RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN REINFORCEMENT POSITIVE UNTUK MEREDUKSI PERILAKU MEROKOK : Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012-2013.

(1)

RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN

REINFORCEMENT POSITIVE UNTUK MEREDUKSI

PERILAKU MEROKOK

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh:

RADEN PUTRI PURNAMASARI 0900772

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2013


(2)

RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN REINFORCEMENT

POSITIVE UNTUK MEREDUKSI PERILAKU MEROKOK

(Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh

Raden Putri Purnamasari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan


(3)

Universitas Pendidikan Indonesia Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(4)

ABSTRAK

Raden Putri Purnamasari (2013). Rancangan Teknik Self Monitoring dan Reinforcement Positive untuk Mereduksi Perilaku Merokok (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 2 KarawangTahun Ajaran 2012/2013).

Penelitian ini mengungkap fenomena perilaku merokok remaja sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 karawang, dengan menyajikan pembahasan mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa. Serta merancang strategi layanan intervensi dengan pendekatan pribadi-sosial melalui rancangan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok. Tujuan akhir penelitian ini adalah mengetahui gambaran umum perilaku merokok serta merancang strategi layanan intervensi melalui teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok. Desain penelitian dengan menggunakan metode Kuanitatif-deskriptif. Sampel siswa yang teridentifikasi memiliki kriteria tertentu, pemilihan sampel dilakukan secara sensus. Hasil penelitian: (1) Gambaran tingkat perilaku merokok siswa kelas X secara umum berada pada kategori perokok sedang; (2) Gambaran tingkat perilaku merokok siswa kelas X pada tiap aspek berada pada aspek waktu merokok; dan (3) Upaya bantuan melalui layanan intervensi rancangan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang.

Rancangan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang meliputi Rasional, Tujuan, Sasaran Program Intervensi, Sesi Intervensi, Indikator Keberhasilan, Rancangan Operasional, Kegiatan Satuan Layanan (SKLBK).

Rekomendasi dari penelitian ini adalah : (a) Pihak Sekolah, mengevaluasi, memfasilitasi kebutuhan siswa melalui layanan intervensi bimbingan dan konseling serta melakukan Kolaborasi dari berbagai pihak melibatkan seluruh personel sekolah dan orang tua, adanya konseling referal dengan orang tua murid dalam penanganan perilaku merokok siswa. (b) Guru bimbingan dan konseling, dapat melaksanakan rancangan teknik self Monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok. (c) Peneliti Selanjutnya, untuk menggunakan metode Pra-Eksperimen dengan menguji efektivitas Teknik Self-monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok. Metode penelitian yang di gunakan adalah One Group Pre-test – Post-test Design (desain pretes-postes satu kelompok). Desain yang melibatkan sekelompok partisipan yang diberi treatment (penangan dan perlakuan) atau menerima intervensi. Observasi terhadap perilaku merokok dilakukan sebelum tes (pretes) dan setelah (postes) penanganan di berikan.


(5)

ABSTRACT

Purnamasari Putri Raden (2013). The design of Self Monitoring Techniques and Positive Reinforcement to Reduce Smoking Behavior (Studies of Class X Students of SMA Negeri 2 teaching KarawangTahun 2012/2013).

This study reveals the phenomenon of adolescent smoking behavior in high school SMA Negeri 2 karawang, by presenting an overview of the discussion on student smoking behavior. Intervention services as well as designing strategies with personal - social approach through the design of Self Monitoring techniques and positive reinforcement to reduce smoking behavior . The final goal of this study was to determine the general picture of smoking behavior and devise strategies intervention services through the Self Monitoring techniques and positive reinforcement to reduce smoking behavior . Research design using Kuanitatif - descriptive . Sample of students who are identified as having a certain criteria , sample selection is done by the census. The results : ( 1 ) The level of class X student smoking behavior in general is the category of moderate smokers, (2 ) The level of class X student smoking behavior in every aspect of smoking is the aspect of time, and ( 3 ) relief efforts through design intervention services Self Monitoring techniques and positive reinforcement as a strategy to reduce smoking behavior class X SMA Negeri 2 Karawang. The design of Self Monitoring techniques and positive reinforcement as a strategy to reduce smoking behavior class X SMA Negeri 2 Karawang includes Rational , Goal , Target Intervention Program , Intervention Session , Indicators of Success, Operational Design , Event Services Unit (SKLBK) .

Recommendations from this study are : ( a) The School , evaluate , facilitate the needs of students through guidance and counseling intervention services and undertake collaboration of the various parties involved all school personnel and parents , the counseling referrals to parents in the handling of student smoking behavior . ( b ) The teacher guidance and counseling , can carry out the design of self- monitoring techniques and positive reinforcement as a strategy to reduce smoking behavior . ( c ) Researchers Furthermore , to use the Pre - experiment method to test the effectiveness of self - monitoring techniques and positive reinforcement to reduce smoking behavior . The research method used is the One Group Pre -test - Post - test Design ( pretest - posttest design group) . Design involving a group of participants who were given treatment( handling and treatment ) or received no intervention . Observation of smoking behavior conducted before the test ( pretest) and after (posttest) treatment is given.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

UCAPAN TERIMA KASIH... iii

DAFTAR ISI... v

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian... 1

B.Identifikasi danRumusan Masalah... 8

C.Tujuan Penelitian... 11

D.Manfaat Penelitian... 12

E. Populasi dan Sampel Penelitian... 13

F. Sistematika Penulisan... 13

BAB II TEKNIK SELF MONITORING, REINFORCEMENT POSITIVE, PERILAKU MEROKOK A.Karakteristik Remaja... 15

B.Konsep Perilaku merokok... 21

C.Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk Mereduksi Perilaku Merokok... 35

BAB III METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Sampel Penelitian... 45

B.Desain Penelitian... 45

C.Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaan metode penelitian... 46

D.Definisi Operasional Variabel... 47

E. Instrument Pengumpulan Data... 48

F. Uji Coba Alat Ukur... 55

G.Langkah-langkah Penelitian... 57

H.Analisis Data... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian... 81

B.Pembahasan Hasil Penelitian... 84

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.Kesimpulan... 106

B.Rekomendasi... 108

DAFTAR PUSTAKA... 109 1107 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aktivitas Subjek Perilaku Merokok Remaja... 23

Tabel 2.2 Bahan Kimia dan Dampak pada Rokok... 32

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Perilaku Merokok Remaja... 49

Tabel 3.2 Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban... 55

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas... 56

Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas... 56

Tabel 3.5 Tingkat Reliabilitas Instrumen... 57

Tabel 4.1 Gambaran Tingkat Perilaku Merokok Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013 ... 81

Tabel 4.2 Rancangan Operasional Teknik Self Monitoring dan Reinforcement Positive sebagai strategi untuk Mereduksi Perilaku Merokok Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Karawang ... 91


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Gambaran Tingkat Perilaku Merokok Siswa Kelas X


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

1 SURAT-SURAT PENELITIAN

Surat pengangkatan dosen pembimbing Surat izin penelitian

Surat pernyataan telah melakukan penelitian

2

INSTRUMEN PENELITIAN

Kisi-kisi instrumen penelitian

Surat-pernyataan peminjaman instrumen

3

HASIL PENGOLAHAN DATA

Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

4 DATA HASIL PENELITIAN

Data gambaran umum perilaku merokok

5 RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN

REINFORCEMENT POSITIVE UNTUK MEREDUKSI PERILAKU MEROKOK

Format penilaian judgment rancangan-program intervensi layanan bk Dokumentasi kegiatan


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Semakin berkembang perkembangan zaman semakin berkembang pula para pengkonsumsi rokok dalam melakukan aktivitas dan kebiasaan perilaku merokok. Perilaku merokok merupakan suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya lalu menghembuskan keluar dari mulut yang dapat menimbulkan asap dan dapat dihisap oleh orang-orang sekitar. Nasution (2007 : 10)

Menurut Chaplin (2005) perilaku merokok terbagi dalam dua kata, yaitu perilaku dan merokok. Perilaku dalam arti arti luas yaitu sebagai aktivitas dan kegiatan yang dilakukan, sedangkan dalam arti sempit perilaku merupakan reaksi yang diamati secara objektif.

Sedangkan perilaku merokok menurut Dewi (2011 : 34) mengemukakan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas menghisap rokok dan menghirup asap rokok dengan menggunakan pipa atau rokok dengan cara menetap dan berbentuk melalui empat tahap, yaitu tahap preparation, initiation, becoming a smoker, dan maintenance of smoking.

Perilaku merokok dapat dilakukan di bawah usia 13 tahun, 14-17 tahun, 18 – 25 tahun, 26 – 35 tahun, 36 – 45 tahun, umur 36 tahun keatas. Berdasarkan data riset kesehatan tahun 2007 usia perokok pada usia 15-19 tahun mencapai 4,2 juta. Dari angka tersebut 7 % usia perokok adalah sekolah dasar (SD), 16 % usia sekolah menegah pertama (SMP), sedangkan usia sekolah menengah atas sebanyak 24% (Deputi bidang pencegahan badan Narkotika Nasional : 2012). Diketahui terdapat 24% yang memiliki aktivitas merokok yang terjadi pada tingkatan sekolah menengah atas (masa remaja). Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dalam masa ini fase perkembangan berfikir dan emosi remaja berkembang. Masa remaja menurut Piaget (Hurlock,


(11)

1980 : 206) “Remaja berasal dari kata adolencere (kata bendanya, adolescentia

yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa”. Istilah

adolescence mencangkup kematangan emosional, sosial dan fisik”.

Menurut Sarwono (2010 : 11) remaja dalam arti adolescence berasal dari kata latin adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Kematangan di sini tidak hanya kematangan fisik, melainkan kematangan sosial dan psikologis. Remaja dalam arti psikologis sangat berkaitan dengan kehidupan dan keadaan masyarakat.

Secara psikologis, masa remaja adalah usia individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama (Hurlock, 1980 : 206).

Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali menunjukan tanda-tanda seksual sekunder hingga mencapai kematangan seksual, individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa, individu terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri yang berada pada fase perkembangan dekade kedua masa kehidupan. Sarwono (2010 : 12).

Kehidupan dan aktivitas yang dilakukan remaja merupakan hal yang dapat ditiru dan mudah ditiru. Ketika remaja mencoba untuk merokok dan menikmati sensasi rokok adanya hasrat keinginan merokok, pengaruh-pengaruh untuk merokok dan faktor- faktor remaja merokok. Merokok adalah aktivitas yang dilakukan orang dewasa, remaja bahkan anak-anak sekolah dasar dan balita. Perlunya pemahaman dan pengetahuan akan bahaya merokok, yaitu merokok dapat menyebabkan penyakit jantung dan gangguan pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring, kanker osefagus, bronkhitis, tekanan darah tinggi, impotensi serta gangguan kehamilan dan cacat pada janin (Faozioetama : 2012 : 3).

Perilaku merokok yang merupakan aktivitas menghisap rokok dengan menggunakan pipa rokok dan mengeluarkan asap rokok melalui mulut, reaksi yang dapat diamati secara umum dan objektif dan dapat dilakukan oleh orang dewasa, remaja bahkan anak-anak usia sekolah dasar dan balita. Merokok sudah menjadi kebutuhan khususnya bagi para pengguna rokok. Merokok di kalangan


(12)

remaja merupakan suatu ajang atau pencarian jati diri, dalam hal ini remaja melakukan kebiasaan merokok sebagai simbol kejantanan, merokok dapat mengurangi kecemasan bahkan menjadikan macho apabila melakukan aktivitas dan bahkan menjadi kebiasaan ini. Awal mulanya dengan mencoba-coba rokok karena tawaran dari teman sebaya, bahkan melihat sendiri orang tua, teman sebaya, pengaruh iklan sehingga menimbulkan motif pribadi untuk merokok. Merokok dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

Perokok merasakan sensasi yang begitu nyata dari merokok khusunya perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja di kalangan sekolah. Faktor yang menyebab remaja merokok, yaitu diantaranya remaja merokok karena ikut-ikutan dengan teman, untuk iseng, agar lebih tenang apalagi pada waktu berpacaran, berani ambil resiko, karena bosan dan tidak ada yang sedang dilakukan dan supaya kelihatan seperti orang dewasa. Secara psikologis perilaku merokok sudah dianggap kebutuhan dan sebagai salah satu cara untuk menumbuhkan afeksi positif, menimbulkan efek relaksasi, menghilangkan kecemasan, menimbulkan ketergantungan psikologis untuk mengatur keadaan emosi. Keuntungan psikologis dari merokok bukanlah cara yang efektif untuk mengatasi masalah, keuntungan yang diperoleh dari merokok tidak sebanding dengan kesehatan. Maka dari itu merokok yang dilakukan remaja dalam kehidupan sehari-hari perlu diperhatikan oleh pihak-pihak yang terlibat pemerintah dan kesehatan, orang tua di rumah maupun pihak sekolah dan pembimbing sekolah. Upaya ini dilakukan agar siswa dapat menyadari bahwa kesehatan jauh lebih penting. Menurut Brandon (Yusti, 2010 : 12 ) “Merokok digunakan untuk mengatur afeksi, terutama afeksi negative yaitu perasaan sedih, marah dan distress. Bahkan lebih dari setengah penyebab kambuhnya perilaku merokok berhubungan dengan afeksi negatif”.

Berdasarkan hasil survei Badan kesehatan dunia (World Health Organization) WHO (2008), terdaftar 10 negara perokok terbesar di dunia, diantaranya : 1. China = 390 juta perokok atau 29% per penduduk, 2. India= 144 juta perokok atau 12.5% per penduduk, 3. Indonesia = 65 juta perokok atau 28 % per penduduk (225 miliar batang per tahun), 4. Rusia = 61 juta perokok atau 43%


(13)

per penduduk, 5. Amerika Serikat =58 juta perokok atau 19 % per penduduk, 6. Jepang = 49 juta perokok atau 38% per penduduk, 7. Brazil = 24 juta perokok atau 12.5% per penduduk, 8. Bangladesh=23.3 juta perokok atau 23.5% per penduduk, 9. Jerman= 22.3 juta perokok atau 27%, 10. Turki = 21.5 juta perokok atau 30.5%. Hasil laporan WHO 2008 menyatakan statistik jumlah perokok 1.35 miliar orang. Statistik Perokok dari kalangan anak-anak dan remaja, berkisar antara 24.1% pada anak/remaja pria, dan 4.0% anak/ remaja wanita. (www.carahidup.um.ac.id)

Wahyuningsih (Hartini, 2012:2) mengungkap bahwa Indonesia menempati urutan ke-3 di dunia pada tahun 2010, perokok terbanyak setelah China 300 Juta, India 120 Juta, dan Indonesia 82 Juta Perokok.

Data di atas menyebutkan bahwa perokok Indonesia berada pada urutan ke-3 terbesar di dunia, berikut pemaparan perokok di Indonesia berdasarkan Usia:

Penelitian yang dilakukan Komalasari dan Helmi (Khairun, 2011 : 3) pada remaja perokok usia 15-18 tahun menunjukan 40,9% diantaranya menjadi perokok karena merasakan kepuasan psikologis dari perilaku merokoknya.

Sedangkan data dari Indonesia Tobacco Control Network (ITCN), proporsi perokok pemula pada tahun 2007 adalah 80% masih berusia di bawah 19 tahun.(http://artikel.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/arsip/mayoritas-perokokberusia-di-bawah-19-tahun.html)

Erickson (Hamzal : 2012 : 4) mengemukakan bahwa, ”remaja mulai

merokok karena berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang

mencari jati dirinya”.

Pencarian jati diri yang menjadikan remaja merasa percaya diri mengkonsumsi rokok dan melakukan kebiasaan perilaku merokok serta adapun gejala awal yang membuat para pacandu rokok untuk tetap merokok yaitu perokok sering merasakan batuk-batuk, lidah terasa getir, perut terasa mual, dan sakit kepala. Secara psikologis merokok dapat memberikan kenikmatan dan kepuasan tersendiri, hal ini disebabkan karena adanya nikotin yang bersifat adiktif, sehingga jika di hentikan secara tiba-tiba akan menimbulkan stress. (Ambroll, 2009)


(14)

Perilaku merokok yang dilakukan remaja, seharusnya semakin menurun, tetapi tidak terjadi penurunan pada kenyataan. Perilaku merokok dilingkungan pelajar justru semakin marak. Perilaku merokok yang dilakukan pelajar sekolah menengah dapat dilihat dari fenomena dan aktivitas remaja dalam melakukan kebiasaan perilaku merokok. Secara psikologis, remaja adalah individu yang bermasyarakat dan terikat dalam suatu interaksi sosial dengan masyarakat, hal ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan remaja dalam pencapaian tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan remaja adalah mampu menerima keadaan fisik, memahami dan menerima peran seks atau jenis kelamin, membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis, mencapai kemandirian emosional, mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual, memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai moral dan perilaku, mengembangkan perilaku tanggung jawab pribadi-sosial, serta merencanakan masa depan (Asrori, 2011 : 10). Karakteristik remaja yang erat kaitannya dengan keinginan dan kebebasan, independensi dan pemberontakan, merokok pada usia remaja, merupakan hal yang menyimpang dari norma-norma.

Merokok di usia remaja mendapat perhatian khusus dari semua pihak dan lapisan masyarakat. Di pihak sekolah khususnya pada peserta didik yang merupakan tanggung jawab serta peran penting konselor bimbingan dan konseling dalam pemberian layanan siswa yang memiliki kebiasaan merokok. Layanan bimbingan dan konseling untuk mereduksi perilaku merokok siswa yaitu, Konselor mengenalkan alasan perlunya menaati aturan dan norma berperilaku, khususnya dalam mereduksi perilaku merokok. Layanan bimbingan dan konseling responsif merupakan pemberian bantuan layanan kepada konseli dalam bentuk bantuan segera, layanan ini di lakukan dengan segera untuk dapat membantu remaja dalam mengantisipasi hal-hal yang dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas- tugas perkembangan remaja. Layanan bimbingan dan konseling responsif ini di lakukan oleh pihak konselor kepada konseli dalam mereduksi perilaku merokok yang dilakukan remaja sekolah menengah atas (SMA).


(15)

Penelitian ini mengungkap fenomena perilaku merokok remaja sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 karawang, dengan menyajikan pembahasan mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa. Serta merancang strategi layanan intervensi dengan pendekatan pribadi-sosial melalui rancangan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok.

Penelitian terdahulu Sintia Dewi dengan judul Profil perilaku merokok siswa kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012-2013, siswa yang paling banyak merokok berada pada fase remaja madya dengan sebagian besar usia awal mereka pada fase remaja awal. Siswa merokok yang lebih besar adalah siswa laki-laki dan setengah dari mereka berada pada tahap becoming a smoker, rata-rata siswa mengkonsumsi rokok sebanyak empat batang per-hari dan memeiliki kecenderungan untuk menjadi perokok. Sebagian dari mereka merasa nyaman merokok bersama dengan para perokok lainnya dan umumnya mereka masih menghargai orang lain dalam melakukan perilaku merokok, berdasarkan rasa rokok, sebagian besar siswa merokok dengan rasa original, rokok putih, dan rokok berfilter. Malam hari merupakan waktu yang paling banyak digunakan siswa untuk merokok dan kebanyakan dari mereka melakukannya ketika berkumpul bersama teman.

Berdasarkan studi pendahulu yang dilakukan di SMA Negeri 2 Karawang, hari kamis, tanggal 10 Mei 2012. Peneliti menemukan kasus perilaku merokok pada siswa kelas X, sejumlah 50 siswa. Data diperoleh sebagai berikut: Perokok berat 10,2%, Perokok sedang 61,4%, perokok ringan 25,6%. Faktor yang mempengaruhi mereka yaitu pengaruh orang tua 85,5%, pengaruh teman sebaya 85,5%, pengaruh psikologis 86,5%, dan pengaruh iklan 85%.

Berdasarkan hasil rekomendasi guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 2 Karawang, identifikasi masalah yang dialami anak didiknya yaitu merokok. sehingga peneliti direkomendasikan untuk membuat rancangan strategi untuk mereduksi perilaku merokok. Penelitian difokuskan pada perilaku merokok remaja di SMAN 2 Karawang, khususnya pada siswa kelas X.

Perilaku merokok pada siswa kelas X merupakan bentuk kasus dan permasalahan siswa di sekolah, permasalahan siswa pada perilaku merokok


(16)

disekolah memerlukan sebuah upaya bantuan dari konselor sekolah pada siswa melalui proses pemberian layanan bimbingan dan konseling diperlukan dalam rangka melakukan upaya kuratif- terkait masalah pribadi dan sosial siswa. Bimbingan dan konseling pribadi sosial merupakan upaya layanan yang diberikan kepada siswa, agar mampu mengatasi permasalahan pribadi dan sosial siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. serta siswa dapat membina hubungan sosial yang harmonis dengan masyarakat di lingkungan. Bimbingan pribadi-sosial diberikan dengan cara menciptakan lingkungan yang kondusif, efektif, interaksi dan komunikasi yang akrab, mengembangkan pemahaman diri, menyalurkan sikap positif, serta kemampuan pribadi-sosial yang tepat dan akurat. Pada penelitian ini ditunjukan untuk memperoleh gambaran umum perilaku merokok serta merancangan program teknik self monitoring dan reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok, sehingga diharapkan mampu membuat program layanan sebagai bahan rujukan menangani perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang. Cognitive-behavior therapy (CBT) merupakan salah satu rumpun aliran konseling direktif yang dikemukakan oleh Williamson dengan modifikasi bersama teknik kognitif. Pemantauan Diri (Self Monitoring) merupakan salah satu teknik rumpunan dari Manajemen Diri pada salah satu model Cognitive-behavior therapy (CBT). Pemantauan diri adalah proses pengamatan diri pada kemampuan individu dalam menampilkan diri terhadap orang lain dan lingkungan dengan mengamati dan merekam tingkah laku diri yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosial. Serta sebagai proses evaluasi dari pemantauan diri terhadap perubahan-perubahan perilaku yang ditunjukan dan ditampilkan dengan memperkuat perilaku yang diinginkan atau untuk mereduksi perilaku yang tidak diinginkan.

Sedangkan Reinforcement positive merupakan strategi untuk memperkuat diri dalam berperilaku. Perhatian, kasih sayang, senyuman, pujian, hadiah (Myers, 2004). Reinforcement positive digunakan untuk membantu remaja dalam mengatur dan memperkuat dirinya sendiri terhadap perilaku yang akan diubahnya. melalui perhatian, pemenuhan kebutuhan, senyuman, pujian, hadiah.


(17)

Reinforcement positive digunakan untuk membantu remaja untuk mengatur dan memperkuat dirinya sendiri terhadap perilaku yang akan diubahnya melalui konsekuensi yang diperolehnya.

Konsekuensi yang diperoleh remaja dikendalikan oleh konsekuensi eksternal. Bandura (Detria, 2012:35) yaitu “mengubah atau mengembangkan perilaku dengan menggunakan sebanyak-banyaknya penghargaan diri sebagai penguatan positif. Penguatan positif merupakan dua kategori yang diklasifikasikan kedalam penghargaan diri yaitu penghargaan diri yang positif dan negatif.

Reinforcement positive (penguatan positif) melalui penghargaan diri, berupa pujian yang dilontarkan untuk memuji diri sendiri, penguatan, hadiah; senyuman, pelukan, pujian atas keberhasilan dan ketercapaian perilaku yang sudah diubahnya.

Cormier dan Cormier (Detria, 2012:35) Penghargaan diri yang positif lebih efektif untuk mengubah atau mengembangkan perilaku sasaran. Oleh sebab itu, yang lebih dianjurkan adalah penghargaan diri yang positif.

Cormier dan Cormier (1985 : 520) menyebutkan 5 ciri dari program pengelolaan diri dan penghargaan diri yang efektif, yaitu : 1). Kombinasi dari program pengelolaan diri sangat efektif dilaksanakan untuk perubahan perilaku, 2. Penggunaan strategi yang konsisten adalah esensial, 3. Penetapan sasaran perubahan perilaku yang akan diubah, kemudian dievaluasi tingkatan seberapa bisa sasaran yang telah dicapai, 4. Penggunaan penghargaan diri merupakan komponen yang penting dari pengelolaan diri sendiri, 5. Penghargaan diri berupa penguatan positif yang diberikan oleh lingkungan sebagai strategi penguatan diri dalam memperkuat, menambah respon dan mempercepat target tingkah laku sebagai hasil dari ketercapainya pelaksanaan program penguatan diri melalui reinforcement positive.

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah

Perilaku Merokok adalah Aktivitas menghirup, menghisap rokok melalui mulut dengan mengeluarkan asap rokok menggunakan pipa atau rokok. Perilaku


(18)

rokok yang dapat di amati secara objektif dapat yang dilakukan oleh orang dewasa, remaja sekolah mengengah pertama dan sekolah menengah atas, bahkan anak-anak sekolah dasar dan balita dalam melakukan perilaku merokok. Merokok bagi sebagian remaja merupakan perilaku proyeksi dari rasa sakit baik psikis maupun fisik. Pada tahap awal perokok merasakan ketidak enakan dalam mengkonsumsi. Helmi (Juliansyah, 2010 : 2) berpendapat bahwa saat pertama kali mengkonsumsi rokok, kebanyakan remaja mengalami gejala-gejala batuk, lidah terasa getir, dan perut mual. Ferdi (2009 : 3) berpendapat Rokok adalah hasil olahan tembakau yang dibungkus kertas. Jenis ini berasal dari tanaman Nicotina tabacum, Nicotina rustica dan spesies yang mengandung nicotin dan tar.

Rokok termasuk dalam jenis obat-obat psikoaktif (Nikotin). Nikotin atau nicotine adalah bahan psikoaktif di semua rokok. Efek nikotin yaitu meningkatnya kepercayaan diri dan kesiagaan, mengurangi marah dan kecemasan, dan menyembuhkan rasa sakit. Knott et al (King, 2012 : 319). Efek mengenaskan merokok sejak dini. Perilaku merokok yang dilakukan pada masa remaja menyebabkan perubahan genetika yang permanen di paru-paru dan selamanya meningkatkan resiko kanker paru-paru, bahkan bila perokok berhenti merokok akan menimbulkan stres. Weineke et al (King, 2012 : 327).

Menurut penyelidikan Gilbert dan Shirley (Nainggolan, 2001 : 17). Merokok yang dilakukan remaja karena ikut-ikutan dengan teman, untuk iseng, agar lebih tenang apalagi pada waktu pacaran, berani ambil resiko, bosan dan tidak ada yang sedang di lakukan, supaya kelihatan seperti orang dewasa.

(Nainggolan, 2001: 18) menerangkan bahwa“perokok tergolong yang senang menyiksa diri sendiri dengan tidak menyadarinya. Perokok cenderung lebih ekstropert atau bertindak dengan dorongan hati dari tidak perokok, dan tipe ini cenderung lebih banyak minum teh dan kopi”

Kebanyakan perokok mulai menghisap rokok waktu umur belasan tahun. Perokok sangat menikmati rokoknya yang pertama. Bahkan, biasanya rokok pertama itu membuat seseorang merasa mual dan pening (Nainggolan, 2001 : 18).

Di Indonesia, remaja mulai merokok karena kemauan sendiri, melihat teman-temannya merokok, dan diajari atau dipaksa merokok oleh teman-teman-temannya. Merokok pada remaja karena kemauan sendiri disebabkan oleh keinginan


(19)

menunjukkan bahwa dirinya telah dewasa. Umumnya mereka mulai dari perokok pasif (menghisap asap rokok orang lain yang merokok) kemudian menjadi perokok aktif. Awal merokok sebatas mencoba-coba dan kemudian menjadi ketagihan, akibat adanya nikotin di dalam rokok. Hampir disetiap tempat berkumpul remaja atau anak-anak usia sekolah menengah merokok. (Hamzal, 2012 : 3). Menurut Piaget (Santrock, 2010 : 10) „berfikir operasional formal adalah yang paling tepat

menggambarkan cara berfikir remaja.‟ Pada usia remaja individu mampu

membayangkan situasi dan kejadian dengan pemikiran logis. Pada fase operasional formal remaja memiliki pemikiran yang logis terhadap konsekuensi-konsekuensi atas semua hal yang dilakukannya. Remaja yang memutuskan untuk melakukan kebiasaan merokok semestinya mengetahui dan menyadari dampak dari kebiasaan merokok secara berlebihan.

Kecemasan orang tua mengenai perilaku merokok remaja yang dilakukan setelah pulang sekolah, merokok di tiap warung, di pinggiran jalan, sekitaran sekolah, serta mengkonsumsi rokok dalam waktu yang singkat-padat maupun dalam waktu yang lama, membuat semua kegiatan yang penting diabaikan. seperti; keinginan untuk selalu mengkonsumsi rokok, menyisakan uangnya hanya untuk membeli rokok. Sehingga semuanya akan berdampak buruk terhadap diri anak di sekolah baik kesehatan jasmani, psikis, maupun psikologisnya.

Menurut Conrad and Miller dalam Sitepoe (Hamzal : 2012 : 3) menyatakan bahwa “seseorang akan menjadi perokok melalui dorongan psikologis dan dorongan fisiologis”. Dorongan psikologis biasanya pada anak remaja adalah untuk menunjukkan kejantanan (bangga diri), mengalihkan kecemasan dan menunjukkan kedewasaan. Dorongan fisiologis adalah nikotin yang dapat menyebabkan ketagihan sehingga seseorang ingin terus merokok.

Berdasarkan identifikasi masalah di rumuskan masalah yang diteliti dalam penelitian adalah

1. Bagaimana gambaran umum perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang?


(20)

2. Bagaimana rancangan prosedur Self Monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X di SMANegeri 2 Karawang?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka Tujuan akhir dari penelitian akhir ini adalah mengetahui Gambaran umum Perilaku Merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang, serta merancang program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok.

Permasalahan perilaku merokok siswa dilakukan melalui pendekatan bimbingan pribadi-sosial dengan menggunakan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive. Desain penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang paling dasar (basic). Metode deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena-fenomena yang bersifat alamiyah ataupun rekayasa buatan manusia. Penelitian deskriptif mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan dengan fenomena lain. Pandangan metode deskriptif sebagai berikut, yakni metode deskriptif yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas, nyata, sedang terjadi, akurat dengan cara mengolah data, menganalisis, menafsirkan, memperoleh makna yang lebih luas dari metode deskriptif (kuantitatif) ataupun kualitatif, melakukan pengamatan, study dokumenter, study pendahulu, dan menyimpulkan data hasil penelitian sehingga peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu sebagai treatment. Penelitian deskriptif tidak terhenti pada pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan melainkan penemuan makna penelitian merupakan fokus dari keseluruhan proses kegiatan penelitian mengenai profil perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 karawang yang diuraikan secara terurai.

Deskripsi data hasil penelitian mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa merupakan dasar bagi rancangan strategi program layanan teknik


(21)

self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang.

Secara khusus penelitian bertujuan untuk memperoleh data empiris sebagai berikut:

a. Memperoleh gambaran umum Perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang

b. Merancang teknik Self monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

a. Menambah khazanah keilmuan mengenai Perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang.

b. Menambah dan memperkaya keilmuan Bimbingan dan Konseling dalam merancangan program layanan teknik Self Monitoring dan reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi konselor

Bagi konselor untuk mengetahui analisis kebutuhan siswa tentang Profil Perilaku Merokok yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive sebagai upaya pemberian bantuan kepada siswa disekolah untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang.

b. Manfaat bagi siswa

Siswa mengetahui kerugian dari merokok, serta siswa mampu mengendalikan keinginannya untuk mereduksi perilaku merokok.


(22)

c. Manfaat bagi sekolah

Memberikan rekomendasi kriteria siswa untuk mereduksi perilaku merokok, serta memberikan manfaat bagi para guru dalam menyikapi perilaku merokok siswa dan indikator-indikator perilaku merokok siswa dengan memberikan informasi empiris tentang gambaran umum perilaku merokok siswa serta merancang program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok.

Manfaat dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran umum perilaku merokok sehingga diharapkan mampu membuat rancangan program layanan teknik Self Monitoring dan reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang.

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karawang, kelompok yang dikenai penangan adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013 sampel penelitian difokuskan pada perilaku merokok remaja kelas X yang merokok dan berjumlah 72 orang, berdasarkan studi pendahulu yang telah peneliti laksanakan pada bulan Mei 2013, terdapat siswa kelas X yang memiliki kecenderungan perilaku merokok sedang. Sampel yang digunakan pada semua siswa kelas X melalui teknik sensus. Penelitian sensus adalah perolehan data dari seluruh anggota populasi siswa kelas X.

Siswa kelas X menjadi pilihan populasi dalam penelitian dengan asumsi bahwa di SMA Negeri 2 Karawang belum memiliki program layanan intervensi sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa. Strategi yang digunakan yaitu melalui teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan mempermudah pembahasan skripsi, terdiri atas lima Bab. Bab I Pendahuluan, Bab ini membahas mengenai pendahuluan yang berisikan tentang latar-belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah,


(23)

tujuan penelitian, metode penelitian, manfaat penelitian, populasi dan sampel penelitian, sistematika penulisan, Bab II LandasanTeori, Bab ini mengkaji dalam mengenai kajian pustaka sebagai landasan teoritik untuk memperkuat dan menganalisis hasil penelitian yang akurat. Bab III Metode Penelitian, Pada bab ini menjelaskan metode yang dijadikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data secara akurat. Penelitian yang dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan menggunakan metode deskriptif. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Penelitian, Bab ini memaparkan serta menguraikan hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Membahas mengenai hasil penelitian studi deskriptif mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa serta rancangan program teknik Self-Monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok yang diuraikan berdasarkan hasil penelitian. Bab V Kesimpulan dan Saran, Bab ini memaparkan hasil penelitian secara singkat dan jelas serta memberikan rekomendasi saran terhadap pengembangan keilmuan untuk perkembangan dan kelanjutan pada penelitian selanjutnya.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada Bab ini menjelaskan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan metode penelitian. Penjelasannya mengenai Lokasi dan Sampel Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaan metode penelitian, Definisi Operasional Variabel, Instrumen pengumpulan data, Uji coba alat ukur, Langkah-langkah penelitian dan Analisis data

A. Lokasi dan Sampel Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Karawang, kelompok yang dikenai penangan adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013 sampel penelitian difokuskan pada perilaku merokok remaja kelas X yang merokok dan berjumlah 72 siswa yang merokok. Diperoleh kategori perokok sedang 49 orang, dan perokok ringan sebanyak 23 siswa. berdasarkan studi pendahulu yang telah peneliti laksanakan pada bulan mei 2013 yang menunjukan terdapat siswa yang memiliki kecenderungan 68,1% perokok sedang, dan 31,9% perokok ringan. Sampel yang digunakan pada semua siswa kelas X melalui teknik sensus. Penelitian sensus adalah perolehan data dari seluruh anggota populasi siswa kelas X.

Siswa kelas X menjadi pilihan populasi dalam penelitian dengan asumsi bahwa di SMA Negeri 2 Karawang belum memiliki program ataupun strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa. Strategi yang digunakan dalam bentuk rancangan program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok.

B. Desain Penelitian

Tujuan akhir dari penelitian akhir ini mengetahui gambaran umum perilaku merokok serta merancang strategi program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok. Penanganan perilaku merokok siswa dilakukan melalui pendekatan bimbingan


(25)

pribadi-sosial dengan menggunakan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive. Desain penelitian dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu bentuk penelitian yang paling dasar (basic). Metode deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiyah ataupun rekayasa buatan manusia. Penelitian deskriptif mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan dengan fenomena lain. Pandangan metode deskriptif sebagai berikut, yakni metode deskriptif yang dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas, nyata, sedang terjadi, akurat dengan cara mengolah data, menganalisis, menafsirkan, memperoleh makna yang lebih luas dari metode deskriptif (kuantitatif) ataupun kualitatif, melakukan pengamatan, study dokumenter, study pendahulu, dan menyimpulkan data hasil penelitian sehingga peneliti tidak melakukan manipulasi atau memberikan perlakuan-perlakuan tertentu sebagai treatment. Penelitian deskriptif tidak terhenti pada pengumpulan data, analisis data, dan kesimpulan melainkan penemuan makna penelitian merupakan fokus dari keseluruhan proses kegiatan penelitian mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 karawang serta merancang program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa yang diuraikan secara terurai.

Deskripsi data hasil penelitian mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa merupakan dasar dari rancangan program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang.

C. Metode Penelitian dan Justifikasi Penggunaan metode penelitian

Metode penelitian dan Justifikasi penggunaan metode penelitian menggunakan angket atau kuesioner untuk mengumpulkan data. hasil angket tersebut berbentuk angka-angka, tabel, analisis statistik dan uraian beserta kesimpulan dari hasil penelitian, yang dilandaskan dari hasil angket atau kuesioner melalui program SPSS 16.0 for windows.


(26)

Penelitian menggunakan pendekatan yaitu secara kuantitatif. Pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan yang menekankan kepada analisis data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Pendekatan kuantitatif dilakukan pada penelitian inferensial (menguji hipotesis) dan menyandarkan kesimpulan hasilnya pada suatu probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Penelitian kuantitatif menggunakan instrumen-instrumen formal, standar dan bersifat mengukur dengan menggunakan metode kuantitatif akan diperoleh signifikan perbedaan kelompok atau signifikan hubungan antara variable yang diteliti, pada umumnya penelitian kuantitatif merupakan sampel besar.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian meliputi Self Monitoring, Reinforcement positive dan Perilaku merokok.

1. Self Monitoring

Teknik Self-Monitoring merupakan strategi evaluasi atau pemantauan diri terhadap perubahan-perubahan perilaku yang ditunjukan dan ditampilkan dengan memperkuat perilaku yang diinginkan atau untuk mereduksi perilaku yang tidak diinginkan. Penelitian (Mcfall, Richard M: hammen, Constance L(1971) mengemukakan bahwa teknik self monitoring cocok untuk para pengguna rokok berhenti merokok.

Tahapan intervensi Self-Monitoring untuk mereduksi perilaku merokok remaja (Cormier & Cormier, 1985 : 524).

1). Remaja menyeleksi perilaku atau perasaan yang ingin di ubah

2). Remaja menyusun tujuan-tujuan untuk target yang diharapkan dan menghindari hambatan-hambatannya

3). Remaja menargetkan reaksi-reaksi dari self- monitoring 4). Remaja mengawasi akibat dari setiap reaksi yang diamati


(27)

5). Remaja mengevaluasi pemantauan dirinya untuk melihat keberhasilan self-managementnya.

2. Reinforcement Positive

Reinforcement positive merupakan suatu strategi untuk memperkuat diri yang digunakan untuk membantu remaja dalam mengatur dan memperkuat dirinya sendiri terhadap perilaku yang akan diubahnya melalui konsekuensi yang diperolehnya dalam mengubah atau mengembangkan perilaku dengan menggunakan sebanyak-banyaknya penghargaan diri sebagai penguatan positif. Penghargaan diri diklasifikasikan kedalam beberapa jenis diantaranya: a. Penghargaan Verbal/Simbolik b. Penghargaan material, c. Penghargaan imaginal, d. Penghargaan lumrah (current), e. penghargaan potensial.

3. Perilaku Merokok

Perilaku merokok adalah aktivitas menghisap, menghirup, dan mengeluarkan asap rokok melalui mulut dengan menggunakan rokok atau pipa rokok. Perilaku merokok merupakan reaksi yang dapat diamati secara umum dan objektif.

Perilaku merokok merupakan aktivitas subjek berdasarkan pengakuan remaja tentang a) jumlah rokok, b) waktu merokok (aktivitas, waktu yang dihabiskan untuk merokok, c) tempat (tempat homogen dan heterogen, tempat pribadi dan tempat lingkungan sekolah), d) faktor determinan (pengaruh psikologis, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya dan pengaruh iklan media).

E. Instrument Pengumpulan Data 1. Jenis Instrumen

Instrument penelitian menggunakan model Rating scales summated ratting (likert) untuk mengumpulkan data. hasil angket tersebut berbentuk angka-angka, tabel, analisis statistik dan uraian beserta kesimpulan dari hasil penelitian, yang


(28)

dilandaskan dari hasil angket atau kuesioner melalui program SPSS 16.0 for windows.

Angket atau Kuesioner adalah pernyataan dalam bentuk tertulis yang diberkan kepada responden sesuai dengan permintaan pengguna, tujuan dari penyebaran angket atau kuesioner adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dan responden sesuai kebutuhan dari penelitian yang akan di teliti dengan memperoleh data yang spesifik dan nyata, tidak di peroleh dari data yang sudah ada. Penyebaran angket ini merupakan teknik pengumpulan data melalui cara penyusunan daftar pernyataan yang sudah disiapkan sebelumnya dan dibagikan kepada responden untuk memperoleh jawaban sesuai tujuan penelitian. Penelitian ini mengajukan pernyataan kepada responden mengenai perilaku merokok remaja.

Dalam penelitian ini, tingkat perilaku merokok menggunakan data primer yang diungkap dengan angket/kuesioner yang dikembangkan oleh Deassy tahun 2011, angket terebut memiliki indek reliabilitas 0,898 artinya tingkat korelasi atau derajat keterandalan tinggi, yang menunjukan bahwa instrumen yang dibuat tidak perlu di revisi. Kisi-kisi disajikan sebagai berikut (tabel 3.1)

Kisi-Kisi Instrumen mengungkap perilaku merokok dikembangkan dari definisi operasional variabel. Kisi-kisi instrumen Perilaku Merokok didalamnya terdapat aspek Kebiasaan perilaku merokok; Jumlah rokok yang dihisap, Waktu merokok; aktivitas merokok, waktu yang dihabiskan untuk merokok, waktu merokok,Tempat; tempat umum (homogen, tempat umum (heterogen), tempat pribadi (kamar tidur/ ruangan pribadi/kamar mandi), Determinan; pengaruh psikologis, pengaruh orang tua, pengaruh teman sebaya, pengaruh iklan. Kisi-kisi instrumen Perilaku Merokok Remaja pada tabel 3.1

Tabel 3.1

Kisi- Kisi Instrumen Perilaku Merokok Remaja


(29)

(+) (-) Kebiasaan Perilaku Merokok Jumlah rokok yang dikonsumsi

Saya menghabiskan 2-8 batang rokok perhari

1 -

Saya menghabiskan 9-15 batang perhari

2 -

Saya menghabiskan lebih dari 15 batang perhari

3 -

Waktu Merokok

Aktivitas

Saya merokok ketika mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR)

4 -

Saya merokok ketika

mengerjakan tugas kelompok bersama teman-teman

5 -

Saya merokok ketika naik kendaraan

6 -

Saya merokok ketika nongkrong dengan teman-teman

7 -

Saya merokok ketika sedang mengadakan pesta (Prom night)

8 -

Saya merokok ketika teman sedang merayakan ulang tahun

9 -

Saya merokok ketika menunggu angkutan umum

10 -

Saya merokok ketika menonton konser musik

11 -

Saya merokok ketika buang air besar/ buang air kecil


(30)

Saya merokok ketika ada acara pentas seni disekolah

13 -

Saya merokok ketika bereaksi bersama teman-teman

14 -

Saya merokok sambil jalan-jalan di mall

15 -

Saya merokok ketika

berkunjung ke rumah teman

16 -

Waktu yang dihabiskan untuk merokok

Setelah 5-10 menit rokok yang dihisap habis, saya mengambil rokok baru

17 -

Setelah 10-30 menit rokok yang dihisap habis, saya mengambil rokok baru

18 -

Waktu

Setelah lebih dari 30 menit rokok yang dihisap habis, saya mengambil rokok baru

19 -

Saya lebih senang berlama-lama memainkan rokok dengan jari daripada menghisap sampai habis

20 -

Saya merokok setiap pagi 21 - Saya merokok setiap siang 22 - Saya merokok setiap hari 23 -

Tempat

Tempat umum (homogen)

Saya merokok di tempat hiburan malam

24 -

Tempat umum (heterogen)

Saya merokok di kafe 25 - Saya merokok didalam bis 26 - Saya merokok di internet

(warnet)


(31)

Tempat

Jenis Rokok

Saya merokok di tempat rental playstation (PS)

28 -

Saya merokok dihalte bis 29 - Saya merokok di dalam

angkutan umum

30 -

Tempat pribadi (kamar tidur/ruangan pribadi)/ (kamar mandi/ toilet). Berdasarkan rasa rokok Berdasarkan bahan baku/isinya

Saya merokok di WC sekolah 31 -

Saya merokok di dalam kamar mandi

32 -

Saya mengkonsumsi rokok rasa mint

33 -

Saya mengkonsumsi rokok rasa buah-buahan

34 -

Saya mengkonsumsi rokok rasa cappuccino

35 -

Saya mengkonsumsi rokok rasa original

36 -

Saya menghisap rokok klembak (rokok yang berisi daun tembakau, cengkeh, dan kemenyan)

37 -

Saya menghisap rokok kretek (rokok yang isinya daun tembakau dan cengkeh)

38 --


(32)

Jenis rokok Berdasarkan penggunaan filter Pengaruh Psikologis

(rokok yang isinya hanya daun tembakau)

Saya menghisap rokok yang berfilter (rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat busa/ gabus berwarna putih)

40 -

Saya menghisap rokok non filter (rokok yang pada bagian pangkalnya tidak terdapat gabus/busa berwarna putih)

41 -

Saya merokok untuk

membangkitkan rasa percaya diri ketika bertemu dengan lawan jenis yang di sukai

42 -

Saya merokok supaya dapat akrab dengan teman-teman

43 -

Saya merokok untuk mengurangi rasa marah

44 -

Merokok mengurangi kecemasan

45 -

Merokok membantu saya mengurangi kesedihan

46 -

Merokok menjadi saya lebih dewasa

47 -

Badan pegal-pegal apabila tidak merokok

48 -

Mulut saya asam apabila tidak merokok

49 -


(33)

Determinan

tidak merokok

Merokok lebih nikmat apabila bersama teman-teman

51 -

Pengaruh Orang-tua

Saya merokok karena meniru orang tua

52 -

Orang tua mengizinkan saya merokok

53 -

Saya meminta rokok kepada orang tua

54 -

Saya mengambil rokok milik orang tua

55 -

Pengaruh Teman sebaya

Saya merokok karena takut diejek teman

56 -

Saya merokok agar tidak di jauhi teman-teman

57 -

Saya merokok supaya tidak dianggap banci oleh teman-teman

58 -

Pengaruh iklan Saya merokok karena artis idola yang menjadi bintang iklan rokok

59 -

Saya merokok karena iklan rokok menarik

60 -

Saya merokok karena tertarik rasa rokok didalam iklan

61 -

Saya merokok karena ingin seperti orang-orang di iklan rokok

62 -

Saya mengetahui bahaya merokok dari iklan rokok


(34)

2. Pedoman Skoring

Item pernyataan perilaku merokok dibuat dalam bentuk alternatif respon subjek yaitu selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah. Jika siswa menjawab pada kolom selalu diberi skor 4, kolom sering diberi skor 3, kolom jarang diberi skor 2, dan kolom tidak pernah diberi skor 1. Ketentuan pemberian skor perilaku merokok dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2

Kategori Pemberian Skor Alternatif Jawaban

Alternatif jawaban Nilai untuk Skor Positif Nilai untuk Skor Negatif

Selalu (SL) 4 1

Sering (SR) 3 2

Jarang (JR) 2 3

Tidak Pernah (TP) 1 4

F. Uji Coba Alat Ukur

Pengembangan Angket dilakukan melalui tiga tahap pengujian sebagai berikut:

1. Uji Validitas Butir Item

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan suatu instrument. Arikunto (2006: 78). Pengujian validitas butir item yang dilakukan dalam penelitian adalah seluruh item yang terdapat dalam angket yang mengungkap perilaku merokok. Kegiatan uji validitas butir item bertujuan untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan mampu mengukur apa yang diinginkan. Pengujian validitas butir item akan menggunakan rumus kolerasi Product Moment Person. Pengujian validitas butir item menggunakan program SPSS 16.0 for windows.hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel 3.3


(35)

3.3

Hasil Uji Validitas

Kesimpulan Item Jumlah

Valid 1,7,9,14,17,18,20,23,28,29,36,39,40,43,44,45,46,47,49 51,53,57,63

23

Tidak Valid 1,2,3,4,5,6,8,10,11,12,13,15,16,19,21,22,24,25,26,27, 30,31,32,33,34,45,37,38,41,42,48,50,52,54,55,56,58, 59,60,61,62

40

Jumlah 63

Hasil pengujian validitas instrumen perilaku merokok dengan menggunakan korelasi item total Product Moment Person, dari 63 item pernyataan yang disusun didapat bahwa 23 item pernyataan dinyatakan valid dan sebanyak 40 item pernyataan tidak valid pada tingkatan kepercayaan 95%.

2. Uji Reabilitas Instrumen

Pengujian Reliablitas dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan instrumen, konsistensi internal instrumen yanag diguanakan sebagai ketetapan alat ukur. Suatu instrumen memiliki tingkat reliabilitas yang baik, apabila instrumen tersebut memiliki kesamaan dalam waktu yang berbeda sehingga instrumen dapat di gunakan berkali-kali. Untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrumen diolah dengan menggunakan metode statistika memakai program Microsoft Excel 2007 dan SPSS 16.0 for windows.

Kriteria yang dikemukakan oleh Guilford (Furqon,1999) sebagai tolak ukur koefisien reliabilitas tersaji pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas

Kriteria Kategori


(36)

0.71-0.90 Derajat keteradalan tinggi 0.41-0.70 Derajat keterandalan sedang 0.21-0.41 Derajat keteradalan rendah

R<20 Derajat keterandalan sangat rendah 3.5

Tingkat Reliabilitas Instrumen Cronbach’s

Alpha

N of items

.898 63

Pada tabel 3.4 disajikan intrepetasi ketercapaian tingkat reliabilitas instrumen. Dari hasil perhitungan data dengan menggunakan Software SPSS 16.0 pada 23 item pernyataan diperoleh harga reliabilitas (r hitung) sebesar 0.898 pada . berdasarkan pada tabel 3.5 diketahui harga reliabilitas instrumen berada pada derajat keterandalan tinggi. Artinya skor perilaku merokok mampu menghasilkan skor-skor pada setiap item dengan konsisten serta layak digunakan dalam penelitian.

G. Langkah-langkah Penelitian

Pelaksanaan metode deskriptif yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi rumusan masalah

2. Mengkaji permasalahan dengan teori-teori yang relevan

3. Melakukan perizinan penelitian kepada pimpinan SMA Negeri 2 Karawang

4. Melakukan pengambilan data 5. Menghitung data hasil penelitian

6. Menganalisis hasil instrumen yang digunakan dalam penelitian. Selanjutnya instrumen dianalisis atau di uji validitas dan reliabilitan

7. Mendeskripsikan data

8. Merancang strategi teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok


(37)

9. Strategi yang dirancang ditimbang kepada dosen ahli 10.Merevisi strategi

H. Analisis Data

Penelitian ini memiliki dua rumusan pertanyaan penelitian, pertanyaan penelitian dijelaskan jawabannya sebagai berikut.

1. Pertanyaan pertama mengenai gambaran umum perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang, akan dijawab melalui distribusi skor responden berdasarkan konversi skor yang telah di tentukan, pada perhitungan skor yang telah ditentukan. Perhitungan skor perilaku merokok adalah dengan menjumlahkan seluruh skor dari tiap pernyataan didapat total skor perilaku merokok. Untuk membagi kategori perilaku merokok digunakan 3 kategori tingkat perilaku merokok, yaitu Perokok berat, Perokok sedang, Perokok ringan. Menurut Arikunto (2006 : 263-264) adalah sebagai berikut :

a. Menentukan nilai rata-rata idel, dengan menggunakan rumus X ideal = ½ {(Xmin)+ (Xmax)}

Keterangan

X ideal : Rata-rata ideal X min : Skor minimal item X max : Skor maximal item

Dalam penelitian ini skor max dan skor min dikalikan dengan jumlah item (n)

b. Menentukan nilai simpangan baku ideal (Sideal) dengan menggunakan rumus

Sideal= 1/3 (X ideal) Keterngan :

S ideal : Simpangan baku ideal X ideal : rata-rata ideal


(38)

c. Menentukan batas kelompok menggunakan skor ideal, dapat dikelompokan dalam 3 kategori, yaitu Perokok berat, perokok sedang, perokok ringan.

1). Kelompok Perokok berat

Semua peserta didik yang memiliki skor sebanyak skor rata-rata +1 deviasi keatas;

2). Kelompok perokok sedang

Semua peserta didik memiliki skor antara -1 standar deviasi dan +1 standar deviasi

3). Kelompok perokok ringan

Semua peserta didik yang memiliki skor antara -1 standar deviasi dan kurang dari itu.

Maka dapat dirumuskan sebagai berikut

Kategori Rumus

Perokok berat x > (µ+1,0 dikalikan standar deviasi)

Perokok sedang Skor antara -1,0 standar deviasi dan +1,0 standar deviasi

Perokok ringan x < (µ-1,0 dikalikan standar deviasi)

Berdasarkan analisis data, maka didapatkan 3 kategori perilaku merokok sebagai berikut :

Kategori Derajat Interpretasi

>78 Perokok berat Siswa menghabiskan

rokok sebanyak > 15 batang perhari dalam waktu 5-10 menit,


(39)

rokok yang dihisap sampai habis lalu mengambil rokok yang baru

39-77 Perokok sedang Siswa menghabiskan

rokok sebanyak 9-15 batang perhari dalam waktu 10-30 menit, rokok yang dihisap sampai habis lalu mengambil rokok yang baru

>38 Perokok ringan Siswa menghabiskan

rokok sebanyak 2-8 batang perhari dalam waktu < 30 menit, rokok yang dihisap sampai habis lalu mengambil rokok yang baru

2. Pertanyaan ke 2 mengenai rancangan prosedur Self Monitoring dan reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang. Rancangan strategi program layanan teknik self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok yang telah disusun ditimbang atau diuji oleh dosen ahli dan guru BK di sekolah. Penimbangan dilakukan dengan meminta pendapat para dosen ahli dan guru BK untuk memberikan penilaian pada item kolom penilaian dengan kualifikasi penilaian Memadai (M) dan Tidak Memadai (TM).


(40)

Item yang diberi nilai M berarti item tersebut dapat digunakan dan item yang diberi nilai TM dapat memiliki dua kemungkinan yaitu item tersebut tidak dapat digunakan atau masih dapat digunakan dengan revisi. Penilaian skor diberi checklist berdasarkan penimbangan dari dosen ahli dan guru BK. Rancangan teknik self monitoring dan reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok di kaji berdasarkan perolehan data instrumen perilaku merokok dengan bantuan Software SPSS. 16.0.


(41)

RANCANGAN TEKNIK SELF MONITORING DAN REINFORCEMENT POSITIVE UNTUK MEREDUKSI PERILAKU MEROKOK

A.Rasional

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa remaja, masa remaja yang mencangkup kematangan fisik, emosi, mental dan sosial. Masa pencarian jati diri dan pembentukan identitas diri, memperjuangkan kebebasannya. Remaja dengan hubungan remaja Orang tua, interaksi teman sebaya dan lingkungan masyarakat, fenomena seperti ini menjadikan remaja untuk dapat melakukan aktivitas dan kebiasaan yang di lakukan oleh remaja dalam pencapaian tugas-tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan remaja diantaranya; remaja dapat menerima keadaan fisik, memahami dan menerima peran seks (jenis kelamin), membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis, mencapai kemandirian emosional, mencapai kemandirian emosi, mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual, memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai moral dan perilaku, mengembangkan perilaku tanggung jawab pribadi-sosial, serta merencanakan masa depan. Perkembangan fisik dan remaja dalam perubahan fisik yang di miliki remaja dalam penerimaan diri, masa pubertas pada wanita dan pria dengan perubahan-perubahan yang dimiliki. Perubahan yang dialami oleh kaum wanita; perkembangan pada buah dada, rahim dan tulang pada remaja, sedangkan perubahan yang dialami oleh kaum pria; perkembangan alat kelamin, peningkatan tinggi badan perubahan suara. Perubahan hormon yang terjadi pada remaja tidak bertanggung jawab terhadap perilaku remaja misalnya faktor-faktor sosial seperti stress yang di miliki remaja ketika remaja tidak bisa menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan nilai-nilai, norma, moral dan perilaku fisik terhadap dirinya di lingkungan sosial. Perkembangan kognitif remaja dalam perubahan pola fikir remaja yang abstrak, idealis dan berfikir konkret pada remaja menjadikan remaja untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan masalah dengan pemikiran operasional , namun tidak semua remaja terlibat dalam pemikiran operasional.


(42)

Remaja awal lebih menekankan kepada pemikiran egosentrisme remaja yaitu pemikiran yang melibatkan kepercayaan bahwa orang lain sama terlibatnya dengan dirinya, hal ini lebih menekankan kepada faktor yang beresiko. Keyakinan akan mendorong perilaku seperti kebut-kebutan, percobaan bunuh diri, perilaku seks yang tidak aman (freesexs), dan penggunaan obat terlarang. Perkembangan sosial-emosional remaja, hubungan dengan orang tua, interaksi dengan teman sebaya dan sahabat. Hal ini remaja menekankan pada perkembangan identitas, yaitu identitas diri dalam berkomitmen dan menentukan pilihan, mempertimbangkan aktivitas dan kegiatan yang akan dilakukan remaja khususnya dalam mereduksi perilaku merokok remaja.

Berdasarkan pengumpulan data diperoleh gambaran umum perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 2 Karawang Tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 68,1% berada pada kategori perokok perokok sedang. Perokok sedang menghabiskan rokok sebanyak 9-15 batang per-hari dalam waktu 10-30 menit, rokok yang dihisap lalu mengambil rokok yang baru. Sedangkan 31,9% berada pada kategori perokok ringan. Perokok ringan menghabiskan rokok sebanyak 2-8 batang per-hari dalam waktu 5-10 menit, rokok yang dihisap sampai habis lalu mengambil rokok yang baru.

Fenomena perilaku merokok diatas mengisyaratkan bahwa diperlukan suatu rancangan strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa di sekolah. Rancangan strategi intervensi untuk mereduksi perilaku merokok dengan menggunakan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive. Keberadaan konselor dapat membantu siswa dalam mereduksi perilaku merokok. Bantuan yang diberikan berdasarkan pada kebutuhan siswa secara individual maupun berkelompok.

Permasalahan perilaku merokok siswa dilakukan melalui pendekatan bimbingan pribadi-sosial dengan menggunakan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive. Self Monitoring (Pemantauan diri) merujuk pada suatu teknik pengubahan dan pengembangan perilaku yang mengarahkan konseli


(43)

kepada tanggung jawab untuk mengubah dan mengembangkan perilaku sendiri, teknik ini membantu konseli dalam memantau dirinya sendiri pada perubahan-perubahan diri yang akan diubahnya.

Perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar rokok dan kemudian menghisapnya dan menghembuskannya keluar dan dapat mengimbulkan asap yang dapat dihisapnya oleh orang-orang sekitar. Nasution (2007 : 10)

Apabila seorang perokok menjadikan aktivitas perilaku merokok sebagai bentuk tingkah laku yang tidak terkontrol sehingga tidak memperdulikan konsekuensi dari perilaku merokok, maka dampak dan akibat resiko kesehatan yang dialami dari merokok adalah Kanker dan penyakit kardiovaskule (King, 2012: 331)

Self-monitoring merupakan strategi perubahan perilaku konseli (remaja) yang dapat diamati dan dicatat, berkaitan tentang diri mereka sendiri dan interaksi mereka dengan situasi lingkungan. Self-monitoring merupakan assesment yang berguna sebagai data tambahan yang dapat dipertanggung jawabkan dan di manipulasi variabel internal-eksternal untuk mempengaruhi perubahan yang diinginkan dan self monitoring merupakan langkah pertama dalam pembuatan program perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang sedang terjadi dan terekam pada konseli yang ditampilkan dilingkungan sosial. (Cormier & Cormier, 1985 : 524).

Self-monitoring merupakan proses bantuan perubahan perilaku dengan mengembangankan kemampuan individu dalam menampilkan diri terhadap orang lain dan lingkungan dengan mengamati dan merekam tingkah laku diri yang sesuai dengan kondisi dan situasi yang dihadapi dalam lingkungan sosial. Serta sebagai evaluasi dari pemantauan diri terhadap perubahan-perubahan perilaku yang ditunjukan dan ditampilkan dengan memperkuat perilaku yang diinginkan atau untuk mereduksi perilaku yang tidak diinginkan.


(44)

Reinforcement positive merupakan strategi untuk memperkuat diri dalam berperilaku. Perhatian, kasih sayang, senyuman, pujian, hadiah.(Myers, 2004). Reinforcement positive digunakan untuk membantu remaja untuk mengatur dan memperkuat dirinya sendiri terhadap perilaku yang akan diubahnya melalui perhatian, pemenuhan kebutuhan, senyuman, pujian, hadiah. Bandura (Detria, 2012 : 35) yaitu “mengubah atau mengembangkan perilaku dengan menggunakan sebanyak-banyaknya penghargaan diri sebagai penguatan positif. Penguatan positif merupakan dua kategori yang diklasifikasikan kedalam penghargaan diri yaitu penghargaan diri yang positif dan negatif.

Reinforcement positive (penguatan positif) melalui penghargaan diri berupa pujian yang dilontarkan untuk memuji diri sendiri, penguatan, hadiah; senyuman, pelukan, pujian atas keberhasilan dan ketercapaian perilaku yang sudah diubahnya.

Mcfall, Richard M.; Hammen, Constance L. (1971) mengemukakan bahwa Self-monitoring efektif untuk para pengguna rokok dan cocok untuk berhenti merokok.

Sedangkan Penghargaan diri yang positif lebih efektif untuk mengubah atau mengembangkan perilaku sasaran. Oleh sebab itu, yang lebih dianjurkan adalah penghargaan diri yang positif sebagai penguatan positif. Cormier dan Cormier (Detria, 2012 : 35)

Cormier dan Cormier (1985 : 520) menyebutkan 5 ciri dari program pengelolaan diri dan pengarahan diri yang efektif, yaitu : 1). Kombinasi dari program pengelolaan diri sangat efektif dilaksanakan untuk perubahan perilaku, 2. penggunaan strategi yang konsisten adalah esensial, 3. penetapan sasaran perubahan perilaku yang akan diubah, kemudian dievaluasi tingkatan seberapa bisa sasaran yang telah dicapai, 4. penggunaan (reward) merupakan komponen yang penting dari pengelolaan diri sendiri, 5. Penghargaan (reward) yang diberikan oleh lingkungan merupakan strategi penguatan diri dalam memperkuat, menambah respon dan mempercepat target tingkah laku sebagai hasil dari ketercapainya pelaksanaan program penguatan diri.


(45)

Berdasarkan Penelitian Puspitaningtias. (2010), mengenai Keefektifan Teknik Self Monitoring dan Self Reinforcement untuk Mengurangi Perilaku Off Task Siswa SMP Negeri 20 Malang. Skripsi, Program Studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Bimbingan Konseling dan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Hipotesis dari penelitian ini adalah teknik self monitoring dan self reinforcement efektif untuk mengurangi perilaku off task siswa SMP Negeri 20 Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase perubahan perilaku off task yang dimunculkan selama diberi treatment, mengalami penurunan 50% sampai 83,1%. Persentase perubahan tersebut mengandung pengertian bahwa teknik self monitoring dan self reinforcement efektif untuk mengurangi perilaku off task siswa.

Program layanan bimbingan dan konseling didasarkan kepada beberapa landasan hukum, diantaranya:

1. Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Keputusan Dirjen PMPTK 2007 tentang Rambu-rambu penyelenggaraan BK dalam jalur pendidikan formal yang berisi panduan penyelenggaraan BK di jalur pendidikan formal.

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.22 tahun 2006, tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.23 tahun 2006, tentang Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

5. SK Mendikbud No.025 tahun 1995, tentang pelaksanaan bimbingan dan konseling pada suatu pendidikan formal.

6. Rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal.

7. PP No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dalam Bab 10 tentang Bimbingan diterangkan di Pasal 27 bahwa bimbingan


(46)

merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada siswa secara optimal, yang merujuk pada empat aspek. Aspek diantaranya: pribadi-sosial, akademik dan karir. Bimbingan yang diberikan oleh guru pembimbing (konselor sekolah).

B. Tujuan

Secara umum tujuan dari teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive adalah untuk mereduksi perilaku merokok pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang tahun ajaran 2012/2013. Secara khusus tujuan intervensi teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive adalah mengembangkan keterampilan siswa dalam:

1. Memahami bahaya merokok

2. Mengidentifikasi kebiasaan negatif dari perilaku merokok

3. Mengidentifikasi masalah yang timbul akibat perilaku merokok yang dialami.

4. Menetapkan tujuan-tujuan yang berdasarkan pada penetapan perilaku sasaran yang ingin di ubah

5. Mampu mengidentifikasi konsekuensi-konsekuensi perubahan perilaku merokok yang telah ditetapkan

6. Memonitor perilaku merokok (Pemantauan diri)

7. Memelihara dan meningkatkan perubahan perilaku merokok yang diinginkan

8. Menanyangkan dan menganalisis data perubahan perilaku merokok berdasarkan tujuan yang diharapkan.

9. Mengeksplorasi penghargaan diri melalui Reinforcement positive dalam pencapaian dan keberhasilan perubahan perilaku merokok, sebagai tujuan yang diharapkan.


(47)

C. Sasaran Program Intervensi

Sasaran program intervensi teknik self montoring dan reinforcement positive yaitu siswa-siswa kelas X SMAN 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013, intervensi yang dilakukan kepada perokok ringan dan Perokok sedang, yang memiliki karakteristik :1) jumlah rokok yang dihisap setiap hari 2-8 batang, 2) waktu yang dihabiskan untuk merokok sangat sering, 3) tempat yang digunakan untuk merokok beragam, 4) faktor determinan yang mendorong remaja merokok sangat kuat.

D. Sesi Intervensi

Pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan dan konseling sebagai intervensi, rancangan program layanan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive (reward) untuk mereduksi perilaku merokok siswa berlangsung dalam 8 sesi. Pelaksanaan sesi 1-8 dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara konselor dan konseli. tempat pelaksanaan intervensi dilaksanakan di SMAN 2 Karawang dengan waktu 1 minggu 2x. Konseling kelompok teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive. terlampir

E. Indikator Keberhasilan

Evaluasi keberhasilan intervensi perilaku merokok dilakukan pada setiap sesi intervensi dan seluruh rancangan strategi intervensi terlaksanakan. Perubahan perilaku pada siswa merupakan keberhasilan dalam pelaksanaan dan kegiatan intervensi, sehingga siswa mampu mengubah kebiasaan negatif pada perilaku merokok menjadi kebiasaan yang positif dalam mereduksi perilaku merokok. F. Rancangan Operasional

Rancangan teknik self monitoring dan reinforcement positivemerupakan kombinasi dari strategi pengelolaan diri. Pada prosesnya konseli mampu mengarahkan sendiri perubahan perilaku yang akan di ubahnya sehingga konseli belajar untuk memberikan ganjaran (hadiah) atas perubahan perilaku yang telah dilakukannya dengan menggunakan teknik Self Monitoring dan Reinforcement


(48)

positive. strategi Self Monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa dilakukan selama 1 minggu 2x. Berikut adalah rancangan operasional strategi teknik Self Monitoring dan reinforcement positive yang disusun berdasarkan langkah-langkah dalam strategi self monitoring dan reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok siswa tertera pada tabel 3.6

Tabel 3.6

Rancangan Operasional Teknik Self Monitoring dan Reinforcement Positive (Reward) sebagai strategi untuk Mereduksi Perilaku Merokok Siswa

Kelas X SMA Negeri 2 Karawang Tahun Ajaran 2012/2013

Tahapan Layanan

Tujuan Tema Layanan Teknik Alat dan Media Waktu Sesi 1 1. siswa

mampu

mengidentifikasi kebiasaan negatif dari perilaku merokok dan aktivitas merokok.

2. siswa mampu

mengidentifikasi masalah dan faktor penyebab

timbulkan perilaku merokok.

3. Siswa mampu menyeleksi perilaku dan perasaan yang ingin di ubah. siswa memahami esensi perilaku merokok.

“Bebaskan aku

dari Asap rokok dan batangan

Rokok”

Diskusi Lembar hand-

out (esensi perilaku merokok, dampak dan bahaya dari merokok), dan siswa mengisi lembar identifikasi kebiasaan perilaku merokok 1x40 menit

Sesi 2 siswa menyusun tujuan-tujuan dan target yang diharapkan pada perubahan perilaku merokok

I want to

Change” Diskusi Self MonitoringLembar kerja

1x40 menit

Sesi 3 Siswa mampu memahami dan menyadari kepentingan

“Catatanku” Diskusi Lembar kerja

Self Monitoring

1x40 menit


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

1. Gambaran umum perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 2

Karawang tahun ajaran 2012/2013 berada pada kategori Perokok sedang dengan persentase sebanyak 68,1% berada pada kategori perokok sedang. 9-15 batang per-hari dalam waktu 10-30 menit, rokok yang dihisap lalu mengambil rokok yang baru. Sedangkan 31,9% berada pada kategori perokok ringan. Perokok ringan menghabiskan rokok sebanyak 2-8 batang per-hari dalam waktu < 30 menit, rokok yang dihisap sampai habis lalu mengambil rokok yang baru. Aktivitas merokok yang dilakukan siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang, yaitu merokok ketika nongkrong dengan teman-teman, merokok ketika teman sedang merayakan ulang tahun, merokok ketika bereaksi bersama teman-teman, lebih senang memainkan rokok dengan jari daripada menghisap sampai habis, merokok setiap hari. Tempat yang digunakan untuk merokok yaitu, merokok ditempat playstation (PS) dan merokok di halte bis. Rokok yang digunakan berdasarkan rasa rokok dan bahan baku/isi, yaitu mengkonsumsi rokok rasa original, menghisap rokok putih (rokok yang isinya hanya daun tembakau), menghisap rokok berfilter (rokok yang pada bagian pangkalnya terdapat busa/gabus berwarna putih). Faktor yang mempengaruhi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang, yaitu diantaranya pengaruh psikologis, merokok membantu mengurangi kesedihan, merokok untuk mengurangi rasa marah, merokok mengurangi kecemasan, merokokmembantu mengurangi kesedihan, merokok menjadi lebih dewasa, mulut berasa asam apabila tidak merokok.

2. Rancangan teknik Self Monitoring dan Reinforcement positive sebagai

strategi untuk mereduksi perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 2 Karawang meliputi Rasional, Tujuan, Sasaran Program Intervensi, Sesi


(2)

Intervensi, Indikator Keberhasilan, Rancangan Operasional, Kegiatan Satuan Layanan (SKLBK).


(3)

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan dan temuan penelitian, maka peneliti memberikan rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi Pihak Sekolah

Kepada pihak sekolah dalam keterlaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang optimal, perlunya mengevaluasi kebutuhan siswa dengan memfasilitasi siswa melalui layanan intervensi bimbingan dan konseling dalam mereduksi perilaku merokok siswa. Kolaborasi dari berbagai pihak sangat dipentingkan dengan melibatkan seluruh personel sekolah dan orang tua, adanya konseling referal dengan orang tua murid dalam penanganan perilaku merokok siswa.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling direkomendasikan untuk dapat melaksanakan rancangan teknik self Monitoring dan Reinforcement positive sebagai strategi untuk mereduksi perilaku merokok.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian direkomendasikan untuk menggunakan metode Pra-Eksperimen dengan menguji efektivitas Teknik Self-monitoring dan Reinforcement positive untuk mereduksi perilaku merokok. Metode penelitian yang di gunakan adalah

One Group Pre-test – Post-test Design (desain pretes-postes satu kelompok).

Desain yang melibatkan sekelompok partisipan yang diberi treatment (penangan dan perlakuan) atau menerima intervensi. Observasi terhadap perilaku merokok dilakukan sebelum tes (pretes) dan setelah (postes) penanganan di berikan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alodia, felysia. (2011) Faktor penyebab remaja merokok. [Online]. Tersedia :

http://felysialodia.blogspot.com/2011/07/faktor-penyebab-remaja-merokok.html. (11 November 2012)

Ambroll. (2009). Remaja dan perilaku merokok. [Online]. Tersedia : http://id.shvoong.com/medicine-and-health/1928293-remaja-dan-perilaku-merokok/. (22 Oktober 2012)

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asrori,M.(1995). Strategi Pengelolaan diri untuk Pengembangan Proaktivitas Remaja dengan Menggunakan Model Cormier dan Cormier. Disertasi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Asrori, M. (2011). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta : Bumi Aksara

Chaplin, C.P. (2005). Kamus lengkap psikologi, Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada.

Corey, Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Cormier, L.J. & Cormier, L.S. (1985). Interviewing Strategies for Helpers Second Edition, Montery, California: Brooks/Code Publ. Co.

Detria. (2012). Efektivitas Teknik Manajemen Diri Untuk Mengurangi Kecanduan Online Game. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Dewi, Sintia. (2012). Profil Perilaku Merokok Siswa Kelas XI IPS SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. Skripsi UPI Bandung:Tidak diterbitkan

F. Hill, Winfred. (2011). Theories of Learning. Bandung: Nusa Media

Faozioetama. (2012). Bahaya perokok pasif. [Online]. Tersedia:

http:/Faozioetama.wordpress.com/tag/definisi-merokok/. (29 okbtober 2012)

Ferdi. (2009). Rokok Lagi. . [Online]. Tersedia:

http://clubbing.kapanlagi.com/threads/45291-Rokok-lagi..-D). Diakses

tanggal 11 Desember 2012

Furqon.(1999). Statistika Terapan Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Hartini, Haeni. (2012). Tipe perilaku merokok pada remaja perokok di SMP Negeri 1 Jatinangor. Skripsi Universitas Padjadjaran Bandung : Tidak di terbitkan. [Online]. Tersedia :http:// journals.unpad.ac.id


(5)

Hendrayanti, Emma. (2006). Hubungan antara Self Monitoring dengan Prokrastinasi Pada Karyawan di PT PLN (Persero) Region Jateng DIY

Ungaran. Skripsi Universitas Diponegoro Semarang.[Online]:

http://eprints.undip.ac.id/15902/1/Skripsi_Emma_H_M2A099027.pdf Hidayati.(2012). Pengertian remaja menurut para ahli. (Online) . Tersedia :

http://anengdeny.wordpress.com/2012/05/15/pengertian-remaja-menurut-para-ahli/). (11 Desember 2012)

http://belajarpsikologi.com/pengertian-remaja/) http:// Detik.com. 12 November 2012. 02:24)

http://artikel.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/arsip/mayoritas-perokok-berusia-di- bawah-19-tahun.html. 16 Oktober 2012. 14.02)

www.carahidup.um.ac.id. 21 Oktober 2012, 13.05)

(http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Narkotika_Nasional)

Hurlock, Elizabeth.B. (1980). Psikologi perkembangan. Jakarta : Erlangga

Juliansyah, Fajar. (2010). Perilaku merokok pada remaja. [Online]. Tersedia: http://fajarjuliansyah.wordpress.com/2010/02/07/perilaku-merokok-pada- remaja. (29 Oktober 2 012)

Kamus besar bahasa Indonesia. (edisi ke -4). (2008). Jakarta : Gramedia

Kartadinata, S. (2008). Penataan pendidikan profesional konselor dan layanan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal. Jakarta :

Departemen Pendidikan Nasional.

Katrowitz, et all. (1978). Positive versus negative self monitoring in the self control of smoking: Web Journal of Counsulting and Clinical Psychology, Vol 46(5), Oct 1978.1148-1150.

Khairun, Deasy Yunika. (2011). Efetivitas teknik restrukturisasi kognitif untuk mereduksi perilaku merokok remaja. Skripsi UPI Bandung : Tidak diterbitkan.

King, Laura. A.(2012). Psikologi umum. Jakarta: Salemba Humanika

Mc, Fall Richard, M.; Hammen, Constance L. (1971). Motivation, structure, and self-monitoring: Role of nonspecific factors in smoking reduction : Web Journal of Counsulting and Clinical Psychology, Vol 31(1), Augt 1971, 80-86. Doi : 10.1037/hoo31279. J Appl.

Myers, W.J.A. (2004). Reinforcement Positive Reward. web: Journal of human development extension. Purde University


(6)

Nainggolan,R.A. (2001). Anda mau berhenti merokok?Pasti berhasil.Bandung: Indonesia Publishing House.

Nenk. (2009). Rokok dan Kesehatan. [Online]. Tersedia :

http://www.lenterabiru.com/2009/10/rokok-kesehatan-kanker-paru-penyakit-sesak.htm). ( 11 Desember 2012)

Nasution, K.I. (2007). Perilaku Merokok Pada Remaja. [Online]. Tersedia :

http://usu.ac.id. (30 April 2012)

Puspitaningtyas, Ratih Eka. 2010. Efektivitas Teknik Self Monitoring dan Self Reinforcement untuk Mengurangi Perilaku Off Task Siswa Negeri 20 Malang. Skripsi Universitas Negeri Malang .[Online].Tersedia : http:library.um.ac.id

Rusmana, Nandang. (2009). Bimbingan dan Konseling Kelompok Di Sekolah. Bandung: RIZQI Press.

Santrock, J. W. (2002). Life Span Development. Boston: McGraw-Hill.

Sarwono, Sarlito.W. (2010). Psikologi remaja. Jakarta: PT RajaGrafindoPersada Setuti. (2013). Penerapan konseling behavior dengan teknik penguatan positif

untuk meminimalisir kecenderungan perilaku menyimpang siswa kelas VII

B8 SMP Negeri singaraja. [Online]: ejournal. Undiksha.

ac.id/index.Php/JJBK/article/view/909/779

Sukmadinata, N.S. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Trim, B. (2006). Merokok Itu Konyol. Jakarta: Ganesa Exact.

Yusti. (2010). Makalah seminar psikologi klinis perilaku merokok. [Online]. Tersedia: Email : http://www.google.co.id/ aspek-aspek kebiasaan perilaku merokok&source. (25 Oktober 2012)

Yusuf, Syamsu.(2008). Mental Hygiene. Bandung: Maestro

Zakiyah, Nur, Siti. (2010). Efektivitas Teknik Self Management Dalam Mereduksi BodyDisk Order (BDD) Remaja. Skripsi PPB FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan


Dokumen yang terkait

. Efektivitas Pendekatan Konseling Kognitif Perilaku dengan Menggunakan Teknik Self-management Untuk Mengembangkan Perilaku Tidak Konsumtif Peserta Didik : Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap peserta didik kelas X SMA Negeri 3 Bandar Lampung Tahun Ajaran

0 2 50

TEKNIK RESTUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HARGA DIRI (SELF ESTEEM) PESERTA DIDIK : Penelitian Pra-Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 23 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 47

Efektivitas Teknik Role Playing untuk Mengurangi Perilaku Bullying Peserta Didik (Penelitian Eksperimen Kuasi terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 1 Maja Tahun Ajaran 2013/2014).

1 3 44

EFEKTIVITAS TEKNIK RESTRUKTURISASI KOGNITIF UNTUK MEREDUKSI KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA: Pra- Eksperimen terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

29 142 86

EFEKTIVITAS TEKNIK SELF INSTRUCTION UNTUK MEREDUKSI PERILAKU KONSUMTIF: Penelitian Pra-Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas XI SMA Negeri 6 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

6 18 48

EFEKTIVITAS TEKNIK ROLE-PLAY UNTUK MENGEMBANGKAN SELF-ESTEEM PESERTA DIDIK : Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik Kelas X Negeri 15 Jakarta Tahun Ajaran 2012/2013.

1 3 47

BIMBINGAN MEREDUKSI KECEMASAN AKADEMIK PESERTA DIDIK MELALUI TEKNIK SELF AFFIRMATION : Penelitian Pra-Eksperimen Terhadap Peserta Didik Kelas X SMA Lab-School UPI Bandung Tahun Ajaran 2011/2012.

1 2 37

PENGEMBANGAN PANDUAN LAYANAN BIMBINGAN UNTUK MENINGKATKAN PERILAKU BERIBADAH DENGAN TEKNIK SELF MONITORING BAGI PESERTA DIDIK SMA.

0 1 17

PENGARUH PENERAPAN METODE EKSPERIMEN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA DIDIK KELAS X SEMESTER 2 SMA NEGERI 2 NGABANG TAHUN AJARAN 2012/2013.

0 1 1

Teknik Cognitive Restructuring untuk Mereduksi Prokrastinasi Akademik Peserta Didik Kelas X SMA N 2 Sukoharjo Tahun Ajaran 2016/2017 - UNS Institutional Repository

0 3 149