Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menciptakan Suasana Keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang ISO Mukti Kabupaten Mesuji TP 20152016
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh
MUSTOFA
NPM. 1422010111
Pembimbing : 1. Dr. H. Achmad Asrori, MA
2. Dr. M. Akmansyah, MA
PROGRAM STUDI ILMU TRBIYAH
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA (PPs)
IAIAN RADEN INTAN LAMPUNG
2016 M / 1437 H
(2)
banyak hal – hal negatif yang perlu dihindari dan keluhan dari orang tua tentang anak yang sulit diatur. serta sering tidak menghiraukan orang tua bahkan justru lebih mementingkan bermain daripada belajar.
Dari hasil pengamatan pra survey yang penulis lakukan di MI Al kautsar Sidang Iso Mukti Rawajitu Utara, penulis menemukan sebuah permasalahan tentang suasana keagamaan di Lingkungan MI Al kautsar Sidang Iso Mukti rawajitu Utara yang dilakukan oleh guru Pendidikan Agam Islam. Melihat hal tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan pengamatan lebih jauh tentang bagaimana Peran Guru Pendidikan Agama islam dalama menciptakan suasana keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti Kabupaten Mesuji TP 2015/2016
Oleh karena hal tersebut maka Fokus penelitian dalam penulisan tesis ini adalah, 1) Bagaimana Peran Guru PAI dalam Membentuk Suasana Keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti ? 2) Bagaimana Menjadikan Sekolah sebagai Wahana untuk membina akhlak dalam merealisasikan nilai – nilai dalam praktek hidup KeIslaman ? 3)Bagaimana memperkokoh keberadaan sekolah dalam proses mengembangkan kepribadian yang Islami di tengah arus globalisasi dan informasi yang penuh mengalir nilai – nilai positif dan negative secara bersamaan ?.
Penelitian ini adalah penelitian lapangan, dan termasuk penelitian kwalitatif, Berdasarkan pembahasannya termasuk penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan study kasus. Metode pengumpulan data menggunakan observasi partisipan, wawancara, dan dokumentasi. Analis data dilakukan mulai dari reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan. Untuk menguji keabsahan data dilakukan perpanjangan kehadiran, triangulasi, pembahasan teman sejawat, dan klarifikasi dengan informan.
Pembahasan hasil penelitian, 1) Peran Guru PAI dalam Membentuk Suasana Keagamaan di Lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti 2) Menjadikan Sekolah sebagai Wahana untuk membina akhlak dalam merealisasikan nilai – nilai dalam praktek hidup KeIslaman 3) memperkokoh keberadaan sekolah dalam proses mengembangkan kepribadian yang Islami di tengah arus globalisasi dan informasi yang penuh mengalir nilai
– nilai positif dan negative secara bersamaan Proses yang digunakan oleh guru dalam membentuk suasana keagamaan adalah Menggunakan metode pembiasaan, dengan
membiasakan berakhlak terpuji Menggunakan metode keteladanan, Menggunakan
metodeganjarandanhukumanyakni, memberikanhadiahkepadayangberbuatbaikdan memberikansanksikepada yang berbuatkejelekan.
(3)
Nama Mahasiswa No. Pokok Mahasiswa Program Studi
: : :
SUASANA KEAGAMAAN DI
LINGKUNGAN MI AL KAUTSAR SIDANG ISO MUKTI KABUPATEN MESUJI
TP 2015/2016 Mustofa
1422010111
Pendidikan Agama Islam
Telah disetujui untuk diujikan dalam Ujian tertutup, pada Program Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung.
Bandar Lampung, Januari 2016 MENYETUJUI,
Komisi Pembimbing Pembimbing I
Dr. H. Achmad Asrori, MA. NIP. 19550710 198503 1003
Pembimbing II
Dr. M. Akmansyah, MA. NIP. 19700318 199803 1003
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam
Dr. H. Achmad Asrori, MA. NIP. 19550710 198503 1003
(4)
DALAM MENCIPATAKAN SUASANA KEAGAMAAN DI LINGKUNGAN MI AL KAUTSAR SIDANG ISO MUKTI KABUPATEN MESUJI TP 2015/2016” Ditulis oleh Mustofa, NPM. 1422010111 telah diujikan dalam Ujian tertutup Program dan disetujui untuk diujikan dalam Ujian Terbuka Pasca Sarajana AIAN Raden Intan Lampung.
Tim Penguji :
1. Ketua : Prof. Dr. Hi. Sulthan Syahril, MA : ………
2. Sekretaris : Dr. M. Akmansyah, MA : ………
3. Penguji I : Dr. Nasir, S.Pd, M.Pd : ………
4. Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, MA : ………
(5)
KAUTSAR SIDANG ISO MUKTI KABUPATEN MESUJI TP 2015/2016 “
Ditulis oleh Mustofa, NPM. 1422010111 telah diujikan dalam Ujian Terbuka Pasca Sarjana IAIN Raden Intan Lampung.
Tim Penguji :
1. Ketua : Prof. Dr. Hi. Sulthan Syahril, MA : ………
2. Sekretaris : Dr. M. Akmansyah, MA : ………
3. Penguji I : Dr. Nasir, S.Pd, M.Pd : ………
4. Penguji II : Dr. H. Achmad Asrori, MA : ………
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Dr. Idham Kholid, M. Ag NIP. 19601020 198803 1005
(6)
Alhamdullilah, puji dan syukur atas segala karunia ALLAH SWT, akhirnya penulis dan penyusunan karya ilmiah ini dapat penulis selesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Magister dalam Pendidikan Agama Islam.
Tesisi ini merupakan karya ilmiah yang meneliti tentang Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mencipatakan Suasana Keagamaan Di Lingkungan Mi Al Kautsar Sidang Iso Mukti Kabupaten Mesuji Tp 2015/2016. Penelitian dalam tesis ini menggunakan jenis penelitian populasi dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Dalam tesis ini pada bab pertama menguraikan tentang latar belakang masalah, apa yang akan diteliti dan paradigm pemikiaran. Selanjutnya pada bab kedua menguraikan tentang landasan teori yang kemudian akan menjadi acuan dalam pembuatan instrument penelitian. Pada bab ketiga, diuraikan tentang metode penelitian yang antara lain menjelaskan tentang teknik pengumpulan danalisis data selain it juga menyajikan hasil uji validitas dan reliabilitas instrument penelitian. Pada bab keempat disajikan hasil pengumpulan dan analisis data baik primer maupun sekunder, yang intinya tentang proses dan hasil analisis data. Dan pada bab terakhir merupakan bab kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. Penulis juga tak lupa menghaturkan terima kasih sebesar – besarnya kepada semua pihak yang membantu hingga terselesaikannya penyusunan tesis ini tertama kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Moh. Mukri. M. Ag., Sebagai Rektor IAIN Raden Intan Lampung,
Sekaligus selaku Ketua Tim Penguji dalam Ujian Terbuka
2. Bapak Prof. Dr. Idham Khalid, M. Ag., Sebagai Direktur Pascasarjana IAIN Raden Intang Lampung.
3. Bapak Dr. H. Achmad Asrori, MA., Selaku Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam, sekaligus selaku Pembimbing I dalam penelitian penyusunan Tesis.
4. Bapak Dr. M. Akmansyah, MA., selaku Pembimbing II dalam penelitian dan penyususan Tesis.
(7)
di Mts Al Kautsar Mesuji dan banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya studi dan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
7. Kedua orang tua ku tercinta yang selalu memberikan perhatian, semangat serta mootivasi hingga selesainya studi.
8. Seluruh teman – teman seperjuangan yang selalu memberikan bantuan dan semangat dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan karya ilmiah ini, untuk itu kritik dan saran membangun sangat penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat yang banyak bagi kita semua terutama bagi penulis secara pribadi dan perkembangan serta peningkatan mutu pendididkan sekolah di MTs Al Kautsar. Amin Ya Robbal’alamin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Tulang Bawang, Februari 2016 Penulis,
(8)
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN / ORISINALITAS... ii
ABSTRAK ... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
HALAMAN PENGESAHAN ... v
PEDOMAN TRANSLITERASI ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ... 16
C. Rumusan Masalah ... 18
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 18
E. Kerangka Pikir ... 19
BAB II LANDASAN TEORI A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 22
1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam ... 22
2. Keutamaan Guru Pendidikan Agama Islam ... 23
3. Macam – macam Guru Pendidikan Agama Islam... 25
4. Peran Guru PAI Dalam menciptakan suasana Keagamaan... 43
(9)
4. Indikator Suasana Keagamaan di Sekolah ... 78
C. Upaya – upaya yang harus dilakukan guru PAI dalam menciptakan suasana keagamaan di sekolah ... 90
Mengoptimalkan Pendidikan Agama Islam ... 90
Integrasikan Ajaran Islam ke dalam kegiatan extrakurikuler ... 91
Kerjasama sekolah dengan orangtua Murid ... 92
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 95
B. Lokasi,Sumber penelitian dan waktu Penelitian ... 96
C. Tahap – tahap Penelitian ... 97
D. Tekhnik Pengumpulan data...100
E. Tekhnik Analisa data ...104
F. Definisi Operasional...106
G. Instrumen Penelitian...107
BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA A. Gambaran daerah Penelitian ... 109
Sejarah Singkat Berdirinya MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti ... 109
Sarana dan prasaran... 111
Denah Lokasi ... 112
(10)
Kondisi suasana keagamaan di sekolah ... 116
Guru PAI sebagai Pengajar ... 122
Guru PAI sebagai pendidik ... 124
Guru PAI sebagai Motivator ... 126
Guru PAI sebagai Teladan ... 128
Guru PAI sebagai Fasilitator ... 131
Guru PAI sebagai Evaluator ... 134
Guru PAI sebagai Pemimpin ... 137
Upaya – upaya yang dilakukan dalam menciptakan suasana keagamaan di sekolah Guru PAI sebagai Pengajar ... 138
C. Kerjasama sekolah dengan orangtua Murid ... 143
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 145
B. Rekomendasi ... 145
C. Penutup DAFTAR PUSTAKA ... 148
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan kita saat ini tengah mengalami krisis yang cukup serius. Krisis ini tidak saja disebabkan oleh anggaran pemerintah yang sangat rendah untuk membiayai kebutuhan vital dunia pendidikan kita, tetapi juga lemahnya tenaga, visi, dan misi serta politik pendidikan nasional yang tidak jelas.1 Dalam berbagai forum seminar muncul kritik; konsep pendidikan telah tereduksi menjadi pengajaran, dan pengajaran lalu menyempit menjadi kegiatan di kelas. Sementara yang berlangsung di kelas tidak lebih dari kegiatan guru mengajar murid dengan target kurikulum dan bagaimana upaya mengejar lulus ujian nasional (UN).
Pendidikan kita saat ini banyak mengalami kelemahan, khususnya pendidikan agama Islam, pernyataan ini ditegaskan oleh mantan Menteri Agama RI. Muhammad Maftuh Basyuni, pendidikan agama yang berlangsung saat ini cenderung lebih mengedepankan aspek kognitif (pemikiran) dari pada aspek afefaif (rasa) dan psikomotorik,2 sedangkan istilah Komaruddin Hidayat (dalam Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri), pendidikan agama lebih berorientasi pada belajar agama, sebagai hasilnya banyak orang mengetahui nilai-nilai ajaran
1
Mel Silberman, diterjemahkan Sarjuli, dkk, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta: Yappendis, 2001), h.VII
2 Muhibbin Syah, Psitofogi Pendidikan Dengan Pendekatan Bam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), h.66.
(12)
agama, tetapi perilakunya tidak relevan dengan nilai-nilai ajaran agama yang diketahuinya.3
Menurut istilah Amin Abdullah, pendidikan agama lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif, dan kurang consen terhadap persoalan bagaimana mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi "makna" dan "nilai" yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik lewat berbagai cara, media dan forum.4
Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa proses pendidikan kita kurang sekali memberikan tekanan pada pembentukan karakter atau watak, tetapi lebih pada hapalan dan pemahaman kognitif. Kemudian proses pembelajaran hanya bersifat pembelajaran di kelas, kurang merealisasikan nilai-nilai di lingkungan, yang juga menentukan kepribadian, karakter atau watak siswa dalam berinteraksi di lingkungan.
Ditandaskan pula oleh Azyumardi Azra bahwa adanya ketimpangan yang tidak seimbang dengan kemajuan kebudayaan modern berupa adanya pendangkalan kehidupan spiritual. Liberalisasi yang terjadi pada seluruh aspek kehidupan tak lain adalah proses desaklarasi dan despritualitas tata nilai kehidupan. Dalam proses semacam mi, agama (yang semestinya menjadi pegangan dan pedoman manusia dalam mengarungi kehidupannya ) yang syarat dengan nilai-nilai sakral dan spiritual perlahan tapi pasti terus tergusur dari berbagai aspek kehidupan masyarakat Kadang-kadang agama dipandang tidak relevan dan signifikan lagi dalam kehidupan. Akibatnya terlihat pada gejala umum masyarakat modern, kehidupan rohani semakin kering dan dangkal.5
3 Fuaduddin dan Cik Hasan Bisri, Wawasan Tentang Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), h.28
4
Amin Abdullah, Problem metodologi-Metodologi Pendidikan Islam, dalam Abdullah Mknir Mulkan, Regiusitas IPTEK, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h.8
5 Azyumardi Azra, Esai-Esai Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos, !999), h.l06
(13)
Menurut Muhaimin, dalam kontek pembelajaran, agaknya titik lemah pendidikan agama lebih terletak pada komponen metodologinya.6 Kalau kita menengok UU NO. 20. tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 3 berbunyi:
Pendidikan Nasional berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pengcmbangan kemampuan serta pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat di tengah masyarakat dunia. Kemudian pasal 4 tujuan pendidikan Nasional adalah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan merabentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.7
Terkait dengan peran strategis Pendidikan Agama, dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pada bab DC tentang kurikulum pasal 27 disebutkan bahwa kurikulum pendidikan dan pendidikan dasar sampai perguruan tinggi wajib memuat pendidikan agama. Selanjutnya dalam penjelasan mengenai pasal 37 ayat (1) dijelaskan bahwa Pendidikan Agama bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia.8
6 Kelemahan tersebut dapat diidentifikasi sebagai berikut (1) kurang bisa mengubah agama yang kognitif manjadi "makna" dan "nilaT atau kurang mendorong penjiwaan nilai-nilai keagamaan yang perlu diintemalisasikan dalam peserta didik; (2) kurang dapat bersama dan bekerja sama dengan program-program pendidikan non agama; (3) kurang mempunyai relevansi terhadap perubahan sosial yang terjadi di masyarakat atau kurang ilustrasi konteks sosial budaya, dan/atau bersifat statis akontektual dan lepas dari sejarah, sehingga peserta kurang menghayati nilai-nilai agama sebagai nilai yang hidup dalam keseharian. Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), h.27
7 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional RI. No. 20 Th. 2003, (Jakarta : Sinar 2008), h.50-51
(14)
Kemudian bila kita melihat tujuan pendidikan agama Islam di sekolah juga memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Menumbuh kembangkan akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pegetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.;
2. Mewujudkan manusia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleran (tasamuh) menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.9
Sedangkan tujuan akhir atau tujuan tertinggi dari pendidikan Islam bersifat mutlak tidak mengalami perubahan dan berlaku umum, karena sesuai dengan konsep ke-Tuhan yang mengandung kebenaran mutlak dan universal. Tujuan tertinggi tersebut dirumuskan dalam satu istilah yang disebut "Insan Kamil" (manusia paripurna). Dalam tujuan pendidikan Islam, tujuan tertinggi atau terakhir ini pada akhirnya sesuai dengan tujuan hidup manusia, dan perannya sebagai makhluk ciptaan Allah. Dengan demikian indikator dari insan kamil tersebut adalah:
9 Muhaimin, Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.102.
(15)
a. Menjadi hamba Allah
Tujuan ini sejalan dengan tujuan hidup dan penciptaan manusia, yaitu semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Dalam hal ini pendidikan hams memungkinkan manusia memahami dan menghayati tentang Tuhannya sedemikian rupa, schingga semua peribadatannya dilakukan dengan penuh penghayatan dan kehusyu'an terhadap Allah SWT, melalui seremonial ibadah dan tunduk senantiasa pada syari'ah dan petunjuk Allah. Tujuan hidup yang dijadikan tujuan pendidikan itu diambil dari Al-Qur'an. Finnan Allah SWT :
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melamkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariat: 56).10
b. Mengantarkan subjek didik menjadi Khalifah Allah di muka bumi
Tujuan ini diharapkan mengantarkan subjek didik menjadi khalifah Allah fi al-ardh, yang mampu memakmurkan bumi dan melestarikannya dan lebih jauh lagi, mewujudkan rahmat bagi alam sekitarnya, sesuai dengan tujuan penciptaannya, dan sebagai konsekwensi setelah menerima Islam sebagai konsep hidup.
(16)
Sesuai dengan Firman Allah:
Artinya : Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." (Q.S. Al-Baqarah: 30).11
Tujuan ini dalam rangka mengupayakan agar peserta didik mampu menjadi khalifah Allah di bumi, mamanfaatkan, memakmurkannya, mampu merealisasikan eksistensi Islam yang rahmatan It al-'alamin. Dengan demikian peserta didik mampu melestarikan bumi Allah ini, mengambil manfaat, untuk kepentingan dirinya, untuk kepentingan umat manusia, serta untuk kemaslahatan semua yang ada di alam.
c. Untuk memperolah kesejahteraan, kebahagiaan hidup di dunia sampai akhirat Sesuai dengan Firman Allah:
Artinya : Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi. (Q.S. Al-Qashash: 77)12
11 Ibid, h. 6
(17)
d. Terciptanya manusia yang mempunyai wajah Qur'ani.
Yakni wajah penuh kemuliaan sebagai makhluk yang berakal dan dimuliakan. Firman Allah :
Artinya : Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian disisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia, (Q.S. Al-Anfaal : 4).13
Keempat tujuan tertinggi tersebut pada dasarnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan karena pencapaia tujuan yang satu memerlukan pencapaian tujuan yang lain, bahkan secara ideal kesemuanya harus dicapai secara bersama metalui proses pencapaian yang sama dan seimbang.
Untuk itulah diperlukan satu kondisi sosial kultural dan psikologis yang sehat untuk mendidik sosok mukmin yang ideal dan merupakan kewajiban semua sarana dan lembaga yang memiliki pengaruh untuk melakukan kerja sama untuk mencapai tujuan yang mulia tersebut. Tak terkecuali sekolah, hendaknya sekolah berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membentuk keimanan dan moralitas, sehingga umat ini memiliki keimanan yang mantap kepada Allah, kapada risalah-Nya dan kepada hari akhirat.14
13 Ibid, h. 177
(18)
Melihat tujuan pendidikan nasional dan kurikulum pendidikan agama Islam serta tujuan pendidikan agama Islam di sekolah maka pendidikan agama Islam mempunyai peran sangat strategis, dimana tujuan pendidikan nasional tersebut salah satunya adalah menciptakan manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia serta nilai-nilai kepribadian yang Islami yang seiring dengan tujuan pendidikan Islam dan pada akhlrnya menuju kepada tujuan hidup manusia yakni Insan Kamil, maka di sini peran pembelajaran PAI menjadi inti atau core terdepan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Hal ini akan dapat tercapai apabila guru PAI dapat memainkan perannya secara maksimal balk di dalatn kelas maupun di luar kelas atau lingkungan sekolah.
Pendidikan agama memang diyakini dapat memainkan perannya sebagai basis dan benteng tangguh yang akan menjaga dan memperkokoh etika dan moral bangsa, Jauhnya kehidupan anak-anak dari kehidupan agama merupakan salah satu dampak nyata dari perkembangan dan akses global. Pada tataran lain timbul pula beragam tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan tujuan pendidikan dan harapan budaya masyarakat kita. Fenomena ini jelas indikasi dari kegagalan sekolah dalam melaksanakan fungsinya sebagai agen pendidikan.15 Karena PAI diyakini sebagai sumber nilai dan pedoman bagi peserta didik untuk mencapai kebahagian di dunia dan akherat.
Krisis multi dimensi yang dialami bangsa ini diyakini berpangkal dari krisis akhlak dan moral anak bangsa, maka pendidikan agama dipandang sebagai senjata
(19)
yang sangat vital dalam membangun watak dan peradaban bangsa yang bermartabat. Dari fenomena di atas nampaknya reonentasi pembelajaran agama perlu menjadi penting dirumuskan kembali. Reorientasi pembelajaran ini bukan sekedar secara formal, melainkan juga secara alami dalam kehidupan nil dalam tingkah laku keseharian yang dapat diciptakan sekolah dengan salah satunya melalui pembudayaan nilai-nilai agama di lingkungan sekolah.
Sebagaimana pendapat Abuddin Nata bahwa "pelajaran agama yang diberikan di sekolah-sekolah seharusnya tidak berhenti hanya sekedar menjadi pengetahuan dan keahlian, tetapi juga dapat membentuk perilaku. Dengan kata lain, pelajaran agama tersebut memiliki nilai transformatif bagi kehidupan".16 Lebih lanjut Abuddin Nata menilai konteks sosiologis, kurikulum pendidikan Islam harus dirancang untuk mewujudkan mata pelajaran yang diajarkan memiliki nilai transformatif bagi perbaikan sosial. Hal ini perlu dilakukan, mengingat pendidikan agama Islam dengan kurikulum yang dibuatnya baru dapat menghasilkan orang-orang yang pandai menguasai seperangkat ilmu agama dan umum, namun belum berhasil mentransformasikan nilai-nilai sosial kemanusiaan dari ilmu-ilmu tersebut.17
Selain itu peran dan kompetensi guru sangat menentukan dalam proses pembelajaran, karena sebaik apapun kurikulum yang ada akan sangat tergantung pada guru, al-Mawardi mengatakan "keberhasilan pendidikan sebagian besar bergantung kepada kualitas guru baik dari segi penguasaan terhadap materi
16 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta : Gramedia,2001),h.l02
(20)
pelajaran yang diajarkan maupun cara menyampaikan pelajaran tersebut serta kepribadiannya yang baik, yaitu kepribadian yang terpadu antara ucapan dengan perbuatan secara harmonis".18 Peran guru tersebut meliputi banyak hal, sebagaimana dikemukakan oleh Adam & Dekey dalam Basic Principles of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, expediter, perencanaan, supervisor, motivator dan konselor.19
Di samping itu Uzer Usman membahas peran guru yang dianggap paling dominan diklasifikasikan sebagai berikut; 1) guru sebagai demonstratrator, dimana guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau mated palajaran yang akan diajarkan serta senantiasa mengembangkan dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil balajar yang dicapai oleh siswa; 2) guru sebagai pengelola kelas, hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi; 3) guru sebagai mediator atau fasilitator hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar mengajar; 4) guru sebagai evaluator, yakni untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan tercapai atau belum dan apakah materi yang diajarkan sudah cukup tepat; 4) peran guru dalam pengadministrasian; 5) peran guru sebagai pribadi, guru sebagai petugas sosial,
18 Abudin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, Kajian Fihafat Pendidikan Islam, iiarta: Raja Grafindo, Persada, 2001), h. 49
(21)
pelajar dan ilmuan, sebagai orang tua di sekolah, sebagai teladan, pencari keamanan; 6) peran guru sebagai psikologis.20
Enco Mulyasa mengatakan, guru memiliki peran sebagai "pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet, dan sebagai kulminato".21
Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Kautsar Sidang iso Mukti Kabupaten Tulang Bawang yang berada di bawah naungan Kementerian Agama merupakan salah satu pelaksana pendidikan formal untuk jenjang sekolah menengah, sebagai jalur pendidikan formal Sekolah Menengah Pertama (SMP) dalam pelaksanaan kurikulumnya wajib memuat mata pelajaran pendidikan agama Islam di samping mata pelajaran lainnya, menurut kepala sekolah, guru PAI sudah menjalankan perannya sebagai pengajar, pendidik, motivator, teladan, fasilitator, evaluator dan pemimpin, misalnya guru telah melaksanakan tugas memberikan ilmu, juga menanamkan nilai-nilai agama, guru juga senantiasa memotivasi siswa, memberikan contoh tauladan dengan berpakaian rapi, disiplin, selalu menjaga kebersihan, sopan santun, selalu mengucapkan salam, selalu mengadakan evaluasi, baik materi pelajaran maupun tingkah laku siswa.22
20
Ibid
21 Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2008), h. 37
(22)
Sementara itu dari hasil observasi dengan guru PAI, peran sebagai pengajar telah dilaksanakan dengan baik ini dapat dilihat dari adanya pelaksanaan PBM, membuat program tahunan, program semester, RPP (rencana persiapan mengajar) serta mempersiapkan strategi, media, buku-buku yang diperlukan dalam menunjang proses pembelajaran.23
Sedangkan peran sebagai pendidik "selalu menanamkan nilai-nilai kebaikan serta moral, nilai-nilai agama, mematuhi berbagai aturan, baik aturan sekolah, masyarakat, dan agama dengan menjadikan diri sebagai contoh utama serta selalu membimbing, mengarahkan dalam pengamalan nilai-nilai agama24
Peran guru PAI sebagai motivasi yakni "selalu memberikan motivasi dalam menuntut ilmu, dalam belajar, serta mengamalkan ilmu yang didapat dalam kehidupan keseharian. Juga agar selalu tidak putus asa dalam menghadapi kegagalan, selalu berusaha dan tidak lupa diiringi dengan doa25
Sebagai teladan guru PAI juga selalu disiplin datang ke sekolah, disiplin dalam jam masuk kelas, berpakaian bersih, rapi dan Islami, selalu memulai pelajaran dengan berdoa dan mengucapkan salam bila memulai dan menutup pelajaran, selalu menjaga kebersihan, berbicara sopan santun.26
Dalam mengadakan evaluasi, guru PAI mencakup evaluasi kognitif, afektif dan psikomotorik, dimana guru PAI mengadakan ulangan harian bersama, ulangan
23
Observasi, Sidang Iso Mukti, Tanggal, Sukau, 2 Desember 2015
24 Yusna, Guru PAI, Wawancara, Sidang Iso Mukti, Tanggal 2 Desember 2015 25 Ridwan, Guru PAI, Wawancara, Sidang Iso Mukti, Tanggal 3 Desember 2015 26 Observasi, Sidang Iso Mukti, Tanggal 4 Desember 2015
(23)
tengah semester, ujian semester, mengadakan remedial dan pengayaan serta selalu mengevaluasi sikap dan tingkah laku siswa.27
Dari hasil observasi peneliti guru PAI telah menjalankan perannya dengan baik namun pembelajaran pendidikan agama Islam di MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti yang berjalan selama ini belum berhasil membentuk perilaku religius, padahal warga sekolah yang terdiri dari guru, staf TU dan siswa, meskipun seluruh warga sekolah beragama Islam, namun nilai-nilai Islam! belum banyak teraktualisasi di Imgkungan sekolah.28 Karena berdasarkan wawancara dengan kepala sekolah, guru PAI bahwa sudah adanya peraturan untuk sholat berjamaah tetapi belum terlaksana secara maksimal, kurang disiplin, kurang menjaga kebersihan lingkungan, belum ada kesadaran siswa putri berbusana muslim, tidak terbiasa mengucapkan salam, banyaknya siswa masih terlambat, masih adanya siswa yang sering membolos, dan kebersihan WC masih sangat kurang dijaga, kegiatan keagamaan seperti maulid Nabi, Isrso Mi'raj, dan lainnya sering dilakukan namun belum membekas sampai pada perubahan sikap, hanya sewaktu ada tugas dilaksanakan, misalnya harus meresume isi ceramah maka siswa meresume tanpa ada perubahan sikap yang signifikan29
Berkenaan dengan hasil pembelajaran PAI pada dasarnya perubahan sikap dan tingkah laku merupakan hasil dari kegiatan proses pembelajaran. Secara faktual dan operasional, hasil belajar pendidikan agama Islam dapat dilihat dari realitas
27
Dokumentasi, Sidang Iso Mukti, Tanggal 5 Desember 2015 28 Observasi, Sidang Iso Mukti, Tanggal 5 Desember 2015
29 Anton Setiyono, Kepala Sekolah MI Al Kautsar, Wawancara, SIM, Tanggal 5 Desember 2015.
(24)
yang tercermin pada perilaku siswa yang bersangkutan, hal ini dapat terlihat dari tingkah laku yang tercermin dari masyarakat sekolah yang mencerminkan suasana relegius/agamis di lingkungan sekolah. Hal ini mengacu pada visi dan misi MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti yang selengkapnya ada di penyajian data.
Untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. serta berakhlak mulia ternyata tidak bisa hanya mengandalkan pada mata pelajaran pendidikan agama yang waktunya hanya 2 jam pelajaran, tetapi perlu pembinaan secara terus menerus dan berkelanjutan di luar jam pelajaran pendidikan agama, baik di dalam kelas maupun di luar sekolah. Bahkan diperlukan pula kerjasama yang harmonis antara para warga sekolah dan para tenaga kependidikan yang ada di dalairmya.
Program Guru PAI MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti dalam upaya menciptakan lingkungan yang bernuansa keagamaan/relegius antara lain seperti melaksanakan sholat dzuhur berjamaah, sholat dhuha, membiasakan puasa sunnah senin kamis, gerakan infak junTat, mengadakan kegiatan PHBI, Pesanlren kilat, kajian-kajian keagamaan, pembiasaan mengucapkan salam, pembiasaan perilaku baik, menegakkan disiplin, memelihara kebersihan, ketertiban, kejujuran, tolong menolong dan sebagainya yang terprogram dalam program sekolah.30
Hal ini dapat terlihat dalam dokumentasi sebagai program sekolah sebagai berikut:
1). Infakjunfat
30 Ridwan, Guru PAI Pada MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti, Wawancara, SIM, Tanggal 10 Desember 2015
(25)
2). Pesantren Kilat
3). Perlombaan-perlombaan, seperti: cerdas cermat, Puisi Islami, Pidato, Tilawatil Qur'an, ceramah, Azan, kaligrafi
4). Sholat Dzuhur berjamah dan dhuha 5). Baca Tulis Al-Qur"an
6). Lomba Kebersihan.
7). Perayaan Hari-hari Besar Islam 8). WisataRohani31
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996) dinyatakan bahwa relegius berarti bersifat relegi atau keagamaan, atau yang bersangkut paut dengan relegi (keagamaan). Penciptaan suasana relegius berarti penciptaaan suasana atau iklira kehidupan keagamaan,32 Dalam konteks pendidikan agama Islam di sekolah berarti peociptaan suasana atau iklim kehidupan keagamaan Islam yang dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hidup yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran-ajaran atau nilai-nilai agama Islam, yang diwujudkan dalam sikap hidup serta keterampilan hidup oleh para warga sekolah.
Keberagaman atau relegiusitas dapat diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual (benbadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural, Bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tampak dan dapat dilihat dengan mata, telapi juga aktivitas yang tidak tampak dan terjadi
31 Dokumentasi Kegiatan Rohis, SIM, Tanggal 14 Desember 2015
32 Muhaimin, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Madrasah, dan an Tinggi, (Jakarta: FT. Raja Grafindo Persada, 2007), h.61
(26)
dalam hati seseorang. Karena itu, keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi. Dalam hal ini pendapat Clock dan Stark dalam Rertson yang dikutif oleh Muhaimin mengemukakan lima macam dimensi keberagamaan yaitu : (a).dimensi keyakinan, (b). dimensi praktik agama, (c). dimensi pengalaman, (d). dimensi pengetahuan agama, (e).dimensi pengamalan".33
Ada beberapa model dalam menciptakan suasana keagamaa yaitu sesuatu yang dianggap benar, tetapi bersifat kondisional. Karena itu, model penciptaan suasana relegius sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tempat model itu diterapkan beserta penerapan nilai-nilai yang mendasarinya. Menurut Muhaimin34 ada 4 model penciptaan suasana relegjus/keagamaan di sekolah antara lainil) Model Struktural, 2). Model Formal, 3). Model Mekanik, 4).Model Organik
Atas dasar pemikiran tersebut, untuk mengetahui lebih jauh kondisi sekolah serta peran guru pendidikan Agama Islam dalam menciptakan suasana relegius/keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Kautsar Sidang Iso Mukti maka penulis perlu untuk meneliti lebih lanjut dalam sebuah penelitian tesis dengan Judul: "Peran Guru PAI Dalam Menciptakan Suasana Keagamaan di Lingkungan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sidang Iso Mukti Mesuji Tahun Pelajaran 2015/2016".
B. Idetifikasi Masalah dan Batasan Masalah
33 Muhaimin etaL, Paradigma Pendidikan Islam (Upaya Mengefektijkan Pendidikan Agama tdam di Sekolah), (Bandung: PT. Remaja Rosdakaiya, 2002), h. 293
(27)
1. Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang seperti disebutkan di atas, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut:
a. Bahwa untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional serta tujuan pendidikan agama Islam yaitu "meningkatkan pengetahuan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara" di MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti masih menghadapi berbagai macam kendala dan permasalahan.
b. Pembelajaran di MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti umumnya dan pembelajaran pendidikan agama Islam khususnya belum mampu mencapai tujuan sekolah sesuai dengan visi dan misi sekolah.
c. Guru pendidian agama Islam di MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti sudah menjalankan petannya dengan balk namun pembelajaran pendidikan agama Islam belum mencapai tujuan yang diingtnkan yakni terbentuknya perilaku relegius di lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti
2. Batasan masalah
Bertolak dari berbagai pertimbangan (baik keterbatasan kemampuan, waktu, dana dan sebagainya), maka penelitian ini hanya dibatasi pada
(28)
masalah Peran yang dilakukan guru PAI dalam menciptakan suasana keagamaan/relegius di Imgkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan antara lain; "Bagaimanakah Peran Guru Pendidikan Agama Islam dalam Menciptakan Suasana Keagamaan di Lingkungan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sidang Iso Mukti ?
D. Tujuan dan Kegunaan Pcnelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini bertujuan :
a. Untuk mengetahui peran guru PAI dalam membentuk suasana keagamaan di lingkungan MI Al Kautsar Sidang Iso Mukti.
b. Menjadikan sekolah sebagai wahana untuk membina akhlak dalam merealisasikan nilai-nilai dalam praktek hidup ke-Islam-an.
c. Untuk memperkokoh keberadaan sekolah dalam proses mengembangkan kepribadian yang Islami di tengah arus globalisasi dan informasi yang penuh mengalir nilai-nilai positif dan negatif secara bersamaan.
(29)
Penelitian ini berusaha untuk mendiskripsikan peran guru pendidikan agama Islam dalam menciptakan suasana keagamaan di lingkungan MI Al-Kautsar Sidang Iso Mukti Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji. Hasil penelitin ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan kontribusi positif antara lain :
(1) Bagi guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi para guru dalam upaya menciptakan suasana keagamaan di lingkungan sekolah atau tempat bertugas serta sekolah-sekolah lain.
(2) Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya merealisasikan nilai-nilai relegius di lingkungan sekolah serta dalam meningkatkan keberhasilan lembaga pendidikan.
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir merupakan konsep dasar yang memuat hubungan kausal hipotesis antara variabel bebas dengan variabel terikat dalam rangka memberikan jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti.35
Dari kutipan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kerangka pikir adalah dor pemikiran yang digunakan oleh seseorang dalam memecahkan suatu pennasalahan, dan dalam setiap permasalahan selalu melibatkan sejumlah variabel- variabel baik yang berperan sebagai dependent variabel maupun
(30)
indepent variabel. Dalam penelitian ini peristiwa yang diteliti disoroti melalui dua varii pokok, yaitu peran guru pendidikan agama Islam (PAI) dan penciptaan suaj keagamaan di lingkungan sekolah. Peran guru PAI yang penulis teliti adalah p guru sebagai pengajar, sebagai pendidik, sebagai motivator, sebagai teladan, seb; fasilitator, sebagai evaluator, dan sebagai pemimpin. Suasana keagamaan da konteks pendidikan agama Islam di sekolah berarti terciptanya suasana atau il kehidupan agama Islam dampaknya ialah berkembangnya suatu pandangan hi yang bernapaskan atau dijiwai oleh ajaran-ajaran atau nilai-nilai agama Islam, 3 diwujudkan dalam sikap hidup serta ketrampilan hidup oleh para warga sekc Menurut Muhaimin bahwa:
Dalam menciptakan suasana keagamaan pada konteks pendidikan ag Islam ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Yang vertikal berw hubungan manusia atau warga sekolah dengan Allah (Habl min All misalnya sholat berjamaah, do1 a bersama ketika akan dan atau telah me sukses tertentu, puasa senin kamis, khataman Qur'an, dan lain. Sedangkan yang bersifat horizontal adalah berwujud hubungan manusia warga sekolah dengan sesamanya (habl min an-nas). Sedangkan pencip relegius/keagamaan yang berhubungan dengan alam sekitar adalah menyangkut hubungan warga sekolah dengan lingkungan sekitarnya ddiwujudkan dengan bentuk membangun suasana atau iklim yang komit dalam menjaga dan memelihara berbagai sarana dan prasarana yang dim sekolah, serta menjaga kelestarian, kebersihan dan keindahan lingkunga sekolah yang merupakan tanggung jawab semua warga sekolah.36
Dan uraian di atas, maka terciptanya suasana keagamaan di sekolah ; akan penulis teliti adalah hubungan manusia dengan Allah dengan indikato adalah pelaksanaan sholat dzuhur berjamaah serta sholat dhuha, namun sholat berjamaah juga sebagai indikator hubungan antara manusia dengan manusia, Tadarrus Al-Qur"an, kegiatan keagamaan, sedangkan puasa senin kamis tidak penulis teliti karena sulit
(31)
untuk diukur dalam penelitian kualitatif. Sedangkan bentuk hubungan manusia dengan sesama manusia indikatornya adalah berbusana muslim dan terbiasa mengucapkan saiam. Sedangkan hubungan manusia dengan alam sekitar indikator yang penulis lihat adalah menjaga kebersihan. Sehingga dapat dilihat dalam kerangka fikir yang menunjukkan pentingnya peran guru PAI dalam pembentukan suasana keagamaan di lingkungan sekolah sebagai berikut:
Peran Guru PAI Suasana Keagamaan di
Sekolah, indikatornya :
1. Pengajar 2. Pendidik 3. Motivator 4. Teladan 5. Fasilitator 6. Evaluator 7. Pemimpin
1. Sholat Dzubur berjamaah & Sunah
2. Tadarus Al-Qur'an 3. Kegiatan keagamaan 4. Berbusana Muslim 5. Mengucapkan Salam 6. Menjaga Kebersihan
Keterangan :
Adalah garis yang menghubungkan antara satu dimensi dengan dimensi lainnya yang menunjukkan adanya peran yang dilakukan Guru PAI dalam menciptakan suasana keagamaan di lingkungan sekolah.
(32)
A. Peran Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pngertian Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Pengertian peran guru pendidikan agama Islam dapat dibahas lebih lanjut tetapi dikemukakan tentang pengertian peran terlebih dahulu. Peran menurut terminologi adalah "perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat".1 Sedangkan menurut bahasa Inggris peran disebut "role", yang definisinya adalah "person's task or duty in undertaking"2. Artinya "tugas atau kewajiban seseorang dalam suatu usaha atau pekerjaan". Sedangkan pengertian guru secara sederhana adalah orang yang memfasilitasi alih ilmu pengetahuan dari sumber belajar kepada peserta didik.3 Guru adalah pekerja profesional yang secara khusus disiapkan untuk mendidik anak-anak yang telah diamanatkan orang tua untuk dapat mendidik anaknya di sekolah.4
Dengan demikian yang dimaksud peran guru pendidikan agama Islam dapat diartikan sebagai seperangkat tingkah laku yang harus dimiliki guru pendidikan agama Islam, atau tugas serta kewajiban dalam pekerjaan serta kedudukannya
1 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2007), Edisi 111, 2 AS. Hornby, Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English, (London : Oxford University Press, 1987),h.736
3
Jamal Ma'mur Asmani, Tips Menjadi Guru Inspiratif, Kreatif, dan Inovatif, (Jogjakarta: Diva Press, 2009), h. 20
4 Ramayulis dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2009), fc.149
(33)
sebagai seorang guru pendidikan agama Islam. Peran guru dalam proses pendidikan sangat penting dimana guru sangat menentukan kemana pendidikan akan diarahkan. Dalam proses pendidikan, guru merupakan pemegang otoritas dalam upaya membenkan makna, arah dan tujuan suatu pendidikan.
2. Keutamaan Peran Guru Pendidikana Agama Islam
Dalam ajaran Islam orang-orang yang berilmu sangat dihargai dan memiliki kedudukan yang sangat tinggi. Hal ini dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an. Firman Allah:
Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang- orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. (Q.S.Al-Muzadalah : 11)5
Begitu juga sabda Rasulullah SAW:
Artinya : Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur'an dan mengajarkannya (H.R. Bukhari).6
Sabda Rasulullah SAW.
Artinya : Tinta para ulama lebih tinggi nilainya dari pada darah para syuhada. (H.R. Abu Daud dan Turmizi)7
5 Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, ( Bandung : CV.Diponegoro, 2005), 6 Ramayulis dan Samsul Nizar, Op. Cit, h.153
(34)
Firman Allah dan sabda Rasulullah tersebut menggambarkan tingginya kedudukan orang yang mempunyai ilmu pengetahuan, pendidik atau guru adalah salah satu orang yang memiliki ilmu pengetahuan. Hal ini beralasan bahwa dengan ilmu pengetahuan dapat mengantarkan manusia untuk selalu berfikir dan menganalisa hakikat semua fenomena yang ada pada alam, sehingga mampu membawa manusia semakin dekat dengan Allah. Dengan kemampuan yang ada pada manusia terlahir teori-teori untuk kemaslahatan manusia.
Menurut An-Nahlawy yang dikutip oleh Ramayulis dan Samsul Nizar, guru memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Seorang guru memiliki fungsi penyucian; artinya, seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitrah manusia.
2. Seorang guru memiliki fungsi pengajaran; artinya, seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari.8
Berdasarkan hal tersebut di atas dengan merujuk kepada Al-Qur'an, menurut Abuddin Nata, terdapat empat hal yang berkenaan dengan guru, yakni sebagai berikut:
(35)
1. Seorang guru harus memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi, sehingga mampu menangkap pesan-pesan ajaran, hikmah, petunjuk dan rahmat dari segala ciptaan Tuhan, serta memiliki potensi batiniah yang kuat agar dapat mengarahkan hasil kerja kecerdasannya untuk diabdikan kepada Tuhan.
2. Seorang guru harus dapat mempergunakan intelektual dan emosional spirituahiya untuk memberikan peringatan kepada manusia lainnya (peserta didik) sehingga dapat beribadah kepada Allah SWT.
3. Seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengasuh, dan pembimbing serta pemberi bekal ilmu pengetahuan, dan keterampilan kepada orang-orang yang membutuhkannya secara umum, dan peserta didik secara khusus.
4. seorang guru harus berfungsi sebagai pemelihara, pembina, pengasuh, dan pembimbing serta pemberi bekal ilmu pengetahuan, dan ketrampilan kepada orang-orang yang membutuhkannya secara umum dan peserta didik secara khusus.9
Selain itu, guru pendidikan agama Islam merupakan tenaga inti yang bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan watak, kepribadian, keimanan, dan ketaqwaan siswa di sekolah. Karena itu guru pendidikan agama Islam bersama kepala sekolah dan guru-guru yang lainnya mengupayakan seoptimal mungkin suasana sekolah yang mampu menunjang peningkatan iman dan taqwa (imtak) siswa melalui berbagai program kegiatan yang dilakukan secara terprogram dan teratur.
3. Macam-Macam Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Tugas dan peran guru PAI sangat luas, tidak hanya terbatas dalam proses belajar mengajar ataupun di dalam masyarakat tetapi guru pada hakekataya merupakan komponen strategis yang memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan gerak laju kehidupan bangsa. Bahkan keberadaan guru merupakan faktor condisio
9 Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Mvrid: Studi Pemikiran TasawufAl-Gazali, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001), h.47
(36)
sine quanon yang tidak mungkin digantikan oleh komponen manapun dalam kehidupan bangsa sejak dulu, kini dan yang akan datang.
Ada beberapa peran guru yang dikemukakan oleh beberapa tokoh, antara lain menurut Uzer Usman adalah sebagai berikut :
a. Peran Guru dalam Proses Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal. Peranan guru yang dianggap paling dominan dan diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Guru sebagai Demonstrator
Melalui peranannya sebagai demonstrator, seorang guru hendaknya senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkannya, serta senantiasa mengembangkannya dalam arti meningkatkan kemampuannya dalam hal ilmu yang dimilikinya karena hal ini akan sangat menentukan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
Salah satu yang harus diperhatikan oleh guru bahwa ia juga harus selalu belajar untuk memperkaya dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan tugasnya, sebagai pengajar dan demonstrator sehingga mampu memperagakan apa yang diajarkannya secara didaktis.
(37)
Maksudnya agar apa yang disampaikannya betul-betul dimiliki oleh anak didik.
Seorang guru juga hendaknya mampu dan trampil dalam merumuskan tujuan pembelajaran khusus (TPK), memahami kurikulum, dan dia sendiri sebagai sumber belajar terampil dalam memberikan infonnasi kepada kelas. Sebagai pengajar ia harus membantu perkembangan anak didik untuk dapat menerima, memahami serta menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu guru hendaknya memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan, sehingga guru akan dapat memainkan perannnya dengan baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan ketrampilan-ketrampilan mengajar.
2) Guru sebagai Pengelola Kelas
Dalam perannya sebagai pengelola kelas (learning manager) guru hendaknya mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar serta merupakan aspek dari lingkungan sekolah yang perlu diorganisasi. Lingkungan ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar terarah kepada tujuan-tujuan pendidikan. Pengawasan terhadap belajar, lingkungan itu turut menentukan sejauh mana ligkungan tersebut menjadi lingkungan belajar yang baik. Lingkungan yang baik ialah yang bersifat menantang dan merangsang siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasaan dalam mencapai tujuan. Kualitas dan kuantitas belajar siswa di dalam kelas bergantung pada banyak faktor, antara lain ialah guru,
(38)
hubungan pribadi antara siswa di dalam kelas, serta kondisi umum dan suasana di dalam kelas. Tujuan umum pengelolaan kelas ialah menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas untuk bermacam-macam kegiatan belajar dan mengajar agar mencapai hasil yang baik. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Sebagai manajer guru bertanggung jawab memelihara lingkungan fisik kelasnya agar senantiasa menyenangkan untuk belajar dan mengarahkan atau membimbing proses-proses intelektual dan sosial di dalam kelasnya. Dengan demikian guru tidak hanya memungkinkan siswa belajar, tetapi juga mengembangkan kebiasaan bekerja dan belajar secara efektif dikalangan siswa.
Tanggung jawab yang lain sebagai manajer yang penting bagi guru ialah membimbing pengalaman-pengalaman siswa sehari-hari kearah self directed behavior. Salah satu manajemen kelas yang baik ialah menyediakan kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru sehingga sehingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri. Siswa harus belajar melakukan self control dan self activity melalui proses bertahap. Sebagai manajer, guru hendaknya mampu memimpin kegiatan belajar yang efektif serta
(39)
efisien dengan hasil optimal. Sebagai manajer lingkungan belajar, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan sehingga kemungkinan untuk menciptakan situasi belajar mengajar yang menimbulkan kegiatan belajar pada siswa akan mudah dilaksanakan dan sekaligus memudahkan pencapaian tujuan yang diharapkan.
3) Guru sebagai Mediator dan Fasilitator
Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Guru tidak cukup hanya memiliki pengetahuan tentang media pendidikan, tetapi juga harus memiliki keterampilan memilih dan menggunakan serta mengusahakan media itu dengan baik. Untuk itu guru perm mengalami latihan-latihan praktik secara kontinu dan sistematis, baik melalui pre-service maupun melalui inservice training. Memilih dan menggunakan media pendidikan harus sesuai dengan tujuan, materi, metode, evaluasi, dan kemampuan guru serta minat dan kemampuan siswa. Sebagai mediator gurupun menjadi perantara dalam hubungan antar manusia. Untuk
(40)
keperluan itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.
4) Guru sebagai Evaluator
Dalam proses belajar mengajar guru hendaknya menjadi evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah mated yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi dan penilaian.
Dengan penilaian, guru dapat mengetahui keberhasilan pencapaian tujuan, penguasaan siswa terhadap pelajaran, serta ketepatan atau keefektifan metode mengajar. Tujuan lain dari penilaian di antaranya ialah untuk mengetahui kedudukan siswa di dalam kelas atau kelompoknya. Dengan penilaian guru dapat mengklasifikasikan apakah seorang siswa termasuk kelompok siswa pandai, sedang, kurang, atau cukup baik di kelasnya jika dibandingkan dengan teman-temannya.
b. Peran Guru dalam Pengadministrasian
Dalam hubungannya dengan kegiatan pengadministrasian, seorang guru dapat berperan sebagai berikut:
1) Pengambilan inisiatif, pengarah, dan penilaian kegiatan-kegiatan pendidikan. Hal ini berarti guru turut serta memikirkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang direncanakan.
(41)
2) Wakil masyarakat, yang berarti dalam lingkungan sekolah guru menjadi anggota masyarakat. Guru harus mencerminkan suasana dan kemauan masyarakat dalam arti yang baik.
3) Orang yang ahli dalam mata pelajaran. Guru bertanggung jawab untuk mewariskan kebudayaan kepada generasi muda yang berupa pengetahuan. 4) Penegak disiplin, guru harus menjaga agar tercapai suatu disiplin
5) Pelaksana administrasi pendidikan, di samping menjadi pengajar, gurupun harus bertanggung jawab akan kelancaran jalannya pendidikan dan ia harus mampu melaksanakan kegiatan-kegiatan administrasi.
6) Pemimpin generasi muda, masa depan generasi muda terletak ditangan guru. Guru berperan' sebagai pemimpin mereka dalam mempersiapkan diri untuk anggota masyarakat.
7) Penerjemah kepada masyarakat, artinya guru berperan untuk menyampaikan segala perkembangan kemajuan dunia sekitar kepada masyarakat, khususnya masalah-masalah pendidikan.
c. Peran Guru Sebagai Pribadi
Dilihat dari segi dirinya sendui (self oriented), seorang guru harus berperan sebagai berikut:
1) Petugas sosial, yaitu seorang yang harus membantu untuk kepentingan masyarakat. Dalam kegiatan-kegiatan masyarakat guru senantiasa merupakan petugas-petugas yang dapat dipercaya untuk berpartisipasi di dalamnya.
(42)
2) Pelajar dan ilmuan, yaitu senatiasa terus menerus memintut ilmu pengetahuan. Dengan berbagai cara setiap guru senantiasa belajar untuk mengikuti perkembangan ilmu pegetahuan.
3) Orang tua, yaitu mewakili orang tua murid di sekolah dalam pendidikan anaknya. Sekolah merupakan lembaga pendidikan sesudah keluarga, guru berperan sebagai orang tua bagi siswa-siswanya.
4) Pencari teladan, yaitu senantiasa mencarikan teladan yang baik untuk siswa juga untuk seluruh masyarakat. Guru menjadi ukuran bagi norma-norma tingkah laku.
5) Pencari keamanan, yaitu yang senantiasa mencarikan solusi rasa aman bagi siswa, guru menjadi tempat berlindung bagi siswa-siswa untuk memperoleh rasa aman dan puas di dalamnya,
d. Peran Guru Sebagai Psikologis
Peran guru sebagai psikologis, guru dipandang sebagai berikut:
1) Ahli psikologi pendidikan, yaitu petugas psikologi dalam pendidikan, yang melaksanakan tugasnya atas dasar prinsip-prinsip psikologi.
2) Seniman dalam hubungan antar manusia ( artist in human relation), yaitu orang yang mampu membuat hubungan antar manusia untuk tujuan tertentu, dengan menggunakan teknik tertentu, khususnya dalam kegiatan pendidikan.
(43)
4) Catalytic agent, yaitu orang yang mempunyai pengaruh dalam menimbulkan pembaharuan. Sering pula peranan ini disebut sebagai inovator (pembaharuan).
5) Petugas kesehatan mental (mental hygiene worker) yang bertanggungjawab terhadap pembinaan kesehatan mental khususnya kesehatan mental siswa.10
Sementara itu terdapat beberapa peran guru dalam proses pembelajaran tatap muka yang dikemukakan oleh Moon, yang dikutip oleh Hamzah B. Uno yaitu sebagai berikut:
1. Guru sebagai Perancang Pembelajaran (designer oflnstruksional)
2. Disini guru dituntut untuk berperan aktif dalam merencanakan PBM tersebut dengan memperhatikan berbagai komponen dalam sistem pembelajaran yang meliputi;
a. Membuat dan merumuskan TIK
b. Menyiapkan materi yang relevan dengan tujuan, waktu, fasilitas, perkembangan ilmu, kebutuhan dan kemampuan siswa, komprehensif, sistematis, dan fimgsional efektif.
c. Merancang metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa
d. Menyediakan sumber belajar, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator dalam pengajaran.
10 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2003), :«.Ke-15,h.9-13
(44)
e. Media, dalam hal ini guru berperan sebagai mediator dengan memperhatikan relevansi (seperti juga mated), efektif dan efesien kesesuaian dengan metode, serta pertimbangan praktis.
3. Guru sebagai Pengelola Pembelajaran (manager oflnstruksional) Tujuan umum pengelola kelas adalah menyediakan dan menggunkan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar. Sedangkan tujuan khususnya adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar, serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.
Selain itu, guru juga berperan dalam membimbing pengalaman sehari-hari kearah pengenalan tingkah laku dan kepribadiannya sendiri. Salah satu ciri manajemen kelas yang baik adalah tersedianya kesempatan bagi siswa untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru hingga mereka mampu membimbing kegiatannya sendiri.
Sebagai manajer, guru hendaknya mampu mempergunakan pengetahuan tentang teori belajar mengajar dan teori perkembangan hingga memungkinkan untuk terciptanya situasi belajar yang baik, mengendalikan pelaksanaan pengajaran dan pencapaian tujuan.
(45)
4. Guru sebagai pengarah pembelajaran,
Hendaknya guru senantiasa berusaha menimbulkan, memelihara, dan meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Dalam hubungan ini, guru mempunyai rungsi sebagai motivator dalam keseluruhan kegiatan belajar mengajar. Empat hal yang dapat dikerjakan guru dalam memberikan motivasi adalah sebagai berikut:
- Membangkitkan dorongan siswa untuk belajar.
- Menjelaskan secara konkret apa yang dapat dilakukan pada akhir pelajaran - Memberikan ganjaran terhadap prestasi yang dicapai hingga dapat
merangsang pencapaian prestasi yang lebih baik di kemudian hari. - Membentuk kebiasaan belajar yang baik.
5. Guru sebagai Evaluator.
Tujuan utama penilaian adalah untuk melihat tingkat keberhasilan, efektivitas, dan efesiensi dalam proses pembelajaran. Selain itu, untuk mengetahui kedudukan peserta dalam kelas atau kelompoknya. Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar peserta didilc, guru hendaknya secara terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai peserta didik dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melami evaluasi ini akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran. Umpan balik akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran selanjutnya. Dengan demikian, proses pembelajaran akan terus-menerus ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.
(46)
6. Guru sebagai Konselor
Sesuai dengan peran guru sebagai konselor ia diharapka akan dapat merespon segala masalah tingkah laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, guru hams dipersiapkan agar:
- Dapat menolong peserta didik memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik dengan orang tuanya.
- Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungan yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan bermacam-macam manusia.
Pada akhirnya, guru akan memerlukan pengertian tentang dirinya sendiri, baik itu motivasi, harapan, prasangka, ataupun keinginannya. Semua itu akan memberikan pengaruh pada kemampuan guru dalam berhubungan dengan orang lain, terutama siswa.
7. Guru sebagai Pelaksana Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat pengalaman belajar yang akan didapat oleh peserta didik selama ia mengjkuti suatu proses pendidikan. Secara resmi kurikulum sebenarnya merupakan sesuatu yang diidealisasikan atau dicita-citakan. Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat tergantung pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya, guru yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. Bahkan pandangan mutakhir
(47)
menyatakan bahwa meskipun suatu kurikulum itu bagus, namun berhasil atau gagalnya kurikulum tersebut pada akhirnya terletak ditangan pribadi guru.11
Sementara itu peran guru yang dipaparkan oleh Wina Sanjaya adalah sebagai berikut :
1. Guru sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran guru sebagai sumber belajar terkait erat dengan penguasaan materi pelajaran.
Sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Sebaiknya guru memiliki referensi lebih banyak dibandingkan siswa. b. Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa
yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa lainnya. c. Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran,
misalnya menunjukkan mana materi inti dan mana materi tambahan.
2. Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang
11 Hamzam B.Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi dan Rreformasi Pendidikan di Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.22
(48)
berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran antara lain :
a. Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut.
b. Guru perlu mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu media,
c. Guru dituntut untuk mampu mcngorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar.
d. Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.
3. Guru sebagai Pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh kelas. Dalam melaksanakan pengelolaan pembelajaran ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan, yaitu mengelola sumber belajar dan melaksanakan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Sebagai manajer, guru memiliki empat fungsi umum yaitu :
a. Merencankan sumber belajar
b. Mengorganisasikan berbagai fungsi belajar untuk mewujudkan tujuan belajar.
c. Memimpin, yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa.
(49)
d. Mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.
4. Guru sebagai Demonstrator
Yang dimaksud guru sebagai demostrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap pesan yang disampaikan. Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai demostrator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi siswa. Dengan demikian, dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap siswa. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa. Oleh karena itu, sebagai demonstrator erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih efektif.
5. Guru sebagai Pembimbing
Setiap siswa memiliki kepribadian yang berbeda, perbedaan inilah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai bekal hidup mereka, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat
(50)
tumbuh dan berkembang sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
Agar guru dapat berperan sebagai pembimbing yang baik, maka ada beberapa hal yang hams dimiliki, diantaranya pertama, guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Kedua, guru harus memahami dan terampil dalam merencanakan, baik merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai maupun merencaakan proses pembelajaran.
6. Guru Sebagai Motivator
Proses pembelajaran akan berhasil manakala siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar siswa. Untuk memperoleh hasil belajar yang optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi belajar siswa.
Dibawah ini dikemukakan beberapa petunjuk. a. Memperjelas tujuan yang perlu dicapai b. Membangkitkan minat siswa
c. Menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar d. Berilah pujian yang wajar terhadap setiap keberhasilan siswa. e. Berikan penilaian
f. Berilah komentar terhadap hasil pekerjaan siswa g. Ciptakan persaingan dan kerjasama
(51)
7. Guru sebagai Evaluator
Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau infonnasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap meteri kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.12
Menurut Yelon dan Weinstein sebagaimana dikutip oleh Enco Mulyasa, peran guru dapat diidentifikasikan:
a. Peran sebagai pendidik; guru hams memilii standar kualifikasi pribadi tertentu yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin, b. Guru sebagai pengajar; membuat ilustrasi, mengidentifikasikan,
menganalisis, mensintesis, bertanya, merespon, mendengarkan, menciptakan kepercayaan, memberikan pandangan yang bervariasi, nienyediakan media untuk mengkaji mated standar, menyesuaikan metode pembelajaran, dan memberikan nada perasaan,
c. Guru sebagai pembimbing; guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
12 Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi StandarProses pendidikan, (Jakarta: Kracana, 2006), Cet-I, h.21-31
(52)
d. Guru sebagai pelatih; guru memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, mampu memperhatikan perbedaan individu peserta didik dan lingkungannya, guru harus berani berkata jujur, dan harus bisa menahan emosi,
e. Guru sebagai penasihat; guru harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental;
f. Guru sebagai model teladan; menjadi tcladan merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran dan ketika seorang guru tidak mau menerima ataupun menggunakannya secara konstruktif maka telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Hal-hal yang perlu diterapkan dalam pemberi keteladanan, yaitu sikap dasar, bicara dengan gaya bicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses berfikir, perilaku neurotis, selera, keputusan, kesehatan, dan gaya hidup umum,
g. Guru sebagai pendorong kreativitas; guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menujukkan proses kreativitas tersebut, dan guru senantiasa berusaha untuk menemukan cara yang baik dalam melayani peserta didiknya, sehingga peserta didik akan menilainya bahwa ia memang kreatif dan melakukan secara rutin,
h. Guru sebagai pembangkit pandangan; guru harus trampil dalam berkomuikasi dengan peserta didik di segala umur sehingga setiap langkah dari proses pendidikan yang dikelolanya dilaksanakan untuk menunjang fungsi ini,
(53)
i. Guru sebagai pekerja rutin; bekerja tepat waktu, membuat catatan dan laporan sesuai dengan standar kinerja, membaca dan mengevaluasi scrta mengembalikan hasil kerja peserta didik, mengatur kehadiran peserta didik, mengatur jadwal, menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan menasehati peserta didik,
j. Guru sebagai evaluator; guru harus mampu menyusun tabel spesifikasi yang di dalamnya terdapat sasaran penilaian, tekhik penilaian, serta jumlah instrument yang diperlukan, penelitian terhadap data-data yang dikumpulkan, dan dianalisis untuk membuat tafsiran tentang kualitas prestasi belajar peserta didik.13
Demikian peran guru menurut beberapa tokoh-tokoh pendidikan, namun disini penulis hanya mengambil peran guru yang penulis anggap relevan dengan peran guru PAI dalam menciptakan suasana keagamaan di MI Al-Kautsar Sidang Iso Mukti Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji, yakni peran guru Pendidikan Agama Islam sebagai pengajar, peran PAI sebagai pendidik, sebagai guru motivator, peran guru sebagai teladan, peran sebagai fasilitator dan pean guru sebagai pemimpin.
4. Peran Guru PAI Dalam Menciptakan Suasana Keagamaan
Adapun peran guru sebagaimana yang telah dikemukakan oleh beberapa tokoh pendidikan yang telah penulis kemukakan di atas, maka agar tidak terlalu luas penulis mengambil beberapa peran dalam hal ini peran guru pendidikan agama Islam diantaranya adalah sebagai berikut:
13 Enco Mulyasa, Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran kreatif dan ***venangkan, (Badung: Remaja Rosdakarya, 2008), h.37
(54)
a. Peran Guru Sebagai Pengajar
Peran guru sebagai pengajar, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyarnpaikan ilmu (transfer of knowledge) kepada siswanya,14 Dan guru sebagai pengajar merupakan orang yang menguasai ilmu dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsinya dalam kehidupaii, menjelaskan dimensi teoritis dan praktisnya, sekaligus melakukan transfer ilmu pengetahuan, internalisasi serta implementasi15 Sebagai pengajar, guru mempunyai tugas menyelenggarakan proses belajar mengajar. Tugas yang mengisi porsi terbesar dari profesi keguruan ini pada garis besamya meliputi empat pokok, yaitu :
(a) menguasai bahan pengajaran;
(b) merencanakan program belajar mengajar;
(c) melaksanakan, memimpin, dan mengolah proses belajar-mengajar; serta (d) menilai kegiatan belajar mengajar.16
Hal ini seiring dengan pendapat Soelaeman, guru sebagai pengajar artinya ia menyajikan dan menyampaikan ajaran tertentu kepada siswa-siswanya. Dalam peranannya ini ia berusaha menyampaikan gagasan dan informasi, melatihkan ketrampilan dan membina sikap tertentu kepada siswa-siswanya.17
14
Sardinian, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, ,Cet.Ke-9,h.50-52
15 Abdul Mujib, dkk, Ilmu Pedidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008),
16
Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Dirjen Kelernbagaan Agama Islam, 2002), h.3
17 Soelaeman, Suatu Pengantar Kepada Duma Guru, Menjadi Guru, (Bandung : CV.Diponegoro, 1985), h.19
(55)
Sementara itu menurut Wijaya dan Djadjuri yang dikutip Kunandar, menyatakan iungsi mengajar diantaranya:
a) menerangkan dan memberikan informasi;
b) mendorong inisiatif, mengarahkan pelajaran, dan mengadministrasikannya; c) menciptakan kelompok-kelompok belajar
d) menciptakan suasana belajar yang aman; e) menjelaskan sikap, kepercayaan, dan masalah;
f) mencari kesulitan-kesulitan belajar agar siswa dapat memecahkannya sendiri;
g) membuat bahan-bahan kurikulum;
h) mengevaluasi hasil belajar, mencatatnya, dan melaporkannya; i) memperkaya kegiatan belajar;
j) mengelola kelas;
k) mempartisipasikan kegiatan sekolah;
l) mempartisipasikan kegiatan diri di dalam kehidupan profesional.18
Tugas guru sebagai pengajar meliputi rangkaian kegiatan yang dapat membantu perkembangan intelektual, afektif dan psikomotorik, melalui penyampaian pengetahuan, pemecahan masalah, latihan-latihan afektif dan ketrampilan.19
Dalam kontek penelitian ini guru pendidikan agama Islam mempunyai tugas dan kewajiban merencanakan program pengajaran, melaksanakan program pengajaran dan menyampaikan ilmu berupa pemahaman tentang materi agama serta nilai-nilai Islam serta menciptakan suasana yang kondusif, dalam rangka mengembangkan fitrah dan kemampuan dasar yang dimiliki peserta didik kepada siswa MI Al-Kautsar Sidang Iso Mukti Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji, sehingga siswa dapat memahami tentang nilai-nilai tersebut dan dapat merealisasikan nilai-nilai ajaran Islam tersebut menjadi
18
Kunandar, Guru Profesional,, Implementasi KTSP Dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru, Jakarta: Rajawali Pers, 2009), k 110
19 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.252
(56)
suatu kebiasaan dalam lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga dan masyarakat serta menjauhi nilai-nilai keburukan. Tugas atau kewajiban ini dilaksanakan di dalam proses belajar mengajar (PBM) di kelas maupun contoh tauladan di luar kelas.
b. Peran Guru Sebagai Pendidik
Pada proses pembelajaran, peran pendidik sangatlah besar dan strategis sehingga corak dan kualitas pendidikan Islam secara umum dapat diukur dengan melinat para pendidiknya, Pendidik yang memiliki kwalifikasi tinggi dapat menciptakan dan mendesain materi pembelajaran yang lebih dinamis-konstruktif. Mereka juga akan mampu mengatasi kelemahan materi dan subyek didiknya dengan menciptakan suasana dan miliu yang kondusif dan strategis mengajar yang aktif dan dinamis.20
Peran guru sebagai pendidik, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai ( transfer of values) kepada anak-anak didiknya21. Secara umum, tugas pendidik menurut Islam ialah mengupayakan perkembangan seluruh potensi subjek didik. Pendidik tidak saja bertugas mentransfer ilmu, tetapi yang lebih penting dari itu adalah mentranfer pengetahuan sekaligus nilai-nilai (transfer of knowledge and values dan yang terpenting adalah nilai ajaran islam.22
20
Moh. Roqib, llmu Pendidikan Mam, Pengembangan Pendidikan Intergarasi di Sekolah, Keluarga, dan Masyarakat, (Yogyakarta, PT. LKiS Printing Cemerlang, 2009), Cet-I, h.42
21 Depag RI, Loc, Cit 22 Moh. Roqib, Op.,Cit, h.43
(57)
Pendidik memiliki kedudukan yang sangat terhormat karena tanggung jawabnya yang berat dan mulia. Sebagai pendidik, ia dapat menentukan atan paling tidak mempengaruhi kepribadian subjak didik. Bahkan pendidik yang baik bukan hanya mempengaruhi individu, melainkan juga dapat mengangkat dan meluhurkan martabat suatu umat.23 Sebagai pendidik guru harus mampu menempatkan dirinya sebagai pengarah dan pembina, mengembangkan bakat dan kemampuan anak didik ke arah titik maksimal yang akan dapat mereka capai.24
Dalam hal ini, Abdullah Nashil "Ulwan berpendapat bahwa tugas dan peran pendidik adalah melaksanakan pendidikan ilmiah, karena ilmu mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan kepribadian dan emansipasi harkat manusia. Sebagai pcmcgang amanat orang tua dan salah satu pelaksana pendidikan Islam, pendidik tidak hanya memberikan pendidikan ilmiah. Tugas pendidik hendaknya merupakan kelanjutan dan sinkron dengan tugas orang tua yang juga merupakan :ugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang aenvawasan manusia seutuhnya. Hal itu dapat diwujudkan dengan cara menjadikan peserta didik sebagai manusia, mempertahankan sifat kemanusiaannya, serta memelihara fitrahnya yang telah diberikan oleh Allah SWT.25
23 Muhammad Athiyah alAbrasyi, Rith atTarbiyah wa atTalim, (Kairo: Dar alArabiyah -a -al-b-ab -al-H-al-abi w-a Syirk-atuh, tt), h.163
24 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), Cet-1,1.118
(58)
Al-Ghazali berpendapat, tugas pendidik yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah.26
Dalam kontek penelitian ini, guru pendidikan agama Islam berkewajiban menyampaikan dan menanamkan nilai-nilai agama Islam serta mengembangkan potensi fitrah anak didik agar berkembang sesuai dengan nilai-nilai Islam serta menciptakan dan mendesain suasana miliu yang kondusif, agamis sebagai sarana yang diciptakan agar dapat membantu mengoptimalkan potensi siswa pada siswa MI Al-Kautsar Sidang Iso Mukti Kecamatan Rawajitu Utara Kabupaten Mesuji dalam kehidupan sehari-hari.
c. Peran Guru Sebagai Motivator
Dalam kamus Bahasa Indonesia, motivator adalah orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya motivasi. Motivasi adalah dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan Tujuan tertentu.27
Peran guru sebagai motivator yakni memberikan dorongan dan rangsangan tepada siswa untuk mendinamisasikan potensi, menumbuhkan swadaya dan kreatifhas. Mengingat bahwa dalam mengajar itu diharapkan bahwa siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuannya melalui uraian yang disajikan guru
26 Abdul Mujib, Op.Cit, h.90
(59)
melainkan harus mau juga mencari sendiri, mengkaji sendiri, dalam hal ini guru berperan sebagai yang memberikan dorongan atau motivator.29
Dalam memberikan motivasi hendaknya pendidik memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik sehingga mereka merasa termotivasi untuk melakukan kebaikan. Motivasi digunakan sesuai dengan perbedaan tabiat dan kadar kepatuhan manusia terhadap prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah Islam. Pengaruh motivasi lebih lama karena bersandar pada pembangkitan dorongan instrinsik manusia.30
Dalam Al-Qur'an Allah selalu memberikan motivasi kepada manusia dengan ganjaran dan pahala dalam setiap kebaikan yang dilakukan, sebagaimana Firman Allah SWT:
Artinya : Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikirpun tidak dianiaya (dirugikan) (Q.S. Al-Anam: 160)31
29 Soelaeman, Op,Cit, h.21
30 Herry Noer Ali, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999),h.l96 50 31 Depag RI, Op Cit, h. 150
(1)
Menurut guru PAI yakni bapak Ridwan, Program-program ROHIS tersebut awalnya diajukan kepada sekolah, setelah kepala sekolah menyetujui kemudian dirapatkan dalam rapat dengan para dewan guru, setelah mendapat dukungan dari para dewan guru, disampaikan oleh kepala sekolah dalam rapat komite sebagai program sekolah.64
61
Ridwan, Wawancara, 14 Febniari 2010 62
Observasi, Tanggal 11 s/d 16 Desember 2009.
63
Ridwan, Wawancara, 14 Februari 2010 64
Ridwan, Wawancara, 14 februari 2010 152
c. Kerjasama Sekolah Dengan Orangtua Murid.
Dalam menjalankan program-program sekolah, guru memang harus bekerjasama dengan wali rrmrid agar setiap program yang dilaksanakan di sekolah berjalan sukses, agar orangtua wali murid dapat mendukung program-program tersebut sehingga akan dapat berhasil dengan balk. Bentuk kerjasama sekolah dengan orang tua wali murid adalah dapat berupa moral dan spiritual misalnya orangtua mengbadiri undangan sekolah dalam menyusun pogrom-program sekolah, sebaliknya sekolah dapat dengan cara mengundang seluruh wali murid kemudian kepala sekolah menyampaikan seluruh program-program sekolah yang akan dilaksanakan termasuk juga program-program keagamaan. Hal ini agar orang tua dapat memberikan contoh teladan dan membiasakan anak agar selalui menjalankan nilai-nilai ajaran Islam, sehingga pendidikan dan pembiasaan di sekolah akan seiring dengan pendidikan di dalam rumah tangga. Sehingga
(2)
nilai-nilai ajaran Islam akan benar-benar menjadi kepribadian setiap siswa dalam keseharian. Serta kerjasma dalam menangani permasalahan serta pelanggaran siswa terhadap aturan-aturan sekolah.65
Upaya-upaya yang dilakukan sekolah tersebut diharapkan dapat mendukung terhadap seluruh program-program sekolah termasuk program dalam rangka menciptakan suasana keagamaan agar nilai-nilai yang diajarkan di sekolah relevan dengan nilai-nilai yang diajarkan di rumah tangga.
2010 65
Anton Setiyono, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sukau, Wawancara, Tanggal 15 Februari
(3)
(4)
145
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan basil penelitian dan analisis daa dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
Bahwa dari hasil wawancara dan observasi diketahui guru pendidikan agama Islam MI Al Kautsar sidang Iso Mukti telah menjalankan perannya sebagai pengajar, sebagai pendidik, sebagai motivator, sebagai teladan, sebagai fasilitator, sebagai evaluator dan sekaligus sebagai pemimpin dalam menciptakan suasana keagamaan di MI Al Kautsar sidang Iso Mukti namun suasana keagamaan belum tercipta secara maksimal hal ini karena kurangnya sarana dan prasarana yang memadai, kurang adanya dukungan dari guru bidang studi atau mata pelajaran lain, serta tidak adanya evaluasi kepala sekolah terhadap program-program pendidikan agama Islam yang telah ditetapkan sebagai program sekolah.
B. Rekomendasi
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah disimpulkan, maka penulis ingin menyampaikan rekomendasi sebagai berikut: 1, Kepada Kepala Sekolah
a. Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi di sekolah hendaknya dapat mendukung program-program guru PAI dan program guru bidang
(5)
146
studi yang lain dengan cara menetapkan kebijakan yang mendukung sehingga menjadi program-program unggulan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan serta kemajuan sekolah.
b. Kepala sekolah hendaknya mengadakan evaluasi terhadap program-program yang teiah ditetapkan sebagai program sekolah. Bila tidak terlaksana hendaknya diadakan evaluasi, kemudian bila ada pelanggaran hendaknya ada teguran, nasihat atau sangsi demi terwujudnya program sekolah.
c. Kepala sekolah hendaknya dapat lebih mendukung serta mengusahakan sarana dan prasarana yang diperlukan sebagai pendukung program sekolah seperti perluasan musholla, pengadaan mukena, sajadah, buku-buku penunjang yang diperlukan, alat-alat kebersihan sekolah seperti pemotong nimput, dan lainnya yang dapat meningkatkan dan mendukung suasana lingkungan/miliu yang agamis, nyaman, bersih dan kondusif. 2, Kepada Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) a. Guru PAI hendaknya lebih optimal dalam meningkatkan perannya sebagai pengajar, peran sebagai pendidik, peran sebagai motivator, peran sebagai teladan, peran sebagai fastlitator, peran sebagai evaluator dan peran sebagai pemimpin agar dapat lebih menghasilkan target yang optimal dalam menciptaan suasana keagamaan di sekolah sebagai tanggung jawab paling besar guru PAI.
155
b. Guru PAI hendaknya dapat meningkatkan kerjasama dengan kepala sekolah dalam mempengaruhi kebijakan-kebijakan sekolah.
c. Guru PAI hendaknya dapat bekerja sama dengan guru-guru bidang studi yang lainnya serta terhadap warga sekolah lainnya seperti penjaga, dan warga di sekitar
(6)
147
sekolah dalam menjalankan program-programnya sehingga dapat terlaksana dengan baik.
d. Guru PAI juga menjalin kerjasama lebih intensif dengan orang tua/ wall murid agar orang tua lebih mendukung siswa dalam mengaktualisaikan nilai-nilai ajaran Islam dengan contoh langsung dari orang tua sehigga ada singkonisasi pembinaan di sekolah dengan