Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem.

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi

Oleh

Anita Nurlela Dinata NIM 1003123

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Oleh

Anita Nurlela Dinata

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Anita Nurlela Dinata 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skrispi yang berjudul “PENGARUH FIELD TRIP TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS DAN SIKAP SAINS

SISWA SMA PADA MATERI EKOSISTEM” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,

Anita Nurlela Dinata NIM 1003123


(5)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

karunianya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA pada

Materi Ekosistem”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk memeroleh

gelar sarjana pendidikan Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung. Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari peran serta pihak-pihak yang turut membantu. Pada kesempatan yang sangat berbahagia ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Yusuf Hilmi Adisendjaja, M.Sc. selaku pembimbing I atas bimbingan, saran, motivasi, dan inspirasinya kepada penulis.

2. Bapak Drs. Amprasto, M.Si. selaku pembimbing II atas bimbingan dan motivasinya kepada penulis.

3. Ibu Dra. Yanti Hamdiyati, M.Si. selaku pembimbing akademik.

4. Bapak Dr. Riandi, M.Si.sebagai ketua jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan seluruh staf akademik.

5. Orang tua tercinta yang senantiasa memotivasi dan mendoakan.

6. Bapak Edi Supiandi, S.Pd., M.Pd. selaku wakasek urusan kurikulum SMAN I Pangalengan.

7. Ibu Yani sebagai guru di kelas X MIA SMAN I Pangalengan.

8. Siswa kelas X MIA I dan X MIA 4 SMAN I Pangalengan yang sangat antusias dalam penelitian ini.

9. Keluargaku KPA Biocita Formica yang senantiasa mengobarkan api

semangat “Tabah Sampai Akhir”.

10.Teman-teman seperjuangan satu bimbingan, khususnya Rachmi Satwhikawara teman seperjuangan Sapta Kirana yang senantiasa membantu dalam pembuatan skripsi ini.


(6)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11.Teman-teman terdekat A4 (Arrum, Agit, Ara) yang senantiasa saling menyemangati.

12.Teman seperjuangan antigen A , dan Formica 2010.

13.Teman bermain Nurunnisa yang tak pernah lelah menyemangati dan membantu.

14.Seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat membawa perubahan dan manfaat, baik bagi penulis maupun pihak-pihak yang bergerak dalam bidang pendidikan, khususnya pendidikan biologi di masa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

Bandung, Agustus 2014


(7)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan ... 4

D. Batasan Masalah ... 5

E. Manfaat ... 5

F. Asumsi ... 6

G. Hipotesis ... 6

BAB II FIELD TRIP, LITERASI SAINS DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMA PADA MATERI EKOSISTEM A. Field Trip ... 7

B. Literasi Sains ... 12

C. Sikap Terhadap Sains ... 16

D. Hubungan Field Trip dan Literasi Sains ... 17

E. Tinjauan Materi Ekosistem... 19

F. Penelitian yang Relevan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 23

B. Definisi Operasional ... 24

C. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 24


(8)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Tehnik Pengolahan Data... 31

F. Prosedur Penelitian ... 33

G. Alur Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Literasi Sains 1. Hasil Penelitian ... 36

2. Pembahasan ... 41

B. Data Sikap Terhadap Sains 1. Hasil Penelitian ... 47

2. Pembahasan ... 48

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56


(9)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tempat yang dapat dijadikan kegiatan lapangan dan hal yang dapat

dipelajarinya ... 10

Tabel 2.2 Kompetensi Ilmiah PISA 2006 ... 13

Tabel 2.3 Sikap Terhadap Sains pada PISA 2006... 15

Tabel 2.4 Hubungan antara Field Trip dan Literasi Sain ... 17

Tabel 3.1 Desain Penelitian Nonequivalent Control Group Design ... 22

Tabel 3.2 Kisi-kisi Soal Kompetensi Literasi Sains Menurut PISA 2006 ... 24

Tabel 3.3 Kriteria Validitas Soal ... 25

Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas Soal ... 26

Tabel 3.5 Kriteria Daya Pembeda Soal ... 26

Tabel 3.6 Kriteria Taraf Kesukaran Soal ... 27

Tabel 3.7 Kriteria Kisi-kisi Sikap Terhadap Sains Menurut PISA 2006 ... 28

Tabel 3.8 Kriteria Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 32

Tabel 4.1 Rekapitulasi Uji Statistik Pretest dan Posttest Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 35

Tabel 4.2 Persentase Keterlaksanaan Kinerja Field Trip pada Empat Kelompok di Kelas Eksperimen ... 36

Tabel 4.3 Persentase Keterlaksanaan Tahapan Field Trip pada Empat Kelompok di Kelas Eksperimen ... 38

Tabel 4.4 Penilaian Presentasi Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas Eksperimen ... 38

Tabel 4.5 Penilaian Laporan Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas Eksperimen ... 39

Tabel 4.6 Rekapitulasi Uji Statistik Capaian Tiap Kompetensi Literasi Sains pad8 Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 40

Tabel 4.7 Rekapitulasi Uji Statistik Pretest dan Posttest Sikap Terhadap Sains pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 47


(10)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 15 Gambar 2.2 Kerangka Penilaian Sains PISA 2006 ... 15 Gambar 3.1 Alur Penelitian... 35 Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Posttest Kompetensi Literasi

Sains Siswa pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 39 Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Posttest Sikap Terhadap Sains


(11)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR LAMPIRAN

A. Perangkat Pembelajaran

A.1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol………. 60

A.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen……. 67

A.3. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol……….72

A.4. Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen……… 75

B. Instrumen Penelitian B.1.Instrumen Kemampuan Literasi Sains dan Instrumen Skala Sikap Terhadap Sains……… 77

B.2.Indikator Kemampuan Literasi Sains……….……… 86

B.3.Indikator Sikap Terhadap Sains……….……… 94

B.4.Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Field Trip………. 97

B.5.Rubrik Penilaian Presentasi……… 98

B.6.Rubrik Penilaian Laporan………99

C. Analisis Butir Soal C.1.Analisis Uji Coba Butir Soal Literasi Sains Menggunakan ANATES…101 C.2.Rekapitulasi Analisis Butir Soal Literasi Sains……….. 114

C.3.Analisis Uji Coba Skala Sikap Terhadap Sains………..…… 115

C.4.Rekapitulasi Analisis Skala Sikap Terhadap Sains………. 123

C.5. Rekapitulasi Persentase Keterlaksanaan Tahapan dan Kinerja Field Trip pada Empat Kelompok di Kelas Eksperimen ……… 124

C.6.Penilaian Presentasi Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas Eksperimen ……… 125

C.7.Penilaian Laporan Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas Eksperimen ……… 126

D. Rekapitulasi Data Penelitian D.1. Rekapitulasi Data Penelitian Kemampuan Literasi Sains…………129


(12)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D.2. Rekapitulasi Data Skala Sikap Terhadap Sains………...133 D.3. Hasil Uji Statistik Data Penelitian Kemampuan Literasi Sains…… 138 D.4. Hasil Uji Statistik Data Penelitian Skala Sikap Terhadap

Sains………. 142 E. Surat Izin Penelitian

E.1.Surat Izin Uji Coba Instrumen Penelitian……… 144

E.2.Surat Izin Penelitian……… 145

E.3.Surat Telah Melaksanakan Penelitian……….. 146

F. Dokumentasi Penelitian

F.1.Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol……… 147 F.2.Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran Kelas Kontrol……… 148


(13)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran field trip memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran diskusi. Kemampuan literasi sains siswa SMA sama sebelum diterapkan pembelajaran

field trip dan kemampuan literasi sains siswa meningkat pada kelas eksperimen

setelah dilakukan pembelajaran field trip. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil uji hipotesis yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

posttest kemampuan literasi sains kelas kontrol dengan kelas eksperimen dengan nilai t hitung sebesar 0.003 dan α sebesar 0.05.

Pengaruh pembelajaran field trip juga memberikan pengaruh terhadap sikap. Setelah dilakukan pembelajaran field trip, sikap siswa terhadap sains lebih positif pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest sikap tehadap sains siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen dengan nilai t

hitung sebesar 0.000 dan α sebesar 0.05.

Perbedaan kemampuan literasi sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah pada capaian tiap kompetensi literasi sains. Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai hasil posttest kompetensi identifikasi permasalahan ilmiah dengan nilai t hitung sebesar 0.005 dan menjelaskan fenomena secara ilmiah dengan nilai t hitung sebesar 0.002 dan α sebesar 0.05 pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Pada kompetensi menggunakan bukti ilmiah tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen dengan nilai t hitung sebesar 0.498 dan α sebesar 0.05.

Perbedaan sikap terhadap sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah pada capaian tiap indikator literasi sains. Rata-rata nilai hasil posttest


(14)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

indikator dukungan terhadap inkuiri ilmiah, keyakinan diri sebagai pembelajar sains, ketertarikan terhadap sains, dan tanggung jawab terhadap sumber daya


(15)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan lingkungan pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran yang ingin disampaikan kepada beberapa pihak, yaitu:

1. Kepada peneliti selanjutnya

Hasil penelitian dapat dijadikan dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya tentang field trip dan pengaruhnya terhadap literasi sains dan sikap terhadap sains.

2. Kepada guru

Guru dapat benar-benar mengimplementasikan metode pembelajaran field


(16)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kemampuan dan Perbedaan Literasi Sains Siswa SMA Sebelum dan Setelah Diterapkan Pembelajaran Field Trip pada Kelas Eksperimen dan Kontrol pada Materi Ekosistem.

1. Hasil

Hasil penelitian literasi sains siswa diperoleh dari instrumen berbentuk pilihan ganda. Data berupa skor tes, yang kemudian dikonversi menjadi nilai. Tes diberikan kepada kelas X Matematika dan Ilmu Alam (MIA) I sebagai kelas eksperimen dan kelas X MIA 4 sebagai kelas kontrol di SMA Negeri I Pangalengan tahun ajaran 2013/2014. Berikut tabel 4.1 di bawah ini menyajikan hasil uji statistik pretest dan posttest kemampuan literasi sains siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Tabel 4.1 Rekapitulasi Uji Statistik Pretest dan posttest Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Komponen Pretest Posttest

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

Jumlah Siswa 37 39 37 39

Rata-rata 59.75 54.84 66.52 74.50

Standar Deviasi 12.27 13.62 12.11 10.94

Nilai Minimum 33.33 62.50 38.89 50.00

Nilai Maximum 77.78 79.17 83.33 94.44

Uji Normalitas Keterangan

0.055 > 0.050 Normal

0.065 > 0.050 Normal

0.062 > 0.050 Normal 0.092 > 0.050 Normal Uji Homegenitas Keterangan

0.829 > 0.050 Varians Homogen

0.505 > 0.050 Varians Homogen Uji Hipotesis

Keterangan

0.104 > 0.050 maka Ho diterima

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest kemampuan literasi sains kelas

0.003 < 0.050 maka Ho ditolak

Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest kemampuan literasi sains kelas


(17)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


(18)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap pelaksanaan field trip pada kelas eksperimen diamati oleh tiga orang pengamat (observer) dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan kinerja field trip. Rata-rata data persentase keterlaksanaan tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 dan 4.3 di bawah ini, sebagai berikut.

Tabel 4.2 Persentase Keterlaksanaan Tahapan Field Trip pada Empat

Kelompok di Kelas Eksperimen

No. Tahapan Field Trip

Aspek/ Kinerja yang

Diharapkan Skor

Persentase Keterlaksanaan

(%)

Ket.

1 Tahap persiapan

field trip

Ide permasalahan dapat

diselidiki secara ilmiah. 4 100%

Baik sekali Mengidentifikasi

kata-kata kunci untuk mencari informasi ilmiah.

4 100% Baik

sekali Mengenali fitur

penyelidikan ilmiah. 4 100%

Baik sekali

Persentase tahap persiapan field trip 100% Baik sekali

2 Tahap pelaksanaan

field trip

Mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan.

4 100% Baik

sekali

Persentase tahap pelaksanaan field trip 100% Baik sekali

3 Tahap akhir

field trip

Mendeskripsikan

fenomena ilmiah 4 100%

Baik sekali Memprediksikan

perubahan yang terjadi 2 50% Cukup Menarik kesimpulan

berdasarkan bukti ilmiah.

3 75% Baik

Memberikan alasan untuk mendukung atau menolak kesimpulan yang ditarik dari data yang tersedia.

2 50% Cukup

Mengomunikasikan

kesimpulan dan bukti 4 100%

Baik sekali

Persentase tahap akhir field trip 75% Baik

Jumlah 775% Baik

sekali


(19)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Keterangan:

Skor maksimal tahap persiapan field trip = 12 Skor maksimal tahap pelaksanaan field trip = 4 Skor maksimal tahap akhir field trip = 20

Tabel4.3 Persentase Keterlaksanaan Kinerja Field Trip pada Empat Kelompok di Kelas Eksperimen

No. Kelompok Skor

Persentase Keterlaksanaan

(%)

Keterangan

1 1 8 89% Baik sekali

2 2 8 89% Baik sekali

3 3 8 89% Baik sekali

4 4 7 78% Baik

Jumlah 35 345%

Baik sekali

Rata-rata 8.75 86.25%

Keterangan: Skor maksimal = 9

Presentase keterlaksanaan maksimal = 100%

Setelah tahap pelaksanaan selesai, tahap selanjutnya pada kelas eksperimen adalah tahap akhir field trip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai presentasi tiap kelompok pada kelas eksperimen dalam kategori tuntas memenuhi nilai KKM biologi di SMAN I Pangalengan yaitu 75. Berikut tabel 4.4 di bawah ini merupakan tabel penilaian presentasi pada kelas eksperimen.

Tabel 4.4 Penilaian Presentasi Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas

Eksperimen

No. Kelompok Skor Nilai Keterangan

1 1 13 87 Tuntas

2 2 12 80 Tuntas

3 3 13 87 Tuntas

4 4 13 87 Tuntas

Jumlah 51 341

Tuntas


(20)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Keterangan:

Skor maksimal = 15 Nilai maksimal = 100

Selain melakukan presentasi pada tahap akhir field trip, setiap kelompok membuat laporan pengamatan. Berdasarkan rubrik penilaian laporan (Lampiran B.5) diperoleh hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut.

Tabel 4.5 Penilaian Laporan Pengamatan Hasil Field Trip pada Kelas Eksperimen

No. Kelompok Skor Nilai Keterangan

1 1 30 83 Tuntas

2 2 31 86 Tuntas

3 3 30 83 Tuntas

4 4 31 86 Tuntas

Jumlah 122 356

Tuntas

Rata-rata 30.5 84.5

Keterangan:

Skor maksimal = 36 Nilai maksimal = 100

Capaian tiap kompetensi literasi sains diperoleh dari data hasil posstest. Hal ini dikarenakan hasil pretest kelas kontrol dan kelas eksperimen tidak berbeda. Adapun ketercapaian kompetensi literasi sains kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada gambar 4.1 di bawah ini.


(21)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Posttest Kompetensi

Literasi Sains Siswa pada Kelas Kontrol dan Eksperimen

68.92 66.22

63.96

79.49 76.92

66.67

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A B C

Kelas Kontrol

Kelas Eksperimen

Rat

a

-r

a

ta

N

il

ai

Keterangan: A= Identifikasi permasalahan ilmiah B=Menjelaskan fenomena secara ilmiah

C= Menggunakan bukti ilmiah Kompetensi Literasi Sains


(22)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.6 di bawah ini menyajikan hasil uji statistik ketercapaian kompetensi literasi sains kelas kontrol dan eksperimen.

Tabel 4.6 Rekapitulasi Uji Statistik Capaian Tiap Kompetensi Literasi Sains pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Komponen Kompetensi Identifikasi Permasalahan Ilmiah Kompetensi Menjelaskan Fenomena Secara Ilmiah Kompetensi Menggunakan Bukti Ilmiah

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

Jumlah Siswa 37 39 37 39 37 39

Rata-rata

68.92 79.49 66.22 76.92 63.96 66.67

Standar

Deviasi 18.91 21.45 14.43 14.62 17.79 20.23

Nilai

Minimum 16.67 16.67 33.33 50.00 33.33 33.33

Nilai

Maximum 100.00 100.00 83.33 100.00 100.00 100.00 Uji Normalitas Keterangan 0.000< 0.050 Tidak Normal 0.000 < 0.050 Tidak Normal 0.000 < 0.050 Tidak Normal 0.000 < 0.050 Tidak Normal 0.001 < 0.050 Tidak Nomal 0.008 < 0.050 Tidak Normal Uji Homogenitas Keterangan

0.558 > 0.050 Varians Homogen

0.254 > 0.050 Varians Homogen

0.619 > 0.050 Varians Homogen Uji Hipotesis

Keterangan

0.005 < 0.050 maka Ho ditolak Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai hasil

posttest kompetensi

identifikasi

permasalahan ilmiah antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen

0.002 < 0.050 maka Ho ditolak Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai hasil

posttest kompetensi

menjelaskan fenomena secara ilmiah kelas antara kontrol dengan kelas eksperimen

0.498 > 0.050 maka Ho diterima Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai hasil posttest kompetensi

menggunakan bukti ilmiah antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen


(23)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat pada tabel 4.1 rata-rata nilai

pretest literasi sains kelas kontrol lebih besar dibandingkan dengan kelas

eksperimen. Selisih rata-rata nilai pretest dari kedua kelas ini adalah 4.91. Uji hipotesis menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil

pretest kemampuan literasi sains kelas kontrol dengan kelas eksperimen dengan nilai t hitung sebesar 0.104 dan α sebesar 0.05. Kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki kemampuan literasi sains yang sama sebelum dilakukan pembelajaran.

Setelah pembelajaran dengan penerapan field trip selesai, baik itu pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen diberikan kembali tes kemampuan literasi sains (posttest). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran field trip terhadap kemampuan literasi sains siswa pada kelas eksperimen. Tes yang diberikan sama halnya dengan tes yang diberikan sebelum pembelajaran. Berdasarkan tabel 4.1 rata-rata nilai posttest kelas kontrol lebih kecil dibandingkan dengan kelas eksperimen dengan selisih rata-rata nilai posttest 7.98. Uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest kemampuan literasi sains kelas kontrol dengan kelas eksperimen, dengan nilai t hitung sebesar 0.003 dan α sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran field trip dapat meningkatkan kemampuan literasi sains siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran diskusi.

Berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran field trip memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran diskusi. Sesuai dengan hasil penelitian Jannah (2009), hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pembelajaran menggunakan field trip terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi ekosistem. Salah satu alasan yang membuat pembelajaran field trip lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran diskusi dapat dilihat dari segi kelebihan, seperti yang diungkapkan oleh Asmani


(24)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(2010), salah satu kelebihan field trip adalah siswa dapat menemukan sumber informasi pertama untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Dimana dalam literasi sains siswa dituntut untuk mengidentifikasi permasalahan ilmiah. Kelebihan lain menurut Asmani (2010) adalah siswa dapat memperdalam dan memperluas pengalaman. Siswa mengalami pengalaman langsung dengan melakukan pengamatan di luar kelas sehingga kompetensi literasi sains siswa lebih berkembang dibandingkan dengan kelas kontrol. Sesuai dengan pernyataan Depdiknas (2006), bahwa proses pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pada kelas kontrol dengan pembelajaran diskusi, siswa tidak mendapatkan pengalaman langsung melakukan pengamatan seperti pada kelas eksperimen. Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret media pembelajaran yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran, contohnya melalui pengalaman langsung yaiu dengan field trip, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa (Sanjaya, 2008). Hal ini menyebabkan kompetensi literasi sains siswa pada kelas eksperimen lebih berkembang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kurniawan (2011), yang menunjukkan terdapat perbedaan hasil prestasi siswa pada pembelajaran dengan menggunakan metode observasi dan metode diskusi pada materi ekosistem kelas X semester 2 SMA Negeri I Mijen tahun ajaran 2010-2011.

Kemampuan literasi sains menurut PISA 2006 meliputi tiga aspek kompetensi utama yaitu mengidentifikasi permasalahan ilmiah, menjelaskan


(25)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

fenomena secara ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah. Pada kompetensi mengidentifikasi permasalahan ilmiah dengan indikator mengenali permasalahan yang dapat diselidiki secara ilmiah, mengidentifikasi kata-kata kunci untuk memeroleh informasi ilmiah, dan mengenal fitur penyelidikan ilmiah terdapat perbedaan rata-rata nilai hasil posttest. Gambar 4.1 menunjukkan nilai rata-rata kelas eksperimen lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Kompetensi mengidentifikasi permasalahan ilmiah ini terimplementasi pada tahap persiapan field trip dengan persentase 100% dalam kategori baik sekali, dapat dilihat pada Tabel 4.2. Pada tahap persiapan

field trip siswa mencari ide permasalah yang dapat diselidiki secara ilmiah,

mengidentifikasi kata-kata kunci informasi ilmiah, dan mengenali fitur penyelidikan ilmiah dengan persentase 100% dalam kategori baik sekali.

Pada kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah dengan indikator mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan, mendeskripsikan atau menginterpretasi fenomena secara ilmiah dan memprediksi perubahan terdapat perbedaan rata-rata nilai hasil posttest. Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terjadi karena pada kelas eksperimen pembelajarannya mendukung untuk berkembangnya kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah tersebut. Dapat dilihat pada abel 4.2 tahap pelaksanaan field trip yaitu mengaplikasikan pengetahuan sains dalam situasi yang diberikan terlaksana 100% dengan kategori baik sekali terimplementasi pada tahap pelaksanaan field trip. Selanjutnya indikator mendeskripsikan fenomena ilmiah dengan persentase 100% dalam kategori baik sekali dan memprediksikan perubahan yang terjadi dengan persentase 50% dalam kategori cukup terimplementasi pada tahap akhir field trip. Indikator memprediksikan perubahan yang terjadi memiliki persentase terendah dibandingkan dengan indikator lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Rahmawati (2013). Hasil penelitian


(26)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjukkan bahwa melalui kegiatan field trip pada konsep ekosistem secara umum kemunculan keterampilan proses sains yang banyak muncul dalam data yang dijaring dengan lembar observasi adalah keterampilan observasi (100%) dan keterampilan prediksi serta interpretasi memiliki persentase terendah (60%). Beberapa kelompok siswa masih belum mampu melakukan pengamatan secara menyeluruh, yaitu belum mampu menemukan pola hubungan dari objek yang diamati.

Pada kompetensi menggunakan bukti ilmiah, yaitu menggunakan bukti ilmiah dengan indikator menafsirkan bukti ilmiah dan membuat serta mengomunikasikan kesimpulan, mengidentifikasi bukti dan alasan di balik kesimpulan, dan merefleksikan implikasi sosial dan perkembangan sains dan teknologi terdapat perbedaan rata-rata nilai hasil posttest. Gambar 4.1 menunjukkan rata-rata nilai posttest kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen kompetensi menggunakan bukti ilmiah tersebut terimplementasi pada kegiatan tahap akhir field trip, dapat dilihat pada Tabel 4.2. Indikator menarik kesimpulan berdasarkan bukti ilmiah dengan persentase keterlaksanaan 75% dalam kategori baik, memberikan alasan untuk mendukung atau menolak kesimpulan yang ditarik dari data yang tersedia dengan persentase 50% dalam kategori cukup, dan mengomunikasikan kesimpulan dan bukti terlaksana 100% dalam kategori baik sekali. Dua kelompok dari empat kelompok siswa belum mampu memberikan alasan untuk mendukung atau menolak kesimpulan yang ditarik dari data yang tersedia, dapat dilihat pada lampiran penilaian presentasi (Lampiran C.6). Beberapa kelompok siswa belum mampu menggambarkan hubungan yang jelas dan logis antara bukti dan kesimpulan, sehingga siswa kesulitan dalam memberikan alasan untuk mendukung atau menolak kesimpulan. Masing-masing kelompok melaksanakan field trip dengan baik sekali dapat dilihat pada tabel 4.3 dengan rata-rata persentase 86.25%. Mengomunikasikan hasil terimplementasi pada


(27)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kegiatan presentasi dengan rata-rata nilai 85.25 dalam kategori tuntas sesuai KKM (Tabel 4.4). Laporan pengamatan dengan rata-rata nilai 84.50 dalam kategori tuntas sesuai KKM (Tabel 4.5).

Tabel 4.6 menunjukkan capaian tiap kompetensi literasi sains pada kelas kontrol dan eksperimen. Uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai hasil posttest kompetensi mengidentifikasi perrmasalahan ilmiah kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Kompetensi mengidentifikasi permasalahan ilmiah memiliki rata-rata nilai posttest yang lebih tinggi dibandingkan dengan kompetensi lainnya. Hal ini terjadi karena pada kelas eksperimen mengalami serangkaian pembelajaran yang mendukung siswa untuk dapat mengidentifikasi permasalahan ilmiah. Contohnya adalah pada tahapan persiapan, siswa dibawa ke lapangan langsung dan mengidentifikasi permasalahan yang ada bersama anggota kelompoknya. Sejalan dengan Firman (2007) capaian aspek proses

“menjelaskan fenomena secara ilmiah” sedikit lebih tinggi dari aspek proses

lainnya, karena memang keterampilan proses itu yang cenderung lebih dilatihkan dalam pembelajaran IPA ketimbang keterampilan proses lainnya.

Capaian kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah dapat dilihat pada tabel 4.6 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai hasil posttest kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah memiliki rata-rata nilai yang lebih tinggi dibandingan dengan menggunakan bukti ilmiah dan memiliki rata-rata nilai paling rendah dibandingkan dengan kompetensi mengidentifikasi permasalahan ilmiah. Hal ini terjadi karena pada kompetensi mengidentifikasi permasalahan ilmiah siswa masih dalam bimbingan guru sedangkan pada kompetensi menjelaskan fenomena secara ilmiah siswa lebih mandiri, begitupun dalam menggunakan bukti ilmiah. Sejalan dengan Firman (2007) capaian aspek proses


(28)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lainnya, karena memang keterampilan proses itu yang cenderung lebih dilatihkan dalam pembelajaran IPA ketimbang keterampilan proses lainnya.

Tabel 4.6 menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata nilai hasil posttest kompetensi menggunakan bukti ilmiah kelas kontrol dengan kelas eksperimen. Kompetensi menggunakan bukti ilmiah ini memiliki rata-rata nilai paling kecil diantara kompetensi literasi sains lainnya. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Herdiani (2013) kompetensi literasi sains yang ketiga yaitu menggunakan bukti ilmiah memiliki persentase yang paling besar dibandingkan dengan dua kompetensi lainnya. Berbeda halnya dengan Firman (2007) yang menyatakan bahwa capaian literasi pada ketiga aspek proses/kompetensi masih rendah, tetapi yang relatif lebih dikuasai adalah menjelaskan fenomena secara ilmiah, sedangkan yang terendah adalah aspek proses/kompetensi menggunakan bukti ilmiah. Faktor penyebab kurangnya capaian pada aspek proses menurut Firman (2007) praktek pembelajaran IPA di banyak SMP di Indonesia cenderung memberikan materi sebagai hafalan. Hampir dapat dipastikan tidak

terjadi pembelajaran yang bernuansa “proses”, yang di dalamnya peserta

didik dilatih untuk memformulasi pertanyaan ilmiah untuk penyelidikan, menggunakan pengetahuan yang diajarkan untuk menerangkan fenomena alam, serta menarik kesimpulan berbasis fakta-fakta yang diamati.


(29)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Kemampuan dan Perbedaan Sikap Terhadap Sains Siswa SMA Sebelum dan Setelah Diterapkan Pembelajaran Field Trip pada Kelas Eksperimen dan Kontrol pada Materi Ekosistem.

1. Hasil

Hasil penelitian sikap terhadap sains diperoleh dari instrumen berbentuk skala sikap. Instrumen skala sikap diuji cobakan dan dianalisis terlebih dahulu sebelum digunakan untuk penelitian. Analisis yang dimaksud adalah pemberian skor pada setiap butir pernyataan yang terdapat dalam skala sikap, setelah itu pemilihan pernyaaan terbaik. Hasil uji coba menunjukkan dari 49 soal pernyataan yang telah dibuat, terpilih 24 butir soal pernyataan. Data skala sikap berupa skor tes, yang kemudian dikonversi menjadi nilai. Berikut Tabel 4.7 di bawah ini menyajikan hasil uji statistik pretest dan posttest sikap terhadap sains pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Tabel 4.7 Rekapitulasi Uji Statistik Pretest dan Posttest Sikap Terhadap Sains pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Komponen Pretest Posttest

Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen

Jumlah Siswa 37 39 37 39

Rata-rata 62.51 63.94 64.99 78.67

Standar Deviasi 3.97 5.38 5.69 5.88

Nilai Minimum 52.38 41.27 52.38 61.90

Nilai Maximum 71.43 71.43 78.57 88.89

Uji Normalitas

Keterangan 0.057 > 0.050 Normal

0.033 < 0.050 Tidak Normal

0.056 > 0.050 Normal

0.085 > 0.050 Normal Uji

Homegenitas Keterangan

0.243 > 0.05 Varians Homogen

0.977 > 0.05 Varians Homogen Uji Hipotesis

Keterangan

0.067> 0.05 maka Ho diterima Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest sikap terhadap sains siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen

0.000 < 0.05 maka Ho ditolak

Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest sikap tehadap sains siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen


(30)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Capaian tiap indikator sikap terhadap sains diperoleh dari data hasil

posstest. Adapun ketercapaian indikator sikap siswa terhadap sains pada kelas

kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Gambar 4.2 di bawah ini.

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Rata-rata Nilai Posttest Sikap Terhadap Sains pada Kelas Kontrol dan Eksperimen

2. Pembahasan

Pada kelas kontrol dan kelas eksperimen diberikan skala sikap terhadap sains sebelum dilakukan pembelajaran (pretest). Sikap terhadap sains tersebut meliputi empat aspek indikator utama yaitu dukungan terhadap inkuiri ilmiah, keyakinan diri sebagai pembelajar sains, ketertarikan terhadap sains, dan tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan. Tes berupa skala sikap yang dianalisis dengan menggunakan skala Likert. Hal ini dilakukan untuk mengetahui sikap awal siswa. Berdasarkan tabel 4.7 rata-rata nilai

pretest kelas kontrol lebih besar dibandingkan dengan kelas eksperimen.

Selisih rata-rata nilai pretest dari kedua kelas ini adalah 1.43. Uji hipotesis menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil pretest

61.15 75.23 56.76 70.61 73.72 89.32 73.55 81.41 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

A B C D

Kontrol

Eksperimen

Keterangan: A= Dukungan terhadap inkuiri ilmiah

B= Keyakinan diri sebagai pembelajar sains C= Ketertarikan terhadap sains D= Tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan Indikator Sikap Terhadap Sains

Rata -r ata N il ai


(31)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sikap terhadap sains pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen, dengan

nilai t hitung sebesar 0.067 dan α sebesar 0.05. Kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki sikap yang sama sebelum dilakukan pembelajaran, dengan demikian pengujian hipotesis didasarkan atas hasil posttest.

Setelah pembelajaran selesai baik itu pada kelas kontrol ataupun kelas eksperimen, diberikan kembali skala sikap terhadap sains (posttest). Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran field trip terhadap sikap terhadap sains siswa. Tes yang diberikan sama dengan tes yang diberikan sebelum pembelajaran. Rata-rata nilai posttest kelas kontrol lebih kecil dibandingkan kelas eksperimen dengan selisih nilai 13.68 dan nilai maksimum 88.89 pada kelas eskperimen (Tabel 4.7). Uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil posttest sikap terhadap sains siswa pada kelas kontrol dengan kelas eksperimen, dengan

nilai t hitung sebesar 0.000 dan α sebesar 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran field trip dapat meningkatkan sikap terhadap sains siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran diskusi. Hal ini sejalan dengan penelitian Charunisa (2013) yang menunjukkan terdapat peningkatan nilai sikap terhadap sains siswa senilai 78,7% dalam kategori baik setelah diterapkan pembelajaran dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat dan Lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian, metode pembelajaran field trip memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan metode pembelajaran diskusi. Hal ini sesuai dengan penelitian Awalludin (2010) yang menunjukkan bahwa implementasi field trip pada pembelajaran ekosistem memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran diskusi. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa rata-rata indeks gain sikap ilmiah di antara kelas kontrol dan eksperimen termasuk pada kategori rendah, meskipun rata-rata indeks gain di kelas eksperimen


(32)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol (Suryani, 2013). Berbeda halnya dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Dahlia (2013) bahwa hasil uji sikap ilmiah menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Mayuri (2013) bahwa nilai posttest sikap ilmiah antara kelas kontrol dan eksperimen berbeda signifikan. Salah satu alasan yang membuat pembelajaran field trip lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran diskusi dapat dilihat dari segi kelebihan, seperti yang diungkapkan oleh Dzajamarah (2006), salah satu kelebihan field trip adalah membuat apa yang dipelajari di sekolah lebih relevan dengan kenyataan. Kelebihan lain adalah pengajaran serupa ini dapat lebih merangsang kreativitas siswa. Menurut Sagala (2006) kelebihan lainnya adalah anak didik dapat menghayati pengalaman-pengalaman baru dengan mencoba turut serta di dalam suatu kegiatan. Kaitan

field trip dengan sikap adalah sikap dipengaruhi oleh infomasi yang diterima,

dialami (pengalaman), dan pengetahuannya. Pada kelas kontrol dengan pembelajaran diskusi, siswa tidak mendapatkan pengalaman langsung melakukan pengamatan dan ini menyebabkan sikap terhadap sains lebih positif pada kelas eksperimen. Sejalan dengan pernyataan Yager (1996, dalam Gusfarenie, 2013) bahwa ciri-ciri siswa yang literat terhadap sains salah satunya adalah memiliki sikap positif terhadap sains dan teknologi.

Sikap terhadap sains menurut PISA 2006 meliputi empat aspek indikator utama yaitu dukungan terhadap inkuiri ilmiah, keyakinan diri sebagai pembelajar sains, ketertarikan terhadap sains, dan tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan. Perbedaan sikap terhadap sains antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat dari ketercapaian tiap indikator sikap terhadap sains pada gambar 4.2. Capaian tiap indikator sikap terhadap sains diperoleh dari data hasil posstest karena menunjukkan perbedaan yang signifikan. Berdasarkan gambar 4.2 pada indikator dukungan terhadap inkuiri ilmiah dengan sub indikator menghargai perbedaan pandangan dan pendapat


(33)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ilmiah (berfikiran terbuka) untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut, mendukung penggunaan informasi faktual dan eksplanasi rasional agar tidak terjadi bias, dan menunjukkan pemahaman bahwa proses yang bias, kritis dan cermat diperlukan dalam mengambil kesimpulan menunjukkan rata-rata nilai

posttest indikator dukungan terhadap inkuiri ilmiah pada kelas eksperimen

lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen siswa menemukan sendiri masalah, memecahkan masalah dengan pertanyaan penelitian dan membuat kesimpulan. Sejalan dengan Depdiknas (2003), menyatakan bahwa sains adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode berdasarkan observasi sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut Akcay (2010), sikap terhadap sains memengaruhi pandangan siswa terhadap karir masa depan, dan partisipasi mereka di dalam kelas. Siswa yang memiliki sikap positif menunjukan peningkatan perhatian terhadap intruksi yang diberikan di dalam kelas dan lebih berpartisipasi dalam kegiatan ilmiah.

Pada indikator keyakinan diri sebagai pembelajar sains dengan sub indikator keyakinan dalam menangani persoalan ilmiah secara efektif, keyakinan dalam menangani kesulitan dalam menyelesaikan masalah, keyakinan dalam menunjukkan kemampuan ilmiah yang tinggi, menunjukkan rata-rata nilai posttest indikator keyakinan diri sebagai pembelajar sains pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol (Gambar 4.2). Hal ini terjadi karena siswa mengidentifikasi permasalah ilmiah pada materi ekosistem di lapangan langsung. Sesuai menurut Adisendjaja (2013), dengan melaksanakan kegiatan lapangan, siswa akan belajar secara langsung (first-hand experiences), mengalami dan mengobservasi sendiri (hands-on) fenomena yang ada. Sejalan dengan Sagala (2006) kelebihan field trip adalah


(34)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

anak didik dapat menjawab masalah-masalah atau pernyataan-pernyataan dengan melihat, mendengar, mencoba, dan membuktikan secara langsung.

Pada indikator ketertarikan terhadap sains dengan sub indikator mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu sains dan mempraktikan sains, menunjukkan keinginan untuk memeroleh tambahan pengetahuan dan keahlian ilmiah, menggunakan beragam sumber dan metode ilmiah, dan menunjukkan keinginan untuk mencari informasi dan memiliki keterkaitan terus menerus terhadap sains, termasuk mengembangkan karir yang berkaitan dengan sains menunjukkan rata-rata nilai posttest indikator ketertarikan terhadap sains pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol (Gambar 4.2). Hal ini terjadi karena pembelajaran yang dilakukan di luar kelas membuat siswa lebih tertarik untuk belajar dan siswa melihat kenyataan langsung kondisi yang berada di lapangan. Sejalan dengan Sagala (2006) yang mengungkapkan bahwa salah satu kelebihan field trip adalah siswa dapat mengamati kenyataan beraneka ragam dari dekat. Rata-rata nilai posttest indikator ketertarikan terhadap sains lebih kecil dibandingkan dengan rata-rata nilai posttest indikator lainnnya. Hal ini menunjukkan kurangnya ketertarikan siswa terhadap sains. Hassoubah (2004) menyatakan bahwa fenomena yang terjadi hingga saat ini dalam dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah siswa datang ke sekolah tetapi cara belajar mereka hanya sebatas mendengarkan keterangan guru, kemudian mencoba memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh guru, dan mengungkapkan kembali ilmu pengetahuan yang telah mereka hafalkan pada saat ujian. Sejalan dengan Firman (2007) yang menyatakan bahwa hampir dapat dipastikan banyak peserta didik di Indonesia tidak mampu mengaitkan pengetahuan IPA yang dipelajarinya dengan fenomena-fenomena yang terjadi di dunia, karena tidak memperoleh pengalaman untuk mengaitkannya. Bagi anak-anak IPA seolah-olah terpisah dari dunia tempat mereka berada. Hal ini menyebabkan siswa kurang tertarik terhadap sains.


(35)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada indikator tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan dengan sub indikator menunjukkan rasa tanggung jawab personal untuk memelihara lingkungan, menunjukkan perhatian terhadap konsekuensi aktivitas manusia terhadap lingkungan, dan menunjukkan keinginan untuk mengambil bagian dalam aktivitas pemeliharaan sumber daya alam menunjukkan rata-rata nilai posttest pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol, (Gambar 4.2). Hal ini terjadi karena siswa mengamati sendiri lingkungan sekitar sehingga menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan dan timbul rasa untuk menjaga kelestarian lingkungan. Selain itu, akan sangat bermanfaat bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari ketika mengambil keputusan sehubungan dengan pengelolaan dan perubahan lingkungan sekitarnya. Witherington (1982) mengemukan bahwa:

Kehidupan di antara ke empat dinding kelas sangat terbatas. Di luar kelas mereka berhadapan dengan kehidupan yang kaya akan hal-hal dapat mereka pelajari. Darmawisata bukan piknik melainkan memindahkan kelas untuk sementara ke luar, lamanya mungkin beberapa menit atau sejam, mungkin juga beberapa hari atau bulan. Dengan Darmawisata, kita menggunakan sumber-sumber dari lingkungan dan mempererat hubungan antara sekolah dan lingkungan masyarakat. dari sudut didaktis, darmawisata banyak mempunyai kebaikan, seperti membangkitkan minat, aktivitas, dan sebagainya.

Dengan demikian penggunaaan lingkungan sangat baik dalam pembelajaran siswa. Menurut Rakhmat (1992), sikap timbul dari pengalaman, tidak dibawa sejak lahir, tetapi merupakan hasil belajar.

Dilihat dari keseluruhan indikator, pada kelas eksperimen kemampuan literasi sainsnya lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol, begitupun dengan sikap siswa terhadap sains. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rubba (1993, dalam Hendriani, 2010) yang menyatakan bahwa karakteristik individu yang memiliki literasi sains diantaranya adalah bersikap positif terhadap sains, memiliki pengetahuan tentang konsep dan prinsip sains, serta mampu menerapkannya dalam teknologi dan masyarakat.


(36)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem


(37)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN A. Latar belakang

Kehidupan masyarakat saat ini telah berkembang seiring pesatnya perkembangan sains dan teknologi. Hal ini menuntut manusia untuk semakin bekerja keras menyesuaikan diri dalam segala aspek kehidupan, salah satunya adalah aspek pendidikan. Pendidikan diharapkan berperan sebagai jembatan yang akan menghubungkan individu dengan lingkungannya ditengah-tengah era globalisasi yang semakin berkembang, sehingga individu mampu berperan sebagai sumber daya manusia yang berkualitas (Sumartati, 2009).

Dalam dunia yang dipenuhi dengan produk-produk kerja ilmiah, literasi sains menjadi suatu keharusan bagi setiap orang (Zuriyani, 2011). Literasi sains didefinisikan Programme for International Student Asessment (PISA) sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains untuk mengidentifikasi permasalahan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti dalam rangka memahami serta membuat keputusan tentang alam dan perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (Firman, 2007). Literasi sains sangatlah penting hal ini disebabkan karena warga negara dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan dalam kehidupannya yang memerlukan informasi ilmiah dan cara berpikir ilmiah untuk mengambil keputusan dan kepentingan orang banyak yang perlu di informasikan seperti, udara, air dan hutan (Zuriyani, 2011).

Sikap terhadap sains juga tak kalah pentingnya dengan literasi sains. Motivasi siswa terhadap sains, sikap siswa terhadap lingkungan, pandangan siswa terhadap ilmuwan, dan kegiatan siswa untuk menjadi ilmuwan, dan keinginan siswa untuk menjadi ilmuwan telah diselidiki oleh pendidik sains selama bertahun-tahun (Moore & Foy, 1997). Menurut Rubba (1993, dalam Hendriani, 2010) karakteristik individu yang memiliki literasi sains diantaranya adalah bersikap positif terhadap sains, memiliki pengetahuan tentang konsep dan prinsip sains, serta mampu menerapkannya dalam teknologi dan masyarakat.


(38)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Organisation for Economic Cooperation and Depelopment (OECD) (2010) menyatakan bahwa pendidikan sains ditantang untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, yang tidak hanya cakap dalam bidang sains dan teknologi tetapi juga memiliki kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, serta memiliki literasi sains sehingga mampu memecahkan berbagai persoalan kehidupan sehari-hari. Fakta yang terjadi pada saat ini berbeda dengan harapan. Studi internasional PISA tahun 2006, diperoleh hasil bahwa kemampuan literasi sains siswa Indonesia berada pada peringkat ke- 50 dari 57 negara. Skor rata-rata sains yang diperoleh siswa Indonesia adalah 393. Skor rata-rata tertinggi dicapai oleh Finlandia (563) dan terendah dicapai oleh Kyrgyzstan (322). Kemampuan literasi sains rata-rata siswa Indonesia tidak berbeda secara signifikan dengan kemampuan literasi sain siswa dari Argentina, Brazil, Colombia, Tunisia, dan Azerbaijan (Tjalla, 2009). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum kemampuan literasi sains siswa Indonesia masih belum memadai.

Penelitian pencapaian literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP pada materi ekosistem telah dilakukan oleh Kurniasih (2013). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan dan peningkatan literasi sains pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol dengan N-gain 0,40 (sedang), dan N-gain 0,17 (rendah) untuk sikap ilmiah. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran inquiry

lab dapat meningkatkan literasi sains dan sikap ilmiah siswa SMP. Oleh karena

itu, dibutuhkan metode pembelajaran lainnya yang dapat lebih meningkatkan literasi sains dan sikap siswa terhadap sains.

Fenomena yang terjadi hingga saat ini dalam dunia pendidikan di Indonesia pada umumnya adalah siswa datang ke sekolah tetapi cara belajar mereka hanya sebatas mendengarkan keterangan guru, kemudian mencoba memahami ilmu pengetahuan yang diajarkan oleh guru, dan mengungkapkan kembali ilmu pengetahuan yang telah mereka hafalkan pada saat ujian (Hassoubah, 2004). Badan penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional (2006) menyatakan bahwa :


(39)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Ilmu pengetahuan alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara alamiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang alam sekitar.

Berdasarkan pernyataan di atas, untuk mencapai kemampuan yang diharapkan pemerintah dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam dibutuhkan suatu strategi pembelajaran di luar kelas untuk melengkapi pengalaman belajar tertentu, terutama tentang ekosistem.

Ekosistem mempelajari interaksi, baik interaksi antar mahkluk hidup maupun antara makhluk hidup dengan lingkungannya, sehingga membutuhkan pembelajaran dengan menggunakan field trip.Menurut Roestiyah (2001) field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan.

Kajian sains berkaitan erat dengan fenomena alam, sehingga alam menjadi laboratorium terbesar yang menyediakan berbagai fenomena alam yang sejalan dengan kajian sains (Adisendjaja, 2013). Kegiatan lapangan akan membuat siswa belajar secara langsung, mengalami dan mengobservasi sendiri kenyaatan yang ada. Kegiatan belajar secara hands-on merupakan cara belajar yang sangat dianjurkan untuk belajar sains (Adisendjaja, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Jannah (2011) menunjukkan bahwa adanya pengaruh pembelajaran menggunakan karyawisata (field trip) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Pengaruh tersebut yaitu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dari rata-rata kemampuan berpikir kritis awal sebesar 41,47% menjadi 63,5% setelah dilakukan pembelajaran menggunakan karyawisata dengan rata-rata indeks gain yang termasuk ke dalam kategori sedang. Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa implementasi field trip pada pembelajaran ekosistem memberikan pengaruh yang


(40)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

signifikan terhadap penguasaan konsep dan sikap siswa pada kelas eksperimen dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran diskusi (Awalludin, 2010). Hal ini menunjukan bahwa field trip berpengaruh dalam proses pembelajaran siswa.

Mengingat pentingnya peningkatan kemampuan literasi sains dan sikap terhadap sains pada siswa, maka penulis melakukan suatu penelitian. Penelitian ini untuk mengidentifikasi kemampuan literasi sains dan sikap terhadap sains siswa SMA pada materi ekosistem dengan menggunakan metode pembelajaran

field trip.

B. Rumusan masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana pengaruh field trip terhadap kemampuan literasi sains dan sikap sains siswa SMA yang mendapatkan pembelajaran field trip pada materi ekosistem?”. Masalah umum di atas dapat menjadi beberapa pertanyaan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kemampuan literasi sains siswa SMA sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran field trip pada materi ekosistem?

2. Bagaimanakah sikap terhadap sains siswa SMA sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran field trip pada materi ekosistem?

3. Bagaimanakah perbedaan kemampuan literasi sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi ekosistem?

4. Bagaimanakah perbedaan sikap terhadap sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi ekosistem?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kemampuan literasi sains dan sikap terhadap sains siswa melalui metode pembelajaran field trip pada materi ekosistem. Tujuan yang lebih jelasnya adalah untuk mengetahui:


(41)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Kemampuan literasi sains siswa SMA sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran field trip pada materi ekosistem.

2. Sikap terhadap sains siswa SMA sebelum dan setelah diterapkan pembelajaran field trip pada materi ekosistem.

3. Perbedaan kemampuan literasi sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi ekosistem.

4. Perbedaan kemampuan sikap terhadap sains antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi ekosistem.

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Subjek penelitian adalah siswa SMAN 1 Pangalengan kelas X semester 2 tahun ajaran 2013/2014.

2. Penelitian literasi sains dibatasi hanya pada aspek kompetensi ilmiah berdasarkan PISA 2006. PISA 2006 dipilih karena pada tahun 2006 penelitian PISA difokuskan pada aspek sains, sementara dua aspek lainnya (matematika dan membaca) menjadi pendamping.

3. Materi ekosistem yang dijadikan dalam pembelajaran ini adalah dengan kompetensi dasar 4.14 (Melakukan pengamatan pada suatu ekosistem dan mengidentifikasi komponen-komponen penyusunnya serta menggambarkan hubungan antar komponen dan kaitannya dengan aliran energi).

E. Manfaat

Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk berbagai pihak di antaranya:

1. Bagi guru :

Memberikan alternatif pembelajaran yang dapat menggali kemampuan siswa dalam belajar.


(42)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Siswa memperoleh pengalaman belajar langsung yang cenderung lebih bermakna.

b. Siswa lebih aktif dan mampu memecahkan persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran.

c. Menghilangkan rasa jenuh belajar di kelas. 3. Bagi peneliti dan dunia pendidikan:

Dapat menambah wawasan dan dapat mengambil serta mengaplikasikan hal-hal yang positif yang didapat dalam penelitian pengaruh field trip terhadap kemampuan literasi sains dan sikap terhadap sains siswa SMA pada materi ekosistem.

F. Asumsi

Kegiatan lapangan akan meningkatkan pengetahuan anak dalam subyek tertentu. Berkunjung ke museum akan lebih menarik anak daripada melihat video

atau membaca buku teks (Semlak & Beck, 1999).

G. Hipotesis

H0 = Tidak terdapat perbedaan kemampuan literasi sains dan sikap sains siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen pada materi ekosistem.

H1 = Terdapat perbedaan kemampuan literasi sains dan sikap sains siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen pada materi ekosistem.


(43)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

FIELD TRIP, LITERASI SAINS DAN SIKAP TERHADAP SAINS SISWA SMA PADA MATERI EKOSISTEM

A. Field Trip

1. Pengertian Field Trip

Metode pembelajaran tidak ada yang sempurna. Setiap metode selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Kadang-kadang dalam proses belajar siswa perlu diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat-tempat atau objek yang lain. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah field trip. Menurut Roestiyah (2001) field trip bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataan. Karena itu dikatakan teknik field trip yaitu cara mengajar yang dilakukan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan sebagainya. Berdasarkan pengertian dan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa field trip adalah pembelajaran yang dilaksanakan di luar kelas dengan mengunjungi suatu tempat untuk mempelajari sesuatu dengan proses pembelajaran yang tetap mengacu kepada tujuan kurikuler dan tujuan pembelajaran.

2. Tahapan Kegiatan Lapangan

Menurut Roestiyah (2001), menyusun tahapan pembelajaran dengan menerapkan metode field trip adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan

Tahap persiapan, dimana guru perlu menetapkan tujuan pembelajaran dengan jelas, mempertimbangkan pemilihan teknik, menghubungi pemimpin obyek yang akan dikunjungi untuk merundingkan segala sesuatunya, penyusunan rencana yang matang, membagi tugas-tugas, mempersiapkan sarana, serta pembagian siswa ke dalam beberapa kelompok.


(44)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pelaksanaan field trip, dimana pemimpin rombongan mengatur segalanya, memenuhi tata tertib yang telah ditentukan bersama, mengawasi tugas-tugas


(45)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kelompok sesuai dengan tanggungjawabnya, serta memberi petunjuk bila perlu.

c. Tahap akhir

Pada akhir field trip siswa mengadakan diskusi mengenai segala hasil kegiatan field trip, menyusun laporan yang memuat kesimpulan yang diperoleh, menindaklanjuti hasil kegiatan field trip seperti membuat grafik, gambar, model-model, diagram, serta alat-alat lain dan sebagainya.

Asmani (2010), menyatakan ada beberapa kelebihan dan kekurangan menerapkan metode field trip dalam pembelajaran. Kelebihan penerapan metode

field trip dalam pembelajaran diantaranya yaitu:

a. Siswa dapat memahami dan menghayati langsung keadaan di lokasi field trip b. Siswa dapat memperdalam dan memperluas pengalaman

c. Siswa dapat menemukan sumber informasi pertama untuk memecahkan persoalan yang dihadapi

d. Siswa memperoleh pengetahuan integratif tentang objek yang ditinjau e. Membuat materi pembelajaran di sekolah lebih relevan dengan kenyataan f. Pembelajaran dapat lebih merangsang kreativitas siswa.

Sedangkan kekurangan metode field trip menurut Asmani (2010) diantaranya yaitu:

a. Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak b. Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang

c. Unsur rekreasi sering menjadi prioritas sedangkan unsur studinya terabaikan d. Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap gerak-gerik siswa di

lapangan

e. Biayanya cukup mahal

f. Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran dan keselamatan siswa, terutama field trip jangka panjang dan jauh.


(46)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Roestiyah (2001), field trip dapat disimpulkan memiliki keunggulan sebagai berikut:

a. Siswa dapat berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para petugas pada obyek field trip itu, serta mengalami dan menghayati langsung apa pekerjaan mereka. Hal mana tidak mungkin diperoleh di sekolah; sehingga kesempatan tersebut dapat mengembangkan bakat khusus atau keterampilan mereka.

b. Siswa dapat melihat berbagai kegiatan para petugas secara individu maupun secara kelompok dan dihayati secara langsung; yang akan memperdalam dan memperluas pengalaman mereka.

c. Siswa dapat bertanya jawab, menemukan sumber informasi yang pertama untuk memecahkan segala persoalan yang dihadapi,sehingga mungkin mereka menemukan bukti kebenaran teorinya, atau mencobakan teorinya ke dalam praktek.

d. Siswa dapat memperoleh bermacam-macam pengetahuan dan pengalaman yang terintegrasi, yang tidak terpisah-pisah dan terpadu.

Kajian psikologis menyatakan bahwa anak akan lebih mudah mempelajari hal yang konkrit ketimbang yang abstrak. Jenjang konkrit-abstrak ini ditunjukkan dengan bagan dalam bentuk kerucut pengalaman (cone of experience).


(47)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale

(Sumber: Sanjaya, 2008)

Kerucut pengalaman menjadi acuan secara luas untuk menentukan alat bantu atau media pembelajaran apa yang sesuai agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara mudah. Kerucut pengalaman yang dikemukakan oleh Edgar Dale itu memberikan gambaran bahwa pengalaman belajar yang diperoleh siswa dapat melalui proses perbuatan atau mengalami sendiri apa yang dipelajari, proses mengamati, dan mendengarkan melalui media tertentu dan proses mendengarkan melalui bahasa. Semakin konkret media pembelajaran yang digunakan siswa dalam proses pembelajaran, contohnya melalui pengalaman langsung yaiu dengan field trip, maka semakin banyak pengalaman yang diperolehnya. Sebaliknya semakin abstrak siswa memperoleh pengalaman, contohnya hanya mengandalkan bahasa verbal, maka semakin sedikit pengalaman yang akan diperoleh siswa (Sanjaya, 2008).

3. Tempat Kegiatan Lapangan (field trip) dan Obyek yang dapat Dipelajari

Tempat yang dapat dijadikan sasaran kegiatan lapangan bisa hanya di halaman sekolah, sekitar sekolah atau agak jauh, atau jauh. Tempat yang dituju harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dan waktu yang tersedia. Jika tujuan hanya untuk mengumpulkan bahan untuk dikaji lebih lanjut, seperti halaman sekolah bisa dalam jam pelajaran, jika agak jauh dapat ditugaskan. Paling tidak ada tiga syarat untuk tugas, yaitu: sesuai tujuan pembelajaran, dapat dikerjakan, dan biaya murah atau terjangkau siswa. Jika jaraknya jauh maka harus dibimbing oleh guru (Adisendjaja, 2013).

Field trip dilihat dari waktunya dibagi menjadi short field trip dan long field trip. Field trip jangka pendek biasanya dilakukan dalam waktu sehari sedangkan field trip jangka panjang diperlukan waktu beberapa hari. Field trip jangka

panjang biasanya dilakukan menjelang libur semester yang disebut juga dengan karyawisata (Adisendjaja, 2013).


(48)

Anita Nurlela Dinata, 2014

Pengaruh Field Trip Terhadap Kemampuan Literasi Sains dan Sikap Sains Siswa SMA Pada Materi Ekosistem

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tempat-tempat yang bisa dikunjungi sangat beragam mulai dari halaman sekolah sampai tempat yang berada di luar sekolah, dari perkotaan ke pedesaan, dari pantai ke gunung, dari lingkungan buatan sampai lingkungan alami. Pemilihan tempat yang akan dikunjungi terutama yang jauh harus sesuai tujuan dan harus di survey terlebih dahulu sebelum pelaksanaan kegiatan lapangan, termasuk perizinannya (Adisendjaja, 2013).

Berikut adalah tempat-tempat yang dapat dijadikan kegiatan lapangan dengan hal yang dapat dipelajarinya:

Tabel 2.1 Tempat yang dapat dijadikan kegiatan lapangan dan hal yang dapat

dipelajarinya

No. Tempat Hal yang dapat dipelajari

1. Taman, kebun, atau kolam sekolah, Taman kota

Ciri-ciri makhluk hidup, bagian-bagian tumbuhan, keanekaragaman makhluk hidup, hubungan antar makhluk hidup/saling ketergantungan, penyesuaian makhluk hidup, rantai dan jaring-jaring makanan, energi, sumber daya alam,individu, populasi, komunitas hewan dan tumbuhan, dan

pertumbuhan 2. Instalasi pengolahan air

minum dan air limbah

Pencemaran air, pengolahan air, pengukuran berbagai faktor akuatik

3. Macam-macam Museum Tergantung museumnya: museum zoologi, museum geologi, museum budaya, museum perjuangan, dsb

4. Kebun Binatang, pusat penangkaran

Hal yang berkaitan dengan hewan: konservasi, ciri hewan, pola makan

5. Bengkel Energi, gaya, bunyi, pesawat sederhana,

panas 6. Kebun Botani, Hutan Raya

dan kebun raya

Sama dengan no. 1 7. Ekosistem buatan:

Bendungan, sawah, kolam ikan, kolam air deras, dan lapangan

Sama dengan no 1, ekosistem, tanah, air, faktor abiotik, faktor klimatik, berbagai pengukuran faktor abiotik dan biotik 8. Ekosistem alami:

Macam-macam hutan, Macam- macam-macam pantai, hutan mangrove, padang rumput,

Sama dengan no 1, ekosistem, tanah, air, faktor abiotik, faktor klimatik, berbagai pengukuran faktor abiotik dan biotik, batuan, stratifikasi vertikal dan horizontal


(1)

95 10 Saya tidak yakin bahwa ada hewan selain kupu-kupu yang bisa membantu

penyerbukan bunga.

- Konteks: Aksi interaksi Keyakinan dalam menunjukan

kemampuan ilmiah yang tinggi

11 Saya akan mencari informasi mengenai faktor punahnya ikan wader ijo dan kemungkinan faktor lainnya yang ikut berpengaruh.

+ Konteks: Populasi ikan wader ijo 12 Saya tidak yakin untuk mengamati ekosistem sawah, karena saya masih belum mahir

untuk melakukannya.

- Konteks: Piramida makanan Ketertarikan terhadap sains

Mengindikasikan keingintahuan tentang sains, isu-isu sains dan mempraktikan sains.

13 Saya ingin mengetahui simbiosis lainnya selain kupu-kupu dengan bunga.

+

Konteks: Aksi interaksi 14 Saya tidak harus mengetahui cara pengembangbiakan wader ijo, karena saya masih

SMA.

- Konteks: Populasi ikan wader ijo Menunjukan keinginan untuk

memperoleh tambahan

pengetahuan dan keahlian ilmiah, menggunakan beragam sumber dan metode ilmiah.

15 Saya harus mencari informasi lebih lanjut dari berbagai sumber mengenai penyebab kerusakan ekosistem.

+ Konteks: Kerusakan ekosistem 16 Saya tidak harus mencari informasi dari sumber lain mengenai data perjumpaan satwa

secara langsung.

- Konteks: Perjumpaan data satwa Menunjukan keinginan untuk

mencari informasi dan memiliki keterkaitan terus menerus terhadap sains.

17 Saya akan mencari informasi mengenai faktor abiotik dan biotik penyusun ekosistem kebun dan kemungkinan faktor lainnya yang ikut berpengaruh.

+ Konteks: Piramida makanan 18 Saya tidak akan mencari tahu informasi lainnya untuk meningkatan populasi ikan

wader selain cara pengembangbiakannya, karena hal tersebut sudah cukup.

- Konteks: Populasi ikan wader ijo Tanggung jawab terhadap sumber daya dan lingkungan

Menunjukan rasa tanggung jawab personal untuk memelihara lingkungan.

19 Saya ikut prihatin terhadap kerusakan ekosistem yang sedang terjadi di Indonesia dan harus bisa lebih menjaga kelestarian lingkungan.

+ Konteks: Kerusakan ekosistem 20 Saya tidak harus terlalu andil dalam menjaga kelestarian lingkungan, termasuk

lingkungan sekolah karena sudah ada petugas kebersihan.

- Konteks: Kerusakan ekosistem Menunjukan perhatian terhadap

konsekuensi aktivitas manusia terhadap lingkungan.

21 Saya akan memperketat peraturan mengenai kelestarian Taman Nasional Aketajawe Lolobata berhubung semakin naiknya jumlah pengunjung.

+ Konteks: Data perjumpaan satwa


(2)

96

mencari cara agar ikan wader ijo tidak punah. wader ijo

Menunjukan keinginan untuk mengambil bagian dalam aktivitas pemeliharaan sumber daya alam.

23 Saya akan ikut berpartisipasi dalam komunitas peduli lingkungan yang berada di sekolah maupun di luar sekolah.

+ Konteks: Aksi Interaksi 24 Saya tidak akan ikut andil dalam pelestarian kenaekaragaman hayati pada suatu

ekosistem, karena sudah ada petugas terkait.

- Konteks: Kerusakan ekosistem


(3)

97

Lampiran B.4

Lembar Observasi Keterlaksanaan Tahapan Field Trip

No

Tahapan

Field Trip

Aspek/ Kinerja yang

Diharapkan

Penilaian

Ket.

Ya

Tidak

1

Tahap

Persiapan

Field Trip

Ide permasalahan dapat

diselidiki secara ilmiah.

Mengidentifikasi kata-kata

kunci untuk mencari informasi

ilmiah.

Mengenali fitur penyelidikan

ilmiah.

2

Tahap

Pelaksanaan

Field Trip

Mengaplikasikan pengetahuan

sains dalam situasi yang

diberikan.

3

Tahap Akhir

Field Trip

Mendeskripsikan fenomena

ilmiah

Memprediksikan perubahan

yang terjadi

Menarik kesimpulan

berdasarkan bukti ilmiah.

Memberikan alasan untuk

mendukung atau menolak

kesimpulan yang ditarik dari

data yang tersedia.

Mengkomunikasikan

kesimpulan dan bukti

Total Skor

…………,……...……… Observer

-


(4)

Rubrik Penilaian Presentasi

Kelompok : ...

Kelas

: ...

No

Indikator

Skor

Deskriptor

Skor

1

Sistematika

presentasi

3

Materi presentasi disajikan secara sistematis dan

semua komponen ada

2

Materi presentasi disajikan secara sistematis dan

hanya sebagian komponen ada atau sebaliknya

1

Materi presentasi disajikan dengan tidak sistematis

dan semua komponen tidak ada

2

Isi presentasi

3

Menjelaskan permasalahan ilmiah dan kata-kata

kunci informasi ilmiah

2

Menjelaskan permasalahan ilmiah dan tidak

menjelaskan kata-kata kunci informasi ilmiah atau

sebaliknya

1

Tidak menjelaskan permasalahan ilmiah dan

kata-kata kunci informasi ilmiah

3

Menjelaskan fenomena secara ilmiah dan aplikasi

pengetahuan sains dalam pengamatan

2

Menjelaskan fenomena secara ilmiah dan tidak ada

aplikasi pengetahuan sains dalam pengamatan atau

sebaliknya

1

Tidak menjelaskan fenomena secara ilmiah dan tidak

ada aplikasi pengetahuan sains dalam pengamatan

3

Menggunakan bukti ilmiah dan menarik kesimpulan

2

Menggunakan bukti ilmiah dan tidak menarik

kesimpulan atau sebaliknya

1

Tidak menggunakan bukti ilmiah dalam tidak

menarik kesimpulan

3

Kemampuan

mempertahankan

dan menanggapi

pertanyaan atau

sanggahan

3

Mampu menjawab pertanyaan dan menanggapi

sanggahan

2

Mampu menjawab pertanyaan dan tidak menanggapi

sanggahan atau sebaliknya

1

Tidak mampu menjawab pertanyaan dan menanggapi

sanggahan

Total skor

………,……...……… Observer


(5)

---99

Lampiran B.6

Rubrik Penilaian Laporan Kelompok : ...

Kelas : ...

No. Indikator Skor Deskripsi Skor

1 Sistematika

Penulisan 3

Penulisan laporan disajikan secara sistematis dan semua komponen ada

2

Penulisan laporan disajikan dengan tidak sistematis tetapi semua komponen ada atau sebaliknya.

1 Penulisan laporan disajikan dengan tidak sistematis dan tidak semua komponen ada 2 Isi laporan

a.Judul

3 Merumuskan judul secara ringkas dan menggunakan bahasa ilmiah

2 Merumuskan judul tidak ringkas dan

menggunakan bahasa ilmiah atau sebaliknya 1 Merumuskan judul tidak ringkas dan tidak

menggunakan bahasa ilmiah b.Rumusan

Masalah 3

Rumusan masalah sesuai dengan permasalahan yang diselidiki dan dalam bentuk kalimat tanya 2

Rumusan masalah tidak sesuai dengan

permasalahan yang diselidiki dan dalam bentuk kalimat tanya atau sebaliknya

1

Rumusan masalah tidak sesuai dengan

permasalahan yang diselidiki bukan dalam bentuk kalimat tanya

c.Pertanyaan

Penelitian 3

Pertanyaan penelitian sesuai dengan rumusan masalah dan dalam bentuk kalimat tanya 2

Pertanyaan penelitian sesuai dengan rumusan masalah dan tidak dalam bentuk kalimat tanya atau sebaliknya

1

Pertanyaan penelitian tidak sesuai dengan

rumusan masalah dan tidak dalam bentuk kalimat tanya

d.Tujuan

3 Tujuan mengacu pada rumusan masalah dan dirumuskan dengan kata-kata kerja operasional

2

Tujuan tidak mengacu pada rumusan masalah dan dirumuskan dengan kata-kata kerja operasional atau sebaliknya

1

Tujuan tidak mengacu pada rumusan masalah dan tidak dirumuskan dengan kata-kata kerja


(6)

Bahan 3 diperlukan

2 Mencantumkan sebagian alat dan semua bahan yang diperlukan atau sebaliknya

1 Mencantumkan sebagian alat dan bahan yang diperlukan

f. Langkah

Kerja 3

Menyusun langkah kerja dengan rinci dan menggunakan kalimat pasif

2 Menyusun langkah kerja tidak rinci dan menggunakan kalimat pasif atau sebaliknya 1 Menyusun langkah kerja tidak rinci dan tidak

menggunakan kalimat pasif g.Analisis Data

3 Tahap-tahap analisis data disajikan secara rinci dan teknik yang dipakai benar

2

Tahap-tahap analisis data disajikan dengan tidak rinci dan teknik yang dipakai benar atau

sebaliknya

1 Tahap-tahap analisis data disajikan tidak rinci dan teknik yang dipakai salah.

h.Hasil

Pengamatan 3

Menyusun data hasil pengamatan sesuai dengan hasil pengamatan dan berkaitan dengan

pertanyaan penelitian 2

Menyusun data hasil pengamatan sesuai dengan hasil pengamatan dan tidak berkaitan dengan pertanyaan penelitian atau sebaliknya 1

Menyusun data hasil pengamatan tidak sesuai dengan hasil pengamatan dan tidak didukung teori yang kuat

i. Pembahasan 3 Pembahasan benar dan disertai teori pendukung 2 Pembahasan benar dan tidak disertai teori

pendukung atau sebaliknya

1 Pembahasan salah dan tidak disertai teori pendukung

j. Kesimpulan

3 Membuat kesimpulan dengan benar dan sesuai dengan hasil pengamatan

2

Membuat kesimpulan dengan dengan benar dan tidak sesuai dengan hasil pengamatan atau sebaliknya

1 Membuat kesimpulan dengan tidak benar dan sesuai dengan hasil pengamatan

k. Daftar

Pustaka 3

Merujuk dan mencantumkan daftar pustaka sebanyak 3 sumber

2 Merujuk dan mencantumkan daftar pustaka sebanyak 2 sumber

1 Merujuk dan mencantumkan daftar pustaka sebanyak 1 sumber