PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI EKOSISTEM.

(1)

Nur Susinta Erviani, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA

SMP PADA MATERI EKOSISTEM

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh:

Nur Susinta Erviani 0907340

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pengaruh Pembelajaran

Interactive

Demonstration

terhadap Peningkatan

Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Siswa

SMP pada Materi Ekosistem

Oleh Nur Susinta Erviani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Nur Susinta Erviani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Nur Susinta Erviani, 2013

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

NUR SUSINTA ERVIANI

PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA

SMP PADA MATERI EKOSISTEM

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Dr. Hj. Sri Anggraeni, M.Si. NIP. 1958012619870320001

Pembimbing II

Dra. Yanti Hamdiyati, M.Si. NIP. 196611031991012001

Mengetahui,


(4)

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dr. H. Riandi, M.Si. NIP. 196305011988031002


(5)

Nur Susinta Erviani, 2013

PENGARUH PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP

ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI EKOSISTEM

The Effect of Interactive Demonstration toward Science Literacy and Scientific Attitude of Junior High School Student’s in Ecosystem Concept

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration pada materi ekosistem. Penelitian dilakukan di SMP Kartika XIX-2 Bandung pada kelas VII semester genap, Tahun Ajaran 2012/2013. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experimental. Desain penelitian yang digunakan adalah nonrandomized control group, pretest-posttest design. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen soal kemampuan literasi sains dan kuesioner sikap ilmiah, serta lembar observasi untuk mengobservasi keterlaksanaan tahapan pembelajaran. Uji hipotesis yang digunakan pada tes kemampuan literasi menggunakan uji t. Berdasarkan hasil penelitian, keterlaksanaan tahapan pembelajaran mencapai 100% (sangat baik). Pengolahan data posttest literasi sains menunjukkan bahwa: 1) terdapat perbedaan yang signifikan antara posttest literasi sains pada kelas eksperimen dengan kelas kontrol; 2) Rata-rata N-gain pada kelas eksperimen (0,10) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (0,1); 3) Pengolahan data N-Gain pada tes kemampuan literasi sains dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, (terdapat perbedaan pencapaian kemampuan literasi sains yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol). Hal tersebut mengindikasikan bahwa interactive demonstration berpengaruh positif pada literasi sains. Rata-rata N-gain kuesioner sikap ilmiah menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata N-gain (-0,01) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (-0,02), namun kedua sampel memiliki pencapaian N-gain yang rendah. Hal tersebut mengindikasikan bahwa interactive demonstration berpengaruh positif pada literasi sains.

Kata kunci: inkuiri, interactive demonstration, literasi sains, sikap ilmiah

The aims of this research was to analyze the effect of interactive demonstration toward student’s scientific literacy and scientific attitude in junior high school. The learning focus was related on ecosystem topic. The study was conducted at the first grade students of SMP Kartika Siliwangi XIX-2 Bandung in second semester, 2012/2013. The research method was quasi experimental with nonrandomized control group, pretest-posttest design was adopted. Data of scientific literacy was collected by using scientific literacy assessment and data of scientific attitude was collected by using Likert-scale questionnaire. Furthermore, observation form was used to examine


(6)

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

performance of learning step. Independent t-test was used to examine the differences of scientific literacy. Performance of learning step results showed 100% was reached. The results of student’s scientific literacy showed that: (1) there were significantly differences between two groups in posttest of scientific literacy; (2) The average of experiment N-Gain (0,10) was higher than control N-Gain (0,1) significantly. It was indicated implementation of interactive demonstration had positive effect toward student’s scientific literacy.The results of student’s scientific attitude showed that the average of experiment N-Gain (-0,01) was higher than control N-Gain (-0,02) significantly. However, both groups had low N-Gain Achievement in Likert-scale questionnaire, thus indicated implementation of interactive demonstration had not positive effect toward student’s scientific attitude.


(7)

iv

Nur Susinta Erviani, 2013

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SURAT PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 5

D. Batasan Masalah ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 6

F. Asumsi Dasar ... 7

BAB II PEMBELAJARAN INTERACTIVE DEMONSTRATION, METODE KONVENSIONAL, LITERASI SAINS, DAN SIKAP ILMIAH SISWA A. Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran ... 8

1. Pengertian Pendekatan Inkuiri ... 8

2. Hierarki Pembelajaran dalam Inkuiri ... 10

3. Pembelajaran Inkuiri Berbasis Interactive Demonstration ... 11

B. Metode Konvensional dalam Pembelajaran ... 14


(8)

v

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Pengertian Literasi Sains ... 16

2. Evaluasi Literasi Sains dalam PISA 2006 ... 17

D. Sikap Ilmiah ... 21

1. Pengertian Sikap Ilmiah ... 21

2. Evaluasi terhadap Sikap Ilmiah... 22

E. Tinjauan Materi ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27

B. Desain Penelitian ... 27

C. Definisi Operasional ... 28

D. Hipotesis ... 29

E. Lokasi Penelitian ... 29

F. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

G. Teknik Pengumpulan Data ... 30

H. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya ... 30

1. Butir Soal Literasi Sains ... 30

2. Kuesioner Sikap Ilmiah ... 34

3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks Pembelajaran ... 36

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 38

1. Pengolahan Data Tes Kemampuan Literasi Sains ... 38

2. Pengolahan Data Kuesioner Sikap Ilmiah ... 40

3. Pengolahan Data Lembar Observasi Tahapan Pembelajaran ... 41

J. Prosedur Penelitian ... 41

K. Alur Penelitian ... 43

BAB IV HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN A. Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran ... 44


(9)

vi

Nur Susinta Erviani, 2013

B. Literasi Sains Siswa ... 53

C. Sikap Ilmiah Siswa ... 63

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72


(10)

vii

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Hierarki Pembelajaran dalam Inkuiri ... 10

2.2. Kemampuan Inkuiri dan Tujuan Primer Pedagogik dalam Setiap Tingkatan Inkuiri ... 10

2.3. Tahapan Pembelajaran Metode Diskusi ... 15

2.4. Kompetensi Ilmiah PISA 2006 ... 20

2.5. Aspek Sikap dalam PISA 2006 ... 22

2.6. Indikator PISA dan SAI II serta Irisan diantara Keduanya ... 24

2.7. Karakteristik Materi Kerusakan Lingkungan ... 26

3.1. Nonrandomized Control Group, Pretest-Posttest Design ... 27

3.2. Kisi-Kisi Butir Soal Literasi Sains... 30

3.3. Klasifikasi Validitas Butir Soal ... 31

3.4. Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal... 32

3.5. Klasifikasi Tingkat Kesukaran... 32

3.6. Klasifikasi Daya Pembeda ... 33

3.7. Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Literasi Sains ... 33

3.8. Kisi-kisi Instrumen Sikap Ilmiah ... 34


(11)

viii

Nur Susinta Erviani, 2013

3.10. Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Inkuiri

dengan Level Interactive Demonstration ... 36

3.11. Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Metode Konvensional ... 37

3.12. Kriteria Indeks Gain ... 40

3.13. Cara Pemberian Skor Kuesioner Sikap Ilmiah ... 40

3.14. Kriteria Persentase Hasil Kuesioner ... 41

3.15. Kriteria Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran ... 41

4.1. Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Inkuiri dengan Level Interactive Demonstration pada Kelas Eksperimen ... 45

4.2. Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Metode Konvensional pada Kelas Kontrol ... 51

4.3 Rekapitulasi Uji Statistik Hasil Pretest Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 51

4.4. Rekapitulasi Uji Statistik Pencapaian Gain Ternormalisasi Kemampuan Literasi Sains Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 57


(12)

ix

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Penilaian Literasi Sains PISA 2006 ... 19 3.1 Alur Penelitian ... 43 4.1 Grafik Rata-rata Pretest dan Post-test pada Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol ... 56 4.2 Grafik Pencapaian Gain Ternormalisasi pada TesKemampuan Literasi

Sains per Kompetensi Umum Literasi Sains ... 61 4.3 Grafik Sebaran Persentase Respon Siswa terhadap Kuesioner Sikap

Ilmiah (Kiri: Kelas Eksperimen; Kanan: Kelas Kontrol)... 65 4.3 Grafik Persentase Rata-rata Post-test Kuesioner Sikap Ilmiah per


(13)

x

Nur Susinta Erviani, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran A (Instrumen Pembelajaran)

A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas kontrol ... 77

A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... 81

A.3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Pembelajaran Interactive Demonstration... 86

Lampiran B (Instrumen Penelitian) B.1. Lembar Judgement Instrumen ... 88

B.2. Kisi-Kisi Instrumen Literasi Sains Pretest ... 89

B.3. Kisi-Kisi Instrumen Literasi Sains Post-test ... 96

B.4. Kisi-Kisi Instrumen Sikap Ilmiah Pretest ... 103

B.5. Kisi-Kisi Instrumen Sikap Ilmiah Post-test ... 105

B.6. Instrumen Soal Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Pretest ... 107

B.7. Instrumen Soal Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Ilmiah Post-test .... 115

B.8. Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Metode Konvensional ... 123

B.9. Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Interactive Demonstration ... 124

Lampiran C (Komunikasi Penelitian) C. E-mail Izin Penggunaan SAI II ... 125

Lampiran D (Data Penelitian) D.1. Data Hasil Tes Kemampuan Literasi Sains ... 126


(14)

xi

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

D.2. Rekapitulasi Data N-Gain Tes Kemampuan Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 130 D.3. Hasil Analisis Data N-Gain Tes Kemampuan Literasi Sains Siswa per

Indikator Literasi Sains... 131 D.4. Data Hasil Kuesioner Sikap Ilmiah ... 132 D.5. Rekapitulasi Data N-Gain Skor Kuesioner Sikap Ilmiah Siswa pada

Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 140 D.6. Rekapitulasi Persentase Rata-rata Respon Siswa terhadap Kuesioner

Sikap Ilmiah pada Kelas Eksperimen ... 141 D.7. Rekapitulasi Persentase Rata-rata Respon Siswa terhadap Kuesioner

Sikap Ilmiah pada Kelas Kontrol ... 142 D.8. Rekapitulasi Persentase Rata-rata Skor Sikap Ilmiah Siswa per Indikator

Kuesioner Sikap Ilmiah ... 143

Lampiran E (Pengolahan Statistik Data Penelitian)

E.1. Uji Statistik Data Tes Kemampuan Literasi Sains ... 144 E.2. Uji Statistik Data Kuesioner Sikap Ilmiah ... 147

Lampiran F (Dokumentasi Penelitian)

F. Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Interactive Demonstration... 148

Lampiran G (Administrasi Penelitian)

G.1. Surat Izin Penelitian ... 149 G.2. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... 150


(15)

xii


(16)

1

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak beberapa tahun ini, di berbagai negara maju literasi sains merupakan prioritas utama dalam pendidikan sains. Hasil penelitian pendidikan IPA di Australia menunjukkan bahwa tujuan utama pendidikan IPA adalah untuk meningkatkan literasi sains siswa (Hendriani, 2011). Seperti halnya di Indonesia, prioritasnya terhadap literasi sains tercantum dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

KTSP memiliki tujuan yang sejalan dengan tujuan sains saat ini, yaitu: menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa; mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah; mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek sains dan teknologi; serta menguasai konsep sains untuk bekal hidup di masyarakat dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Depdiknas, 2003 dalam Trianto, 2010). Dalam tujuan KTSP tersebut salah satunya tercantum bahwa warga negara Indonesia harus melek sains/literat terhadap sains dan juga dapat mengembangkan keterampilan dan sikap ilmiah.

Namun, pembangunan pendidikan yang diselenggarakan di Indonesia saat ini nampaknya belum mendapat hasil yang sesuai dengan harapan. Hal ini dapat dilihat dari kualitas pendidikan yang masih rendah khususnya dalam pencapaian literasi sains siswa. Hal tersebut dapat ditunjukkan, misalnya pada studi PISA (Program for International Student Assessment) pada tahun 2000, 2003, dan 2006. Studi PISA tahun 2000 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat ke-38 dari 41 negara peserta dengan skor rata-rata 393. Studi PISA tahun 2003 Indonesia menduduki peringkat ke-38 dari 40 negara peserta dengan skor rata-rata 395, sedangkan pada studi PISA tahun 2006 Indonesia menduduki peringkat ke-50 dari 57 negara peserta dengan skor rata-rata 395 pada bidang literasi sains (Hayat & Yusuf, 2010).


(17)

2

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa Indonesia berada pada kelompok bawah dengan nilai rata-rata yang rendah. Hal tersebut menunjukkan bahwa literasi sains yang dimiliki oleh rata-rata siswa Indonesia pun masih rendah, padahal literasi sains sangat penting untuk dimiliki oleh siswa. Seperti pernyataan yang diungkapkan oleh Yusuf dalam Humaira (2012), literasi sains penting untuk dikuasai oleh siswa dalam kaitannya dengan bagaimana siswa dapat memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi dan masalah-masalah lain yang dihadapi oleh masyarakat modern yang sangat bergantung pada teknologi dan kemajuan serta perkembangan ilmu pengetahuan.

Perolehan PISA di Indonesia yang rendah salah satunya dapat diakibatkan oleh pemahaman guru tentang pembelajaran sains yang mengarah kepada pembentukan literasi sains siswa masih belum sepenuhnya dipahami dengan baik (Hastia, 2012). Seperti halnya Ekohariadi (2009), menyatakan bahwa guru sains mungkin mempunyai kesulitan dalam melaksanakan aktivitas berpusat pada siswa secara efektif. Selain itu, Hastia (2012) menyatakan bahwa kurangnya pemahaman guru sains terhadap pembentukan literasi sains siswa dapat terlihat dari proses pembelajaran sains yang umumnya masih bersifat konvensional dan bertumpu pada penguasaan konseptual peserta didik.

Hal tersebut dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan siswa dalam melakukan penyelidikan ilmiah dan kemampuan siswa dalam menghubungkan konsep-konsep sains dengan fenomena-fenomena alam yang terjadi di sekitarnya. Untuk itu, diperlukan suatu pembelajaran yang dapat mengatasi hal tersebut.

Pembelajaran sains hendaknya menerapkan pendekatan dan metode yang memberikan ruang gerak dan kesempatan kepada siswa untuk melakukan eksplorasi melalui kegiatan-kegiatan yang relevan (Hendriani, 2011). Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran sains haruslah sesuai dengan hakikat sains dan tujuan sains. Balitbang (2006: 377) menyarankan pembelajaran sains menggunakan inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk mengembangkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Pendekatan inkuiri tersebut menekankan


(18)

3

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pada keterlibatan siswa dalam proses belajar melalui kegiatan-kegiatan yang dapat membuat siswa menjadi aktif (Amien, 1987).

Dalam pendekatan inkuiri guru merencanakan situasi sedemikian rupa, sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli penelitian dalam mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan pemaparan yang ajeg, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman (Rustaman, Dirdjosoemarto, Yudianto, Achmad, Subekti, Rochintaniawati, & Nurjhani, 2005).

Berdasarkan pernyataan di atas, bahwa inkuiri mendorong siswa melakukan penyelidikan seperti yang dilakukan para ahli/ilmuan, maka diharapkan melalui pembelajaran inkuiri siswa pun akan terlatih untuk bersikap seperti halnya yang dilakukan oleh ilmuan. Sikap seorang ilmuan dalam melakukan penyelidikan disebut juga sebagai sikap ilmiah.

Sikap ilmiah (scientific attitude) juga tak kalah pentingnya dengan literasi sains. Motivasi siswa terhadap ilmu pengetahuan, sikap siswa terhadap ilmu pengetahuan, pandangan siswa terhadap ilmuwan, dan keinginan siswa untuk menjadi ilmuwan telah diselidiki oleh pendidik sains selama bertahun-tahun (Moore & Foy, 1997: 1). Dalam hal ini, PISA 2006 tidak hanya memberikan informasi literasi sains, data PISA pun juga memberikan informasi lainnya yaitu sikap siswa terhadap sains (Ekohariadi, 2009). Beberapa tes sikap ilmiah lainnya yang telah dikembangkan yaitu Scientific Attitude Inventory (SAI) (Moore & Foy, 1997).

Bagi seorang siswa, untuk memiliki sikap dan cara berpikir seperti ilmuan memerlukan waktu yang lama, sehingga tanggung jawab dan peranan guru disini adalah melicinkan proses perkembangan ini. Penerapan pendekatan inkuiri dalam pembelajaran diharapkan dapat melatih siswa dalam memiliki sikap ilmiah tersebut, sehingga pembelajaran inkuiri ini diharapkan bukan hanya untuk meningkatkan literasi sains siswa tapi juga untuk melatihkan siswa dan menanamkan siswa perihal sikap ilmiah.

Wenning (2005), membagi jenis pembelajaran inkuiri ke dalam suatu hierarki yang didasarkan pada tingkat pengalaman intelektual serta frekuensi keterlibatan


(19)

4

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi guru dan siswa dalam pembelajaran, yang terdiri dari discovery learning, interactive demonstration, inquiry lesson, inquiry lab, dan hypothetical inquiry. Discovery learning merupakan tingkat inkuiri yang paling rendah, sedangkan hypothetical inquiry merupakan tingkat inkuiri yang paling tinggi. Dalam pengaplikasiannya untuk pembelajaran, pemilihan tipe inkuiri ini disesuaikan dengan karakteristik materi yang akan diajarkan.

Penelitian pencapaian kemampuan literasi sains dengan menggunakan metode inkuiri pada siswa SMA telah banyak dilakukan, seperti penelitian telah dilakukan oleh Hastia (2012) dan Humaira (2012). Penelitian serupa terhadap siswa SMP masih jarang dilakukan, sehingga pemilihan subjek penelitian yang merupakan siswa SMP dapat dilakukan dengan tujuan untuk menyiapkan siswa SMP untuk menghadapi PISA serta membiasakan dan melatih siswa untuk dapat berinkuiri.

Dalam penelitian ini, peneliti memilih salah satu materi ekosistem yaitu mengenai kerusakan lingkungan. Materi tersebut diajarkan untuk siswa SMP kelas VII pada semester genap. Salah satu alasan pemilihan materi tersebut adalah karena materi tersebut memiliki potensi untuk diajarkan melalui pendekatan inkuiri. Materi tersebut lebih bersifat kontekstual karena berkaitan erat dengan lingkungan sekitar. Tingkatan inkuiri yang sesuai untuk diaplikasikan pada materi terpilih adalah interactive demosntration. Dalam pembelajaran menggunakan interactive demonstration guru bertanggung jawab melakukan demonstrasi, mengembangkan dan mengajukan pertanyaan inkuiri agar siswa dapat memprediksi, memunculkan tanggapan, dan memberikan penjelasan mengenai bagaimana sesuatu dapat terjadi (Wenning, 2005).

Mengingat pentingnya peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP, maka penulis melakukan penelitian untuk menganalisis pencapaian kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa melalui penerapan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration pada materi ekosistem.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan


(20)

5

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

literasi sains dan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran menggunakan pendekatan inkuiri dengan level interactive demonstration pada materi

ekosistem?”

Untuk memperjelas permasalahan dalam penelitian ini, maka rumusan masalah di atas diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah keterlaksanaan tahapan pembelajaran interactive demonstration (kelas eksperimen) dan tahapan pembelajaran metode konvensional (kelas kontrol) pada materi ekosistem?

2. Bagaimanakah peningkatan kemampuan literasi sains siswa sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration pada materi ekosistem?

3. Bagaimanakah perbedaan peningkatan kemampuan literasi sains antara kelas eksperimen (pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration) dan kelas kontrol (pembelajaran dengan metode konvensional) pada materi ekosistem?

4. Bagaimanakah peningkatan kemampuan sikap ilmiah siswa sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration pada materi ekosistem?

C. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di awal, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa melalui pembelajaran interactive demonstration pada materi ekosistem.

D. Batasan Masalah

Untuk menghindari perluasan masalah, maka diperlukan adanya batasan, yaitu sebagai berikut:

1. Pembelajaran interactive demonstration dilakukan dengan menggunakan tahapan pembelajaran inkuiri, yang terdiri dari (1) observation, (2)


(21)

6

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi manipulation, (3) generalization, (4) verification, dan (5) application (Wenning, 2010b).

2. Pembelajaran metode konvensional menggunakan metode diskusi dengan tahapan sebagai berikut: 1) tahap persiapan, (2) tahap pemecahan masalah, (3) tahap penyajian, dan (4) tahap penyimpulan (Sumarno, 2011).

3. Pemilihan materi penelitian disesuaikan dengan maksud penelitian dan standar isi KTSP 2006. Materi ekosistem yang dijadikan pembelajaran dalam penelitian ini adalah materi ekosistem pada Kompetensi Dasar 7.4 (Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan).

4. Penelitian dilakukan pada siswa SMP kelas VII semester genap Tahun Ajaran 2012/2013.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada berbagai pihak, diantaranya:

1. Bagi siswa, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk mengetahui sejauh mana literasi sains dan kemampuan inkuiri yang dimiliki siswa dalam memahami alam semesta dan mengidentifikasi fenomena-fenomena yang terdapat di dalamnya, sehingga diharapkan siswa memiliki kepekaan dan kecintaan terhadap lingkungan dengan kemampuan berinkuirinya.

2. Bagi guru, penelitian ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi dalam memilih suatu pendekatan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan literasi sains dan sikap ilmiah siswa dengan menggunakan pendekatan inkuiri dengan level interactive demonstration.

3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan bahan pertimbangan dalam menerapkan pendekatan inkuiri dengan level interactive demonstration pada konsep Biologi lainnya. Selain itu, penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi mengenai bagaimana pengaruh penerapan pembelajaran interactive demonstration terhadap literasi sains dan sikap ilmiah siswa.


(22)

7

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu F. Asumsi

1. Dalam strategi inkuiri, siswa dilatih memecahkan masalah akademik, meningkatkan pemahaman terhadap sains, mengembangkan keterampilan belajar sains, dan literasi sains (Oates, 2002 dalam Arnyana, 2006).

2. Pembelajaran inkuiri dapat melatih siswa untuk memiliki sikap ilmiah, karena inkuiri melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analitis, sehingga siswa pun dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (Hermawati, 2012).

3. Pembelajaran inkuiri siswa harus terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru, sehingga siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains (bersikap ilmiah), yaitu: teliti, tekun/ulet, objektif, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain (Saliman, 2011).


(23)

27

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasy eksperimental karena sampel tidak dicuplik secara random (Ary, Jacobs, & Sorensen, 2010). Pada kelompok eksperimen pembelajaran dilakukan dengan menggunakan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration, sedangkan kelompok kontrol dilakukan dengan menggunakan metode konvensional (metode diskusi).

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonrandomized control group, pretest-posttest design, yaitu menempatkan subjek penelitian ke dalam dua kelompok kelas yang terdiri atas kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pemilihan kedua kelompok tersebut tidak dilakukan secara random (Ary, Jacobs, & Sorensen, 2010).

Kelas eksperimen mendapatkan perlakuan berupa pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration pada materi ekosistem, sedangkan kelas kontrol tidak mendapat perlakuan seperti kelas eksperimen. Kelas kontrol diberikan perlakuan lain, yaitu pembelajaran menggunakan metode konvensional pada materi ekosistem. Subjek penelitian masing-masing diobservasi sebanyak dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (post-test). Mekanisme dari kedua kelas tersebut digambarkan dalam Tabel berikut ini:

Tabel 3.1 Nonrandomized Control Group, Pretest-Posttest Design

Group Pretest Independent Variabel Posttest

E Y1 X Y2

C Y1 - Y2

(Ary, Jacobs, & Sorensen, 2010)

Keterangan :

E : Kelompok Eksperimen C : Kelompok Kontrol


(24)

28

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Y1 : Tes awal

Y2 : Tes akhir

C. Definisi Operasional

1. Pembelajaran interactive demonstration yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan pembelajaran inkuiri yang dilakukan pada materi kerusakan lingkungan. Tahapan pembelajaran interactive demonstration yang dilakukan pada kelas eksperimen diantaranya: a) Observation: siswa mengobservasi gambar yang disajikan guru; b) Manipulation: guru menyajikan masalah mengenai bagaimana proses terjadinya bencana alam erosi/longsor, sehingga siswa mengidentifikasi masalah dan melakukan prediksi. Selanjutnya guru melakukan demonstrasi bencana alam erosi/longsor agar siswa dapat menjawab prediksi berdasarkan fakta yang ada; c) Generalization: siswa memberikan penjelasan terhadap prediksi dan menarik kesimpulan; d) Verification: guru melakukan verifikasi dengan menggunakan media baru yang berhubungan dengan erosi/longsor; e) Application: siswa mengaplikasikan konsep yang telah mereka dapatkan. Pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional yang dilakukan melalui metode diskusi dengan tahapan: a) Tahap persiapan: guru memberi apersepsi dan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok; b) Tahap pemecahan masalah: guru memberikan permasalahan mengenai fenomena erosi/longsor untuk dipecahkan oleh siswa melalui diskusi kelompok dan selanjutnya didiskusikan bersama melalui diskusi kelas; c) Tahap penyajian: guru menjelaskan konsep-konsep yang belum tergali oleh siswa; serta d) Tahap penyimpulan: guru bersama siswa menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan.

2. Kemampuan literasi sains adalah skor hasil tes scientific literacy dengan indikator yang diadopsi dari PISA 2006. Indikator utama dalam PISA 2006 adalah identifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. Peneliti mengembangkan sendiri


(25)

29

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi instrumennya, telah dijudgment oleh ahli, dan telah melalui proses validasi (reliabilitas= 0.86).

3. Pencapaian sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa dalam kuesioner sikap ilmiah. Sikap ilmiah ini diukur melalui suatu instrumen berupa skala likert dengan indikator terpadu, yakni Scientific Attitudes Inventory II (SAI II) (Moore & Foy, 1997) dan PISA 2006 yang sesuai dengan definisi sikap ilmiah dari Bennet (Anwer & Iqbal, 2012) yakni sikap yang berkaitan dengan practical work. Tes telah dijudgment oleh ahli dan telah melalui proses validasi (reliabilitas= 0.94).

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat perbedaan pencapaian kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration dengan kelas yang menggunakan pembelajaran metode konvensional.

H1: Terdapat perbedaan pencapaian kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa pada kelas yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration dengan kelas yang menggunakan pembelajaran metode konvensional.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di salah satu SMP di kota Bandung, yaitu SMP Kartika XIX-2 Siliwangi. Penelitian dilakukan pada semester genap Tahun Ajaran 2012/2013.

F. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah kelas VII di salah satu SMP di kota Bandung, yaitu SMP Kartika XIX-2 Siliwangi. Di sekolah tersebut kelas VII dibagi ke dalam enam kelas. Sampel yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari dua kelas (kelas kontrol dan kelas eksperimen). Penentuan sampel dilakukan secara purposive


(26)

30

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

sampling, dengan dasar pemilihan yaitu kelas eksperimen telah mengalami pembelajaran discovery learning terlebih dahulu (level inkuiri sebelum interactive demonstration).

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan tiga instrumen. Instrumen pertama berupa soal literasi sains yang dapat digunakan untuk menunjukkan skor kemampuan literasi sains siswa. Instrumen kedua yaitu kuesioner sikap ilmiah berupa skala likert yang digunakan untuk menunjukkan skor pencapaian sikap ilmiah siswa. Instrumen ketiga berupa lembar observasi yang digunakan untuk mengobservasi keterlaksanaan tahapan dalam pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration dan tahapan pembelajaran metode konvensional.

H. Instrumen Penelitian dan Pengembangannya 1. Butir Soal Literasi Sains

Untuk mengukur pencapaian kemampuan literasi sains siswa, maka digunakan instrumen berupa soal literasi sains. Dalam mengembangkan instrumen literasi sains digunakan indikator literasi sains PISA 2006. Dalam indikator PISA 2006, terdapat sembilan indikator khusus. Setiap indikator khusus akan dibuat menjadi dua soal, sehingga total keseluruhan sebanyak 18 soal. Dalam pelaksanaannya, instrumen ini digunakan sebelum (pretest) dan sesudah (post-test) diberikannya perlakuan pada kedua sampel penelitian. Soal litrasi sains pada pretest dan post-test memiliki konten yang berbeda, namun keduanya tetap mengacu pada indikator literasi sains PISA 2006. Kisi-kisi pretest dan post-test instrumen literasi sains secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran B.2 dan B.3. Kisi-kisi butir soal literasi sains disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Butir Soal Literasi Sains

No. Indikator No. Soal

1 Mengidentifikasi Permasalahan Ilmiah

a.Mengenali permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah 1, 4

b.Mengidentifikasi kata-kata kunci untuk memperoleh informasi ilmiah 2, 5


(27)

31

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi

No. Indikator No. Soal

2 Menjelaskan Fenomena secara Ilmiah

a.Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan 7, 10

b.Mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena ilmiah dan prediksi

perubahan

8, 11

c.Mengidentifikasi deskripsi, eksplanasi, dan prediksi yang tepat 9, 12

3 Menggunakan Bukti Ilmiah

a. Menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta mengkomunikasikan

kesimpulan

13, 15

b. Mengidentifikasi asumsi, bukti dan alasan dibalik kesimpulan 14, 16

c. Merefleksikan implikasi sosial dan perkembangan sains dan

teknologi

17, 18

Adapun tahapan-tahapan dalam pengembangan butir soal literasi sains, diantaranya sebagai berikut:

a. Menyusun butir soal literasi sains

b. Mengonsultasikan butir soal literasi sains dengan dosen ahli c. Melakukan uji coba soal literasi sains

d. Melakukan analisis pokok uji butir soal

e. Menyeleksi dan merevisi instrumen jika instrumen tidak memenuhi syarat f. Mengonsultasikannya kembali dengan dosen ahli

g. Menggunakan instrumen yang telah direvisi dan disetujui dosen ahli untuk dijadikan sebagai instrumen penelitian.

Analisis butir soal dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. Analisis butir soal yang dilakukan meliputi:

1) Validitas

Alat ukur yang baik memiliki kesahihan yang baik, sebuah item dikatakan valid apabila mempunyai daya dukungan yang besar terhadap skor total (Arikunto, 2005). Untuk mengetahui validitas item dilakukan melalui bantuan program Anates ver 4.1.0. Nilai validitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi mengenai besarnya koefisien korelasi menggunakan klasifikasi validitas soal, seperti yang tercantum dalam Tabel berikut:

Tabel 3.3 Klasifikasi Validitas Butir Soal


(28)

32

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

0,80 - 1,00 Sangat tinggi

0,60 - 0,80 Tinggi

0,40 - 0,60 Cukup

0,20 - 0,40 Rendah

0,00 - 0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2005) Hasil uji validitas menggunakan Anates menunjukkan nilai korelasi dengan kriteria sedang dan tinggi. Hasil rekapitulasi pengolahan data validitas butir soal selengkapnya disajikan dalam Tabel 3.7.

2) Reliabilitas

Reliabilitas suatu tes berhubungan dengan kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2005). Untuk mengetahui reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan program Anates ver 4.1.0. Nilai reliabilitas yang telah diketahui kemudian diinterpretasi melalui Tabel 3.4 di bawah ini:

Tabel 3.4 Klasifikasi Reliabilitas Butir Soal

Nilai Arti

0,80 - 1,00 Sangat tinggi 0,60 - 0,79 Tinggi

0,40 - 0,59 Cukup

0,20 - 0,39 Rendah

<0,20 Sangat rendah

(Arikunto, 2005) Hasil pengolahan uji reliabilitas soal dengan Anates menunjukkan nilai 0,86 dan termasuk pada kriteria sangat tinggi.

3) Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran soal dilakukan untuk mengetahui sukar atau mudahnya suatu item soal (Arikunto, 2005). Untuk mengetahui tingkat kesukaran dilakukan melalui bantuan program Anates ver 4.1.0. Hasil pengolahan data pada Anates akan muncul indeks tingkat kesukaran dalam bentuk persentase (%). Selanjutnya indeks tingkat kesukaran dikonversi ke dalam satuan desimal kemudian diinterpretasikan melalui Tabel di bawah ini:

Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Kesukaran


(29)

33

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi 0,00 – 0,29 Sukar

0,30 – 0,69 Sedang 0,70 – 1,00 Mudah

(Arikunto, 2005) Hasil pengolahan tingkat kesukaran menggunakan Anates menunjukkan bahwa soal dengan kriteria sedang dan mudah. Hasil rekapitulasi pengolahan tingkat kesukaran soal selengkapnya disajikan dalam Tabel 3.7.

4) Daya Pembeda

Analisis daya pembeda suatu soal dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana soal tersebut dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah (Arikunto, 2005). Dalam penelitian ini untuk mengetahui daya pembeda soal dilakukan melalui bantuan program Anates ver 4.1.0. Hasil pengolahan data pada Anates akan muncul indeks daya pembeda dalam bentuk persentase (%). Selanjutnya indeks daya pembeda tersebut dikonversi ke dalam satuan desimal kemudian diinterpretasikan melalui Tabel 3.6 di bawah ini:

Tabel 3.6 Klasifikasi Daya Pembeda

Nilai Arti

< 0,00 Sangat jelek 0,00 - 0,29 Jelek

0,20 - 0,39 Cukup 0,40 - 0,69 Baik

0,70 - 1,00 Sangat Baik

(Arikunto, 2005) Hasil pengolahan daya pembeda menggunakan Anates menunjukkan bahwa soal dengan kriteria cukup, baik, dan sangat baik.

Rekapitulasi hasil analisis butir soal kemampuan literasi sains berupa uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda, serta kesimpulan hasil seleksi item soal disajikan dalam Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal Kemampuan Literasi Sains

No Soal

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Validitas Reliabilitas

Ket.

D Int. P Int. ɣpbi Int. r11 Int.

1 0.57 Sedang 0.67 Baik 0.52 Cukup

0.86 Sangat

Tinggi

Terima

2 0.60 Sedang 0.56 Baik 0.42 Cukup Terima


(30)

34

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Soal

Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Validitas Reliabilitas

Ket.

D Int. P Int. ɣpbi Int. r11 Int.

4 0.63 Sedang 0.56 Baik 0.43 Cukup Terima

5 0.63 Sedang 0.78 Baik 0.52 Cukup Terima

6 0.40 Sedang 0.56 Baik 0.50 Cukup Terima

7 0.71 Mudah 0.56 Baik 0.47 Cukup Terima

8 0.74 Mudah 0.56 Baik 0.44 Cukup Terima

9 0.66 Sedang 0.78 Sangat baik 0.70 Tinggi Terima

10 0.86 Sangat mudah 0.33 Cukup 0.48 Cukup Terima

11 0.57 Sedang 0.78 Sangat baik 0.49 Cukup Terima

12 0.77 Mudah 0.56 Baik 0.53 Cukup Terima

13 0.77 Mudah 0.33 Cukup 0.44 Cukup Terima

14 0.66 Sedang 0.33 Cukup 0.44 Cukup Terima

15 0.77 Mudah 0.44 Baik 0.47 Cukup Terima

16 0.57 Sedang 0.67 Baik 0.43 Cukup Terima

17 0.63 Sedang 0.56 Baik 0.45 Cukup Terima

18 0.60 Sedang 0.56 Baik 0.47 Cukup Terima

Keterangan:

Int= Interpretasi

2. Kuesioner Sikap Ilmiah

Instrumen kuesioner sikap berupa skala likert. Skala likert yang digunakan terdiri atas pertanyaan negatif dan pernyataan positif. Kuesioner disusun dalam bentuk skala Likert-5 (sangat setuju, setuju, netral/ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju). Kuesioner sikap yang digunakan adalah kuesioner dengan indikator terpadu yakni indikator yang berasal dari PISA 2006 dan kuesioner yang telah disusun oleh Dr. Richard Moore yakni Scientific Attitude Inventory II (1997). Izin penggunaan SAI II telah diberikan oleh Dr. Moore pada tanggal 14 Desember 2012 melalui e-mail (lihat lampiran C). Tahapan pengembangan instrumen disesuaikan dengan urutan pengembangan butir soal literasi sains. Kisi-kisi instrumen kuesioner sikap ilmiah dapat dilihat dalam Tabel dibawah ini:

Tabel 3.8 Kisi-kisi Instrumen Sikap Ilmiah

Indikator Sikap Ilmiah

No. Soal dan Orientasi Jawaban

+ -

Dukungan terhadap Inkuiri Ilmiah

a. Menghargai perbedaan pandangan dan pendapat ilmiah (berpikiran

terbuka) untuk melakukan penilaian lebih lanjut3) 1 2

b. Mendukung penggunaan informasi faktual dan eksplanasi rasional agar


(31)

35

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi

Indikator Sikap Ilmiah

No. Soal dan Orientasi Jawaban

+ -

c. Menunjukkan pemahaman bahwa proses yang logis, kritis dan cermat

diperlukan dalam mengambil kesimpulan 3) 8 17

Dukungan terhadap Sifat Sains

a. Menunjukkan pemahaman bahwa sains memiliki keterbatasan: teori

dan prinsip sains adalah tentatif dan mendekati kebenaran serta tidak

semua permasalah dapat dapat dijawab oleh sains 1)

15 4

b. Meyakini bahwa saintis harus memiliki kejujuran intelektual dan

bjektivitas dalam observasi. Observasi dan eksperimen adalah dasar dari penerapan sains1)

18 11

Keyakinan Diri sebagai Pembelajar Sains

a. Keyakinan dalam menangani persoalan ilmiah secara efektif 2) 5 6

b. Keyakinan dalam menangani kesulitan dalam menyelesaikan masalah2) 16 12

c. Keyakinan dalam menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi2) 13 9

Ketertarikan terhadap Sains

a. Mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu sains dan

mempraktikan sains3) 20 21

b. Menunjukkan keinginan untuk memperoleh tambahan pengetahuan

dan keahlian ilmiah, serta menggunakan beragam sumber dan metode ilmiah3)

22 7

c. Menunjukkan pemahaman bahwa sains memerlukan dukungan penuh

dari masyarakat2) 10 19

Keterangan :

1).

Indikator hanya terdapat dari PISA

2). Indikator hanya terdapat dari SAI II 3). Indikator ada pada PISA dan SAI II

Analisis butir soal pada kuesioner sikap ilmiah dilakukan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran. Analisis butir soal dilakukan dengan menggunakan program Anates ver 4.1.0. Rekapitulasi hasil analisis butir soal berupa uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda, serta kesimpulan hasil seleksi item soal disajikan dalam Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Butir Soal pada Kuesioner Sikap Ilmiah

No Soal

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Validitas

Reliabilitas

Ket.

D Int. P Int. ɣpbi Int. r11 Int.

1 0.68 Sedang 0.38 Cukup 0.68 Tinggi

0.94 Sangat

Tinggi

Terima

2 0.71 Mudah 0.27 Cukup 0.57 Cukup Terima

3 0.67 Sedang 0.27 Cukup 0.48 Cukup Terima

4 0.68 Sedang 0.20 Cukup 0.40 Cukup Terima


(32)

36

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

No Soal

Tingkat Kesukaran

Daya

Pembeda Validitas

Reliabilitas

Ket.

D Int. P Int. ɣpbi Int. r11 Int.

6 0.66 Sedang 0.38 Cukup 0.74 Tinggi Terima

7 0.64 Sedang 0.27 Cukup 0.55 Cukup Terima

8 0.69 Sedang 0.27 Cukup 0.64 Tinggi Terima

9 0.64 Sedang 0.31 Cukup 0.55 Cukup Terima

10 0.64 Sedang 0.40 Baik 0.80 Tinggi Terima

11 0.68 Sedang 0.38 Cukup 0.61 Tinggi Terima

12 0.66 Sedang 0.33 Cukup 0.64 Tinggi Terima

13 0.66 Sedang 0.38 Cukup 0.74 Tinggi Terima

14 0.67 Sedang 0.27 Cukup 0.67 Tinggi Terima

15 0.68 Sedang 0.33 Cukup 0.71 Tinggi Terima

16 0.69 Sedang 0.22 Cukup 0.53 Cukup Terima

17 0.67 Sedang 0.40 Baik 0.81 Tinggi Terima

18 0.70 Sedang 0.29 Cukup 0.71 Tinggi Terima

19 0.72 Mudah 0.20 Cukup 0.54 Cukup Terima

20 0.63 Sedang 0.33 Cukup 0.62 Tinggi Terima

21 0.62 Sedang 0.17 Jelek 0.39 Rendah Terima*

22 0.68 Sedang 0.29 Cukup 0.57 Cukup Terima

Keterangan: Int= Interpretasi; Terima*= Validitas butir soal termasuk ke dalam kriteria

rendah, namun masih di atas nilai batas signifikansi koefisien korelasi, yaitu 0.349

3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterlakasanaan sintaks atau tahapan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration berupa lembar observasi. Sintaks pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration sesuai dengan tahapan yang dikemukakan oleh Wenning (2010b) yaitu (1) observation, (2) manipulation, (3) generalization, (4) verification, dan (5) application. Adapun lembar observasi yang digunakan tercantum dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 3.10 Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Inkuiri dengan Level Interactive Demonstration

Tahapan

Pembelajaran Deskriptor

Observer

% Kategori

1 2 3

Observation Siswa mengamati gambar tentang

bencana alam banjir

Siswa dapat mendeskripsikan penyebab banjir yang terjadi

Persentase Observation


(33)

37

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi

Tahapan

Pembelajaran Deskriptor

Observer

% Kategori

1 2 3

yang akan terjadi jika terjadi hujan deras pada media demontrasi I (lahan miring yang ditumbuhi banyak pohon/tanaman) Siswa mengumpulkan data berdasarkan informasi yang ditunjukkan melalui demonstrasi interaktif media I Siswa membuat prediksi tentang apa yang akan terjadi jika terjadi hujan deras pada media demonstrasi II (lahan miring yang tidak ditumbuhi pohon/tanaman) Siswa mengumpulkan data berdasarkan informasi yang ditunjukkan melalui demonstrasi interaktif media II Persentase Manipulation

Generalization Siswa merumuskan kesimpulan

sementara pada LKS berdasarkan informasi yang sudah ditunjukkan melalui demonstrasi interaktif

Siswa mempresentasikan hasil diskusi dalam kelompoknya di depan kelas Persentase Generalization

Verification Guru melakukan verifikasi dengan

menggunakan gambar dan media yang berhubungan dengan erosi/longsor Persentase Verification

Application Siswa dapat membuat analisa dampak

yang mungkin terjadi pada lahan miring yang sudah gundul di daerah Bandung Persentase Application

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui keterlakasanaan tahapan pembelajaran metode konvensional (metode diskusi) pada kelas kontrol berupa lembar observasi. Tahapan pembelajaran metode diskusi sesuai dengan tahapan yang dikemukakan oleh Sumarno (2011) yaitu (1) tahap penyajian, (2) tahap pemecahan masalah, (3) tahap penyajian, dan (4) tahap penyimpulan. Adapun lembar observasi yang digunakan tercantum dalam Tabel di bawah ini:

Tabel 3.11 Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Metode Konvensional (Metode Diskusi)


(34)

38

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tahapan

Pembelajaran Deskriptor

Observer

% Kategori

1 2 3

Tahap Persiapan

Siswa mengamati gambar tentang bencana alam banjir

Siswa dapat mendeskripsikan penyebab banjir yang terjadi

Siswa dibagi ke dalam 5 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 7-8 orang

Persentase Tahap Persiapan Tahap

Pemecahan Masalah

Siswa disajikan beberapa masalah mengenai kerusakan lingkungan (erosi)

Siswa melakukan kegiatan diskusi

kelompok untuk memecahkan masalah yang disajikan guru

Siswa melaporkan/mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas

Siswa dengan diarahkan oleh guru melaksanakan diskusi kelas

Persentase Tahap pemecahan Masalah Tahap

Penyajian

Guru menjelaskan materi mengenai kerusakan lingkungan dan membahas pertanyaan-pertanyaan yang belum/kurang tergali oleh siswa

Guru memberikan contoh lahan miring yang sudah gundul di daerah Bandung

Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan, bila masih belum paham terhadap penjelasan yang diberikan guru

Persentase Tahap Penyajian Tahap

Penyimpulan

Guru bersama-sama dengan siswa menarik kesimpulan berdasarkan kegiatan

pembelajaran yang telah dilakukan Persentase Penyimpulan

I. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data Tes Kemampuan Literasi Sains

Teknik analisis data dimaksudkan untuk mengolah data hasil eksperimen. Pada penelitian ini akan digunakan teknik analisis data secara kuantitatif melalui metode statistik.


(35)

39

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Uji prasyarat merupakan uji awal untuk menentukan apakah hipotesis akan dilakukan melalui uji statistik parametrik atau nonparametrik (Sudjana, 2005). Uji prasayarat ini terdiri atas dua bagian yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Kedua uji ini akan dilakukan melalui software statistik SPSS 16.0 multilanguage. 1) Normalitas: Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data

berdistribusi normal atau tidak.

2) Uji Homogenitas: Uji homogenitas digunakan untuk menentukan apakah asumsi varians homogen atau tidak.

Jika data tidak memenuhi persyaratan uji normalitas dan uji homogenitas, maka uji hipotesis akan dilakukan melalui statistik nonparametrik (Sudjana, 2005).

b. Uji Hipotesis Penelitian

Uji hipotesis yang digunakan yakni uji dua rata-rata (uji komparasi dua sampel). Jenis uji dua rata-rata yang digunakan adalah uji dua pihak berdasarkan bunyi hipotesis nol yang dibuat (Arikunto, 2005). Uji hipotesis pada SPSS 16.00 multilanguage adalah uji hipotesis nol (H0). Taraf signifikansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah α= 0.05, artinya kemungkinan kebenaran hasil penarikan kesimpulan mempunyai probabilitas 95% atau toleransi kemelesetan 5%.

c. Penghitungan N-gain

Penghitungan N-gain dilakukan untuk melihat peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap ilmiah siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Digunakan rumus indeks gain (Hake, 2002) sebagai berikut:

keterangan :

g = N-gain T1 = Nilai Pretest

T2 = Nilai Post-test


(36)

40

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Untuk mengetahui kriteria peningkatan yang diperoleh maka hasil perhitungan indeks gain diinterpretasikan pada tabel 3.12 berikut ini:

Tabel 3.12 Kriteria Indeks Gain

Rentang Kriteria

g ≥ 0,70 Tinggi

0,30 < g < 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

(Hake, 2002) 2. Pengolahan Data Kuesioner Sikap Ilmiah Siswa

Instrumen kuesioner sikap ilmiah menggunakan skala likert-5 (sangat setuju, setuju, netral/ragu-ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju). Kuesioner tersebut terdiri atas pertanyaan negatif dan pernyataan positif. Berikut adalah skor yang diberikan pada tiap jawaban, sesuai dengan orientasi jawaban yang diharapkan:

Tabel 3.13 Cara Pemberian Skor Kuesioner Sikap Ilmiah Jawaban Responden Soal Berorientasi

Jawaban Positif

Soal Berorientasi Jawaban Negatif

Sangat Setuju 5 1

Setuju 4 2

Ragu-ragu 3 3

Tidak Setuju 2 4

Sangat Tidak Setuju 1 5

(Moore & Foy, 1997) Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu, yakni sikap mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Hasilnya berupa kategori sikap (Sudjana, 2009). Persentase respon sikap ilmiah siswa dihitung dengan rumus (Purwanto,2009):

NP =

Ket :

NP : Nilai persen yang dicari R : Skor yang diperoleh siswa


(37)

41

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Hasil penghitungan presentase data kuesioner diinterpretasikan dengan kriteria yang tercantum pada Tabel 3.14 berikut ini:

Tabel 3.14 Kriteria Presentase Hasil Kuesioner Presentase Interpretasi

86-100 % Sangat baik

75-85 % Baik

60-74 % Cukup

55-59 % Kurang

< 54 % Kurang sekali (Purwanto, 2009)

3. Pengolahan Data Lembar Observasi Tahapan Pembelajaran

Pengumpulan data keterlaksanaan tahapan pembelajaran pada kelas kontrol dan kelas eksperimen menggunakan lembar observasi. Pengolahan data dilakukan dalam bentuk persentase (%). Kriteria keterlaksanaan tahapan pembelajaran disajikan dalam Tabel 3.15 di bawah ini:

Tabel 3.15 Kriteria Keterlaksanaan Tahapan Pembelajaran Rentang Indeks Keterangan

85-100 Sangat baik

70-85 Baik

55-70 Cukup

40-55 Kurang

0-40 Sangat kurang

(Rupilu, 2012) J. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan, terdiri atas:

a. Menganalisis masalah yang akan dikaji dalam penelitian b. Melakukan studi literatur dan studi pendahuluan

c. Menganalisis materi pembelajaran (materi ekosistem) d. Penyusunan proposal


(38)

42

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

f. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan instrumen pembelajaran pada materi ekosistem (materi kerusakan lingkungan)

g. Penyusunan instrumen penelitian h. Judgment instrumen

i. Melakukan uji coba terhadap RPP, instrumen pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran

j. Melakukan uji coba instrumen penelitian k. Revisi instrumen

2. Tahap pelaksanaan, terdiri atas:

a. Pemberian pretest materi ekosistem (materi kerusakan lingkungan) terhadap dua kelas sampel.

b. Melakukan pembelajaran materi ekosistem (kerusakan lingkungan) dengan menggunakan pembelajaran interactive demonstration pada kelas eksperimen dan metode konvensional pada kelas kontrol.

c. Pemberian post-test terhadap dua kelas sampel.

d. Menganalisis data, adapun data yang dianalisis berupa : 1)Data kualitatif yang dianalisis secara deskriptif 2)Data kuantitatif yang dianalisis dengan uji statistik 3. Tahap tindak lanjut, terdiri atas:

a. Menganalisis data dengan menggunkaan uji statistik b. Penarikan kesimpulan


(39)

43

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu K. Alur Penelitian

Alur penelitian disajikkan dalam Gambar 3.1 di bawah ini:

Identifikasi Masalah

Penyusunan proposal Studi pendahuluan

Studi literatur

Uji coba instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran Pelaksanaan seminar proposal

Judgment instrumen penelitian

Penyusunan instrumen dan perangkat pembelajaran

Revisi instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran

Pelaksanaan penelitian

Pretest

Pembelajaran menggunakan metode konvensional pada materi kerusakan lingkungan

(kelas kontrol)

Analisis data

Pembelajaran menggunakan

interactive demonstration pada

materi kerusakan lingkungan (kelas eksperimen)


(40)

44

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem


(41)

70

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan yaitu seluruh tahapan pembelajaran interactive demonstration dan tahapan pembelajaran metode konvensional terlaksana dengan sangat baik. Hal tersebut ditunjukkan melalui persentase keterlaksaan seluruh tahapan pembelajaran mencapai 100%. Namun, perbedaan diantara keduanya adalah pembelajaran metode konvensional dinilai lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran interactive demonstration dalam hal alokasi waktu. Selain itu, pembelajaran menggunakan interactive demonstration lebih membutuhkan persiapan yang lebih matang bagi guru terutama dalam mempersiapkan media demonstrasinya.

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan uji rata-rata dua pihak menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara pretest literasi sains kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Hal tersebut ditunjukkan pula melalui rata-rata skor pretest literasi sains kelas eksperimen (40.76) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (34.51). Kondisi tersebut terjadi karena pada pertemuan sebelumnya di kelas eksperimen telah mendapatkan perlakuan berupa penerapan pembelajaran inkuiri dengan level discovery learning.

Berdasarkan pengolahan data N-Gain pada tes kemampuan literasi sains menggunakan uji hipotesis Mann-Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara pencapaian literasi sains pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Rata-rata N-gain yang dimiliki oleh kedua sampel termasuk ke dalam kriteria yang rendah. Kelas eksperimen memiliki rata-rata N-gain 0.10 (rendah) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol sebesar 0.1 (sangat rendah). Hal tersebut terjadi karena, penerapan pembelajaran berbasis inkuiri dalam penelitian ini dirasa masih kurang dalam hal durasi waktu.


(42)

71

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Berdasarkan rata-rata N-gain pada skor kuesioner sikap ilmiah menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata N-gain (-0.01) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (-0.02). Rata-rata N-gain yang dimiliki oleh kedua sampel termasuk ke dalam kriteria yang rendah negatif. Hal tersebut terjadi karena untuk dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa memerlukan waktu yang lama.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis merekomendasikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dapat dilakukan penelitian mengenai pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration pada konsep biologi lainnya.

2. Penerapan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration terutama pada tahapan manipulation memerlukan alokasi waktu yang lebih lama dari rencana pembelajaran yang telah ditetapkan, karena guru perlu melakukan persiapan yang matang dalam mempersiapkan demonstrasi, sehingga dalam penerapan pembelajaran inkuiri ini guru harus menambah alokasi waktu pembelajaran kurang lebih sekitar 10 menit.

3. Pada tes kemampuan literasi sains menunjukkan hasil yang paling rendah pada kompetensi 3, yaitu menggunakan bukti ilmiah. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya hasil tes kemampuan literasi sains siswa pada kompetensi 3. Selain itu, dapat dilakukan penelitian mengenai penerapan pembelajaran inkuiri pada level yang lebih tinggi dari level interactive demonstration sehingga dapat melatihkan kemampuan inkuiri siswa yang diharapkan dapat menunjang peningkatan hasil tes literasi sains pada kompetensi 3.

4. Pada kenyataannya literasi sains dan sikap ilmiah siswa tidak dapat dirubah dalam jangka waktu yang singkat, sehingga untuk dapat meningkatkan literasi sains dan sikap ilmiah siswa dengan menggunakan penerapan pembelajaran inkuiri tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali pertemuan saja.


(43)

72

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y.H. (2010). Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota

Bandung Berdasarkan Literasi Sains. [Online].

Tersedia:http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._biologi/195512191980 021yusuf_hilmi_adisendjaja/penelitian_analisis_buku_literasi_sains.pdf. [5 Oktober 2012].

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: Depdikbud

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Anjur, S.S. (2011). “Student-centered physiology in high schools”. Advances Physology Education. 35, 161-167. [Online]. Tersedia: http://advan.physiology.org. [12 November 2012].

Anwer, M. dan Iqbal, M. (2012). “Attitude Toward Science : Case in Pakistan”. Pakistan Journal of Social and Clinical Psycology. 9 (2), 3-9. [Online]. Tersedia: http://www.gcu.edu.pk/FullTextJour/PJSCS/2012/1.pdf [18 Januari 2013]

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arnyana, I.B. (2006). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada

Pelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. [Online]. Tersedia:www.undiksha.ac.id/images/img_item/607.doc.[18 Desember 2012].

Ary, Jacobs, dan Sorensen. (2010).Introduction to Research in Education 8 Edition. Canada: Wadsworth.

Balım, A. G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and Inquiry Learning Skills. Egitim arastirmalari-eurasian journal of educational Research. 35, 1-20.

Balitbang. (2006). Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2006 Tentan Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Brickman, P., Gormally, C., Armstrong, N., dan Hallar. B. (2009). Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Succsess Literacy Skill and Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 3(2), 3-22.

Carlson, J. L. (2009). Effect of Theme-Based, Guided Inquiry Instruction on Science Literacy in Ecology 2009. [Online]. Tersedia:


(44)

73

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Sains Dan Sikap Ilmiah Siswa Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

http://www.mtu.edu/cls/education/pdfs/reports/carlson_thesis_2009.pdf. [4 April 2013].

Casotti, G., Danner, R., dan Knabb M.T. (2008). “Successful implementation of inquiry-based physiology laboratories in undergraduate major and nonmajor courses”. Advances Physology Education. 32, 286-296. [Online]. Tersedia: http://advan.physiology.org. [12 November 2012].

Dahar, R.W. 1991. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dewi, L.N., Dantes, N., dan Sadia, I. (2003). Pengaruh Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Sikap ilmiah dan Hasil Belajar.[Online].

Tersedia:http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/512/304. [19 Mei 2012].

Echols, J.M. dan Shadily, H. (1993). Kamus Besar Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris. Jakarta: Gramedia

Ekohariadi. (2009). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa Indonesia Berusia 15 Tahun”. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, 37-40. [Online]. Tersedia: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/101092841.pdf. [18 Desember 2012].

Febria, H. (2012). Metode Pembelajaran Konvensional. [Online] Tersedia:

http://hamikofebria.blogspot.com/2012/05/metode-pembelajaran-konvensional.html. [20 Juni 2013].

Hadinugraha, S. (2012). Literasi Siswa SMA Berdasarkan Kerangka PISA (The Programme for International Student Assessment) pada Konsep Pengetahuan Biologi. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hake, R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanicswith Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. [Online]. Tersedia: http://physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-Hake.pdf.[4 April 2013].

Halimatussadiah. (2007). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Logis terhadap Sikap Ilmiah Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan.Tersedia:http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Master-269/269. [19 Mei 2013].

Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.

Hastia, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(45)

74

Nur Susinta Erviani, 2013

Pengaruh Pembelajaran Interaktif Demonstration Terhadap Peningkatan Kemampuan Literasi Hayat, B. dan Yusuf, S. (2010). Benchmark Internasional Mutu Pendidikan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Hendriani, Y. (2011). Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu terhadap Pengembangan Literasi Sains Siswa SMP N 3 Cimahi dan SMP N 1 Lembang. [Online]. Tersedia: http://mgmpipadepok.files.wordpress.com/2010/09/ipa-terpadu.pdf. [5 Oktober 2012].

Hermawati, N.M. (2012). “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap Penguasaan Konsep Biologi dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Ditinjau dari Minat Belajar Siswa”. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha. 5(2), 1-30. 21-24[Online]. Tersedia: http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/view/488. [3 Januari 2012].

Humaira, M. (2012). Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry Melalui Discovery Learning Terhadap Kemampuan Scientific Inquiry Literacy Siswa SMA Pada Materi Pencemaran Lingkungan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Imanyah, H. (2008). Pendekatan dan Metoda. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._fisika/195910301986011-harun_imansyah/sampel_teaching_materials/approach_3.pdf. [11 November 2012].

Moore, R.W. (moorerw@muohio.edu). (2012, 13 Desember). Permission for SAI II. E-mail kepada Tika Rohayati (skywalkeraddict@gmail.com)

Moore, R.W. dan Foy, R. (1997). “The Scientific Attitude Inventory: A Revision (SAI II)”. Journal of Research in Science Teaching. 34, (4) 327-336. [Online]. Tersedia:

http://wiki.biologyscholars.org/@api/deki/files/591/=scientific_attitude_surve y.pdf. [7 Desember 2012].

Nasution, S. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. OECD. (2006). PISA Take the Test: Sample Questions from OECD’s PISA

Assessments. [Online]. Tersedia:

http://www.oecd.org/document/31/0,3746,en_32252351_32236191_41942687 _1_1_1_1,00.html. [5 Desember 2012].

_____. (2007). PISA 2006 Volume 2: Data. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.org/publishing/corrigenda. [12 Desember 2012] .

_____. (2009). PISA 2009 Results. [Online]. Tersedia : http://www.oecd.org/document/61/0,3746,en_32252351_32235731_46567 613_1_1_1_1,00.html [03 Maret 2012].


(1)

Berdasarkan rata-rata N-gain pada skor kuesioner sikap ilmiah menunjukkan bahwa kelas eksperimen memiliki rata-rata N-gain (-0.01) lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (-0.02). Rata-rata N-gain yang dimiliki oleh kedua sampel termasuk ke dalam kriteria yang rendah negatif. Hal tersebut terjadi karena untuk dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa memerlukan waktu yang lama.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka penulis merekomendasikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Dapat dilakukan penelitian mengenai pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration pada konsep biologi lainnya.

2. Penerapan pembelajaran inkuiri dengan level interactive demonstration terutama pada tahapan manipulation memerlukan alokasi waktu yang lebih lama dari rencana pembelajaran yang telah ditetapkan, karena guru perlu melakukan persiapan yang matang dalam mempersiapkan demonstrasi, sehingga dalam penerapan pembelajaran inkuiri ini guru harus menambah alokasi waktu pembelajaran kurang lebih sekitar 10 menit.

3. Pada tes kemampuan literasi sains menunjukkan hasil yang paling rendah pada kompetensi 3, yaitu menggunakan bukti ilmiah. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya hasil tes kemampuan literasi sains siswa pada kompetensi 3. Selain itu, dapat dilakukan penelitian mengenai penerapan pembelajaran inkuiri pada level yang lebih tinggi dari level interactive demonstration sehingga dapat melatihkan kemampuan inkuiri siswa yang diharapkan dapat menunjang peningkatan hasil tes literasi sains pada kompetensi 3.

4. Pada kenyataannya literasi sains dan sikap ilmiah siswa tidak dapat dirubah dalam jangka waktu yang singkat, sehingga untuk dapat meningkatkan literasi sains dan sikap ilmiah siswa dengan menggunakan penerapan pembelajaran inkuiri tidak dapat dilakukan hanya dengan satu kali pertemuan saja.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Adisendjaja, Y.H. (2010). Analisis Buku Ajar Biologi SMA Kelas X di Kota Bandung Berdasarkan Literasi Sains. [Online]. Tersedia:http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._biologi/195512191980 021yusuf_hilmi_adisendjaja/penelitian_analisis_buku_literasi_sains.pdf. [5 Oktober 2012].

Amien, M. (1987). Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan

Menggunakan Metode “Discovery” dan “Inquiry”. Jakarta: Depdikbud

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Anjur, S.S. (2011). “Student-centered physiology in high schools”. Advances Physology Education. 35, 161-167. [Online]. Tersedia: http://advan.physiology.org. [12 November 2012].

Anwer, M. dan Iqbal, M. (2012). “Attitude Toward Science : Case in Pakistan”. Pakistan Journal of Social and Clinical Psycology. 9 (2), 3-9. [Online]. Tersedia: http://www.gcu.edu.pk/FullTextJour/PJSCS/2012/1.pdf [18 Januari 2013]

Arikunto, S. (2005). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. Arnyana, I.B. (2006). Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif pada

Pelajaran Biologi terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA. [Online]. Tersedia:www.undiksha.ac.id/images/img_item/607.doc.[18 Desember 2012].

Ary, Jacobs, dan Sorensen. (2010).Introduction to Research in Education 8 Edition. Canada: Wadsworth.

Balım, A. G. (2009). The Effects of Discovery Learning on Students’ Success and

Inquiry Learning Skills. Egitim arastirmalari-eurasian journal of educational Research. 35, 1-20.

Balitbang. (2006). Peraturan Pemerintah No.22 Tahun 2006 Tentan Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Brickman, P., Gormally, C., Armstrong, N., dan Hallar. B. (2009). Effects of Inquiry-based Learning on Students’ Succsess Literacy Skill and Confidence. International Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 3(2), 3-22.

Carlson, J. L. (2009). Effect of Theme-Based, Guided Inquiry Instruction on Science Literacy in Ecology 2009. [Online]. Tersedia:


(3)

http://www.mtu.edu/cls/education/pdfs/reports/carlson_thesis_2009.pdf. [4 April 2013].

Casotti, G., Danner, R., dan Knabb M.T. (2008). “Successful implementation of inquiry-based physiology laboratories in undergraduate major and nonmajor courses”. Advances Physology Education. 32, 286-296. [Online]. Tersedia: http://advan.physiology.org. [12 November 2012].

Dahar, R.W. 1991. Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Dewi, L.N., Dantes, N., dan Sadia, I. (2003). Pengaruh Model pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Sikap ilmiah dan Hasil Belajar.[Online].

Tersedia:http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_pendas/article/view/512/304. [19 Mei 2012].

Echols, J.M. dan Shadily, H. (1993). Kamus Besar Inggris-Indonesia Indonesia-Inggris. Jakarta: Gramedia

Ekohariadi. (2009). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Literasi Sains Siswa

Indonesia Berusia 15 Tahun”. Jurnal Pendidikan Dasar. 10, 37-40. [Online].

Tersedia: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/101092841.pdf. [18 Desember 2012].

Febria, H. (2012). Metode Pembelajaran Konvensional. [Online] Tersedia:

http://hamikofebria.blogspot.com/2012/05/metode-pembelajaran-konvensional.html. [20 Juni 2013].

Hadinugraha, S. (2012). Literasi Siswa SMA Berdasarkan Kerangka PISA (The Programme for International Student Assessment) pada Konsep Pengetahuan Biologi. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Hake, R. (2002). Relationship of Individual Student Normalized Learning Gains in Mechanicswith Gender, High-School Physics, and Pretest Scores on Mathematics and Spatial Visualization. [Online]. Tersedia: http://physics.indiana.edu/~hake/PERC2002h-Hake.pdf.[4 April 2013].

Halimatussadiah. (2007). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Kemampuan Berpikir Logis terhadap Sikap Ilmiah Siswa Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Medan.Tersedia:http://digilib.unimed.ac.id/UNIMED-Master-269/269. [19 Mei 2013].

Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.

Hastia, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMP. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.


(4)

Hayat, B. dan Yusuf, S. (2010). Benchmark Internasional Mutu Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Hendriani, Y. (2011). Pengaruh Pembelajaran IPA Terpadu terhadap Pengembangan Literasi Sains Siswa SMP N 3 Cimahi dan SMP N 1 Lembang. [Online]. Tersedia: http://mgmpipadepok.files.wordpress.com/2010/09/ipa-terpadu.pdf. [5 Oktober 2012].

Hermawati, N.M. (2012). “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri terhadap

Penguasaan Konsep Biologi dan Sikap Ilmiah Siswa SMA Ditinjau dari Minat Belajar Siswa”. Jurnal Penelitian Pascasarjana Undiksha. 5(2), 1-30. 21-24[Online]. Tersedia: http://pasca.undiksha.ac.id/e-journal/index.php/jurnal_ipa/article/view/488. [3 Januari 2012].

Humaira, M. (2012). Pengaruh Pembelajaran Guided Inquiry Melalui Discovery Learning Terhadap Kemampuan Scientific Inquiry Literacy Siswa SMA Pada Materi Pencemaran Lingkungan. Skripsi Sarjana pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Imanyah, H. (2008). Pendekatan dan Metoda. [Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/direktori/fpmipa/jur._pend._fisika/195910301986011-harun_imansyah/sampel_teaching_materials/approach_3.pdf. [11 November 2012].

Moore, R.W. (moorerw@muohio.edu). (2012, 13 Desember). Permission for SAI II. E-mail kepada Tika Rohayati (skywalkeraddict@gmail.com)

Moore, R.W. dan Foy, R. (1997). “The Scientific Attitude Inventory: A Revision

(SAI II)”. Journal of Research in Science Teaching. 34, (4) 327-336. [Online].

Tersedia:

http://wiki.biologyscholars.org/@api/deki/files/591/=scientific_attitude_surve y.pdf. [7 Desember 2012].

Nasution, S. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. OECD. (2006). PISA Take the Test: Sample Questions from OECD’s PISA

Assessments. [Online]. Tersedia:

http://www.oecd.org/document/31/0,3746,en_32252351_32236191_41942687 _1_1_1_1,00.html. [5 Desember 2012].

_____. (2007). PISA 2006 Volume 2: Data. [Online]. Tersedia: http://www.oecd.org/publishing/corrigenda. [12 Desember 2012] .

_____. (2009). PISA 2009 Results. [Online]. Tersedia : http://www.oecd.org/document/61/0,3746,en_32252351_32235731_46567 613_1_1_1_1,00.html [03 Maret 2012].


(5)

Osbourne, J.,Simon, S., dan Collins, S. (2003). Attitudes towards Science: A Review of the Literature and its Implications. [Online]. Tersedia:http://eprints.ioe.ac.uk/652/1/Osborneeta2003attitudes1049.pdf [18 Januari 2013].

Purwanto, M.N. (2008). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Rissing, S. W. dan Cogan, J. G. (2009). Can an Inquiry Approach Improve College StudentLearning an A Teaching Laboratory?. Journal CBE Life Science Education. 8(1), 55-61. [Online]. Tersedia: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/pmc2649651/. [6 Juni 2013].

Roetiyah, N.K. (1988). Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Aksara.

Rupilu, N. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry terhadap Kemampuan Berfikir Formal dan Sikap Ilmiah Siswa. Tersedia: http://pasca.undiksha.ac.id/ejournal/index.php/jurnal_ipa/article/download/486 /278. [15 April 2013]

Rustaman, N., Dirdjosoemarto, S., Yudianto, S.A., Achmad, Y., Subekti, R., Rochintaniawati, D., dan Nurjhani, M. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang Press.

Saliman. (2011). Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/saliman,%20drs.%20m.pd./p endekatan%20inkuiri.pdf. [19 Oktober 2012].

Stewart, A. dan Rivera, Y. (2008). Inquiry Based Learning. [Online]. Tersedia:http://www.esf.edu/seminarInquiryBasedLearning.ppt.[19 April 2013].

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudjana, N. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.

Sumarno, A. (2011). Langkah-langkah Metode Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://blog.elearning.unesa.ac.id/alim-sumarno/langkah-langkah-metode- pembelajaran. [21 Juli 2013].

Tn. (2011). Aspek Inkuiri dalam Kegiatan Praktikum Biologi. [Online]. Tersedia:http://repository.upi.edu/operator/upload/s_bio_040452_chapter2.pdf . [23 November 2012].

Toharudin, U., Hendrawati, S., dan Rustaman, A. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta Didik. Bandung: Humaniora.


(6)

Trianto. (2010). Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).Jakarta: Bumi Aksara.

Wasis dan Irianto. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam SMP dan MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas

Warianto, C. (2011). Biologi Sebagai Ilmu. [Online]. Tersedia:

http://skp.unair.ac.id/repository/Guru-Indonesia/BiologiSebagaiIlmu_ChaidarWarianto_25.pdf [19 Mei 2013].

Wenning. C.J. (2005). “Levels of Inquiry: Hierarchies of Pedagogical Practies and

Inquiry Process”. Journal of Physics Teacher Education. 2(3), 3-11. [Online].

Tersedia:http://www.dlsu.edu.ph/offices/asist/documents/Levels_of_Inquiry.p df. [19 Oktober 2012].

______. (2007). “Assessing Inquiry Skills as A Component of Scientific

Literacy”. Journal of Physics Teacher Education Online. 4(2), 21-24.

______. (2010a). “Levels of Inquiry: Using Inquiry Spectrum Learning Sequences to Teach Science”. Journal of Physics Teacher Education. 5(3), 11-20. [Online].

Tersedia:http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/learning_sequences.pdf. [19 Oktober 2012].

______. (2010b). “The Levels of Inquiry Model of Science Teaching”. Journal of Physics Teacher Education. 6(2), 9-16. [Online]. Tersedia:Tersedia: http://www.phy.ilstu.edu/pte/publications/learning_sequences.pdf. [19 Oktober 2012].

Yanthi, N. (2012). Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Sikap Ilmiah Siswa SD. Skripsi Sarjana pada FIP UPI Bandung: tidak diterbitkan.