2. PROPOSAL FAJRIN
RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL PRODUKSI TANAMAN CABAI
(Capsicum frustescens L.) TERHADAP PEMBERIAN JENIS PUPUK
KANDANG DI LAHAN MADURA
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
FAJRIYATUL ANISAH
NIM. 13.03.111.00014
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi di Indonesia, karena
buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga dapat meningkatkan
pendapatan petani, membuka lapangan kerja, dan sebagai bahan baku industri,
serta sebagai bahan ekspor. Selain karena memiliki rasa pedas yang memberikan
kesegaran cabai juga mengandung Vitamin C yang bermanfaat bagi kesehatan.
Permintaan cabai setiap tahun meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk, dan restoran. Banyaknya permintaan membuat harga cabai pada
awal 2011 melonjak tinggi di pasaran, hal ini karena produksi cabai belum
mencukupi permintaan pasar dan kecurangan para pedagang yang menimbun dan
menaikkan harga pasaran cabai.
Pupuk organik sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah
dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik
akan mengembalikan bahan organik ke dalam tanah sehingga terjadi peningkatan
produksi tanaman (Syekfani,2000). Pupuk organik itu sendiri bisa berasal dari
pupuk kandang, pupuk hijau atau pupuk yang terbuat dari sisa-sisa tumbuhan,
humus dan lain-lain. Pupuk kandang ini bisa berasal dari kotoran ayam, kotoran
kambing dan kotoran sapi.
Pupuk kandang berperan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Komposisi unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung
pada jenis hewan, umur, alas kandang dan pakan yang diberikan pada hewan
tersebut. Setiap jenis hewan tentunya menghasilkan kotoran yang memiliki
kandungan hara unik. Namun secara umum kotoran hewan mengandung unsur
hara makro seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg) dan belerang (S).
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Neni Marlina (2010), yang
meneliti pemanfaatan jenis pupuk kandang pada cabai merah mendapatkan hasil
bahwa pemanfaatan jenis pupuk kandang berpengaruh terhadap produksi tanaman
cabai merah. Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang lebih baik
terhadap produksi tanaman cabai merah dibandingkan jenis pupuk kandang
kotoran kambing dan sapi.
Cabe rawit dapat tumbuh baik di dataran tinggi, maupun di dataran rendah.
Bertanam cabe rawit dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi apabila
diusahakan dengan sungguh – sungguh. Satu hektar tanaman cabe rawit mampu
menghasilkan 8 ton buah cabe rawit karena tanaman cabe rawit dapat kita
usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim tanam (Polengs,
2011).
Kebutuhan cabai yang semakin meningkat merupakan salah satu peluang
yang dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan cabe dengan baik dan benar
sehingga memperoleh produksi yang tinggi. Selain itu harganya cukup tinggi jika
dibandingkan dengan cabe keriting ataupun cabe jenis lainnya.
1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan di daerah kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep,
di lahan tegalan dengan menggunakan bibit tanaman tembakau madura varietas
prancak-95
yang sudah berumur 40 hari setelah penyemaian. Dengan
menggunakan pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, dan pupuk kandang
ayam dalam bentuk padat.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana respon pertumbuhan tanaman cabai rawit terhadap pemberian
jenis pupuk kandang?
2. Bagaimanakah pengaruh hasil produksi tanaman tembakau terhadap
pemberian jenis pupuk kandang?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan di lakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana respon pertumbuhan tanaman cabai
terhadap
pemberian jenis pupuk yang berbeda.
2. Mengetahui pengaruh hasil produksi tembakau akibat dari pemberian jenis
pupuk kandang.
1.5 Hipotesis
H0
: Tidak terdapat pengaruh yang sgnifikan antara pemberian jenis
pupuk kandang yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil
produksi tanaman cabai rawit.
H1
: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian jenis pupuk
kandang yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil produksi
tanaman cabai rawit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman cabai rawit
Cabai rawit (capsicum frustescens L.) tergolong dalam famili terung-terungan
(solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman
berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu/semak, dengan tinggi tanaman dapat
mencapai 1,5 m (Sofiati, 2012).
Cabai rawit memiliki bereapa manfaat baik bagi kesehatan, industri, dan
pertanian. Dalam bidang keseahatan ia dapat mencegah kanker karena kandungan
Flavonoid dan antioksidan yang terdapatnya didalamya. Buah cabe rawit juga
mengandung minyak atsiri, yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak
kayu putih. Minyak ini digunakan sebagai bahan baku obat – obatan. Bidang
industri tanaman cabe rawit dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik dll.
Panen pertama cabe rawit adalah 2,5 – 4 bulan setelah tanam, pemungutan
cabe rawit dilakukan setiap 3 – 7 hari atau dua minggu sekali tergantung pada
kondisi permintaan pasar . Masa hidup tanaman cabe rawit dapat mencapai empat
tahun tergantung pemeliharaan tanaman dengan masa produktif selama tiga
tahun. Hasil total produksi pertahun per ha dapat mencapai 30 ton (Hanriyadi,
2010).
2.2 Pupuk kandang Kambing
Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk butiran-butiran
yang agak sukar pecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses
dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang
kambing umumnya masih di antara 20-25. Kadar hara pupuk kandang kambing
mengandung K yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang yang berasal dari
kotoran sapi dan kerbau, namun lebih rendah dibandingkan pupuk kandang yang
berasal dari kotoran ayam, babi, dan kuda. Sementara kadar hara N dan P hampir
sama dengan dengan pupuk kandang lainnya.
Pupuk kotoran kambing digolongkan sebagai pupuk panas, yaitu pupuk yang
terbentuk karena proses penguraian oleh mikroorganisme berlangsung secara
cepat sehingga membentuk panas. Karena sifatnya yang panas maka pupuk
kandang mudah mengalami penguapan, karena bahan organiknya tidak terurai
secara sempurna sehingga banyak yang berubah menjadi gas (Samekto, 2006).
2.4 Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang sapi merupakan hasil fermentasi alami bahan organik yang
dapat digunakan sebagai pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga
bisa memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman. Kualitas pupuk pupuk
kandang sapi tergantung dari bahan bakunya seperti pupuk kandang, jerami,
serasah atau sisa makanan sapi dan lain sebagainya (Prasetya, 2014).
Pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi merupakan pupuk padat yang
banyak mengandung air dan lendir. Pupuk ini digolongkan sebagai pupuk dingin.
Pupuk dingin merupakan pupuk yang terbentuk karena proses penguraian oleh
mikroorganisme berlangsung secara perlahan-lahan sehingga tidak membentuk
panas (Hayati, 2012). Kandungan hara yang dikandung dalam jenis pupuk organik
kotoran sapi berbentuk padat terdiri dari nitrogen 0,40%, fosfor 0,20% dan kalium
0,10% (Lingga, 2005).
2.3 Pupuk Kandang Ayam
Kotoran ayam mengandung unsur hara makro maupun mikro diantaranya N, P,
K, Ca, Mg, S, Mn, Zn, dan Cu. Menurut Analisis Pupuk Kandang Kotoran Ayam
(2011), kandungan N pada kotoran ayam paling tinggi yaitu 2,10 % dibandingkan
dengan P dan K yang hanya 1,46 % dan 1,07 %. (Simanungkali).
.
III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2016.
Tempat penelitian dilakukan di Desa Aengbaja Raja Kecamatan Bluto Sumenep
Madura.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, meteran, alat tulis,
mikrometer, oven, timbangan.
Bahan yang digunakan meliputi bibit cabai rawit berumur 40 hari setelah
tanam, pupuk kandang kambing , pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu melakukan survei lahan
pnelitian, pemilihan bibit tanaman cabai rawit, melakukan penanaman dan
menerapkan perlakuan, melakukan pengamatan. Tahap survei lahan di lakukan di
daerah Aengbaja Raja. Tahap pemilihan bibit tanaman tembakau di sekitar lokasi
penanaman dengan menggunakan cabai rawit yang berumur setelah persemaian.
Tahap ketiga melakukan penanaman bibit dengan berbagai perlakuan. Tahapan
terakhir ialah melakukan pengamatan.
2.4 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan meliputi jumlah daun, tingggi tanaman, luas daun,
tebal dau berat buah dan jumlah buah.
2.5 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh dari pemberian jenis pupuk kandang terhadap
pertumbuhan dan hasil produksi tanaman cabai rawit.
DAFTAR PUSTAKA
Hanriyadi. 2010. Agribisnis Cabai Rawit. http://coco-hanriyaditilamuta.blogspot.
co.id/2010/02/budidaya-cabe-rawit.html (diakses tanggal 11 Oktober 2015).
Silvia, Mega. dkk. 2012. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabe Rawit
(Capsicum Frutescent L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran
Kambing Pada Tanah Ultisol. Volume 19 Nomor 3 Desember 2012.
Hayati, Erita. dkk. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Varietas Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.). Erita Hayati
et al. (2012) J. Floratek 7: 173 -181.
Lingga, P dan Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta. 150 hlm.
Marlina, Neni. 2010. Pemanfaatan Jenis Pupuk Kandang Pada Cabai Merah
(Capsicum annum). Jurnal Pemanfaatan Jenis Pupuk Kandang.
Polengs, 2011. Cabai, Pertanian, Tanaman. http:// budidayanews.blogspot.com /
2011/03/cara-budidaya-cabairawit.html (diakses tanggal 11 Oktober 2015).
Prasetya, Maria Eka. 2014. Pengaruh Pupuk Npk Mutiara dan Pupuk Kandang
Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah Keriting
Varietas Arimbi (Capsicum annuum L.). Jurnal AGRIFOR Volume XIII
Nomor 2, Oktober 2014.
Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. PT. Citra Aji Pratama, Yogyakarta. 44 hlm.
Syekhfani. 2000. Arti Penting Bahan Organik Bagi Kesuburan Tanah. Jurnal
Penelitian Pupuk Organik.
Simanungkali, Efendi. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Ayam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Cabai Rawit di Tanah Gambut. Universitas
Tanjungpura. Pontianak.
(Capsicum frustescens L.) TERHADAP PEMBERIAN JENIS PUPUK
KANDANG DI LAHAN MADURA
PROPOSAL PENELITIAN
OLEH :
FAJRIYATUL ANISAH
NIM. 13.03.111.00014
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu komoditas
hortikultura yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi di Indonesia, karena
buahnya selain dijadikan sayuran atau bumbu masak juga dapat meningkatkan
pendapatan petani, membuka lapangan kerja, dan sebagai bahan baku industri,
serta sebagai bahan ekspor. Selain karena memiliki rasa pedas yang memberikan
kesegaran cabai juga mengandung Vitamin C yang bermanfaat bagi kesehatan.
Permintaan cabai setiap tahun meningkat seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk, dan restoran. Banyaknya permintaan membuat harga cabai pada
awal 2011 melonjak tinggi di pasaran, hal ini karena produksi cabai belum
mencukupi permintaan pasar dan kecurangan para pedagang yang menimbun dan
menaikkan harga pasaran cabai.
Pupuk organik sangat bermanfaat dalam meningkatkan kesuburan tanah
dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Penggunaan pupuk organik
akan mengembalikan bahan organik ke dalam tanah sehingga terjadi peningkatan
produksi tanaman (Syekfani,2000). Pupuk organik itu sendiri bisa berasal dari
pupuk kandang, pupuk hijau atau pupuk yang terbuat dari sisa-sisa tumbuhan,
humus dan lain-lain. Pupuk kandang ini bisa berasal dari kotoran ayam, kotoran
kambing dan kotoran sapi.
Pupuk kandang berperan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi
tanah. Komposisi unsur hara yang terdapat pada pupuk kandang sangat tergantung
pada jenis hewan, umur, alas kandang dan pakan yang diberikan pada hewan
tersebut. Setiap jenis hewan tentunya menghasilkan kotoran yang memiliki
kandungan hara unik. Namun secara umum kotoran hewan mengandung unsur
hara makro seperti nitrogen (N), posfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium
(Mg) dan belerang (S).
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Neni Marlina (2010), yang
meneliti pemanfaatan jenis pupuk kandang pada cabai merah mendapatkan hasil
bahwa pemanfaatan jenis pupuk kandang berpengaruh terhadap produksi tanaman
cabai merah. Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang lebih baik
terhadap produksi tanaman cabai merah dibandingkan jenis pupuk kandang
kotoran kambing dan sapi.
Cabe rawit dapat tumbuh baik di dataran tinggi, maupun di dataran rendah.
Bertanam cabe rawit dapat memberikan nilai ekonomi yang cukup tinggi apabila
diusahakan dengan sungguh – sungguh. Satu hektar tanaman cabe rawit mampu
menghasilkan 8 ton buah cabe rawit karena tanaman cabe rawit dapat kita
usahakan selama dua sampai dua setengah tahun selama musim tanam (Polengs,
2011).
Kebutuhan cabai yang semakin meningkat merupakan salah satu peluang
yang dapat dimanfaatkan untuk membudidayakan cabe dengan baik dan benar
sehingga memperoleh produksi yang tinggi. Selain itu harganya cukup tinggi jika
dibandingkan dengan cabe keriting ataupun cabe jenis lainnya.
1.2 Batasan Masalah
Penelitian ini dilakukan di daerah kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep,
di lahan tegalan dengan menggunakan bibit tanaman tembakau madura varietas
prancak-95
yang sudah berumur 40 hari setelah penyemaian. Dengan
menggunakan pupuk kandang sapi, pupuk kandang kambing, dan pupuk kandang
ayam dalam bentuk padat.
1.3 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana respon pertumbuhan tanaman cabai rawit terhadap pemberian
jenis pupuk kandang?
2. Bagaimanakah pengaruh hasil produksi tanaman tembakau terhadap
pemberian jenis pupuk kandang?
1.4 Tujuan
Adapun tujuan di lakukannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana respon pertumbuhan tanaman cabai
terhadap
pemberian jenis pupuk yang berbeda.
2. Mengetahui pengaruh hasil produksi tembakau akibat dari pemberian jenis
pupuk kandang.
1.5 Hipotesis
H0
: Tidak terdapat pengaruh yang sgnifikan antara pemberian jenis
pupuk kandang yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil
produksi tanaman cabai rawit.
H1
: Terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian jenis pupuk
kandang yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil produksi
tanaman cabai rawit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman cabai rawit
Cabai rawit (capsicum frustescens L.) tergolong dalam famili terung-terungan
(solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman
berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu/semak, dengan tinggi tanaman dapat
mencapai 1,5 m (Sofiati, 2012).
Cabai rawit memiliki bereapa manfaat baik bagi kesehatan, industri, dan
pertanian. Dalam bidang keseahatan ia dapat mencegah kanker karena kandungan
Flavonoid dan antioksidan yang terdapatnya didalamya. Buah cabe rawit juga
mengandung minyak atsiri, yang dapat digunakan sebagai pengganti minyak
kayu putih. Minyak ini digunakan sebagai bahan baku obat – obatan. Bidang
industri tanaman cabe rawit dapat digunakan sebagai bahan baku kosmetik dll.
Panen pertama cabe rawit adalah 2,5 – 4 bulan setelah tanam, pemungutan
cabe rawit dilakukan setiap 3 – 7 hari atau dua minggu sekali tergantung pada
kondisi permintaan pasar . Masa hidup tanaman cabe rawit dapat mencapai empat
tahun tergantung pemeliharaan tanaman dengan masa produktif selama tiga
tahun. Hasil total produksi pertahun per ha dapat mencapai 30 ton (Hanriyadi,
2010).
2.2 Pupuk kandang Kambing
Tekstur dari kotoran kambing adalah khas, karena berbentuk butiran-butiran
yang agak sukar pecah secara fisik sehingga sangat berpengaruh terhadap proses
dekomposisi dan proses penyediaan haranya. Nilai rasio C/N pupuk kandang
kambing umumnya masih di antara 20-25. Kadar hara pupuk kandang kambing
mengandung K yang relatif lebih tinggi dari pupuk kandang yang berasal dari
kotoran sapi dan kerbau, namun lebih rendah dibandingkan pupuk kandang yang
berasal dari kotoran ayam, babi, dan kuda. Sementara kadar hara N dan P hampir
sama dengan dengan pupuk kandang lainnya.
Pupuk kotoran kambing digolongkan sebagai pupuk panas, yaitu pupuk yang
terbentuk karena proses penguraian oleh mikroorganisme berlangsung secara
cepat sehingga membentuk panas. Karena sifatnya yang panas maka pupuk
kandang mudah mengalami penguapan, karena bahan organiknya tidak terurai
secara sempurna sehingga banyak yang berubah menjadi gas (Samekto, 2006).
2.4 Pupuk Kandang Sapi
Pupuk kandang sapi merupakan hasil fermentasi alami bahan organik yang
dapat digunakan sebagai pupuk untuk meningkatkan kesuburan tanah sehingga
bisa memperbaiki pertumbuhan dan hasil tanaman. Kualitas pupuk pupuk
kandang sapi tergantung dari bahan bakunya seperti pupuk kandang, jerami,
serasah atau sisa makanan sapi dan lain sebagainya (Prasetya, 2014).
Pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi merupakan pupuk padat yang
banyak mengandung air dan lendir. Pupuk ini digolongkan sebagai pupuk dingin.
Pupuk dingin merupakan pupuk yang terbentuk karena proses penguraian oleh
mikroorganisme berlangsung secara perlahan-lahan sehingga tidak membentuk
panas (Hayati, 2012). Kandungan hara yang dikandung dalam jenis pupuk organik
kotoran sapi berbentuk padat terdiri dari nitrogen 0,40%, fosfor 0,20% dan kalium
0,10% (Lingga, 2005).
2.3 Pupuk Kandang Ayam
Kotoran ayam mengandung unsur hara makro maupun mikro diantaranya N, P,
K, Ca, Mg, S, Mn, Zn, dan Cu. Menurut Analisis Pupuk Kandang Kotoran Ayam
(2011), kandungan N pada kotoran ayam paling tinggi yaitu 2,10 % dibandingkan
dengan P dan K yang hanya 1,46 % dan 1,07 %. (Simanungkali).
.
III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai bulan Juli 2016.
Tempat penelitian dilakukan di Desa Aengbaja Raja Kecamatan Bluto Sumenep
Madura.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, meteran, alat tulis,
mikrometer, oven, timbangan.
Bahan yang digunakan meliputi bibit cabai rawit berumur 40 hari setelah
tanam, pupuk kandang kambing , pupuk kandang sapi, pupuk kandang ayam.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu melakukan survei lahan
pnelitian, pemilihan bibit tanaman cabai rawit, melakukan penanaman dan
menerapkan perlakuan, melakukan pengamatan. Tahap survei lahan di lakukan di
daerah Aengbaja Raja. Tahap pemilihan bibit tanaman tembakau di sekitar lokasi
penanaman dengan menggunakan cabai rawit yang berumur setelah persemaian.
Tahap ketiga melakukan penanaman bibit dengan berbagai perlakuan. Tahapan
terakhir ialah melakukan pengamatan.
2.4 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan meliputi jumlah daun, tingggi tanaman, luas daun,
tebal dau berat buah dan jumlah buah.
2.5 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh dari pemberian jenis pupuk kandang terhadap
pertumbuhan dan hasil produksi tanaman cabai rawit.
DAFTAR PUSTAKA
Hanriyadi. 2010. Agribisnis Cabai Rawit. http://coco-hanriyaditilamuta.blogspot.
co.id/2010/02/budidaya-cabe-rawit.html (diakses tanggal 11 Oktober 2015).
Silvia, Mega. dkk. 2012. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Cabe Rawit
(Capsicum Frutescent L.) Terhadap Pemberian Pupuk Kandang Kotoran
Kambing Pada Tanah Ultisol. Volume 19 Nomor 3 Desember 2012.
Hayati, Erita. dkk. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Organik dan Varietas Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai (Capsicum Annum L.). Erita Hayati
et al. (2012) J. Floratek 7: 173 -181.
Lingga, P dan Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta. 150 hlm.
Marlina, Neni. 2010. Pemanfaatan Jenis Pupuk Kandang Pada Cabai Merah
(Capsicum annum). Jurnal Pemanfaatan Jenis Pupuk Kandang.
Polengs, 2011. Cabai, Pertanian, Tanaman. http:// budidayanews.blogspot.com /
2011/03/cara-budidaya-cabairawit.html (diakses tanggal 11 Oktober 2015).
Prasetya, Maria Eka. 2014. Pengaruh Pupuk Npk Mutiara dan Pupuk Kandang
Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah Keriting
Varietas Arimbi (Capsicum annuum L.). Jurnal AGRIFOR Volume XIII
Nomor 2, Oktober 2014.
Samekto, R. 2006. Pupuk Kandang. PT. Citra Aji Pratama, Yogyakarta. 44 hlm.
Syekhfani. 2000. Arti Penting Bahan Organik Bagi Kesuburan Tanah. Jurnal
Penelitian Pupuk Organik.
Simanungkali, Efendi. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang Kotoran Ayam Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Cabai Rawit di Tanah Gambut. Universitas
Tanjungpura. Pontianak.