelah pesan disampaikan maka si penerima pesan atau komunikan harus dapat menerjemahkan hingga memperoleh pemahaman atas maksud dari isi pesan yang disampaikan seorang komunikator. Setelah pesan diterima dan diterjemahkan, penerima mungkin menyampaikan umpan balik sebagai respon atau tanggapan akan pesan yang dipahaminya kepada sender atau komunikator. Proses penyampain umpan balik ini menentukan apakan suatu pemahaman yang sama telah tercapai atau tidak. Selama proses komunikasi berlangsung bisa saja terjadi kesalahan komunikasi. Kesalahan komunikasi ini disebabkan adanya faktor gangguan komunikasi (noise). Akan tetapi menurut Husaini


(43)

Usman, dalam kegiatan komunikasi gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi tetapi mempunyai pengaruh terhadap proses komunikasi.31

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses komunikasi meliputi:

1. Adanya komunikator yang memiliki ide atau gagasan untuk dibagikan kepada orang lain

2. Encoding (penyusunan ide ke dalam bentuk simbol-simbol pesan oleh komunikator)

3. Pemilihan dan penggunaan media/saluran sebagai sarana penyalur pesan 4. Komunikan sebagai penerima pesan

5. Decoding (Menerjemahkan dan memahami pesan oleh komunikan)

6. Umpan balik/feedback sebagai respon pemahaman komunikan terhadap pesan

Setiap orang pasti mengharapkan kegiatan komunikasi yang dilakukannya dapat berjalan dengan baik dan isi pesan yang menjadi materi obrolan antara komunikator dan komunikan dapat dipahami dan dimaknai sama oleh keduanya. Dalam proses komunikasi setiap unsur-unsur komunikasi memiliki hubungan yang erat satu dengan yang lain untuk mewujudkan harapan tersebut. Keterampilan berkomunikasi baik berperan sebagai komunikator ataupun komunikan ikut menentukan keberhasilan proses komunikasi yang dilakukan dan pemberian serta penerimaan umpan balik diantara keduanya akan membentuk proses komunikasi dua arah yang memungkinkan proses komunikasi berlangsung secara efektif.

31


(44)

B.

Efektivitas Komunikasi Interpersonal

1.

Pengertian Efektivitas

Kata efektivitas merupakan sebuah kata yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu kegiatan dalam manajemen. Dalam memaknai efektivitas setiap orang memberi arti berbeda, sesuai dengan sudut pandang dan kepentingan masing-masing. Hal tersebut diakui oleh Chung dan Maginson (1981), “Efektivenes means different to different people”.32

Efektivitas berasal dari kata efektif yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti: “1. ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); 2. manjur atau mujarab (tt obat); 3. dapat membawa hasil, berhasil guna (tt usaha, tindakan); 4. mulai berlaku (tt undang-undang, peraturan).”33

T. Hani Handoko berpendapat bahwa efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.34 Sedangkan menurut Uhar Suharsaputra efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana sasaran/tujuan telah dicapai.35

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas merupakan sebuah alat ukur untuk menunjukkan sejauh mana keberhasilan dari suatu kegiatan yang telah dilaksanakan dengan membandingkannya pada ketentuan yang diharapkan atau suatu tujuan yang ditetapkan.

32

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah: Konsep, Strategi dan Implementasi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 82

33

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai

Pustaka, 2005), Ed. 3, Cet. 3, h. 284 34

T. Hani Handoko, op.cit., h. 7 35

Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010), Cet. 1,


(45)

2.

Komunikasi Interpersonal yang Efektif

Komunikasi merupakan kegiatan yang sangat penting dalam berorganisasi dan komunikasi interpersonal merupakan salah satu bentuk komunikasi yang dapat meningkatkan hubungan insani diantara anggota organisasi. Membangun komunikasi interpersonal yang efektif akan membantu mengantarkan kepada tercapainya tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam suatu lembaga pendidikan karena semakin baik komunikasi yang ditumbuhkan di antara seluruh anggota, makin baik pula kemungkinan kerjasama antara mereka.

Dalam proses manajemen, komunikasi yang efektif sangat penting bagi para manajer. Paling tidak terdapat dua alasan yang dikemukakan M. Sobry Sutikno dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pendidikan yaitu sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah proses melalui mana fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dapat dicapai;

2. Komunikasi adalah kegiatan dimana para manajer mencurahkan sebagian besar proporsi waktu mereka.36

Banyak para ahli yang menjelaskan efektivitas komunikasi interpersonal, diantaranya yaitu Suranto Aw yang berpendapat bahwa keefektifan komunikasi interpersonal dapat dibangun melalui lima hukum komunikasi efektif (The 5 Inevitable Laws Of Effective Communication). Lima hukum tersebut meliputi: Respect, Empathy, Audible, Clarity, dan Humble.37 Kelima hukum komunikasi efektif ini biasa disingkat menjadi sebuah kata yaitu “REACH”. Wildan Zulkarnain menjelaskan lima hukum komunikasi tersebut dikembangkan menjadi sebuah kata REACH mencerminkan esensi dari komunikasi itu sendiri. Secara harfiah berarti

36

M. Sobry Sutikno, op. cit., h. 141 37


(46)

menjangkau, mencapai, merengkuh, atau meraih. Sebab prinsip komunikasi adalah upaya meraih perhatian, minat, kepedulian, tanggapan, dan respon positif dari orang lain.38

Adapun penjelasan dari kelima hukum komunikasi efektif di atas adalah sebagai berikut:

1. Respect (hormat)

Manusia pada dasarnya ingin dihargai dan dianggap penting keberadaannya, oleh karena itu hukum pertama dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif adalah respect yaitu sikap menghormati dan menghargai setiap individu yang menjadi partner dalam berkomunikasi. Jika kita membangun komunikasi dengan saling menghargai dan menghormati, maka kita dapat membangun kerjasama yang dapat meningkatkan kualitas hubungan antarmanusia.

2. Empathy (empati)

Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan dirinya pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain. Salah satu prasyarat utama dalam memiliki sikap empati adalah kemampuan kita untuk mendengarkan atau mengerti terlebih dulu sebelum didengarkan atau dimengerti oleh orang lain.

Namun, pada umumnya dalam mengembangkan komunikasi yang efektif sebaiknya tidak hanya sekedar mendengarkan sebatas isi, tetapi berusaha untuk mendengarkan secara empatik dan aktif agar tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi tersebut dapat tercapai. Menurut Agus M. Hardjana terdapat beberapa hal yang sebaiknya dilakukan agar kita bisa mendengarkan secara efektif, yaitu:

38

Wildan Zulkarnain, Dinamika Kelompok: Latihan Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta:


(47)

a) Bermotivasi (being motivated) yang berarti mempunyai dorongan dari dalam diri untuk mau mendengarkan dan berusaha mendengarkan dengan baik.

b) Mengadakan kontak mata (making eye contact), dengan memfokuskan pandangan terhadap orang yang menjadi lawan bicara kita maka akan membantu untuk memusatkan perhatian, mengurangi kemungkinan terganggu oleh hal-hal di sekitar kitadan mendorong pembicara tetap berminat untuk berbicara.

c) Menunjukkan minat (showing interest) yaitu kita harus menunjukkan ketertarikan kita terhadap perkataan yang disampaikan orang lawan dalam berkomunikasi, perasaan-perasaan yang menyertai dan kebutuhan-kebutuhan yang terkandung dalam pembicaraan yang mungkin diungkankan melalui bahasa nonverbal seperti raut wajah, gerak mata dan jarak duduk.

d) Menghindari tindakan-tindakan yang mengganggu (distracting action) seperti berkali-kali melihat jam, memainkan benda-benda disekitar kita yang dapat membuat pembicara merasa kita tidak tertarik pada isi pembicaraan serta kurang menaruh perhatian pada apa yang disampaikan.

e) Tidak memotong pembicaraan (interrupting)

f) Bersikap wajar (being natural) yaitu sikap yang tidak berlebihan dalam upaya menunjukkan kemauan dan minat kita ketika mendengarkan pembicaraan.39

Dalam berkomunikasi rasa empati akan membantu seorang komunikator untuk dapat menyampaikan pesan dengan cara dan sikap yang memudahkan komunikan dalam penerimaan pesan.

39

Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal, (Yogyakarta: KANISIUS,


(48)

3. Audible (dapat didengar atau dipahami)

Makna dari audible antara lain dapat didengar atau dimengerti dengan baik. Ini menunjukkan bahwa audible merupakan kemampuan komunikator dalam menyampaikan pesan dengan menggunakan berbagai cara baik secara langsung maupun melalui media serta sikap komunikator dapat diterima oleh komunikan.

4. Clarity (kejelasan)

Untuk menciptakan komunikasi interpersonal efektif tentu dibutuhkan kejelasan pesan yang akan diberikan kepada orang lain. Kejelasan pesan sangat penting agar tidak terjadi salah tafsir. Clarity dapat pula berarti keterbukaan dan transparansi. Mengembangkan sikap keterbukaan dalam penyampaian pesan dapat menimbulkan rasa percaya dari penerima pesan.

5. Humble (rendah hati)

Sikap humble atau rendah hati merupakan unsur yang sangat terkait dengan hukum pertama. Menghargai dan menghormati orang lain biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang dimiliki manusia. Sikap humble biasanya tercermin dari sikap seseorang yang tidak meremehkan orang lain, lemah lembut, tidak angkuh, berani mengakui kesalahan dan mau memaafkan orang lain.

Sedangkan menurut Miftah Thoha yang mengutip pendapat Joseph A. Devito, suatu komunikasi antarpribadi bisa efektif dapat dikenal dengan lima hal berikut ini, yaitu:

1. Keterbukaan (Openess) 2. Empati (Empathy)

3. Dukungan (Supportiveness) 4. Kepositifan (Positiveness)


(49)

5. Kesamaan (Equality)40

Keterbukaan atau sikap terbuka sangat berpengaruh dalam menumbuhkan komunikasi interpersonal yang efektif. Sikap keterbukaan merupakan kesediaan seseorang untuk terbuka, rela membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi yang diketahuinya dan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima bagi setiap orang yang berinteraksi dengan orang lain. Sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran tidak berbohong, dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenarnya. Contohnya apabila seorang Kepala Sekolah mau membuka diri kepada setiap anggota yang diajak berkomunikasi maka guru atau anggota sekolah lainnya akan merasa aman yang akhirnya setiap individu akan turut membuka diri.

Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain. Apabila rasa empati tumbuh dalam proses komunikasi interpersonal maka suasana hubungan komunikasi akan dapat berkembang dan tumbuh sikap saling pengertian dan penerimaan sehingga rasa empati ini akan menjadi filter agar kita tidak mudah menyalahkan orang lain serta meningkatkan kemampuan seseorang untuk dapat memahami apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, minat, harapan dan kesenangan orang lain.

Dukungan, dengan dukungan ini akan tercipta komunikasi interpersonal yang efektif. Dalam komunikasi antarpribadi diperlukan sikap memberi dukungan dari pihak komunikator agar komunikan mau berpartisipasi dalam komunikasi. Dukungan merupakan pemberian dorongan atau pengobaran semangat kepada orang lain dalam suasana hubungan komunikasi melalui perilaku yang menimbulkan perilaku suportif seperti orientasi masalah yaitu mengajak untuk bekerjasama mencari pemecahan masalah, secara bersama-sama menetapkan tujuan dan memutuskan

40

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya, (Jakarta: PT.


(50)

bagaimana mencapainya. Hal ini dapat dilakukan kepala sekolah salah satunya melalui pengadaan jadwal pertemuan dengan guru.

Kepositifan ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya dan orang lain sehingga dapat mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan suatu interaksi yang efektif. Suranto Aw menyebutkan sikap positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan sikap, antara lain menghargai orang lain, berpikir positif terhadap orang lain, meyakini pentingnya orang lain, memberikan pujian dan penghargaan.41

Kesamaan merupakan perasaan sama dengan orang lain. Menurut Rahmat yang dikutip oleh Dasrun Hidayat berpendapat bahwa kesamaan atau kesetaraan adalah sikap memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokratis, tidak menunjukkan diri sendiri lebih tinggi atau lebih baik dari orang lain karena status, kekuasaan, kemampuan intelektual kekayaan atau kecantikan.42 Jadi bagi kepala sekolah dalam menciptakan sebuah komunikasi interpersonal yang efektif harus mampu bersikap sama tidak mempertegas suatu perbedaan sehingga terkesan menggurui, tetapi mengupayakan berbincang pada tingkat yang sama dengan lawan bicaranya. Dengan demikian dapat dikemukakan indikator kesetaraan yang dikutip dari Suranto Aw meliputi:

a. Menempatkan diri setara dengan orang lain

b. Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda c. Mengakui pentingnya kehadiran orang lain

d. Tidak memaksakan kehendak e. Komunikasi dua arah

f. Saling memerlukan

g. Suasana komunikasi: akrab dan nyaman43

41

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, h. 83-84

42

Dasrun Hidayat, op. cit., h. 49 43


(51)

Dari penjelasan di atas pada dasarnya kedua pendapat yang dituturkan memiliki beberapa kesamaan mengenai sikap dan perilaku dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif. Sehingga dari ke dua pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa untuk membangun dan mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif antara kepala sekolah dengan para guru dapat dilakukan dengan bertingkah laku sebagai berikut: 1. Menciptakan sikap keterbukaan (clarity) dalam segala hal terkait kegiatan

organisasi baik kepala sekolah kepada guru maupun sebaliknya;

2. Menumbuhkan rasa empati terhadap bawahan karena di satu sisi manusia sebagai makhluk hidup pasti membutuhkan empati dari orang-orang disekitarnya;

3. Kepala sekolah memberikan dukungan penuh terhadap anggota agar ikut berpartisipasi aktif melalui komunikasi dalam seluruh kegiatan organisasi;

4. Menjalin hubungan yang harmonis melalui sikap positif (respect) yang ditampilkan kepada bawahan;

5. Menjunjung tinggi kesamaan dengan tidak membedakan dirinya sebagai orang yang memiliki jabatan tinggi dengan bawahannya dalam organisasi, tidak pula membeda-bedakan setiap anggotanya;

6. Berusaha menjadi orang yang komunikatif (audible); dan 7. Bersikap rendah hati (humble).

Selain kaidah dalam mengembangkan komunikasi yang efektif di atas, dalam buku Manajemen Pendidikan karangan M. Subry Sutikno terdapat beberapa prinsip yang perlu dilakukan agar komunikasi yang dilakukan bisa berjalan efektif yaitu diantaranya:

1. Berpikir dan berbicara dengan jelas; 2. Ada suatu hal untuk disampaikan; 3. Ada tujuan yang jelas;


(52)

5. Pemahaman proses komunikasi dan penerapannya dengan konsisten

6. Mendapatkan empati dari komunikan;

7. Selalu menjaga kontak mata, suara yang tidak terlalu keras atau lemah serta menghindari ucapan pengganggu.44

Selanjutnya pendapat lainnya yang berkaitan dengan efektifitas komunikasi yaitu mengenai teknik seseorang dalam berkomunikasi. Teknik merupakan cara yang dianggap tepat untuk mengerjakan sesuatu dan secara singkat teknik komunikasi ini adalah kecakapan seseorang dalam berkomunikasi secara efektif. Teknik komunikasi efektif meliputi teknik kepercayaan (credibility technique), teknik perhubungan (context technique), teknik kepuasan (content technique), teknik kejelasan (clarity technique), teknik kesinambungan dan konsistensi (continuity dan consitency technique), teknik persesuaian (concord technique), dan teknik penggunaan saluran yang tepat (channels of distribution technique).45 Adapun penjelasan teknik komunikasi efektif tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Teknik Kepercayaan (credibility technique) yaitu antara komunikator dan komunikan harus dapat saling percaya, karena dengan tidak adanya kepercayaan dari keduanya akan menghambat komunikasi.

2. Teknik Perhubungan (context technique) yaitu informasi yang disampaikan harus saling berhubungan, maksudnya antara informasi yang telah disampaikan tidak boleh bertentangan dengan informasi yang akan disampaikan.

3. Teknik Kepuasan (content technique) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan harus dapat memberikan kepuasan pada kedua belah pihak. Oleh karenanya, agar tercipta kepuasan dalam kegiatan berkomunikasi

44

M. Sobry Sutikno, op. cit.,h. 142 45


(53)

maka komunikasi yang dilakukan hendaknya berlangsung secara dua arah yang mengakibatkan terjadinya timbal balik dalam komunikasi.

4. Teknik Kejelasan (clarity technique), bahwa dalam melakukan kegiatan komunikasi, informasi yang disampaikan harus jelas baik kejelasan isi pesan, kejelasan tujuan dari komunikasi yang dilakukan, serta kejelasan dalam penggunaan bahasa yang digunakan.

5. Teknik Kesinambungan dan Konsistensi (continuity dan consitency technique) yaitu kegiatan komunikasi dilakukan secara terus menerus dan diusahakan agar tetap dapat menjaga konsistensi informasi yang disampaikan, maksudnya komunikator mengupayakan pemberian informasi yang baru tidak bertentangan dengan informasi yyang disampaikan terdahulu.

6. Teknik Persesuaian (concord technique) merupakan teknik dimana seorang komunikator ketika menyampaikan suatu pesan harus menyeseuaikan diri dengan kemampuan dan pengetahuan komunikan. Sebaiknya komunikator menggunakan bahasa yang yang mudah dimengerti, pengiriman pesan juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi komunikan agar informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik. 7. Teknik Penggunaan Saluran yang Tepat (channels of distribution

technique), untuk mencapai keefektifan dalam kegiatan komunikasi teknik penentuan saluran dalam menyampaikan pesan menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan juga. Saluran komunikasi yang dipilih harus disesuaikan dengan jenis dan sifat informasi yang akan disampaikan serta melalui saluran yang sudah biasa dipergunakan dan sudah dikenal oleh komunikan.

Penjelasan teknik komunikasi efektif di atas menggambarkan bagaimana cara-cara yang dapat dilakukan seorang komunikator dengan lebih rinci untuk dapat menciptakan suatu kegiatan komunikasi yang efektif, dan


(54)

teknik komunikasi ini dapat digunakan sebagai penunjang kaidah komunikasi efektif yang dipaparkan oleh Suranto AW dan Miftah Thoha sehingga dapat terlaksana dengan baik.

Komunikasi yang efektif menjadi keinginan semua orang, akan tetapi untuk menciptakan suatu komunikasi efektif merupakan hal yang tidak mudah. Selain teknik komunikasi efektif yang dijelaskan sebelumnya, Suranto AW juga menyebutkan ada beberapa faktor yang perlu diketahui yang dapat menentukan keberhasilan komunikasi apabila dipandang dari sudut komunikator, komunikan dan pesan. Hal tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut komunikator a. Kredibilitas ialah kewibawaan seorang komunikator

dihadapan komunikan.

b. Daya tarik ialah daya tarik fisik dan non fisik.

c. Kemampuan intelektual ialah tingkat kecakapan, kecerdasan, dan keahlian seorang komunikator.

d. Integritas atau keterpaduan sikap dan perilaku. e. Keterpercayaan

f. Kepekaan sosial

g. Kematangan tingkat emosional

h. Berorientasi kepada kondisi psikologis komunikan i. Komunikator harus bersikap supel, ramah dan tegas

j. Komunikator harus dapat menyesuaikan diri dengan komunikan.

2. Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut komunikan a. Komunikan yang cakap akan mudah menerima dan mencerna

materi yang diberikan oleh komunikator.

b. Komunikan yang mempunyai pengetahuan luas akan cepat menerima informasi yang diberikan komunikator.

c. Komunikan harus bersikap ramah, supel dan pandai bergaul agar tercipta proses komunikasi yang lancar.

d. Komunikan harus memahami dengan siapa ia berbicara. e. Komunikan bersikap bersahabat dengan komunikator. 3. Faktor keberhasilan komunikasi dilihat dari sudut pesan

a. Pesan komunikasi perlu dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian komunikan.


(55)

b. Lambang-lambang yang dipergunakan harus dapat dipahami oleh kedua belak pihak.

c. Pesan disampaiakan secara jelas dan sesuai dengan kondisi maupun situasi setempat.

d. Tidak menimbulkan multi interpretasi atau penafsiran yang berlainan.46

Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa keberhasilan suatu kegiatan komunikasi tidak hanya terpaku pada diri komunikator sebagai pemberi informasi, akan tetapi kegiatan komunikasi yang baik memerlukan kecakapan dari komunikan sebagai orang yang hendaknya dapat memaknai pesan yang diterima dengan baik sehingga menghasilkan sebuah persepsi yang sama terhadap informasi yang disampaikan dan kejelasan dari sebuah isi pesan harus diperhatikan pula oleh komunikator.

Berdasarkan dari berbagai penjelasan komunikasi yang efektif di atas kita dapat mengetahui bahwa efektivitas komunikasi interpersonal dapat terlaksana dengan begitu banyak cara, dan apabila dibaca secara seksama seluruh kutipan-kutipan pendapat di atas memiliki inti yang sama. Oleh karenanya, dalam pembahasan ini yang dimaksudkan efektivitas komunikasi interpersonal yaitu suatu ketercapaian pelaksanaan kegiatan komunikasi interpersonal di dalam suatu organisasi sekolah melalui berbagai ketentuan-ketentuan yang ada. Dan untuk menentukan ketentuan-ketentuan-ketentuan-ketentuan sebagai alat ukur komunikasi interpersonal yang efektif penulis merujuk pada kaidah-kaidah komunikasi efektif yang dikemukakan oleh Suranto AW dan Miftah Thoha dimana penulis telah menyimpulkan dari keduanya menjadi tujuh kaidah sebagai sikap dan perilaku yang dapat menumbuh kembangkan komunikasi interpersonal yang efektif diantara kepala sekolah dengan guru pada khususnya.

46


(56)

A.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Tangerang II Pamulang yang beralamat di Jalan Pajajaran No. 31 Kecamatan Pamulang Barat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Adapaun waktu pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan

Tahun 2014 Jan Feb Mar April Mei

Juni-Juli Agt Sep Okt Nov

Pengesahan Proposal Skripsi

Pengajuan Dosen

Pembimbing Konsultasi dengan Dosen Pembimbing Pengumpulan Data

Pengolahan dan

Analisis Data

Penyusuna Hasil

Penelitian

B.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan fakta, keadaan dan fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan sesuai dengan apa adanya. Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif.


(57)

C.

Sumber Data

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah kepala sekolah dan seluruh guru MTs Negeri Tangerang II Pamulang yang berjumlah 64 orang, sehingga jumlah sumber data keseluruhan dalam penelitian ini yaitu 65 orang. Penetapan guru sebagai sumber data dikarenakan penulis menganggap bahwa dari keseluruhan warga sekolah, guru merupakan salah satu bagian warga sekolah yang paling sering melakukan interaksi dengan kepala sekolah dibandingkan dengan warga sekolah lainnya.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain:

a. Wawancara

Wawancara digunakan penulis untuk memperoleh data atau informasi tentang pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah. Adapun yang menjadi informan dalam teknik wawancara ini adalah kepala sekolah dan 4 orang guru MTs Negeri Tangerang II Pamulang.

b. Observasi

Observasi atau pengamatan langsung dilakukan penulis untuk memperoleh data dengan mengamati perilaku komunikasi kepala sekolah dengan guru melalui daftar ceklis yang disusun sebelumnya oleh penulis dengan mengacu pada kisi-kisi instrumen angket.

c. Angket

Pada teknik ini penulis menyusun daftar pertanyaan/pernyataan tertulis yang disebarkan kepada responden yaitu seluruh guru MTs Negeri Tangerang II Pamulang yang berjumlah 64 orang untuk mengetahui tanggapan seluruh guru tentang efektivitas komunikasi interpersonal kepala sekolah di MTs Negeri Tangerang II Pamulang, guna memperkuat hasil wawancara. Dalam


(58)

instrumen angket penulis memberikan empat jawaban alternatis sebagai berikut: Sangat Sering (SS), Sering (S), Kadang-kadang (KK) dan Tidak Pernah (TP).

E.

Teknik Analisa Data

Setelah data yang dibutuhkan dalam penelitian terkumpul, tahap berikutnya adalah analisis data. Pada tahap ini, data diolah sehingga dapat menyimpulkan hasil temuan untuk menjawab permasalahan yang diajukan oleh peneliti. Untuk mengolah dan menganalisa hasil data penelitian yang telah terkumpul dari subjek penelitian, dilakukan tiga langkah yaitu sebagai berikut: 1. Proses seleksi dan klasifikasi data dengan cara mengelompokan

jawaban-jawaban dari sumber data berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait pelaksanaan komunikasi interpersonal kepala sekolah.

2. Penyajian data berupa teks naratif, dan tabel. 3. Proses interpretasi data

Proses ini dilakukan untuk menghitung hasil angket yang telah di sebar kepada seluruh responden dengan langkah pertama

Rumusnya: P = x 100% Keterangan:

f = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya

N = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu) P = Angka persentase1

Untuk memberikan interpretasi data atas nilai rata-rata yang diperoleh dari rumus perhitungan prosentasi di atas, penulis memberikan kriteria penilaian hasil angket dengan merujuk kepada pedoman interpretasi yang dikutip dari Suharsimi Arikunto sebagai berikut:

1


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

INDRIANI, lahir di Lebak, 01 Maret 1993. Saat ini penulis tinggal di Kp. Babakan Pedes RT 01 RW. 01 Kel. Sipayung Kec. Cipanas Kab. Lebak-Banten. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Rudi Rasidi dan Nining Muflihah, S. Pd. Penulis menempuh pendidikan di TK PGRI Cipanas-Lebak (1997-1998), SD Sipayung 1 Cipanas-Lebak (1998-2004), SMP Pondok Pesan Nurul Madaany Cipanas-Lebak (2004-2007), SMA Pondok Pesantren Nurul Madaany Cipanas-Lebak (2007-2010), kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jurusan Manajemen Pendidikan dan telah menyelesaikan masa studi pada tahun 2014. Pada masa pendidikan penulis juga ikut serta dalam berbagai organisasi yaitu Organisasi Pramuka SMP Nurul Madaany (2004-2007), INSANY SMA Nurul Madaany (2008-2009) yang merupakan OSIS Pondok Pesantren Nurul Madaany, dan menjadi anggota BEM/HMJ (Himpunan Mahasiswa Jurusan) Manajemen Pendidikan. Alamat Email penulis adalah indriany93@ymail.com