Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Orang Tua Terhadap Pengasuhan Dari Anak Penyandang Retardasi Mental Di SLB-C Kota Bandung.

(1)

iv ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU TERHADAP PENGASUHAN DARI ORANG TUA DENGAN ANAK PENYANDANG

RETARDASI MENTAL DI SLB-C KOTA BANDUNG

Gita Mutiara Shalimar, 2009, Pembimbing : Jan Peter T. Sihombing, dr. Sp.KJ dan Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

Retardasi mental adalah seseorang yang secara umum memiliki kekurangan dalam hal fungsi intelektualnya dan bersamaan dengan itu , berdampak pula pada kekurangannya dalam hal perilaku adaptifnya, dimana hal itu terjadi pada masa perkembangannya dari lahir sampai usia 18. Hal itu yang akhirnya membuat masyarakat banyak mencemooh mereka dan Orang tua merasa malu ketika memiliki anak dengan retardasi mental dan beranggapan bahwa anak mereka hanya dapat menjadi beban saja sehingga mereka memperlakukan sang anak dengan buruk. Di Jawa Barat angka retardasi mental yang terdata paling banyak adalah di Kota Bandung. Kota Bandung juga memiliki banyak Sekolah Luar Biasa tipe C khusus untuk anak penyandang retardasi mental. Maka dari itu diadakan penelitian mengenai gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua dari anak penyandang retardasi mental di SLB-C Kota Bandung.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua dari anak penyandang retardasi mental di SLB-C Kota Bandung.

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif, rancangan cross sectional dengan instrumen penelitian berupa kuesioner yang berisi 27 pertanyaan. Subjek penelitian adalah seluruh orang tua dari anak penyandang retardasi mental yang tercatat sebagai siswa di SLB-C Silih Asih dan SLB-C sukapura. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling dengan jumlah responden 92 orang.

Hasil penelitian yang didapat adalah 88.1% responden memiliki pengetahuan baik, 87.8% responden memiliki sikap yang baik, dan 79.3% responden memiliki perilaku yang baik.

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku orang tua dari anak penyandang retardasi mental di SLB-C Kota Bandung secara umum adalah baik.


(2)

v ABSTRACT

DESCRIPTION OF THE KNOWLEDGE, ATTITUDE, AND BEHAVIOR OF PARENTS OF MENTAL RETARDATION CHILDREN AT SLB-C IN THE

CITY OF BANDUNG

Gita Mutiara Shalimar, 2009, Tutors : Jan Peter T. Sihombing, dr. Sp.KJ dan Dr. Felix Kasim, dr., M.Kes

Mental retardation is a person who generally have shortcomings in terms of intellectual function and with it, also have an impact on the deficiencies in adaptive behavior, where it is happening at the time of its development from birth to age 18. That's what ultimately makes the community a lot of mocking them, and parents feel ashamed when having a child with mental retardation and believe that their child can only be a burden, so they treated the child badly. In West Java, mental retardation rates recorded most in the city of Bandung. Bandung city also has a lot of Extraordinary School for type C ( SLB-C) for mental retardation children. Therefore the research about the picture of knowledge, attitudes, and behavior of parents of children with some mental retardation at SLB-C in City of Bandung.

The purpose of this research is to find a picture of knowledge, attitudes, and behavior of parents of children with some mental retardation in SLB-C Kota Bandung.

Research methods used in this study was descriptive, cross sectional design of research instruments in the form of a questionnaire that contains 27 questions. Research subjects are all parents of children with some mental retardation was recorded as a student in SLB-C Silih Asih and SLB-C Sukapura. The sampling technique used was cluster random sampling with the number of respondents 92 people.

The results obtained were 88.1% of respondents have good knowledge, 87.8% of respondents have a good attitude, and 79.3% of respondents have a good behavior.

The conclusion of this research is the level of knowledge, attitudes, and behavior of parents of children with some mental retardation in SLB-C of Bandung in general is good.


(3)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN……….ii

PERNYATAAN………iii

ABSTRAK………...iv

ABSTRACT……….. ..v

KATA PENGANTAR………..vi

DAFTAR ISI………...viii DAFTAR TABEL………xi

DAFTAR LAMPIRAN………..xiv

BAB I PENDAHULUAN………..1

1.1Latar Belakang………...1

1.2 Identifikasi Masalah………...2

1.3Maksud dan Tujuan………...3

1.4 Manfaat Penelitian...………...3

1.5Kerangka Pemikiran……….………..3

1.6Metodologi……….4

1.7Tempat dan Waktu…...………..4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.………..5

2.1 Retardasi Mental…….………...5

2.1.1 Klasifikasi....………6

2.1.2 Etiologi...………..6

2.1.3 Dasar Diagnosis..……….8

2.1.3.1Riwayat Penyakit...8

2.1.3.2Wawancara Psikiatrik...9

2.1.3.3Pemeriksaan Fisik...9

2.1.3.4Pemeriksaan Neurologis...9

2.1.3.5Pemeriksaan Penunjang...9


(4)

ix 2.1.3.7Gejala Klinik

2.1.4 Penatalaksanaan..………...13

2.1.4.1Farmakologi...13

2.1.4.2Psikoterapi...13

2.1.5 Pencegahan..………...14

2.2Pengetahun, Sikap dan Perilaku……..……….15

2.2.1 Pengetahuan………...15

2.2.1.1Proses Adopsi Perilaku………..15

2.2.1.2Tingkatan Pengetahuan di Dalam Domain... Kognitif………..16

2.2.2 Sikap………...17

2.2.2.1Komponen Sikap………17

2.2.2.2Berbagai Tingkatan Sikap………..19

2.2.3 Perilaku………..19

BAB III BAHAN/SUBJEK DAN METODE PENELITIAN………...21

3.1 Bahan/Subjek Penelitian………..21

3.1.1 Instrumen Penelitian..………21

3.1.2 Subjek Penelitian………...21

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian………21

3.2 Metode Penelitian………22

3.2.1 Desain Penelitian………...22

3.2.2 Variabel Penelitian……….22

3.2.2.1Definisi Konsepsional Variabel……….22

3.2.2.2Definisi Operasional Variabel………22

3.2.3 Besar Sampel Penelitian……….24

3.2.4 Prosedur Kerja………....24

3.2.5 Metode Analisis……….25

3.2.6 Aspek Etik Penelitian……….26 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………27


(5)

x

4.1Gambaran Umum Sekolah Luar Biasa Tipe C ………...………….27

4.2Identitas Responden……….28

4.3Pengetahuan……….29

4.4 Sikap……….33

4.5Perilaku………....37

4.6Analisis Seluruh Aspek Pengetahuan, Sikap dan Perilaku…………..43

4.6.1 Tingkat Pengetahuan………..43

4.6.2 Tingkat Sikap……….43

4.6.3 Tingkat Perilaku……….44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….45

5.1Kesimpulan………..45 Saran………45

DAFTAR PUSTAKA………..47

LAMPIRAN……….48


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel

2.1 Karakteristik Perkembangan Retardasi Mental..………...12 4.1 Distribusi Ringkasan Identitas Responden…………...………28 4.2 Distribusi Tahu Tidaknya Responden Tentang Retardasi Mental…………29 4.3 Distribusi Sumber Pengetahuan Responden Tentang Retardasi Mental...……..29 4.4 Distribusi Tahu Tidak Responden Apa yang dimaksud Retardasi Mental…………...………..30 4.5 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Apakah retardasi mental merupakan suatu penyakit atau bukan………...31 4.6 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Prognosis Retardasi Mental …...31 4.7 Distribusi Tahu Tidak Responden Tentang Derajat Retardasi Mental yang diderita anaknya...32 4.8 Distribusi Tahu Tidak Responden Tentang Perlakuan Khusus Untuk Anak Retardasi Mental...………...32 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Retardasi Mental ……...………...33 4.10 Distribusi Sikap Merasa Malu Tidak Responden Memiliki Anak Penyandang Retardasi Mental...33 4.11 Distribusi Sikap Menolak Responden Memiliki Anak Penyandang Retardasi mental...34 4.12 Distribusi Sikap Khawatir Responden Terhadap Masa Depan Anak Retardasi mental...34 4.13 Distribusi Sikap Tentang Perasaan Kekurangan Akan Kemampuan Responden dalam Merawat Anak...35 4.14 Distribusi Sikap Responden Terhadap Adanya Sekolah Khusus Untuk Anak Retardasi Mental...35


(7)

xii

4.15 Distribusi Sikap Responden Tentang Keikutsertaan Anak Penyandang

Retardasi Mental dalam Kegiatan Bermasyarakat...36

4.16 Distribusi Sikap Untuk Mendampingi Anak dalam Setiap Kegiatan Bermasyarakat...36

4.17 Distribusi Sikap Orang Tua dalam Membiarkan Anak Penyandang Retardasi Mental Untuk Membuat Keputusan Sendiri...37

4.18 Distribusi Ikut Tidak Responden Jika Diadakan Penyuluhan Mengenai Retardasi Mental...37

4.19 Distribusi Perilaku Responden Mengenai Ada Tidaknya Kendala dalam Menghadapi Anak Penyandang Retardasi Mental...38

4.20 Distribusi Hal yang Dilakukan Responden Ketika Dihadapkan dengan Kendala yang Dialami...38

4.21 Distribusi Ada Tidak Anak Selain Penyandang Retardasi Mental Tersebut...39

4.22 Distribusi Ada Tidak Perbedaan Perlakuan/Diskriminasi Terhadap Anak Penyandang Retardasi Mental...39

4.23 Distribusi Ada Tidak Perilaku Cemas yang Menggangu Aktivitas Responden Sehari-hari...40

4.24 Distribusi Ada Tidak Perilaku Kelelahan yang Berlebihan dan Kehilangan Energi pada Responden...40

4.25 Distribusi Ada Tidak Dukungan dari Seseorang yang Dihubungi Untuk Mengurangi Kecemasan...41

4.26 Distribusi Siapa yang Responden Hubungi Untuk Mengurangi Perilaku Kecemasan...41

4.27 Distribusi Ada Tidak Psikolog/Psikiater/Ahli Terapi Lainnya untuk Membantu Perkembangan Anak Retardasi Mental Tersebut...42

4.28 Distribusi Perilaku Ikut-Tidak Responden Dalam Perkumpulan Orang Tua Penyandang Retardasi Mental...42

4.29 Distribusi responden tentang tingkat pengetahuan...43

4.30 Distribusi responden tentang tingkat sikap...43


(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner……….47


(9)

47

LAMPIRAN KUESIONER Nama responden :

Jenis kelamin :

Laki-laki (L)/ Perempuan (P) Usia responden

a) <40 b) 41-60 c) >60

Pendidikan terakhir responden : a) Tidak pernah bersekolah b) SD

c) SMP

d) SMA/sederajat

e) Perguruan Tinggi (PT) f) Lain-lain : …

Pekerjaan responden : a) Ibu Rumah Tangga b) Wiraswasta

c) Buruh pabrik d) Pekerja Swasta

e) Pegawai Negeri/TNI/POLRI f) Lain-lain : …


(10)

48

PENGETAHUAN

1. Apakah Bapak/Ibu tahu tentang retardasi mental ? a. Tahu

b. Tidak tahu

2. Bila tahu, darimana Bapak/Ibu mengetahui tentang retardasi mental ? a. Penyuluhan

b. Media massa (televisi, koran, majalah, dll) c. Tetangga/teman

d. Lain-lain : …

3. Apakah Bapak/Ibu tahu apa yang di maksud dengan retardasi mental ? a. Tahu

b. Tidak tahu

4. Bila tahu, menurut Bapak/Ibu apakah retardasi mental itu ?

a. Keadaan keterbelakangan mental yang disebabkan oleh kutukan

b. Keadaan keterbelakangan mental yang menyebabkan kadar stress berlebih pada anak

c. Keadaan keterbelakangan mental yang disebabkan oleh ketidakmampuan anak dalam memusatkan konsentrasi

d. Keadaan keterbelakangan mental yang dimulai pada masa perkembangan dimana terdapat ketidakmampuan pembelajaran karena kurangnya fungsi kecerdasan dan terdapat ketidakmatangan anak secara sosial

e. Lain-lain : …

5. Apakah menurut Bapak/Ibu retardasi mental adalah penyakit? a. Iya


(11)

49

b. Bukan

6. Apa retardasi mental dapat disembuhkan? a. Bisa

b. Tidak

c. Tidak, namun dapat dapat ditingkatkan menjadi lebih baik. 7. apakah Bapak/Ibu mengetahui derajat retardasi mental anak anda?

a. Ya b. Tidak

8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui bahwa anak dengan retardasi mental memerlukan perlakuan khusus dalam proses perkembangannya?

a. Tahu b. Tidak tahu

9. Menurut anda, faktor apa saja yang dapat menjadi penyebab retardasi mental? a. Trauma / Cedera (sesudah atau setelah kelahiran)

b. Infeksi ( bawaan dan sesudah lahir) c. Kelainan kromosom

d. Genetik/ turunan

e. Gizi dan Ligkungan ( Sosioekonomi) f. Semua Benar

SIKAP

1. Bapak/Ibu merasa malu mempunyai anak penyandang retardasi mental. a. Setuju


(12)

50

b. Tidak setuju

2. Bapak/Ibu menolak memiliki anak penyandang retardasi mental. a. Setuju

b. Tidak setuju

3. Bapak/Ibu merasa khawatir dengan masa depan anak anda. a. Setuju

b. Tidak setuju

4. Bapak/Ibu merasa kurang akan kemampuan merawat anak anda? a. Setuju

b. Tidak setuju

5. Bapak/Ibu setuju dengan adanya sekolah khusus untuk anak dengan retardasi mental ? a. Setuju

b. Tidak setuju

6. Bapak/Ibu setuju dengan keikutsertaan anak bapak/ibu berpartisipasi dalam kegiatan bermasyarakat.

a. Setuju b. Tidak setuju

7. Apakah Bapak/Ibu setuju bahwa anak anda harus selalu didampingi dalam kegiatan bermasyarakat.

a. Setuju b. Tidak setuju

8. Apakah Bapak/Ibu untuk membiarkan anak anda membuat keputusan secara mandirii? a. Setuju


(13)

51

PERILAKU

1. Apakah Bapak/Ibu akan mengikuti jika diadakan penyuluhan mengenai retardasi mental? a. Ikut

b. Tidak

2. Apakah Bapak/Ibu merasakan adanya kendala dalam menghadapi anak anda dalam pengasuhan sehari-hari?

a. Ada b. Tidak ada

3. Bila ada, apa yang Bapak/Ibu lakukan untuk menghadapi kendala tersebut ? a. Menjauhinya

b. Memukulnya

c. Berusaha memberikan pengertian kepada anak anda tersebut d. Memarahi dan Membentaknya

4. Apakah Bapak/Ibu mempunyai anak lain yang bukan penderita retardasi mental? a. Ya

b. Tidak

5. Apakah ada perbedaan dalam pengasuhan Bapak/ibu terhadap anak penderita retardasi mental?

a. Ada b. Tidak ada

6. Apakah Bapak/Ibu mengalami kecemasan yang menggangu aktivitas responden sehari-hari


(14)

52

b. Tidak

7. Apakah Bapak/Ibu mengalami kelelahan yang berlebihan dan kehilangan energi? a. Ya

b. Tidak

8. Apakah anda sering memaksakan kehendak anda agar dituruti oleh anak anda? a. Ya

b. Tidak

9. Apakah Bapak/Ibu memiliki dukungan dari seseorang yang dihubungi untuk mengurangi kecemasan

a. Ya

b. tidak

10.Siapa yang Bapak/Ibu hubungi untuk mengurangi perilaku kecemasan a. Saudara/Kerabat dekat

b. Psikiater/Psikolog c. Lain-lain

d. Tidak ada

11.Bapak/Ibu memiliki psikolog/psikiater/ahli terapi lainnya untuk membantu perkembangan anak anda?

a. Ya b. Tidak

12.Bapak/Ibu itergabung dalam perkumpulan orang tua penyandang retardasi mental? a. Ya


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut UU No.3 tahun 1976, adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosi seseorang, dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.

Retardasi Mental merupakan salah satu jenis gangguan kesehatan jiwa. Retardasi mental adalah anak yang secara umum memiliki kekurangan dalam hal fungsi intelektualnya dan bersamaan dengan itu , berdampak pula pada kekurangannya dalam hal perilaku adaptifnya, dimana hal itu terjadi pada masa perkembangannya dari lahir sampai usia 18 (American Association on Mental Deficiency (AAMD)).

Pada Data Pokok Sekolah Luar Biasa, dilihat dari kelompok usia sekolah, jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 62.011 orang, jadi estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita adalah 2 % X 62.011 orang, dengan perbandingan insidensi laki-laki 60% dan perempuan 40% (Direktorat Pendidikan Luar Biasa Indonesia, 2003).

Di Jawa Barat sendiri terdata 5.215 anak dengan berbagai macam etiologi yang mengalami retardasi mental dan terdaftar di SLB tipe C. Dan angka retardasi mental yang terdata yang paling besar adalah terdapat di Kota Bandung (Direktorat Pendidikan Luar Biasa Indonesia, 2003).

Dengan berbagai kekurangan fungsi intelektual dan perilaku adaptif, seorang anak dengan retardasi mental mengalami kesulitan dalam berfikir dan bertingkah laku dalam bermasyarakat. Hal itu yang akhirnya membuat masyarakat banyak mencemooh mereka dan Orang tua merasa malu ketika memiliki anak dengan retardasi mental dan beranggapan bahwa anak mereka hanya dapat menjadi beban saja sehingga mereka memperlakukan sang anak dengan buruk. Padahal, anak yang mengalami retardasi mental tetap memiliki kemampuan lain yang masih dapat dikembangkan dan dioptimalkan untuk membantunya beraktivitas seperti orang normal, serta mempelajari berbagai keterampilan apabila orang-orang di


(16)

2

sekitarnya memberikan kesempatan dan dukungan yang dibutuhkan, terutama oleh orang tua mereka.

Orang tua dalam hal ini adalah orang terdekat dan utama dalam kehidupan anak dengan retardasi mental. Efektivitas berbagai program penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak dan remaja yang mengalami keterbelakangan mental akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari orang tua selain dari lembaga pendidikan yang terkait. Di samping itu, dukungan dan penerimaan dari setiap anggota keluarga akan memberikan kepercayaan dalam diri anak dan remaja yang terbelakang mental untuk lebih berusaha meningkatkan setiap kemampuan yang dimiliki, sehingga hal ini akan membantunya untuk dapat hidup mandiri, lepas dari ketergantungan pada bantuan orang lain. Orang tua dalam hal ini harus mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik agar tercipta suasana kondusif dan mendukung anak dengan keterbelakangan mental agar dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.

Pengetahuan, merupakan bidang kognitif. Misalnya, orang tua mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan anak dan mengetahui cara menerapkan pola asuh bagi anak mereka sesuai dengan kebutuhannya. Sikap merupakan perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap kendala dalam mengasuh anak, perasaan atau persepsi terhadap keadaan anak mereka yang mengalami keterbelakangan mental. Sedangkan perilaku merupakan kegiatan dan sesuatu yang bisa dilakukan, misalnya memarahi, memukul, memaki anak jika sang anak melakukan kesalahan atau cara orang tua mengasuh anak.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis mengangkat masalah tentang :

1. Bagaimana pengetahuan orang tua mengenai retardasi mental 2. Bagaimana sikap orang tua terhadap anak mereka yang


(17)

3

3. Bagaimana perilaku orang tua terhadap anak mereka yang mengalami retardasi mental

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran keadaan orang tua dari anak retardasi mental.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua mengenai retardasi mental

2. Mengetahui tingkat sikap orang tua terhadap anak mereka yang mengalami retardasi mental

3. Mengetahui tingkat perilaku orang tua terhadap anak mereka yang mengalami retardasi mental

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memperluas cakrawala ilmu kesehatan jiwa masyarakat mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua dari anak retardasi mental.

Penelitian ini juga berguna untuk memberikan informasi mengenai gambaran keadaan yang terjadi pada orang tua dari anak dengan retardasi mental dengan berbagai permasalahan yang dialaminya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Orang tua merupakan lingkungan yang terdekat dan bertanggung jawab dalam kehidupan seorang anak. Orang tua dari anak retardasi mental mempunyai tanggung jawab yang lebih dalam mengasuh sang anak dan harus dapat mengoptimalkan kemampuan sang anak dengan menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif serta memberikan yang baik agar sang anak dapat berkembang


(18)

4

sesuai dengan kemampuannya. Tetapi masih ada persepsi dari orang tua itu sendiri yang menganggap bahwa keberadaan anak dengan retardasi mental hanya dapat menjadi beban dan membuat malu keluarga (Sembiring, 2002)

1.6 Metodologi

Metodologi penelitian : Deskriptif Jenis penelitian : Cross Sectional

Teknik pengambilan data : Survey dan wawancara Instrumen penelitian : Kuesioner

Informan : Orang tua dari anak penyandang retardasi mental di SLB-C Kota Bandung

Teknik PenarikanSample : Cluster Random Sampling Jumlah Sampel : 46 Orang Tua  92 Orang

1.7 Tempat dan Waktu

1.7.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di beberapa Sekolah Luar Biasa Tipe C di Kota Bandung.

1.7.2 Waktu Penelitian


(19)

45 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SLB Tipe C yang berada di wilayah Kota Bandung tentang gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku Orang Tua dari penyandang retardasi mental maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : a) Responden memiliki pengetahuan yang baik

b) Responden memiliki sikap yang baik c) Responden memiliki perilaku yang baik

1.2 Saran

Meskipun lebih dari 80% responden memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik, namun dari pertanyaan diketahui bahwa masih saja ada orang tua yang merasa malu dan menolak memiliki anak penyandang retardasi mental, juga pada pertanyaan mengenai kecemasan dimana didapatkan hasil cukup banyak responden yang mengalaminya. Hal ini dapat diubah dengan dilakukannya penyuluhan dan beri motivasi orang tua agar memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar anak mudah bersosialisasi serta keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas sehari-hari. Hal tersebut dapat dilakukan oleh pihak sekolah luar biasa maupun oleh dokter umum dan jiwa yang dilakukan di perkumpulan orang tua penyandang retardasi mental maupun di sekolah-sekolah luar biasa yang ada.

Dari pihak pemerintah pun dapat membantu untuk mencegah masalah retardasi mental tersebut dengan mengatasi masalah kemiskinan dan meningkatkan taraf pendidikan di masyarakat. Juga dengan


(20)

46

46

memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat membantu mengembangkan kepribadian penyandang retardasi mental, sehingga penyandang retardasi mental tidak hanya menjadi beban bagi masyarakat pada umumnya dan keluarga dan orang tua mereka pada khususnya.


(21)

46

DAFTAR PUSTAKA

Ahern, S. L. 2004. Psychometric Properties of The Parenting Stress Index-Short Form. Thesis. Raleigh : Faculty of Psychology North Carolina State University

D.S. Gunarsa 2006. Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

J.P. Shonkoff. 1992. Development of infants with disabilities and their families: Implications for theory and service delivery, Monographs of the Society for Research in Child Development. 57

Kaplan HI & Sadock BJ. 1997. Sinospsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku/Psikiatri Klinis, Ed.7. Jakarta : Binarupa aksara. 673-696

Notosoedirjo M & Latipun. 2002. Kesehatan Mental : Konsep dan Penerapan. Malang : Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang

Rusdi Maslim. 2001. Retardasi Mental dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa-Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta.119-121

S.A Sembiring. 2002. Penataan Lingkungan Sosial Bagi Penderita Demensia (pikun) dan Retardasi Mental. Medan : USU Digital Library

Soekidjo Notoatmodjo. 1993. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 133-149

W.F.Maramis 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Penerbit Airlangga University Press. hal. 385-402.

Wenar, C & Kerig P. 2000. Developmental Psychopathology. Singapore : The Mc GrawHills companies, Inc


(1)

2

sekitarnya memberikan kesempatan dan dukungan yang dibutuhkan, terutama oleh orang tua mereka.

Orang tua dalam hal ini adalah orang terdekat dan utama dalam kehidupan anak dengan retardasi mental. Efektivitas berbagai program penanganan dan peningkatan kemampuan hidup anak dan remaja yang mengalami keterbelakangan mental akan sangat tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari orang tua selain dari lembaga pendidikan yang terkait. Di samping itu, dukungan dan penerimaan dari setiap anggota keluarga akan memberikan kepercayaan dalam diri anak dan remaja yang terbelakang mental untuk lebih berusaha meningkatkan setiap kemampuan yang dimiliki, sehingga hal ini akan membantunya untuk dapat hidup mandiri, lepas dari ketergantungan pada bantuan orang lain. Orang tua dalam hal ini harus mempunyai pengetahuan, sikap dan perilaku yang baik agar tercipta suasana kondusif dan mendukung anak dengan keterbelakangan mental agar dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya.

Pengetahuan, merupakan bidang kognitif. Misalnya, orang tua mengetahui cara melakukan identifikasi kebutuhan anak dan mengetahui cara menerapkan pola asuh bagi anak mereka sesuai dengan kebutuhannya. Sikap merupakan perasaan atau reaksi terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya reaksi terhadap kendala dalam mengasuh anak, perasaan atau persepsi terhadap keadaan anak mereka yang mengalami keterbelakangan mental. Sedangkan perilaku merupakan kegiatan dan sesuatu yang bisa dilakukan, misalnya memarahi, memukul, memaki anak jika sang anak melakukan kesalahan atau cara orang tua mengasuh anak.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, penulis mengangkat masalah tentang :

1. Bagaimana pengetahuan orang tua mengenai retardasi mental 2. Bagaimana sikap orang tua terhadap anak mereka yang


(2)

3. Bagaimana perilaku orang tua terhadap anak mereka yang mengalami retardasi mental

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran keadaan orang tua dari anak retardasi mental.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui tingkat pengetahuan orang tua mengenai retardasi mental

2. Mengetahui tingkat sikap orang tua terhadap anak mereka yang mengalami retardasi mental

3. Mengetahui tingkat perilaku orang tua terhadap anak mereka yang mengalami retardasi mental

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini berguna untuk memperluas cakrawala ilmu kesehatan jiwa masyarakat mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku orang tua dari anak retardasi mental.

Penelitian ini juga berguna untuk memberikan informasi mengenai gambaran keadaan yang terjadi pada orang tua dari anak dengan retardasi mental dengan berbagai permasalahan yang dialaminya.


(3)

4

sesuai dengan kemampuannya. Tetapi masih ada persepsi dari orang tua itu sendiri yang menganggap bahwa keberadaan anak dengan retardasi mental hanya dapat menjadi beban dan membuat malu keluarga (Sembiring, 2002)

1.6 Metodologi

Metodologi penelitian : Deskriptif Jenis penelitian : Cross Sectional

Teknik pengambilan data : Survey dan wawancara Instrumen penelitian : Kuesioner

Informan : Orang tua dari anak penyandang retardasi mental di SLB-C Kota Bandung

Teknik PenarikanSample : Cluster Random Sampling Jumlah Sampel : 46 Orang Tua  92 Orang

1.7 Tempat dan Waktu

1.7.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah di beberapa Sekolah Luar Biasa Tipe C di Kota Bandung.

1.7.2 Waktu Penelitian


(4)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SLB Tipe C yang berada di wilayah Kota Bandung tentang gambaran tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku Orang Tua dari penyandang retardasi mental maka dapat ditarik kesimpulan bahwa : a) Responden memiliki pengetahuan yang baik

b) Responden memiliki sikap yang baik c) Responden memiliki perilaku yang baik 1.2 Saran

Meskipun lebih dari 80% responden memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik, namun dari pertanyaan diketahui bahwa masih saja ada orang tua yang merasa malu dan menolak memiliki anak penyandang retardasi mental, juga pada pertanyaan mengenai kecemasan dimana didapatkan hasil cukup banyak responden yang mengalaminya. Hal ini dapat diubah dengan dilakukannya penyuluhan dan beri motivasi orang tua agar memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar anak mudah bersosialisasi serta keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas


(5)

46

46

memberikan fasilitas-fasilitas yang dapat membantu mengembangkan kepribadian penyandang retardasi mental, sehingga penyandang retardasi mental tidak hanya menjadi beban bagi masyarakat pada umumnya dan keluarga dan orang tua mereka pada khususnya.


(6)

University

D.S. Gunarsa 2006. Dari Anak Sampai Usia Lanjut : Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT BPK Gunung Mulia

J.P. Shonkoff. 1992. Development of infants with disabilities and their families: Implications for theory and service delivery, Monographs of the Society for Research in Child Development. 57

Kaplan HI & Sadock BJ. 1997. Sinospsis Psikiatri. Ilmu Pengetahuan Perilaku/Psikiatri Klinis, Ed.7. Jakarta : Binarupa aksara. 673-696

Notosoedirjo M & Latipun. 2002. Kesehatan Mental : Konsep dan Penerapan. Malang : Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang

Rusdi Maslim. 2001. Retardasi Mental dalam Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa-Rujukan Ringkas dari PPDGJ III. Jakarta.119-121

S.A Sembiring. 2002. Penataan Lingkungan Sosial Bagi Penderita Demensia (pikun) dan Retardasi Mental. Medan : USU Digital Library

Soekidjo Notoatmodjo. 1993. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. 133-149

W.F.Maramis 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Penerbit Airlangga University Press. hal. 385-402.

Wenar, C & Kerig P. 2000. Developmental Psychopathology. Singapore : The Mc GrawHills companies, Inc