Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Pembentukan Karakter Anak Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan Salatiga 2016/2017 - Test Repository

  i

Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI)

dalam Pembentukan Karakter Anak Tunagrahita di

  

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)

Wantuwirawan Salatiga 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

  

Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh :

Anggih Ratna Sari

  

NIM 11112173

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

MOTTO

              

  

  “

  Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.”

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

  1. Teruntuk kedua orang tua saya, Ibu Tumiyati dan Bapak Hadi Sukirman yang senantiasa mendoakan, memotivasi dan membimbing saya

  2. Adik saya Oska Mahendra yang senantiasa menghibur dan memberi warna dalam kehidupan ini

  3. Saudara-saudaraku, terimakasih atas do’a, dukungan serta semangat, yang diberikan selama ini

  4. Sahabat-sahabat tercinta khusunya Taufikul Mujib, Istianah Lis Hikmawati, Ririn Agus Triani, Rose Arianti Abbas, Pawitri, Ratna Sri Wardani, Visi Sofia yang sudah banyak mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini

  5. IMMawan dan IMMawati Pimpinan Cabang Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kota Salatiga

  6. Adik-adik Formapak IAIN Salatiga yang selalu ada dalam keadaan apapun

  7. Dosen dan Para Pengajarku, terimakasih atas ilmu yang di sampaikan semoga bisa bermanfaat bagi kehidupan saya

  8. Almamater tercinta Jurusan Pendidikan Agama Islam FTIK IAIN SALATIGA 2012

  ABSTRAK Sari, Anggih Ratna. 2017. Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Dalam

  Pembentukan Karakter Anak Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Achmad Maimun, M.Ag

  Kata Kunci: Strategi Guru PAI, Pembentukan Karakter, siswa Tunagrahita Siswa Tunagrahita merupakan anak yang memiliki kecerdasan dibawah rata-rata anak pada umumnya atau sering disebut dengan retradasi mental. Dengan keadaan seperti itu anak-anak tunagrahita memerlukan pelayannan dan pendidikan yang khusus. Tujuan dari dipilihnya objek, topik dan judul dalam skripsi ini yaitu:

  1. Untuk mengetahui karakter siswa tunagrahita SMPLB Wantuwirawan Salatiga,

  2. Untuk mengetahuistrategi guru PAI dalam membentuk karakter siswa tunagrahita SMPLB Wantuwirawan Salatiga.

  Penelitian atas skripsi ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi dari sumber data. Pihak yang di wawancarai antara lain: guru PAI dan guru kelas SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga, kepala sekolah SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga, siswa-siswi SMPLB- C Wantuwirawan Salatiga.

  Hasil dari penelitian yang penulis lakukan mengarah kepada kesimpulan yaitu: 1. Karakter siswa tunagrahita di SMPLB-C Wantuwirawan pada awalnya sulit untuk diarahkan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi karakter siswa yaitu: usia, tingkat ketunagrahitaan dan keluarga. 2. Strategi guru PAI dalam membentuk karakter anak tunagrahita di SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga adalah dengan cara melakukan pendekatan personal kepada siswa, memberikan motivasi positif, menjalin kerja sama dengan keluarga siswa, dan mengoptimalkan strategi pembelajaran di kelas. 3. Faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembentukan karakter siswa tunagrahita di SMPLB-X Wantuwirawan Salatiga adalah: faktor pendukungnya yaitu guru yang selalu memberikan motivasi- motivasi dan semangat kepada siswa-siswinya, metode yang tepat dalam pembelajaran, sarana prasarana yang mendukung, dan peran serta orang tua yang senantiasa memperhatikan dan mendukung. Faktor penghambatnya yaitu kepedulian beberapa orang tua murid yang rendah, keterbatasan yang dimiliki masing-masing siswa dan metode pembelajaran yang terbatas.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN ........................................................................................ ........ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN ............................................ iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v KATA PENGANTAR ............................................................................. vii ABSTRAK .............................................................................................. x DAFTAR ISI ........................................................................................... xi DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv DAFTAR TABEL ................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ........................................................ 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................ 5 E. Kajian Pustaka ....................................................................... 6 F. Penjelasan Judul .................................................................... 9 G. Metode Penelitian .................................................................. 12 H. Sistematika Penulisan Skripsi ................................................ 15

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Guru PAI .................................................. 17 B. Karakter Dan Pembentukannya ............................................. 27 C. Tunagrahita ........................................................................... 32 D. Strategi Guru PAI dalam Pembentukan Karakter Anak Tunagrahita .................................................... 42 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum SLB Wantuwirawan Salatiga

  1. Sejarah dan Profil SMPLB Wantuwirawan Salatiga ......... 46

  2. Identitas Sekolah .............................................................. 47

  3. Visi, Misi, Tujuan SMPLB Wantuwirawan Salatiga .......... 47

  4. Struktur Organisasi yayasan .............................................. 49

  5. Struktur Organisasi SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga ..... 50

  6. Jumlah Guru dan Karyawan ............................................. 51

  7. Peserta didik ...................................................................... 52

  8. Sarana dan Prasarana Sekolah ........................................... 53

  B. Pembelajaran di SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga

  1. Kurukulum SMPLB-C ...................................................... 55

  2. Metode Pembelajaran ........................................................ 61

  3. Problematika ..................................................................... 64

  BAB IV ANALISI DATA A. Karakter Siswa Tunagrahita ................................................... 68 B. Strategi Guru PAI Dalam Membentuk Karakter ..................... 70

  C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Pembentukan Karakter

  1. Faktor Pendukung ............................................................. 77

  2. Faktor Penghambat ........................................................... 79

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................... 81 B. Saran ..................................................................................... 82 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

  DAFTAR LAMPIRAN

  1. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI

  2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN

  3. SURAT KETERANGAN PENELITIAN

  4. PEDOMAN WAWANCARA

  5. TRANSKIP WAWANCARA

  6. DOKUMENTASI

  7. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

  8. KETERANGAN SKK

  9. DAFTAR RIWAYAT HIDUP

  DAFTAR TABEL

  Tabel I Struktur Organisasi Yayasan Tabel II Struktur Organisasi SMPLB-C Wantuwirawan Tabel III Struktur Guru dan Karyawan Tabel IV Peserta didik Tabel V Sarana dan Prasarana

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan adalah dunia yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan diharapkan dapat membentuk generasi muda yang kreatif, inovatif, memiliki pengetahuan dan budi pekerti luhur sehingga mereka mampu bersaing dalam kehidupan. Pendidikan di Indonesia ada berbagai mancam tingkat dan jenis yang diperuntukkan bagi anak, dengan berbagai macam karakteristik dan kemampuan serta kebutuhan yang berbeda.

  Begitu juga dengan anak yang berkebutuhan khusus. Anak ini mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan dan memiliki kebutuhan yang berbeda dengan anak normal lainnya. .

  Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan seperti yang tercantum dalam UUD’45 pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pembelajaran.”. negara sudah memberi jaminan kepada semua warga negaranya untuk mendapatkan pendidikan tanpa terkecuali. Anak berkebutuhan khusus juga memiliki hak untuk memperoleh pendidikan sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 5 ayat (1) disebutkan bahwa, “setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Sedangkan lanyanan pendidikan bagi warga negara yang berkebutuhan khusus, pada pasal 5 ayat (2) Undang-undang tersebut menyatakan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual, dan atau sosial berhak memperoleh pendidikan layanan khusus. Kelainan yang disandang oleh warga negara tersebut membutuhkan layanan pendidikan yang disesuaikan dengan jenis dan karakteristik masing-masing. Sarana dan prasarana juga harus sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh anak berkebutuhan khusus serta mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan.

  Anak adalah anugerah paling berharga dari Allah Swt yang merupakan titipan atau amanah, orang tua mempunyai kewajiban untuk menjaga, mendidik dan mengarahkan mereka sehingga mereka dapat berkembang secara optimal sekalipun anak tersebut berkebutuhan khusus.

  Anak berkebutuhan khusus merupakan sebutan bagi mereka yang memiliki kekurangan atau mengalami berbagai kelainan dan penyimpangan yang tidak dialami oleh anak normal pada umumnya. Awalnya bagi orang tua yang dianugrahi anak berkebutuhan khusus pasti merasakan kekecewaan, rasa malu dan keputusasaan. Perasaan seperti itu tidak akan merubah keadaan dan tidak akan membantu anak itu memiliki kemandirian dan mampu mengoptimalkan kemampuan lainnya. Di sini peran orang tua dituntut sebagai orang pertama yang memahami keadaan anaknya serta memikirkan masa depan mereka.

  Pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak (Masnur Muslich, 2011:1). Menurut Joseph Zins (2001) dalam bukunya Emotional Intellegence and School Success, ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak disekolah. Faktor-faktor resiko tersebut ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati dan kemampuan berkomunikasi (Agus Wibowo, 2012:19-20).

  Karakter itu bisa diubah dan dibentuk sedini mungkin, sehingga strategi guru sangat menentukan dalam proses pembentukan karakter tersebut selain keluarga dan masyarakat. Anak dengan kelainan/tuna yang secara jumlah merupakan kaum minoritas juga berhak untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan pendidikan yang bisa menciptakan karakter yang lebih kuat seperti anak normal lainnya.

  Seperti firman Allah swt dalam surat Ar-Ra’d ayat 11:

  

           

             

            

  Artinya: “Baginya manusia ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dare depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan pada suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”

  Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sebuah lembaga pendidikan yang diperuntukan bagi anak yang mengalami kekurangan atau tuna. Di dalam lembaga tersebut ada berbagai macam kekurangan atau tuna diantaranya adalah tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunalaras, tunawicara, dan tunagrahita. Adapun pengelompokannya pada sekolah luar biasa ini berdasarkan dengan jenis ketunaannya yaitu: tunanetra (SLB-A), tunarungu (SLB-B), tunagrahita (SLB-C), tunadaksa (SLB-D), tunalaras (SLB-E), tunaganda (SLB-G) dan untuk pengelompokan tunawicara dijadikan satu dengan tunarungu karena biasanya antara gangguan bicara dan pendengaran terjadi dalam satu keadaan.

  Sekolah Luar Biasa (SLB) Wantuwirawan yang berada di kota Salatiga merupakan contoh lembaga pendidikan formal yang di dalamnya terdapat pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus. Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Wantuwirawan terdapat pendidikan untuk anak tunagrahita dari taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas. Anak tunagrahita memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut retardasi mental. Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan inteligensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial (Aqila Smart, 2010:49).

  Mengngat pentingnya pendidikan karakter ditanamkan kepada anak dan tidak ada kata terlambat untuk mendidik karakter seorang anak. Tidak ada alasan apapun untuk tidak membentuk karakter anak sekalimpun anak tersebut memiliki keterbatasan fisik atau kelainan lain. Mendidik anak berkebutuhan khusus tidak semudah mendidik anak yang normal terutama anak tunagrahita. Disini dibutuhkan usaha yang serius untuk membentuk karakter yang baik pada anak berkebutuhan khusus, salah satu upayanya adalah pendidikan agama.

  Seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI) harus mampu memberikan pemahaman kepada peserta didiknya. Keberhasilan pendidik dalam memahamkan siswa-siswinya tidak terlepas dari pemilihan strategi dalam pembelajaran. Penulis merasa tertarik untuk mengetahui strategi guru pendidikan agama Islam dalam menbentuk karakter anak tunagrahita di SMP- LB-C Wantuwirawan karena pada masa inilah anak-anak mulai labil dalam bertindak.

  Dari uraian di atas kiranya perlu dilakukan penelitian mengenai pembentukan karakter anak berkebutuhan khusus terutama anak tunagrahita, sehingga penulis memilih judul skripsi “Strategi Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam Pembentukan Karakter Anak Tunagrahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan Salatiga Tahun Ajaran 2016/2017”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:

  1. Bagaimanakah karakter siswa tunagrahita Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan Salatiga?

  2. Bagaimana strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter siswa tunagrahita Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan Salatiga?

  Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan diadakannya penelitian ini adalah:

  1. Untuk mengetahui karakter siswa tunagrahita Sekolah Menengah Pertama (SMPLB) Wantuwirawan Salatiga.

  2. Untuk mengetahui strategi guru Pendidikan Agama Islam dalam membentuk karakter siswa tunagrahita Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan Salatiga.

D. Manfaat Penelitian

  Hasil peneitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian tersebut yaitu:

  1. Secara Teoritis Untuk pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang pembentukan karakter pada anak tuna grahita, serta strategi guru

  Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam membentuk karakter anak berkebutuhan khusus (ABK)

  2. Secara Praktis

  a. Sekolah: Dapat menjadi sumbangan alternatif pemikiran atau acuan mengenai pembentukan karakter pada anak berkebutuhan khusus (ABK).

  b. Guru PAI: Dapat mengetahui strategi yang dapat dilakukan guru PAI dalam pembentukan karakter siswa tuna grahita di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB).

  Berdasarkan pada penelusuran tentang kajian pustaka yang pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya adalah sebagai berikut:

  1. Skripsi Septine Dwi Ningsih Maryani jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga yang berjudul “Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Pada Anak Berkebutuhan Khusus Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga Tahun Ajaran 2015/2016”. Penelitian ini meneliti tentang bagaimana pembelajaran PAI yang diterapkan pada kelas tunagrahita ringan di SMPLB Negeri Salatiga, faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran PAI pada kelas Tunagrahita ringan di SMPLB Negeri Salatiga, dan bagaimana solusi yang diberikan dari SMPLB Negeri Salatiga untuk menghadapi hambatan dalam implementasi pembelajaran PAI kelas Tunagrahita ringan.

  Hasil dari penelitian ini adalah (1) Pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada Kelas Tunagrahita Ringan di SMPLB Negeri Salatiga menggunakan berbagai metode yang digunakan antaranya metode ceramah, tanya jawab, drill, demonstrasi, serta pemberian tugas. Metode- metode tersebut disesuaikan kondisi peserta didik yang mempunyai ketunaan. Sebagian besar penyampaian materi dengan bantuan berbagai media pendukung seperti gambar, video, dan suara. Yang dapat mempermudah dalam menerima pelajaran. Selain itu dengan cara mengulang-ulang materi juga akan membantu siswa untuk mengingat apa yang telah diajarkan gurunya. (2) faktorpendukung ialah alat-alat peraga yang telah tersedia sehingga dapat mendukung pelaksanaan pembelajaran, sekolah dan guru yang selalu sabar dan telaten serta senantiasa menambah wawasan sehingga dapat memberikan pelayannan yang jauh lebih baik untuk siswa-siswanya. Sedangkan faktor penghambat pelaksanaan pembelajaran PAI pada anak tunagrahita ringan di SMPLB Negeri Salatiga ialah keterbatasan intelektual siswa dalam mengikuti pembelajaran. Banyak juga yang jarang masuk sekolah sehingga akan sangat menghambat perkembangan dirinya, jumlah guru yang kurang memadai juga menjadi tantangan tersendiri dalam pelaksanaan pembelajaran PAI. (3) Solusi yang dilakukan untuk menghadapi hambatan tersebut adalah dengan segera mencari guru tambahan sehingga untuk pelaksanaan pembelajaran PAI akan lebih baik lagi. Mengulang-ulang penyampaian materi juga membantu siswa menghadapi kesulitan dalam belajar. Penggunaan metode yang disesuaikan dengan kondisi siswa juga menjadi solusi yang baik, sehingga siswa akan menerima pelajaran dengan hati lapang karena sesuai dengan keinginan dan kemampuan.

  2. Skripsi Siti Mu’asyaroh jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilamu Keguruan IAIN Salatiga yang berjudul “ Penanaman Nilai-Nilai Pendidikan Islam oleh Orang Tua Pada Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga”. Penelitian ini meneliti tentang nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan orang tua pada siswa tunagrahita

  SMPLB Negeri Salatiga, bagaimana metode penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga dan faktor penghambat dan pendukung dalam penanaman nilai- nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga. Hasil penelitian ini adalah (1) Nilai-nilai pendidikan Islam yang ditanamkan orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga sudah berdasarkan ajaran pokok nilai-nilai pendidikan Islam yang meliputi nilai pendidikan akidah, ibadah, akhlak dan kemasyarakatan. (2) Metode yang digunakan oleh orang tua siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga adalah metode keteladanan, pembiasaan, nasehat, pengawasan dan hukuman. (3) dalam proses penanaman nilai-nilai pendidikan Islam oleh orang tua pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga dipengaruhi beberapa faktor penghambat dan pendukung. Ketidak sabaran orangtua yang belum mengerti sepenuhnya dengan keterbatasan anak, keterbatasan intelegensi anak, kepribadian anak yang susah diatur dan sifat malas anak dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam. Sedangkan faktor pendukungnya adalah motivasi yang kuat dari orang tua siswa , kesabaran dan ketelatenan dalam mendidik, perhatian dan kasi sayang yang besar dari keluarga dan orang tua, kepribadian anak yang sudah tumbuh sifat kemandirian dan mudah diatur, lingkungan masyarakat yang masih menjunjung tinggi tradisi Islam, lingkungan masyarakat yang menerimakehadiran anakan tunagrahita di tengah masyarakat, dan lingkungan sekolah yang masih terdapat kegiatan keagamaan.

  Dari hasil penelusuran kajian pustaka di atas, peneliti belum menemukan kasus yang sama dengan kasus yang peneliti tulis ini, baik dari judul maupun isinya. Untuk itu peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang strategi guru pendidikan agama Islam dalam peembentukan karakter anak tunagrahita di SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga.

F. Penjelasan Judul

  Sebagai langkah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam memahami judul yang penulis bahas, dan memberikan pengertian dalam ruang lingkup penenlitian, adapun penjelasan judul dalam penelitian ini sebagai berikut:

  1. Strategi Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (KBBI,

  2005: 1092).

  Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola umum kegiatan guru dan murid dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuab yang telah digariskan (Abu Ahmadi, 2005: 11)

  2. Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) Guru dalam arti jawa adalah seseorang yang harus digugu dan ditiru oleh semua muridnya. Digugu maksudnya segala sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran. Ditiru artinyaseorang guru menjadi suri tauladan bagi semua muridnya baik dari cara berpikir, bicara hingga cara berperilaku sehari- hari (Dariyanto, 2013: 8).

  Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati sampai mengimani ajaran agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama sampai terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Majid, 2005:130).

  Guru pendidikan agama Islam adalah seorang yang profesional yang harus memiliki pengetahuan yang luas, sikap yang baik, bisa dijadikan suri tauladan bagi muridnya dan bertanggung jawab untuk membimbing dan menbina akhlak anak didik.

  3. Karakter Menurut Thomas Lickona (1992:22), karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia lainnya (Agus Wibowo, 2012:32).

  4. Siswa Tuna Grahita Siswa menurut UU RI No. 20 tahun 2013 pasal 1 ayat 4 adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan diri mereka melalui proses pendidikan pada jalur dan jenjang jenis pendidikan tertentu. Sedangkan, Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan intelektual di bawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan retardasi mental (Aqila Smart, 2010:49).

  Jadi siswa tunagrahita adalah anak yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata (retradasi mental) yang sedang mengikuti proses pendidikan untuk bisa mengembangkan diri mereka pada jenjang pendidikan tertentu.

G. Metode Penelitian

  Pada bagian ini akan diuraikan hal-hal yang mendasari pada penelitian ini yaitu: jenis penelitian, subjek dan tempat penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, metode analisis, tahap penelitian.

  1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2011: 6).

  Pada bagian ini peneliti mengumpulkan data yang telah didapat di lapangan yaitu dari guru, siswa, dan kepala Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wantuwirawan Salatiga kemudian ditelaah satu demi satu.

  2. Subjek dan tempat penelitian Subjek penelitian yang dimaksud adalah sumber data di mana peneliti dapat mendapatkan data yang diperlukan. Dalam hal ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB)-C Wantuwirawan Salatiga.

  Tempat penelitian adalah Sekolah Menengah Pertama (SMPLB)-C Wantuwirawan Salatiga.

  3. Teknik pengumpulan data Dalam rangka untuk memperoleh data serta membantu mempermudah jalanya penelitian, penulis menggunakan metode pengumpulan data. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.

  a. Metode wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.

  Percaakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong,2011: 186). Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung dari informan yang dikehendaki dengan cara tanya jawab.

  Dalam penelitian ini yang diwawancarai adalah kepala sekolah, siswa, guru pendidikan agama Islam dan guru kelas di SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga.

  b. Metode observasi Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2006: 220).

  Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung karakter siswa tuna grahita SMPLB Wantuwirawan dan strategi guru PAI dalam membentuk karakter siswa tuna grahita SMPLB Wantuwirawan.

  c. Metode dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 67).

  Dalam penelitian ini, metode dokumentasi digunkan untuk mengumpulkan data tentang sekolah luar biasa secara historis, letak geografis, struktur organisasi dan daftar nama anak-anak SMPLB Wantuwirawan Salatiga.

  4. Analisis data Analisis data kualitatif (Bodgan & Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memisahkannya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2011: 248).

  Rumusan tersebut dapat ditarik garis bawah atau dapat disimpulkan, bahwa analisis data bermaksud mengorganisasikan data.

  Data yang terkumpul terdiri dari catatan lapangan, arsip Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga.

  5. Tahap penelitian

  a. Kegiatan yang meliputi, izin observasi dari IAIN Salatiga kepada Kepala Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Wantuwirawan Salatiga.

  b. Kegiatan lapangan yaitu penulis melakukan penelitian secara langsung di lokasi penelitian dengan mewawancarai responden dan melihat secara seksama lebih detail berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian.

  c. Verifikasi data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan sebagai deskriptif penemuan dalam penelitian dan menyusun laporan ahir.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

  Secara garis besar, penulisan skripsi ini terbagi menjadi lima pokok pikiran yang masing-masing termuat dalam bab yang berbeda-beda. Berikut uraian dari masing-masing bab:

  BAB I. Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan judul, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

  BAB II. Kajian pustaka, berisi tentang gambaran umum guru PAI meliputi pengertian guru Pendidikan Agama Islam (PAI), peran dan tugas guru Pendidikan Agama Islam (PAI), syarat dan tanggung jawab guru PAI. Pengertian karakter dan pembentukannya. Kemudian dijelaskan tentang pengertian anak tunagrahita, klasifikasi tunagrahita, karakteristik tunagrahita, faktor penyebab tnagrahita.

  BAB III. Laporan hasil penelitian. Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang meliputi gambaran umum tentang SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga. Pembelajaran di SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga meliputi kurikulum yang di gunakan, metode guru dan problematika yang dihadapi di SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga.

  BAB IV. Analisis data. Pembahasan dalam bab ini adalah analisis data tentang karakter siswa tunagrahita, strategi guru Pendidikan Agama Islam ( PAI) dalam membentuk karakter siswa tunagrahita SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga, faktor pendukung dan penghambat pembentukan karakter siswa SMPLB-C Wantuwirawan Salatiga.

  BAB V. Penutup. Meliputi kesimpulan dari penelitian, saran dan kata penutup.

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Gambaran Umum guru PAI Guru memegang peran penting dalam upaya membentuk karakter siswa melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang diinginkan. Kinerja guru pada dasarnya menyangkut seluruh aktifitas yang dilakukan dalam mengemban amanat dan tanggung jawabnya dalam mendidik, mengajar, membimbing dan mengarahkan siswa-siswi dalam mencapai tingkat kedewasaan masing-masing. Profesional seorang guru tentunya dituntut oleh beberapa pihak yang selalu mendukung keberadaan guru. Seorang pendidik atau guru agama yang profesional adalah pendidik yang memiliki suatu kemampuan dan keahlian dalam bidang kependidikan keagamaan sehingga mampu untuk melakukan tugas, peran dan fungsinya sebagai pendidik dengan kemampuan maksimal (Mukhtar, 2003:85-86).

  Berarti dalam praktiknya seorang pendidik dituntut untuk melaksanakan tugasnya secara maksimal sehingga profesionalitas seorang pendidik dapat tercapai. Tidak lain figur guru PAI yang senantiasa menanamkan kepribadian peserta didik menuju kepribadian jiwa Islami, haruslah menjadi guru yang profesional baik dalam rangka pembelajaran ataupun praktik di sekolah maupun luar sekolah.

  Guru merupakan elmen penting dalam sebuah sistem pendidikan. Ia merupakan ujung tombak, proses belajar siswa sangat dipegaruhi oleh bagaimana siswa memandang guru mereka (Jamaludin, 2002:36) guru yang ideal dan bermutulah yang menjadi berhasil atau tidaknya proses belajar. Menurut UU RI No.14 Th. 2005, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, menilai dan mengevaluasi pesrta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, dasar dan menengah.

  Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami dan menghayati hingga mengimani, bertakwa dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran agama Islam dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al- Hadits, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman. Disertai dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama laindalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (Kurikulum PAI).

  Menurut Zakiyah Darajat (1987:87), Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh, menghayati makna tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

  Tayar Yusuf (1986:35) mengartikan Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan pengalaman, pengetahuan, kecakapan dan ketrampilan kepada generasi muda agar kelak menjadi manusia muslim, bertakwa kepada Allah Swt, berbudi pekerti luhur dan berkepribadian yang memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam kehidupannya. Sedangkan menurut A. Tafsir, Pendidikan Agama Islam adalah bimbingan yang diberikan seseorangagar ia berkembangsecara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Abdul Majid, 2012:12)

  Azizy (2002) mengemukakan bahwa esensi pendidikan yaitu adanya proses transfer nilai, pengetahuan dan ketrampilan dari generasi tua kepada generasi muda agar generasi muda mampu hidup. Oleh karena itu, ketika kita menyebut pendidikan Islam, maka akan mencangkup dua hal yaitu : pertama, mendidik siswa untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai akhlak Islam. Kedua, mendidik siswa-siswi untuk mempelajari materi ajaran Islam.

  Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam itu secara keseluruhannya terliput dalam lingkup Al-Qur’an dan Al-Hadits, keimanan, akhlak, fiqih/ibadah dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencangkup keserasian, keselarasan dan keseimbangan hubungan manusia dengan Allah Swt, diri sendiri, sesama makhluk, makhluk lainnya maupun lingkungan (Hablun minallah wa hablun minannas).

  Pendidikan Agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian guru PAI adalah orang yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di sekolah dan mengupayakan perkembangan potensi siswa agar sesuai dengan nilai-nilai Islam.

2. Peran dan Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

  Unsur inti yang sangat esensial dalam pendidikan adalah pendidik (guru) dan peserta didik (murid). Tanpa adanya kedua unsur tersebut maka tidak ada yang namanya kegiatan belajar mengajar. Guru yang berperilaku mengajar secara profesional dan efektif akan menghasilkan perilaku belajar yang efektif dan pada gilirannya akan menghasilkan keluaran (hasil belajar) yang bermutu (Mohamad Surya, 2006:23)

  Untuk menghasilkan peserta didik yang bermutu peran guru dalam penanaman, pemahaman dan pelaksanaan ilmu pengetahuan sangatlah dibutuhkan. Dalam hal ini guru mata pelajaran PAI juga mempunyai beberapa peran yang signifikan tentunya dalam lingkup sekolah maupun luar sekaolah. Pembentukan karakter siswa salah satunya adalah guru dan peran guru didalamnya turut membangun agar tujuan dari pendidikan dapat tercapai dengan kualitas pendidikan semaksimal mungkin.

  Secara umum peran serta guru dalam kaitannya dengan mutu pendidikan sekurang-kurangnya dapat dilihat dari empat dimensi yaitu guru sebagai pribadi, guru sebagai unsur keluarga, guru sebagai unsur pendidikan, guru sebagai unsur masyarakat (Mohamad Surya, 2006:45).

  1) Guru sebagai pribadi, kinerja peran guru dalam kaitan dengan mutu pendidikan tentunya harus dimulai dari dirinya sendiri. Sebagai pribadi, guru mempunyai perwujudan diri dengan seluruh karakteristik yang dimiliki oleh guru sebagai pendidik. Karena kepribadian merupakan landasan utama bagi guru. Hal ini mengandung makna bahwa seorang guru harus mampu mewujudkan pribadi yang efektif untuk dapat melaksanakan fungsi dan tanggung jawabnya sebagai guru. Dan guru PAI dalam praktiknya harus bisa menjadi suri tauladan yang baik, apalagi dalam kehidupan kesehariannya guru PAI harus berfungsi sebagai pribadi yang bisa memberikan keteladanan khususnya interaksi dalam sekolah. Karena, perkataan dan ucapan akan tidak ada artinya jika tidak diaplikasikan dalam bentuk tingkah laku (Khoiron Rosyadi, 2004:187). 2) Peran guru dikeluarga , dalam kaitannya dengan keluarga guru merupakan unsur keluarga sebagai pengelola (suami atau istri), sebagai anak dan sebagai pendidik dalam keluarga. Hal ini mengandung makna bahwa guru berperan untuk membangun keluarga yang kokoh sehingga menjadi fondasi bagi kinerjanya dalam melaksanakan fungsi guru sebagai unsur pendidikan.

  3) Peran guru di sekolah, peran guru dalam sekolah menjadi acuan penentu keberhasilan pendidikan. Sebagaimana mestinya dalam pendidikan guru memiliki peran sebagai sumber belajar, fasilitator, pengelola, pembimbing dan motivator.

  4) Peran guru di masyarakat, dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara secara keseluruhan, guru merupakan unsur strategis sebagai anggota, agen dan pendidik masyarakat. Sebagai anggota masyarakat guru berperan sebagai teladan bagi masyarakat disekitarnya baik dikehidupan pribadi maupun keluarganya (Mohamad Surya, 2006:46-47). Melihat fenomena tersebut guru PAI dalam kehidupan masyarakat kan lebih berperan karena pribadi yang mengarah pada jiwa beragama dituntut menjadi guru pribadi dan kelompoknya, peran serta penanaman keberagamaan Islami akan menjadi hal yang konkrit sebagai kewajiban guru PAI dalam interaksi kehidupan di masyarakat.

  Selain mempunyai peran seorang guru PAI juga mempunyai tugas yang harus dilakukan untuk pengembangan mutu pendidikan peserta didik. Guru memiliki banyak tugas yang apabila kita kelompokan terdapat tiga jenis tugas guru yakni tugas dalam bidang profesi, tugas dalam bidang kemanusiaan dan tugas dalam bidang kemasyarakatan (Moh Uzer Usman, 2001:6)

  Menurut Koestiyah N.K bahwa guru dalam mendidik anak didik bertugas untuk : a. Menyerahkan kebudayaan kepada peserta didik berupa kepandaian, kecakapan dan pengalaman-pengalaman b. Membentuk kepribadian anak yang harmonis sesuai etika dan dasar negara kita c. Menyiapkan anak menjadi warga negara yang baik

  d. Sebagai perantara dalam belajar. Didalam proses belajar guru hanya menjadi perantara, anak harus berusaha sendiri mendapatkan suatu pengertian sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan, tingkah laku dan sikap e. Guru sebagai penghubung antara sekolah dan masyarakat

  f. Guru sebagai penegak disiplin, guru menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan bila guru dapat menjalaninya dahulu g. Guru sebagai administrator dan manajer

  h. Pekerjaan guru sebagai profesi i. Guru sebagai perencana kurikulum j. Guru sebagai pemimpin, guru mempunyai kesempatan dan tanggung jawab dalam banyak situasi untuk membimbing anak kearah pemecahan soal, membentuk keputusan dan menghadapkan anak-anak pada problem k. Guru sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak (Siti Asdiqoh, 2013:20-21).

  Selain tugas-tugas guru yang telah dijelaskan di atas, tugas utama seorang guru PAI adalah menyempurnakan, membersihkan, membawa hati manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt. Jika seorang guru PAI belum mampu membawa anak didiknya mencapai keterbiasaan dalam melakukan ibadah, meski prestasi akademis dapat mencapai nilai luar biasa, hal itu belum bisa dikatakan berhasil sepenuhnya. Karena keberhasilan tingkat pemahaman keagamaan tidak berhenti hanya sampai pada perolehan nilai akademis saja. Lebih dari itu haruslah mampu mencapaitingkat kebiasaan dimana seseorang siswa menganggap melakukan ibadah itu kebutuhan yang tanpa keterpaksaan.

  Salah satu ayat al-Qur’an yang mengingatkan tentang tugas dan tanggung jawab sebagai pendidik antara lain adalah Q.S an-Nisa/4 : 9

                  

  Artinya: “dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Perkataan yang benar.” (QS. An-Nisa/4: 9)

  Dalam ayat di atas diungkapkan bahwa salah satu tugas dan tanggung jawab pendidik adalah mempersiapkan para peserta didik agar kelak bisa survive hidup di dunia dan di akherat.

  Soejono (1982) menyatakan bahwa syarat guru adalah sebagai berikut: a. Dewasa, tugas mendidik adalah tugas yang amat penting karena menyangkut nasib seseorang. Oleh karena itu tugas itu harus dilakukan secara bertanggung jawab. Itu hanya dapat dilakukan oleh orang yang sudah dewasa, anak-anak tidak dapat dimintai pertanggung jawaban. Di negara kita, seseorang dianggap dewasa sejak ia berusia 18 tahun atau sudah kawin. Menurut ilmu pendidikan adalah 21 tahun bagi laki-laki dan 18 tahun bagi perempuan b. Sehat Jasmani dan Rohani, jasmani yang tidak sehat akan menghambat pelaksanaan pendidikan, bahkan dapat membahayakan anak didik bila mempunyai penyakit menular. Dari segi rohani, orang gila berbahaya juga bila ia mendidik.

  c. Tenaga Ahli, hal ini penting sekali bagi pendidik, termasuk guru.

  Orang tua di rumah sebenarnya perlu sekali mempelajari teoro-teori ilmu pendidikan. Dengan pengetahuan itu diharapkan akan lebih berkemampuan menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anaknya di rumah.

  d. Berkesusilaan dan Berdedikasi tinggi.

  Syarat guru di atas merupakan syarat umum seorang guru. Seorang guru agama haruslah memiliki syarat yang harus dipenuhi yang telah ditetapkan oleh rektorat pendidikan agama antara lain, pertama adalah memiliki pribadi mukmin, muslim dan muhsin. Kedua, taat untuk menjalankan agama (menjalankan syari’at islam, dapat memberikan contoh tauladan yang baik pada anak didiknya). Ketiga, memiliki jiwa pendidik dan rasa kasih sayang kepada anak didiknya dan ikhlas jiwanya.

  Keempat, mengetahui dasar-dasar ilmu pengetahuan tentang keguruan terutama digdagtik dan metodik. Kelima, mengetahui ilmu pengetahuan agama. Keenam, tidak mempunyai cacat jasmani dan rohani (Zuhairini, 1983:36)

  Selain syarat yang harus dipenuhi, seorang guru juga harus memiliki tanggung jawab. Guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam mencerdaskan kehidupan anak didik, sosial guru adalah orang yang memiliki tugas dan tanggung jawab membentuk karakter generasi bangsa. Ditangan para gurulah tunas bangsa ini terbentuk sikap dan moralitas sehingga mampu memberikan yang terbaik untuk anak negeri ini. Menjadi tanggung jawab guru untuk memberikan sejumlah norma kepada anak didik agar tahu mana perbuatan yang susila dan asusila, mana berbuat yang bermoral dan amoral. Semua norma itu tidak mesti harus guru berikan di kelas, di luar kelaspun sebaiknya guru contohkan sikap, tingkah laku dan perbuatan (Siti Asdiqoh, 2013:17)

B. Karakter dan Pembentukannya

1. Pengertian Karakter

  Pengertian karakter menurut pusat bahasa Depdiknas adalah bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak. Griek mengemukakan bahwa karakter dapat didefinisikan sebagai panduan daripada segala tabiat manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu dengan yang lain. Kemudian Leonardo A. Sjiamsuri dalam bukunya Kharisma Versus Karakter yang dikutip Damanik mengemukakan bahwa karakter merupakan siapa anda sesungguhnya.