RANCANGAN TEKNIKSELF-MONITORING UNTUK MEREDUKSI OVERCONFORMITYREMAJA.

(1)

RANCANGAN TEKNIKSELF-MONITORING UNTUK

MEREDUKSI OVERCONFORMITYREMAJA

(Studi Deskriptif Terhadap Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandari

SyaratMemperolehGelarSarjanaPendidikan

JurusanPsikologiPendidikan Dan Bimbingan

Oleh

Rahmi Novitasari NIM 0901718

DEPARTEMEN

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

RANCANGAN TEKNIK SELF-MONITORING UNTUK

MEREDUKSI OVERCONFORMITY REMAJA

Oleh Rahmi Novitasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Rahmi Novitasari 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu1

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR BAGAN ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Metodologi Penelitian ... 11

1.6 Sistematika Penulisan ... 13

BAB II KONSEP KONFORMITAS DAN TEKNIK SELF MONITORING 2.1 Masa Remaja ... 14

2.2 Karakteristik Siswa SMP ... 19

2.3 Konsep Konformitas ... 24

2.4 Konsep Self Monitoring ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Penelitian ... 43

3.2 Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian ... 44

3.3 Definisi Operasional Variabel ... 47

3.4 Instrumen Pengumpulan Data ... 51

3.5 Uji Coba Alat Ukur ... 53

3.6 Langkah-langkah Penelitian ... 59

3.7 Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 102

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan ... 103

5.2 Rekomendasi ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 106 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(5)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu2

DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 3.4 Tabel 3.5 Tabel 3.6 Tabel 3.7 Tabel 3.8 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5

Skoring Skala Likert Konformitas ... Kisi-Kisi Instrumen Konformitas Remaja (Sebelum

Uji Coba) ... Hasil Penimbangan Instrumen Konformitas ... Hasil Uji Validitas ... Kisi-Kisi Instrumen Konformitas Remaja (Setelah Uji Coba) ... Koefisien Reliabilitas ... Tingkat Reliabilitas Instrumen ... Rumus Menentukan Kategori Konformitas ... Interpretasi Skor Kategori Konformitas Remaja ... Gambaran Umum Konformitas Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung ... Gambaran Aspek Konformitas Secara Umum ... Gambaran Aspek Konformitas Kategori Tinggi ... Gambaran Indikator Tiap Konformitas Kategori Tinggi ... Rencana Operasional Rancangan Teknik Self Monitoring Sebagai Strategi Untuk Mereduksi Overconformity Siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 ... 13 53 55 57 58 60 60 63 64 66 68 69 69 74


(6)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu3

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gambaran umum konformitas siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung ... 67


(7)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu4

DAFTAR BAGAN


(8)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu5

DAFTAR LAMPIRAN

1. SURAT-SURAT PENELITIAN

Surat pengangkatan dosen pembimbing Surat balasan dari sekolah

2. INSTRUMEN PENELITIAN

Kisi-kisi instrumen penelitian

Format penilaian judgemen instrumen penelitian Contoh angket atau kuesioner penelitian

3. HASIL PENGOLAHAN DATA

Uji validitas Uji reliabilitas

4. DATA HASIL PENELITIAN

Data gambaran umum perilaku konformitas

5. RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING UNTUK MEREDUKSI

OVERCONFORMITY REMAJA

Format penilaian judgemen rancangan program intervensi BK Dokumentasi kegiatan penelitian


(9)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.eduii

ABSTRAK

Rahmi Novitasari (2014). Rancangan Teknik Self Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja (Studi Deskriptif terhadap Siswa Kelas VII Sekolah Menengah Pertama Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).

Penelitian ini didasari oleh adanya fenomena overconformity dalam kelompok teman sebaya di antaranya dalam pewarnaan rambut, pemakaian kawat gigi (behel), dan pemakaian gadget tertentu. Tujuan penelitian yaitu (1) memperoleh gambaran empiris tentang gambaran umum perilaku overconformity, (2) memperoleh variasi dalam setiap aspek overconfromity dan (3) merancang strategi layanan bantuan dengan teknik Self Monitoring untuk mereduksi overconformity remaja. Penelitian dilakukan terhadap siswa Kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode deskriptif. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner tentang perilaku konformitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung berada pada kategori konformitas sedang; (2) Terdapat 67 siswa yang termasuk dalam kategori konformitas tinggi (overconformity), dan (3) Layanan bantuan rancangan teknik Self Monitoring untuk mereduksi overconformity siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung dengan tahapan sebagai berikut: a) Pengenalan akan perilaku overconformity dan teknik self monitoring; b) Menyeleksi perilaku overconformity yang akan diubah; c) Menyusun atau membuat draft tentang tujuan perubahan untuk target yang diharapkan dan menghindari hambatan-hambatannya; d) Menargetkan reaksi-reaksi dari self-monitoring; e) Mengawasi atau memantau dan mencatat akibat dari setiap reaksi yang diamati; dan f) Mengevaluasi pemantauan dirinya untuk melihat perubahan keberhasilan self monitoring sebagai bagian dari self management-nya.


(10)

iii

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.eduiii

ABSTRACT

Rahmi Novitasari (2014). Design of Self Monitoring Techniques for Reducing Adolescent Overconformity (Descritive Study of Grade VII SMP Pasundan 3 Bandung 2013/2014)

This study is based on the existence of the phenomenon overconformity the peer group of which the hair coloring, use braces (brackets), and the use of a particular gadget. Purpose of research: (1) obtain empirical description of the general picture overconformity behavior, (2) obtain the variation in every aspect overconfromity and (3) designing strategies with technical assistance services to reduce overconformity Self Monitoring teenagers. Research conducted on grade VII student SMP Pasundan 3 Bandung 2013/2014. Approach to research using quantitative approach with descriptive methods. Collecting data using questionnaires about conformity behavior. The results showed that (1) students of grade VII SMP Pasundan 3 Bandung is in conformity categories are; (2) There are 67 students are included in the category of high conformity (overconformity), and (3) Service Self Monitoring engineering design assistance to reduce overconformity grade VII SMP Pasundan 3 Bandung, stages are: a) The introduction of overconformity behavior and technique of self monitoring; b) Selecting overconformity behavior to be changed; c) Develop or create a draft of the purpose of the changes to the expected target and avoid the obstacles; d) Target reactions of self-monitoring; e) Supervise or monitor and record the result of each reaction were observed; and f) Evaluate monitoring her to see changes to the success of self-monitoring as part of its self-management.


(11)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu1

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I ini menjelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan latar belakang penelitian. Beberapa hal yang dijelaskan dalam Bab ini ialah mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metodologi penelitian.

1.1 Latar Belakang Penelitian

Remaja merupakan individu yang rentan dipengaruhi oleh perkembangan lingkungan. Lingkungan dapat berperan penting dalam terbentuknya perilaku remaja baik di keluarga maupun di masyarakat. Lingkungan yang mendukung perilaku, akan berpengaruh terhadap perilaku remaja secara positif. Sebaliknya, jika lingkungan tidak mendukung perilaku, maka akan muncul perilaku remaja yang menyimpang dan hanya mengikuti aturan-aturan kelompok dimana remaja berada. Kecenderungan remaja yang selalu mengikuti aturan-aturan kelompoknya akan membentuk konformitas di antara remaja. Sebagaimana dikemukakan oleh Havighurs (Yusuf, 2008, hlm. 75) bahwa sesuai dengan tugas-tugas perkembangan dalam rentang usia 14 sampai 16 tahun bahwa mereka sudah cukup memiliki keterampilan dan mulai meninggalkan kelompok besar dan membentuk kelompok kecil sehingga pergaulan lebih intim (akrab). Sehingga, pada usia tersebut, anak memulai untuk berkonformitas dengan kelompok kecilnya secara lebih akrab.

Konformitas dilakukan individu pada setiap tahapan perkembangan yakni masa anak, masa remaja, dan masa dewasa, namun konformitas paling banyak dilakukan individu pada masa remaja. Item ini didukung oleh hasil-hasil penelitian yang menunjukkan adanya peningkatan tajam dalam melakukan konformitas pada masa pra-remaja dan awal remaja. Dijelaskan oleh Berndt; Hartup; Mussen; Steinberg & Silverberg (2007, hlm. 87) bahwa kebutuhan tersebut secara berangsur-angsur akan meningkat namun, akan menurun pada masa pertengahan remaja sampai masa akhir remaja.


(12)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu2

Menurut Morgan, King dan Robinson (Santrock, 1997, hlm. 85-88) konformitas adalah kecenderungan individu untuk mengubah pandangan atau perilaku agar sesuai dengan norma sosial. Konformitas terjadi karena pengaruh dari lingkungan sosial. Kemudian, dipaparkan pula menurut Sears, Freedman, & Peplau (1985, hlm. 76) bahwa pada dasarnya, individu melakukan konformitas karena memiliki dua alasan. Pertama, perilaku orang lain memberikan informasi yang bermanfaat pada dirinya. Kedua, individu ingin diterima secara sosial dan menghindari celaan.

Interaksi dan komunikasi antara remaja yang memiliki frekuensi waktu lebih lama bersama dengan teman sekelompoknya, menyebabkan hubungan yang terjalin di antara mereka menjadi lebih erat. Dengan demikian, akan terjalin suatu sifat saling bergantung di antara mereka. Dengan demikian remaja akan berusaha menyesuaikan diri dan menampilkan perilaku diri yang sesuai dengan norma teman sekelompoknya. Demikian pula dengan item Kiesler & Kiesler (Myers, 1993, hlm. 221).bahwa konformitas mengarah pada suatu perubahan tingkah laku ataupun kepercayaan seseorang sebagai hasil tekanan kelompok baik secara nyata maupun tidak nyata.

Konformitas terjadi dari kesamaan antara perilaku individu dengan perilaku orang lain atau perilaku individu dengan norma lingkungan sosial. Lingkungan sosial secara nyata maupun lingkungan sosial secara virtual, seperti media sosial khusunya situs jejaring sosial. Pada zaman sekarang ini, hampir setiap orang memiliki akun jejaring sosial baik itu facebook, twitter, myspace, dan lain-lainnya untuk berhubungan dengan teman-temannya yang tak terbatas oleh ruang dan waktu.

Kuatnya pengaruh kelompok sebaya pada masa remaja dikarenakan aktivitas remaja yang lebih banyak di luar dibandingkan di rumah. Kelompok sebaya akan membentuk sikap, perilaku, minat hingga penampilan mereka. Disebutkan Hurlock (1980, hlm. 23), sebagian besar remaja mengetahui apabila memakai pakaian yang sama dengan anggota kelompok yang popular, maka kesempatan untuk diterima oleh kelomppok menjadi lebih besar.

Sears (1985, hlm. 76) mengungkapkan konformitas ini ada dua jenis, yaitu konformitas compliance dan acceptance, yang dimaksud konformitas


(13)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu3

compliance yaitu, melakukan sesuatu walaupun itu bertentangan dengan hati

nurani dan tidak dapat menolak ajakan temannya dengan tujuan agar bisa diterima oleh teman-temannya, sedangkan konformitas acceptance berarti melakukan sesuatu sesuai dengan tekanan dari kelompoknya. Fenomena yang tampak pada remaja, konformitas secara compliance dapat menimbulkan perilaku

overconformity.

Menurut Hurlock (1980) menyebutkan bahwa overconformity yaitu semua tingkah lakunya sesuai dengan standar atau aturan-aturan yang ditetapkan oleh kelompok sehingga kehilangan identitasnya sebagai pribadi. Dan biasanya memiliki kecemasan akan bertingkah laku salah dan tidak sesuai dengan harapan kelompok. Akibatnya remaja akan sangat tergantung pada orang lain (teman sebaya).

Konformitas dengan tekanan teman-teman sebaya pada masa remaja dapat bersifat positif atau negatif (Santrock, 2002, hlm. 44). Overconformity akan berdampak negatif pada diri remaja walaupun norma yang dianut oleh kelompoknya merupakan norma yang positif. Dan jika hal ini dibiarkan maka bukan tidak mungkin remaja akan sulit mencapai keyakinan diri dan menjadi kehilangan identitas dirinya (deindividuasi).

Berdasarkan hasil observasi selama PPL pada bulan Januari akhir sampai dengan bulan Mei 2013, konformitas siswa salah satu SMP swasta di Bandung tampak dari beberapa hal, salah satunya adalah yang terlihat jelas yaitu penampilan siswa-siswinya. Contohnya, pada satu kelas di salah satu SMP swasta di Bandung terdapat suatu kelompok teman sebaya yang semua anggota kelompoknya mewarnai rambutnya menjadi lebih terang (coklat), kemudian terdapat kelompok yang anggotanya sering terlihat memakai roll rambut saat belajar dikelas.

Ida Hendrayani (2010, hlm. 6) menemukan suatu kelompok teman sebaya yang para anggota kelompoknya memakai kawat gigi (behel). Dan, dari keterangan salah satu pihak, ada seorang siswi yang bercerita bahwa ada pula kelompok yang anggotanya diharuskan memakai smartphone dengan merk tertentu. Sehingga, selain di SMP, terlihat pula konformitas pada siswa SMA yakni siswa-siswi salah satu SMA negeri di Bandung tersebut.


(14)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu4

Karina Indria & Nindyati, D. A (2007, hlm. 85-88) menyebutkan bahwa remaja yang memiliki tingkat konformitas tinggi biasanya memiliki kepercayaan yang lemah terhadap penilaian sendiri. Mereka merasa teman sebaya memiliki informasi yang benar, sehingga tidak mempedulikan pendapatnya sendiri. Mereka juga tidak berani untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari teman sebaya, karena takut menanggung risiko tidak disukai, dikritik, atau dikucilkan. Akibatnya, mereka mengubah perilaku atau pandangannya agar sesuai dengan teman sebaya. Dengan kata lain, remaja yang memiliki tingkat konformitas tinggi (overconformity) mudah dipengaruhi teman sebayanya.

Beberapa hasil penelitian terdahulu mengenai konformitas teman sebaya, yakni: Penelitian yang dilakukan oleh Sianturi (2003) mendeskripsikan bahwa 95% masih terdapat hubungan antara konformitas terhadap kelompok teman sebaya dengan sikap NAPZA, artinya hubungan tersebut dapat dipercaya hingga tarap 95%. Kemudian pada penelitian Rochadi (2004) yang dilakukan di 5 SMU Negeri di wilayah DKI Jakarta. Hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas responden mulai merokok pada usia 12-14 tahun dan mengenal rokok dari temannya yang mayoritas teman sebayanya adalah perokok. Dan terakhir yaitu penelitian Aryani (2006) yang dilakukan di SMAN 1 Semarang, membuktikan adanya hubungan positif yang signifikan antara konformitas dengan perilaku konsumtif.

Gejala ini menunjukkan adanya kebutuhan pada remaja untuk memiliki kemampuan untuk mengontrol perilaku dirinya terhadap kelompok dimana remaja berada, dengan menggunakan ragam strategi dan teknik, salah satunya adalah dengan teknik self-monitoring.

Snyder (Walgito, 2011, hlm. 102) mengasumsikan bahwa individu mempunyai kemampuan dan kecenderungan untuk berlatih mengontrol perilaku ekspresif, penampilan diri (self-presentation), dan memperlihatkan afeksinya.

Menurut Worchel, dkk. (Edwi, 2010, hlm. 1), self-monitoring adalah menyesuaikan perilaku terhadap norma-norma situasional dan harapan-harapan dari orang lain. Sementara Brigham (Edwi, 2010, hlm. 1) menyatakan

self-monitoring merupakan proses dimana individu mengadakan pemantauan


(15)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu5

Lippa & Gergen (Edwi, 2010, hlm. 2) mengasumsikan bahwa mereka yang berada pada tingkat self-monitoring yang moderat (sedang/ditengah-tengah) adalah yang secara sosial ideal. Sebab hal ini akan membuat mereka bisa berfungsi secara efektif dalam mempresentasikan diri mereka, tanpa menjadi

“bunglon sosial”.

Dalam self-monitoring, mereka yang termasuk high self-monitoring menggunakan informasi ini sebagai pedoman tingkah laku mereka. Perilaku mereka lebih ditentukan oleh kecocokan dengan situasi daripada sikap dan perasaan mereka yang sebenarnya.

Menurut Cormier (1985, hlm. 524), bentuk latihan strategi Pemantauan Diri (Self-Monitoring) adalah proses dimana konseli mengobservasi dan mencatat segala sesuatu tentang dirinya dan interaksinya dengan situasi lingkungan. Thoersen dan Mahoney (Cormier, 1985, hlm. 526) memberi langkah-langkah dalam pemantauan diri yaitu rasional strategi, memilih respon, memetakan respon, memepertunjukkan data, dan mengaplikasikannya.

Maria (2000 dalam http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?d_id=23193.), ia melakukan penelitian tentang hubungan antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri yang hasilnya adalah F Hitung 17,056 > F Tabel 3,081, artinya terdapat hubungan positif yang signifikan antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. Sehingga, hal tersebut mendukung bahwa pemantauan diri (self-monitoring) mampu mereduksi perilaku overconformity remaja. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu melatih keterampilan self-monitoring kepada para siswa, sebagai salah satu upaya memanfaatkan sebuah kelompok teman sebaya.

Pengaruh teman sebaya tersebut sangatlah besar terhadap sikap dan perilaku remaja, sehingga dikhawatirkan jika kelompok teman sebaya menganut norma yang bersifat negatif, remaja yang mengalami konformitas yang sangat tinggi cenderung akan mengikuti norma yang dianut oleh kelompok teman sebayanya.

Untuk memiliki kemampuan diri untuk mengendalikan dan memantau perilakunya khususnya dalam kelompok teman sebayanya. Sekolah merupakan tempat peserta didik memperoleh pendidikan yang tidak hanya kebutuhan


(16)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu6

kognitifnya saja tetapi juga sebagai sarana belajar adaptasi dan sosialisasi siswa, baik dengan sesama siswa, guru, maupun personil sekolah lainnya. Sehingga sekolah hendaknya berfungsi sebagai suatu lingkungan yang memberikan kemudahan-kemudahan untuk terciptanya konformitas siswa dengan teman-temannya baik secara nyata maupun virtual yang positif.

Remaja membutuhkan bimbingan agar mempunyai pilihan untuk bersikap mandiri dan bebas. Remaja harus mampu mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya tanpa khawatir akan tekanan dari kelompoknya. Bimbingan pribadi-sosial akan lebih tepat untuk permasalahan remaja dalam berkonformitas dalam kelompoknya. Bimbingan pribadi dimaksudkan sebagai bantuan yang bersifat pribadi sebagai akibat ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri dengan aspek-aspek perkembangan, keluarga, persahabatan, belajar, cita-cita, konflik pribadi, seks, finansial, dan pekerjaan. Bimbingan sosial dimaksudkan sebagai bantuan kepada individu dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-kesulitan dalam masalah sosial, sehingga individu mendapatkan penyesuaian yang sebaik-baiknya dalam lingkungan sosialnya.

Layanan bimbingan untuk membantu kebutuhan remaja tersebut, yaitu layanan bimbingan pribadi-sosial. Bimbingan pribadi-sosial ditujukan sebagia proses pemberian bantuan dalam rangka pemahaman diri, pengenalan lingkungan dan relasi antar teman. Permasalahan remaja yang selalu konform terhadap kelompoknya, sehingga menimbulkan perilaku negatif yang membutuhkan bimbingan pribadi untuk membantu remaja menyesuaikan diri dengan aspek persahabatan dan bimbingan sosial untuk mengatasi kesulitan didalam masalah lingkungan sosial khususnya relasi dengan kelompoknya. Salah satunya dengan menggunakan teknik Self-Monitoring yang dapat diterapkan pada situasi interpersonal pada individu yang mengalami kesulitan menerima kenyataan dan menegaskan diri dalam tindakan yang benar. Dan pada penelitian ini akan mengungkap fenomena perilaku konformitas yang berlebihan (overconformity) remaja sekolah menengah pertama di SMP Pasundan 3 Bandung, dengan memaparkan pembahasan mengenai gambaran umum perilaku overconformity siswa serta merancang strategi layanan dengan pendekatan pribadi-sosial melalui rancangan teknik Self Monitoring untuk mereduksi overconformity.


(17)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu7

Self monitoring atau pemantauan diri merupakan salah satu teknik

rumpunan dari Manajemen Diri pada salah satu model Cognitive Behavior

Therapy (CBT). Self monitoring adalah proses dimana konseli mengobservasi dan

mencatat segala sesuatu tentang dirinya dan interaksinya dengan situasi lingkungan. Dan sebagai evaluasi dari pemantauan diri terhadap perubahan-perubahan perilaku yang ditunjukkan dan ditampilkan dengan memperkuat perilaku yang diinginkan atau untuk mereduksi perilaku yang tidak diinginkan.

Sehingga diharapkan guru bimbingan dan konseling di sekolah dapat memberikan intervensi dengan konseling kelompok dalam masalah konformitas sangat tinggi (overconformity) yang terjadi pada siswa di sekolah menengah pertama. Berdasarkan penelitian dan observasi yang dipaparkan sebelumnya, mengindikasikan bahwa siswa membutuhkan suatu kemampuan untuk dapat memantau dan mengontrol perilakunya terhadap kesesuaian norma kelompoknya. Sehingga diharapkan konseling kelompok ini dapat memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemampuan keterampilan tersebut.

1.2 Rumusan Masalah

Pada masa remaja, remaja memiliki lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan teman sebaya, sehingga tidak heran jika pengaruh teman sebaya begitu kuat pada diri remaja. Selain pengaruh, terdapat tekanan yang diberikan oleh teman sebaya pada diri remaja tersebut. Remaja yang mendapat tekanan untuk berperilaku seperti remaja lainnya, agar dapat di terima dan tidak dikucilkan oleh kelompoknya.

Seperti yang terangkum dalam Santrock (2003, hlm. 221) sebuah komentar Kevin, siswa kelas 8:

Saya merasa banyak tekanan dari teman-teman saya supaya merokok dan mencuri dan hal-hal lain seperti itu. Orang tua saya tidak memperbolehkan saya untuk merokok, tetapi sahabat-sahabat dekat saya benar-benar mendorong saya untuk melakukannya. Mereka memanggil saya banci dan anak mami jika saya tidak mau. Saya sangat tidak suka merokok. Teman baik saya, Steve mengejek saya di depan teman-teman saya yang lain, “

Kevin, kamu bodoh dan kamu pengecut.” Saya tidak tahan lagi, jadi saya


(18)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu8

berkata, “Ini sangat menyenangkan—yeah, saya suka ini.” Saya merasa saya

benar-benar bagian dari kelompok.

Ketidakberdayaan diri remaja untuk berperilaku sesuai dengan kelompoknya inilah yang disebut dengan konformitas.

Shaffer mengemukakan bahwa remaja akan mengikuti setiap perilaku yang ditampilkan dan menjadi ciri khas kelompoknya tanpa mempedulikan kenyamanan dirinya. Hal tersebut menandakan bahwa tekanan untuk konform terhadap norma kelompok menjadi sangat kuat (Ida Hendrayani, 2011, hlm. 10). Konformitas seperti ini dinamakan overconformity (konformitas yang sangat tinggi).

Menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bergaul dengan teman sekelompoknya adalah hal sangat umum dan wajar dilakukan oleh remaja. Remaja berkonformitas dengan kelompoknya dapat menerima dan mengikuti standar atau aturan-aturan yang ditetapkan oleh kelompok tanpa kehilangan identitas pribadinya, tetapi apabila remaja tersebut sangat tergantung pada orang lain (kelompok), sehingga kehilangan identitas sebagai pribadi maka itulah yang disebut dengan overconformity. Kiesler & Kiesler (Sianturi, 2003) tingkat konformitas terhadap suatu kelompok ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya pengetahuan, pendapat, keyakinan, perasaan, ketertarikan, dan kecenderungan berinteraksi terhadap aspek-aspek yang ada dalam kelompok yakni anggota kelompok, aktivitas kelompok, tujuan kelompok, aturan dan norma kelompok.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa overconformity adalah kesesuaian semua tingkah laku terhadap norma dan aturan lingkungan kelompoknya yang dipengaruhi oleh pengetahuan, pendapat, perasaan ketertarikan dan kecenderungan berinteraksi yang lebih dan menyebabkan kehilangan identitas sebgai pribadi.

Hallahan & Kauffman pemantauan diri adalah sebagai praktik mengamati dan mencatat perilaku sendiri akademik dan sosial seseorang. Pemantauan diri telah terbukti efektif dalam meningkatkan perilaku yang lebih tepat, meningkatkan perilaku tugas di kelas, meningkatkan penyelesaian tugas atau pekerjaan rumah, meningkatkan baik prestasi akademik dan keterampilan sosial,


(19)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu9

dan mengurangi perilaku mengganggu (Tanpa nama, 2000

http://education.odu.edu/esse/docs/selfmonitoring.pdf).

Senada dengan item sebelumnya bahwa terapi perilaku banyak dipakai untuk mengelola perilaku yang kurang adaptif. Pemantauan diri (self-monitoring) adalah salah satu teknik dalam terapi perilaku yang sering dipakai untuk mendeteksi perilaku yang kurang adaptif yang ingin diubah oleh individu (Prawitasari, 1989).

Sedangkan menurut Snyder (Walgito, 2011, hlm. 102) ia memulai dengan asumsi bahwa merupakan hal yang proporsional bahwa individu mempunyai kemampuan dan kecenderungan untuk berlatih mengontrol perilaku ekspresif

(expressive behavior), penampilan diri (self-presentation), dan memperlihatkan

afeksinya. Selanjutnya ia berasumsi bahwa hal yang paling proporsional mengenai kontrol semacam itu akan sangat berpengaruh pada perilaku sosial, interaksi sosial, dan perspektif pada ideologi.

Snyder (Anin, F. dkk, 2011, hlm. 182). Self-monitoring melibatkan pertimbangan ketepatan dan kelayakan sosial, perhatian terhadap informasi perbandingan sosial (social comparison), kemampuan untuk mengendalikan dan memodifikasi penampilan diri dan fleksiilitas penggunaan kemampuan ini dalam situasi-situasi tertentu. Penrod (Anin, F. dkk, 2011, hlm. 182) Tingkat observasi maupun kontrol individu pada perilaku ekspresif dan presentasi diri bertujuan menyesuaikan dengan cue dengan demikian self-monitoring merupakan keterampilan individu untuk mempresentasikan diri, menyadari tentang bagaimana menampilkan dirinya pada orang lain.

Dengan menumbuhkan keterampilan mengelola diri dari perilaku yang kurang adaptif maka individu akan terhindar dari situasi sosial yang kurang menguntungkan. Pemantauan diri yang rendah lebih dikontrol oleh keadaan afeksi internal dan sikap daripada kesadaran diri agar cocok dengan situasi sosial. Sedangkan individu yang memiliki pemantauan diri yang tinggi (high

self-monitoring) menitikberatkan pada perhatiannya mengenai situasi interpersonal

cocok dengan perilakunya. Atau dengan kata lain, individu yang memiliki pemantauan diri tinggi menampilkan perilaku mereka lebih ditentukan oleh


(20)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu10

kecocokan dengan situasi daripada sikap dan perasaan mereka yang sebenarnya (Prawitasari, 1989).

Berdasarkan identifikasi yang telah dipaparkan rumusan masalah dalam

penelitian dikemas dalam pertanyaan “Bagaimana rancangan teknik

self-monitoring untuk mereduksi overconformity remaja.”

Untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah tersebut, maka dilakukan tahap-tahap pengumpulan data dengan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran umum overconfromity pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung?

2. Bagaimana variasi dalam setiap aspek overconformity pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung?

3. Bagaimana rancangan self-monitoring sebagai strategi untuk mereduksi perilaku overconformity pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan umum diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui rancangan teknik self-monitoring sebagai strategi untuk mereduksi overconformity pada siswa kelas kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung. Sedangkan untuk tujuan khusus diadakannya penelitian adalah untuk mendapatkan:

1. Gambaran umum mengenai perilaku overconformity pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung.

2. Gambaran umum variasi setiap aspek overconformity pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung.

3. Rancangan self-monitoring sebagai strategi untuk mereduksi perilaku

overconformity siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Secara Teoritis


(21)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu11

a. Dapat memperkaya keilmuan bimbingan dan konseling terlebih dalam teknik self-monitoring untuk perilaku overconformity pada remaja.

b. Memperkuat teknik self-monitoring untuk perilaku

overconformity remaja, sehingga dapat membuat rancangan

program bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan remaja tersebut.

2. Secara Praktis

a. Bagi guru bimbingan dan konseling, memberikan kontribusi model intervensi sebagai panduan layanan bimbingan dan konseling untuk mengurangi perilaku overconformity.

b. Bagi siswa (apabila dilaksanakan), diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan self-monitoring sehingga dapat mereduksi perilaku overconformity.

c. Bagi peneliti, memberikan wawasan dan pengetahuan baru, keterampilan yang memperkaya keilmuan di bidang bimbingan dan konseling khususnya dalam mereduksi overconformity menggunakan self-monitoring, dan yang pastinya adalah pengalaman yang sangat berharga.

1.5 Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan data hasil penelitian secara nyata dalam bentuk angka (statistik) sehingga mempermudah proses analisis dan penafsirannya (Sugiyono, 2011). Metode kuantitatif ini digunakan untuk mengungkap dan memperoleh data perilaku overconformity remaja.

2. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah remaja yang duduk dibangku SMP. Sedangkan untuk sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII di SMP Pasundan 3 Bandung yang berjumlah 303. Pertimbangan dalam menentukan


(22)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu12

populasi adalah konformitas akan meningkat lebih besar pada masa remaja awal dibandingkan pada masa anak atau dewasa awal.

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara sensus. Sensus adalah suatu penelitian yang dilakukan pada semua individu dalam populasi. (Sugiarto, 2011). Sampel pada penelitian ini adalah siswa yang memiliki kecenderungan konformitas yang tinggi (overconformity). 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah menggunakan instrumen berupa angket atau kuesioner. Butir-butir item yang disusun merupakan gambaran mengenai perilaku konformitas dan pemantauan diri terhadap perilaku overconformity berdasarkan aspek kekompakan, kesepakatan, dan ketaatan.

Jenis instrumen yang digunakana adalah angket tertutup. Pengisian item kuisioner dilakukan dengan teknik skala Likert. Setiap item dijawab dengan “selalu” (SL), “sering” (SR), “kadang-kadang” (KD), “jarang” (JR),

dan “tidak pernah” (TP).

Penilaian terhadap item favorable adalah “selalu” (SL) = 5, “sering”

(SR) = 4, “kadang-kadang” (KD) = 3, “jarang” (JR) = 2, dan “tidak pernah” (TP) = 1. Dan untuk penilaian terhadap item unfavorable adalah “selalu”

(SL) = 1, “sering” (SR) = 2, “kadang-kadang” (KD) = 3, “jarang” (JR) = 4,

dan “tidak pernah” (TP) = 5.

Skor konformitas adalah skor total dari seluruh aspek konformitas. Semakin tinggi skornya berarti subjek tersebut memiliki konformitas yang positif. Sebaliknya, semakin rendah skornya berarti subyek memiliki konformitas yang negatif. Skoring skala konformitas dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1 Skoring Skala Likert

Konformitas

Respon Favorable Unfavorable

Selalu (SL) 5 1


(23)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu13 1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penelitian terdapat sistematika penulisan guna mempermudah pembahasan skripsi, terdiri atas lima Bab. Bab I Pendahuluan, yang membahas mengenai latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka, sebagai landasan teoritik untuk memperkuat dan menganalisis hasil penelitian yang akurat. Bab ini mencakup konsep dasar perilaku konformitas, masa remaja, karakteristik siswa SMP, dan konsep teknik self

monitoring. Bab III Metode Penelitian, berisi penjabaran yang rinci mengenai

metode penelitian untuk mengumpulkan data secara akurat dan terdiri dari: lokasi dan subjek populasi, pendekatan, metode dan desain penelitian, definisi operasional variabel, instrumen penelitian, uji coba alat ukur, langkah-langkah penelitian dan analisis data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, memaparkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan yang terdiri atas hasil penelitian dan pembahasan. Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi, menyajikan penafsiran dan pemaknaan terhadap hasil analisis temuan penelitian dan memberikan rekomendasi terhadap pengembangan penelitian selanjutnya.

Kadang-kadang (KD) 3 3

Jarang (JR) 2 4


(24)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu43

43 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab III ini menjelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan metode penelitian. Beberapa hal yang dijelaskan dalam Bab ini ialah mengenai lokasi dan subjek penelitian, pendekatan, metode, dan desain penelitian, definisi operasional variabel, instrumen pengumpulan data, uji coba alat ukur, langkah-langkah penelitian dan analisis data.

3.1 Lokasi dan Subjek penelitian

Lokasi penelitian adalah SMP Pasundan 3 Bandung yang beralamatkan di Jl. Bapa Husen Dalam no. 4 Bandung. Penentuan lokasi penelitian didasarkan pada fenomena yang ditemukan oleh peneliti ketika pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) pada bulan Januari sampai dengan Mei 2013 di SMP Pasundan 3 Bandung beberapa siswa secara berkelompok berpenampilan

“mencolok” di antara teman-temannya yang lain yakni mewarnai rambutnya menjadi lebih terang dan anggotanya memakai handphone yang sejenis. Dan sampai saat ini belum ada yang meneliti mengenai perilaku konformitas yang berlebihan siswa Kelas VII di SMP Pasundan 3 Bandung.

Pertimbangan mengambil subjek sampel penelitian kelas VII karena kelas VII merupakan tingkatan awal dari masa remaja dan peralihan dari pergaulan masa anak-anak maka siswa merasa sendiri sehingga akan mencari teman dan membuat kelompok yang nyaman sebagai pengalihan perasaan sendiri dan lemah apabila tidak berkelompok.

Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2014. Secara keseluruhan jumlah siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung yaitu sebanyak 303 siswa.

Secara khusus, sampel penelitiannya adalah siswa kelas VII yang termasuk pada tingkatan konformitas yang tinggi yang diperoleh dari hasil penyebaran instrumen, pengambilan sampel dilakukan secara sensus. Sensus adalah suatu penelitian yang dilakukan pada semua individu dalam populasi. (Sugiarto, 2011).


(25)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu44 3.2 Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian

Dalam Bab I telah dijelaskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambarang secara umum tentang perilaku konformitas dan merancang strategi program layanan bimbingan dan konseling melalui teknik self monitoring untuk mereduksi perilaku konformitas yang berlebihan. Penanganan perilaku konformitas yang berlebihan pada siswa dilakukan melalui pendekatan bimbingan dan konseling pribadi-sosial dengan menggunakan teknik Self Monitoring.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Kemudian, menurut Arikunto (2006, hlm. 12) pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang dituntut untuk menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Pendekatan kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan bersifat mengukur dengan menggunakan metode kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau hubungan antara variabel yang diteliti, pada umumnya penelitian kuantitatif merupakan sampel besar (Purnamasari, 2013, hlm. 47).

Dalam penelitian ini menggunakan kuesioner atau angket dalam pengumpulan data dan melalui pendekatan kuantitatif. Data hasil kuesioner tersebut adalah berbentuk numerik, tabel, analisis statistik, deskripsi dan kesimpulan hasil penelitian. Data tersebut diolah melalui Microsoft Excel dan atau IBM SPSS 21 for windows.

Sujana dan Ibrahim (Soendari: 2012) mengatakan bahwa penelitian ini menggunakan metode desktriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang paling dasar. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Pandangan metode deskriptif sebagai berikut, yakni (a) metode deskriptif yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas, nyata, sedang terjadi, akurat dengan cara mengolah data, menganalisis, menafsirkan; (b) memperoleh makna yang lebih luas dari metode deskriptif kuantitatif ataupun kualitatif melakukan pengamatan studi dokumenter, studi pendahuluan, dan menyimpulkan data hasil penelitian. Sehingga peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu sebagai treatment.


(26)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu45

Penelitian ini mengungkap gambaran umum perilaku konformitas siswa kelas VII di SMP Pasundan 3 Bandung dan merancang program layanan teknik

self monitoring untuk mereduksi overconformity siswa. Penelitian dilakukan

untuk memperoleh data mengenai gambaran umum konformitas remaja di SMP. Gambaran umum konformitas pada kalangan remaja di SMP adalah sesuatu perilaku yang dapat diubah dengan menggunakan self-monitoring untuk mereduksi perilaku overconformity pada remaja.

Berdasarkan pendekatan dan metode penelitian, maka dibuat desain penelitian sebagai acuan dalam pelaksanaan penelitian sebagaimana digambarkan pada Bagan 3.1 (terlampir pada lembar selanjutnya).


(27)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu46

Studi Pendahuluan

Identifikasi Masalah

Bagan 3. 1 Alur Penelitian

Revisi rancangan program Penelaahan dan Judgement oleh

pakar dan praktisi BK Satuan Layanan

Program Analisis Kebutuhan Siswa

Rancangan Program

Pengolahan data Penyebaran angket Perumusan kisi-kisi instrumen

dan item penelitian

Validasi Instrumen Penelaahan dan Judgement oleh

pakar dan praktisi BK


(28)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu47 3.3 Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian disini meliputi Self Monitoring dan Konformitas Remaja.

3.3.1 Self Monitoring

Self Monitoring (pemantauan diri) merupakan strategi perubahan

perilaku konseli yang dapat diamati dan dicatat, berkaitan tentang diri mereka sendiri dan interaksi mereka dengan situasi lingkungan.

Self-Monitoring untuk mereduksi overconformity remaja (siswa kelas VII SMP

Pasundan 3 Bandung), dalam penelitian ini ialah pelatihan terhadap remaja agar mampu untuk mengatur, memantau dan mengontrol perilaku dan penampilannya seperti dengan memakai barang-barang yang sama dengan teman satu kelompoknya atau mengubah penampilan dirinya agar dapat membuat orang lain terkesan.

Kemudian, untuk pelaksanaan teknik self monitoring dalam penelitian ini berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Thoersen dan Mahoney (Cormier & Cormier, 2010, hlm. 47) yaitu rasional strategi, memilih respon, memetakan respon, memperoleh data, dan mengaplikasikannya.

a. Rasional Strategi Konseling. Menjelaskan rasional dari

self-monitoring sebelum penggunaan strategi ini. Konseli sebaiknya

mengetahui dan sadar apa prosedur self-monitoring dan bagaimana prosedur ini dapat membantu konseli.

b. Memilih Respon. Ketika konseli telah berjanji untuk menggunakan

self-monitoring, pengamatan dan pemilihan respon yang dikehendaki

mutlak diperlukan. Pemilihan respon dapat berlangsung kapan saja, ketika konseli dapat membantu ada atau tidaknya sikap. Pemilihan respon ini dapat membantu konseli mengenali apa yang mesti dipantau.

c. Mencatat Respon. Setelah konseli belajar memilih respon, konselor dapat memberi petunjuk dan contoh tentang metode untuk mencatat respon yang telah ditaati. Pencatatan yang sistematis penting sekali untuk keberhasilan dari self-monitoring. Sehingga konseli perlu


(29)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu48

diberitahu pentingnya metode pencatatan yang meliputi, kapan dan bagaimana serta apa saja alat pencatat yang dibutuhkan untuk mencatat respon yang ada.

d. Memetakan Respon (Membuat Chart). Data yang telah dicatat oleh konseli sebaiknya dipisahkan pada penyimpanan yang lebih permanen seperti grafik atau histogram yang memungkinkan konseli dapat memeriksa data dari self-monitoring secara visual. Konseli sebaiknya menerima instruksi-instruksi lisan maupun tulisan yang lain dalam pembuatan grafik harian dari pemetaan respon.

e. Mempertunjukkan Data. Setelah gambaran tersebut diatas dijelaskan kepada konseli, selanjutnya konselor meminta data yang telah dicatat oleh konseli untuk ditunjukkan kepada konselor untuk dianalisa. f. Analisa Data. Dalam hal ini konselor dapat meminta konseli untuk

membandingkan dengan tujuan dan standart yang diinginkan. Konseli dapat menggunakan data yang tercatat untuk evaluasi diri dan memastikan apakah data menunjukkan tingkah laku itu tetap atau keluar dari batasan yang diinginkan.

Selanjutnya dikemukakan pula oleh Cormier & Cormier (2010, hlm. 47) tahapan intervensi self monitoring untuk mereduksi overconformity remaja yaitu sebagai berikut:

1) Remaja menyeleksi perilaku atau perasaan yang ingin diubah. 2) Remaja menyusun tujuan-tujuan untuk target yang diharapkan

dan menghindari hambatan-hambatannya.

3) Remaja menargetkan reaksi-reaksi dari self-monitoring. 4) Remaja mengawasi akibat dari setiap reaksi yang diamati. 5) Remaja mengevaluasi pemantauan dirinya untuk melihat

perubahan keberhasilan self monitoring sebagai bagian dari self


(30)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu49

3.3.2 Konformitas Remaja

Konsep teori yang dikembangkan oleh Sears dkk (Santrock, 2003, hlm. 220) menyatakan bahwa ketaatan remaja terhadap norma kelompok, kepercayaan yang besar terhadap kelompok, perasaan takut terhadap penyimpangan norma kelompok dan perasaan takut jika mendapat celaan dari lingkungan sosialnya mendukung remaja untuk melakukan

overconformity.

Selanjutnya untuk overconformity pada penelitian ini adalah konformitas yang derajatnya di atas normal atau derajat sangat tinggi, yakni semua tingkah lakunya termasuk kekompakan, kesepakatan, ketaatannya sesuai dengan standar atau aturan-aturan yang ditetapkan oleh kelompok teman sebayanya. Remaja yang mengalami overconformity, akan memiliki kecemasan apabila bertingkah laku salah dan tidak sesuai dengan harapan kelompok yang berakibat siswa akan sangat tergantung pada orang lain (teman sebaya). Sehingga kehilangan identitasnya sebagai pribadi.

Berdasarkan teori yang dikembangkan oleh Sears dkk (Santrock, 2003, hlm. 220), terdapat tiga hal yang menandai konformitas remaja dengan teman sebayanya, yaitu sebagai berikut:

a. Kekompakan

Eratnya hubungan remaja dengan kelompok disebabkan perasaan suka antara anggota kelompok serta harapan memperoleh manfaat dari keanggotaannya. Semakin besar rasa suka anggota yang satu terhadap anggota lain, dan semakin besar harapan untuk memperoleh manfaat dari keanggotaan kelompok serta semakin besar kesetiaan mereka, maka akan semakin kompak kelompok tersebut.

1) Penyesuaian diri terhadap kelompok

Kekompakan yang tinggi menimbulkan tingkat konformitas yang semakin tinggi. Alasan utamanya adlah bila individu merasa dekap dengan anggota kelompok lain, akan semakin menyenangkan bagi mereka untuk mengakui individu tersebut dan semakin menyakitkan bila mereka mencelanya.


(31)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu50

2) Perhatian terhadap kelompok

Semakin tinggi perhatian seseorang dalam kelompok, semakin serius tingkat rasa takutya terhadap penolakan, dan semakin kecil kemungkinan untuk tidak menyetujui kelompok.

b. Kesepakatan

Pendapat kelompok teman sebaya yang sudah dibuat memiliki tekanan kuat sehingga remaja harus loyal dan menyesuaikan pendapatnya dengan pendapat kelompok.

1) Kepercayaan terhadap pendapat kelompok

Penurunan melakukan konformitas yang drastic karena hancurnya kesepakan disebabkan oleh faktor kepercayaan. 2) Persamaan pendapat dengan pendapat kelompok

Persamaan pendapat antar anggota kelompok maka konformitas akan semakin tinggi. Tetapi bila dalam suatu kelompok terdapat satu orang saja tidak sependapat dengan anggota kelompok yang lain maka konformitas akan menurun. c. Ketaatan

Tekanan atau tuntutan kelompok teman sebaya pada remaja membuatnya rela melakukan tindakan walaupun remaja tidak menginginkannya. Bila ketaatan tinggi maka konformitasnya akan tinggi pula.

a. Mengalami tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman.

Untuk memunculkan ketaatan maka tekanan ditingkatkan melalui ganjaran, ancaman, atau hukuman.

b. Kerelaan memenuhi harapan orang lain.

Harapan dari orang lain dapat menimbulkan ketaatan, karena individu ditempatkan dalam situasi yang terkendali, dimana segala sesuatunya diatur sedemikian rupa sehingga ketidaktaat merupakan hal yang hampir tidak mungkin timbul.


(32)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu51 3.4 Instrument Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Instrumen

Jenis instrumen pengungkap data penelitian ini adalah angket tertutup. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik non tes dengan menggunakan angket. Pengisian item kuesioner dilakukan dengan teknik skala Likert.

Penyebaran angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data melalui cara penyusunan daftar item yang sudah disiapkan sebelumnya dan dibagikan kepada responden untuk memperoleh jawaban yang sesuai dengan tujuan penelitian. Dan penelitian ini mengajukan item kepada responden (siswa kelas VII) mengenai konformitas remaja.

3.4.2 Pengembangan Kisi-Kisi Instrumen

Kisi-kisi instrumen mengungkap konformitas yang dikembangkan dari definisi operasional variabel berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Sears dkk. Kisi-kisi instrumen konformitas remaja ini meliputi aspek kekompakan (penyesuaian diri dan perhatian terhadap kelompok), kesepakatan kepercayaan (kepercayaan terhadap pendapat kelompok, persamaan pendapat, dan tidak menyimpang terhadap pendapat kelompok), dan ketaatan (mengalami tekanan dan kerelaan dalam memenuhi harapan kelompok).

Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan angket yang berbentuk item kemudian disusun sesuai dengan rujukan pada defini operasional variabel yang dikembangkan dari beberapa indikator, dalam bentuk pernyataan-item yang telah dijabarkan dan dijawab oleh responden (siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung) dengan cara memilih alternatif respon yang telah disediakan.

Berikut ini adalah perumusan kisi-kisi instrumen konformitas remaja dapat dilihat pada tabel 3.1


(33)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu52

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Instrumen Konformitas Remaja (Sebelum Uji Coba)

No. ASPEK INDIKATOR ITEM

(+) (-)

1. Kekompakan a. Penyesuaian diri terhadap kelompok (disebabkan perasaan dekat dengan anggota kelompok yang lain, yaitu menyenangkan jika diakui dan menyakitkan jika dicela)

1, 2 ,3, 4, 6, 7, 9, 10,

11

5, 8

b. Perhatian terhadap kelompok (disebabkan rasa takut terhadap penolakan)

12, 13, 14, 16,

17

15 2. Kesepakatan a. Kepercayaan terhadap pendapat

kelompok (ketergantungan individu terhadap pendapat kelompok sebagai sumber informasi)

18, 19 20, 21

b. Persamaan pendapat dengan pendapat kelompok (adanya kesamaan pendapat antara dirinya dengan pendapat kelompok)

22, 23,

25 24, 26 c. Tidak melakukan penyimpangan

terhadap pendapat kelompok (keenganan untuk menjadi orang yang menyimpang karena dikucilkan dan dianggap sebagai orang yang menyimpang)

27, 29,

30, 31 28, 32

3. Ketaatan a. Mengalami tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman (tekanan untuk menampilkan perilaku tertentu)

33, 34, 35, 36, 37, 38,

39

40

b. Kerelaan dalam memenuhi harapan orang lain (kerelaan dalam memenuhi permintaan kelompok)

45, 46, 47

41, 42, 43, 44

33 14


(34)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu53

3.4.3 Pedoman Skoring

Jenis instrumen pengungkap data penelitian ini adalah angket tertutup. Pengisian item kuisioner dilakukan dengan teknik skala Likert. Setiap item dijawab dengan “selalu” (SL), “sering” (SR), “kadang-kadang”

(KD), “jarang” (JR), dan “tidak pernah” (TP).

Penilaian terhadap item favorable adalah “selalu” (SL) = 5, “sering”

(SR) = 4, “kadang-kadang” (KD) = 3, “jarang” (JR) = 2, dan “tidak pernah” (TP) = 1. Dan untuk penilaian terhadap item unfavorable adalah “selalu”

(SL) = 1, “sering” (SR) = 2, “kadang-kadang” (KD) = 3, “jarang” (JR) = 4,

dan “tidak pernah” (TP) = 5.

Skor konformitas adalah skor total dari seluruh aspek konformitas. Semakin tinggi skornya berarti subjek tersebut memiliki konformitas yang positif. Sebaliknya, semakin rendah skornya berarti subjek memiliki konformitas yang negatif. Skor konformitas adalah skor total dari seluruh aspek konformitas. Semakin tinggi skornya berarti subjek tersebut memiliki konformitas yang positif. Sebaliknya, semakin rendah skornya berarti subjek memiliki konformitas yang negatif. Skoring skala konformitas dapat dilihat pada tabel 1.1 (lihat halaman 13).

3.5 Uji Coba Alat Ukur

Angket sebagai alat pengumpul data yang dipergunakan, telah melalui beberapa tahap pengujian di antaranya sebagai berikut:

1. Penyusunan Butir-butir Instrumen

Penyusunan butir-butir instrumen konformitas berupa item disusun berdasarkan pada indikator yang telah ditetapkan.

2. Penimbangan Butir Item (Judgement Instrument)

Uji kelayakan butir instrumen melalui penimbangan (judgement) dalam pengembangan alat pengumpul data yang bertujuan untuk mngetahui tingkat kelayakan instrumen berdasarkan aspek kesesuaian dengan landasan teoritis, dengan format dari perspektif ilmu pengukuran serta ketepatan bahasa yang digunakan, perspektif bahasa baku dan subjek yang memberikan respon.


(35)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu54

Judgement kepada tiga dosen ahli dilakukan untuk menimbang dan

memastikan bahwasanya instrumen yang dibuat adalah layak. Dengan memberikan penilaian pada setiap butir item dengan kualifikasi Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM). Item yang diberi nilai Memadai dinyatakan layak dan dapat digunakan, sedangkan item yang diberi nilai Tidak Memadai dinyatakan dalam dua kemungkinan yakni item tidak dapat digunakan atau item tersebut diperbaikki.

Penimbang yakni dosen ahli dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Dan didapatkan hasil bahwa ada beberapa item yang direvisi. Berikut adalah hasil penimbangan dari tiga dosen ahli untuk instrumen konformitas, dapat dilihat pada tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2

Hasil Penimbangan Instrumen Konformitas

Hasil Penimbangan Nomer item Jumlah

Dipakai 1, 2 ,3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17

18, 19, 20, 21, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47

46

Direvisi 22 1

Ditambah - -

Dibuang - -

3. Revisi Butir Instrumen

Pada awal dibuat, instrumen konformitas terdiri dari 47 item yakni 33 butir item positif dan 14 butir item negatif. Setelah proses penimbangan

(judgement) oleh tiga dosen ahli, maka didapatkan 46 butir dapat dipakai

dan 1 butir harus direvisi dan dimasukkan dalam item negatif. Sehingga intrumen konformitas menjadi 32 butir item positif dan 15 butir item negatif total jumlah adalah 47 butir item.


(36)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu55

4. Uji Keterbacaan

Setelah uji kelayakan, dilanjutkan dengan uji keterbacaan instrumen kepada 15 orang siswa SMP Pasundan 3 Bandung. Dan didapatkan bahwa terdapat beberapa kata dalam item yang kurang dipahami oleh siswa, sehingga peneliti kembali merevisi diksi (pilihan kata) agar lebih mudah dipahami oleh siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung. Tahapan terakhir setelah uji keterbacaan adalah uji validitas dan reliabilitas.

5. Uji Validitas Butir Item

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrumen (Arikunto, 2006, hlm. 78). Validitas item adalah derajat kesesuaian antara item satu dengan item yang lainnya dalam suatu perangkat instrumen. Uji validitas bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur hal yang ingin diukur oleh peneliti.semakin tinggi nilai validasi item maka semakin valid instrumen yang akan digunakan.

Uji validitas butir item akan menggunakan perhitungan Korelasi Rank Spearman. Korelasi Rank Spearman ini digunakan untuk menunjukkan keeratan hubungan yang terjadi antara dua variabel atau menguji signifikansi hipotesis asosiatif jika masing-masing variabel yang dihubungkan berskala ukur ordinal. Pengujian validitas item ini akan menggunakan program aplikasi Microsoft Excel 2007 dan SPSS 17.0 for

windows (hasil perhitungan validitas menggunakan IBM SPSS 21 for windows terlampir). Perhitungan dalam rumus Korelasi Rank Spearman,

sebagai berikut.

Dengan:

∑x = N −N− ∑� dan ∑� = ∑ t −�

=

∑ +∑ −∑d √∑ ∑


(37)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu56

∑y = N −N− ∑� dan ∑� = ∑ t −�

∑� dan ∑� merupakan faktor korelasi X dan Y Keterangan:

t = frekuensi nilai yang sama N= jumlah sampel

X= data item

Y= total nilai dari data sub variabel

(Sugiyono, 2008, hlm. 173) Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas

Hasil Item Jumlah

Valid 1, 2 ,3, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 17, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 46, 47

44

Tidak valid 16,18, 45 3

Jumlah 47

Hasil pengujian validitas instrumen konformitas dengan menggunakan korelasi Rank Spearman, item yang dinyatakan valid memiliki daya pembeda yang signifikan pada p > 0.01 dan p < 0.01. Ini artinya terdapat dari 47 item yang disusun didapat 46 item yang dinyatakan valid dan sebanyak 1 item item tidak valid.

Kisi-kisi instrumen konformitas remaja setelah dilakukan uji coba ditunjukkan pada Tabel 3.4 berikut ini.


(38)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu57

Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen Konformitas Remaja

(Setelah Uji Coba)

No. ASPEK INDIKATOR

ITEM (+) (-)

1. Kekompakan a. Penyesuaian diri terhadap kelompok (disebabkan perasaan dekat dengan anggota kelompok yang lain, yaitu menyenangkan jika diakui dan menyakitkan jika dicela)

1, 2 , 3, 4, 6, 7,

9, 10, 11

5, 8

b. Perhatian terhadap kelompok (disebabkan rasa takut terhadap penolakan)

12, 13,

14, 17 15 2. Kesepakatan a. Kepercayaan terhadap pendapat

kelompok (ketergantungan individu terhadap pendapat kelompok sebagai sumber informasi)

19 20, 21, 22

b. Persamaan pendapat dengan pendapat kelompok (adanya kesamaan pendapat antara dirinya dengan pendapat kelompok)

23, 25 24, 26

c. Tidak melakukan penyimpangan terhadap pendapat kelompok (keenganan untuk menjadi orang yang menyimpang karena dikucilkan dan dianggap sebagai orang yang menyimpang)

27, 29,

30, 31 28, 32

3. Ketaatan a. Mengalami tekanan karena ganjaran, ancaman, atau hukuman (tekanan untuk menampilkan perilaku tertentu) 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39 40

b. Kerelaan dalam memenuhi harapan orang lain (kerelaan dalam memenuhi permintaan kelompok)

46, 47 41, 42, 43, 44


(39)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu58

6. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas ditujukan untuk mengetahui tingkat keajegan suatu instrumen, konsistensi internal instrumen yang digunakan sebagai ketetapan alat ukur. Sehingga dapat menunjukkan instrumen penelitian tersebut dapat dipercaya dan dpaat dikatakan sebagai instrumen yang baik, maksudnya adalah instrumen yang dapat dengan ajeg memberikan data sesuai dengan kenyataan.

Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang baik, apabila instrumen tersebut memiliki kesamaan dalam waktu yang berbeda sehingga instrumen dapat digunakan berkali-kali. Pengolahan dilakukan dengan menggunakan program aplikasi Microsoft Excel 2007 dan IBM SPSS 21 for

windows. Pengujian reliabilitas alat pengumpul data menggunakan rumus

Koefisien Alpha Cronbach dengan rumus sebagai berikut.

Keterangan:

r = Reliabilitas instrumen K = Banyaknya butir pernyataan

∑�� = Jumlah varians butir � = Varians total

(Arikunto, 2010, hlm. 239)

Adapun kriteria yang dijadikan sebagai tolak ukur koefisien reliabilitas yang dikemukakan oleh Guilford (Purnamasari, 2013, hlm. 56) dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas

Kriteria Reliabilitas Kategori

0.91 – 1.00 Derajat keterandalan sangat tinggi





2

2 11

1

1

t b

k

k

r


(40)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu59

0.71 – 0.90 Derajat keterandalan tinggi 0.41 – 0.70 Derajat keterandalan cukup (sedang) 0.21 – 0.40 Derajat keterandalan rendah

R < 0.20 Derajat keterandalan sangat rendah

Setelah melalui proses perhitungan reliabilitas, didapatkan hasil sebagai berikut.

Tabel 3.6

Tingkat Reliabilitas Instrumen

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

,871 44

Dari hasil perhitungan data untuk mengetahui tingkat reliabilitas dengan menggunakan aplikasi software IBM SPSS 21 for windows pada 44 butir

item yang valid, diperoleh harga reliabilitas (r hitung) sebesar 0.871 pada α

= 0.05.

Sehingga, dengan melihat kembali tabel 3.5 maka diketahui bahwa harga reliabilitas instrumen berada pada derajat keterandalan yang tinggi. Artinya, skor perilaku overconformity mampu menghasilkan skor pada setiap butir item dengan konsisten dan layak untuk digunakan dalam penelitian ini.

3.6 Langkah-langkah Penelitian

Pada pelaksanaan peneltian deskriptif ini, langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut:

1. Studi pendahuluan berupa observasi 2. Mengidentifikasi rumusan masalah

3. Mengkaji permasalahan dengan teori-teori yang relevan

4. Melakukan perizinan penelitian kepada pihak SMP Pasundan 3 Bandung


(41)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu60

5. Membuat kisi-kisi instrumen dan judgement instrumen kepada dosen ahli

6. Uji keterbacaan 7. Penyebaran angket

8. Menghitung dan mengolah data

9. Menganalisis hasil instrumen yang digunakan dalam penelitian. 10. Uji validitas dan reliabilitas

11. Mendeskripsikan data

12. Merancang strategi teknik self monitoring untuk mereduksi

overconformity remaja

13. Judgement rancangan program kepada dosen ahli

14. Revisi rancangan program 15. Program

3.7 Analisis Data

Pada penelitian ini, terdapat dua rumusan pertanyaan penelitian, dan dibawah ini adalah penjabaran jawaban atas pertanyaan tersebut.

1. Pertama, gambaran umum konformitas pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung. Dilakukan pengelompokan data menjadi tiga kategori yaitu: tinggi, sedang dan rendah dengan melalui distributor skor responden berdasarkan konversi skor yang telat ditentukan, pada perhitungan skor yang telah ditentukan. Perhitungan skor konformitas siswa ini adalah dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Menghitung skor total masing-masing responden

2) Menghitung rata-rata dari skor total responden (μ) dengan menggunakan program IBM SPSS 21 for windows

3) Menentukan standar deviasi dari skor total responden (ơ) dengan menggunakan program IBM SPSS 21 for windows

4) Mengelompokkan data menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah dengan menggunakan distribusi frekuensi.


(42)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu61

Secara spesifik penentuan kategori perilaku konformitas digunakan 3 kategori yakni tingkat perilaku konformitas rendah. Konformitas sedang, dan konformitas tinggi. Menurut Arikunto (2006, hlm. 263-264) sebagai berikut :

a. Menentukan nilai rata-rata ideal, dengan menggunakan rumus: X ideal = ½ {(Xmin) + (Xmax)}

Keterangan :

X. Ideal : rata-rata ideal Xmin : skor minimal item Xmax : skor maksimal item

Dalam penelitian ini, skor maksimal dan skor minimal dikalikan dengan jumlah item setelah uji validitas.

b. Menentukan nilai simpangan baku ideal (Sideal) dengan menggunakan rumus :

Sideal = ⅓ (X. Ideal)

Keterangan :

S ideal : Simpangan baku ideal X ideal : Rata-rata ideal

c. Menentukan batas kelompok dengan menggunakan skor ideal, dapat dikelompokkan dalam tida kategori, yakni konformitas tinggi, konformitas sedang, dan konformitas rendah.

2) Kategori konformitas tinggi

Semua siswa yang berada pada skor rata-rata +1 standar deviasi keatas.

3) Kategori konformitas sedang

Semua siswa yang berada pada skor rata-rata antara -1 standar deviasi dan +1 standar deviasi.

4) Kategori konformitas rendah

Semua siswa yang berada pada skor antara -1 standar deviasi kebawah.


(43)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu62

Tabel 3.7

Rumus Menentukan Kategori Konformitas

Kategori Rumus

Konformitas Tinggi X > (µ + 1,0 dikali standar deviasi)

Konformitas Sedang Skor antara -1,0 standar deviasi dan +1,0 standar deviasi

Konformitas Rendah X < (µ - 1,0 dikali standar deviasi)

Dengan demikian, skor berkisar ≥184 (cenderung berkonformitas) dikategorikan tinggi; skor di antara ≤183 dan ≥91 (cenderung berkonformitas) dikategorikan sedang; dan skor ≤92


(44)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu63

Tabel 3.8

Interpretasi Skor Kategori Konformitas Remaja

2. Kedua, rancangan teknik self monitoring sebagai strategi untuk mereduksi overconformity pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung. Rancangan strategi program layanan teknik self monitoring untuk mereduksi overconformity telah disusun dan diuji oleh para dosen ahli Jurusan Bimbingan dan Konseling. Proses judgement rancangan strategi ini berdasarkan pendapat dan pertimbangan para dosen ahli untuk memberikan penilaian pada item kolom penilaian dengan kualifikasi Memadai (M), dan Tidak Memadai (TM). Rancangan teknik self monitoring sebagai strategi untuk mereduksi

Variabel Kategori Interpretasi

Konformitas Remaja Tingkat SMP

Rendah

≤78

Siswa cenderung berkonformitas dengan teman atau pun dalam kelompoknya hanya seperlunya saja, dan tidak begitu mengikuti norma sosialnya (teman sebaya).

Sedang 111 - 143

Siswa cenderung berkonformitas dengan teman atau pun dalam kelompoknya dengan intensitas yang cukup atau sedang, berkonformitas secara wajar, dan berusaha untuk menjadi sama dan mengikuti norma sosialnya (teman sebaya).

Tinggi

≥144

Siswa cenderung berkonformitas dengan teman atau pun dalam kelompoknya dengan intensitas yang tinggi, berkonformitas secara berlebihan, dan semua tingkah laku sesuai dengan norma sosialnya (teman sebaya), dan merasa cemas ketika tidak sama dengan teman kelompoknya.


(45)

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu64

overconformity didasarkan pada hasil perhitungan data instrumen


(46)

101

Rahmi Novitasari, 2014

Rancangan Teknik Self-Monitoring untuk Mereduksi Overconformity Remaja Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu101

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada Bab V ini menjelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kesimpulan dari penelitian. Beberapa hal yang dijelaskan dalam Bab ini ialah mengenai kesimpulan dan rekomendasi.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dibawah ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan yang patut untuk ditelaah dari penelitian ini. Berikut pemaparan kesimpulan penelitian:

1. Secara umum perilaku konformitas siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori sedang yakni dengan rata-rata skor 131.8. Sehingga, secara umum siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung dapat mencapai tugas perkembangan sosialnya dengan baik dan wajar. Terdapat 67 orang siswa yang memiliki kecenderungan konformitas tinggi.

2. Perilaku overconformity pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan rata-rata skor 156.3. Kemudian, untuk aspek konformitas yang paling tinggi adalah aspek kekompakan dengan rata-rata skor 58. Artinya, siswa memiliki kecenderungan yang tinggi dalam hal penyesuaian diri dan perhatian lebih terhadap kelompok. Sehingga, siswa membutuhkan layanan bimbingan untuk dapat mereduksi perilaku konformitas yang berlebih tersebut.

3. Secara keseluruhan aspek dan indikator keberhasilan dijadikan landasan pengembangan program yang diberikan melalui rancangan teknik self monitoring, dengan materi relevan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung. Rancangan teknik self monitoring disusun dengan komponen rasional, tujuan, sasaran, program intervensi, sesi intervensi, deskripsi kebutuhan,


(1)

101 Rahmi Novitasari, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pada Bab V ini menjelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kesimpulan dari penelitian. Beberapa hal yang dijelaskan dalam Bab ini ialah mengenai kesimpulan dan rekomendasi.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan, maka dibawah ini akan dipaparkan beberapa kesimpulan yang patut untuk ditelaah dari penelitian ini. Berikut pemaparan kesimpulan penelitian:

1. Secara umum perilaku konformitas siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 berada pada kategori sedang yakni dengan rata-rata skor 131.8. Sehingga, secara umum siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung dapat mencapai tugas perkembangan sosialnya dengan baik dan wajar. Terdapat 67 orang siswa yang memiliki kecenderungan konformitas tinggi.

2. Perilaku overconformity pada siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dengan rata-rata skor 156.3. Kemudian, untuk aspek konformitas yang paling tinggi adalah aspek kekompakan dengan rata-rata skor 58. Artinya, siswa memiliki kecenderungan yang tinggi dalam hal penyesuaian diri dan perhatian lebih terhadap kelompok. Sehingga, siswa membutuhkan layanan bimbingan untuk dapat mereduksi perilaku konformitas yang berlebih tersebut.

3. Secara keseluruhan aspek dan indikator keberhasilan dijadikan landasan pengembangan program yang diberikan melalui rancangan teknik self monitoring, dengan materi relevan dengan hasil analisis kebutuhan siswa kelas VII SMP Pasundan 3 Bandung. Rancangan teknik self monitoring disusun dengan komponen rasional, tujuan, sasaran, program intervensi, sesi intervensi, deskripsi kebutuhan,


(2)

indikator keberhasilan rencana operasional dan satuan kegiatan layanan bimbingan dan konseling.

5.2 Rekomendasi

Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan penelitian, beberapa rekomendasi akan disampaikan sebagai berikut :

1. Bagi Guru Pembimbing/Guru bimbingan dan konseling

Sebagian besar siswa mempunyai tingkat konformitas yang sedang, hanya sebagian kecil yang memiliki tingkat overconformity. Upaya yang selayaknya dilakukan guru pembimbing/guru bimbingan dan konseling adalah memberikan layanan bantuan pribadi-sosial kepada siswa mengenai pengaruh konformitas teman sebaya serta dampak yang terjadi bagi diri siswa;

2. Bagi Guru Mata Pelajaran

Guru merupakan orang pertama atau orang tua bagi siswa di sekolah. Dari hasil penelitian ini guru diharapkan dapat berperan untuk mengarahkan siswa melalui diskusi mengenai cara bergaul dengan teman yang baik. Guru juga diharapkan mampu bekerja sama (antara personil sekolah) dalam upaya mereduksi overconformity di sekolah, khususnya dengan pihak bimbingan dan konseling dengan cara membantu memantau aktivitas siswa dengan teman sekelasnya pada saat jam belajar mengajar berlangsung.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Berdasarkan keterbatasan penelitian sebelumnya, apabila peneliti selanjutnya ingin melakukan penelitian yang sama maka disarankan untuk mengembangkan penelitian dengan mengujicobakan rancangan program yang telah dibuat untuk mereduksi overconformity remaja khususnya tingkat SMP yakni dengan menggunakan metode penelitian Kuasi Eksperimen

single subject design. Kedua, menggunakan penambahan teknik penguatan

positif (Reinforcement Positive) untuk mereduksi Overconformity. Kemudian, yang ketiga disarankan bagi peneliti selanjutnya agar dapat lebih menyeluruh dalam mengungkap gambaran konformitas, baik dari siswa kelas VII sampai IX ataupun jenjang yang lebih tinggi SMA/SMK dan


(3)

Rahmi Novitasari, 2014

Perguruan Tinggi serta perbedaan konformitas berdasarkan gender (antara laki- laki dan perempuan).


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anin, F. dkk. (2011). Hubungan self-monitoring dengan impulsive buying

terhadap produk fashion pada remaja, Jurnal psikologi volume 35.

Psikologi-Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Arikunto, S. (2009). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Arishanti, Klara Innata. (2006). Pengaruh sosial konformitas. Tersedia di:

http//kuliahpsikologi.dekrizky.com/pengaruh-sosial-konformitas. Diakses 30 Oktober 2013.

Aryani, G. (2006). Hubungan antara konformitas dan perilaku konsumtif pada

remaja di SMA Negeri 1 Semarang. [Online]. Tersedia di: http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archieves/hash8039/b5482409. dir/doc.pdf). Diakses 20 September 2013.

Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia. (2008). Penataan pendidikan

profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Bandung: Publikasi Psikologi Pendidikan dan

Bimbingan.

Baron, R. & Byrne, D. (2005). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.

Berndt, S. dkk. (2007). Reinforcement Positive Reward. Journal Provitae, Vol.3, hlm. 87.

Chaplin, J.P. (2009). Kamus lengkap psikologi (Alih bahasa: Kartini Kartono). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Cormier, L.J. & Cormier, L.S. (1985). Interviewing strategies for helpers 2th.

California: Brooks/Code Publ. Co.

Desmita. (2005). Psikologi perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Edwi, A.S. (2010). Gaya presentasi diri self-monitoring. [Online]. Tersedia di:

http://edwi.dosen.upnyk.ac.id. Diakses 22 Oktober 2013.

Furqon. (1999). Statistika terapan untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.

Haisan. (2011). Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas. [Online]. Tersedia di: http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2186268-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-efektifitas/#ixzz2BgwxyBxk. Diakses 22 September 2013.

Hendrayani, I. (2011). Penggunaan teknik assertive training dalam mereduksi


(5)

Rahmi Novitasari, 2014

Hurlock, E.B. (1980). Development psychology: a life span approach, 5th edition

(Alih bahasa: Istiwidayanti, dkk.). Jakarta: Erlangga.

Maria. (2000). Hubungan antara pemantauan diri dan konformitas teman sebaya

dengan kecenderungan pembelian impulsif pada remaja putri. [Online].

Tersedia di: http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?d_id=23193. Diakses 20 September 2013.

Myers, D. (1993a). Social psychology, 4th edition. New York: McGraw-Hill

Companies. Inc.

Myers, D. (2002b). Social psychology, 7th edition. San Francisco: McGrow-Hill

Companies. Inc.

Nurihsan, A.J. & Syamsu, Y. (2008). Landasan bimbingan dan konseling. Bandung: Rosda Karya.

Nurihsan, A.J. (2005). Strategi layanan bimbingan dan konseling. Bandung: Refika Aditama.

Prawitasari, J.E. (1989). Pemantauan diri: salah satu cara untuk mengendalikan ketegangan. Jurnal Psikologi XVII (1).

Purnama, A.A. (2012). Efektivitas teknik self instruction untuk mereduksi

kecemasan menghadapi ujian. (Skripsi). Jurusan PPB-FIP, Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung.

Purnamasari, R.P. (2013). Rancangan teknik self-monitoring dan reinforcement

positive untuk mereduksi perilaku merokok. (Skripsi). Jurusan PPB-FIP,

Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Robert, A.B. (2005). Psikologi sosial. Jakarta: Erlangga.

Rochadi, K. (2004). Hubungan konformitas dengan perilaku merokok pada

remaja. [Online]. Tersedia di:

http://library.usu.ac.id/download/fkm/05000565.pdf. Diakses 20 September 2013.

Santrock, J.W. (2002a). Life span development: perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.

Santrock, J.W. (2003b). Adolescence. Jakarta: Erlangga.

Sarwono, S.W. (2010). Psikologi remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sears, D. dkk. (1985). Social Psychology, 5th (Alih bahasa: Andyanto). Jakarta :

Erlangga.

Sianturi, E. (2003). Hubungan antara konformitas terhadap kelompok teman

sebaya dengan sikap terhadap NAPZA pada remaja. (Skripsi). Fakultas


(6)

Sihotang, A. (2009). Hubungan konformitas terhadap kelompok teman sebaya

dengan pembelian impulsif pada remaja.

Soendari, T. (2012). Metode ppkkh penelitian deskriptif. [Online]. Tersedia di: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/1956021419 80032TJUTJU_SOENDARI/Power_Point_Perkuliahan/Metode_PPKKh/Pe nelitian__Deskriptif.ppt_%5BCompatibility_Mode%5D.pdf. Diakses 15 April 2014.

Sugara, G. (2010). Efektivitas teknik self instruction dalam mereduksi kejenuhan

belajar. (Skripsi). Jurusan PPB-FIP, Universitas Pendidikan Indonesia,

Bandung.

Sugiarto, dkk. (2011). Teknik sampling. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. (2011). Metode penelitian pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif

dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Surya, M. (2003). Psikologi pembelajaran. Bandung: Aksara.

Tanpa nama. (2000). Self monitoring. [Online]. Tersedia di: http://education.odu.edu/esse/docs/selfmonitoring.pdf. Diakses 22 September 2013.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI.

Walgito, Bimo. (2011). Teori-teori psikologi sosial. Yogyakarta: CV. Andi. Worchel, dkk. (2000). Self monitoring. [Online]. Tersedia di: www.edwias.com.

Diakses 22 Oktober 2013.

Yusuf, S. (2008). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung: Rosdakarya.