KONTRIBUSI PEDOMAN KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA GURU : Studi Pendayagunaan Guru Mata Pelajaran di Sekolah Menengah Umum Negeri Kotamadya Bandung.

KONTRIBUSI PEDOMAN KERJA

TERHADAP EFEKTIVITAS KINERJA GURU
(Studi Pendayagunaan Guru Mata Pelajaran di Sekolah Menengah Umum Negeri Kotamadya
Bandung)

TESIS

Diajukan Kepada Panrtia Ujian Tesis
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung
Untuk Memenuhi Persyaratan Menempuh Ujian
Magister llmu Pendidikan
Dalam Bidang Administrasi Pendidikan

Oleh

IKBAL
NIM 9334069

ADMINISTRASI PENDIDIKAN (S-2)


PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH :

/^

Prof. Dr. H. Supandi

Pembimbing I

,x " w
tfau^fofa*--^
Prof. Dr. H. Abdul Azis Wahab, MA

Pembimbing II


PROGRAM PASCA SARJANA

mSTTTDT KEGTJRUAN DAN DLMU PENDIDIKAN
BANDUNG

1996

Mengetahui:

//* Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan
/

Prof. Dr. H. E. Kusmana, MPd

PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996


ABSTRAK

TESIS

Tugas utama guru adalah mengajar (SK MENPAN No. 26 Tahun 1989, Pasal
27). Tugas mengajarmerupakan tugas yangdiarur secara terjadwal baik secara tahunan,
caturwulan, mingguan ataupun hariaa Konsekuensinya setiap guruhams mentaati aturan
penjadwalan tersebut, sebagai contoh bila gum tidak tepat waktu tentunya akan
mengganggii proses mengajar gum yang lainnya; hari-hari efektif menjadi tidak efektif;
kurang tuntasnya penyampaian materi pelajaran kepada siswa pada setiap pokok
bahasan; kurang tuntasnya pencapaian target kurikulum; masih sering terlambatnya
proses ketatausahaan sebagai bagian dari kegiatan pengajaran yang hams dikeijakan
guru, seperti: pengisian buku laporan hasil pendidikan siswa; mengelola berkas tugas
harian atau pekerjaan rumahserta mengelola hasil evaluasi setiap akhir pokok bahasan
(formatif) atau caturwulan (sumatif) yang proses keterlambatan sampainya hasil
tersebut pada siswa, memberikan dampak psikologis yang sangat berarti bagi motivasi
siswa untukdapat mengerjakantugas-tugas berikutnyasecara konsekuen.

Agar gum dapat mentaati aturan penjadwalan tersebut, gum seharusnya
memiliki "suatu actum dasar yang dapat digunakan guru untuk membuat prosedur

kerja yang perlu ditempuh, sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan pengajaran
dan mengevaluasi pengajaran yang telah dilakukannya dan menggunakannya
sebagai utnpan balikuntuk kepentingan pengajaran dari gum yang bersangkutan ",
definisi inilah dalam penelitian ini dimaksudkan sebagai definisi operasional dari
Pedoman kerja Guru.

Dalam penelitian iniPedoman KerjaGum diambil dariberbagai sumber terdiri
atas: 1) SK MENPAN No. 26 tahun 1989 Pasal 27); 2) Tanggung Jawab Guru; 3)
Peran Guru; 4) 10 Kemampuan Dasar Profesional Guru; 5) Kurikulum 1994 (buku
1,2, dan 3); 6) Kalender pendidikan; 7) Jadwal Mata Pelajaran; 8) Perangkat
Pengajaran;
9) Soal-soal EBTANAS tahun-tahun sebelumnya; 10) Informasi
mengenai materi pelajaran yang telah diterima siswa pada tahun ajaran /minggu
sebelumnya

Mengenai pendayagunaan gum oleh pimpinan sekolah dengan memanfaatkan

pedoman kerja guru, pimpinan sekolah dapat menggunakan manajemen kinerja dan
manajemen penilaian kinerja yang dapat dilakukan pimpinan sekolah berdasarkan


pendapat Prof Roger Gill, dengan menerapkan tahap-tahap dalam manajemen kinerja
dan manajemen penilaian kinerja tersebut dengan baik diharapkan dapat membantu

pimpinan sekolah dalam mempengaruhi guru untuk berkinerja sesuai dengan pedoman
kerja gum.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah "bagaimanakah kontribusi pedoman kerja guru terhadap efektivitas kinerja guru dan
bagaimanakah kontribusi manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja yang
dilaksanakan pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja guru untuk
mempengaruhi guru agar berkinerja sesuai dengan pedoman kerja guru serta
pengaruhnya terhadapefektivitas kinerjaguru ".

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian adalah guru-gum dari
berbagai mata pelajaran yang ditunjuk oleh pimpinan sekolah dari sekolah yang
bersangkutan dan para pimpinan sekolah dari SMUN 1, 2, 3, 5, 6, 7, Kotamadya
Bandung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa "kontribusi pedoman kerja guru (X)
terhadap efektivitas kinerja guru (Y2) menunjukkan "rxy"
= 0,857, dengan

berdasarkan interpretasi tabel "r" Guilford menunjukkan kontribusi tinggi atau
kuat, sedangkan berdasarkan interpretasi tabel "r" Product Moment bahwa angka
tersebut berada diantara 0,70dan 0,90yang menyatakan bahwa antara variabel X

dan variabel Yterdapat korelasi vane kuat atau tinggi. Sedangkan kontribusi yang
dapat diberikan manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja guru yang
dilaksanakan pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja guru (XI, X2,
X3, X4, XS, X6, X7 dan X8) untuk mempengaruhi guru agar berkinerja sesuai
dengan pedoman kerja guru (Yl) serta pengaruhnya terhadap efektivitas kinerja
guru (Y2) menunjukkan kontribusi yang sangat kuat dan kuat; yaitu (rylxl =
0,902; rylx2=0,95; ry1x3 = 0,75; rylx4 = 0,75; ry1x5 = 0,75; rylx6 =
0,756; rylx7= 0,756; ry2yl = 0,964).

Dengan demikian layaklah gum-gum memiliki dan memanfaatkan pedoman
kerja gum dan layaklah bagi pimpinan sekolah untuk menerapkan manajemen kinerja
dan manajemen penilaian kinerja dari pimpinan sekolah untuk mendayagunakan gumgum yang dipimpinnya dengan mengadopsi manajemen kinerja dan manajemen
penilaian kinerjadari Prof Roger Gill..

XI


PROGRAM PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996

DAFTAR

ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

vi


DAFTAR

ISI

x

DAFTAR PERAGA
DAFTAR

xiv

TABEL

xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB

L


xvii

PENDAHULUAN

1

1.1 Latar Belakang

1

1.1.1 Pentingnya Pedoman kerja pada SMUN

4

1.1.2 Pedoman Kerja dan Kinerja Gum Mata Pelajaran

10

1.2


Permasalahan

17

1.3 Tujuan Penelitian .

21

1.4

23

Manfeat Penelitian

1.5 Asumsi dan Hipotesis Penelitian

23

1.6 Definisi Operational


30

Halaman

BAB

H.

TINJAUAN PUSTAKA

34

2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia dan Manajemen
Personil

BAB

m.

34

2.1.1 Manajemen Sumber Daya Manusia

34

2.1.2 Manajemen Personil

39

2.2 Manajemen Kinerja dan Pedoman Kerja

41

2.3 Manajemen Penilaian Kinerja

65

2.4 Manajemen Kinerja Guru Mata Pelajaran

66

2.4.1

70

PeranGuru

2.4.2 Kemampuan Dasar Guru Mata Pelajaran

71

2.5 Manajemen Penilaian Kinerja Guru Mata Pelajaran ..

76

2.5.1

Dasar-dasar Penilaian Gum

77

2.5.2

Proses Penilaian Gum

82

2.6 Efektivitas Kerja dengan memanfaatkan Pedoman Kerja

86

2.7

93

Penelitian Terdahulu

METODE PENELITIAN

97

3.1 Metode Deskriptif-analitis

97

3.2 Alat pengumpul Data

98

3.3 Teknik Analisis Hasil Uji Coba Alat Pengumpul Data

108
xi

Halaman

BAB

IV.

3.4 Teknik Analisis Data

113

3.5 Populasi dan Subyek Penelitian

117

PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DANANALISIS DATA

4.1 Persiapan PengumpulanData

120

4.2 Pelaksanaan Pengumpulan Data

122

4.3 Pengolahan dan Analisis Data

122

4.4 Pengujianpersyaratan untuk Penggunaan
Statistik Parametrik

BAB

124

4.4.1 Pengujian Normalitas Distribusi Frekuensi

124

4.4.2 Pengujian Linieritas Regresi

127

4.4.3 Pengujian Keberartian Regresi

135

4.5 Pengolahan Data

149

4.5.1 Korelasi Sederhana antar Variabel

149

4.5.2 Korelasi Parsial antar Variabel

152

4.6 Analisis Data

165

4.6.1 Analisis Korelasi Sederhana

165

4.6.2 Analisis Korelasi Parsial

187

V. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

203

XI1

BAB

VL

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI HASIL PENELITIAN
REKOMENDASI HASIL PENELITIAN

6.1 Kesimpulan

243

6.2 Implikasi Hasil Penelitian

258

6.2.1 Implikasi Praktis

260

6.2.2 Implikasi bagi Penelitian Selanjutnya

264

DAFTAR PUSTAKA

265

xm

DAFTAR PERAGA

Peraga...

Halaman

1. AlurHubunganPedoman Kerja dengan Proses Penilaian Kinerja

2. Paradigma Penelitian dalam Hubungannya dengan Administrasi Pendidikan

3

33b

3. Hubungan Keberhasilan Pertumbuhan Ekonomi danKeberhasilan
Pembangunan Pendidikan

38

3. Operasionalisasi Manajemen Personil

42

4. Model Konseptual Kinerja Gum Saat PBM

45

5. Proses Implementasi RencanaKinerja

46

6. Model Manajemen Kinerja danManajemen PenilaianKinerja

49

7.

50

Proses Implementasi Manajemen KinerjadanManajemen Penilaian Kinerja

8. Model Proses Penilaian Kinerja Gum

83

9. Hubungan Struktur Organisasi dengan Efektivitas Organisasi

94

10. Gambaran Visualisasi Korelasi antara Pendapat Gum mengenai perlunya

Pedoman Kerja danEfektivitas Kinerja Gum

156

11. Visualisasi Hasil Perhitungan Korelasi Sederhana antaraManajemen Kinerja
danManajemen PenilaianKinerja Pimpinan dengan PendapatGuru mengenai
Pengamhdari Manajemen Pimpinandan EfektivitasKinerja Guru
12. Visualisasi Hasil Perhitungan Korelasi Parsial (XI -Yl)

157
158

(X2 -Yl)

159

14. Vasualisasi Hasil perhitungan Korelasi Parsial (X3 -Yl)

160

13. Vasualisasi Hasil perhitungan Korelasi Parsial

XIV

15. Visualisasi Hasil perhitungan Korelasi Parsial (X4danX5 -Yl)

161

16. Visualisasi Hasil Perhitungan Korelasi Varsial (X6 -Yl)

162

17. Visualisasi hasil Perhitungan Korelasi Parsial (X7 - Yl)

163

XV

DAFTAR TABEL

Tabel

Hal aman

1. Penjabaran Kemampuan Dasar Pi ofesional Guru

73

2. Kerangka Desain Penilaian Kinerja

79

3. Kisi-kisi Pendapat Pimpinan dalam Memanaj Kinerja Gum

80

4. Kisi-kisi Butir-butir Pedoman Kerja yang digunakan Pimpinan sebagai
Alat Manajemen

5. Informasi Pedoman Kerjayang diterima Gum dari Pimpinan Sekolah ...

101

103

6. Pengaruh Manajemen Pimpinan Sekolah agar Gum Menerapkan
Pedoman Kerja

105

7. Pemyataan Gum mengenai Efektivitas yang Dicapai dengan Menerapkan
Pedoman Kerja

106

8. Analisis Varian untuk Uji Linieritas Regresi

114

9. Penyebaran Anggota Subyek Uji coba dan Subyek Penelitian

119

10. Hasil Pengujian Korelasi Sederhana

155

11. Hasil Pengujian Korelasi Parsial

155

12. Kisi-kisi Manajemen Kinerja Pimpinan dengan Memanfaatkan Pedoman
Kerja

269

13. Hasil Pengujian Soal yang ditujukan pada Pimpinan Sekolah

322

14. Mean Pimpinan Sekolah yang Menjawab Benar

327

XVI

Halaman

15 Hasil Pengujian Soal yang Ditujukan pada Gum
16 Mean Gum-gum yang Menjawab dengan Benar
, 1u
17 Data Mentah Pendapat Pimpinan Sekolah

18. Data Mentah Pendapat Gum-gum

339

405
436

XVU

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran...

Halaman

1.

Kisi-kisi kuesioner

271

2.

Kuesioner yang ditujukan pada pimpinan sekolah

276

3.

Kuesioner yang ditujukan pada gum-gum

300

4. Hasil pengujian item soal yang ditujukan pada pimpinan sekolah

322

5.

Mean Pimpinan sekolah yang menjawab benar

327

6. Hasil pengujian item soal yang ditujukan pada gum

334

7.

339

Mean gum-gum yang menjawab benar

8. Menguji validitas item soal yang ditujukan kepada gum

345

9. Menghitung reliabilitas item soal yang ditujukan kepada pimpinan sekolah

384

10. Menguji validitas item soal yang ditujukan kepada gum

385

11. Menghitung reliabilitas item soal mengenai pendapat gum

401

12. Sural izin untukmengadakan penelitian dari :
12.1 Rektor

HOP Bandung

402

12.2

Kanwil Sospol Propinsi Jawa Barat

403

12.3

Kanwil Depdikbud Propinsi Jawa Barat

404

13. Data mentah Pendapat Pimpinan Sekolah

405

14. Daftar Distribusi Frekuansi

410

15. Hasil Uji Normalitas Data dengan Chi-Square

416

16. Perhitungan Regresi Sederhana dan Korelasi Sederhana

446

17. Perhitungan Regresi Ganda dan Korelasi Parsial

474

18. Data Mentah Pendapat Gum

436

19. Interpretasi Nilai Kai Kuadrat untuk Uji Normalitas Data

516

20. Interpretasi Uji F untuk mengetahui Linieritas Regresi

517
xviii

21. Interpretasi Uji t untuk menetapkan signifikan tidaknya regresi
22. Interpretasi Angkalndeks Korelasi Product Moment dan angkalndeks

518

Guilford untuk menentukan kuat lemahnyaKONTRIBUSI

suatu variabel alas variabel lainnya

23. Surat Keterangan telah selesai melaksanakan penelitian

519

521

XIX

BAB

I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia tidak akan terlepas dari kegiatan organisasi, baik di keluarga,
maupun di dalam masyarakat sekitamya ataupun di lingkungan pekerjaannya Secara
tradisional organisasi dimaksudkan "sebagaipersekutuan dari dua orang atau lebih
yang bekerja bersama secara formal terikat dalam rangka mencapai suatu tujuan

yang telah ditentukan" (Siagian, 1986: 3). Berdasarkan definisi organisasi tersebut
dalam suatu organisasi pada dasarnya terdapat orang-orang, proses kerja sama serta

adanya tujuan yang ingin dicapai. Dari ke tiga komponen tersebut yang sering menjadi
permasalahan terletak padabagaimana mengusahakan terselenggaranya kerja samayang
baik diantara orang-orang dalam organisasi, sehingga tujuan organisasi dapat tercapai

dengan memuaskan.. Terselenggaranya kerja sama yang baik sangat ditentukan oleh
kualifikasi dari orang-orang tersebut serta tingginya komitmen mereka terhadap tugas
yang mereka emban.

Dalam merealisasikan pencapaian tujuan organisasi, melalui kerja sama yang

baik biasanya disusunlah suatu skema pembagian tugas, tanggung jawab dan wewenang

dari setiap bidang pekerjaan dalam organisasi tersebut, yang lazimnya ditunjukkan
dalam suatu struktur organisasi. Struktur organisasi akan menampilkan hubungan kerja

sama secara berkesinambungan dari setiap bidang pekerjaan dalam organisasi. Dalam

hal ini contoh yang dapat ditarik dari dunia industri yaitu terjalinnya hubungan kerja
sama antara bidang pengolahan dengan bidang pemasaran. Pada dasarnya bidang
pengolahan tidak akan memulai pengolahan bila tidak ada aba-aba dari bidang
pemasaran yang memperoleh data mengenai jumlah yang perlu diproduksi berdasarkan

hasil penelitian pasar. Jalinan kerja sama di bidang pengolahanpun terjadi berke
sinambungan; dimulai dari bidang pengolahan bahan mentah diolah menjadi bahan
setengah jadi, selanjutnya diproses pada bidang pengolahan bahan setengah jadi untuk
seterasnya menjadi bahan jadi, selanjutnya ditemskan ke bidang pemasaran untuk didistribusikan kepada konsumen.

Dengan struktur organisasi belumlah cukup untuk membantu penyelesaian tugas

setiap bidang pekerjaan secara maksimal. Struktur organisasi masih berupa pedoman
kerja umum bagi setiap orang dalam organisasi. Setiap bidang tersebut perlu merinci
lagi pedoman kerja dalam bentuk rincian uraian tugas (Job Description) dan
persyaratan tugas (Job specification), yangberfungsi sebagai pedoman kerja yang lebih

spesifik untuk setiap bidang pekerjaan maupun untuk setiap orang yang mengerjakan
pekerjaan organisasi.

"Uraian tugas merupakan pedoman kerja yang memberi arah mengenai
bagaimana, mengapa, bilamana serta prosedur apa yang digunakan,
perilaku dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut (Job content); alat
bantu kerja, suasana jabatan, suasana organisasi, suasana sosial, dan
rencana tugas. Sedangkan persyaratan tugas diperlukan untuk
mengetahui persyaratan apa yang hams dipenuhi oleh seseorang sebagai
dasar untuk memangku suatu tugas dalam setiap bidang pekerjaan"
fMockijat, 1992:60-61).

Dengan demikian melalui uraian tugas yang ada pada setiap bidang pekerjaan

dalam organisasi, akan memberikan keuntungan kepada setiap pekerja dalam organisasi
tersebut untuk dapat bekerja secara teratur, terarah dan tercapainya tujuan yang diharapkan.

Lebih lanjut dikatakan mengenai kegunaan uraian tugas bagi pihak manajer
bahwa uraian tugas dibutuhkan untuk menilai kinerja karyawan, seperti yang diutarakan
Alexander (1993: 79)berikut ini:

"Uraian tugas menjadi acuan utamayang memberi arti bagi standar kinerja,

sehingga uraian tugas berfungsi sebagai alat untukpentfaan kinerja; Tingkat

pelaksanaan tugas merupakan dasar unTUk menilai karyawan; uraian tugas

merupakan piranti bagi manajer untuk menentukan apakah karyawan
melaksanakan seluruh tugas dan tanggung jawabnya"

Alur hubungan pedoman kerja dengan proses penilaian kinerja di alas,
digambarkan pada skema berikut ini:

Organizasi

Pedoman Kerja Khusus

Pedoman Kerja Umum

Pelaksanaan Kerja

Utaixn tugas

Kerja sama

diatur melalui struktur

dua orang/

organisasi mengenai

lebih dalam

bidang tugas. tang-

mencapai
tujuan

gung jawab, wewenang

analisis
"0 frraaic

(Job Contend
fungsi tbg standarkerji
Persyaratan Jabatan
(lob Specification)

Memben

arah kerja
Hasil kerja
+sesuaidgn
standar Kerja
orang ygtepat

Menentukan

PERAOA 1Aha Hubungan Pedoman Kerja dan Proses Penilaian Kinerja

Berdasarkan uraian dan skema di atas terlihat betapa pentingnya pedoman kerja
bagi terselenggaranya tugas-tugas setiap pekerja dalam organisasi secara benar dan

bagi pihak pimpinan berguna sebagai alat untuk menilai karya pekerjanya Di samping
itu, ditekankan bahwa secara umum pedoman kerja diperlukan oleh setiap pelaksana
pada organisasi manapun, besar atau kecil, baik yang diselenggarakan oleh swasta
ataupun pemerintah, usahajasa maupun industri.

1.1.2 Pentingnya Pedoman Kerja bagi Sekolah Menengah Umum Negeri

Sekolah Menengah Umum Negeri merupakan lembaga pendidikan yang di

selenggarakan oleh pemerintah, segala sumber daya pendidikan yang terdapat di
sekolah tersebut disediakan oleh pemerintah, lebih tegas dinyatakan pada Peraturan
Pemerintah No. 29Tahun 1990 Pasal 13 ayat (1) menyatakan bahwa,

"Pengadaan, pendayagunaan dan pengembangan tenaga kependidikan,

kurikulum, buku pelajaran, peralatan pendidikan, tanah dan gedung serta
pemeliharaan sekolah menengah yang diselenggarakan pemerintah
(SMUN)

menjadi

tanggung jawab

...

Menteri

Pendidikan

dan

Kebudayaan".

Sesuai dengan pemyataan di atas, menegaskan bahwa tugas pokok pemerintah
di SMUN berupa menyediakan, menempatkan tenaga kependidikan, memperbarui
kurikulum, menyediakan buku-buku pelajaran dan peralatan pendidikan, serta me

nyediakan gedung kelas dan tanah sekolah yang sesuai dengan kebijakan pemerintah

dan juga berdasarkan proyeksi kebutuhan. Begitu pula dalam hal pembinaan maupun

peiigeuiuaugan seuiua. Biuiiuei uaya pcuuiuiKiui wsttwuui uuan. toiicpjia uaii twuijaKaii

pemerintah.

Sedangkan untuk pendayagunaan atau operasionalisasi dari tenaga kependidikan
dan tata usaha sekolah, kurikulum, buku pelajaran, peralatan pendidikan, gedung kelas
dan tanah sekolah diserahkan kepada semua sumberdaya manusia yang terdapat di
sekolah tersebut untuk dikelola dengan sebaik-baiknya di bawah koordinasi Kepala

Sekolah sebagai pimpinan sekolah yang berorientasi kepada tercapainya tujuan pen
didikan secara nasional.

Untuk menjamin kelancaran pendayagunaan dan pencapaian tujuan tersebut di

atas, selain pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk fisik juga menerbitkan

pedoman-pedoman yang hams dimanfaatkan oleh setiap tenaga kependidikan, sebagai
berikut:

1. Untuk mendayagunakan tenaga kependidikan dan tata usaha sekolah, sejak tahun
1984 pemerintah telah menerbitkan buku pedoman berupa "Pedoman Umum Pe-

nyelenggaraan Administrasi Sekolah". Buku pedoman ini sampai sekarang masih
tetap dipakai di SMU seluruh Indonesia, karena setelah diberlakukannya UU no 2
tahun 1989 mengenai Sistem Pendidikan nasional dan disusul dengan diterbitkannya

Keputusan Mendikbud R.I No. 0489/1992 sebagai bagian penjabaran lebih lanjut
dari UU No. 2 tersebut yang berupa Ketentuan Umum dan Khusus untuk Sekolah

Menengah Umum, belura diiringi dengan Ketetapan Dirjen Dikdasmen mengenai
Pedoman Penyelenggaraan Administrasi dan Umum diSMU. Dengan demikian buku

Pedoman penyelenggaraan Administrasi Sekolah Menengah yang terbit tahun 1984

masih tetap berlaku sebagai pedoman praktis bagi semua tenaga kependidikan
dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari di sekolah.

Dalam buku pedoman tersebut diterangkan mengenai tugas dan tanggung jawab
semua tenaga kependidikan, meliputi tugas: ".. .Kepala sekolah dan Wakilnya, wall

kelas, gum mata pelajaran, gum praktek, petugas bimbingan penyuluhan,
pustakawan dan laboran" (PP No. 38 Pasal 43 Ayat (1)), ditambah dengan "gum
inti, koordinator bidang studi dan teknisi sumber belajar" (PP No. 38 Pasal 43

Ayat (2)), dibantu dengan petugas Tata Usaha Sekolah.

Untuk tugas tata usaha

sekolah secara khusus selain diterangkan mengenai tugas dan tanggung jawabnya
juga disertakan contoh-contoh mengenai seraua surat-surat yang berhubungan dengan
kegiatan penyelenggaraan pendidikan, sehingga dalam penyelenggaraan tugas ketata

usahaan memiliki standar yang sama di seluruh Indonesia yang memberikan dampak
positif terhadap pelaksanaan dan supervisi pada hasil ketatausahaan di sekolah.

2. untuk pendayagunaan kurikulum, secara khusus merupakan tugas pokok bagi setiap
gummata pelajaran sebagai pengembang kurikulum. "tanggung jawab gum dalam
mengembangkan kurikulum di sekolah ditandai dengan upaya tidak segera puas

dengan hasilyang telah tercapai" (Ghnfron, 1993: 35). "... selalu tetap berusaha

mencari gagasan bam, dan menyempurnakan praktek pengajarannya" (Nana
Sudjana, 1989: 16).

Kurikulum yang dijadikan acuan, yaitu: " Kurikulum SMUN tahun 1994", dengan
berdasarkan

Keputusan Mendikbud R.I No. 061/U/1993. Setelah berlakunya

Kurikulum SMUN tahun 1994 semua kurikulum sebelumnya tidak berlaku lagi.

3. Untuk pendayagunaan buku-buku pelajaran, hal ini merupakan tugas dari pustakawan yang diatur dalam buku " Pedoman Perpustakaan, yang berisi mengenai caracara mengatur, menyusun, menempalkan, memelihara dan memperbaiki buku-buku
kepustakaan.

4. untuk pendayagunaan peralatan pendidikan, seperti: peralatan kelas dan kantor,

laboratorium, kesenian dan perlengkapan olahraga diatur oleh Kepala Sekolah
dalam buku 'Tedoman Pendayagunaan Sarana dan Prasarana Sekolah", yang
mengacu pada buku Pedoman Penggunaan Barang-barang Milik Negara
Di samping itu, dilihat dari kualifikasi siswa yang memasuki SMUN pada

dasarnya memiliki NEM dari peringkat yang teratas. Dengan berdasarkan kelebihankelebihan yang dimiliki oleh SMUN di atas, kesempatan SMUN untuk menghasilkan

siswa dengan kualifikasi NEM lebih tinggi dari peringkat pendidikan yang diperoleh
siswa-siswa sebelumnya akan dapat terwujud. Hal tersebut sangat tergantung pada
bagaimana cara membelajarkan siswa, dan cara-cara membelajarkan siswa agaknya

akan lebih efektifbila dipandu dengan pedoman kerja
Dengan mengacu pada buku pedoman-buku pedoman tersebut di atas, setiap

sumber daya tenaga kependidikan dan tata usaha sekolah secara terpadu diharapkan
dapat bekerja secara teratur, terarah, optimal, dan secara bersama-sama memberikan

sumbangsihnya dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional, sesuai dengan bidang
pekerjaannya

"Jika setiap orang bekerja dengan baik sesuai dengan pedoman kerja
masing-masing dan setiap peran dapat dianggap sebagai salah satu mata
rantai kegiatan usaha, maka hasil usaha akan dapat dicapai secara baik
pula sesuai dengan sasarannya.
Hasil usaha merupakan msultante dari kegiatan-kegiatan dan hasil dari
individu-individu di dalam organisasi, oleh karena itu "persyaratan
pokok" hams dipenuhi yaitu hams tersedianya pedoman kerja" (Husli,
1990: vi).

Pedoman kerja merupakan persyaratan pokok dan langkah awal dalam

menentukan strategi-strategi kerja selanjutnya untuk sampai pada tujuan yang
diharapkan dengan cara-cara yang lebih efektifdan efisien.
"Jika setiap orang di dalam organisasi telah memilikipedoman kerja, setiap
orang akan mencoba mencapainya dan dapat mengukur sendiri apakah ia telah

bekerja dengan baik dan sekaligus akan mendorongnya untuk meningkatkan hasil
kerjanya" (Husli, 1990: vi).

Dengan demikian sesuai dengan pendapat di atas, tidak bisa dipungkiri bahwa

terdapat hubungan yang erat dan sangat menentukan antara pedoman kerja dengan
bekerja secara baik, dengan kata lain cara kerja yang baik ditentukan oleh pedoman

kerja Selanjutnya bekerja secara baik mempunyai hubungan yang positif untuk dapat
meningkatkan hasil kerja, dengan kata lain meningkatnya hasil kerja ditentukan oleh
cara kerja yang baik. Dengan demikian pedoman kerja akan memberikan arah untuk

dapat bekerja sesuai dengan prosedur dan cara kerja yang baik, bekerja dengan

prosedur dan cara kerja yang baik akan memberikan hasil yang memuaakan yang sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.

Begitupun dalam hal proses belajar mengajar, yang dilaksanakan gum mata

pelajaran akan lebih baik bila kegiatan tersebut dituntun dengan pedoman kerja Dengan
pedoman kerja, gum mata pelajaran dapat mengetahui ruang lingkup tugas dan tanggung

(isi kerja) pada mata pelajaran yang menjadi asuhannya Dengan pedoman kerja gum
mata pelajaran dapat bekerja sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan

(cara kerja standar), dengan langkah-langkah tersebut akan dapat diketahui tahap-tahap

penyelesaian pekerjaan (target hasil kerja), bila pekerjaan tersebut terpaksa terhenti
saat memulai pekerjaan kembali pedoman kerja dapat membimbingnya untuk memulai
dari mana (cara kerja). Pada akhirnya pedoman kerja akan menuntun kearah hasil akhir
pengajaran, yaitu tercapainya tujuan pendidikan SMU (sasaran kerja).

Mengingat begitu pentingnya pedoman kerja bagi terlaksananya pekerjaan

dengan baik, perlu kiranya 1) perhatian lebih lanjut bagi setiap pekerja untuk
mengusahakan tersedianya pedoman kerja atas pekerjaan yang menjadi tugasnya;

kalaupun pedoman kerja telah tersedia, selanjutnya; 2) mengusahakan agar pedoman
kerja tersebut dapat memberikan manfaat bagi terlaksananya pekerjaan; serta 3)
berusaha untuk terns memperbaiki pedoman tersebut sampai tercapainya hasil

pekerjaan yang memuaskan dengan cara-cara yang lebih efektif dan efisien. Namun

yang menjadi permasalahan sampai sekarang, usaha-usaha ke arah ketiga hal tersebut
belumlah maksimal, hal ini terlihat dari belum nampaknya hasil pekerjaan yang dapat
memuaskan semua pihak.

10

Secara khusus di kalangan gum-gum permasalahan yang nampak sehubungan

dengan perlunya pemanfaatan pedoman kerja yang menyangkut masalah belum
maksimalnya usaha untuk melengkapi pedoman kerja, belum maksimalnya proses
intemalisasi terhadap pedoman kerja, serta belum maksimalnya pemanfaatan terhadap
pedoman kerja yang ada

Pedoman kerja masih berfungsi sebagai alat administratif yang digunakan untuk

memenuhi persyaratan tertentu, seperti satuan pelajaran yang digunakan untuk pemenuhan persyaratan akreditasi pada awal tahun ajaran, dan belum terbawa pada saat

pengajaran berlangsung. Pedoman kerja belum sepenuhnya difungsikan sebagai alat
kreativitas yang perlu untuk dikaji lebih lanjut sehingga melahirkan prosedur
pengajaran yang lebih baik, efektifdan efisien.

1.1J Pedoman Kerja dan Kinerja Gum Mata Pelajaran

Kenyataan pendidikan di lapangan menunjukkan indikasi permasalahan-

permasalahan yang menyangkut kinerja gum mata pelajaran di SMUN yang sering
terjadi beralang, sedangkan data dari suatu kondisi yang berulang dapat digunakan
sebagai pedoman kerja atau dapat dijadikan tolok ukur hasil pekerjaan. Kedudukan dari
tolok ukur hasil kerja itu sendiri dalam hubungannya dengan pedoman kerja

berdasarkan Rush" Syarif, (1990: 9) bahwa tolok ukur hasil kerja merupakan bagian

komponen-komponen yang terdapat dalam pedoman kerja, dikatakannya bahwa
pedoman kerja yang lengkap hams memberikan informasi mengenai: "1) isi kerja (job

11

content), 2) cara kerja standar (job method), 3) tolok ukur hasil kerja (Job
Performances Yardstick), 4) sasaran hasil kerja (Job Performances Standard)".
Dengan demikian tolok ukur hasil kerja merupakan bagian dari pedoman kerja
Sehingga alangkah baiknya bila permasalahan yang sering bemlang tersebut dapat
dirangkum menjadi satu dan dijadikan sebagai tolok ukur hasil kerja yang dapat
digunakan sebagai pedoman untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang sama
pada masa yang akan datang.

Adapun kondisi permasalahan kinerja gum mata pelajaran yang terns bemlang
meliputi:

1) NEM siswa yang perlu peningkatan

Masalah NEM merupakan masalah pendidikan, lebih khusus lagi merupakan

masalah utama bagi setiap gum mata pelajaran, karena gum mata pelajaran

merupakan pelaksana langsung dalam proses pengajaran di kelas yang langsung
berhadapan dengan siswa Dengan segala daya upaya dan dengan memanfaatkan
instrumental input lainnya (tujuan pendidikan, kurikulum, fasilitas dan media

pendidikan, sistem penyampaian, sistem evaluasi, bimbingan penyuluhan) berusaha
agar siswa dapat memahami, mengerti dan merasakan manfaat dari pelajaran yang

diajaikannya Hasil akhir dari kerja kerasnya, siswa dapat menunjukkan suatu

sikap yang baik terhadap sekelilingnya serta secara ideal mampu untuk
memberikan kebanggaan kepada gurunya dengan menyandang NEM yang baik.

12

Secara historis sejak berlangsungnya sistem pelaksanaan Evaluasi Belajar tahap
Akhir Nasional (EBTANAS), NEM rata-rata yang dicapai siswa secara nasional
dari tahun ke tahun berkisar antara nilai 5,00 dan 6,00.

Keadaan nilai tersebut bila dihubungkan dengan kriteria penilaian yang terdapat d,
buku Laporan Pendidikan Siswa, yaitu: kriteria nilai 1,2,3 sangat kurang; 4kurang
sekali; 5kurang; 6cukup; 7cukup baik; 8baik; 9baik sekali; 10 sangat baik

Hal ini menunjukkan tingkat mutu pendidikan secara nasional belum begitu
memuaskan, dengan kata lain masih menempati kriteria kurang dan cukup. Untuk

mencapai kriteria baik masih membutuhkan kerja lebih optimal lagi dari setiap
gum mata pelajaran.

Untuk Propinsi Jawa Barat saja sebagai propinsi yang mendapat NEM rata-rata
siswa di atas rata-rata NEM siswa nasional, pada tahun ajaran 1992/1993
menunjukkan NEM siswa sebegai berikut:

-untuk Program A-l; nilai rata-rata 4,94; nilai tertinggi 5,95, nilai

terendah 3,7?; untukprogram A-2 nilai rata-rata 4,18; ^Jertinfi 4J^
dan nilai terendah 3,35; untuk Program A-3; ^/^~r^3%£'?
tertinggi 5,06; nilai terendah 3,64: (Data Kanwil Depdikbud Jabar, 1992. 13).

Sedangkan gambaran mengenai keadaan NEM siswa di Sekolah Menengah Umum
Kotamadya Bandung, menunjukkan:

" Program A-l yang terdiri atas 75 SMUNegeri dan Swasta berdasarkan
nilai EbtanasMurni (NEM); nilai rata-rata 4,41; nilai tertinggi 7,48; nilai

eZndah2 23; Program A-2 terdiri atas 103 SMUNegeri dan swasta; nilai

rtarlvi; nilfi tertinggi 6,53; nilai terendah 2,27; Program A-3 terdiri

13

atas 127 SMU Negeri dan swasta; nilai rata-rata 4,79; nilai tertinggi 6,73;
nilai terendah 3,05 "(Data Kan wil Depdikbud Jabar. 1992: 213-242)

Indikator NEM sampai sekarang masih tetap digunakan sebagai indikator standar
mutu pendidikan. Lebih jauh dikatakan mengenai kegunaan dan fungsi dari NEM
siswa tersebut, bahwa,

uDigunakannya EBTANAS sebagai pemantau mutu pendidikan secara

nasional, mulai sejak 1980, bahkan mulai tahun 1985 berfungsi sebagai
ujian masuk (alat seleksi) dari SD ke SMTP dan dari SMTP ke SMTA"

(Jurnal Pendidikan No. 2 Tahun 1989: 52)

Jika NEM mempakan permasalahan nasional, yang menjadi pertanyaan kenapa
sampai 15 tahun (1980-1995) masih belum mengalami peningkatan? Bentuk
soal dan soal EBTANAS yang diberikan masih tetap mengacu pada kurikulum

yang berlaku dan tetap mengambil dari buku Bank Soal SMUN Depdikbud.
Waktu 15 tahun bukanlah waktu yang singkat, jangka waktu tersebut secara
nasional ditandai dengan berlangsungnyatiga kali pelaksanaan PELITA atau 15

kali pelaksanaan EBTANAS. Berbagai inovasi telah dilakukan pihak
Depdikbud namun nada pesimis yang muncul. Maka perlu ditelusuri
permasalahan-permasalahan yang terdapat di sekitarEBTANAS tersebut

Adapun permasalahan-permasalahan sekitar NEM siswa yang nampak adalah:
a) belum sepenuhnya pengelolaan yang serius terhadap hasil EBTANAS
(NEM)

siswa tahun-tahun sebelumnya Hasil Ebtanas tersebut belum

menjadi bahan kajian yang utama atau dijadikan tolok ukur hasil kerja,

14

terutamabagi pelaksana langsung di sekolah-sekolah, khususnya bagi setiap
gum mata pelajaran, sehingga strategi perbaikan belum dapat tertata dengan
baik dan dilakukan dengan sungguh-sungguh

b) masih lemahnya perhatian terhadap pemanfaatan soal-soal EBTANAS. Uji
coba soal-soal EBTANAS belum dilaksanakan mulai kelas saw, baik

sebagai contoh soal yang diberikan guru, soal latihan, maupun pada ujian

formatif dan sumatif, soal-soal tersebut umumnya bam dibahas di kelas tiga
Sehingga NEM yang rendah dari siswa belum dapat terpantau sejak dini. Di
samping itu, daya serap siswa yang diperoleh dari tahun ke tahun secara

pasti menampilkan perbedaan yang mencolok dengan NEM siswa, data
dayaserap tinggi namun NEM-nya rendah.

c) Masih diragukannya kualifikasi gum-gum mata pelajaran yang mengajar di
kelas tiga; terutama dalam hal kemapanan pengalaman mengajar gum-gum
tersebut di kelas satu, yang diteraskan di kelas dua Untuk daerah terpencil
mungkin juga terletak pada kualifikasi strata pendidikan dan keselarasan

atau kekhususan jurusan pendidikan gum dengan bidang studi yang diajarkan
(Depdikbud, 1994: 166).

d) masih lemahnya rasa tanggung jawab gum mata pelajaran pada kelas yang
lebih rendah yang memandang hasil pencapaian NEM oleh siswa, semata-

mata hanya menjadi tanggung jawab gum mata pelajaran di kelas tiga
Misalnya dengan cara memberikan bantuan dalam membakukan soal-soal

15

EBTANAS sesuai dengan pokok bahasan dan tingkat kesukaran soal secara

runtut, untuk kemudian diserahkan kepada Kepala Sekolah atau gum mata

pelajaran di kelas tiga yang sejenis untuk digunakan sebagai bahan
pengayaan ataupun untuk kepentingan pengajaran bidang studinya

2. Pada saat pergantian kelas/ kenaikan kelas, sering terjadi masih lemahnya
koordinasi secara baik antara gum mata pelajaran di kelas yang lebih rendah
dengan kelas yang lebih tinggi, terutama dalam hal pencapaian target kurikulum.

3. masih lemahnya pemanfaatan Kalender Pendidikan oleh tenaga kependidikan,

khususnya gum mata pelajaran sebagai petunjuk waktu, yang setiap minggu perlu
adanyapenyesuaian-penyesuaian dari gum untuk kepentingan pengajaran bidang
studinya, karena sering terjadi:

a) sebagian hari-hari efektifmenjadi tidak efektif

b) kurang tuntasnya penyampaian materi pelajaran kepada siswa pada setiap
pokok bahasan, seperti; hanya memberikan materi pelajaran yang
berkatagori mudah dan sedang saja; yang sukar belum sempat diberikan,
sehingga penguasaan siswa terhadap materi belum tuntas.

c) kurang tuntasnya pencapaian target kurikulum, terutama, saat menjelang
berakhimya caturwulan atau kenaikan kelas. Hal ini terjadi karena kurang
peninjauan kembali terhadap hari-hari efektif yang tereisa dengan materi
yang belum disampaikan kepada siswa

16

4) belum ada kesempatan untuk membuat bahan ajar (untuk keperluan sendiri)
beserta contoh-contoh yang tuntas yang seyogyanya dapat lebih mudah dipahami
oleh siswa, dan sesuai dengan alokasi waktu serta terns diupayakan untuk

dikembangkan lebih lanjut, sehingga bahan ajar tersebut diharapkan dapat
menjadi bahan untuk penyederhanaan kerja (work simplification). Adapun
maksud dari "penyederhanaan kerja adalah segenap aktivitas memperbaiki
pelaksanaan setiap kerja apapun dengan maksud untuk senantiasa menemukan

cara bekerja yang lebih sempuraa agar menghemat pikiran, tenaga, waktu, ruang
dan benda" (Syamsi, 1994: 49) dengan hasil yang optimal.

5) masih seringnya keterlambatan proses ketatausahaan sebagai bagian dari
kegiatan pengajaran yang hams dikeijakan gum, seperti: pengisian buku laporan
hasil pendidikan siswa, mengelola berkas tugas harian atau pekerjaan rumah
serta mengelola hasil evaluasi setiap akhir pokok bahasan (formatif) atau
caturwulan (sumatif) yang proses keterlambatan sampainya hasil tersebut

kepada siswa, memberikan dampak psikologis yang sangat berarti bagi motivasi
siswa untuk dapat mengerjakan tugas-tugas berikutnya secara konsekuen. Hal ini

berhubungan dengan target kerja yang perlu dicapai pada saat tertentu. Target
kerja yang diperoleh bila gum mata pelajaran telah memahami maksud dari isi

kerja dan cara kerja standarnya Keterlambatan tersebut dapat juga disebabkan

karena belum dibakukannya target kerja dan sasaran kerja bagi gum mata
pelajaran.

17

Belum sepenuhnya perhatian terhadap pentingnya pemanfaatan pedoman kerja
oleh gum-gum mata pelajaran tersebut di atas, menyebabkan terjadinya berbagai

macam permasalahan pendidikan yang mendasar, permasalahan tersebut padapokoknya
menyangkut: 1) hasil pengajaran gum dalam bentuk hasil belajar siswa belum

memuaskan, 2) kurang efektifhya prosedur kerja gum sehingga materi pelajaran yang
disampaikan belum tuntas dan belum tercapainya target kurikulum, 3) kurangnya
efektivitas prosedur kerja gum sehingga materi pelajaran yang disampaikan belum
tuntas dan belum tercapainya target kurikulum, 3) kurangnya efisiensi pemanfatan
kesempatan yang tersedia

Kondisi dan permasalahan-permasalahan pendidikan yang disebabkan kurang
nya perhatian gum mata pelajaran terhadap pedoman kerja tersebut begitu mendesak
untuk segera dicarikanjalan keluarnya, sehingga hal tersebut perlu dibahas lebih lanjut

dalam suatu studi yang membahas mengenai pentingnya pedoman kerjabagi setiap gum
mata pelajaran, denganmengetengahkan judul:

"Kontribusi Pedoman Kerja terhadap Efektivitas Kinerja Guru Mata

Pelajaran: Stndi Pendayagunaan Guru Mata Pelajaran di Sekolah Menengah
Umum Negeri Kotamadya Bandung, Tahun Ajaran 1996/1997.

1.2 Permasalahan

Prestasi yang dicapai suatu sekolah, ditentukan oleh kemampuan kinerja dari

setiap tenaga kependidikan yang terdapat di sekolah tersebut Setiap tenaga

18

kependidikan di sekolah memiliki peran dalam mewujudkan tujuan sekolah, dalam hal
ini meningkatkan mutu pendidikan sekolah berdasarkan pencapaian NEM rata-rata

siswa, sesuai dengan bidangtugasnya masing-masing.
Dalam kaitan ini, Ace Suryadi (1992: 4) memberikan asumsi, bahwa,

"Titik akhir dari persoalan mutu pendidikan akan berada pada
kemampuan lembaga pendidikan (sekolah) dalam mendistribusikan,
mengelola, dan mendayagunakan sumber-sumber pendidikan secara
optimal agar dapat meningkatkan kemampuan belajar lulusannya. Asumsi
yang digunakan dalam beberapa studi tentang mutu pendidikan ialah

bahwa, semakin tinggi kemampuan belajar sisiwa, semakin tinggi pula
kemungkinan siswa yang bersangkutan memiliki prestasi belajar yang
baik".

Sehubungan dengan pendapat di atas, gum mata pelajaran di sekolah menengah
berperan sebagai "tenaga pendidik di sekolah menengah yang tugas utamanya
mengajar" (UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 27 Ayat 3) atau dengan kata lain bertugas

untuk mendidik perilaku dan membelajarkan siswa sesuai dengan mata pelajaran yang
diasuhnya

Kepala Sekolah berperan sebagai pimpinan sekolah,

"... yang dipilih dari

kalangan gum " (PP No. 38 Tahun 1992 PasaL 20 Ayat 1).

"Pustakawan, Laboran dan Teknisi Sumber belajar merupakan tenaga
kependidikan yang disiapkan melalui pendidikan khusus (PP No 38 Tahun 1992

Pasal 21 Ayat 1). Peran mereka yang strategis dalam mengkondisikan ruang
perpustakaan sebagai tempat belajar dan memudahkan sirkulasi bahan bacaan siswa,

sedangkan ruang laboratorium sebagai tempat kegiatan praktikum siswa agar siswa

19

dapat memperdalam pemahaman mereka mengenai ilmu-ilmu perdagangan, komputer,
akuntansi secara nyata

Tata Usaha sekolah memiliki peran untuk membantu terselenggaranya kegiatan
belajar mengajar di kelas maupun penyelenggaraan ketatausahaan sekolah.

Agar setiap tenaga kependidikan memiliki peran yang maksimal dalam

melaksanakan tugasnya, setiap tenaga kependidikan perlu memahami bidang tugasnya

masing-masing dari pedoman kerja yang tersedia yang sesuai dengan bidang tugasnya
Di samping itu,

untuk mencapai hasil kerja secara maksimal

setiap tenaga

kependidikan perlu memiliki dan memahami pedoman kerja yang dapat memberikan
arah terhadap pekerjaan yang akan dilakukannya Setelah memahami maksud-maksud

dalam pedoman kerja, setiap tenaga kependidikan dapat menentukan strategi-strategi
kinerja yang terbaik, agar supaya pekerjaannya dapat dikeijakan dengan cepat dengan
hasil yang sesuai dengan harapan semua pihak tanpa adanya pemborosan.
Dalam studi ini, permasalahan yang akan dibahas tidak difokuskan kepada

semua tenaga kependidikan, tetapi pembahasan ditujukan hanya kepada gum mata
pelajaran sebagai bagian dari tenaga kependidikan di sekolah. Dengan asumsi bahwa

gum-gum mata pelajaran adalah pelaksana langsung yang berhadapan dengan siswa
dalam proses belajar mengajar, sehingga gurulah yang menjadi faktor utama dalam

meningkatkan hasil pembelajaran siswa atau mencapai NEM tertinggi yang perlu

dicapai siswa di sekolah, melalui

pendayagunaan gum mata pelajaran dengan

pemanfaatan pedoman kerja secara maksimal.

20

Permasalahan umum yang akan di bahas dalam studi ini, adalah,

"Bagaimanakah kontribusi pedoman kerja terhadap efektivitas kinerja
guru mata pelajaran di SMUN Kotamadya Bandung, serta bagaimanakah

kontribusi

manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja yang

dilaksanakan pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja guru
dalam mempengaruhi guru agar berkinerja sesuai dengan pedoman kerja serta
pengaruhnya terhadap efektivitas kinerja gum ?"

Sebagai suatu studi mengenai pendayagunaan guru, secara khusus yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini, adalah:

1. Apakah pedoman kerja berkontribusi positifterhadap efektivitas kinerjagum ?
2. berapa besar kontribusi pedoman kena terhadap efektivitas kinerjagum ?

3. Apakah pedoman kerja gum dapat difungsikan pimpinan sekolah sebagai alat
manajemen dalam manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja pimpinan
sekolah?

4. Apakah pimpinan-pimpinan sekolah memiliki maksud yang sama dalam
memfungsikan pedoman kerja sebagai alat manajemen ?

5. Apakah manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja yang dilaksanakan
pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja gum berkontribusi untuk

mempengaruhi gum agar berkinerja sesuai dengan pedoman kerja sertapengaruhnya
terhadap efektivitas kinerja gum ?

21

6. Bagaimanakah kontribusi setiap tahap manajemen kinerja dan manajemen penilaian

kinerja yang dilaksanakan pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja
gum berkontribusi untuk mempengaruhi gum agar bekinerja sesuai dengan pedoman
kerja serta pengaruhnya terhadap efektivitas kinerja gum ?

7. Bagaimanakah kontribusi dari setiap tahap

manajemen kinerja dan manajemen

penilaian kinerja yang dilaksanakan pimpinan sekolah dengan memanfaatkan

pedoman kerja gum secara murni berkontribusi untuk mempengaruhi gum agar
berkinerja sesuai dengan pedoman kerja ?

1.3 Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

"Kontribusi pedoman kerja terhadap efektivitas kinerja guru, serta
kontribusi

manajemen

kinerja

dan

manajemen

penilaian

kinerja

yang

dilaksanakan pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja guru dalam
mempengaruhi guru agar berkmerja sesuai dengan pedoman kerja serta
pengaruhnya terhadap efektivitas kinerja guru mata pelajaran di SMUN
Kotamadya Bandung".

Tujuan tersebut dijabarkan dalamtujuan-tujuan khusus, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah benar pedoman kerja guru dapat berkontribusi positif
terhadap efektivitas kinerja gum?

22

2. Untuk mengetahui berapa besar kontribusi pedoman kerja gum terhadap efektivitas
kinerja gum?

3. Untuk mengetahui apakah pedoman kerja gum dapat difungsikan pimpinan sekolah
sebagai alat manajemen ?

4. Untuk mengetahui apakah pihak manajemen memiliki maksud yang sama dalam
memfungsikan pedoman kerja sebagai alat manajemen ?

5. Untuk mengetahui apakah manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerjayang
dilaksanakan pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja gum
berkontribusi untuk mempengaruhi gum agar berkinerja sesuai dengan pedoman
kerja serta pengaruhnya terhadap efektivitas kinerja gum ?

6. Untuk mengetahui bagaimanakah kontribusi setiap tahap manajemen kinerja dan
manajemen penilaian kinerja yang dilaksanakan pimpinan sekolah dengan
memanfaatkan pedoman kerja gum berkontribusi untuk mempengaruhi gum agar
berkinerja sesuai dengan pedoman kerja serta pengaruhnya terhadap efektivitas
kinerja gum?

7. Untuk mengetahui bagaimanakah kontribusi dari setiap tahap

manajemen kinerja

dan manajemen penilaian kinerja yang dilaksanakan pimpinan sekolah dengan
memanfaatkan pedoman kerja gum secara murni berkontribusi untuk mempengaruhi
gum agar berkinerja sesuai dengan pedoman kerja ?

23

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan salah satu masukan yang berharga bagi banyak
pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Bagi pihak-

pihak yang bertanggung jawab dalam umsan pembinaan kemampuan profesional tenaga
kependidikan di jajaran instansi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, termasuk di
dalamnya pengawas sekolah. Kepala kantor Depdikbud Kabupaten/Kotamadya serta

Kepala Kantor Wilayah Depdikbud Propinsi, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan
sebagai masukan dalam menentukan program-program pembinaan profesional tenaga
kependidikan.

Setelah diketahui begitu besaraya kontribusi pedoman kerja dalam menuntun

penyelesaian pekerjaan tenaga kependidikan, khususnya guru mata pelajaran untuk
dapat bekerja lebih efektif, efisien dan mencapai hasil yang memuaskan, yang berarti
hasil penelitian ini memberikan aba-aba kepada semua tenaga kependidikan dan
khususnya gum mata pelajaran untuk mulai menaruh perhatian yang lebih terhadap

pedoman kerja yang berkaitan dengan bidang tugasnya Dan juga sebagai bahan
masukan bagi Musyawarah Gum Mata Pelajaran (MGMP) sebagai suatu alat kontrol
dan bahan kajian lebih lanjut

1.5 Asumsi dan Hipotesis Penelitian

Pedoman kerja

tenaga kependidikan

merupakan

suatu

cara

untuk

mendayagunakan tenaga kependidikan yang secara konseptual hanya merupakan salah

24

satu faktor yang mempengaruhi mutu pendidikan di sekolah, karena itu untuk

menetapkan hipotesis penelitian diperlukan suatu asumsi yang berupa aksioma atau

postulat, sebab asumsi adalah suatu pernyataan yang kebenarannya telah diakui dan
telah dibuktikan secara empiris yang bisa digunakan sebagai dasar pemmusan dan
pembuktian hipotesis.

Adapun asumsi yang digunakan dalam pemmusan hipotesis, adalah:

(1) Pedoman Kerja Gum merupakan suatu acuan dasar bagi gum mata pelajaran untuk
membuat prosedur kerja yang perlu ditempuh, dalam hal pelaksanaan kegiatan

pengajaran dan mengevaluasi pengajaran yang dilakukannya dan menggunakannya
sebagai umpan balik untuk kepentinganpengajaran

(2) Kinerjagum mata pelajaranmeliputi tindakan-tindakan yang ditunjukkan gum mata

pelajaran pada saat melaksanakan pengajaran dalam rangka merealisasikan tujuan
pengajaranyanghendak dicapai.

(3) Hakekat mengajar adalah proses membuat kondisi yang kondusif agar siswabelajar
(How to make studentto leam)

(4) Pedoman kerja memungkinkan gum untuk menjadikan kondisi yang kondusif agar
siswa belajar, yang memberikan arah serta prosedur yang perlu ditempuh dalam
pengajaran.

Berdasarkan asumsi di atas, maka hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan
dalam penelitian ini adalah:

25

1. Pedoman kerja gum memiliki kontribusi terhadap efektivitas kinerja gum
2. Pedoman kerja gum dapat difungsikan sebagai alat manajemen

3. Pimpinan sekolah memiliki maksud yang sama dalam memfungsikan pedoman kerja
sebagai alat manajemen

4. Manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja yang dilaksanakan pimpinan
sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja gum

mempengaruhi gum agar

berkontribusi

untuk

berkinerja sesuai dengan pedoman kerja

serta

pengaruhnya terhadap efektivitas kinerja gum"

Hipotesis yang kelima ini, dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu terbagi

menjadi 9 bagian sesuai dengan tahap-tahap dalam kegiatan manajemen yang
dilaksanakan oleh pimpinan sekolah. Kesembilan hipotesis bagian tersebut adalah
sebagai berikut:

4.1 "Manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja yang dilaksanakan
pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja

kegiatan

mencocokkan kinerja gum

( dalam bentuk

dengan kinerja yang diharapkan

pimpinan sekolah sesuai dengan pedoman kerja gum (XI)) berkontribusi

dalam mempengaruhi gum untuk berkinerja sesuai dengan pedoman kerja
gum (Yl) ".

4.2 "Manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja yang dilaksanakan
pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja

(dalam bentuk

26

kegiatan menetapkan dan menyampaikan informasi mengenai identify
tujuan kinerja guru, penguin kebernas,lan kinerja guru. strategi agar
guru dapat mencapai keberhanlan dalam kinerjanya kepada guru (X2»
berkontribusi dalam mempengaruh, guru untuk berkinerja sesuai dengan
pedoman kerja gum (Yl) "•

4.3 "Manajemen k,nerja dor, manajemen penUatan ktnerja yang dilaksanakan

p,mp,„an sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja (dalam bentuk
keg.atan mendorong kom.tmen guru agar bekerja sesua, dengan pedoman
kerja guru (X3» berkontribusi dalam mempengaruhi guru untuk berkmerja
sesuai dengan pedoman kerja guru (Yl) ".

4.4 "Manajemen k,nerja dan manajemen penman Mnerja yang dtlaksanakan

pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja (dalam bentuk
membenkan nasehat kepada guru dengan berdasarkan atas Hasil pemantauan

sebelumnya terhadap kinerja guru dalam menerapkan pedoman kerja (X4))
berkontribusi dalam mempengaruh, guru untulc berkinerja sesuai dengan
pedoman kerja gum (Yl) ".

4.5 "Manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja yang dilaksanakan

pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja gum (dalam bentuk
kegiatan memberikan pelatihan kepada gum dengan berdasarkan umpan balik
sebagai hasil pemantauan sebelumnya terhadap kinerja gum dalam

27

menerapkan pedoman kerja (X5)) berkontribusi dalam mempengamhi gum
untukberkinerja sesuai dengan pedoman kerja gum (Yl)".
4.6 "Manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja yang dilaksanakan

pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja gum (dalam bentuk

kegiatan memberikan penilaian terhadap kinerja gum dalam menerapkan

berkontribusi dalam

pedoman kerja (X6))

mempengamhi gum untuk

berkinerja sesuai dengan pedoman kerja gum (Yl) ".

4.7 "Manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja yang dilaksanakan
pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja gum (dalam bentuk

kegiatan mengarahkan gum untuk mengembangkan kinerja bam (XI))
berkontribusi dalam

mempengaruhi gum untuk berkinerja sesuai dengan

pedoman kerja gum (Yl) ".

4.8. "manajemen kinerja dan manajemen penilaian kinerja yang dilaksanakan
pimpinan sekolah dengan memanfaatkan pedoman kerja gum (dalam bentuk

kegiatan pemantauan pada kinerja guru dalam menerapkan pedoman kerja
(X8)) berkontribusi dalam mempengaruhi guru untuk berkinerja sesuai dengan
pedoman kerja gum (Yl) ".

4.9 "Gum yang terpengamh oleh manajemen kinerja dan manajemen penilaian

kinerja yang dilaksanakan pimpinan sekolah dengan memanfaa