Pengaruh Kebijakan Display Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Swalayan "X".
ABSTRAK
Pesatnya pertumbuhan perusahaan ritel di Indonesia dewasa ini telah mengakibatkan terjadinya persaingan yang semakin ketat dalam dunia bisnis. Hal ini disebabkan semakin banyaknya perusahaan ritel impor yang baru yang bermunculan dan pemain lama yang mencoba bertahan dan bahkan mencoba untuk bersaing. Hal tersebut mengakibatkan produk atau jasa yang ditawarkan kepada masyarakat semakin hari semakin bertambah beragam. Dengan banyaknya produk atau jasa yang ditawarkan tersebut membuat konsumen lebih leluasa dan lebih selektif dalam memilih produk atau jasa yang mereka butuhkan.
Dampak dari ketatnya persaingan tersebut, maka setiap perusahaan ritel dituntut untuk membuat tempat mereka dengan semenarik mungkin agar disukai oleh konsumen dan bahkan dapat menumbuhkan minat beli konsumen. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut dapat dilakukan dengan kebijakan display.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh kebijakan display terhadap minat beli konsumen. Penelitian ini dilakukan di swalayan ‘X’, perusahaan ritel lama yang terus bertahan dan terus menambah cabangnya, khususnya di jawa barat.
Dalam penelitian ini digunakan Rank Spearman sebagai alat untuk perhitungan statistik, dimana variabel x menunjukan kebijakan display dan variabel y menunjukan minat beli konsumen. Dari hasil pengolahan data, dapat disimpulkan bahwa kebijakan display mempunyai pengaruh terhadap minat beli, dimana hal tersebut ditandai bahwa nilai thitung = 10,023 dan nilai ttabel = 1,984. karena nilai thitung > ttabel .
Dapat disimpulkan bahwa swalayan ‘X’ telah cukup baik dalam melakukan kebijakan display yang tentunya perlu dipertahankan.
(2)
ABSTRACT
The fast growth of retail companies in Indonesia as of late has caused an even tighter competition in retail business. This is mainly due to the entry of new foreign retailers to the Indonesian market, while other players in the business struggle for survival, or some, even, try to compete with these big, foreign ones. Hence, the products and services offered to the consumers get more diversified from day to day. Consumers then have more choices and can be more selective in the products and services they really need and want.
The effect of this tight competition is that the retailers are required to develop their places to be as interesting as possible, in order to increases consumers’ keenness to buy their products and services. One way to achieve it is through display policy. In the writing of this final year project, the writer has conducted research on the effects of display policy on consumers’ keenness to buy. The research is conducted at the ‘X’ Supermarket, an old-time player in the retail business that manages to survive and even compete with other big ones, and keep opening its new branches specially in west java.
In this research, the Spearman Rank is employed as a tool for statistical calculations, where the x variable refers to the display policy, and the y variable refers to consumers’ keenness to buy. From the data, the value of tcalculated is grater than ttable, it can be inferred that display policy plays a role in inducing the consumers’ keenness to buy. It is therefore concluded that ‘X’ Supermarket has performed well in their display policy, which surely need to be maintained in the future.
(3)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK...i
ABSTRACT...ii
KATA PENGANTAR……….………iii
DAFTAR ISI………...……….vi
DAFTAR TABEL………..………..ix
DAFTAR GAMBAR……….……..xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang...1
1.2Identifikasi Masalah………...6
1.3Tujuan Penelitian...7
1.4Kegunaan Penelitian………..7
1.5Kerangka Pemikiran………..8
1.6Hipotesis………12
1.7Lokasi Penelitian………12
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran……….13
2.1.1 Konsep Pemasaran ………14
2.2 Pengertian Usaha Eceran……….16
2.2.1 Klasifikasi Usaha Eceran………....17
(4)
2.3 Pengertian Bauran Pemasaran……….…………....25
2.4 Pengertian Display………..29
2.4.1 Bentuk-bentuk Display………..32
2.5 Minat Beli dan Perilaku Pembelian………35
2.5.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelian……….37
2.5.2 Proses Keputusan Pembelian……….43
2.5.3 Tahap-Tahap Proses Keputusan Pembelian………...46
2.6 Hubungan Strategi Kebijakan Display Untuk Meningkatkan Minat Beli Konsumen……….50
BAB 3 OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian……….52
3.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan………….…………..…………52
3.1.2 Gambaran Umum Kegiatan Perusahaan..………..54
3.1.3 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas………...55
3.2 Metode Penelitian………....63
3.2.1 Populasi dan Sampel………...63
3.2.2 Teknik dan Alat Pengumpulan Data………...64
3.2.3 Teknik Analisa Data………...64
3.2.4 Uji Validitas………....67
3.2.5 Uji Reabilitas………..68
(5)
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ………..72
4.1.1 Profil Responden………72
4.1.2 Kebijakan Display swalayan ‘X’………77
4.1.3 Uji Hipotesis………93
4.2 Pembahasan………..98
4.2.1 Tujuan Kebijakan Display yang Dilaksanakan Swalayan ‘X’………...98
4.1.2 Pelaksanaan Kebijakan Display Pada Swalayan ‘X’……….. 99
4.2.3 Pengaruh Display Terhadap Minat beli………..……99
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………..….101
5.2 Saran………..…...102
DAFTAR PUSTAKA………..…….103
LAMPIRAN………..105 RIWAYAT HIDUP PENULIS
(6)
DAFTAR TABEL
Halaman
1.1Jumlah Usaha Ritel di Indonesia………4
3.1 Kelas Interval………..67
3.2 Operasional Variabel………..71
4.1 Jenis Kelamin………..72
4.2 Usia……….73
4.3 Status Perkawinan………...74
4.4 Pekerjaan………...75
4.5 Pengeluaran per Bulan………76
4.6 Tanggapan Responden tentang Kesesuaian Pengelompokan Barang………77
4.7 Tanggapan Responden tentang Peletakkan Barang Tidak Acak-acakan…...78
4.8 Tanggapan Responden tentang Susunan Barang Sesuai Ukuran…………..79
4.9 Tanggapan Responden tentang Variasi Merek Barang Dagangan Lengkap dapat Ditemui di Swalayan ‘X’………80
4.10 Tanggapan Responden tentang Kemudahan Mencari Barang…………...81
4.11 Tanggapan Responden tentang Perubahan Display secara Berkala……....82
4.12 Tanggapan Responden tentang Kebersihan Swalayan ‘X’………...……...83
4.13 Tanggapan Responden tentang Kerapian Barang pada Swalayan…..…...84
(7)
4.15 Tanggapan Responden tentang Display Swalayan ‘X’ dalam
Menarik Perhatian……….…...86
4.16 Tanggapan Responden tentang Display Swalayan ‘X’ Mempengaruhi Ketertarikan terhadap Produk……….…...87
4.17 Tanggapan Responden tentang Display Swalayan ‘X’ Menimbulkan Minat Membeli Produk………..…..88
4.18 Tanggapan Responden tentang Display Swalayan ‘X’ Membuat untuk Melakukan Pembelian………..89
4.19 Hasil Tabulasi Jawaban Responden Terhadap Pertanyaan Mengenai Kebijakan Display………..……...90
4.20 Descriptive Statistic………..……..94
4.21 Correlations………...…….….95
(8)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1.2Kerangka Pemikiran……….11
2.1 Selected Retail Positioning Strategies………..24
2.2 Minat beli yang Dipengaruhi Persepsi Konsumen………...36
(9)
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bandung 24 Desember 1982, dengan nama Ray Evren. Dibesarkan oleh Aswin Cahyadi dan Ratna Kualasari sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis pernah menempuh studi di :
1. Nehru Memorial School, Bandung ( 1987 – 1990 ) 2. SD Pandu, Bandung ( 1990 – 1995 ) 3. SLTPK-1 BPK Penabur, Bandung ( 1995 – 1998 ) 4. SMUK-1 BPK Penabur, Bandung ( 1998 – 1999 ) 5. Beijing no 19 High School, Beijing, China ( 1999 – 2001 ) 6. Universitas Kristen Maranatha, Bandung ( 2001 – 2006 )
(10)
LAMPIRAN OUTPUT SPSS 11 UJI VALIDITAS Correlations .472 .036 20 .856 .000 20 .674 .001 20 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N PERT_1 PERT_2 PERT_3 SUMX1 Correlations .823 .000 20 .910 .000 20 .910 .000 20 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N PERT_4 PERT_5 PERT_6 SUMX2 Correlations .889 .000 20 .880 .000 20 .773 .000 20 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N PERT_7 PERT_8 PERT_9 SUMX3
(11)
Correlations .855 .000 20 .751 .000 20 .856 .000 20 .852 .000 20 Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N Pearson Correlation Sig. (2-tailed) N PERT_10 PERT_11 PERT_12 PERT_13 SUMY UJI RELIABILITAS Variabel X
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
1. PERT_1 2. PERT_2 3. PERT_3 4. PERT_4 5. PERT_5 6. PERT_6 7. PERT_7 8. PERT_8 9. PERT_9
Reliability Coefficients
N of Cases = 20.0 N of Items = 9 Alpha = .8275
(12)
Variabel Y
****** Method 1 (space saver) will be used for this analysis ******
_
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
1. PERT_10 2. PERT_11 3. PERT_12 4. PERT_13
Reliability Coefficients
N of Cases = 20.0 N of Items = 4 Alpha = .8208
(13)
Langkah perhitungan :
1) hitung masing-masing jumlah variabel dependen dan variabel independen 2) hitung masing-masing kuadrat variabel dependen dan variabel independen
∑
∑
−∑
∑ ∑
∑
−∑
− = } ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y n X X n Y X Y X n r i i i i i i i xy Dengan:n = Jumlah sampel X = Variabel independen Y = Variabel dependen
UJI RELIABILITAS RUMUS ALPHA
Tentukan Nilai Alpha Cronbach
− −
=
∑
21 2 11 1 1 σ σb k k r
dengan k = banyak item pertanyaan
Menurut Friedenberg (1995) “Biasanya dalam pengembangan dan penyusunan skala-skala psikologi, digunakan harga koefisien korelasi yang minimal sama dengan 0,30. Dengan demikian, semua item yang memiliki korelasi kurang dari 0,30 dapat disisihkan dan item-item yang akan dimasukkan dalam alat test adalah item-item yang memiliki korelasi diatas 0,30.”
Dengan demikian maka item dengan koefisien korelasi ≥ 0.3, dikategorikan “Valid”, dan jika ≤ 0.3 dikategorikan “Tidak Valid”.
Friedenberg, Lisa, Psychological Testing, Design, Analysis and Use, Allyn and Bacon 1995.
Sedangkan untuk mengetahui Reliabilitas, digunakan kriteria Guilford (1956), dimana dikatakan Reliabel jika koefisien reliabilitas ≥ 0.7
(14)
Guilford ,J.P., Psychometric Methods, Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited 1979
(15)
KUESIONER
Bandung, Juni 2006.
Bapak / ibu / saudara responden yang terhormat, terima kasih
atas kesediaannya meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner ini.
Tujuan pengisian kuesioner ini adalah untuk mendapatkan data yang
diperlukan dalam penelitian skripsi yang berjudul
“Pengaruh
Kebijakan Display Terhadap Minat Beli Konsumen Pada
Swalayan ‘X’ ”
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di jurusan
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha
,
kuesioner ini hanya dapat digunakan apabila seluruh pertanyaannya
terjawab, oleh karena itu mohon untuk dibaca setiap pertanyaan
dengan teliti dan ikuti petunjuk pengisiannya.
Semoga kuesioner ini dapat bermanfaat bagi anda yang telah
mengisinya. Atas perhatian dan partisipasinya saya ucapkan terima
kasih
Hormat saya
(16)
KUESIONER
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan melingkari pilihan yang
telah disediakan
1. Jenis kelamin :
a.
Pria b.
Wanita
2. Usia :
a.
≤
20 tahun
b. 21
─
30 tahun
c. 31
─
40 tahun d. 41
─
50 tahun
e.
≥
51 tahun
3. Status Perkawinan :
a. Menikah
b. Belum menikah
4. Pekerjaan :
a. Pegawai Negeri Sipil
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta
d. Ibu Rumah Tangga
e. Lain-lain
5. Pengeluaran belanja per bulan :
a.
≤
Rp. 500.000
(17)
c. Rp. 1.500.001
─
Rp. 2000.000
d.
≥
Rp. 2000.001
6. Berapa kali rata-rata anda berbelanja ke swalayan ‘X’ dalam 1
bulan :
a.
1
kali
b.
2
kali
c. > 2 kali
7. Anda berlangganan pada swalayan ‘X’ selama :
a.
1
tahun
b.
2
tahun
c. > 2 tahun
(18)
SS : SANGAT SETUJU R : RAGU-RAGU TS : TIDAK SETUJU STS : SANGAT TIDAK SETUJU
Beri Tanda ( √ ) hanya pada 1 ( satu ) kolom yang anda pilih
Pertanyaan SS S R TS STS
Susunan barang
1. Pengelompokan barang sesuai jenisnya
2. Barang diletakan tidak acak-acakan
3. Barang disusun sesuai ukuran (contoh: air mineral botol kecil dan besar)
Penyajian barang
4. Setiap merek dapat ditemui di swalayan 'X' 5. Sangat mudah untuk menemukan barang yang anda cari 6. Perubahan display dilakukan secara berkala
Penampilan Barang
7. Kebersihan swalayan 'X' sangat terjaga
8. Kerapian barang pada swalayan 'X' sudah baik
9. Pencahayaan swalayan 'X' bagus
(19)
10. Display swalayan 'X' menarik perhatian Anda
Interest
11. Display swalayan 'X' mempengaruhi ketertarikan anda terhadap produk
Desire
12. Display swalayan 'X' membuat anda berminat untuk membeli produk
Action
(20)
(21)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha ritel dan pasar modern merupakan usaha yang sangat diminati oleh kalangan dunia usaha karena perannya yang sangat strategis, tidak saja menyangkut kepentingan produsen, distributor dan konsumen juga perannya dalam menyerap tenaga kerja, sarana yang efisien dan efektif dalam pemasaran hasil produksi, sekaligus dapat digunakan untuk mengetahui image dari suatu produk di pasar, termasuk preferensi yang dikehendaki oleh pihak konsumen.
Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 220 juta, ditambah kunjungan wisatawan manca negara sekitar 5 juta per tahun merupakan pasar yang empuk bagi peritel nasional maupun peritel asing. Memang banyaknya jumlah penduduk merupakan faktor utama berhasil tidaknya pasar ritel. Di Indonesia hal demikian sudah terbukti, karena setiap ada pusat pertokoan dan perbelanjaan baru, hampir dipastikan akan selalu ramai dibanjiri masyarakat entah untuk berbelanja kebutuhannya atau hanya sekedar ingin mengetahui saja (Window Shopping).
AC Nielsen menyebutkan bahwa penjualan ritel sampai triwulan kedua 2003 telah mencapai Rp. 208,2 triliun, dan posisi ini bisa mencapai Rp. 300 triliun. Sedangkan posisi penjualan ritel di Indonesia mencapai posisi nomor 2
(22)
di Asia Pasifik setelah China. (AC Nielsen Asia Pasifik Retail and Shopper Trend 2005)
Kondisi perdagangan ritel saat ini dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat, baik yang datang dari luar negeri maupun dalam negeri. Adanya Hypermarket asing yang semakin ekspansif memperluas jaringan gerainya di Jabotabek dan beberapa kota besar di Indonesia, pada satu sisi dapat menjadi ancaman bagi peritel nasional. Akan tetapi kenyataannya tidak menghawatirkan bagi beberapa peritel nasional, karena selain situasi ekonomi Indonesia sekarang cukup prospektif untuk menambah gerai ritel baru, ketidak kawatiran tersebut dilandasi kenyataan bahwa format ritel, seperti : Hypermarket, Supermarket dan Minimarket, masing-masing memiliki kekuatan dan kelemahannya. Bahkan apabila kita menengok pengalaman yang terjadi di negara tetangga yang sudah lebih maju dari Indonesia seperti : Hongkong, Singapura dan Jepang, pasar tradisional dapat terus tetap eksis dalam situasi persaingan yang ketat dan masih mempunyai pangsa pasar yang cukup besar serta tetap diminati oleh sebagian lapisan konsumen. Dalam upaya untuk mewujudkan iklim usaha yang kondusif dan kesempatan berusaha dan jaminan kepastian hukum yang sama kepada semua pelaku usaha di Indonesia guna terselenggaranya persaingan usaha yang sehat dan sistem perekonomian yang transparan, maka Pemerintah telah mensahkan Undang-undang Nomor. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.
(23)
Perkembangan bisnis ritel di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan sejak dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 yang kemudian diperbaharui dengan Keputusan Presiden Nomor 118 Tahun 2000 tentang Bidang Usaha yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka dengan Persyaratan Tertentu Bagi Penanaman Modal. Intinya Keputusan Presiden tersebut, sektor perdagangan mengeluarkan bisnis perdagangan eceran skala besar (Mall, Supermarket, Department Store, Pusat Pertokoan / Perbelanjaan), Perdagangan Besar (Distributor / Wholesaler, Perdagangan Ekspor dan Impor), dari negative list bagi Penanaman Modal Asing (PMA).
Dengan masuknya investor asing ke Indonesia untuk menanamkan modalnya dibidang perdagangan ritel, kondisi persaingan bisnis ritel di dalam negeri khususnya akan semakin beragam. Disisi lain, para ritel lokal juga mulai mengembangkan bisnisnya, baik dalam bentuk hypermarket, supermarket, minimarket maupun pengecer kecil tradisional. Jumlah usaha ritel di Indonesia pada tahun 2004 cenderung mengalami kenaikan bila dibanding dengan keadaan tahun 2003, utamanya hypermarket 0,6% (dari 43 outlet menjadi 68 outlet), minimarket 0,71% (dari 1.450 outlet menjadi 2.043 outlet) dan convenience stores 0,67% (dari 102 outlet menjadi 154 outlet). Sedangkan supermarket turun 1,04% (dari 24 outlet menjadi 22 outlet). Kenaikan jumlah minimarket sangat didominasi oleh kenaikan jumlah outlet Indomart dan Alfamart, dengan frekuensi pertambahan jaringan relatif cepat dan penyebaran yang cukup luas, baik melalui pola pengelolaan sendiri (reguler) maupun melalui kerjasama waralaba.
(24)
Tabel 1.1
Jumlah Usaha Ritel di Indonesia Jumlah outlet
tahun 2003
Jumlah outlet tahun 2004
Kenaikan (%)
Hypermarket 43 68 0.6
Minimarket 1450 2043 0.71
Conveneince stores 102 154 0.67
Supermarket 24 22 - 1.04
Sumber : Dirjen Perdagangan Dalam Negeri, 2005
Kehadiran para ritel skala besar disatu sisi dirasakan banyak memberikan keuntungan bagi masyarakat konsumen, karena banyaknya jumlah barang yang tersedia disamping keleluasaan konsumen dalam memilih barang sesuai yang dibutuhkan, karena tidak jarang pengecer besar mampu menawarkan barang dengan harga yang lebih rendah dibandingkan dengan harga yang ditawarkan oleh para pengecer kecil. Disis lain, kehadiran pengecer besar diduga berdampak negatif bagi eksistensi pengecer kecil dengan asumsi bahwa keterbatasan daya beli konsumen, berimplikasi pada turunnya minat konsumen untuk membeli barang kepada pengecer kecil. Pada gilirannya, pengecer kecil diduga akan mengalami kemunduran usaha dan akhirnya bisa mengarah kepada kebangkrutan. (DIRJEN Perdagangan Dalam Negeri, Kebijakan Pengembangan Bisnis Ritel Modern, 2005)
(25)
Oleh karena itu untuk menghadapi persaingan antar pengecer, pasar swalayan ‘X’ dituntut untuk melakukan usaha yang dapat menarik minat pelanggan agar mau berkunjung dan berbelanja ke swalayan mereka, berdasarkan hal tersebut maka diperlukan tindakan pemasaran, yang berhubungan dengan bauran pemasaran, seperti bauran produk, bauran harga, bauran distribusi dan bauran promosi. Dalam bauran promosi salah satu strategi untuk menarik minat pelanggan adalah dengan menggunakan kebijakan display yang merupakan salah satu unsur promosi penjualan. Display merupakan suatu aspek yang penting, karena swalayan merupakan jalur distribusi terakhir dalam hal menyalurkan barang ke pelanggan sebanyak mungkin, dalam hal ini maka swalayan dianjurkan untuk membuat suatu situasi dan kondisi yang nyaman, sehingga konsumen dapat merasa nyaman dalam berbelanja dan ingin untuk berbelanja di tempat yang sama pada lain waktu, disamping hal itu display juga mempunyai tujuan untuk menarik perhatian konsumen terhadap produk-produk yang ditawarkan. Dengan display tersebut diharapkan pelanggan lebih mudah mengamati, memeriksa, membandingkan dan akhirnya melakukan pembelian. Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain dengan cara :
1. Penyusunan barang :
pengelompokan barang
pengaturan barang
(26)
2. Penyajian barang :
pengadaan barang
kemudahan memperoleh barang
perubahan display 3. Penampilan barang :
kebersihan
kerapihan
pencahayaan
jarak antara rak
Setiap pengecer seharusnya menyadari pentingnya display, oleh karena itu setiap swalayan melaksanakan kebijakan display dengan sebaik mungkin dengan harapan pelanggan dapat selalu ingat pada swalayan itu.
Kebijakan display merupakan salah satu strategi yang cukup jitu untuk menarik perhatian pelanggan dan minat pelanggan sehingga pelanggan ingin untuk melakukan pembelian. Hal tersebut di atas menarik untuk diteliti, oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat skripsi dengan judul “ Pengaruh kebijakan display terhadap minat beli konsumen pada swalayan ‘X’”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis mengajukan pokok-pokok permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :
(27)
1. Apa yang menjadi tujuan swalayan ‘X’ dalam melakukan strategi kebijakan display?
2. Bagaimana pelaksanaan kebijakan display pada swalayan ‘X’ ? 3. Bagaimana pelaksanaan kebijakan display yang dilakukan
swalayan ‘X’ berpengaruh terhadap minat beli konsumen ?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui tujuan strategi kebijakan display yang dilakukan oleh swalayan ‘X’.
2. Mendeskripsikan pelaksanaan display pada pasar swalayan ‘X’ menurut hasil jawaban responden.
3. Mengetahui seberapa besar pengaruh pelaksanaan display yang dilakukan swalayan ‘X’ terhadap minat beli konsumen.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Secara akademik :
a. Memberikan bahan studi empirik dalam penerapan teori manajemen pemasaran khususnya mengenai penerapan kebijakan display yang berdampak pada keberhasilan menumbuhkan minat pelanggan.
(28)
b. Sebagai acuan untuk bahan penelitian lanjutan dalam rangka penerapan ilmu manajemen, khususnya manajemen pemasaran.
2. Secara praktis
Memberikan masukan kepada perusahaan secara langsung bagaimana melaksanakan kebijakan display guna meningkatkan minat beli konsumen.
1.5 Kerangka Pemikiran
Menurut Kotler (2000, 13) produk adalah :
“Segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi
keinginan atau kebutuhan”
Karenanya perusahaan harus berusaha agar tiap produk yang ditawarkan dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen sehingga menimbulkan suatu kepuasan dengan harapan bahwa konsumen tersebut akan kembali datang dan melakukan pembelian.
Pertumbuhan bisnis eceran yang begitu pesat mengakibatkan konsumen berhati-hati untuk memilih swalayan atau toserba yang ada sebagai tempat untuk berbelanja, karena konsumen menginginkan suatu tempat belanja yang nyaman dan dapat memuaskan hati mereka. Oleh karena itu para peritel dalam menghadapi persaingan yang ada dapat melakukan program sales promotion, karena sales promotion merupakan unsur kunci dalam kampanye pemasaran.
(29)
Menurut Julian Cummins & Roddy Mullin (2005 : 9), definisi sales promotion :
“Upaya pemasaran untuk mendorong calon pembeli agar membeli lebih
banyak dan lebih sering.”
Yang dimaksud dengan sales promotion adalah usaha untuk meningkatkan penjualan jangka pendek yang didalamnya terdapat :
1. Display 2. Show 3. Eksposition 4. Demonstration 5. Hadiah, obral, diskon
Menurut Amstrong, Kotler (1994 :470), display adalah
“Salah satu alat sales promotion yang harus ditempuh dan dikelola
dengan baik guna menarik perhatian konsumen.”
Display merupakan wajah dari suatu pasar swalayan, karena itu harus dibuat semenarik mungkin. Karena display adalah wajah swalayan diharapkan dapat memudahkan proses perilaku pembelian konsumen untuk berlanjut ke suatu tindakan pembelian, yaitu dengan cara merangsang minat beli konsumen tersebut.
Proses pembelian dimulai saat pembeli mengenali sebuah masalah kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara keadaan aktualnya dengan keadaan yang diinginkannya. Proses keputusan membeli konsumen dapat dijelaskan melalui model A I D A yang menurut
(30)
1. Attention
Mencari dan mendapatkan perhatian dari calon pembeli merupakan tahap awal dalam proses keputusan membeli .
2. Interest
Menciptakan dan menumbuhkan rasa tertarik pada diri pembeli. 3. Desire
Setelah rasa tertarik diciptakan, selanjutnya dikembagkan rasa ingin membeli dari calon pembeli.
4. Action
Mengadakan suatu tindakan pada arah keputusan pembelian oleh para calon pembeli.
(31)
Bauran Pemasaran
Produk Promosi Harga Tempat
Penjualan Personal
Iklan Penjualan
Langsung Humas
Promosi Penjualan
Exposition Demonstration Display Show Hadiah,
Korting, Obral
Penyusunan Barang Penyajian Barang Penampilan Barang
Minat beli Pelanggan
(32)
1.6 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan kerangka pemikiran di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah “Display berpengaruh terhadap minat beli” dengan asumsi ceteris paribus.
1.7 Lokasi Penelitian
Dengan mempertimbangkan berbagai hal, maka penulis memutuskan untuk melakukan observasi dan penelitian di swalayan ‘X’ dengan alamat Jl. Cihampelas no 129 , Bandung, Jawa Barat.
(33)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis di swalayan ‘X’, dengan
judul “Pengaruh Kebijakan Display Terhadap Minat Beli Konsumen Pada
Swalayan ‘X’”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tujuan utama yang ingin dicapai sehubungan dengan dilakukannya
strategi kebijakan display adalah meningkatkan hasil penjualan, yang
dapat direalisasikan dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang
bertujuan untuk menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian
yang lebih besar.
2. Proses pelaksanaan kebijakan display yang dilakukan swalayan ‘X’ sesuai
dengan hasil penelitian, yaitu: susunan barang, penyajian barang,
penampilan barang pada swalayan ‘X’ sudah cukup baik.
3. Disimpulkan bahwa kebijakan display memiliki pengaruh yang signifikan
dengan minat minat beli konsumen, hal ini karena banyaknya responden
yang ditemui sangat mementingkan display sehingga mempengaruhi
(34)
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah
diuraikan pada bab-bab sebelumnya, penulis mencoba memberikan beberapa
saran perbaikan yang diharapkan akan bermanfaat bagi kemajuan perusahaan,
yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan harus tetap mempertahankan kebijakan display yang
cenderung memberikan kemudahan bagi konsumennya, sehingga
konsumen dapat tetap tertarik untuk melakukan pembelian produk
perusahaan.
2. Perusahaan perlu tetap menjaga kualitas dan mutu produk yang ditawarkan,
agar tidak mengecewakan konsumen.
3. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi minta beli konsumen. Untuk itu
disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui
(35)
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Gary, Philip Kotler, 1994, Principles of Marketing 6th Edition,
Prentice Hall, New York.
Berman, Barry, Joel R. Evans, 1995, Retail Management: A strategic Approach, Prentice Hall, New York.
Berman, Barry, Joel R. Evans, 2001, Retail Management: A strategic Approach (9th Edition), Prentice Hall, New York.
Cummins, Julian, Roddy Mullin, 2005, Seri Manajemen Pemasaran no. 10 – Sales Promotion, Lembaga Penelitian Pengembangan manajemen, Jakarta.
Kasali, Rhenald, 1993, Manajemen Periklanan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Kotler, Philip; A.B. Sutanto, 2000, Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, edisi 8, Penerbit Salemba, Jakarta.
Kotler, Philip, 2000, Manajemen Pemasaran. Edisi milenium, Prenhallindo, Jakarta.
Lamb, Charles W. Jr, Joseph K. Carl Mcdaniel, 2001, Pemasaran, Edisi I, Salemba Empat, Jakarta.
Saladin, Djaslim, 2002, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan, , dan Pengedalian, Linda Karya, Bandung.
Sciffman, Leon, Leslie L. Kanuk, 2003, Consumer Behavior 8th edition, Prentice Hall, New York.
(36)
Wee Keng Neo, Lynda, Cynthia Ng-Tang Lai Mun, 2002, Managing the Brick and Mortar Retail Stores, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Direktorat Jendral Perdagangan Dalam Negeri, Kebijakan Pengembangan Bisnis Ritel Modern, 2005.
(1)
Universitas Kristen Maranatha 11 Bauran Pemasaran
Produk Promosi Harga Tempat
Penjualan Personal
Iklan Penjualan
Langsung Humas
Promosi Penjualan
Exposition Demonstration Display Show Hadiah,
Korting, Obral
Penyusunan Barang Penyajian Barang Penampilan Barang
Minat beli Pelanggan
(2)
Universitas Kristen Maranatha 12 1.6 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan kerangka
pemikiran di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah “Display berpengaruh
terhadap minat beli” dengan asumsi ceteris paribus.
1.7 Lokasi Penelitian
Dengan mempertimbangkan berbagai hal, maka penulis memutuskan
untuk melakukan observasi dan penelitian di swalayan ‘X’ dengan alamat Jl.
(3)
Universitas Kristen Maranatha 101
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KesimpulanBerdasarkan penelitian yang dilakukan penulis di swalayan ‘X’, dengan judul “Pengaruh Kebijakan Display Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Swalayan ‘X’”, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tujuan utama yang ingin dicapai sehubungan dengan dilakukannya strategi kebijakan display adalah meningkatkan hasil penjualan, yang dapat direalisasikan dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang bertujuan untuk menarik minat konsumen untuk melakukan pembelian yang lebih besar.
2. Proses pelaksanaan kebijakan display yang dilakukan swalayan ‘X’ sesuai dengan hasil penelitian, yaitu: susunan barang, penyajian barang, penampilan barang pada swalayan ‘X’ sudah cukup baik.
3. Disimpulkan bahwa kebijakan display memiliki pengaruh yang signifikan dengan minat minat beli konsumen, hal ini karena banyaknya responden yang ditemui sangat mementingkan display sehingga mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian.
(4)
Universitas Kristen Maranatha 102
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan kesimpulan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, penulis mencoba memberikan beberapa saran perbaikan yang diharapkan akan bermanfaat bagi kemajuan perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1. Perusahaan harus tetap mempertahankan kebijakan display yang cenderung memberikan kemudahan bagi konsumennya, sehingga konsumen dapat tetap tertarik untuk melakukan pembelian produk perusahaan.
2. Perusahaan perlu tetap menjaga kualitas dan mutu produk yang ditawarkan, agar tidak mengecewakan konsumen.
3. Terdapat faktor lain yang mempengaruhi minta beli konsumen. Untuk itu disarankan agar dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minta beli konsumen.
(5)
Universitas Kristen Maranatha 103
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Gary, Philip Kotler, 1994, Principles of Marketing 6th Edition, Prentice Hall, New York.
Berman, Barry, Joel R. Evans, 1995, Retail Management: A strategic Approach, Prentice Hall, New York.
Berman, Barry, Joel R. Evans, 2001, Retail Management: A strategic Approach (9th Edition), Prentice Hall, New York.
Cummins, Julian, Roddy Mullin, 2005, Seri Manajemen Pemasaran no. 10 – Sales Promotion, Lembaga Penelitian Pengembangan manajemen, Jakarta.
Kasali, Rhenald, 1993, Manajemen Periklanan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Kotler, Philip; A.B. Sutanto, 2000, Manajemen Pemasaran di Indonesia: Analisis, Perencanaan, Implementasi, dan Pengendalian, edisi 8, Penerbit Salemba, Jakarta.
Kotler, Philip, 2000, Manajemen Pemasaran. Edisi milenium, Prenhallindo, Jakarta.
Lamb, Charles W. Jr, Joseph K. Carl Mcdaniel, 2001, Pemasaran, Edisi I, Salemba Empat, Jakarta.
Saladin, Djaslim, 2002, Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan, , dan Pengedalian, Linda Karya, Bandung.
Sciffman, Leon, Leslie L. Kanuk, 2003, Consumer Behavior 8th edition, Prentice Hall, New York.
(6)
Universitas Kristen Maranatha 104 Wee Keng Neo, Lynda, Cynthia Ng-Tang Lai Mun, 2002, Managing the Brick and Mortar Retail Stores, Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.
Direktorat Jendral Perdagangan Dalam Negeri, Kebijakan Pengembangan Bisnis Ritel Modern, 2005.