PERANAN KINERJA MGMP PKN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMP : Studi Kasus Terhadap Guru SMP di Kabupaten Kuningan.

(1)

No Daftar FPIPS: 1489/UN.40.2.2/PL/2013

PERANAN KINERJA MGMP PKN DALAM

MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMP

(Studi Kasus Terhadap Guru SMP di Kabupaten Kuningan)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

Rimaulina Listian Fithaloka 0800942

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

Rimaulina Listian Fithaloka, 2013

Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP

(Studi Kasus Terhadap Guru SMP di Kabupaten Kuningan)

Oleh

Rimaulina Listian Fithaloka

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Rimaulina Listian Fithaloka 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PERANAN KINERJA MGMP PKN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMP

(Studi Kasus Terhadap Guru SMP di Kabupaten Kuningan)

Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001

Pembimbing II

Dra. Iim Siti Masyitoh, M.Si NIP. 19620102 198608 2 001

Mengetahui, Ketua Jurusan

Pendidikan Kewarganegaraan


(4)

Rimaulina Listian Fithaloka, 2013


(5)

ABSTRAK

PERANAN KINERJA MGMP PKN DALAM MENINGKATKAN

PROFESIONALISME GURU SMP (Studi Kasus Terhadap Guru SMP di Kabupaten Kuningan)

Secara umum tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu yang wajib dilakukan dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari upaya peningkatan kualitas guru sebagai pendidiknya. Upaya peningkatan kualitas pendidikan tidak akan memenuhi sasaran yang diharapkan tanpa dimulai dengan peningkatan kualitas guru. Peningkatan kualitas guru tidak tumbuh dengan sendirinya, diperlukan beberapa upaya pembinaan terhadap guru. Upaya tersebut harus terus menerus dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan sehingga sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Salah satu bentuk pembinaan terhadap guru dalam rangka meningkatkan kualitasnya sebagai seorang profesional adalah melalui MGMP. Penyelenggaraan kegiatan MGMP bertujuan untuk meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan profesionalisme guru. Kegiatan MGMP tersebut dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan guru, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Pada penyusunan skripsi ini, permasalahan yang dibahas antara lain, pertama, peranan kinerja MGMP PKn dalam melaksanakan transformasi yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran. Kedua, upaya MGMP PKn dalam membina dan meningkatkan profesionalisme guru. Ketiga, partisipasi guru dalam MGMP PKn. Keempat, kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan adanya penyelenggaraan MGMP.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk wawancara, observasi, studi dokumentasi dan studi literatur. Subjek dalam penelitian ini adalah penanggung jawab MGMP PKn, kepala sekolah, pengurus dan peserta MGMP PKn Kabupaten Kuningan.

Berdasarkan hasil penelitian, MGMP PKn berperan dalam melaksanakan proses pembelajaran yang kreatif dan inovatif melalui peningkatan profesionalisme guru. Hal ini ditunjukkan dengan upaya yang dilakukan MGMP melalui program pembahasan dan pendalaman materi, kegiatan pembahasan perangkat pembelajaran berupa silabus dan RPP, model-model pembelajaran, media pembelajaran dan lain-lain. Partisipasi guru untuk mengikuti kegiatan MGMP PKn sangat baik karena didukung oleh motivasi yang kuat untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sebagai pendidik profesional, fasilitas yang memadai dan kegiatan MGMP yang bervariatif sehingga membuat guru tidak bosan. Keterlibatan guru di forum MGMP PKn berdampak pada baiknya kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran. Hal ini ditunjukkan


(6)

ABSTRACT

Civics MGMP’s Role In Improving The Performance of Junior High School Teacher Profesionalism (Case Studies of Junior High School Teachers

In The District of Kuningan)

The general purpose of national education is the intellectual life of the nation. One that must be done in order to achieve the life of the nation is to improve the quality of education. Improving the quality of education can not be separated from efforts to improve the quality of teachers as educators. Efforts to improve the quality of education will not meet expected goals without starting with improving the quality of teachers. Improving the quality of teachers do not grow by itself, it takes some effort to provide guidance to teachers. These efforts should continue to be done gradually and continuously to fit the expected goals. One form of guidance to teachers in order to improve its quality as a professional is through MGMP’s. MGMP’s organizing activities aimed at improving creativity and innovation in improving the professionalism of teachers. MGMP's activity can be used as a means to enhance the ability of teachers, which in turn can improve the quality of education.

The preparation of this paper, the issues discussed, among others, first, the role of performance in carrying out the transformation MGMP’s Civics are more creative and innovative in the learning process. Second, Civics MGMP’s efforts in developing and improving the professionalism of teachers.Third, participation in MGMP’s Civics teacher. Fourth, the performance of the teacher in the learning process with the implementation MGMP’s.

This study used a qualitative approach, the case study method. Data collection techniques used in this study in the form of interviews, observation, documentation and literature studies. Subjects in this study were in charge MGMP’s Civics, principals, administrators and participants MGMP’s Civics Kuningan district.

Based on the results of the study, MGMP’s Civics role in carrying out the process of creative learning and innovative through increased professionalism of teachers. This is shown by the efforts made MGMP’s through discussion and vocational programs, learning activities such as discussion of the syllabus and lesson plans, instructional models, instructional media and others. Participation of teachers to participate in Civics MGMP’s very well because it is supported by a strong motivation to improve skills and abilities as a professional educator, adequate facilities and activities MGMP’s are varied so as to make teachers do not get bored. Involvement of teachers in forum Civics MGMP’s good impact on teacher performance in managing the learning process. This is indicated by the good ability of teachers to prepare, implement and evaluate learning activities.


(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ABSTRAK.

BAB I PENDAHULUAN... . 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 9

D. Manfaat Penelitian... 9

E. Penjelasan Istilah... 10

1. Peranan... 11

2. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)... 11

3. Profesionalisme... . 11

4. Guru... 11

F. Susunan Penulisan Skripsi... . 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA... . 13

A. Tinjauan Umum Tentang Kinerja... . 13

1. Pengertian Kinerja... 13

2. Pengukuran Kinerja... . 14

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja... . 15

4. Tolak Ukur Kinerja MGMP... . 17

B. Tinjauan Tentang Organisasi Profesi... . 20

1. Pengertian Organisasi Profesi... . 20

2. Ciri-ciri Organisasi... 21

3. Proses Pembentukan Organisasi... 21

C. Tinjauan Tentang Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)... . 24

1. Pengertian MGMP... . 24

2. Tujuan MGMP... . 26

3. Dasar Hukum dan Latar Belakang MGMP... . 27

a. Dasar Hukum MGMP... . 27

b. Latar Belakang MGMP... . 28


(8)

5. Prinsip MGMP... . 30

6. Kegiatan MGMP... . 31

D. Tinjauan Umum Tentang Profesionalisme Guru... . 33

1. Pengertian Profesi, Profesional, Profesionalisme, Profesionalitas, dan Profesionalisasi... 33

a. Profesi... . 33

b. Profesional... . 34

c. Profesionalisme... . 37

1) Dimensi Profesionalisme... . 38

2) Ciri-ciri Profesionalisme... . 39

d. Profesionalitas... . 40

e. Profesionalisasi... . 42

2. Kemampuan Profesional Guru dalam Proses Pembelajaran di Sekolah... . 42

a. Pengertian Guru... . 43

b. Kompetensi Guru... . 45

c. Kemampuan Profesional Guru... 50

E. Tugas dan Peran Guru dalam Pembelajaran... . 55

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Profesionalisme Guru... . 60

a. Faktor Internal... 61

b. Faktor Eksternal... . 62

G. Upaya-upaya Meningkatkan Kemampuan Profesional Guru... . 63

H. Peran MGMP dalam Meningkatkan Profesionalime Guru... . 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... . 68

A. Pendekatan dan Metode Penelitian... . 68

1. Pendekatan Penelitian... . 68

2. Metode penelitian... . 69

B. Teknik Pengumpulan Data... 70

1. Observasi... . 70

2. Wawancara... 70

3. Studi Dokumentasi... . 71

4. Studi Literatur... . 72

C. Lokasi dan Subjek Penelitian... . 72

D. Prosedur Penelitian... . 73

1. Tahap Pra Penelitian... . 73

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian... . 74

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... . 75


(9)

1. Memperpanjang Masa Observasi... 77

2. Pengamatan Secara Seksama... . 77

3. Triangulasi... . 77

4. Menggunakan Referensi yang Cukup... . 79

5. Mengadakan Member Check... . 79

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... . 80

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian... . 80

B. Deskiripsi Hasil Penelitian... 88

1. Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Melaksanakan Transformasi yang Lebih Kreatif dan Inovatif dalam Proses Pembelajaran... . 88

2. Upaya MGMP PKn dalam Membina Profesionalisme Guru... 91

3. Partisipasi Guru dalam MGMP PKn... . 96

4. Dampak Penyelenggaraan MGMP PKn Terhadap Peningkatan Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran... . 97

C. Pembahasan Hasil Penelitian... . 99

1. Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Melaksanakan Transformasi yang Lebih Kreatif dan Inovatif dalam Proses Pembelajaran... . 99

2. Upaya MGMP PKn dalam Membina Profesionalisme Guru... 102

3. Partisipasi Guru dalam MGMP PKn... . 105

4. Dampak Penyelenggaraan MGMP PKn Terhadap Peningkatan Kinerja Guru dalam Proses Pembelajaran... . 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 112

A. Kesimpulan... . 112

1. Kesimpulan Umum... . 112

2. Kesimpulan Khusus... . 113

B. Saran... . 114

C. Rekomendasi………... . 116

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN: A. Alat Pengumpul Data………... . 122

B. Data Penelitian………. . 131

C. Foto-foto Penelitian………. . 158 kripsi………..


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel

Tabel 4.1. Banyaknya Sekolah, Murid, Guru, dan Rasio Murid-Guru SMP/ MTs Negeri dan Swasta Menurut Kecamatan di

Kabupaten Kuningan... . 81 Tabel 4.2. Guru SMP di Kabupaten Kuningan Berdasarkan Kesesuaian

Mata Pelajaran dan Ijazah... . 83 Tabel 4.3. Kondisi Guru... . 83 Tabel 4.4. Langkah-langkah Analisis Program dan Kegiatan MGMP... 94


(11)

DAFTAR BAGAN

Bagan

Bagan 2.1. Tugas-tugas Guru... . 45 Bagan 4.1. Hubungan dan Alur Kerja MGMP... . 85 Bagan 4.2. Struktur Organisasi MGMP... . 86


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Gambar 3.1. Triangulasi dengan Tiga Sumber Data... . 78 Gambar 3.2. Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data... . 78 Gambar 3.3. Triangulasi dengan Tiga Waktu... . 79


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua negara menempatkan variabel pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama. Pendidikan ditempatkan sebagai bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia serta kualitas sumber daya manusia. Arah pendidikan tersebut dituangkan dalam kebijakan pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.” Untuk itu upaya meningkatkan kualitas pendidikan sangat penting dilakukan oleh setiap penyelenggara pendidikan.

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara dinamis dan berkesinambungan. Kualitas pendidikan bukan sesuatu yang terjadi dengan sendirinya. Kualitas pendidikan merupakan hasil dari suatu proses pendidikan. Jika suatu proses pendidikan berjalan baik, efektif dan efisien, maka terbuka peluang yang sangat besar untuk memperoleh hasil pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan mempunyai kontinum dari rendah ke tinggi sehingga berkedudukan sebagai suatu sistem yang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti kurikulum dan bahan ajar, metode pembelajaran, sarana pendidikan, anggaran, kualifikasi guru dan sebagainya. Sallis (2006: 30-31) menyatakan:


(14)

2

Ada banyak sumber mutu dalam pendidikan, misalnya sarana gedung yang bagus, guru yang terkemuka, nilai moral yang tinggi, hasil ujian yang memuaskan, spesialisasi atau kejuruan, dorongan orang tua, bisnis dan kepemimpinan yang baik dan efektif, perhatian terhadap pelajaran anak didik, kurikulum yang memadai, atau juga kombinasi dari faktor-faktor tersebut.

Hal ini menunjukkan banyaknya sumber mutu dalam bidang pendidikan. Sumber ini dapat dipandang sebagai faktor pembentuk dari suatu kualitas pendidikan atau faktor yang mempengaruhi kualitas pendidikan. Namun dari sekian banyak faktor tersebut, gurulah yang menjadi tolak ukur keberhasilan sebuah pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan tidak dapat dilepaskan dari upaya peningkatan kualitas guru sebagai pendidiknya. Upaya peningaktan kualitas pendidikan tidak akan memenuhi sasaran yang diharapkan tanpa dimulai dengan peningkatan kualitas guru.

Guru merupakan suatu hal yang penting dalam upaya menciptakan sebuah pendidikan yang berkualitas. Kualitas tersebut dapat diukur dari baik tidaknya kinerja guru. Kinerja guru dapat terlihat dari kompeten tidaknya dalam melaksanakan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru di samping kualifikasi akademik. Kompetensi merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas sebagai seorang guru secara profesional yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi ini terbagi ke dalam empat hal yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.

Kompetensi pedagogik ialah kompetensi yang harus dikuasai dalam mengelola pembelajaran. Kompetensi kepribadian ialah kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang mencirikan sikap stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan dan berakhlak mulia. Kompetensi sosial adalah kompetensi yang harus dimiliki guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan di luar lingkungan sekolah. Sedangkan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan seorang guru terhadap materi pelajaran secara mendalam.


(15)

3

Berkaitan dengan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru sebagai tenaga edukatif yang berperan menjalankan tugasnya dengan kompeten dan profesional. Guru tidak hanya melakukan pengajaran atau mentransfer ilmu pengetahuan saja. Guru juga dituntut untuk mampu memberi bimbingan, keteladanan, pelatihan pada peserta didik dan pengabdian pada masyarakat serta melakukan tugas-tugas administratif lainnya. Usman (2010: 8) mengemukakan

bahwa “tugas guru sebagai profesi adalah mendidik, mengajar dan melatih.” Mendidik artinya meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar artinya mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, sedangkan melatih artinya mengembangkan keterampilan pada diri siswa.

Guru profesional memiliki peranan strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003, bahwa:

Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Hal ini dapat dipahami karena gurulah yang langsung berhubungan dengan peserta didik. Pada intinya guru merupakan sentral dari upaya peningkatan mutu pendidikan. Oleh sebab itu upaya untuk membenahi pendidikan akan dan harus melibatkan guru sehingga mampu mencetak guru yang memiliki kompetensi profesional yang baik.

Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,


(16)

4

tanggung jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi diwujudkan melalui kompetensi guru yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, menghargai dirinya serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetensi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugas-tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma-norma agama dan moral.

Surya (Kunandar, 2009: 48) mengemukakan bahwa profesionalisme guru mempunyai makna penting, yaitu: (1) profesionalisme memberikan jaminan perlindungan kepada kesejahteraan masyarakat umum; (2) profesionalisme guru merupakan suatu cara untuk memperbaiki profesi pendidikan yang selama ini dianggap oleh sebagian masyarakat rendah; (3) profesionalisme memberikan kemungkinan perbaikan dan pengembangan diri yang memungkinkan guru dapat memberikan pelayanan sebaik mungkin dan memaksimalkan kompetensinya. Dalam konteks tersebut guru merupakan komponen yang sangat penting dalam sebuah proses pendidikan. Guru adalah sales agent dari lembaga pendidikan. Guru dianggap sebagai kunci dalam menentukan keberhasilan sebuah lembaga pendidikan.

Sementara itu Nurdin (2010: 25) mengemukakan bahwa guru profesional adalah guru yang secara administratif, akademis dan kepribadian telah memenuhi persyaratan dalam bentuk hubungan multidimensional dengan muridnya. Hubungan multidimensional ini merupakan manifestasi dari terpenuhinya persyaratan bagi seseorang untuk menjadi guru profesional.

Guru profesional adalah tuntutan semua pihak terhadap seseorang yang berprofesi sebagai guru. Hanya saja untuk memenuhi persyaratan sebagai guru


(17)

5

profesional belum tercapai sebagaimana yang menjadi tuntutan semua pihak. Profesionalisme guru saat ini masih menjadi isu perbincangan di kalangan masyarakat.

Profesionalisme dan kualitas guru sebagai tenaga pendidik masih dianggap rendah. Berkaitan dengan masalah rendahnya kualitas guru tersebut, fenomena yang terjadi sekarang adalah masih adanya guru yang bukan berasal dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan tidak memiliki sertifikat profesi. Tidak sedikit sekolah yang kekurangan guru menempatkan orang yang kurang tepat untuk menjadi guru, misalnya karena terdesak oleh kebutuhan tenaga pendidik, maka orang yang bukan berlatar belakang pendidikan guru pun diangkat menjadi guru. Seperti di Kabupaten Kuningan, seorang sarjana ekonomi diangkat menjadi guru PKn. Seyogiannya orang tersebut tidak akan memahami aspek-aspek kependidikan yang harus dikuasai oleh seorang guru.

Gambaran empirik di lapangan menunjukan pula bahwa para guru SMP di Kabupaten Kuningan ternyata dari sisi profesionalismenya masih perlu ditingkatkan dan dikembangkan lagi. Hal ini tercermin dari kualifikasi pendidikan yang dimiliki sebagian guru di Kabupaten Kuningan. Kualifikasi guru pendidikan dasar khususnya pada jenjang SMP belum semua terpenuhi. Masih ada guru yang memiliki kualifikasi akademik di bawah ketentuan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang mensyaratkan kualifikasi akademik guru sekurang-kurangnya S1 atau D-IV. Selain itu juga, distribusi guru belum merata baik antar kecamatan maupun antar mata pelajaran.

Persentase guru yang memiliki kualifikasi pendidikan D3 sebesar 2,6%, S1 sebesar 89,8%, S2 sebesar 6,4% dan S3 sebesar 1,2% (Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan, 2012). Selain itu, terdapat variasi mengajar pada guru. Sebagian guru cenderung hanya sebagai pengajar, proses pembelajaran terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis dan guru cenderung lebih


(18)

6

berorientasi pada nilai ujian akhir. Di samping itu, guru masih mempertahankan penggunaan metode konvensional yang monoton. Contohnya penggunaan metode ceramah atau metode diskusi dalam pelajaran PKn. Pelajaran PKn diidentikan dengan pelajaran yang memuat konsep-konsep atau materi-materi yang siapapun dapat menguasainya karena pengajarannya pun terbatas pada kemampuan menyampaikan materi dengan membacakan buku teks pelajaran dan menggunakan metode ceramah. Metode tersebut membuat siswa cepat lupa dengan materi yang telah diberikan, timbul rasa bosan, jenuh bahkan mengantuk yang kemudian akibatnya siswa mengobrol saat jam pelajaran berlangsung, melamun dan tidak memperhatikan guru.

Di samping itu, aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah dan kegiatan akademik lainnya dirasakan masih minim. Sementara itu, perubahan-perubahan, pembaharuan serta IPTEK yang terus berkembang menuntut guru untuk dapat beradaptasi dan mensejajarkan diri sesuai dengan tuntutan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Masalah-masalah tersebut mencerminkan sisi keprofesionalan seorang guru masih perlu ditingkatkan.

Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan, seminar, dan bentuk penataran lainnya. Peningkatan kemampuan tersebut dapat berupa pelatihan-pelatihan dan pengembangan-pengembangan yang umumnya berupa education and training, on the job training dan in service training yang salah satunya adalah melalui pelaksanaan kegiatan musyawarah guru mata pelajaran (Suparlan, 2005:163).

Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Depdiknas (2008), bahwa: Alternatif program pengembangan profesionalisme guru antara lain program penyetaraan dan sertifikasi, program pelatihan terintegrasi berbasis kompetensi, program supervisi pendidikan, program pemberdayaan MGMP, simposium guru, program pelatihan tradisional, membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah, berpartisipasi dalam pertemuan ilmiah, melakukan penelitian, magang, mengikuti berita aktual dari media pemberitaan, berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi serta menggalang kerja sama dengan teman seprofesi.


(19)

7

Musyawarah guru mata pelajaran yang kemudian disebut MGMP merupakan bagian dari gerakan mandiri guru dalam meningkatkan kualitas mengajar di sekolah menengah. Dalam aktivitasnya, MGMP menjadi tumpuan penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi anggota dalam hal-hal peningkatan kompetensi. MGMP menjadi mitra pemerintah dalam upaya meningkatkan kompetensi bidang pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Di samping itu, lembaga pembinaan profesional guru mendorong terjadinya hubungan sosial yang sehat antar guru, semangat belajar dan kecintaan terhadap tugasnya.

Pelaksanaan pemberdayaan forum tersebut diharapkan dapat mendukung secara optimal peningkatan kemampuan profesional guru. MGMP yang merupakan wadah kegiatan guru mata pelajaran sejenis sangat strategis guna memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh guru. Sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Depdiknas (2004: 3), kegiatan tersebut bertujuan untuk:

1. Tujuan umum:

Meningkatkan kreativitas dan inovasi dalam meningkatkan profesionalisme guru.

2. Tujuan khusus:

a. Memperluas wawasan dan pengetahuan guru mata pelajaran dalam upaya mewujudkan pembelajaran yang efektif dan efisien. b. Mengembangkan kultur kelas yang kondusif sebagai tempat

proses pembelajaran yang menyenangkan, mengasyikan dan mencerdaskan siswa.

c. Membangun kerja sama dengan masyarakat sebagai mitra guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

Kegiatan MGMP tersebut diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk meningkatkan kemampuan guru, yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini sebagaimana langkah strategis dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru PKn di Kabupaten Kuningan melalui peningkatan peranan kinerja MGMP PKn. Terutama untuk menyamakan persepsi, substansi materi, pemilihan metode dan penentuan pola evaluasi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dan kondisi yang ada, mengingat mata pelajaran PKn ini bersifat


(20)

8

dinamis dan melibatkan objek manusia, serta bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik.

Kehadiran MGMP sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru. Dengan melihat kondisi guru di lapangan yang sangat bervariasi dilihat dari latar belakang pendidikan, pangkat dan golongan, masa kerja, pengalaman mengajar, serta keadaan wilayah, diharapkan kegiatan MGMP tersebut dapat meningkatkan kemampuan guru. Kemudian pada akhirnya akan berpengaruh positif terhadap kinerja guru dalam menjalankan fungsinya. Dengan adanya kegiatan MGMP, diharapkan apa yang menjadi persoalan guru di lapangan dapat terpecahkan.

Hal-hal tersebut cukup menjadi gambaran bahwa profesionalisme guru belum dapat dilaksanakan dengan baik. Keadaan ini harus diatasi sedini mungkin agar tidak menjadi sebuah permasalahan yang berlarut-larut, yang kemudian akan berdampak pada rendahnya kualitas guru. Oleh karena itu, pengelolaan MGMP harus dilaksanakan secara terpadu dan sistematis.

Bertolak dari pemikiran di atas, penelitian ini berupaya mengangkat permasalahan profesionalisme guru melalui peranan MGMP, yang dirumuskan dalam judul penelitian “PERANAN KINERJA MGMP PKN DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU SMP (Studi Kasus Terhadap Guru SMP di Kabupaten Kuningan).”

B. Rumusan Masalah

Memperhatikan permasalahan sebagaimana pada latar belakang di atas,

maka rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah “bagaimanakah

peranan kinerja MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru SMP?”. Supaya penelitian ini lebih terarah dalam operasionalisasinya maka rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa sub masalah, yaitu :

1. Bagaimanakah peranan kinerja MGMP PKn dalam melaksanakan transformasi yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran?


(21)

9

2. Bagaimanakah upaya MGMP PKn dalam membina dan meningkatkan profesionalisme guru?

3. Bagaimanakah partisipasi guru dalam MGMP PKn yang berkaitan dengan sikap profesionalisme?

4. Bagaimanakah kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan adanya penyelenggaraan MGMP?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan penelitian berkaitan dengan rumusan masalah yang diajukan. Berdasarkan rumusan masalah yang diajukan pada penelitian ini, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan kinerja MGMP PKn dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru SMP. 2. Tujuan Khusus

Sedangkan secara khusus penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui peranan kinerja MGMP PKn dalam melaksanakan transformasi yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran.

b. Untuk mengetahui upaya MGMP PKn dalam membina dan meningkatkan profesionalisme guru.

c. Untuk mengetahui partisipasi guru dalam MGMP PKn yang berkaitan dengan sikap profesionalisme.

d. Untuk mengetahui kinerja guru dalam proses pembelajaran dengan adanya penyelenggaraan MGMP.

D. Manfaat Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan bermanfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.


(22)

10

1. Secara Teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pembinaan dan peningkatan profesionalisme guru di tingkat pendidikan dasar dan menengah. Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan mengakibatkan perlunya pembinaan dan pelatihan profesionalisme guru yang efektif dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah menengah pertama.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan, seperti :

a. Bagi Peneliti

Memperluas wawasan peneliti khususnya yang berkaitan dengan kemampuan profesionalisme guru melalui penyelenggaraan kegiatan MGMP. b. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan masukan untuk meningkatkan kompetensi guru serta memperbaiki kemampuan profesionalismenya dalam proses pembelajaran di sekolah.

c. Bagi Kepala Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan dalam mengambil kebijakan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran melalui MGMP. d. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran sesuai dengan standar pelayanan minimal dalam rangka penjaminan mutu pendidikan nasional.

E. Penjelasan Istilah

Sebagai acuan untuk berpikir dalam menganalisa permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka dipandang perlu untuk merumuskan definisi istilah-istilah yang ada pada penelitian sebagai berikut:


(23)

11

1. Peranan

Peranan adalah aspek yang dinamis dan status. Peranan seseorang adalah seluruh peranan yang ia lakukan sebagai suatu kebulatan kepada masyarakat dan apa yang diharapkan dari masyarakat itu.

2. MGMP

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) adalah forum atau wadah kegiatan guru mata pelajaran sejenis pada jenjang SLTP untuk masalah-masalah dan penyempurnaan proses belajar mengajar yang meliputi berbagai hal seperti menghilangkan perbedaan penguasaan materi pelajaran antar guru, antar wilayah, perbaikan metode penyajian, penggunaan media dan alat pelajaran, sistem evaluasi belajar serta hal-hal lain yang secara langsung menunjang terlaksananya kegiatan proses belajar mengajar.

3. Profesionalisme

Istilah profesional berasal dari kata profesi, yaitu pekerjaan yang mensyaratkan pelatihan dan penguasaan pengetahuan tertentu dan biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik dan proses sertifikasi serta izin atau lisensi resmi. Istilah profesi juga diartikan sebagai suatu pekerjaan yang memiliki karakteristik adanya praktek yang ditunjang dengan teori, pelatihan, kode etik yang mengatur perilaku, dan punya otonomi yang tinggi dalam pelaksanaan pekerjaannya.

Istilah profesionalisme berarti sifat yang ditampilkan dalam perbuatan, dan ada komitmen untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam melakukan pekerjaan sesuai profesinya. (Alma, 2009:133)

4. Guru

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional yang mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.


(24)

12

F. Susunan Penulisan Skripsi

Pada skripsi ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian di lapangan, dimulai dengan bab pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, dan susunan penulisan skripsi.

Pada bab berikutnya, penulis akan menguraikan mengenai landasan teoretis masalah yang berkaitan dengan penelitian yaitu peranan kinerja MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru di Kabupaten Kuningan. Uraian mengenai landasan teoretis ini mempunyai kedudukan penting guna membekali atau dapat dijadikan pijakan bagi peneliti dalam melakukan penelitian.

Pada bab ketiga, penulis akan memaparkan mengenai pendekatan dan metode penelitian. Penelitan ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian studi kasus di Sekretariat MGMP PKn Kabupaten Kuningan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk wawancara, observasi, dokumentasi dan studi literatur. Dimana yang menjadi narasumbernya adalah penanggung jawab MGMP, kepala sekolah, pengurus MGMP serta guru sebagai peserta MGMP dan sumber dari referensi-referensi yang relevan dengan penelitian ini. Dengan menggunakan metode triangulasi, pemeriksaan data dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda.

Pada bab keempat, penulis akan memaparkan data yang diperoleh dan membahasnya satu per satu terutama yang berkaitan dengan peranan kinerja MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru SMP. Bab berikutnya, bab kelima merupakan penutup. Dalam skripsi ini, pada bagian ini penulis menyimpulkan uraian sebelumnya dan memberikan saran mengenai peranan kinerja MGMP PKn tersebut kepada berbagai pemangku kepentingan yang berkiprah di dunia pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan MGMP PKn.


(25)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada dua alasan. Pertama, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian mengenai peranan kinerja MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual. Kedua, pemilihan pendekatan ini didasarkan pada keterkaitan masalah yang dikaji dengan sejumlah data primer dari subjek penelitian yang tidak dapat dipisahkan dari latar alamiahnya. Di samping itu, pendekatan kualitatif mempunyai adaptabilitas yang tinggi sehingga memungkinkan penulis senantiasa menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi selama penelitian berlangsung, mengingat permasalahan dalam penelitian ini membutuhkan sejumlah data lapangan yang sifatnya aktual dan kontekstual.

Seperti yang diungkapkan oleh Bodgan dan Taylor (Moleong, 2008: 4)

bahwa “metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”

Lebih lanjut David Williams (Moleong, 2008: 5) menjelaskan bahwa

“penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan

menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah.”

Penelitian kualitatif berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, rancangan


(26)

69

penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati baik oleh peneliti maupun subjek penelitian.

2. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara yang digunakan untuk memperoleh kelengkapan data yang diperlukan guna memecahkan masalah yang diteliti dengan menggunakan teknik dan alat tertentu. Dengan kata lain metode penelitian merupakan proses dan prinsip-prinsip yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban.

Metode penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus. Studi kasus yaitu suatu metode khusus dari studi kelompok kecil yang memusatkan kajiannya pada perubahan yang terjadi dari waktu ke

waktu. Sebagaimana diungkapkan Arikunto (2006: 142) bahwa “studi kasus

merupakan suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinici, dan mendalam terhadap suatu organisasi, lembaga, atau lembaga tertentu.” Lebih lanjut Arikunto (2006: 142) menyatakan bahwa metode studi kasus dapat digunakan untuk mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauh mana dan sebagainya. Maka penelitian ini bersifat menjelaskan dan menerangkan sesuatu secara mendalam. Sementara Creswell (1998) menjelaskan bahwa “suatu penelitian dapat disebut sebagai penelitian studi kasus apabila proses penelitiannya dilakukan secara mendalam dan menyeluruh terhadap kasus yang diteliti.” Studi kasus biasanya digunakan bila penelitian mencoba memahami masalah organisasi yang rumit atau penyebab kerancuan atau pengaruh perubahan. Pada pokoknya, cara ini memungkinkan peneliti memusatkan perhatian pada sesuatu yang cukup dapat ditangani untuk dimengerti segala kerumitannya.

Berdasarkan hal tersebut, metode studi kasus digunakan dengan harapan penelitian ini dapat mengungkapkan sejumlah fakta terkait peningkatan profesionalisme guru melalui wadah MGMP di Kabupaten Kuningan.


(27)

70

B. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Selanjutnya dikembangkan instrumen sederhana, yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik observasi, wawancara, studi dokumentasi dan studi literatur.

1. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera. Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti. Dalam proses observasi ini, peneliti dapat mengamati situasi-situasi yang ada di lapangan dengan mencatat apa-apa yang dianggap penting guna menunjang terhadap tujuan penelitian. Observasi ini memberikan kemudahan terutama dalam hal memperoleh data lapangan.

Sejalan dengan yang dikemukakan Moleong (2008: 175) :

Pengamatan mengoptimalkan kemampuan peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian, hidup pada saat itu, menangkap arti fenomena dari segi pengertian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek pada keadaan waktu itu. Pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama, baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek.

Observasi merupakan langkah awal untuk memperoleh data yang diperlukan, dengan melakukan observasi peneliti dapat memperoleh suatu gambaran yang lebih jelas tentang masalah yang diteliti dan dapat memberikan deskripsi mengenai gambaran umum objek yang akan diteliti. Selain itu peneliti dapat mengamati secara langsung peristiwa yang terjadi. Peneliti juga dapat memperoleh gambaran data secara faktual sesuai keadaan di lapangan.

2. Wawancara


(28)

71

oleh dua pihak, yaitu pihak pewawancara dan pihak yang diwawancara. Pihak pewawancara biasanya disebut interviewer, sedangkan yang diwawancarai dikenal dengan sebutan responden. Seperti yang dikemukakan oleh Moleong (2008: 186) bahwa:

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terbuka, bersifat luwes, susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah saat wawancara berlangsung, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat wawancara serta responden yang dihadapi. Melalui wawancara ini diharapkan dapat diperoleh bentuk-bentuk informasi tertentu dari semua responden dengan susunan kata dan urutan yang disesuaikan dengan ciri-ciri setiap responden.

Metode ini memungkinkan responden untuk menggunakan istilah-istilah mereka sendiri mengenai fenomena yang diteliti sehingga mereka tidak hanya sekedar menjawab pertanyaan. Peneliti menjadikan wawancara sebagai bentuk pengumpulan data utama yang dibutuhkan untuk memperkuat data tentang MGMP, peranan, serta kebermanfaatannya dalam meningkatkan profesionalisme guru. Adapun dalam penelitian ini wawancara dilakukan kepada pengawas mata pelajaran PKn selaku penanggung jawab MGMP PKn Kabupaten Kuningan, tiga orang kepala sekolah, dua orang pengurus MGMP, dan tiga orang peserta MGMP. 3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan salah satu sumber data penelitian kualitatif. Moleong (2008: 161) mengemukakan bahwa “… dokumen sebagai sumber data untuk menguji, menafsirkan bahkan meramalkan.” Sementara itu Arikunto (2006:

236) mengungkapkan bahwa “metode dokumentasi merupakan salah satu cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya.”

Studi dokumentasi dimaksudkan untuk memperoleh data empirik yang relevan dengan masalah yang sedang diteliti. Data yang diperoleh melalui kajian dokumentasi ini dapat dipandang sebagai narasumber yang dapat menjawab


(29)

72

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Jadi melalui studi dokumentasi ini, hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan dalam penelitian tentang berbagai masalah yang dikaji dapat diperkuat kebenarannya. 4. Studi Literatur

Studi literatur adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari buku-buku sumber untuk mendapatkan data dan informasi teoretis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini memperkuat landasan peneliti juga melengkapi hasil penelitian yang peneliti lakukan.

Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai macam sumber dan literatur buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Teknik penelitian ini digunakan dengan jalan membaca, menelaah, mempelajari teori-teori atau konsep-konsep yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Hal ini sengaja dilakukan untuk mendapatkan konsep-konsep dan teori-teori yang berkaitan erat dengan masalah penelitian dan dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran dalam penulisan skripsi ini sehingga akan diperoleh relevansi (keterkaitan) antar teori dengan tujuan penelitian.

Peneliti berusaha mencari data berupa teori-teori, pengertian-pengertian dan uraian-uraian yang dikemukakan oleh para ahli sebagai landasan teoretis, khususnya mengenai masalah-masalah yang sejalan dengan penelitian ini agar dapat dijadikan kerangka pemikiran juga dijadikan landasan di dalam penelitian ini.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di tempat berlangsungnya penyelenggaraan kegiatan MGMP PKn Kabupaten Kuningan. Dipilih karena merupakan salah satu pusat pelaksanaan kegiatan MGMP yang cukup aktif, sehingga memungkinkan peneliti untuk mengadakan penyelidikan mengenai masalah yang dimaksud di atas.

Subjek penelitian pada penelitian ini lebih ditekankan pada subjek data yang dapat memberikan data informasi untuk tujuan penelitian, yaitu pihak-pihak


(30)

73

dengan purpose atau tujuan tertentu. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moleong (2008: 224) bahwa “… pada penelitian kualitatif tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample).”

Subjek penelitian yang dijadikan sumber data meliputi: penanggung jawab MGMP, kepala sekolah, pengurus MGMP dan guru/ peserta MGMP. Tetapi tidak menutup kemungkinan didapatnya data-data selain dari sumber data yang telah ditetapkan di atas, selama data tersebut dapat menunjang keberhasilan penyelidikan dalam penelitian ini.

D. Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian yang ditempuh peneliti terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Tahap Pra Penelitian

Pada tahap ini yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti untuk menyesuaikan keperluan dan fokus penelitian yang akan diteliti sebagai usulan penelitian sementara, sebab penelitian ini dapat berubah sewaktu-waktu sesuai dengan keadaan di lapangan sebagaimana penelitian kualitatif pada umunya.

b. Menentukan dimana lokasi penelitian akan dilakukan dengan cara mencari informasi dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuningan.

c. Mengajukan surat permohonan izin mengadakan penelitian kepada Ketua Jurusan PKn FPIPS UPI.

d. Setelah memperoleh surat izin dari ketua jurusan PKn FPIPS UPI kemudian diteruskan untuk mendapatkan izin dari Dekan FPIPS UPI. e. Setelah mendapatkan surat izin dari Dekan FPIPS UPI melalui

Pembantu Dekan I, peneliti meneruskan dengan meminta rekomendasi izin penelitian dari Kepala BAAK UPI yang secara kelembagaan mengatur segala jenis urutan administratif dan akademis.


(31)

74

f. Berdasarkan surat izin Rektor UPI melalui Pembantu Rektor I, peneliti meneruskan perizinan kepada Kepala Badan Kesatuan Bangsa Kabupaten Kuningan.

g. Setelah mendapatkan surat izin dari Kepala Badan Kesatuan Bangsa Kabupaten Kuningan, peneliti meneruskan perizinan kepada Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuningan.

h. Setelah mendapatkan surat izin dari Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kuningan, peneliti meneruskan perizinan kepada Ketua MGMP Kabupaten Kuningan.

i. Ketua MGMP Kabupaten Kuningan memberikan surat izin untuk melaksanakan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap pra penelitian selesai dilakukan, peneliti mulai mengadakan penelitian lapangan dengan berpedoman pada instrumen yang sudah ditentukan sebelumnya. Selain mengumpulkan hasil observasi di lapangan, peneliti juga melakukan pengumpulan data dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menghubungi pengurus MGMP PKn dan kepala sekolah untuk memperoleh informasi dan meminta izin melaksanakan penelitian. b. Melakukan pengamatan dan mencatat kegiatan-kegiatan atau

gejala-gejala yang penting dan mendukung terhadap masalah yang diteliti. c. Menentukan responden yang akan diwawancara.

d. Menghubungi responden yang akan diwawancara.

e. Mengadakan wawancara dengan responden sesuai dengan kesepakatan sebelumnya.

f. Melakukan studi dokumentasi dan membuat catatan yang diperlukan dan dianggap berkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

Setelah selesai mengadakan wawancara, peneliti menuliskan kembali data yang terkumpul ke dalam catatan lapangan dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data secara lengkap. Data yang diperoleh dari hasil wawancara, disusun dalam bentuk lengkap setelah didukung oleh dokumen lainnya. Proses


(32)

75

pengumpulan data terus dilakukan sampai tidak memperoleh kembali informasi baru.

3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini, data yang diperoleh adalah berupa kata-kata yang diperoleh dari berbagai sumber melalui pengamatan, wawancara, dan dokumentasi sehubungan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kualitatif. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Bodgan dan Taylor

(Moleong: 4) bahwa “penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.”

Analisis data yang telah diperoleh peneliti digambarkan dalam keadaan objektif di lapangan, artinya data yang terkumpul diolah dan dihubungkan dengan masalah pokok yang kemudian akan dianalisis dan diinterpretasikan serta dideskripsikan untuk mendapatkan kesimpulan yang tepat. Peneliti mengutip pendapat Sugiyono (2008: 246) mengemukakan langkah-langkah analisis data yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperolah dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.


(33)

76

2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan mempermudah untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya disarankan, dalam melakukan display data, selain dengan teks naratif, juga dapat berupa grafik, matrik, dan chart.

3. Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ketiga dalam analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Dari data yang diperoleh sejak mulanya mengambil kesimpulan. Kesimpulan itu mula-mula masih sangat tentative, kabur, diragukan, akan tetapi dengan bertambahnya data, maka kesimpulan itu lebih grounded. Jadi kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data dari berbagai sumber yaitu dari wawancara, angket, pengamatan terhadap gejala-gejala yang terjadi, pengamatan terhadap peran dan kegiatan-kegiatan MGMP, studi berbagai dokumen seperti foto-foto, studi dokumen seperti surat-surat keputusan atau dasar hukum, dan lain sebagainya.

E. Validitas Data

Penelitian kualitatif sering kali diragukan dalam hal keabsahan datanya (validitas data), oleh sebab itu dibutuhkan cara untuk dapat memenuhi kriteria kredibilitas data. Beberapa cara dapat dilakukan untuk mengusahakan agar kebenaran hasil penelitian dapat dipercaya. Dalam penelitian tentang peranan kinerja MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru ini, cara yang dilakukan adalah sebagai berikut:


(34)

77

1. Memperpanjang masa observasi

Untuk memeriksa absah tidaknya suatu data penelitian, perpanjangan masa observasi peneliti di lapangan, akan mengurangi kebiasan suatu data karena dengan waktu yang lebih lama di lapangan, peneliti akan mengetahui keadaan secara mendalam serta dapat mengkaji ketidakbenaran data, baik yang disebabkan oleh diri peneliti itu sendiri ataupun oleh subjek penelitian.

Usaha peneliti dalam memperpanjang waktu penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang sahih (valid) dari sumber data adalah dengan meningkatkan intensitas pertemuan dan menggunakan waktu yang seefisien mungkin. Misalnya pertemuan hanya berupa percakapan informal, hal ini dimaksudkan agar peneliti lebih memahami kondisi sumber data.

2. Pengamatan secara seksama

Pengamatan secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang peranan kinerja MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru SMP di Kabupaten Kuningan.

3. Triangulasi

Triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya pada saat yang berbeda, atau membandingkan data yang diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang berbeda. Hal ini dilakukan untuk mengecek atau membandingkan data penelitian yang dikumpulkan.

Triangulasi dalam penelitian ini dilakukan terhadap informasi yang diberikan oleh pengurus MGMP, kepala sekolah dan guru/ peserta MGMP tentang fokus penelitian agar memperoleh kebenaran atas informasi yang diperoleh. Dalam hal ini triangulasi terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu.

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Seperti pengurus MGMP, kepala sekolah dan guru/ peserta MGMP. Kemudian dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut.


(35)

78

Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan tiga sumber data tersebut.

Pengurus MGMP Kepala Sekolah

Guru/ peserta MGMP

Gambar 3.1 triangulasi dengan tiga sumber data Sumber: Metode Penelitian Pendidikan.Sugiyono

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Seperti dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi. Bila dengan tiga data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

Wawancara Observasi

Dokumentasi

Gambar 3.2 triangulasi dengan tiga teknik pengumpulan data Sumber: Metode Penelitian Pendidikan.Sugiyono

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, akan memeberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.


(36)

79

Siang Sore

Pagi

Gambar 3.3 triangulasi dengan tiga waktu Sumber: Metode Penelitian Pendidikan.Sugiyono

Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

4. Menggunakan referensi yang cukup

Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi berupa catatan hasil wawancara dengan subjek penelitian, foto-foto dan sebagainya yang diambil dengan cara yang tidak menggangu atau menarik perhatian informan, sehingga informasi yang diperlukan akan diperoleh dengan tingkat kesahihan yang tinggi.

5. Mengadakan member check

Seperti halnya pemeriksaan data yang lain, member check juga dimaksudkan untuk memeriksa keabsahan data. Member check dilakukan setiap akhir kegiatan wawancara, dalam hal ini peneliti berusaha mengulangi kembali garis besar hasil wawancara berdasarkan catatan yang dilakukan peneliti. Member check ini dilakukan agar informasi yang diperoleh dapat digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan/ sumber data.


(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan

mengenai studi tentang “Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Meningkatkan

Profesionalisme Guru SMP (Studi Kasus Terhadap Guru SMP di Kabupaten

Kuningan)” dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: A.Kesimpulan

1. Kesimpulan Umum

Untuk meningkatkan profesionalisme guru PKn di Kabupaten Kuningan, diperlukan peran dari MGMP PKn. Peran MGMP PKn tersebut diantaranya adalah 1) sebagai wadah penyebaran informasi, inovasi dan pembinaan guru, 2) sebagai wahana pembelajaran PKn bagi para guru, 3) wahana menumbuhkan semangat kerja sama secara kompetitif di kalangan anggota MGMP dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa, 4) fasilitator program pelatihan dan pengembangan profesi, 5) membangun sistem kesejahteraan guru berbasis prestasi dan lain-lain.

Adapun peran tersebut perlu dioptimalkan, karena pada hakikatnya MGMP merupakan pusat ajar bagi semua guru, diharapkan dapat menjadi tempat mengaktualisasikan diri, karena dalam MGMP guru dapat menjadi pembimbing dan yang dibimbing, sehingga dapat diadakan kegiatan mengevaluasi dan yang dievaluasi. Dengan demikian, diharapkan dapat terciptanya peningkatan profesionalisme guru.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan berbagai peran MGMP tersebut yaitu melalui: pertama, adanya kinerja dan manajemen kegiatan MGMP PKn yang baik dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dan siswa di lapangan. Kedua, adanya pembinaan profesionalisme guru secara berkelanjutan. Ketiga, memberi dorongan beserta motivasi kepada guru tentang arti penting peningkatan profesionalisme guna meningkatkan kompetensi guru bagi


(38)

113

dengan adanya ketentuan yang dikeluarkan oleh Depdiknas dan SK Bupati Kuningan yang mengharuskan guru mengikuti pelaksanaan kegiatan MGMP. Dengan penerapan aturan tersebut diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru PKn di Kabupaten Kuningan.

2. Kesimpulan Khusus

Secara khusus penelitian ini dapat dirumuskan ke dalam beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

a. Peranan kinerja MGMP PKn di Kabupaten Kuningan sudah baik. Kegiatan MGMP telah memberikan kontribusi dan pencerahan kepada guru yang tergabung dalam MGMP. Banyak guru yang telah merasakan manfaat dari keikutsertaan mereka dalam kegiatan MGMP, kegiatan MGMP yang meliputi pembinaan profesionalisme guru, pembuatan perangkat pembelajaran yang mencakup tata cara pembuatan silabus, RPP, pendalaman materi dan sebagainya sangat membantu guru dalam memecahkan permasalahan dan kesulitan yang dihadapi selama melaksanakan tugas pokoknya sebagai guru di sekolah, misalnya mengenai prosedur yang harus dilaksanakan dalam melakukan suatu proses penilaian. Dari pembuatan soal sampai tindak lanjut dari proses penilaian itu sendiri. Maka setelah mengikuti MGMP, kesulitan-kesulitan itu dapat teratasi. Dengan demikian, guru menjadi lebih percaya diri dalam melaksanakan tugas kependidikan di lapangan. Di samping itu, MGMP PKn Kabupaten Kuningan menunjukkan salah satu keberhasilan yang telah dicapai, yaitu adanya kesamaan persepsi dalam pembuatan kisi-kisi soal ujian sekolah, serta adanya peningkatan jumlah peserta MGMP PKn.

b. Upaya yang dilakukan oleh MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah dengan pembinaan profesionalisme guru secara berkelanjutan dan pemberian motivasi terhadap guru. Selain itu diadakan workshop pengembangan kompetensi guru, seminar, studi banding, best practice, riil teaching, peer teaching, penulisan karya tulis ilmiah dan PTK.

c. Partisipasi guru dalam kegiatan MGMP PKn sudah baik. Namun perlu lebih ditingkatkan karena dalam rangka membina profesionalisme guru tersebut memerlukan sebuah proses yang cukup lama dan tahapan-tahapan tertentu. Hal


(39)

114

tersebut tidak terlepas dari berbagai hambatan, diantaranya pertama, karena faktor guru itu sendiri, yakni rasa malas yang ada pada diri guru. Kedua, sebagian guru belum memiliki kemauan dan kesadaran akan pentingnya peningkatan profesionalisme guru sehingga guru bersikap acuh. Ketiga, MGMP masih dianggap sebagai kegiatan yang membosankan.

d. Dengan adanya upaya peningkatan profesionalisme guru melalui wadah MGMP, kinerja mengajar guru PKn di Kabupaten Kuningan bisa dikatakan sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam merencanakan pembelajaran, kemampuan dalam melaksanakan proses pembelajaran, dan kemampuan dalam mengevaluasi pembelajaran yang baik. Kondisi tersebut diupayakan untuk terus ditingkatkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang berkualitas.

B.Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian yang telah diuraikan di atas, maka melalui skripsi ini penulis akan mengemukakan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:

1. Kinerja MGMP PKn dalam meningkatkan profesionalisme guru khususnya di Kabupaten Kuningan hendaknya lebih ditingkatkan lagi, baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya. Untuk itu, penyelenggaraan kegiatan MGMP perlu dilakukan secara terencana, sistematis, berjenjang dan berkelanjutan. di samping itu, MGMP harus memperhatikan kesiapan cara kerja yang optimal sehingga MGMP tidak hanya berfungsi sebagai wadah untuk bertukar informasi sesama guru, akan tetapi MGMP juga harus mampu membuka peluang untuk memiliki guru-guru yang lebih profesional dan kompeten, sehingga mutu dan relevansi pendidikan semakin meningkat. Cara kerja MGMP tersebut salah satunya dapat ditunjukkan melalui pembuatan program kegiatan secara matang, persiapan pelaksanaan kegiatan, sampai bentuk evaluasi kegiatan. Program MGMP harus dibuat sesuai dengan tuntutan kurikulum, kebutuhan siswa, kemampuan guru di lapangan dan


(40)

permasalahan-115

perlu dipersiapkan oleh pengurus MGMP sebelum pelaksanaan program MGMP dimulai diantaranya adalah:

a. Pengaturan jadwal MGMP yang efektif.

b. Tempat kegiatan MGMP, yang diatur secara bergantian dari satu sekolah ke sekolah lainnya.

c. Narasumber yang merupakan pakar dari perguruan tinggi.

d. Memperbaiki program yang dianggap tidak sesuai dengan kebutuhan guru di lapangan.

e. Tema-tema kegiatan yang akan dibahas dalam program MGMP disajikan secara menarik sesuai dengan kebutuhan guru di lapangan.

f. Melihat permasalahan yang ditemui guru untuk dibuatkan prioritasnya, kemudian mendaftarnya dalam daftar permasalahan yang dialami guru di sekolah masing-masing.

2. Dalam rangka meningkatkan profesionalisme guru, MGMP harus lebih mengoptimalkan seluruh peran dan fungsi, cara kerja dan program kegiatan agar mampu merangkul seluruh guru dan melakukan pemerataan pembinaan profesionalisme guru tersebut terhadap guru baik yang berada di kota maupun di daerah-daerah. MGMP harus terus berupaya melakukan pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life education), penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi minimum pendidikan, mengadakan pengembangan diri dan motivasi, serta melakukan pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya. Dengan demikian, peningkatan profesionalisme guru yang selama ini telah diupayakan secara bersama-sama akan dapat terlaksana dengan baik.

3. Tidak semua guru dapat berkinerja dengan baik. Banyak diantara mereka mengalami berbagai permasalahan yang mengakibatkan kualitas proses pembelajaran rendah. Untuk itu, kehadiran MGMP diharapkan dapat banyak membantu permasalahan-permasalahan tersebut, walaupun kondisi di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa guru yang enggan berpartisipasi secara aktif dalam MGMP. Namun disinilah tugas MGMP untuk terus memotivasi dan membangun kemauan pada diri guru untuk mengikuti


(41)

116

MGMP serta menumbuhkan kesadaran pada guru bahwa kegiatan MGMP pada hakikatnya dapat memberikan kontribusi dan pencerahan kepada guru-guru yang tergabung di dalamnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh MGMP guna merangsang minat guru untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan MGMP diantaranya dapat melalui pengaturan jadwal MGMP yang efektif, tempat kegiatan MGMP yang diatur secara bergantian dari satu sekolah ke sekolah lainnya, narasumber yang merupakan pakar dari perguruan tinggi, serta tema-tema kegiatan yang akan dibahas dalam program MGMP disajikan secara menarik sesuai dengan kebutuhan guru di lapangan. Hal tersebut diharapkan nantinya dapat menarik minat guru sehingga dari waktu ke waktu partisipasi guru dalam MGMP dapat terus meningkat.

4. Melalui penyelenggaraan kegiatan MGMP, guru dapat meningkatkan profesionalismenya saat melakukan tugasnya sebagai seorang pendidik bagi siswanya di sekolah. Hal ini terbukti lewat kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas, kemampuan penguasaan materi secara mendalam, penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif dan menggagas kreatifitas serta kemampuan guru dalam melaksanakan tugas kependidikannya di lingkungan sekolah. Akan tetapi, kondisi demikian hendaknya tidak serta merta membuat guru cepat merasa puas atas kinerja yang dilakukannya dan prestasi yang diraihnya selama ini, dalam hal ini MGMP hanya berperan sebagai perantara dan wadah yang menjembatani guru untuk lebih menggali kompetensi-kompetensi yang dimilikinya. Selanjutnya guru harus lebih berupaya untuk mengaktualisasikan dirinya ke dalam perubahan pendidikan yang semakin maju agar dirinya mampu meningkatkan kemampuan profesionalnya

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan saran penelitian yang telah diuraikan di atas, maka melalui skripsi ini penulis akan mengemukakan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut:


(42)

117

1. Untuk pengurus MGMP PKn Kabupaten Kuningan

Terus berupaya untuk lebih membangun kesadaran pada diri guru akan pentingnya peningkatan profesionalisme guru khususnya di lingkungan sekolah dengan menambah strategi yaitu:

a. Kegiatan MGMP PKn merupakan salah satu bentuk dari pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Agar kegiatan tersebut terlaksanan sesuai dengan tujuan dan harapan, maka perlu lebih ditingkatkan lagi kinerja dan manajemen kegiatan MGMP dalam melaksanakan berbagai kegiatan pembinaan profesionalisme guru sehingga tercipta guru yang profesional. Salah satunya melalui kegiatan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi diartikan sebagai kegiatan pemantauan dan penilaian berbagai aspek dalam penyelenggaraan program MGMP. Materi monitoring dan evaluasi meliputi; perencanaan, pelaksanaan, permasalahan dan upaya pemecahan, hasil yang dicapai dan pelaporan.

b. Lebih ditingkatkan lagi kerja sama antara MGMP, dinas pendidikan, sekolah, LPMP, perguruan tinggi, LSM dan organisasi profesi. Kerja sama tersebut dapat berupa diklat yang dilakukan oleh pemerintah baik tingkat kota maupun provinsi, mendorong guru untuk melakukan PTK dan penulisan karya tulis ilmiah, seminar, studi banding, mengadakan program kegiatan dengan menghadirkan dosen dari LPTK sebagai narasumber yang kompeten dan lain-lain.

c. MGMP harus lebih berinovasi dalam membuat rencana kegiatan dalam membina profesionalisme guru. Misalnya pembuatan tema-tema kegiatan MGMP yang menarik dan menunjang kebutuhan guru di lapangan.

2. Untuk guru PKn

a. Diperlukan idealisme dari para guru PKn dalam membentuk kreatifitas sebagai peserta MGMP PKn Kabupaten Kuningan khususnya dan di tingkat nasional umumnya.

b. Lebih meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya MGMP. Karena MGMP milik guru yang bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh guru


(43)

118

dalam meningkatkan profesionalisme. Dan pada akhirnya hasil dari MGMP tersebut dapat diimplementasikan di kelas sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

c. Lebih bercermin dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh guru dengan mengupayakan perubahan ke arah perbaikan mutu pembelajaran. 3. Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan

a. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan, kegiatan MGMP ini dapat dijadikan sebagai salah satu alat seleksi bagi peningkatan profesionalisme guru, sekaligus pengembangan karir guru, sehingga keberadaan MGMP dapat diperhitungkan.

b. Dinas pendidikan hendaknya melakukan pembinaan dan pelatihan secara terencana dan berkesinambungan bagi pengurus MGMP PKn Kabupaten Kuningan, khususnya tenang tugas dan tanggung jawabnya dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru sebagai pendidik.

c. Dinas pendidikan sebaiknya dapat membantu penyelenggaraan kegiatan MGMP, terutama yang ada kaitannya dengan narasumber, sarana prasarana dan alokasi dana khusus untuk MGMP.

4. Untuk peneliti

Bagi peneliti, peneilitian ini diharapkan menjadi sumber inspirasi dan salah satu literatur bagi peneliti lainnya untuk meneliti pembinaan kemampuan profesionalisme guru yang sesuai dengan perkembangan dan ketentuan yang berlaku.


(44)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Amani.

Alma, Buchari. (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Anwar, Idochi. (1984). Teori Administrasi dan Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Zaenal. (2009). Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional. Bandung: Yrama Widya.

Creswell, John. W. (2002). Desain Penelitian Kualitatif, Kuantitatif & Metode Pendekatan Gabungan Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Danim, Sudarwan. (2009). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Darmawan, Cecep. (2009). Pemberdayaan dan Kinerja DPRD. Bandung: Pustaka

Aulia.

Depdiknas. (1998). Pedoman Penyelenggaraan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Jakarta: Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP.

Depdiknas. (2003). Pedoman Guru di Indonesia. Jakarta: Direktorat Profesi Pendidik.

Depdiknas. (2004). Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Jakarta: Direktorat Profesi Pendidik.

Depdiknas. (2008). Rambu-Rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP. Jakarta: Direktorat Profesi Pendidik.

Depdiknas. (2008). Visi dan Misi MGMP. [Online]. Tersedia://http://www.depdiknas.go.id [20 Januari 2012].

Djahiri, A. Kosasih. (2002). PKn sebagai Strategi Pembelajaran Demokrasi di Sekolah. Bandung: Jurusan PMPKN FPIPS UPI.

Etzioni, Amitai. (1982). Organisasi-organisasi Modern. Jakarta: UI Press.

Gibson, James. L. (1996). Organisasi Perilaku, Struktur, Proses Terjemahan Nunuk Andrianai. Jakarta: Binarupa Aksara.


(45)

Hamalik, Oemar. (2001). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Harris, Risnawan. (2007). Kontribusi Profesionalisasi Terhadap Kinerja Guru dalam Mengajar di SMAN Wilayah Bandung Barat. Skripsi pada Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Jalaluddin, Rakhmat. (1986). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remadja Karya.

Kunandar. (2009). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maister, Robert A. (1998). People and Productivity. New York: McGraw Hill Book Company.

Mangkoesapoetra, Arif. (2004). Memeberdayakan MGMP Sebuah Keniscayaan. [Online]. Tersedia://http://www.artikel.us/art05-14.html. [20 Januari 2012].

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2001). Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Moleong, Lexy J. Meteodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Muhyadi. (1989). Organisasi, Teori, Struktur dan Proses. Yogyakarta: Depdikbud.

Mulyasa, E. (2011). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.

Nurdin, M. (2005). Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sagala, Syaiful. (2009). Memahami Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sallis, Edward. (2006). Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Yogyakarta:


(46)

Saondi. (2010). Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama. Soetjipto, & Kosasi R. (2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparlan. (2005). Dimensi Mutu Pendidikan. [Online]. Tersedia://http://www.suparlan.com [20 Januari 2012].

Tilaar. (2002). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Usman, Uzer. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Veithzal, Rivai. (2004). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Wursanto, Ig. (2008). Dasar-dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Yamin, Martinis. (2007). Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta:


(1)

116

MGMP serta menumbuhkan kesadaran pada guru bahwa kegiatan MGMP pada hakikatnya dapat memberikan kontribusi dan pencerahan kepada guru-guru yang tergabung di dalamnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh MGMP guna merangsang minat guru untuk berpartisipasi dalam setiap kegiatan MGMP diantaranya dapat melalui pengaturan jadwal MGMP yang efektif, tempat kegiatan MGMP yang diatur secara bergantian dari satu sekolah ke sekolah lainnya, narasumber yang merupakan pakar dari perguruan tinggi, serta tema-tema kegiatan yang akan dibahas dalam program MGMP disajikan secara menarik sesuai dengan kebutuhan guru di lapangan. Hal tersebut diharapkan nantinya dapat menarik minat guru sehingga dari waktu ke waktu partisipasi guru dalam MGMP dapat terus meningkat.

4. Melalui penyelenggaraan kegiatan MGMP, guru dapat meningkatkan profesionalismenya saat melakukan tugasnya sebagai seorang pendidik bagi siswanya di sekolah. Hal ini terbukti lewat kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran di kelas, kemampuan penguasaan materi secara mendalam, penggunaan metode pembelajaran yang bervariatif dan menggagas kreatifitas serta kemampuan guru dalam melaksanakan tugas kependidikannya di lingkungan sekolah. Akan tetapi, kondisi demikian hendaknya tidak serta merta membuat guru cepat merasa puas atas kinerja yang dilakukannya dan prestasi yang diraihnya selama ini, dalam hal ini MGMP hanya berperan sebagai perantara dan wadah yang menjembatani guru untuk lebih menggali kompetensi-kompetensi yang dimilikinya. Selanjutnya guru harus lebih berupaya untuk mengaktualisasikan dirinya ke dalam perubahan pendidikan yang semakin maju agar dirinya mampu meningkatkan kemampuan profesionalnya

C. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan saran penelitian yang telah diuraikan di atas, maka melalui skripsi ini penulis akan mengemukakan beberapa rekomendasi kepada pihak-pihak yang terkait dengan hasil penelitian ini, yaitu sebagai berikut:


(2)

117

1. Untuk pengurus MGMP PKn Kabupaten Kuningan

Terus berupaya untuk lebih membangun kesadaran pada diri guru akan pentingnya peningkatan profesionalisme guru khususnya di lingkungan sekolah dengan menambah strategi yaitu:

a. Kegiatan MGMP PKn merupakan salah satu bentuk dari pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Agar kegiatan tersebut terlaksanan sesuai dengan tujuan dan harapan, maka perlu lebih ditingkatkan lagi kinerja dan manajemen kegiatan MGMP dalam melaksanakan berbagai kegiatan pembinaan profesionalisme guru sehingga tercipta guru yang profesional. Salah satunya melalui kegiatan monitoring dan evaluasi. Monitoring dan evaluasi diartikan sebagai kegiatan pemantauan dan penilaian berbagai aspek dalam penyelenggaraan program MGMP. Materi monitoring dan evaluasi meliputi; perencanaan, pelaksanaan, permasalahan dan upaya pemecahan, hasil yang dicapai dan pelaporan.

b. Lebih ditingkatkan lagi kerja sama antara MGMP, dinas pendidikan, sekolah, LPMP, perguruan tinggi, LSM dan organisasi profesi. Kerja sama tersebut dapat berupa diklat yang dilakukan oleh pemerintah baik tingkat kota maupun provinsi, mendorong guru untuk melakukan PTK dan penulisan karya tulis ilmiah, seminar, studi banding, mengadakan program kegiatan dengan menghadirkan dosen dari LPTK sebagai narasumber yang kompeten dan lain-lain.

c. MGMP harus lebih berinovasi dalam membuat rencana kegiatan dalam membina profesionalisme guru. Misalnya pembuatan tema-tema kegiatan MGMP yang menarik dan menunjang kebutuhan guru di lapangan.

2. Untuk guru PKn

a. Diperlukan idealisme dari para guru PKn dalam membentuk kreatifitas sebagai peserta MGMP PKn Kabupaten Kuningan khususnya dan di tingkat nasional umumnya.

b. Lebih meningkatkan kesadaran diri akan pentingnya MGMP. Karena MGMP milik guru yang bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh guru


(3)

118

dalam meningkatkan profesionalisme. Dan pada akhirnya hasil dari MGMP tersebut dapat diimplementasikan di kelas sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.

c. Lebih bercermin dari kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh guru dengan mengupayakan perubahan ke arah perbaikan mutu pembelajaran. 3. Untuk Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan

a. Bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Kuningan, kegiatan MGMP ini dapat dijadikan sebagai salah satu alat seleksi bagi peningkatan profesionalisme guru, sekaligus pengembangan karir guru, sehingga keberadaan MGMP dapat diperhitungkan.

b. Dinas pendidikan hendaknya melakukan pembinaan dan pelatihan secara terencana dan berkesinambungan bagi pengurus MGMP PKn Kabupaten Kuningan, khususnya tenang tugas dan tanggung jawabnya dalam upaya meningkatkan profesionalisme guru sebagai pendidik.

c. Dinas pendidikan sebaiknya dapat membantu penyelenggaraan kegiatan MGMP, terutama yang ada kaitannya dengan narasumber, sarana prasarana dan alokasi dana khusus untuk MGMP.

4. Untuk peneliti

Bagi peneliti, peneilitian ini diharapkan menjadi sumber inspirasi dan salah satu literatur bagi peneliti lainnya untuk meneliti pembinaan kemampuan profesionalisme guru yang sesuai dengan perkembangan dan ketentuan yang berlaku.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Amani.

Alma, Buchari. (2009). Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Anwar, Idochi. (1984). Teori Administrasi dan Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.

Aqib, Zaenal. (2009). Menjadi Guru Profesional Berstandar Nasional. Bandung: Yrama Widya.

Creswell, John. W. (2002). Desain Penelitian Kualitatif, Kuantitatif & Metode Pendekatan Gabungan Terjemahan. Jakarta: Binarupa Aksara.

Danim, Sudarwan. (2009). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia. Darmawan, Cecep. (2009). Pemberdayaan dan Kinerja DPRD. Bandung: Pustaka

Aulia.

Depdiknas. (1998). Pedoman Penyelenggaraan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Jakarta: Proyek Perluasan dan Peningkatan Mutu SLTP.

Depdiknas. (2003). Pedoman Guru di Indonesia. Jakarta: Direktorat Profesi Pendidik.

Depdiknas. (2004). Pedoman Musyawarah Guru Mata Pelajaran. Jakarta: Direktorat Profesi Pendidik.

Depdiknas. (2008). Rambu-Rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP. Jakarta: Direktorat Profesi Pendidik.

Depdiknas. (2008). Visi dan Misi MGMP. [Online]. Tersedia://http://www.depdiknas.go.id [20 Januari 2012].

Djahiri, A. Kosasih. (2002). PKn sebagai Strategi Pembelajaran Demokrasi di Sekolah. Bandung: Jurusan PMPKN FPIPS UPI.

Etzioni, Amitai. (1982). Organisasi-organisasi Modern. Jakarta: UI Press.

Gibson, James. L. (1996). Organisasi Perilaku, Struktur, Proses Terjemahan Nunuk Andrianai. Jakarta: Binarupa Aksara.


(5)

Hamalik, Oemar. (2001). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Harris, Risnawan. (2007). Kontribusi Profesionalisasi Terhadap Kinerja Guru dalam Mengajar di SMAN Wilayah Bandung Barat. Skripsi pada Jurusan Administrasi Pendidikan FIP Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak Diterbitkan.

Jalaluddin, Rakhmat. (1986). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remadja Karya.

Kunandar. (2009). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Maister, Robert A. (1998). People and Productivity. New York: McGraw Hill Book Company.

Mangkoesapoetra, Arif. (2004). Memeberdayakan MGMP Sebuah Keniscayaan. [Online]. Tersedia://http://www.artikel.us/art05-14.html. [20 Januari 2012].

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2001). Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Moleong, Lexy J. Meteodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Muhyadi. (1989). Organisasi, Teori, Struktur dan Proses. Yogyakarta: Depdikbud.

Mulyasa, E. (2011). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosda karya.

Nurdin, M. (2005). Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Sagala, Syaiful. (2007). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sagala, Syaiful. (2009). Memahami Organisasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sallis, Edward. (2006). Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Yogyakarta:


(6)

Saondi. (2010). Etika Profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama. Soetjipto, & Kosasi R. (2007). Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suparlan. (2005). Dimensi Mutu Pendidikan. [Online]. Tersedia://http://www.suparlan.com [20 Januari 2012].

Tilaar. (2002). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Usman, Uzer. (2010). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Veithzal, Rivai. (2004). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Wursanto, Ig. (2008). Dasar-dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta: Penerbit Andi. Yamin, Martinis. (2007). Profesionalisme Guru dan Implementasi KTSP. Jakarta:


Dokumen yang terkait

KONTRIBUSI PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMP NEGERI DI KABUPATEN BREBES

0 9 133

Peranan Kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sosiologi Antropologi Kota Semarang Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru Mata Pelajaran Sosiologi di Kota Semarang

0 15 15

HUBUNGAN PROFESIONALISME, MOTIVASI BERPRESTASI DAN PARTISIPASI DALAM MGMP DENGAN KINERJA GURU MATEMATIKA SMP DI KABUPATEN PADANG LAWAS.

0 4 36

PENGARUH AKTIVITAS GURU DALAM MGMP DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP GAYA MENGAJAR (GURU Pengaruh Aktivitas Guru Dalam Mgmp Dan Profesionalisme Guru Terhadap Gaya Mengajar (Guru Ekonomi SMA) Di Banjarnegara Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 15

PENGARUH AKTIVITAS GURU DALAM MGMP DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP GAYA MENGAJAR (GURU Pengaruh Aktivitas Guru Dalam Mgmp Dan Profesionalisme Guru Terhadap Gaya Mengajar (Guru Ekonomi SMA) Di Banjarnegara Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 12

PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PKN Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru PKN (Studi Kasus di MGMP PKn Kabupaten Boyolali ).

0 1 13

PENGEMBANGAN KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU PKN Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru PKN (Studi Kasus di MGMP PKn Kabupaten Boyolali ).

0 1 16

PENGARUH SERTIFIKASI DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU DI KECAMATAN WIROSARI Pengaruh Sertifikasi Dan Profesionalisme Guru Terhadap Kinerja Guru Di Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

0 0 18

PENGARUH SERTIFIKASI DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP KINERJA GURU DI KECAMATAN WIROSARI KABUPATEN GROBOGAN Pengaruh Sertifikasi Dan Profesionalisme Guru Terhadap Kinerja Guru Di Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.

0 0 15

KINERJA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) PKn DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU di SEKOLAH.

0 2 35