PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP CINTA TANAH AIR PESERTA DIDIK :Eksperimen di Kelas VIII SMPN 31 Bandung.

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR DAN SIKAP CINTA TANAH AIR PESERTA DIDIK

(Eksperimen di Kelas VIII SMPN 31 Bandung)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Geografi

Disusun Oleh : Yayah Suhayah

1006966

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

(3)

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengaruh Penggunaan Media

Interaktif Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Cinta Tanah Air Peserta Didik (Eksperimen di Kelas VIII SMPN 31 Bandung) ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etik keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya ini.

Bandung, Januari 2013


(4)

Yayah Suhayah (2013). Tutor I: Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S.Tutor II: Dr. Ahmad Yani, M.Si. The Effect of The Use of Interactive Media Teaching Method Towards Students’ Learning Outcomes and Patriotic Attitudes Case Study Class VIII SMPN 31 Bandung.

Phenomenon of low grades as learning outcomes, the lack of patriotic attitudes, and lack of sense of communal unity displayed by students that led to social disintegration, had been the background issue for this research. Monotonous teaching method and the lack of interactive learning media had led to students’ less trained thinking skill capacity, which overall took effect on learning outcomes. In order to overcome these issues, the use of interactive media as teaching method was proposed in contrary to conventional image media. To measure the effect of the use of interactive media teaching method towards students’ learning outcomes and patriotic attitudes, a direct experimental approach by means of case study was conducted. Sixty students of Class VIII of SMPN 31 Bandung were chosen as the subject of research. Experimental research method was employed with several data collecting methods such as testing (pre-test and post-test) and non testing method (Likert scale in attitudes category measure). The collected data was analyzed by the means of T-test, normality test and homogeneity, and with the help of statistic analysis software namely SPSS version 17.0. Analysis results demonstrated that: (1) there was no significant difference of students’ pre -test results between interactive media class and conventional image media class. (2) There was significant difference of students’ post-test results between interactive media class and image media class. (3) There was significant difference of students’ pre-test results as well as post-test results in both interactive media class and image media class. (4) There was significant difference of patriotic attitude assessment result between pre-test and post-test, in students with interactive media method and image media method.

Other difficulties found during the experiment were limited learning time and the fact that some of the students who made use of the internet for another browsing activity during the interactive media class.


(5)

Yayah Suhayah (2013). Pembimbing I. Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. Pembimbing II: Dr. Ahmad Yani, M.Si. Pengaruh Penggunaan Media Interaktif terhadap Hasil Belajar dan Sikap Cinta Tanah Air Peserta Didik. Eksperimen di Kelas VIII SMPN 31 Bandung.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil belajar yang masih rendah, kurangnya rasa cinta tanah air, hilangnya rasa persatuan peserta didik bahkan mengarah kepada perpecahan. Penggunaan metode mengajar cenderung monoton, kurangnya media pembelajaran yang interaktif yang berakibat kemampuan berpikir siswa kurang terlatih dan berdampak pada hasil belajar peserta didik yang rendah. Agar hal itu tidak terjadi, perlu dilakukan berbagai upaya salah satunya dengan menggunakan media pembelajaran yang interaktif. Subjek penelitian ini adalah peserta didik Kelas VIII SMPN 31 Bandung yang berjumlah 60 orang. Dalam memperoleh data dan menjawab permasalahan penelitian, peneliti menerapkan penelitian eksperimen. , pengumpulan data dengan teknik tes (pretes, postes), dan non tes (skala sikap kategori Likert). Teknik pengolahan data adalah Uji T, dan Uji normalitas dan homogenitas dengan bantuan program SPSS versi 17,0.

Hasil analisis data menunjukkan 1) tidak tetdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil pre-tes antara peserta didik di kelas yang menggunakan media interaktif dengan kelas yang menggunakan media gambar 2) terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil pos-test antara peserta didik di kelas yang menggunakan media interaktif dengan kelas yang menggunakan media gambar 3) terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil pre-test dan post test peserta didik yang menggunakan media interaktif yang menggunakan media gambar, 4) terdapat perbedaan yang signifikan sikap cinta tanah air peserta didik antara pre-tes dan post-pre-tes a yang menggunakan media interaktif dengan peserta didik yang menggunakan media gambar.

Adapun kendala yang dihadapi adalah waktu yang kurang cukup dan masih ada peserta didik yang membuka situs lain ketika pembelajaran interaktif berlangsung.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ……… i

LEMBAR PERNYATAAN ………. iii

KATA PENGANTAR ……… iv

UCAPAN TERIMA KASIH ………. v

DAFTAR ISI ……… vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR LAMPIRAN ……… xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Rumusan Masalah ……… 10

C. Tujuan Penelitian ………. 11

D. Manfaat Penelitian ……… 11

E. Definisi Operasional ……….. 11

. BAB II LANDASAN TEORITIS A. Peranan Media dalam Pembelajaran ………... 14

B. Peran Geografi untuk Meningkatkan Sikap Cinta Tanah Air Peserta Didik ……… 26

C. Hasil Belajar ……… 29

D. Sikap Cinta Tanah Air sebagai Hasil Belajar ……….. 39

E. Kondisi Fisik Wilayah Indonesia ……….. 40

F. Pengaruh Media Interaktif terhadap Hasil Belajar ………. 42

G. Hipotesis ………. 45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ……… 46


(7)

B. Kegiatan Penelitian ……… 49

C. Variabel Penelitian ………. 60

D. Populasi dan Sampel Penelitian ………. 61

E. Teknik dan Alat Pengumpul Data ………. 62

F. Instrumen Penelitian ……….…. 62

G. Teknik Analisa Data ………... 71

H. Analisis Data ……….. 73

I. Analisis Hipotesis ……….. 75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi lokasi Penelitian ………. 77

1. Lokasi sekolah ……….. 77

2. Jumlah Peserta Didik dan Kelas ……… 78

3. Jumlah guru ……… 79

4. Sarana dan Prasarana ………. 80

B. Hasil Penelitian 1. Hasil Pre-Test dan Post-Test pada kelompok Eksperimen … 83

2. Hasil Pre-Test dan Post-Test pada kelompok Kontrol …….. 85

3. Uji Gain ……….. 87

C. Analisis Data Penelitian 1. Uji Normalitas Data ……….. 88

2. Uji Homogenitas Data ………. 93

3. Uji Hipotesis Penelitian ……… 95

4. Hasil Uji Sikap Cinta Tanah Air pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ………. 100

5. Persentase Hasil Uji Sikap Cinta Tanah Air pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ……… 102

6. Kondisi Kelas pada Pelaksanaan Pembelajaran dengan Media Interaktif ………... 103


(8)

D. PEMBAHASAN ………. 105

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ……… 109

B.Rekomendasi ………. 112


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1. Data nilai materi kondisi fisik wilayah Indonesia 9 pada semester ganjil 2011-2012

Tabel 3.1. Desain Eksperimen 48 Tabel 3.2. Penjelasan Standar Kompetensi, kompetensi dasar 51

dan Indikator

Tabel 3.3. Rincian Media Interaktif dalam Penelitian 53 Tabel 3.4. Data nilai hasil ulangan ke 1 kelas VIII 1- VIII 6 61

Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013

Tabel 3.5. teknik dan Alat Pengumpul Data 62 Tabel 3.6. Kriteria Nilai Validitas 64 Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Butir Soal 65 Tabel 3.8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Test 66 Tabel 3.9 Kriteria Nilai Reliabilitas 67 Tabel 3.10. Tingkat kesukaran Butir Soal 68 Tabel 3.11. Kriteria Indeks Kesukaran 69 Tabel 3.12. Kriteria Indeks Daya Pembeda 69 Tabel 3.13. Daya Pembeda Butir Soal 70 Tabel 3.14. Hasil Belajar Berdasarkan Indikator 72 Tabel 3.15 Sikap Cinta Tanah Air berdasarkan Indikator 73 Tabel 4. 1. Jumlah pesera didik 78 Tabel 4. 2. Pekerjaan orangtua peserta didik 78 Tabel 4. 3. Guru mata pelajaran IPS 79 Tabel 4. 4 Sarana dan pra sarana sekolah 80 Tabel 4. 5. Distribusi frekwensi pre-test kelas eksperimen 83 Tabel 4. 6 Distribusi frekwensi post-test kelas eksperimen 84 Tabel 4. 7. Distribusi frekwensi pre-test kelompok kontrol 85 Tabel 4. 8 Distribusifrekwensi pos-test kelompok kontrol

86


(10)

Tabel 4. 10. Hasil uji normalitas pre- test kelas eksperimen 89 Tabel 4. 11. Hasil uji normalitas pos- test kelas eksperimen 90 Tabel 4. 12. Hasil uji normalitas pre- test kelompok ko 91 Tabel 4. 13. Hasil uji normalitas pos- test kelompok kontrol 92 Tabel 4. 14 Uji Homogenitas pre-test dan pos-test kelompok 93

eksperimen

Tabel 4. 15. Uji Homogenitas pre-test dan pos-test kelompok 94 kontrol

Tabel 4. 16. Hasil uji beda pre-test dan pos-test kelompok 95 eksperimen

Tabel 4. 17 Hasil uji beda pre-test dan pos-test kelompok 96 kontrol

Tabel 4. 18. Hasil uji beda pre-test dan pos-test kelompok 97 Eksperimen dan kelompok kontr

Tabel 4. 19. Sikap cinta tanah air pada kelompok eksperimen 101 dan kelompok kontrol

Tabel 4. 20. Persentase sikap cinta tanah air pada kelompok 102 Eksperimen dan kelompok kontrol

Tabel 4. 21. Keterlaksanaan RPP tiap pertemuan pada 102 Kelompok eksperimen

Tabel 4. 22. Keterlaksanaan RPP tiap pertemuan pada 104 Kelompok kontro


(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2. 1. Dale's Cone Experience 20 Gambar 2. 2. Perubahan Taksonomi Bloom untuk Ranah Kognitif 38

Gambar 2. 3. Peta Dunia 53

Gambar 2. 4. Peta Pergerakan Angin 54 Gambar 2. 5. Jenis Tanah di Indonesia 54 Gambar 2. 6. Flora di indonesia 55 Gambar 2.7. Latihan memasangkan Gambar pada Tabel 55


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran ... 114

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) kelompok Eksperimen... 119

3. Uji Validitas dan Uji Reliabilitas ... 135

4. Nilai Pre-test dan Post-test kelas Eksperimen ... 143

5. Nilai Pre-test dan Post-test kelas Kontrol ... 144

6. Soal Pre-Test dan Post-Test ... 145

7. Skor Pre-test kelompok Eksperimen ... 155

8. Hasil Post-test kelompok Eksperimen ... 156

9. Hasil Pre-Test Kelas Kontrol ... 157

10. Hasil Post-Test Kelas Kontrol ... 158

11. Nilai Rata-rata Pre-test dan Post-test kelompok Eksperimen ………… .. 159

12. Hasil Uji Gain Ternormalisasi ... 165

12. Kisi-kisi Skala Sikap ... 167

13. Instrumen Skala Sikap... 168

14. Hasil Uji Instrumen Skala Sikap ……… 171

15. Lembar Observasi Pembelajaran ……… . 177


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan tertentu. Perubahan tingkah laku akan terjadi sebagai hasil dari pengalaman belajar yang bersifat permanen. Belajar adalah “suatu proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan” (Slameto, 1998: 2). Winkel (1983: 15), mengatakan, “belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif antara subjek dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap yang bersikap konstan atau tetap”. Briggs dalam Azhar (2011: 4), mengatakan, “belajar adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si pembelajar sedemikian rupa sehingga si pembelajar memperoleh kemudahan berinteraksi dengan lingkungan”. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar mempunyai tiga unsur yaitu proses pengalaman, perubahan perilaku, dan proses interaksi.

Kecenderungan pembelajaran masa kini menuntut langkah kreatif dari guru sebagai fasilitator pembelajaran. Esensi tersebut berorientasi pada usaha pencapaian tujuan pembelajaran, yakni membentuk peserta didik sebagai pembelajar mandiri. Hal senada diungkapkan Ningrum (200: 21), “Pembelajaran adalah setiap upaya yang sistematis dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi agar terjadi kegiatan belajar-membelajarkan”. Lebih lanjut Ningrum


(14)

mengatakan bahwa: „kegiatan pembelajaran dikatakan suatu aktivitas yang dilakukan secara sistematis karena diawali dengan kegiatan menyusun rencana, melaksanakannya dan mengadakan evaluasi”.

Eggen dan Kauchak dalam Azhar (2011: 8), menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif yaitu :

1. Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan,

2. guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran,

3. aktivitas-aktivitas siswa sepenuhnya didasarkan pada pengkajian,

4. guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi,

5. orientasi pembelajaran penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir, serta

6. guru menggunakan teknik mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.

Efektivitas menekankan pada perbandingan antara rencana dengan tujuan yang dicapai. Oleh karena itu efektivitas pembelajaran sering diukur dengan tercapainya tujuan pembelajaran atau diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola suatu situasi. Suatu kegiatan dikatakan efektif apabila kegiatan itu dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan. Untuk mengukur keefektifan hasil suatu kegiatan pembelajaran biasanya dilakukan sebelum dan sesudah mengikuti suatu kegiatan.

Salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik adalah dengan memanfaatkan media. Hamalik (1986: 6) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan


(15)

rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap pesera didik. Media pembelajaran menempati posisi yang cukup penting sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran. Tanpa media komunikasi tidak akan terjadi dan proses pembelajaran sebagai proses komunikasi juga tidak akan dapat berlangsung secara optimal.

Lebih lanjut Hamalik (1986: 12) mengemukakan bahwa “selain membangkitkan motivasi dan minat peserta didik, media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya memudahkan penafsiran data dan memadatkan informasi „. Ketidakjelasan materi yang disampaikan dapat diminimalisir dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan materi yang akan disampaikan kepada peserta didik dapat disederhanakan dengan menggunakan media. Bahkan keabstrakan materi pembelajaran dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Media dapat mewakili apa yang tidak dapat disampaikan guru melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Peranan media menurut Gerlach dan Ely (1971:280) :

ada tiga keistimewaan yang dimiliki media pengajaran yaitu: (1) Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan, dan menampilkan kembali suatu objek atau kejadian, (2) Media memiliki kemampuan untuk objek atau kejadian dengan berbagai macam cara disesuaikan dengan keperluan, (3) Media memiliki kemampuan untuk menampilkan suatu objek atau kejadian yang mengandung makna.

Sejalan dengan pendapat tersebut Hamalik (1999:6) mengemukakan bahwa media pembelajaran memegang peranan sebagai alat yang mendorong belajar lebih efektif. Oleh karena itu guru tidak cukup memiliki pengetahuan media


(16)

pengajaran saja, akan tetapi harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media pengajaran dengan baik.

Berdasarkan definisi tersebut media pembelajaran memiliki manfaat yang besar dalam menarik perhatian dan lebih merangsang minat peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Untuk menjadikan siswa aktif, kritis, dan inovatif, maka dalam proses pembelajaran harus memposisikan siswa sebagai pusat perhatian utama, membelajarkan peserta didik sesuai dengan cara dan gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan optimal. Dengan demikian guru harus pandai memilih metode dan media pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi. Oleh karena itu dalam memilih metode pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi, bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.

Teknologi yang pesat membuat informasi dapat diakses dengan mudah. Bagi guru hal ini menjadi tuntutan sekaligus peluang untuk mampu mengembangkan suatu model pembelajaran baru, yakni model pembelajaran dengan menggunakan media komputer. Pemanfaatan komputer sesuai dengan hakikat standar proses pembelajaran standar nasional pendidikan (Dikti, 2005) bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian peserta didik. Model pembelajaran ini mempunyai banyak jenis, diantaranya yaitu: Multimedia Interaktif (MMI), Hypermedia, Hipertexts, dan lain sebagainya.


(17)

Penggunaan teknologi berbasis komputer saat ini sangat diminati karena komputer mempunyai kemampuan untuk menggabungkan dan mengendalikan berbagai peralatan lainnya, seperti CD player, video tape, dan audio tape, disamping itu komputer dapat merekam, menganalisis, dan memberi reaksi pada respons yang diinput oleh pemakai atau siswa. Komputer juga memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan media lain seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2004:27):

Komputer dapat membantu peserta didik dan guru dalam pelajaran karena komputer itu sabar, cermat, mempunyai ingatan yang sempurna, selain itu komputer sangat sesuai untuk latihan dan remedial teaching, komputer sangat fleksibel dalam mengajar dan dapat diatur menurut keinginan penulis pelajaran atau kurikulum, serta memiliki kemampuan yang dapat dimanfaatkan dengan segera seperti membuat hitungan atau mereproduksi gambar, dan grafik.

Menurut Sudjana dan Rivai (2003: 137)mengemukakan beberapa kelebihan komputer dalam pembelajaran yaitu:

membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar; b) warna, musik dan grafis animasi dapat menambah kesan realisme dan menuntut latihan, kegiatan laboratorium, simulasi dan lain sebagainya; c) respon pribadi yang cepat akan menghasilkan penguatan yang tinggi; d) kemampuan memori memungkinkan direkam dan dipakai dalam merencanakan langkah selanjutnya di kemudian hari; e) kesabaran, melengkapi suasana sikap yang lebih positif, terutama berguna sekali untuk siswa yang lamban; f) memungkinkan pengajaran secara individual, g) rentang pengawasan guru diperlebar, mudah diatur dan dapat melakukan kontak langsung dengan para siswa.

Pembelajaran berbantuan program komputer interaktif adalah kolaborasi antara aplikasi teknologi komputer dengan unsur pendidikan sebagaimana dikemukakan Arsyad (2011: 97) bahwa pembelajaran interaktif tidak sekedar memindahkan teks dalam buku tetapi materi dikemas secara multi media yang


(18)

didalamnya memuat teks, animasi, suara dan video sesuai tuntutan materi,tampilan yang menarik sehingga tipe pembelajaran disesuai dengan kajian teori dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Dengan menggunakan media interaktif dalam penelitian ini diharapkan memberikan pengalaman yang menyenangkan, mengingat pembelajaran dengan media interaktif cukup menarik dan diharapkan memicu minat untuk lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran dan siswa dapat berinteraksi secara aktif, dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Upaya penggunaan media pembelajaran tersebut berlandaskan pada pengertian bahwa kegiatan pembelajaran merupakan upaya memberikan bimbingan kepada peserta didik untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang baik. Hal ini menandakan bahwa pembelajaran tidak semata-mata berorientasi pada hasil, melainkan juga berorientasi pada proses. Kualitas proses memberikan andil dalam menentukan kualitas hasil yang dicapai.

Setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami suatu konsep termasuk konsep geografi. Hal ini selaras dengan pernyataan Piaget (Trianto, 2007: 22), bahwa perkembangan anak tergantung pada sejauh mana anak aktif memanipulasi dan berinteraksi aktif dengan lingkungan. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan dimana anak belajar sangat menentukan proses perkembangan kognitifnya. Umur 7-11 tahun disebut masa operasional kongkrit, pada masa ini anak-anak sangat menyenangi gambar-gambar yang bagus (berwarna) dan imajinatif, lebih cepat menerima pelajaran


(19)

melalui media/alat bantu yang merangsang pendengaran dan penglihatannya (audio-visual). Nur dalam Trianto (2007: 25) mengemukakan :

siswa kelas 2 SMP (usia antara 11-15 tahun), mulai mampu mengelompokkan benda-benda, mengorganisasi, dan menghubungkan sifat-sifat benda. Dengan bersentuhan dengan benda-benda konkrit, peserta didik memulai untuk mengorganisasi penyelidikan dalam bentuk kelas-kelas dan variabel, mengukur variabel secara bermakna, dapat memahami dan mencatat data pada tabel, membentuk dan memahami hubungan sederhana, menggunakan apa yang mereka ketahui untuk membuat inferensi langsung, dan prediksi serta menggeneralisasi suatu gejala dari pengalamannya.

Piaget (Trianto, 2007: 26), “pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan, interaksi sosial dengan teman sebaya khususnya berargumentasi, berdiskusi, membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya membuat pemikiran itu menjadi lebih logis”.

Pada kenyataannya kemampuan pemahaman materi yang berakibat pada hasil belajar yang kurang memuaskan sebagaimana yang diharapkan. Rendahnya pemahaman pada materi pelajaran disebabkan oleh penggunaan pola pikir yang rendah pada pembentukan sistem konseptual. Model pembelajaran dan media yang digunakan belum membantu peserta didik memperoleh pemahaman materi pelajaran dengan baik dan kurang menggunakan penalaran logis.

Khususnya pada materi Kondisi fisik wilayah Indonesia dengan Kompetensi Dasar (1. 1. Mendeskripsikan Kondisi fisik wilayah Indonesia) di kelas VIII semester I (ganjil). Materi ini cukup luas dan sangat penting, mengingat bentang alam Indonesia yang unik dan beragam. Melalui materi ini pula penanaman nilai-nilai nasionalisme dan peningkatan rasa cinta tanah air bagi generasi sekarang dan


(20)

generasi yang akan datang yang saat ini mulai memudar perlu diterapkan. Hal ini ditandai dengan maraknya semangat disintegrasi dan timbul pemikiran yang ingin melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), memudarnya rasa persatuan, tawuran di mana-mana dan terjadi di berbagai tingkatan. Maryani (2006: 2) mengemukakan, “pendidikan geografi merupakan salah satu mata ajar yang sarat dengan nilai-nilai kebersamaan sebagai salah satu kesatuan wilayah Indonesia, memberikan wawasan global dan makna akan pentingnya keberagaman dalam mencapai kemajuan bersama”. Kondisi geografis Indonesia amat unik, dengan kultur maupun sistem sosial yang beraneka ragam sangat rawan terhadap rusaknya tatanan sosial yang integratif. Gejala tersebut meliputi erosi nilai kebangsaan, disintegrasi sosial, sparatisme maupun rasialisme seperti diungkapkan Su‟ud (2006: 3) :

Erosi nilai kebangsaan meliputi nilai kejuangan, heroisme, patriotisme, maupun kebersamaan.Hilangnya semangat persatuan dan kebersamaan yang puncaknya berupa terjadinya konflik diantara warga masyarakat karena adanya perbedaan keyakinan, aspirasi politik, perbedaan kampung dan sebagainya akibat dari meosotnya semangat Sumpah Pemuda.

Lebih lanjut Maryani (2009: 5) mengemukakan bahwa cinta tanah air, rasa persatuan dan kesatuan, akan berkembang setelah peserta didik memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai potensi dan masalah negara. Mengingat begitu pentingnya peranan pelajaran geografi, maka perlu disajikan dalam bentuk imajinatif, menarik dan menyenangkan.

Materi kondisi fisik wilayah Indonesia telah diperkenalkan kepada peserta didik sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD) dan merupakan konsep yang sangat dekat dengan fenomena yang sering ditemui peserta didik dalam kehidupan


(21)

sehari-hari. Namun demikian, pada kenyataannya tidak sedikit peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menguasai materi ini, terbukti dari hasil belajar peserta didik masih rendah, seperti pada tabel 1.1. berikut.

Tabel . 1. 1.Data Nilai Materi Kondisi Fisik Wilayah Indonesia Pada Semester Ganjil 2011/2012

No Kelas Jumlah Siswa Nilai

Rata-rata

1 VIII-1 33 71,4

2 VIII-2 30 71,3

3 VIII-3 34 70,1

4 VIII-4 33 69,5

5 VIII-5 34 72,0

6 VIII-6 34 69,9

7 VIII-7 34 68,3

8 VIII-8 33 70,1

9 VIII-9 33 70,6

10 VIII-10 34 70,4 11 VIII-11 34 69,5 12 VIII-12 34 70,0 Sumber :PKS Bidang Kurikulum

Selain hasil belajar yang masih rendah, ada kekhawatiran dari peneliti terhadap sikap peserta didik yang mengarah kepada perpecahan dan kurangnya rasa cinta tanah air, sebagai contoh dengan maraknya tawuran antar pelajar. Hal ini diduga terjadi akibat semangat persatuan dan kesatuan yang sudah memudar dan mudahnya terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat menghasut sehingga menimbulkan permusuhan. Demikian juga hasil wawancara dengan beberapa guru IPS yang merasa kesulitan ketika mengajarkan materi ini hanya dengan berupa


(22)

teks atau gambar. Untuk itu perlu adanya media interaktif agar memberi penjelasan yang lebih konkrit dan bermakna.

Berdasarkan hal di atas mendorong penulis untuk mengadakan penelitian yang dituangkan dalam judul “Pengaruh Penggunaan Media Interaktif Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Cinta Tanah Air Peserta Didik” (Eksperimen di Kelas VIII SMPN 31 Bandung).

B. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang di atas, maka rumusan masalah dapat dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan sebagai berikut.

1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar di kelas eksperimen dan di kelas kontrol sebelum menggunakan media interaktif dan media gambar ?

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas yang menggunakan media interaktif dengan kelas yang menggunakan media gambar ?

3. Bagaimanakah sikap cinta tanah air peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas yang menggunakan media interaktif dan di kelas yang menggunakan media gambar ?

C. Tujuan


(23)

1. Menganalisis perbedaan antara hasil belajar sebelum pembelajaran di kelas yang menggunakan media interaktif dan di kelas yang menggunakan media gambar.

2. Menganalisis perbedaan antara hasil belajar sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas yang menggunakan media interaktif dan di kelas yang menggunakan media gambar.

3. Menganalisis perbedaan sikap cinta tanah air sebelum dan sesudah pembelajaran di kelas yang menggunakan media interaktif dan di kelas yang menggunakan media gambar.

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris tentang pengaruh media interaktif dalam meningkatkan hasil belajar dan sikap cinta tanah air peserta didik, yang berguna bagi siapa saja yang berkepentingan.

E. Definisi Operasional

Untuk memperoleh kesamaan pandangan dan menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan definisi operasional sebagai berikut.

1. Media Interaktif

Media interaktif merupakan media berbasis komputer yang terdiri atas teks, grafik, audio, dan video yang dibuat, dikemas, disajikan, dan dimanfaatkan secara interaktif melalui komputer. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa media pembelajaran interaktif adalah presentasi yang menggunakan kombinasi grafik,


(24)

teks, suara, video, dan atau animasi sehingga penggabungan ini merupakan suatu kesatuan yang dapat menampilkan informasi, pesan atau isi pelajaran serta mampu mengolah informasi dan memberikan umpan balik seketika berupa informasi baru kepada pengguna. Sebuah media yang menegaskan format multimedia dapat dikemas dalam sebuah CD (Compact Disk) dengan tujuan aplikasi interaktif di dalamnya.

Media interaktif dalam penelitian ini memanfaatkan media yang sudah tersedia dengan aplikasi interaktif yang dirancang dengan menggunakan program Flash 10 yang diproduksi oleh PT Sinatria Arta Asmawi Bandung. Tipe pembelajaran dalam penelitian ini yaitu tipe tutorial yang dilengkapi dengan simulasi dan latihan.

2. Hasil Belajar

Hamalik (1999: 159) mengatakan bahwa hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku peserta didik. Hasil belajar merupakan penguasaan siswa terhadap berbagai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar.

3. Sikap Cinta Tanah Air

Dahar (2006: 123), “Sikap merupakan pembawaan yang dapat dipelajari dan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap benda, kejadian-kejadian, atau mahluk hidup lainnya”. Dengan kata lain sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan kecenderungan bertindak dalam menghadapi


(25)

suatu obyek atau peristiwa, di dalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.

Cinta tanah air merupakan salah satu nilai dalam karakter bangsa yang saat ini perlu ditumbuh kembangkan kembali karena mengalami krisis nilai yang banyak dialami oleh bangsa Indonesia, dalam hal ini khususnya peserta didik. Kementrian Pendidikan Nasional Balitbang (2010: 10) mencantumkan nilai karakter yang terdapat dari cinta tanah air adalah: “Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa”. Adapun indikator sikap cinta tanah air adalah sebagai berikut.

1. Memahami keunggulan kondisi fisik wilayah Indonesia 2. Mengagumi kesuburan tanah wilayah Indonesia

3. Mengagumi keberagaman hasil-hasil pertanian, perikanan Indonesia 4. Mengagumi kekayaan laut Indonesia


(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Menurut Kerlinger (1986: 508), “Eksperimen adalah penelitian atau penyelidikan ilmiah dimana peneliti memanipulasikan dan mengendalikan suatu variabel bebas atau lebih, dan melakukan observasi terhadap variabel atau variabel-variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul seiring dengan manipulasi variabel bebas tersebut”. Sedangkan menurut Sugiyono (2011: 49), “Eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan”.

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (Quasi Eksperimen). Metode ini merupakan metode penelitian yang pengontrolannya hanya dilakukan terhadap satu variabel saja yaitu variabel yang dipandang paling dominan (Sukmadinata, 2011 : 59). Metode eksperimen ini digunakan mengingat karakteristik variabel penelitian yang bersifat ingin mengetahui informasi terhadap suatu media yang diterapkan, yaitu bagaimana perbedaan hasil belajar peserta didik yang menggunakan media interaktif dengan hasil belajar peserta didik yang tidak menggunakan media interaktif pada materi Kondisi fisik wilayah Indonesia di kelas VIII.

Model eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah control group pre-test dan post-test. Penelitian ini dilakukan pada dua kelompok siswa yaitu kelompok eksperimen yang menggunakan media interaktif dan kelompok


(27)

kontrol yang menggunakan media gambar. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang digunakan dengan cara mengukur indikator-indikator variabel sehingga dapat diperoleh gambaran umum dan kesimpulan atau permasalahan yang diteliti.

Langkah awal untuk menentukan unit-unit eksperimen dilakukan dengan memilih sekolah, yang kemudian memilih dua kelas yang homogen ditinjau dari kemampuan akademiknya sebagaimana pada tabel 3.1.

Tabel. 3.1.Desain Eksperimen

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Eksperimen O1 ________________ X1 ________________ O2 Kontrol O1 ________________X2________________ O2

Keterangan :

O1 : Tes yang diberikan sebelum proses belajar mengajar O2 : Tes yang diberikan sesudah proses belajar mengajar X : Pembelajaran dengan perlakuan (media interaktif) untuk kelompok Eksperimen

X2 : Pembelajaran dengan perlakuan (media gambar) untuk kelompok kontrol

Pengelompokan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan berdasarkan kelas yang telah ada. Ciri utama dari eksperimental adalah adanya pengontrolan variabel dan pemberian treatment terhadap kelompok eksperimen. Peneliti menggunakan nilai rata-rata ulangan harian yang mewakili kemampuan kognitif


(28)

peserta didik dan pre-test sebagai dasar kesamaaan karakteristik atau yang disamakan.

B. Kegiatan Penelitian a. Prosedur Penelitian

Prosedur adalah tahapan pelaksanaan yang ditempuh dalam suatu kegiatan. Prosedur yang dilaksanakan dalam kegiatan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Sebelum melaksanakan penelitian, penulis melaksanakan studi kepustakaan

sebagai dasar dalam melaksanakan penelitian dengan konsep penelitian, maupun strategi penelitian.

2) Penulis melaksanakan diskusi dengan guru mata pelajaran yang akan melaksanakan pembelajaran. Materi pelatihan yang utama adalah media pembelajaran interaktif dan media gambar berdasarkan topik/tema, mencakup konsep dan strategi pelaksanaan.

3) Peneliti bersama guru mata pelajaran merancang dan menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan media interaktif pada kelas eksperimen dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) konvensional pada kelas kontrol yang menggunakan media gambar..

4) Penulis bersama guru mata pelajaran menyusun instrument penelitian, melaksanakan uji coba, memperbaiki instrument, dan pengesahan instrument. 5) Memberikan tes awal kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol kemudian

menentukan mean dan simpangan baku dari masing-masing kelas untuk mengetahui kesamaan tingkat hasil belajar.


(29)

6) Proses pelaksanaan eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan pada kelas eksperimen dengan media interaktif dan kelas kontrol dengan media gambar Pembelajaran atau pelaksaan eksperimen dilakukan oleh guru mata pelajaran. Peneliti bertindak sebagai observer baik kelas eksperimen dan kelas kontrol.

7) Selama proses pembelajaran peneliti dan guru mengamati aktivitas peserta didik yang dilakukan di kelas.

8) Setelah proses pembelajaran, guru memberikan post-test untuk mengukur hasil belajar di kelas eksperimen dan di kelas kontrol.

9) Pada tahap akhir kegiatan penelitian menganalisis data dengan menggunakan uji beda (uji t) untuk mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b. Media Interaktif yang Digunakan Dalam Penelitian

Media interaktif dalam penelitian ini memanfaatkan media yang sudah tersedia dengan aplikasi interaktif yang dirancang dengan menggunakan program Flash 10 yang diproduksi oleh PT Sinatria Arta Asmawi Bandung. Tipe pembelajaran dalam penelitian ini yaitu tipe tutorial yang dilengkapi dengan simulasi dan latihan.

Berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat dalam silabus kemudian dijabarkan menjadi indikator, dan ditentukan tujuan pembelajarannya. Untuk materi Kondisi fisik wilayah Indonesia yang tercakup dalam SK ke-1 dan KD 1.1. ini, dijabarkan menjadi beberapa


(30)

indikator. Berikut ini adalah indikator keberhasilan belajar sebagaimana tertera pada Tabel 3. 2. berikut.

Tabel 3.2.Penjabaran SK, KD dan Indikator Standar

Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator 1. Memahami

usaha manusia untuk mengenali perkembangan lingkungannya.

1. 1. Mendeskrip -sikan kondisi fisik wilayah dan penduduk.

1. Menunjukkan letak geografis (letak geografis, letak astronomis) Indonesia

2. Menganalisis hubungan letak geografis dengan perubahan musim di Indonesia.

3. Mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan musim dan menentukan bulan berlangsungnya musim hujan dan musim kemarau di wilayah Indonesia.

4. Menyajikan informasi persebaran flora dan fauna tipe Asiatis, tipe Australis, serta kaitannya dengan pembagian wilayah Wallace dan Weber .

5. Menganalisis jenis tanah dan pemanfaatannya di Indonesia Sumber ; Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) 2006

Tabel di atas dapat dijadikan sebagai acuan untuk pencapaian kompetensi yang diperlukan dalam materi kondisi fisik wilayah Indonesia. Agar pencapaian kompetensi pada materi kondisi fisik wilayah Indonesia peserta didik dapat terukur dengan baik, maka KD 1.1 Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk dijabarkan ke dalam 5 indikator pencapaian kompetensi (tujuan pembelajaran) yaitu: 1) menunjukkan letak geografis (letak geografis, letak astronomis) Indonesia, 2) menganalisis hubungan letak geografis dengan perubahan musim di Indonesia, 3) mengidentifikasi sebab terjadinya perubahan musim dan menentukan bulan berlangsungnya musim hujan dan musim kemarau,


(31)

4) Menyajikan informasi persebaran flora dan fauna tipe Asiatis, tipe Australis dan tipe peralihan, serta kaitannya dengan pembagian wilayah Wallace dan Weber, 5) menganalisis jenis tanah dan pemanfaatannya di Indonesia.

Media interaktif yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk CD yang sudah tersedia dengan aplikasi interaktif yang dirancang dengan menggunakan program Flash 10 yang diproduksi oleh PT Sinatria Arta Asmawi Bandung. Tipe pembelajaran dalam penelitian ini yaitu tipe tutorial yang dilengkapi dengan simulasi dan latihan. Media interaktif ini terdiri dari beberapa karakter yaitu : audio, visual, animasi, musik dan simulasi. Pada bagian akhir dilengkapi dengan latihan berupa soal-soal yang dapat dilakukan secara interaksi oleh pengguna. Selain itu juga terdapat teks dengan format PDF yang dapat dicetak secara langsung. Pada format latihan, disajikan sejumlah soal pilihan ganda yang dapat dilakukan secara interaftif oleh peserta didik perorangan dengan dilengkapi skor di akhir latihan. Guru dan peserta didik dapat mengukur kemampuan pemahaman konsep peserta didik secara langsung.

Untuk melatih keterampilan peserta didik dan mengukur kemampuan peserta didik, disediakan format latihan yang dapat dilakukan dengan cara memasangkan gambar pada tabel. Dengan demikian media interaktif ini lebih praktis dan dapat digunakan kapanpun dibutuhkan. Peserta didik dapat melatih dirinya di manapun sesuai yang diinginkan.

Untuk lebih jelasnya disajikan beberapa urutan tampilan media interaktif yang digunakan oleh peneliti. Tampilan media interaktif sebagaimana tergambar pada Tabel 3.3. berikut.


(32)

Tabel 3.3. Rincian Tampilan Media Interaktif dalam Penelitian

No Slide Waktu Materi Gambar

1 2 menit Halaman awal berisi pilihan bab

Cover/Profil 2 3 menit Judul dan Pilihan SK/KD

serta materi

Peta Dunia 3 7 menit Teks mengenai musim di

Indonesia

Globe 4 10 menit Penjelasan mengenai angin

tetap dan angin periodik

Gambar angin topan

5 8 menit Teks tanah tentang jenis-jenis Jenis tanah dan lapisan tanah diIndonesia 6 5 menit Klasifikasi tanah menurut

Mohr

Jenis tanah latosol

7 7 menit Teks mengenai Flora dan fauna

Hutan 8 5 menit Teks binatang khas

Indonesia

Badak berula satu

Tampilan media interaktif yang ada di dalam CD berbentuk peta, teks, gambar, format simulasi, format PDF dan format latihan sebagaimana tertera pada gambar 3. 1, 3. 2, 3. 3, dan 3. 4.


(33)

Gambar 3.2. Pola Pergerakan Angin

Gambar 3.2. menunjukkan pola pergerakan angin yang terjadi di Indonesia yang berakibat pada terbentuknya angin tetap dan angin periodik ditampilkan dalam durasi 10 menit.

Gambar 3. 3. Jenis tanah di Indonesia

Gambar 3. 3. Menampilkan jenis tanah di Indonesia menurut Mohr dengan durasi 8 menit.


(34)

Gambar 3.4. Flora Indonesia

Gambar 3. 4. menampilan jenis flora yang ada di Indonesia dengan durasi selama 7 menit.

Gambar 3.5. Latihan memasangkan gambar pada Tabel

Gambar 3. 5. Menampilkan gambar binatang khas Indonesia yang dapat secara interaktif dipasangkan dalam tabel.


(35)

c. Pelaksanaan Pembelajaran

1. Pembelajaran dengan Media Interaktif Pertemuan 1

Kompetensi dasar :

1.1.Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah Indonesia Skenario Pembelajaran :

1) Kegiatan diawali dengan tanya jawab tentang materi yang berhubungan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa.

2) Setelah mendapat petunjuk dari guru, peserta didik menggunakan media interaktif untuk pembelajaran (satu komputer untuk 2 orang peserta didik). Pembelajaran berlangsung dengan media interaktif sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

3) Kegiatan pembelajaran selanjutnya menggunakan metode kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).

a) Peserta didik berkelompok masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang

b) Peserta didik mendapat nomor urut masing-masing

c) Masing-masing siswa mendapat soal dari guru sesuai nomor urutnya

d) Peserta didik menyelesaikan soal itu

e) Peserta didik menyamakan persepsinya tentang jawabannya dengan peserta didik dari kelompok lain yang bernomor sama

4) Kegiatan pembelajaran diakhiri dengan presentasi kelompok, evaluasi dan refleksi.

Pertemuan 2

Kompetensi Dasar :


(36)

Indikator :

a) Menunjukkan letak geografis (letak geografis ,letak astronomis) Indonesia.

b) Menganalisis hubungan letak geografis dengan perubahan musim di indonesia.

Skenario Pembelajaran :

1) Awal pembelajaran guru mengajukan pertanyaan tentang letak astronomis Indonesia untuk mengarahkan peserta didik pada tujuan pembelajaran, melalui tanya jawab, pengetahuan awal siswa diketahui.

2) Dua siswa menempati satu meja komputer.

3) Peserta didik melakukan pembelajaran dengan menggunakan media interaktif sesuai petunjuk dari guru.

4) Kegiatan selanjutnya menggunakan metode kooperatif dengan teknik berkirim salam dan soal.

a) Peserta didik dibagi menjadi kelompok yang terdiri dari 4 – 5 orang

b) Setiap kelompok membuat soal

c) Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan untuk menyampaikan salam dan soal kepada kelompok lain.

d) Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman kelompok lain dengan waktu yang ditentukan

e) Kegiatan diakhiri dengan mencocokkan jawaban dengan kelompok pembuat soal.

f) Refleksi.

Pertemuan 3

Kompetensi dasar :


(37)

Indikator :

a) letak astronomis indonesia.

b) menganalisis pengaruh letak astronomis terhadap wilayah Indonesia

Skenario Pembelajaran :

1) Pada awal pembelajaran guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan flora dan fauna serta jenis tanah yang ada di Indonesia

2) Guru menginformasikan tujuan pembelajaran dan karakter yang akan dibentuk.

3) Satu komputer oleh 2 orang siswa

4) Kegiatan selanjutnya peserta didik melakukan pembelajaran dengan media interaktif tentang materi flora dan fauna.

5) Selesai menggunakan media interaktif, pembelajaran dilanjutkan dengan metode TGT (Time Game Turnament)

a) Guru telah menyiapkan soal

b) Peserta didik terbagi menjadi kelompok yang terdiri dari 4 - 5 orang

c) Setiap kelompok menempati satu meja turnamen

d) Setiap peserta didik mengambil kartu soal yang telah disediakan e) Setiap peserta didik dapat mengerjakan lebih dari satu soal f) Setiap kelompok mendapat skor sesuai dengan soal yang telah

dikerjakannya.

g) Kelompok siswa pada meja turnamen sesuai dengan skor yang diperolehnya mendapat sebutan (gelar) superior, very good, good, medium.


(38)

2. Pembelajaran dengan Media Gambar Pertemuan 1

Kompetensi dasar :

1.1Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah Indonesia Indikator :

a) letak geografis Indonesia.

b) Menganalisis hubungan posisi geografis dengan perubahan musim di indonesia.

Skenario Pembelajaran :

1) Kegiatan diawali dengan guru menunjukkan gambar dan peta letak geografis Indonesia.

2) Peserta didik mendengarkan penjelasan guru 3) Peserta didik membuat rangkuman dari materi 4) Kegiatan diakhiri dengan evaluasi

Pertemuan 2

Kompetensi dasar :

1. 1. Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah Indonesia Indikator :

a) Menunjukkan letak geografis (letak geografis ,letak astronomis) Indonesia.

b) Menganalisis hubungan letak geografis dengan perubahan musim di indonesia.

Skenario Pembelajaran :


(39)

2) Guru mengajukan pertanyaan tentang letak astronomis Indonesia untuk mengarahkan siswa pada tujuan pembelajaran

a) Peserta didik memperhatikan penjelasan guru berdasarkan gambar.

b) Peserta didik mengidentifikasi pengaruh letak astronomis Indonesia bersama kelompoknya

c) Peserta didik mencatat hasil menyimak 3) evaluasi

Pertemuan 3

Kompetensi dasar :

1. 1. Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah Indonesia Indikator :

1) Menjelaskan Flora dan Fauna di indonesia 2) Jenis tanah di Indonesia

Skenario Pembelajaran :

1) Pada awal pembelajaran guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan flora dan fauna serta jenis tanah yang ada di Indonesia

2) Guru menunjukkan beberapa gambar flora dan funa

3) Guru mengajukan lima pertanyaan yang harus dijawab siswa 4) Peserta didik menulis jawaban di buku tulisnya

5) Guru memanggil beberapa siswa untuk mencocokkan jawabannya 6) Pembelajaran diakhiri dengan penguatan.

C. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah konsep yang mempunyai nilai untuk mendefinisikan suatu kajian penelitian. Variabel penelitian ini adalah media


(40)

pembelajaran interaktif dan media gambar sebagai variabel bebas dan hasil belajar sebagai variabel terikat.

D. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 31 Kota Bandung Propinsi Jawa Barat yang terdiri dari kelas VIII – 1, VIII – 2, VIII - 3, VIII - 4, VIII - 5. Dan VIII – 6. Sedangkan sampel penelitian dilakukan terhadap dua kelas yang mempunyai karakteristik yang sama berdasarkan skor nilai ulangan yang telah dilakukan sebelumnya, Berikut adalah skor nilai ulangan yang dijadikan dasar sebagai penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini, sebagaimana tertera pada Tabel 3. 4.

Tabel 3.4. Data Nilai Hasil Ulangan 1 Kelas VIII 1-6 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012-2013

No. Kelas Jumlah Peserta Didik

Nilai Rata-rata

1. VIII-1 31 72,4 2. VIII-2 30 71,5 3. VIII-3 30 71,5 4. VIII-4 31 70,7 5. VIII-5 30 70,5 6. VIII-6 32 71,9 Sumber : Guru IPS Kelas VIII 1- VIII 6

Setelah didapatkan skor nilai ulangan yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian diidentifikasi rata-rata jumlah skor pada setiap kelas dan diperbandingkan untuk mencari kelas yang mempunyai skor nilai rata-rata yang sama dan guru yang memberikan pelajaran yang sama antara kelas eksperimen


(41)

dan kelas kontrol. Setelah didapat data hasil ulangan, maka penentuan sampel dilakukan pada kelas yang mendapat nilai rata-rata kelas sama, yaitu kelas VIII- 2 dan kelas VIII-3 yang mendapat nilai rata-rata ulangan masing-masing 71,5. Kelas VIII - 3 mendapat perlakuan media interaktif dan kelas VIII - 2 mendapat perlakuan media gambar.

E. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dari penelitian ini dapat dijelaskan melalui tabel 3.5. berikut.

Tabel 3.5.Teknik dan alat Pengumpulan Data

Sumber

data Jenis Data

Teknik pengumpulan

data

Instrumen

Guru Penilaian Guru terhadap

penggunaan media interaktif Non tes

Angket

Guru Penilaian terhadap Proses

Belajar Mengajar Non tes

Observasi Peserta

didik Hasil belajar Tes

Tes Hasil Belajar Peserta

didik kuesioner Non tes

Skala Sikap

F. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian. Kisi-kisi intrumen dimaksudkan rancangan pengambilan data penelitian. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Jenis Instrumen


(42)

1). Tes

Zainul (2001: 3-4) mendefinisikan, “tes sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang trait/atribut pendidikan atau psikologik yang setiap butirnya mempunyai jawaban atau kertentuan yang dianggap benar”.

Adapun tes yang digunakan adalah pre-test dan pos-test. Pre-test adalah tes yang diberikan sebelum pembelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana peserta didik mengauasai materi yang akan diberikan (entry behavior) sedangkan pos-tes adalah tes yang diberikan sesudah proses pembelajaran diselesaikan, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh manakah peserta didik menguasai materi yang telah diajarkan (achievement). “Perbedaan hasil kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh proses belajar dan mengajar, karena jika proses belajar dan mengajar baik maka akan terdapat perbedaan yang besar antara hasil post-tes dan pre-test”. Zainul (2001: 35).

2) Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk memperoleh informasi tentang pendapat siswa dalam penggunaan media interaktif dalam penelitian ini dan untuk mengukur sikap peserta didik dalam mencintai tanah air Indonesia.

3) Observasi

Observasi dilakukan oleh observer untuk memperoleh gambaran secara langsung aktivitas peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung. Yang bertindak sebagai observer adalah penulis dan dibantu oleh satu orang guru


(43)

Geografi. Observasi dilakukan sejak awal pembelajaran sampai guru menutup pelajaran dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan.

b. Analisis Instrumen

Sebelum digunakan, instrumen penelitian perlu ditelaah dan dinilai kualitas intrumen (validasi instrumen) dengan uji validitas, uji reliabilitas, uji indeks kesukaran, dan daya beda. Setelah uji kualitas intrumen, analasis data dapat dilaksanakan berupa uji normalitas, homogenitas, dan beda rata-rata. Validasi instrumen dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Uji Validitas

“Validitas berkenaan dengan ketetapan alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai”. (Sudjana, 1989: 12). Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang besar terhadap skor total. Adapun kriteria acuan untuk nilai validitas adalah sebagai berikut.

Tabel 3.6.. Kriteria Nilai Validitas Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 ≤ rxiitc,1,00 Sangat tinggi 0,60 ≤ rxiitc 0,80 Tinggi 0,40 ≤ rxiitc 0,60 Cukup 0,20 ≤ rxiitc 0,40 Rendah 0,00 ≤ rxiitc 0,20 Sangat rendah Sumber : Azwar, 2003 : 65


(44)

Hasil perhitungan uji validitas butir soal dapat dijelaskan sebagaimana tertera pada tabel 3.7.

Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Butir Soal

No

Soal Nilai Kriteria Keterangan No

Soal Nilai Kriteria Ket.

1 0.438 Valid Dipakai 14 0.513 Valid Dipakai

2 0.450 Valid Dipakai 15 0.467 Valid Dipakai

3 0.547 Valid Dipakai 16 0.121 Tidak valid Diganti

4 0.625 Valid Dipakai 17 0.569 Valid Dipakai

5 0.142 Tidak valid Diganti 18 0.525 Valid Dipakai

6 0.466 Valid Dipakai 19 0.347 Tidak valid Diperbaiki

7 0.685 Valid Dipakai 20 0.575 Valid Dipakai

8 0.502 Valid Dipakai 21 0.201 Tidak valid Diganti

9 0.340 Tidak valid Diperbaiki 22 0.267 Tidak valid Diperbaiki

10 0.684 Valid Dipakai 23 0.477 Valid Dipakai

11 0.259 Tidak valid Diperbaiki 24 0.071 Tidak Valid Diganti

12 0.483 Valid Dipakai 25 0.502 Valid Dipakai

13 0.384 Valid Dipakai

Sumber : Penelitian 2012

Dari hasil uji sebagaimana pada tabel 3. 7. soal yang valid berjumlah 17 dan soal yang tidak valid berjumlah 8 soal. Ke 8 soal yang tidak valid terdiri dari nomor 5, 16, 21 dan 24 diganti sedangkan nomor 9, 11, 19 dan 22 diperbaiki dengan alasan soal/item yang diperbaiki dapat mendukung konstruk. Jumlah soal yang valid dan diperbaiki adalah 25 soal. Setelah itu dilakukan pengukuran reliabilitas dari soal tersebut.


(45)

Validitas didasarkan pada hasil konsultasi dengan r tabel. Berdasarkan r tabel dengan tingkat kepercayaan (signifikansi) 0,05 atau 95 % serta n = 30, maka r tabel nya adalah 0,361. Oleh karena itu, jika r hitung lebih besar dari r tabel maka soal/item tersebut valid, sebaliknya jika r hitung lebih kecil dari r tabel maka soal/item tersebut tidak valid.

2. Uji Reliabilitas.

Reliabitas berkenaan dengan keajegan atau ketepatan hasil pengukuran. Sukmadinata (2009, 229). Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefesien reliabilitas. Dalam penelitian ini untuk menghitung reliabilitas tes berbentuk pilihan ganda digunakan rumus KR-20 yang diolah dengan menggunakan bantuan Software ANOVA Tes versi 4.0.

Hasil perhitungan uji reliabilitas butir soal dari tes uji coba dapat dilihat pada tabel 3. 8. berikut.

Tabel 3. 8. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Tes

Set Soal r

Kriteria

Keterangan Sedang Tinggi Sangat

Tinggi Tes

Instrumen 0,85 √ Reliabel Sumber : Penelitian 2012

Dari tabel 3.8. didapat nilai reliabilitasnya sebesar 0,85 yang berarti instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini sangat baik. Diketahui bahwa harga koefesien reliabitas tes sebesar 0,85. Nilai berkisar antara 0 dan 1. Jika ≥ 0,70 diindikasikan model pengukuran (instrumen pengukuran) memiliki


(46)

reliabilitas internal yang memadai dalam mengukur konstruk yang diteliti (Hair, et al. 1998: 88 dalam Kusnendi: 2008). Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa instrumen ini layak digunakan.

Adapun kriteria acuan untuk nilai realibilitas sebagaimana tertera pada tabel 3. 9. berikut.

Tabel 3.9. Kriteria Nilai Reliabilitas Koefisien Korelasi Interpretasi 0,80 ≤ rxiitc 1,00 Sangat tinggi 0,60 ≤ rxiitc 0,80 Tinggi 0,40 ≤ rxiitc 0,60 Cukup 0,20 ≤ rxiitc 0,40 Rendah 0,00 ≤ rxiitc 0,20 Sangat

rendah Sumber: Sugiyono, 1999

3. Uji Indeks Kesukaran.

Soal/item yang baik adalah butir soal/item yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Hal ini karena bila soal/item terlalu mudah tidak akan merangsang peserta didik untuk mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebaliknya juga bila butir soal/item terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik tidak bersemangat menjawab karena di luar jangkauan kemampuanya. Tingkat kesukaran soal adalah peluang menjawab benar atau salah pada tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks, yaitu indeks

kesukaran. JS

B P


(47)

Keterangan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyak peserta didik yang menjawab benar JS = jumlah siswa peserta tes

Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir soal adalah sebagaimana tertera pada tabel berikut.

Tabel 3.10. Tingkat Kesukaran Butir Soal

No Soal B JS Indeks Tingkat

Kesukaran (P) Keterangan

1 27 30 0.900 Mudah

2 28 30 0.833 Mudah

3 28 30 0.866 Mudah

4 19 30 0.633 Sedang

5 28 30 0,600 Sedang

6 23 30 0.700 Sedang

7 17 30 0.566 Sedang

8 21 30 0.700 Sedang

9 29 30 0.700 Sedang

10 29 30 0.900 Mudah

11 28 30 0.259 Mudah

12 28 30 0.483 Mudah

13 28 30 0.384 Mudah

14 24 30 0.513 Mudah

15 26 30 0.467 Mudah

16 28 30 0.121 Mudah

17 17 30 0.569 Sedang

18 15 30 0.525 Sedang

19 24 30 0.347 Mudah

20 27 30 0.333 Mudah

21 27 30 0.201 Mudah

22 24 30 0.267 Mudah

23 25 30 0.477 Mudah

24 6 30 0.071 Sukar

25 9 30 0.400 Sukar

Sumber ; Penelitian 2012

Klasifikasi untuk menginterpretasi indeks kesukaran butir soal/item adalah dijelaskan pada tabel 3. 11.


(48)

Tabel 3. 11. Kriteria indeks kesukaran Indeks Kesukaran (P) Interpretasi 0,00 – 0,30 Sukar 0,31 – 0,70 Sedang 0,71 – 1,00 Mudah Sumber:Sukmadinata, 2009: 210.

4. Uji Daya pembeda

Daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui kesanggupan soal dalam membedakan peserta diidk yang tergolong mampu (tinggi prestasinya) dengan peserta diidk yang tergolong kurang atau lemah prestasinya. (Sudjana, 1989; 141).

Daya pembeda butir soal/item dapat diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi butir soal/item. Angka indeks diskriminasi butir soal/item adalah angka/bilangan yang menunjukan besar kecilnya daya pembeda (discriminatory power) yang dimiliki butir soal/item yang dilambangkan dengan huruf (D) singkatan dari diskriminan.

Adapun klasifikasi untuk menginterpretasikan indeks diskriminasi adalah sebagai berikut.

Tabel 3.12. Kriteria Indeks Daya Pembeda Daya Pembeda (D) Interpretasi

0,00 – 0,20 Jelek 0,21 – 0,40 Cukup 0,41 – 0,70 Baik 0, 71 – 1,00 Baik sekali Sumber: `, Sudjana 1999


(49)

Hasil uji daya beda dapat dilihat pada tabel 3. 13.

Tabel 3. 13. Daya Pembeda Butir Soal

No Soal BA BB BA -

BB

Daya

Pembeda Kriteria Ket.

Nilai Baru

1 8 6 2 0.250 Cukup

2 8 6 2 0.250 Cukup

3 8 2 2 0.250 Cukup

4 8 8 6 0.750 Baik sekali

5 8 3 0 -0.125 Jelek Diganti 0,625

6 7 1 4 0.500 Baik

7 8 4 7 0,875 Baik Sekali

8 8 4 4 0,500 Baik

9 8 7 1 0.125 Jelek Digamti 0,375

10 8 7 1 0.125 Jelek Diganti 0,250

11 7 7 0 0.250 Cukup

12 8 6 2 0.900 Baik sekali

13 8 6 2 0.700 Baik

14 8 4 4 0.800 Baik sekali

15 8 6 2 0.866 Cukup

16 8 7 1 0.933 Baik sekali

17 7 2 5 0.566 Baik

18 7 2 5 0.500 Baik

19 8 4 4 0.733 Baik

20 8 5 3 0.733 Baik

21 8 6 2 0.633 Cukup

22 8 5 3 0.666 Cukup

23 8 5 3 0.833 Baik sekali

24 3 1 2 0.266 cukup

25 6 1 5 0.300 cukup

Sumber ; Penelitian 2012

Berdasarkan hasil perhitungan, dari 25 butir soal terdapat 7 soal yang memiliki daya pembeda jelek, 6 butir soal memiliki daya pembeda cukup, 7 butir soal memiliki daya pembeda baik, dan 5 butir soal memiliki daya pembeda baik sekali.

Hasil penilaian atau validasi terhadap instrumen digunakan sebagai dasar untuk penelitian sedangkan instrumen penelitian yang kurang memadai diganti dan selanjutnya diuji cobakan kembali. Setelah diuji cobakan kembali diperoleh


(50)

nilai pada nomor 5 adalh 0,625, nomor 9 adalah 0,375 dan nomor10 adalah 0,250. Dengan demikian instrumen layak digunakan.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji t (uji beda). Sebelum uji t dipergunakan, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji normalitas dan homogenitas data hasil penelitian. Apabila prasyarat terpenuhi maka uji t dapat digunakan, namun jika tidak terpenuhi maka akan digunakan Uji Wiloxon. Untuk memudahkan analisis data, maka digunakan bantuan Software SPSS versi 17.0.

a. Pengolahan data

Hasil belajar peserta didik juga dapat diidentifikasi berdasarkan indikator-indikator pada materi Kondisi fisik wilayah Indonesia yaitu a) menunjukkan letak geografis (letak geografis, letak astronomis) Indonesia, b) menganalisis hubungan letak geografis dengan perubahan musim di Indonesia, c) mengidentifikasi penyebab terjadinya perubahan musim dan menentukan bulan berlangsungnya musim hujan dan musim kemarau di wilayah Indonesia, d) menyajikan informasi persebaran flora dan fauna tipe Asiatis, tipe Australis, serta kaitannya dengan pembagian wilayah Wallace dan Weber, e) menganalisis jenis tanah dan pemanfaatannya di Indonesia. Hasil belajar berdasarkan indikator tersebut dapat dikemukaan pada tabel 3. 14. berikut.


(51)

Tabel 3. 14. Hasil Belajar Berdasarkan Indikator No Indikator Ranah Kognitif

C1 C2 C3 C4 1. Menunjukkan letak geografis

(letak geografis, letak astronomis) Indonesia

1, 15 3, 13, 14, 16

2, 5,

12 4, 2 Menganalisis hubungan letak

geografis dengan perubahan musim di Indonesia.

6, 7, 8, 9 10 3 Mengidentifikasi penyebab

terjadinya perubahan musim dan menentukan bulan berlangsungnya musim hujan dan musim kemarau di wilayah Indonesia

11, 18 17

4 Menyajikan informasi

persebaran flora dan fauna tipe Asiatis, tipe Australis, serta kaitannya dengan pembagian wilayah Wallace dan Weber .

22 19, 20 21

5 Menganalisis jenis tanah dan

pemanfaatannya di Indonesia 23 24 25

b. Skala Sikap

Skala sikap dimaksudkan untuk mengukur sikap cinta tanah air peserta didik. Nilai yang termuat dalam karakter cinta tanah air yaitu ; Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa. Adapun Indikator yang termuat di dalamnya adalah ; 1) Menyenangi keunggulan geografis wilayah Indonesia, 2) Mengagumi kesuburan tanah di Indonesiam 3) Mengagumi keberagaman hasil-hasil pertanian, perikanan Indonesia, 4) Mengagumi kekayaan laut Indonesia 5) Mengagumi keberagaman flora dan fauna Indonesia.


(52)

Identifikasi peserta didik dilihat dari sikap cinta tanah air pada pembelajaran dengan menggunakan media Interaktif dan pembelajaran dengan menggunakan media gambar dalam penelitian ini dapat dijelaskan berdasarkan indikator sebagaimana tertera pada tabel 3. 15

Tabel 3. 15. Sikap Cinta Tanah Air Berdasarkan Indikator

No Indikator Ranah Afektif

A1 A2 A3 A4 1 Menyenangi keunggulan

geografis wilayah Indonesia

1, 29 2, 7, 28 8, 11 2 Menyenangi kesuburan tanah

di Indonesia

4 3, 24 20 25

3 Mengagumi keberagaman hasil-hasil pertanian, perikanan Indonesia

5, 13, 27 23

4 Mengagumi kekayaan laut Indonesia

12 22, 26 30

5

Mengagumi keberagaman flora dan fauna Indonesia

6, 9, 17, 18

14, 15, 21

16 10, 19

H. Analisis Data

1. Uji Normalitas

Tujuan dilakukannya uji normalitas adalah mengetahui apakah suatu variabel terdistribusi normal atau tidak. Normal atau tidaknya suatu variabel dilihat dari mean dan standar deviasi yang sama. Jika variabel berdistribusi normal maka data dianalisis melalui parametric test dan jika tidak berdistribusi normal data dianalisis melalui non paramectric-test.


(53)

Uji normalitas menggunakan Test of Normality berdasarkan pada uji Kolmogorov-Smirnov. Penetapan data yang telah dianalisis berdistribusi normal atau tidak, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut:

a. Tentukan taraf signifikansi (α = 0,05).

b. Bandingkan nilai p-value dengan taraf signifikansi yang diperoleh. c. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari

populasi berdistribusi normal.

d. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α, maka sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Tujuan dilakukan uji homogenitas adalah mengetahui populasi mempunyai variansi homogen atau heterogen. Uji homogenitas menggunakan Tes of Homogeneity of Variance berdasarkan pada uji Levene Test. Penetapan data yang telah dianalisis bersifat homogen atau heterogen, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut:

a. Tentukan taraf signifikansi (α = 0,05).

b. Bandingkan nilai p-value dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

c. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh > α, maka setiap variansi sampel sama (homogen).

d. Jika signifikansi (Sig) yang diperoleh < α, maka setiap variansi sampel tidak sama (heterogen).


(54)

3. Uji Beda Rata-rata

Tujuan uji beda rata-rata adalah mengetahui ada tidaknya perbedaan perolehan nilai pre-test dan post-test. Uji beda rata-rata menggunakan Independent Sampel T Test utuk sampel berdistribusi normal dan homogen. Jika sampel tidak berdistribusi normal dan atau tidak homogen digunakan tes Wiloxon.

Penetapan ada tidaknya perbedaan perolehan nilai pre-test dan post-test, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut.

a. Tentukan taraf signifikansi (α = 0,05).

b. Jika Asymp. Sig < 0,05, maka terdapat perbedaan nyata antara nilai pre-test dengan post-pre-test.

c. Jika Asymp. Sig > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan nyata antara nilai pre-test dengan post-test.

4. Data yang diperoleh melalui angket (kuesioner) dalam bentuk skala kualitatif dikonversi menjadi skala kuantitatif. Untuk pernyataan yang berkategori SS (Sangat Setuju) diberi skor 5, S (Setuju) diberi skor 4, R (Ragu-ragu) diberi skor 3, TS (Tidak Setuju) diberi skor 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1. Sebaliknya untuk pernyataan negatif kategori STS diberi skor tertinggi, makin menuju ke SS skor yang diberikan berangsur-angsur menurun.

I. Analisis Hipotesis

Penetapan ada tidaknya perbedaan perolehan nilai pre-test dan post-test, uji yang digunakan adalah Independent Sampel T Test untuk sampel berdistribusi normal dan homogen. Jika sampel tidak berdistribusi normal dan atau tidak homogen digunakan tes Wiloxon.


(55)

Penetapan ada tidaknya perbedaan perolehan nilai pre-test dan post-test, maka ditetapkan kriteria sebagai berikut:

a. Tentukan taraf signifikansi (α = 0,05).

b. Jika Asymp. Sig < 0,05, maka terdapat perbedaan nyata antara nilai pre-test dengan post-pre-test.

c. Jika Asymp. Sig > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan nyata antara nilai pre-test dengan post-test.


(56)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah peneliti memaparkan beberapa kondisi dan proses pembelajaran serta beberapa temuan yang diperoleh selama penelitian ini yaitu tentang pengaruh penggunaan media interaktif pada materi kondisi fisik wilayah Indonesia terhadap hasil belajar dan sikap cinta tanah air peserta didik, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan.

1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar peserta didik antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pre test) yang dapat dilihat dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji t menunjukkan bahwa hasil belajar peserta didik yang belajar dengan media interaktif dengan peserta didik yang belajar dengan menggunakan media gambar tidak ada perbedaan. Berdasarkan nilai rata-rata yang diperoleh pada pengukuran awal (pre-test) nilai rata-rata 55,5 pada kelas eksperimen dan nilai rata-rata 55,6 pada kelas kontrol. Dari sini terlihat bahwa kemampuan peserta didik pada awal pembelajaran sebelum dilakukan perlakuan pada kelas yang menggunakan media interaktif ternyata sama dengan kemampuan siswa di kelas yang menggunakan media gambar.

2. Terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar peserta didik dari kelas eksperimen yang diberi perlakuan media interaktif dibandingkan dengan kelas kontrol yang diberikan perlakuan dengan media gambar, dapat dilihat


(57)

dari hasil perhitungan perbedaan rata-rata dengan menggunakan uji t nilai dari nilai t hitung sebesar (-24.008) dengan df 29 dan nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 lebih kecil dibanding taraf signifikansi (alfa) sebesar 0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar antara sebelum dan sesudah menggunakan media interaktif. Bila dikonsultasikan dengan t tabel yaitu (df 29 dengan derajat kesalahan 5%) diperoleh sebesar 2,045 (0,05 dk 29) dan t hitung sebesar -24.008 berada di luar daerah penerimaan Ho (-24.008- +24.008) atau berada pada daerah penolakan Ho atau berada pada daerah penerimaan Ha (Sugiyono, 2011 : 454). Hal ini berarti terdapat perbedaan hasil belajar antara sebelum dan sesudah menggunakan media pembelajaran dengan media interaktif. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa setelah diberi perlakuan terhadap kelas eksperimen dengan pembelajaran menggunakan media interaktif ternyata memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan kelas yang menggunakan media gambar dilihat dari hasil post test siswa.

3. Terjadi peningkatan yang signifikan dalam hasil belajar peserta didik di kelas eksperimen dari sebelum perlakuan pembelajaran menggunakan media interaktif dibandingkan dengan setelah diberikan perlakuan pembelajaran menggunakan media interaktif, terlihat dari hasil perhitungan nilai rata-rata pre test dan post test di kelas eksperimen menggunakan uji t. Hasil ini menujukkan terjadi peningkatan dari peserta didik dilihat dari hasil pre test yang dibandingkan dengan hasil post test ternyata terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini membuktikan bahwa media interaktif yang diterima


(58)

peserta didik pada saat pembelajaran cukup baik dan berpengaruh besar terhadap daya ingat dan pengetahuan siswa sehingga peserta didik dapat mengerjakan post test denganlebih baik dibanding ketika mengerjakan pre test.

4. Terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik di kelas kontrol dari hasil perhitungan nilai rata-rata pre test dan post test namun peningkatannya tidak besar dibandingkan dengan kelas eksperimen disebabkan peserta didik menjawab bervariasi sesuai dengan sikapnya saat tes diberikan bukan akibat adanya perubahan perlakuan seperti yang terjadi di kelas eksperimen. Walaupun di kelas kontrol diberikan pembelajaran dengan media gambar, peserta didik mampu menangkap materi-materi yang bersumber dari buku sehingga mereka masih mampu mengerjakan post test. Namun apabila dibandingkan ternyata peningkatannya masih lebih kecil dibanding dengan kelas yang menggunakan media interaktif.

5. Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hasil belajar peserta didik di kelas yang menggunakan media interaktif dibanding dengan siswa di kelas yang menggunakan media gambar. Hal ini terlihat dari rata-rata gain kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil rata-rata gain di kelas yang menggunakan media interaktif lebih besar dibanding dengan rata-rata gain di kelas yang menggunakan media gambar. Perbedaan ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media interaktif ternyata lebih baik dibanding dengan pembelajaran dengan menggunakan media gambar.


(1)

113

2. Pada saat berlangsungnya pembelajaran dengan media interaktif, kontrol guru harus lebih tepat agar peserta didik tidak melakukan kegiatan lain atau membuka situs lain.

3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media interaktif berpengaruh signifikan dan memiliki kontribusi yang besar dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik, maka penulis menyarankan agar sekolah yang sudah memiliki fasilitas lab komputer menyediakan materi-materi yang lebih lengkap, agar guru tidak lagi kesulitan mencari sumber-sumber yang dibutuhkan.

4. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media interaktif membutuhkan fasilitas yang memadai, oleh karena itu pemerintah dalam hal ini diharapkan dapat memberikan bantuan kepada sekolah-sekolah yang belum memiliki fasilitas komputer tersebut.

5. Tidak semua guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan pembelajaran dengan media interaktif, untuk itu diharapkan kepada para guru yang belum memiliki kemampuan dan kemauan tersebut untuk meningkatkan kompetensinya.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anderson and Krathwohl. (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and

Assessing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives.

New York: Addison Wesley Longman Inc.

Arjana, I Gusti Bagus. (2006). Disiplin Geografi Dalam Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Pengembangan Sosial. Seminar Nasional Pendidikan IPS Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. ISBN :979. 15127- 0-1. Bandung.

Arjana, I Gusti Bagus. (2011). Pendidikan Geografi dalam Strategi Antisipasi Bencana Alam di Indonesia. Pidato Pengukuhan Guru Besar. Kupang. Tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Edisi Revisi. Jakarta: Bumi Aksara.

Azhar, Arsyad. (2011). Media Pembelajaran. Jakarta. Raja grafindo Persada. Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bahri, S. Djamarah dan Aswan Zain. (1995). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Campbell, T Donald. (1966). Experimental and Quasi Experimental Designs For Research. USA : Library of Congres Catalogue.

Creswell, J. W. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& D. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Daeng Sudirwo. (2002). Kurikulum dan Pembelajaran Dalam Rangka Otonomi Daerah. Bandung : Andira.

Dahar, R. W. (2006). Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Erlangga.. Daldjoeni. (1986), Pokok Pokok Geografi Manusia, Bandung : Alumni.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004). Pedoman Pembelajaran Geografi Secara Kontekstual Untuk Guru SMP. Jawa Barat : Depdiknas.

Deporter, B dan Hernacki, M (1999). Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa.

Dick, WQ & Carey, L (1990) The Systematic Design of Instruction 3 nd. Florida : Harper Collins Publishers.


(3)

115

Dikti, (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.

Dimyati dan Modjiono. (1999). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rineka Cipta Dinas Pendidikan Kota Bandung. (2004). Model – model Pembelajaran. Bandung

: SMP Kartika XI.

Gerlach dan Ely. (1971). Teaching and Media, a Systematic Approach . New Jersey:Prentice Hall.

Hadi, Sutrisno. (2004). Metodologi Research. Yogyakart : ANDI

Hamalik, O. (1999). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara.

Hamzah. (2007). Model Pembelajaran. (Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta. Bumi Aksara.

Handayani, D dan Sadiah K. (2009). Perencanaan Desain Pembelajaran. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan TK dan PLB. Tersedia di http:www.tkplb.org.[10 Oktober, 2011].

Hasan, S. H. (2005). ImplementasiPendidikan IPS dalam Menghadapi Tantangan Global. Makalah pada Seminar Pendidikan IPS PPS UPI Bandung. 19 Desember 2005

Heinich, R. Molenda, M. dan Russel, J. D. (1982). Intructional Media and The New Tecnologies of Instruction. New York: John Wiley & Sons.

Iip Miftah Farid. (2011). Media CD Interaktif berbasis animasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Tesis Sps UPI. Bandung: Tidak diterbitkan. Iskandar. (2009). Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (kuantitatif dan

kualitatif). Jakarta:Gaung Persada pers.

James, W. (1998). Capturing and Directing the Motivation to Learn. Speaking of Teaching. Stanford University Newsletter on Teaching. Vol. 10. No. 1 Jauhar, M. (2011). Implementasi Paikem dari Behavior sampai Konstruktivistik.


(4)

Joice, B., Weil, M and Calhoun, E. (2009). Model-Model Pengajaran. Model of Teaching (Eighth edition). Alih bahasa. Fawaid, A dan Mirza, A. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kemp, J. E dan Dayton, D. K. (1995). Planning dan Producing Intructional Media (fifth edition). New York: Harper & Row, Kemendiknas. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta. Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum Publishers.

.Kusnendi. (2007). Model-Model Persamaan Struktural; Satu dan Multigroup Sampel dengan LISREL. Bandung. Alfabeta.

Kusnendi. (2008). Bahan Kuliah Statistika Terapan. Tidak diterbitkan.

Kustandi dan Sutjipto. (2011). Media Pembelajaran Manual dan Digital. Bogor. Ghala Indonesia

Lie, Anita., (2008), Cooperatif Learning, Jakarta: Grasindo.

Lynne Hill. (2008). Pembelajaran Yang Baik. Bulettin PGRI Kuningan (Edisi ke-23 / Juni 2008).

Maryani, E. (2006). Pendidikan Geografi (Ilmu dan Aplikasi Pendidikan). Bandung: UPI Perss.

Maryani, E. 2006. Kontribusi Pendidikan Geografi dalam Mengembangkan Modal Sosial untuk Menuju Keunggulan Berbangsa dan Bernegara. Makalah pada Seminar Nasional IPS Bandung: 5 Agustus 2006.

Maryani, E. 2009. “Pengembangan Keterampilan Sosial Melalui Pembelajaran

Geografi”. Makalah pada Seminar Nasional Ikatan Geografi Jawa Barat,

Bandung.

Mulyono, Arifin Gafi dan Zaenul A. (1980). Media dan Lab IPS. Jakarta. Proyek Pengembangan Guru. Depdikbud.

Nasution. (2004). Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Ningrum. E. (2009). Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran. Bndung. Buana Nusantara.

Permendiknas Nomor 22 Tahun (2006). Tentang Standar Isi. Jakarta. Depdiknas Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika. Bandung. Alfabeta


(5)

117

Sanjaya, Wina. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Proses Pendidikan. Jakarta. Putra Grafika..

Santyasa, I Wayan. (2007). Media Pembelajaran. Workshop Media Pembelajaran bagi Guru-Guru SMA Negeri Banjar Angkan. Pada tanggal 10 Januari 2007 . Bandung: Universitas Ganesha.

Sardiman, A. M. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Satriyati, Ekna (2006). Pentingnya Pemahaman DiniPluralitas Dalam Masyarakat Indonesia Sebagai Pendukung Pendidikan Sosial-Budaya. . Seminar Nasional Pendidikan IPS Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. : Bandung. . ISBN :979. 15127- 0-1.

Siska Arimadona. (2011). Media interaktif Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Tesis Universitas Negeri Padang Padang.: Tidak diterbitkan.

Sudjana, Nana..(1995). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N, dan Rivai, A. (1991). Media Pengajaran. Bandung. Sinar Baru

Sudjana dan Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensinso.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Slavin, R., (1995), Cooperatif Learning Theory Research and Practice, Boston Ally and Bacon.

Sukmadinata, N. S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung. Yayasan Kesuma Bangsa.

Sukmadinata, N. S. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.

Sumaatmadja, Nursid. (1984). Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, Bandung : Alumni .

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi, Suatu Pendekatan Analisa Keruangan, Bandung : Alumni .

Sumaatmadja, Nursid. (1997). Metodologi Pengajaran Geografi, Jakarta : Bumi Aksara.


(6)

Suprijono, Agus. (2011). Cooperative Learning, Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Surya, M. (2003). Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung. Yayasan

Bakti Winaya.

Su’ud, Abu. (2006). Pendidikan IPS Sebagai Model Pendidikan Multikultural. Seminar Nasional Pendidikan IPS Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung. ISBN :979. 15127- 0-1.

Syah, Muhibbin. (2007). Psikologi Belajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Trianto. (2007). Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta.

Prestasi Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Welton, D. A. and Mallan, J. T.. (1988). Children and Their World (Terjemahan). Boston: Houghton Mifflin Co.

Winkel, W. S. 1983. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia

Wittich and Schuller. 1962. Audio Visual Materials. Thrid Edition USA:Harper and Brothers.

Yani, A. (2010). Pengembangan Model Meaningful Learning Untuk Meningkatkan Daya Nalar Siswa Melalui Aplikasi Mindmap Pada Mata Pelajaran Geografi di SMA. Disertasi SPs UPI, Bandung. Tidak diterbitkan

Zainul, A.dan Nasution, N. (1993). Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka.

Sagita, A (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Ict Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Bidang Studi Matematika. (Online) Tersedia: http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=30 &cad=rja&ved=0CFgQFjAJOBQ&url=http%3A%2F%2Fmarlina2.files.w

ordpress.com%2F2011%2F03%2Fproposal-anggit-rancage-sagita.docx&ei=WGaaULOvMorSrQfkk4H4Cw&usg=AFQjCNHuhnYAd Q1WjOx3Bx6-oI5w6cj95g (15 Oktober 2012)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X Ma Attaqwa

1 9 174

Hubungan antara motivasi belajar dan partisipasi belajar IPS geografi dengan sikap cinta tanah air pada peserta didik kelas viii SMP PPKS Surakarta tahun pelajaran 2007 2008

9 59 99

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF DAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL TERHADAP HASIL BELAJAR KIMIA.

0 1 14

PENGARUH FILM TANAH AIR BETA TERHADAP SIKAP NASIONALISME SISWA Film Tanah Air Beta Dan Sikap Nasionalisme (Studi Eksperimen Pengaruh Film Tanah Air Beta Terhadap Sikap Nasionalisme Siswa-Siswi kelas VIII di SMP N 4 Surakarta).

0 0 14

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN CD INTERAKTIF TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS :Studi Kuasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas Delapan Di SMPN 1 Kota Bandung:.

0 4 57

Keefektifan Model Penemuan Terbimbing Berbantuan Media CD Interaktif terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas VIII SMPN 2 Kawunganten pada Sub Materi Luas Permukaan dan Volum Prisma.

0 1 1

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN BELA NEGARA TERHADAP SIKAP CINTA TANAH AIR PADA SISWA KELAS XI SMA TARUNA NUSANTARA MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2010/2011.

0 0 2

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA MANIPULATIF TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS IV SEKOLAH DASAR

0 0 13

PENGARUH MINAT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMPN 1 TOMBOLO PAO

0 1 102

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PICTORIAL CONCEPT CARD (PICOCA) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK KELAS VIII MTS NEGERI BARRU

0 1 158