RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG.
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
LAPORAN TUGAS AKHIR
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur
Oleh:
Annisa Rachman Supartono NIM 1102899
PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR
DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2015
(2)
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG
KOTA BANDUNG
Oleh
Annisa Rachman Supartono
Sebuah laporan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan
© Annisa Rachman Supartono 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Laporan tugas akhir ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
ANNISA RACHMAN SUPARTONO
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Pembimbing I
Dr. Asep Yudi Permana, M. Des. NIP. 19690411 199703 1 002
Pembimbing II
Diah Cahyani, ST., MT. NIP. 19770919 200801 2 014
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur
Dr. Eng. Usep Surahman NIP. 19760527 200501 1 001
(4)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Rumah Sakit
Khusus Jantung Kota Bandung” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 5 September 2015
Annisa Rachman Supartono NIM. 1102899
(5)
ii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Oleh:
Annisa Rachman Supartono 1102899
ABSTRAK
Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan ekonomi atas. Dalam memenuhi kebutuhan pangan, masyarakat yang hidup modern berlomba-lomba dalam mengkonsumsi makanan cepat saji yang tentunya tidak baik bagi kesehatan. Pola hidup demikian mengakibatkan tingginya faktor serangan jantung yang dapat terjadi. Penyakit jantung merupakan penyakit yang memiliki resiko kematian cukup tinggi dan dapat menyerang manusia pada berbagai golongan umur. Berdasarkan data WHO (2011), penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Di Indonesia, saat ini hanya ada tiga rumah sakit khusus jantung yang berlokasi di Jakarta dengan daya tampung yang sangat terbatas, salah satunya adalah Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita yang merupakan tempat rujukan tertinggi pelayanan penyakit jantung. Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat seharusnya memiliki rumah sakit khusus yang melayani penyakit jantung dengan fasilitas pelayanan yang memadai karena pada rumah sakit umum pelayanan untuk penyakit jantung dilayani oleh Unit Pelayanan Fungsional (UPF) Jantung dengan sarana dan prasarana yang terbatas. Hal ini disebabkan karena fasilitas ruang dan alat yang tidak mencukupi jumlah pasien penyakit jantung. Maka dari itu, dibutuhkan fasilitas kesehatan jantung di Bandung yang diharapkan dapat mendukung pemerataan kesehatan di Kota Bandung. Tema rumah sakit ini, yaitu “Healing Environment” diaplikasikan melalui pendekatan sistem dan perilaku dengan membuat ruang-ruang pemulihan yang memunculkan suasana gembira pada pasien. Kemudian, rumah sakit ini direncanakan memiliki fasilitas-fasilitas edukasi yang secara tidak sadar akan membuat pengunjung merasa teredukasi mengenai bahaya penyakit jantung, pencegahan penyakit jantung, dan cara memiliki pola hidup yang sehat.
Kata Kunci: Rumah Sakit Khusus Jantung, Kota Bandung, Healing Environment, Fasilitas Edukasi
(6)
iii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BANDUNG CARDIAC HOSPITAL
By:
Annisa Rachman Supartono 1102899
ABSTRACT
Nowadays, modern life has become a main priority for most of Indonesian society, in particular for middle economic class society and upper economic class society. In achieving needs of foods, Indonesian society with modern life vying to consume fast food which not good for health. Such lifestyle results high factor of heart attack that can occur anytime. Heart disease is a disease which has high risk of death. Heart disease can attack human with a variety of age. Based on data from WHO (2011), heart disease is first cause of death in the world. Now, Indonesia has only three Cardiac Hospitals which located in Jakarta with low capacity. One of which is Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita that becomes the highest reference of heart disease treatment. Bandung as the capital of West Java Province should has Cardiac Hospital which can serve and treat heart disease with sufficient facilities because heart disease service in General Hospital is serviced by Functional Service Unit of heart disease with limited facilities and insfrastructures. This is because room facilities and tools are less than the number of patients of heart disease. Therefore, Bandung needs Cardiac Hospital which expected can help to increase health equity in Bandung. The theme of this hospital, which is “Healing Environment” is applied through a systems approach and behavioral approach by creating recovery rooms that present happy atmosphere for patients. Then, the hospital planned to has educational facilities that will unconsciously make visitors feel educated about the dangers of heart disease, heart disease prevention, and how to have a healthy life.
(7)
v
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN
UCAPAN TERIMA KASIH ... i
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR DIAGRAM ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Perancangan ... 1
B. Maksud dan Tujuan Perancangan ... 4
C. Manfaat Perancangan ... 4
1. Secara Subyektif ... 4
2. Secara Obyektif ... 5
D. Identifikasi Masalah Perancangan... 5
1. Sirkulasi ... 5
2. Tapak ... 5
3. Hubungan Ruang ... 6
4. Pengguna ... 6
E. Batasan Perancangan ... 7
F. Metodologi Perancangan ... 7
G. Pendekatan Perancangan ... 9
H. Sasaran Perancangan ... 10
I. Kerangka Berpikir ... 11
J. Sistematika Laporan ... 12
BAB II KAJIAN ... 13
A. Tinjauan Umum ... 13
1. Pengertian Rumah Sakit ... 13
2. Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit di Dunia ... 13
3. Sejarah dan Perkembangan Rumah Sakit di Indonesia ... 14
(8)
vi
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Jenis Rumah Sakit ... 17
6. Klasifikasi Rumah Sakit ... 18
7. Pengelompokkan Fasilitas Rumah Sakit ... 19
8. Persyaratan Umum Bangunan Rumah Sakit ... 20
B. Tinjauan Khusus ... 32
1. Penyakit Jantung ... 32
2. Pengertian Rumah Sakit Khusus ... 35
3. Jenis Rumah Sakit Khusus ... 35
4. Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ... 35
5. Isu Rumah Sakit Khusus Jantung ... 37
C. Kaji Banding Proyek Sejenis ... 40
1. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita ... 40
2. Rumah Sakit Jantung Binawaluya... 42
3. Rumah Sakit Jantung Jakarta (Jakarta Heart Center) ... 44
4. Sanford Heart Hospital ... 45
5. Kesimpulan Studi Banding... 47
BAB III DESKRIPSI PROYEK ... 59
A. Nama dan Lokasi Proyek ... 59
B. Rona Lingkungan ... 70
C. Elaborasi Tema... 70
1. Pengertian ... 70
2. Interpretasi Tema... 71
3. Studi Banding Tema Sejenis ... 74
BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 79
A. Analisis Lingkungan dan Tapak... 79
1. Topografi ... 79
2. Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 81
3. Kebisingan ... 83
4. Drainase ... 85
5. Cahaya Matahari ... 86
6. Arah Angin ... 87
7. Curah Hujan ... 88
8. Vegetasi ... 89
9. View ... 90
B. Analisis Bangunan ... 92
C. Analisis Pengguna ... 96
(9)
vii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tenaga Medis ... 97
3. Tenaga Paramedis ... 98
4. Karyawan ... 99
D. Analisis Kegiatan ... 100
1. Pengunjung ... 100
2. Tenaga Medis ... 102
3. Tenaga Paramedis ... 103
4. Karyawan ... 107
E. Analisis Hubungan Ruang ... 109
1. Instalasi Rawat Jalan ... 109
2. Instalasi Gawat Darurat ... 110
3. Instalasi Rawat Inap ... 111
4. Instalasi Perawatan Intensif ... 112
5. Instalasi Bedah Sentral ... 113
6. Instalasi Rehabilitasi Medik ... 114
7. Instalasi Laboratorium... 115
8. Instalasi Radiologi ... 116
9. Instalasi Farmasi ... 117
10. Instalasi Sterilisasi Pusat ... 119
11. Instalasi Gizi ... 120
12. Instalasi Laundry ... 121
13. Instalasi Pemulasaraan Jenazah ... 122
14. Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana... 123
15. Instalasi Sanitasi ... 124
16. Kantor Pengelola Rumah Sakit ... 125
F. Analisis Kebutuhan Ruang ... 126
1. Instalasi Rawat Jalan ... 126
2. Instalasi Gawat Darurat ... 130
3. Instalasi Rawat Inap ... 133
4. Instalasi Perawatan Intensif ... 135
5. Instalasi Bedah Sentral ... 137
6. Instalasi Rehabilitasi Medik ... 138
7. Instalasi Farmasi ... 140
8. Instalasi Radiologi ... 142
9. Instalasi Laboratorium... 144
10. Instalasi Pemulasaraan Jenazah ... 146
(10)
viii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12. Instalasi Gizi ... 149
13. Instalasi Laundry ... 150
14. Instalasi Sanitasi ... 152
15. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (Workshop) ... 152
16. Kantor Pengelola Rumah Sakit ... 154
17. Fasilitas Penunjang ... 156
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ... 158
A. Konsep Dasar ... 158
B. Konsep Perencanaan Tapak ... 160
C. Konsep Perancangan Bangunan ... 162
D. Konsep Modul Perancangan ... 164
E. Konsep Bentuk, Fungsi, dan Ruang Interior ... 164
F. Konsep Struktur dan Konstruksi ... 165
G. Konsep Bahan Bangunan ... 165
H. Konsep Penghawaan dan Pencahayaan ... 166
I. Konsep Mekanikal Elektrikal ... 167
DAFTAR PUSTAKA ... 168
(11)
ix
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Pengelompokkan Fasilitas Rumah Sakit ... 20
Tabel 2.2. Kesimpulan Studi Banding Berdasarkan Studi Literatur ... 47
Tabel 2.3. Kesimpulan Studi Banding Berdasarkan Pengamatan Langsung ... 49
Tabel 3.1. Kriteria Lokasi ... 61
Tabel 3.2. Kriteria Tapak ... 63
Tabel 3.3. Pertimbangan Luas Lahan ... 67
Tabel 4.1. Persamaan dan Perbandingan RSU Kelas A dengan Rumah Sakit Khusus Jantung Kelas A ... 92
Tabel 4.2. Studi Aktivitas Pengunjung ... 100
Tabel 4.3. Studi Aktivitas Tenaga Medis ... 102
Tabel 4.4. Studi Aktivitas Tenaga Paramedis ... 103
Tabel 4.5. Studi Aktivitas Karyawan ... 107
Tabel 4.6. Program Ruang Poliklinik Jantung Umum ... 126
Tabel 4.7. Program Ruang Poliklinik Jantung Eksekutif ... 127
Tabel 4.8. Program Ruang Poliklinik Terpadu ... 128
Tabel 4.9. Program Ruang Instalasi Gawat Darurat ... 130
Tabel 4.10. Program Ruang Instalasi Rawat Inap ... 133
Tabel 4.11. Program Ruang Instalasi Perawatan Intensif ... 135
Tabel 4.12. Program Ruang Instalasi Bedah Sentral... 137
Tabel 4.13. Program Ruang Instalasi Rehabilitasi Medik... 138
Tabel 4.14. Program Ruang Instalasi Farmasi ... 140
Tabel 4.15. Program Ruang Instalasi Radiologi ... 142
Tabel 4.16. Program Ruang Instalasi Laboratorium ... 144
Tabel 4.17. Program Ruang Instalasi Pemulasaraan Jenazah ... 146
Tabel 4.18. Program Ruang Instalasi Sterilisasi Pusat (Central Supply Sterilization Departement) ... 147
Tabel 4.19. Program Ruang Instalasi Gizi ... 149
Tabel 4.20. Program Ruang Instalasi Laundry... 150
Tabel 4.21. Program Ruang Instalasi Sanitasi ... 152
Tabel 4.22. Program Ruang Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit (Workshop) ... 152
Tabel 4.23. Program Ruang Kantor Pengelola Rumah Sakit ... 154
(12)
x
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Tabel 4.25. Luas Lantai per Instalasi ... 156 Tabel 5.1. Peruntukkan Tapak ... 161
(13)
xi
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan pada RS Pola
Pembangunan Horisontal ... 27
Gambar 2.2. Zoning Rumah Sakit Berdasarkan Pelayanan pada RS Pola Pembangunan Vertikal ... 27
Gambar 2.3. Akses Pintu Masuk dan Keluar Rumah Sakit ... 29
Gambar 2.4. Contoh Model Aliran Lalu Lintas dalam Rumah Sakit... 31
Gambar 2.5. Contoh Model Perletakan Instalasi-instalasi Pada Tapak Rumah Sakit . 32 Gambar 2.6. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita ... 40
Gambar 2.7. Suasana Ruang Dalam dan Ruang Luar RSJPD Harapan Kita ... 41
Gambar 2.8. Rumah Sakit Jantung Binawaluya ... 42
Gambar 2.9. Suasana Ruang Dalam dan Ruang Luar Rumah Sakit Jantung Binawaluya ... 43
Gambar 2.10. Rumah Sakit Jantung Jakarta (Jakarta Heart Center) ... 44
Gambar 2.11. Suasana Ruang Dalam dan Ruang Luar Rumah Sakit Jantung Jakarta 44 Gambar 2.12. Sanford Heart Hospital ... 45
Gambar 3.1. Peta Kota Bandung ... 59
Gambar 3.2. Peta SWK Bojonegara ... 63
Gambar 3.3. Alternatif Tapak 1 ... 64
Gambar 3.4. Alternatif Tapak 2 ... 65
Gambar 3.5. Alternatif Tapak 3 ... 66
Gambar 3.6. Lokasi Tapak ... 68
Gambar 3.7. Sanford Heart Hospital ... 74
Gambar 3.8. Ruang Penyambutan Sanford Heart Hospital... 75
Gambar 3.9. Ruang Lobby Utama Sanford Heart Hospital ... 75
Gambar 3.10. Pemasangan Karya Seni di Koridor Sanford Heart Hospital ... 76
Gambar 3.11. Pos Perawat (Nurse Station) Sanford Heart Hospital ... 77
Gambar 3.12. Ruang Pemulihan (Recovery Room) Sanford Heart Hospital ... 78
Gambar 3.13. Ruang Rawat Intensif Sanford Heart Hospital ... 78
Gambar 4.1. Kondisi Topografi ... 79
Gambar 4.2. Respon Kondisi Topografi ... 80
Gambar 4.3. Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 81
Gambar 4.4. Respon Sirkulasi dan Aksesibilitas ... 82
(14)
xii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 4.6. Respon Kebisingan ... 84
Gambar 4.7. Analisis Drainase... 85
Gambar 4.8. Respon Drainase ... 85
Gambar 4.9. Analisis Cahaya Matahari ... 86
Gambar 4.10. Respon Cahaya Matahari ... 86
Gambar 4.11. Analisis Arah Angin ... 87
Gambar 4.12. Respon Arah Angin ... 87
Gambar 4.13. Analisis Curah Hujan ... 88
Gambar 4.14. Analisis Vegetasi ... 89
Gambar 4.15. Respon Vegetasi ... 90
Gambar 4.16. Analisis View ... 90
Gambar 4.17. Pemandangan di Sekitar Tapak ... 91
Gambar 4.18. Hubungan Ruang Instalasi Rawat Jalan ... 110
Gambar 4.19. Hubungan Ruang Instalasi Gawat Darurat ... 111
Gambar 4.20. Hubungan Ruang Instalasi Rawat Inap ... 112
Gambar 4.21. Hubungan Ruang Instalasi Perawatan Intensif... 113
Gambar 4.22. Hubungan Ruang Instalasi Bedah Sentral ... 114
Gambar 4.23. Hubungan Ruang Instalasi Rehabilitasi Medik ... 115
Gambar 4.24. Hubungan Ruang Instalasi Laboratorium ... 116
Gambar 4.25. Hubungan Ruang Instalasi Radiologi ... 117
Gambar 4.26. Hubungan Ruang Instalasi Farmasi ... 119
Gambar 4.27. Hubungan Ruang Instalasi Sterilisasi Pusat ... 120
Gambar 4.28. Hubungan Ruang Instalasi Gizi ... 121
Gambar 4.29. Hubungan Ruang Instalasi Laundry ... 122
Gambar 4.30. Hubungan Ruang Instalasi Pemulasaraan Jenazah... 123
Gambar 4.31. Hubungan Ruang Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ... 124
Gambar 4.32. Hubungan Ruang Instalasi Sanitasi ... 125
Gambar 4.33. Hubungan Ruang Kantor Pengelola Rumah Sakit ... 125
Gambar 5.1. Konsep Dasar ... 158
Gambar 5.2. Konsep Dasar ... 160
Gambar 5.3. Konsep Perencanaan Tapak ... 162
Gambar 5.4. Konsep Perancangan Bangunan ... 163
Gambar 5.5. Konsep Perancangan Bangunan ... 164
(15)
xiii
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.1. Kerangka Berpikir ... 11
Diagram 4.1. Alur Kegiatan Pengguna Rumah Sakit Khusus Jantung ... 108
Diagram 4.2. Alur Kegiatan Instalasi Rawat Jalan ... 109
Diagram 4.3. Alur Kegiatan Instalasi Gawat Darurat ... 110
Diagram 4.4. Alur Kegiatan Instalasi Rawat Inap ... 111
Diagram 4.5. Alur Kegiatan Instalasi Perawatan Intensif ... 112
Diagram 4.6. Alur Kegiatan Instalasi Bedah Sentral ... 113
Diagram 4.7. Alur Kegiatan Instalasi Rehabilitasi Medik ... 114
Diagram 4.8. Alur Kegiatan Instalasi Laboratorium ... 115
Diagram 4.9. Alur Kegiatan Instalasi Radiologi ... 116
Diagram 4.10. Alur Kegiatan Pasien dan Pengunjung Instalasi Farmasi ... 117
Diagram 4.11. Alur Kegiatan Petugas Instalasi Farmasi ... 118
Diagram 4.12. Alur Distribusi Barang di Instalasi Farmasi ... 118
Diagram 4.13. Alur Kegiatan Instalasi Sterilisasi Pusat ... 119
Diagram 4.14. Alur Kegiatan Instalasi Gizi ... 120
Diagram 4.15. Alur Kegiatan Instalasi Laundry ... 121
Diagram 4.16. Alur Kegiatan Instalasi Pemulasaraan Jenazah ... 122
Diagram 4.17. Alur Kegiatan Instalasi Pemeliharaan Sarana dan Prasarana ... 123
(16)
xiv
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A : HASIL RANCANGAN
1. Konsep Perancangan ... 171
2. Peta Lokasi ... 172
3. Rencana Situasi ... 173
4. Rencana Blok ... 174
5. Rencana Tapak ... 175
6. Denah Basemen ... 176
7. Denah Lantai 1 ... 177
8. Denah Lantai 2 ... 178
9. Denah Lantai 3 ... 179
10. Denah Lantai 4 ... 180
11. Denah Lantai 5 ... 181
12. Denah Atap ... 182
13. Potongan Tapak ... 183
14. Potongan A-A ... 184
15. Potongan B-B ... 185
16. Potongan C-C dan Potongan D-D ... 186
17. Potongan Prinsip ... 187
18. Detail Arsitektur ... 188
19. Tampak Utara dan Tampak Selatan ... 189
20. Tampak Barat dan Tampak Timur ... 190
21. Perspektif Interior ... 191
22. Perspektif Eksterior ... 192
23. Rencana Utilitas ... 193
(17)
1
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perancangan
Dewasa ini kehidupan modern telah menjadi prioritas utama bagi sebagian besar masyarakat di Indonesia, khususnya kalangan masyarakat ekonomi menengah dan ekonomi atas. Masyarakat yang hidup modern sibuk mengejar kebutuhan mereka sehari-hari yang serba cepat dan praktis, baik kebutuhan sandang, pangan, papan, maupun teknologi yang terus berkembang.
Dalam memenuhi kebutuhan pangan, masyarakat yang hidup modern, dengan rutinitas yang sangat padat, mengubah gaya hidup dengan mengkonsumsi makanan cepat saji yang tentunya tidak baik bagi kesehatan karena mengandung banyak lemak dan kolesterol. Pola makan yang tidak baik dan olahraga yang kurang memicu timbulnya berbagai macam penyakit pada masyarakat modern. Pola hidup demikian mengakibatkan tingginya faktor kelainan jantung yang dapat terjadi.
Jantung merupakan organ terpenting dalam tubuh manusia, jika jantung tidak bekerja di dalam tubuh, maka akan menyebabkan kematian. Menurut ilmu kesehatan, masalah mengenai organ jantung terbagi menjadi dua, yaitu penyakit jantung dan serangan jantung. Penyakit jantung biasanya terjadi akibat otot jantung yang lemah karena adanya kelainan bawaan sejak lahir, sedangkan serangan jantung biasanya terjadi karena terhambatnya suplai darah ke otot-otot jantung karena pembuluh darah yang mengalirkan darah ke jantung tersumbat atau mengeras. Keadaan pembuluh darah yang seperti ini disebabkan karena adanya timbunan lemak dan kolesterol ataupun zat-zat kimia yang berbahaya.
(18)
2
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penyakit jantung merupakan penyakit yang memiliki resiko kematian cukup tinggi dan dapat menyerang manusia pada berbagai golongan umur. Berdasarkan data WHO, sekitar sekitar 17,3 juta orang meninggal akibat penyakit jantung di tahun 2008 dan 55 juta orang di tahun 2011. Dapat dikatakan bahwa 30% kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit jantung dan lebih dari 80% berasal dari negara miskin dan berkembang. WHO memperkirakan pada tahun 2030, lebih dari 23 juta orang akan meninggal diakibatkan oleh penyakit jantung.
Data Departemen Kesehatan RI tahun 2007 menyatakan bahwa penyakit jantung diderita oleh masyarakat di Indonesia sebanyak 71.079 jiwa, sedangkan pada tahun 2013 pendataan yang dilakukan Kementrian Kesehatan dikhususkan untuk penyakit jantung koroner saja yaitu sebanyak 20.556 jiwa. Angka tersebut menempati urutan kedua terbanyak setelah stroke (Kemenkes, 2013).
Menurut sebuah jurnal kesehatan yang dilansir dari www.jurnalnet.com, Indonesia dengan jumlah penduduk 200 juta lebih idelanya memiliki 25 rumah sakit jantung. Saat ini di Indonesia baru terdapat 3 rumah sakit jantung yang cukup memadai, yaitu Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, Rumah Sakit Jantung Binawaluya, dan Rumah Sakit Jantung Jakarta (Jakarta Heart Center). Namun, ketiga rumah sakit tersebut terletak di Jakarta sehingga pelayanan kesehatan jantung di Indonesia belum merata.
Sampai saat ini, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita masih menjadi tempat rujukan tertinggi dalam hal pelayanan penyakit jantung. Menurut data dari Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita, rumah sakit ini memiliki kapasitas 210 tempat tidur, sedangkan jumlah pasien dengan keluhan jantung yang datang ke rumah sakit ini mencapai 144.820 dalam setahun atau sekitar 397 orang dalam sehari. Hal ini menunjukkan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan jantung di rumah sakit ini masih terbatas, khususnya pelayanan rawat inap.
(19)
3
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Di Jawa Barat, penduduk yang pernah didiagnosa menderita sakit jantung sebanyak 1,26% atau sebanyak 542.477 orang dari total jumlah penduduk di Jawa Barat yang mencapai 43.053.732 jiwa (Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, Tahun 2014). Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung yang merupakan rumah sakit tingkat provinsi di Jawa Barat, melaporkan bahwa jumlah pasien PJK (Penyakit Jantung Koroner) yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung pada tahun 2009 berjumlah 296 orang dan pada tahun 2010 berjumlah 541 orang sebagai kasus terbanyak. Ini menunjukkan adanya peningkatan kasus dari tahun ke tahun.
Selain itu, menurut dokter Eko Antono (ahli penyakit jantung) di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung, poliklinik jantung dikunjungi oleh 200 orang pasien setiap harinya. Dengan demikian, dalam setahun kurang lebih ada 25.000 pasien jantung yang datang ke RSUP Hasan Sadikin. Adapun pada rumah sakit umum, pelayanan untuk penyakit jantung ditangani oleh Unit Pelayanan Fungsional (UPF) Jantung dengan sarana dan prasarana yang masih terbatas. Hal ini disebabkan karena fasilitas ruang dan alat yang tidak mencukupi.
Kondisi ini menggambarkan bahwa Provinsi Jawa Barat harus segera memiliki rumah sakit khusus untuk menangani penyakit jantung agar pelayanan penyakit ini dapat merata dan tercukupi, serta dapat dilakukan secara maksimal. Rumah Sakit Khusus Jantung yang direncanakan akan menjadi rumah sakit pusat pelayanan jantung khususnya di Kota Bandung, umumnya di wilayah Jawa Barat. Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat dipilih sebagai lokasi dibangunnya rumah sakit jantung agar memudahkan pencapaian dari setiap Kabupaten/Kota di Jawa Barat dan dapat membantu terpenuhinya pelayanan kesehatan jantung Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin sebagai rumah sakit rujukan tertinggi Provinsi Jawa Barat.
(20)
4
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Maksud dan Tujuan Perancangan
Maksud perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini adalah untuk memenuhi kebutuhan fasilitas pelayanan penyakit jantung, khususnya di Kota Bandung, umumnya di Jawa Barat dan menjadikan Rumah Sakit Khusus Jantung sebagai sarana edukasi bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar.
Adapun tujuan perancangan yang ingin dicapai sebagai berikut:
1. Merancang Rumah Sakit Khusus Jantung Kelas A yang memiliki sarana dan prasarana lengkap, seperti bedah jantung, kateterisasi jantung, transplantasi jantung, dan pemulihan pasca operasi jantung.
2. Merancang Rumah Sakit Khusus Jantung yang mendukung proses pengobatan dan pemulihan pada pasien dengan lingkungan yang responsif terhadap kebutuhan pasien, tenaga medis, tenaga paramedis, karyawan, dan pengunjung.
3. Merancang Rumah Sakit Khusus Jantung yang dapat menunjang terciptanya kenyamanan dan keselamatan pada penggunanya dalam beraktivitas.
4. Merancang Rumah Sakit Khusus Jantung yang ramah terhadap lingkungan dan memberi dampak positif bagi masyarakat sekitar.
5. Merancang Rumah Sakit Khusus Jantung yang dapat mengedukasi pengunjung dan masyarakat sekitar tentang bahaya penyakit jantung, cara pencegahan penyakit jantung, dan cara menerapkan pola hidup sehat.
C. Manfaat Perancangan
Manfaat yang diharapkan dari perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini sebagai berikut:
(21)
5
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Secara Subyektif
a. Untuk memenuhi salah satu prasyarat dalam menempuh mata kuliah Penyelesaian Akhir sebagai ketentuan mendapatkan gelar Sarjana Arsitektur di Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur FPTK Universitas Pendidikan Indonesia.
b. Sebagai dasar acuan proses perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung di Kota Bandung.
2. Secara Obyektif
a. Diharapkan menjadi masukan bagi pemerintah daerah Jawa Barat, khususnya Kota Bandung untuk memfasilitasi masyarakat yang membutuhkan pelayanan penyakit jantung.
b. Sebagai literatur yang bermanfaat bagi para pembaca, khususnya yang berhubungan dengan perancangan arsitektur Rumah Sakit Khusus Jantung.
D. Identifikasi Masalah Perancangan
Identifikasi masalah yang dihadapi dalam perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini sebagai berikut:
1. Sirkulasi
a. Bagaimana menciptakan sirkulasi yang efektif dan efisien bagi pasien gawat darurat?
b. Bagaimana agar jalur sirkulasi tidak menyulitkan pengguna dalam mencapai tujuan?
c. Bagaimana menciptakan sirkulasi yang mudah dilalui jika terjadi bencana?
d. Bagaimana menciptakan sirkulasi antarpengguna agar tidak terjadi sirkulasi silang (cross circulation)?
(22)
6
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Bagaimana agar jalur sirkulasi dapat berhubungan antar satu instalasi dengan instalasi yang lain?
2. Tapak
a. Bagaimana merespon kontur tanah yang memiliki kemiringan?
b. Bagaimana merespon iklim yang sejuk dan curah hujan yang cukup tinggi?
c. Bagaimana merespon bangunan lain di sekitar tapak yang memiliki perbedaan fungsi?
d. Bagaimana agar bangunan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan di sekitar tapak?
e. Bagaimana merespon kebisingan di sekitar tapak?
f. Bagaimana merespon kemacetan yang terjadi di sekitar tapak?
3. Hubungan Ruang
a. Bagaimana mendekatkan instalasi-instalasi yang memiliki fungsi sangat vital dalam penanganan pasien rumah sakit?
b. Bagaimana mengelompokkan ruang-ruang secara vertikal maupun horisontal?
c. Bagaimana memisahkan zona steril dan non-steril antar-ruang? d. Bagaimana memisahkan zona privat dan non-privat antar-ruang?
4. Pengguna
a. Bagaimana mengakomodasi kebutuhan seluruh pengguna rumah sakit, termasuk difable?
b. Bagaimana menciptakan suasana rumah sakit yang mendukung proses penyembuhan pasien jantung?
c. Bagaimana cara menghadirkan suasana tidak menakutkan di rumah sakit?
d. Bagaimana cara menghadirkan semangat positif bagi pasien rumah sakit?
(23)
7
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Bagaimana menciptakan ruang-ruang yang dapat mengedukasi pengguna rumah sakit tentang bahaya penyakit jantung?
E. Batasan Perancangan
Batasan pada perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini sebagai berikut:
1. Perancangan rumah sakit dibatasi pada rumah sakit khusus yang melayani satu spesialisasi medik, yaitu jantung dengan tipe kelas A.
2. Pasien yang dilayani di rumah sakit ini merupakan pasien dengan semua golongan umur.
3. Perhitungan jumlah kebutuhan fasilitas rumah sakit difokuskan pada jumlah pengunjung dari Kota Bandung dan kota-kota lain di Provinsi Jawa Barat.
4. Pemilihan lokasi perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung dibatasi berada di Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat yang belum mempunyai Rumah Sakit Khusus Jantung.
5. Fungsi bangunan dibatasi pada fungsi pelayanan kesehatan penyakit jantung dan edukasi mengenai pencegahan penyakit jantung.
F. Metodologi Perancangan
Dalam merencanakan dan merancang sebuah bangunan dibutuhkan data-data yang relevan sebagai dasar dari perancangan. data-data tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer merupakan data pokok yang dijadikan sebagai bahan dasar dalam perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung di Kota Bandung.
(24)
8
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data tambahan yang digunakan sebagai pendukung pada proses perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung di Kota Bandung.
Adapun metodologi atau tahapan yang dilakukan pada proses pengumpulan data dalam perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini sebagai berikut:
1. Survey
Survey yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi empiris di lapangan yang berkaitan dengan perancangan. Survey yang dilakukan terbagi menjadi dua jenis, sebagai berikut:
a. Survey Instansional
Survey dilakukan terhadap instansi-instansi terkait seperti Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung, Dinas Kesehatan Kota Bandung, dan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat yang bertujuan untuk memperoleh data terkait peraturan tata ruang Kota Bandung, data kependudukan Provinsi Jawa Barat, data jumlah rumah sakit di Jawa Barat, dan data jumlah pasien penyakit tidak menular di Jawa Barat. b. Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan terdadap lokasi-lokasi yang menjadi pertimbangan dalam proses pemilihan tapak.
2. Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan bertujuan untuk mengkaji dan memahami apa saja yang dibutuhkan oleh pasien penyakit jantung dan syarat-syarat teknis perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung. Setelah studi literatur dilakukan dan data-data didapatkan, kemudian analisis dilakukan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang.
(25)
9
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Kaji Banding
Kaji banding bertujuan untuk mencari data dan informasi yang berkaitan dengan perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung yang telah ada sebelumnya. Kaji banding dilakukan melalui pengamatan langsung ke lokasi dan melalui internet. Berikut merupakan objek kaji banding yang telah dilakukan:
a. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) Jakarta
b. Rumah Sakit Jantung Binawaluya Jakarta
c. Rumah Sakit Jantung Jakarta (Jakarta Heart Center) d. Sanford Heart Hospital Amerika Serikat
G. Pendekatan Perancangan
Pendekatan perancangan dalam proses desain Rumah Sakit Khusus Jantung ini menggunakan pendekatan sistem dan pendekatan perilaku yang menitikberatkan pada perilaku spasial. Perilaku spasial adalah tindakan atau langkah manusia dalam melaksanakan kegiatan dalam memanfaatkan lingkungan-lingkungan yang ada (Lang, 1987). Perilaku seseorang dipengaruhi oleh persepsi terhadap lingkungannya yang meliputi motivasi dalam memanfaatkan lingkungan sebagai komponen dasar. Adapun pendekatan sistem yang diterapkan dalam perancangan Rumah Sakit Khusus jantung ini berkaitan dengan proses demi proses yang terjadi di dalam rumah sakit sehingga menghasilkan suatu standar perancangan rumah sakit yang dijadikan sebagai acuan. Selain itu, pendekatan sistem yang terdiri dari proses-proses memiliki karakteristik-karakteristik perilaku yang keduanya saling menyeimbangkan sehingga kedua pendekatan ini dirasa baik untuk diterapkan.
(26)
10
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam perancangan rumah sakit, kecepatan dalam penanganan pasien merupakan hal paling utama yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam merancang. Maka dari itu, pendekatan perilaku yang sangat berkaitan erat dengan aktivitas pengguna di dalam bangunan dapat diterapkan melalui penempatan massa bangunan dan penentuan zonasi yang teratur dan sistematis. Ini dimaksudkan agar sirkulasi yang terjadi di dalam bangunan tertata dengan baik dan mengurangi terjadinya sirkulasi silang pada bangunan.
Tema rumah sakit ini, yaitu “Rumah Sakit sebagai Sarana Terapi dan Tempat Mengedukasi” diaplikasikan melalui pendekatan perilaku dengan membuat ruang-ruang pemulihan yang memunculkan suasana gembira pada pasien. Kemudian, rumah sakit ini direncanakan memiliki ruang-ruang tempat mengedukasi yang secara tidak sadar akan membuat pengunjung merasa teredukasi tentang bahaya penyakit jantung, pencegahan penyakit jantung, dan cara memiliki pola hidup yang sehat.
Pendekatan perilaku selanjutnya diterapkan melalui adanya fasilitas penunjang yang memiliki ciri khas tersendiri sehingga diharapkan dapat menarik perhatian pengunjung, baik pasien maupun non-pasien. Pendekatan perilaku yang dilakukan pada perancangan rumah sakit ini diharapkan mampu menjadi solusi arsitektural yang menciptakan kenyamanan pada pengunjung dan menghadirkan nuansa rumah sakit yang tidak hanya dapat menyembuhkan, tetapi berperan juga dalam proses pencegahan.
H. Sasaran Perancangan
Sasaran yang hendak dicapai dari pembangunan Rumah Sakit Khusus Jantung ini adalah tercapainya pemerataan kesehatan warga Kota Bandung khususnya dan warga Provinsi Jawa Barat umumnya dalam bidang spesialis jantung melalui pencapaian bangunan yang mudah diakses dan desain bangunan yang mendukung proses pencegahan, pengobatan, dan penyembuhan pasien jantung.
(27)
11
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
I. Kerangka Berpikir
Diagram 1.1. Kerangka Berpikir
(28)
12
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
J. Sistematika Laporan
Sistematika laporan tugas akhir ini sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Mengemukakan latar belakang, maksud dan tujuan, manfaat, permasalahan, batasan, metodologi, pendeketan, sasaran, kerangka berpikir, dan sistematika pembahasan.
BAB II KAJIAN
Mengemukakan dan menjabarkan kajian mengenai penyakit jantung, Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus, Rumah Sakit Khusus Jantung, dan kaji banding proyek sejenis.
BAB III DESKRIPSI PROYEK
Menjelaskan dan menggambarkan hal-hal yang berhubungan proyek, yaitu nama proyek, lokasi, rona lingkungan, dan elaborasi tema.
BAB IV ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Mengemukakan dan menggambarkan analisa yang dilakukan dari hasil kajian, seperti analisis lingkungan dan tapak, analisis bangunan, analisis kegiatan, dan analisis kebutuhan ruang.
BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
Mengemukakan dan menggambarkan konsep yang dipakai dalam perancangan setelah melakukan analisis, yaitu konsep dasar, konsep perencanaan tapak, konsep perancangan bangunan, konsep modul perancangan, konsep bentuk, fungsi, dan ruang interior, konsep struktur dan konstruksi, konsep bahan bangunan, konsep pencahayaan dan penghawaan, dan konsep mekanikal dan elektrikal.
(29)
13
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
(30)
59
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
DESKRIPSI PROYEK
A. Nama dan Lokasi Proyek
Gambar 3.1. Peta Kota Bandung
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Berdasarkan Peta RTRW Kota Bandung 2011-2031)
Pemilihan lokasi perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung mengacu pada kriteria lokasi yang ditentukan berdasarkan skala proyek dan konsep perancangan sebagai berikut:
(31)
60
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Berada di Jalan Arteri Primer
Lokasi harus berada di jalan arteri primer sebagai jalan penghubung antar kota dan provinsi karena rumah sakit yang dirancang ialah rumah sakit kelas A yang melayani skala regional sehingga kemudahan akses menjadi sangat penting.
2. Berdekatan dengan Pusat Kota Bandung
Pusat kota merupakan wilayah pergerakan warga yang paling padat karena hampir semua aktivitas pendidikan, kesehatan, perdagangan dan perkantoran dilakukan di sana. Maka dari itu, Rumah Sakit Khusus Jantung sebagai fasilitas penunjang kesehatan harus mudah diakses oleh warga Kota Bandung khususnya dan warga Jawa Barat umumnya. Adapun pusat Kota Bandung atau alun-alun berada di antara Sub Wilayah Kota (SWK) Bojonegara, Cibeunying, Tegallega dan Karees.
3. Mudah Diakses Pengunjung dalam Skala Lokal dan Regional
Lokasi harus mudah diakses oleh berbagai macam kendaraan, seperti motor, mobil, bis, kereta, maupun pesawat terbang dari dalam dan luar Kota Bandung. Maka dari itu, lokasi harus berdekatan dengan terminal, tol antar kota, stasiun, dan bandar udara.
4. Mudah Diakses dari Rumah Sakit Umum
Lokasi harus mudah diakses dari Rumah Sakit Umum (RSU), Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di Kota Bandung. Hal ini disebabkan agar pasien penyakit jantung dari RSU, RSUP, maupun RSUD di Kota Bandung dapat dirujuk ke Rumah Sakit Khusus Jantung dengan mudah apabila pihak RSU, RSUP atau RSUD tersebut tidak sanggup melayani pasien atau pasien tidak tertampung. Dalam hal ini, RSUP Hasan Sadikin sebagai rumah sakit rujukan tertinggi Jawa Barat dipilih sebagai acuan penentuan lokasi Rumah Sakit Khusus Jantung.
(32)
61
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5. Berada di Daerah Tidak Rawan Bencana Alam
Lokasi tidak disarankan berada di daerah yang rawan bencana karena akan menimbulkan perasaan takut pada pasien apabila sewaktu-waktu terjadi bencana. Selain itu, rumah sakit yang mengalami kerusakan akibat bencana akan menimbulkan kerugian-kerugian yang jumlahnya tidak bisa diperkirakan.
6. Berada di Daerah dengan Tingkat Polutan yang Rendah
Perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung mengacu pada konsep
Healing Environment yang membutuhkan suasana-suasana segar
dengan udara yang sejuk. Maka dari itu, lokasi harus berada di daerah yang tingkat polutannya rendah.
7. Berada Dekat Pemukiman Penduduk
Rumah Sakit Khusus Jantung yang dirancang menerapkan konsep edukasi bagi pengunjung maupun masyarakat sekitar sehingga lokasi rumah sakit harus berada dekat dengan pemukiman penduduk agar edukasi yang diterapkan bisa dirasakan oleh penduduk di sekitarnya. Maka dari itu, lokasi rumah sakit sebaiknya berada di daerah dengan jumlah penduduk yang tinggi.
Berdasarkan keenam kriteria di atas, pemilihan lokasi kemudian difokuskan pada 4 Sub Wilayah Kota (SWK) yang berada di dekat pusat Kota Bandung dengan melakukan analisis kriteria lokasi di masing-masing SWK sebagai berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Lokasi
Kriteria SWK
Bojonegara SWK Cibeunying SWK Tegallega SWK Karees Jumlah RSU 5 RSU: RSU Hasan
Sadikin
5 RSU: RSU
Borromeus
4 RSU: RSU
Bhayangkara
4 RSU: RSU
(33)
62
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria SWK
Bojonegara SWK Cibeunying SWK Tegallega SWK Karees RSU
Santosa RSU
Rajawali RSU
Advent RSU
Kebonjati
RSU Dr. Salamun RSU Santo
Yusuf RSU
Sariningsih RSU
Bungsu
RSU Immanuel RSU Lanud
Sulaiman RSU Santosa
RSU Muham-madiyah RSU
Pindad RSU
Sukapura Jumlah
Jalan Arteri Primer
4 2 4 10
Jumlah Penduduk Tahun 2015
444.760 jiwa 472.106 jiwa 647.592 jiwa 454.918 jiwa Pintu Tol Tol Pasteur - Tol Kopo, Tol
Pasir Koja, Tol Moh Toha
-
Terminal Provinsi
- - Terminal Leuwi
Panjang Terminal Cicaheum Stasiun Kereta Api Stasiun Bandung
- - Stasiun
Kiara Condong Bandar Udara Husein Sastranega-ra - - - Resiko Bencana Alam (Sumber: www.detik. com)
16% 36% 28% 20%
Tingkat Polutan (Sumber: www.detik. com)
10% 50% 20% 20%
(34)
63
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan analisis pemilihan lokasi di atas, dapat disimpulkan bahwa SWK yang memenuhi kriteria perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung Kota Bandung ialah SWK Bojonegara.
Gambar 3.2. Peta SWK Bojonegara
(Sumber: Dokumentasi Pribadi Berdasarkan Peta RTRW Kota Bandung 2011-2031)
Adapun analisis pemilihan tapak di wilayah Bojonegara dilihat dari beberapa jalan arteri primer yang ada di SWK Bojonegara sebagai salah satu kriteria utama bagi perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung Kelas A. Berikut merupakan hasil analisis yang telah dilakukan:
Tabel 3.2. Kriteria Tapak
Kriteria Jalan Cimindi Jalan Dr.
Djunjunan
Jalan Sudirman
Dekat RSUP Hasan Sadikin
3 5 2
(35)
64
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kriteria Jalan Cimindi Jalan Dr.
Djunjunan
Jalan Sudirman
Dekat terminal provinsi
1 2 3
Dekat stasiun kereta api
3 4 4
Dekat bandara 3 4 5
Keterangan:
Skala penilaian dari 0-5
(Sumber: Analisis Pribadi, 2015)
Setelah dilakukan analisis tapak dengan hasil yaitu Jalan Dr. Djunjunan sebagai lokasi tapak, pemilihan posisi tapak dianalisis kembali dengan berbagai pertimbangan, seperti kemacetan, kemudahan akses menuju RSUP Hasan Sadikin, dan kondisi bangunan di sekitar tapak. Berikut ialah analisis 3 lokasi tapak di sepanjang Jalan Dr. Djunjunan:
1. Alternatif Tapak 1
Gambar 3.3. Alternatif Tapak 1
(36)
65
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Kelebihan
1) Berada di persimpangan jalan arteri, yaitu Jalan Dr. Djunjunan sebagai arteri primer dan Surya Sumantri sebagai jalan arteri sekunder sehingga lokasi cukup strategis.
2) Sangat dekat dengan tol pasteur.
b. Kekurangan
1) Kemacetan cukup tinggi karena berada di persimpangan jalan yang banyak dipakai tempat pemberhentian angkutan umum sementara.
2) Suhu cukup panas.
3) Jarak dengan RSUP Hasan Sadikin cukup jauh sehingga akses akan sedikit terhambat, terlebih lagi karena di Jalan Dr. Djunjunan sering terjadi kemacetan.
2. Alternatif Tapak 2
Gambar 3.4. Alternatif Tapak 1
(37)
66
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Kelebihan
1) Kemacetan cukup tinggi karena berada dekat area komersial, seperti toko-toko oleh-oleh Bandung dan swalayan.
2) Suhu cukup panas.
3) Jarak dengan RSUP Hasan Sadikin cukup jauh sehingga akses akan sedikit terhambat, terlebih lagi karena di Jalan Dr. Djunjunan sering terjadi kemacetan.
b. Kekurangan
1) Bersebelahan dengan area perhotelan, yaitu Hotel Aston Primera dan Hotel Grand Aquilla sehingga memudahkan keluarga dan kerabat pasien dari luar Jawa Barat yang akan menjenguk pasien.
2) Cukup dekat dengan tol pasteur.
3. Alternatif Tapak 3
Gambar 3.5. Alternatif Tapak 1
(38)
67
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a. Kelebihan
1) Berada di lokasi dengan tingkat kemacetan yang rendah karena jauh dari persimpangan dan area komersial.
2) Suhu cukup sejuk karena polusi udara akibat kemacetan cukup rendah.
3) Sangat dekat dengan RSUP Hasan Sadikin sehingga akses dapat dicapai dengan mudah.
4) Berdekatan dengan area perhotelan, yaitu Hotel Aston Primera dan Hotel Grand Aquilla sehingga memudahkan keluarga dan kerabat pasien dari luar Jawa Barat yang akan menjenguk pasien.
5) Berdekatan dengan fasilitas-fasilitas kesehatan lain, seperti Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina Pasteur.
b. Kekurangan
1) Cukup jauh dari tol pasteur.
2) Kemacetan terjadi di pagi dan sore hari.
Adapun pertimbangan luasan tapak yang akan digunakan mengacu pada hasil kaji banding terhadap Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta sebagai rumah sakit kelas A yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.3. Pertimbangan Luas Lahan
Objek Perbandingan Kapasitas Luas Lahan Jumlah
Lantai
Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta
210 TT 22.389 m2/2,2 Ha (dirasa masih kurang, terutama untuk
pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau)
(39)
68
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Objek Perbandingan Kapasitas Luas Lahan Jumlah
Lantai
Rumah Sakit Khusus Jantung Kota Bandung
200 TT 35.000 m2/3,5 Ha (adanya
penambahan RTH sebanyak 50 % sesuai konsep rumah sakit) 2,2 x 50% = 1,1 Ha
2,2 + 1,1 = 3,3 Ha 3,3 + 0,2 Ha (area pengembangan RS) = 3,5 Ha
4
(Sumber: Analisis Pribadi, 2015)
Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa tapak alternatif 3 merupakan tapak yang paling ideal untuk merancang Rumah Sakit Khusus Jantung Kelas A.
Gambar 3.6. Lokasi Tapak
(40)
69
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lokasi tapak berada di Jalan Dr. Djunjunan Kelurahan Sukagalih Kecamatan Sukajadi Kota Bandung. Lahan berada di antara dua persimpangan jalan, yaitu di antara jalan arteri primer, Jalan Dr. Djunjunan dan Jalan Lokal, Jalan Sukamulya. Adapun rincian lokasi tapak adalah sebagai berikut:
Nama Proyek : Rumah Sakit Khusus Jantung
Kota Bandung
Jenis Proyek : Proyek dalam skala regional
Sifat Proyek : Fiktif
Arsitek : Annisa Rachman Supartono
Anggaran Biaya : Tak Terbatas
Luas Lahan : ± 3,5 Ha
GSB Jalan Dr. Djunjunan : 8 meter
GSB Jalan Sukamulya : 3 meter
GSB Jalan Babakan Jeruk III : 3 meter Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 50 % Koefisien Lantai Bangunan (KLB) : 4 Koefisien Dasar Hijau (KDH) : 15 %
Batas Lahan Sebelah Utara : Ruko dan Pemukiman Batas Lahan Sebelah Selatan : Jalan Dr. Djunjunan
Batas Lahan Sebelah Timur : Jalan Sukamulya dan Pertokoan Batas Lahan Sebelah Barat : Perkantoran
Kisaran Suhu : 22-31° C
Kelembaban Udara : 61-95 %
Kecepatan Angin : 20 km/jam
Curah Hujan : >301 mm
Ketinggian Tanah : 750 mdpl
(41)
70
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Rona Lingkungan
Lokasi tapak berada di Wilayah Bojonegara yang merupakan daerah tinggi dengan kecenderungan ke arah utara semakin tinggi. Kondisi ini menunjukkan bahwa lokasi tapak termasuk ke dalam wilayah Bandung Utara. Morfologi tanah pada tapak merupakan dataran tinggi.
Lokasi tapak dilalui beberapa aliran sungai yang terdiri dari sungai induk dan anak sungai yang semuanya mengalir dari utara ke selatan. Sampai saat ini, sungai yang dimanfaatkan di sekitar tapak adalah Sungai Cibeureum dengan kapasitas 40 lt/detik.
Potensi utama pada tapak ini ialah terdapatnya 3 akses utama transportasi regional/nasional memasuki Kota Bandung, yaitu Bandara Husein Sastranegara, Stasiun Kereta Api Bandung, dan Gerbang Masuk Tol Pasteur. Potensi ini merupakan faktor pendukung aksesibilitas pelayanan Rumah Sakit Khusus Jantung yang direncanakan akan menjadi rumah sakit skala Provinsi Jawa Barat.
Lokasi tapak berada di antara bangunan-bangunan yang sebagian besar fungsinya merupakan bangunan perkantoran dan bangunan komersil. Di sekitar tapak terdapat Rumah Sakit Ibu dan Anak Hermina, Bandung Trade Mall, Hotel Vio, Hotel Aston Primera, Hotel Grand Aquila, Hotel Nyland, Kantor BPJS Ketenagakerjaan, Kantor Cipaganti, Giant Hyper Square, dan masih banyak lagi.
C. Elaborasi Tema 1. Pengertian
Tema utama yang akan diterapkan pada perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini adalah “Healing Environment” atau dalam
bahasa Indonesia berarti “Lingkungan yang Menyembuhkan.”
Menurut Knecht (2010), healing environment adalah pengaturan fisik dan dukungan budaya yang memelihara fisik, intelektual, sosial dan
(42)
71
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kesejahteraan spiritual pasien, keluarga, dan staf serta membantu mereka untuk mengatasi stres terhadap penyakit dan rawat inap. Menurut Malkin (2005) dalam Montague (2009), healing environment adalah pengaturan fisik yang mendukung pasien dan keluarga untuk menghilangkan stres yang disebabkan oleh penyakit, rawat inap, kunjungan medis, pemulihan dan berkabung. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa healing environment ialah lingkungan fisik yang dapat membantu proses penyembuhan pada pasien secara psikologis.
Tujuan dari penerapan prinsip-prinsip healing environment ini adalah terjadinya keseimbangan tubuh, pikiran, dan jiwa. Melalui elemen-elemen perancangan arsitektural yang alami, Rumah Sakit Khusus Jantung ini diharapkan dapat membantu proses penyembuhan dan pemulihan pasien.
Selain menerapkan tema “Healing Environment,” rumah sakit ini juga dirancang sebagai sarana edukasi bagi pengunjung tentang bahaya
penyakit jantung dan cara pencegahannya sehingga tema “Healing Environment” akan berkaitan erat dengan proses edukasi terhadap pengunjung di rumah sakit ini.
2. Interpretasi Tema
Tema “Healing Environment” akan menghasilkan sebuah konsep tentang bagaimana menciptakan sebuah ruang dan lingkungan yang nyaman dan mendukung proses penyembuhan, khususnya bagi pasien. Kondisi ruang dan lingkungan yang baik akan membantu proses penyembuhan pasien. Penyembuhan di sini difokuskan pada penyembuhan mental, psikologis, dan pikiran pasien karena penyakit jantung merupakan penyakit yang membutuhkan pikiran yang rileks dalam penyembuhannya. Lingkungan yang diciptakan melalui dengan ini bertujuan untuk memberikan semangat, optimis, keceriaan, dan energi-energi positif lain yang dapat mengurangi beban pikiran pasien.
(43)
72
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Healing Environment” merupakan turunan dari konsep
Healing Architecture pada perancangan. Adapun kunci dari Healing Architecture menurut Lensch ialah tumbuh-tumbuhan hijau, cahaya,
dan udara alami.
Menurut Murphy (2008), ada tiga pendekatan yang digunakan dalam mendesain healing environment, yaitu alam, indra dan psikologis. Berikut penjelasan dari masing-masing pendekatan desain:
a. Alam (Nature)
Alam merupakan alat yang mudah diakses dan melibatkan pancaindra. Alam memiliki efek restoratif seperti menurunkan tekanan darah, memberikan konstribusi bagi keadaan emosi yang positif, menurunkan kadar hormon stres dan meningkatkan energi. Unsur alam yang ditempatkan ke dalam pengobatan pasien dapat membantu menghilangkan stres yang diderita pasien.
b. Indra (Senses)
Indra meliputi pendengaran, penglihatan, peraba, penciuman dan perasa. Masing-masing indra dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Indra Pendengaran
Suara yang menyenangkan dapat mengurangi tekanan darah dan detak jantung sehingga menciptakan sensasi kenikmatan yang mempengaruhi sistem saraf. Suara yang dapat menenangkan pikiran, antara lain:
a) Suara musik, digunakan untuk mengobati depresi, menenangkan, dan membuat pikiran menjadi rileks.
b) Suara hujan, angin, laut, air yang bergerak dan burung dapat membuat suasana tenang dan menciptakan rasa kesejahteraan.
(44)
73
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c) Suara air mancur dapat memberikan energi spiritual dan membangkitkan perasaan yang dekat dengan suasana pegunungan dan air terjun.
2) Indra Penglihatan
Sesuatu yang dapat membuat mata menjadi santai/relax seperti pemandangan, cahaya alami, karya seni dan penggunaan warna tertentu.
3) Indra Peraba
Bau yang menyenangkan dapat menurunkan tekanan darah dan detak jantung, sedangkan bau yang tidak menyenangkan dapat meningkatkan detak jantung dan pernapasan.
4) Indra Penciuman 5) Indra Perasa
Indra perasa menjadi terganggu pada saat pasien mengalami sakit ataupun menerima pengobatan. Hal ini biasanya ditunjukkan dengan berubahnya rasa makanan maupun minuman saat dikonsumsi. Karena itu, kualitas makanan dan minuman yang ditawarkan harus diperhatikan.
c. Psikologis
Secara psikologis, healing environment membantu proses pemulihan pasien menjadi lebih cepat, mengurangi rasa sakit dan stres. Perawatan pasien yang diberikan memperhatikan terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai-nilai yang menuntun pada keputusan klinis pasien. Ada enam dimensi untuk perawatan pasien, antara lain (Departement of Health, 2001):
1) Rasa kasih sayang, empati dan tanggapan terhadap kebutuhan; 2) Koordinasi dan integrasi;
3) Informasi dan komunikasi; 4) Kenyaman fisik;
(45)
74
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Dukungan emosional;
6) Keterlibatan keluarga dan teman-teman.
3. Studi Banding Tema Sejenis
Gambar 3.7. Sanford Heart Hospital
(Sumber: http://www.baeteforseth.com/images2/sanford-heart-hospital.jpg)
Bangunan Rumah Sakit Khusus Jantung yang memiliki tema sejenis dengan healing environment adalah Sanford Heart Hospital di Amerika Serikat. Rumah Sakit ini dibangun dengan proses partisipatif di mana arsitek dan pembangun menerima umpan balik dari dokter, perawat, peneliti, staf, pasien jantung dan mantan pasien sehingga sebuah bangunan yang memiliki desain Gothik yang ramah lingkungan.
Konsep arsitektur ini diperluas pada berbagai ruang utama yang menggunakan material yang tahan lama sekaligus alami, seperti kayu dan batu yang merefleksikan tahan lama dan panjang umur.
(46)
75
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Seorang concierge (penyambut) akan menyambut pasien dan keluarga pasien saat datang dan membantu berorientasi dalam perjalanan penyembuhan pasien.
Gambar 3.8. Ruang Penyambutan Sanford Heart Hospital
(Sumber: https://www.flickr.com/photos/sanfordhealth)
Perabotan yang nyaman dan karya seni juga memberikan kesan Rumah Sakit yang stress - free (tidak menimbulkan stress) dan
familiar (dikenal) (Kennedy, M., Williamson, K., Denevan, K., 2012).
Gambar 3.9. Ruang Lobby Utama Sanford Heart Hospital
(47)
76
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Filosofi pelayanan Sanford ialah memberikan lingkungan yang mendukung penyembuhan dengan mengurangi stres dan kecemasan. Sebuah lingkungan penyembuhan ini didesain dengan pencahayaan khusus yang tersembunyi, musik, tempat pijat, aromaterapi, dan karya seni yang khusus dibuat. Untuk itu, Sanford Heart Hospital Sioux Falls bermitra dengan seniman lokal untuk menghasilkan 130 karya seni yang dipasang dalam bangunan tersebut. Setiap lantai Rumah Sakit tersebut menampilkan karya seni dengan tema yang unik dan menyoroti kondisi daerah tersebut.
Gambar 3.10. Pemasangan Karya Seni di Koridor Sanford Heart Hospital
(Sumber: https://www.flickr.com/photos/sanfordhealth)
Sanford Heart Hospital Sioux Falls memiliki enam lantai yang dilengkapi dengan teknologi state-of the-art. Penyembuhan lingkungan didesain khusus sehingga membantu waktu penyembuhan pasien menjadi lebih cepat dari biasanya dengan banyaknya lukisan yang ditampilkan. (http://www.healthcaredesignmagazine.com/news-item/sanford-health-opensheart-hospital).
(48)
77
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.11. Pos Perawat (Nurse Station) Sanford Heart Hospital
(Sumber: https://www.flickr.com/photos/sanfordhealth)
Pos perawat dan ruang rawat inap di Sanford Heart Hospital Sioux Falls banyak menggunakan material kayu yang memberikan kesan hangat dan terbuka dalam menerima pasien. Material-material kayu tersebut sangat membantu proses penyembuhan pada pasien.
Selain itu, area pos perawat yang tidak terlalu jauh dengan tempat tidur pasien memungkinkan pengawasan pasien lebih baik. Perawat dapat dengan mudah mengecek keadaan pasien secara berkala.
(49)
78
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 3.12. Ruang Pemulihan (Recovery Room) Sanford Heart Hospital
(Sumber: https://www.flickr.com/photos/sanfordhealth)
Tidak berbeda dengan konsep ruang yang lain, ruang ICCU kelas VIP yang dikhususkan untuk perawatan intensif pasien jantung didesain dengan banyak menghadirkan unsur-unsur alam seperti kayu ke dalam ruangan. Selain itu, permainan cahaya lampu juga sangat baik sehingga ruangan menjadi terang. Dengan begitu, pasien akan merasa nyaman sehingga proses penyembuhannya akan berjalan lebih cepat.
Gambar 3.13. Ruang Rawat Intensif Sanford Heart Hospital
(50)
158
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN
A. Konsep Dasar
Diagram 5.1. Konsep Dasar
(Sumber: Analisis Pribadi, 2015)
Konsep dasar dari perancangan Rumah Sakit Jantung ini merujuk pada tema “Healing Environment” yang mengedepankan aspek alam, indra, dan psikologis. Rumah sakit yang dirancang berperan sebagai tempat sementara yang mendukung proses penyembuhan pada pasien. Dengan konsep dasar ini, pasien diharapkan dapat merasakan kenyamanan yang akan mempengaruhi kondisi psikologisnya untuk tetap semangat dalam menghadapi sakit yang dideritanya.
(51)
159
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Menurut Knecht (2010), healing environment adalah pengaturan fisik dan dukungan budaya yang memelihara fisik, intelektual, sosial dan kesejahteraan spiritual pasien, keluarga dan staf serta membantu mereka untuk mengatasi stres terhadap penyakit dan rawat inap. Menurut Malkin (2005)
dalam Montague (2009), healing environment adalah pengaturan fisik yang
mendukung pasien dan keluarga untuk menghilangkan stres yang disebabkan oleh penyakit, rawat inap, kunjungan medis, dan pemulihan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa healing environment merupakan suatu desain lingkungan terapi yang dirancang untuk membantu proses pemulihan pasien secara psikologis.
Adapun menurut Dr. John F. Knight dalam bukunya berjudul
“Jantung Kuat Bernapas Lega” yang ditulis pada tahun 1995, “Ceritakanlah
hal-hal yang menggembirakan pada pasien. Sikap optimis dan pikiran positif merupakan faktor terbesar yang mendukung ksembuhan pasien. Selain itu, pasien jantung membutuhkan pemandangan dan lingkungan yang indah untuk
meredakan stress dan tekanan darah.”
Maka dari itu, perancangan rumah sakit dengan konsep dasar healing
environment diharapkan dapat membantu kesembuhan pasien karena tujuan
utama rumah sakit merupakan tempat pengobatan dan pemulihan pasien. Adapun isu-isu yang diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Khusus Jantung ini akan dipecahkan melalui penerapan konsep healing
environment yang mengutamakan perilaku pasien sebagai objek pendekatan
desain. Walaupun begitu, perilaku pengguna rumah sakit yang lain seperti pengunjung, tenaga medis, tenaga paramedis, dan karyawan tetap menjadi objek pendekatan desain dalam hal kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam melakukan aktivitasnya.
(52)
160
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Diagram 5.2. Konsep Dasar
(Sumber: Analisis Pribadi, 2015)
B. Konsep Perencanaan Tapak
Konsep perencanaan tapak berperan penting dalam menciptakan suasana rumah sakit yang sesuai dengan tema utama. Sesuai dengan konsep dasar healing environment, unsur alam dan lingkungan akan banyak mendominasi perancangan rumah sakit ini. Berdasarkan analisis tapak dan lingkungan yang sebelumnya telah dilakukan, konsep tapak akan lebih banyak digunakan sebagai area terbuka hijau yang ditata khusus sebagai area yang mendukung proses penyembuhan pasien jantung. Adapun pemintakatan pada tapak dibagi berdasarkan sifatnya sebagai berikut:
Tabel 5.1. Peruntukan Tapak
Zona Peruntukan Besaran (%)
Privat Pelayanan Rwat Inap
Hostel
(53)
161
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Semi Publik Pelayanan Medik
Umum
Kantor Pengelola
25
Publik Masjid
Ruang Terbuka Hijau (RTH)
50
Servis IPAL
TPS
Ruang Genset Ruang Pipa IPSRS
5
(Sumber: Analisis Pribadi, 2015)
Dalam perencanaan tapak, taman akan menjadi media penyembuhan yang diutamakan. Menurut Kochnitzki (2011), ada beberapa jenis taman/garden di dalam rumah sakit, yaitu contemplative garden, restorative
garden, healing garden, enabling garden dan therapeutic garden. Contemplative garden bermanfaat untuk menenangkan pikiran dan
memperbaiki semangat. Restorative garden bermanfaat untuk kesehatan dan membuat perasaan orang yang sakit menjadi lebih baik. Healing garden mengacu pada berbagai fitur taman yang memiliki kesamaan dalam mendorong pemulihan stres dan memiliki pengaruh positif pada pasien, pengunjung dan staf rumah sakit. Enabling garden merupakan taman yang memungkinkan semua orang dari berbagai usia serta kemampuan dapat menikmati dan berinteraksi. Therapeutic garden merupakan sebuah taman yang mencoba meningkatkan terapi medis lingkungan di dalam kondisi pengobatan medis.
Taman-taman yang akan diterapkan di dalam perancangan ini ialah
healing garden dan therapeutic garden yang dirasa sangat cocok untuk proses
penyembuhan dan pemulihan karena healing garden berguna untuk mendorong pemulihan stress dan memacu semangat positif dan therapeutic
(54)
162
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditempatkan di tengah bangunan sehingga dapat dirasakan oleh semua pengguna rumah sakit seperti pada gambar berikut:
Gambar 5.1. Konsep Perencanaan Tapak
(Sumber: Analisis Pribadi, 2015)
Adapun konsep perancangan sirkulasi pada tapak terbagi 3, yaitu sirkulasi khusus IGD dan sirkulasi utama yang berada di depan tapak untuk memudahkan akses pasien gawat darurat dan sirkulasi servis di tapak bagian belakang untuk menciptakan daerah servis yang tidak mengganggu fungsi utama rumah sakit sebagai tempat penyembuhan.
C. Konsep Perancangan Bangunan
Konsep perancangan bangunan dengan pendekatan sistem pada dasarnya mengacu pada Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI. Kedekatan ruang-ruang di dalamnya dibentuk berdasarkan alur sirkulasi kegiatan yang dilakukan oleh pengguna rumah sakit.
(55)
163
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Bangunan Rumah Sakit Khusus Jantung terdiri dari 2 massa yang dinamakan Gedung A dan Gedung B. Gedung A di lantai satu terdiri dari instalasi-instalasi yang sifatnya publik, seperti Instalasi Rawat Jalan (IRJA), Instalasi Radiologi, Instalasi Rehab Medik, dan fasilitas penunjang seperti bank, retail-retail, cafe, dan lounge. Adapun Gedung B di lantai satu terdiri dari Instalasi Gawat Darurat (IGD), Instalasi Laboratorium, dan instalasi-instalasi servis seperti Instalasi Sterilisasi Pusat/CSSD, Instalasi Gizi, Instalasi Laundry, dan Instalasi Farmasi. Berikut merupakan gambaran penempatan ruang pada bangunan rumah sakit khusus jantung yang direncanakan:
Gambar 5.2. Konsep Perancangan Bangunan
(56)
164
Annisa Rachman Supartono, 2015
RUMAH SAKIT KHUSUS JANTUNG KOTA BANDUNG
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar 5.3. Konsep Perancangan Bangunan
(Sumber: Analisis Pribadi, 2015)
D. Konsep Modul Perancangan
Konsep modul perancangan yang sesuai dengan standar bangunan rumah sakit menurut Neufert dalam buku Data Arsitek, modul spesial untuk bangunan rumah sakit itu ialah 120 cm x 120 cm. Setelah dilakukan analisis, modul ini terlalu kecil untuk digunakan karena pertimbangan utama yaitu da beberapa ruang rawat inap yang berkapasitas lebih dari 1 orang sehingga memungkinkan ruang menjadi besar. Maka dari itu, mosul perancangan yang diputuskan ialah modul 800 cm x 800 cm mengikuti acuan ruang rawat inap.
E. Konsep Bentuk, Fungsi, dan Ruang Interior
Bentuk bangunan dipilih dari bentuk bujursangkar karena bentuk tersebut memiliki sifat yang kaku, sistematis, statis, dan memiliki orientasi. Sifat-sifat tersebut sangat cocok diterapkan pada bangunan rumah sakit karena alur aktivitas pengguna di dalamnya terarah dan sistematis. Terkait dengan konsep Healing Environment, pada bentuk bujursangkar tersebut dilakukan substraksi dan adisi untuk menciptakan healing garden.
Fungsi pada bangunan ini ialah bangunan sebagai tempat/media penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Walaupun pasien menjadi objek
(1)
165
Annisa Rachman Supartono, 2015
perwujudan fungsi yang utama, bangunan ini juga berfungsi sebagai tempat kerja yang menyenangkan bagi pekerja dan karyawan rumah sakit. Fungsi tersebut diwujudkan melalui adanya taman-taman penyembuhan dan taman atap yang bisa digunakan oleh pengunjung maupun karyawan sebagai pelepas kejenuhan sesuai dengan tema “Healing Environment” yang mengedepankan aspek psikologis manusia.
Adapun ruang-ruang interior pada bangunan banyak mengadopsi konsep alam dan indra sebagai ciri dari tema “Healing Environment” di mana sebuah ruang dapat dirasakan, dilihat, diraba, dan didengar dengan baik sehingga menimbulkan perasaan nyaman. Pemakaian material-material dominan kayu pada ruang-ruang interior menjadi salah satu cara untuk mewujudkan tema “Healing Environment” pada rumah sakit ini.
F. Konsep Struktur dan Konstruksi
Bangunan rumah sakit ini menggunakan sistem struktur rangka kaku yang terbuat dari beton bertulang. Bangunan rumah sakit ini merupakan gabungan dari 2 massa dengan struktur berbeda. Atap merupakan atap datar yang sekaligus juga sebagai greenroof yang bisa dimanfaatkan sebagai area berkumpul atau evakuasi dari bencana. Pondasi pada bangunan menggunakan pondasi tiang pancang.
G. Konsep Bahan Bangunan
Bagian kolom bangunan menggunakan beton bertulang dengan dimensi 70 cm x 70 cm. Bagian dinding menggunakan material bata. Lantai pada ruang-ruang rawat inap menggunakan bahan parquete agar memberikan kesan hangat dan nyaman. Adapun untuk atap menggunakan bahan-bahan khusus untuk perancangan taman atap atau greenroof.
Drainase yang baik dan penggunaan material yang ringan adalah dua dari beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan saat membangun taman atap.
(2)
166
Annisa Rachman Supartono, 2015
Material geokomposit yang terbuat dari bahan HDPE dapat digunakan sebagai material pembuatan taman atap.
Salah satu material yang digunakan pada struktur media taman atap berteknologi konvensional adalah batu kali. Material yang dipasang satu paket dengan ijuk ini diletakkan di atas plat beton setelah membrane waterproofing. Fungsinya adalah membentuk rongga-rongga pada lapisan media tanam, sehingga air dari permukaan media dapat mengalir ke bawah, sedangkan ijuk yang diletakkan di atas lapisan batu kali berfungsi sebagai filter yang mengalirkan air ke bawah tetapi menahan butiran media tanam agar tidak menyumbat lubang pembuangan. Akan tetapi penggunaan batu kali setebal 20 cm tersebut membuat beban pelat beton menjadi lebih berat. Karenanya, pada taman atap rumah sakit ini, material batu kali dan ijuk tidak digunakan lagi. Penggantinya adalah material drainage cell.
H. Konsep Penghawaan dan Pencahayaan
Bangunan rumah sakit ini didesain dengan orientasi bangunan ke arah barat daya-timur laut untuk mengurangi volume panas yang masuk ke dalam bangunan, terutama di sore hari. Adapun untuk cahaya matahari di pagi hari akan diterima dengan maksimal karena arah bukaan paling banyak terletak di arah timur bangunan tempat matahari terbit. Selain itu, taman atap pada bangunan ini akan membantu menyerap panas yang masuk ke dalam bangunan karenam dilapisi dengan isolator panas.
Sistem penghawaan alami pada bangunan dimaksimalkan dengan adanya heling garden di tengah bangunan yang dapat dirasakan oleh setiap pengunjung dari setiap instalasi yang berbeda. Selain itu, untuk memaksimalkan penghawaan alami, pada setiap ruang dibuat lubang-lubang ventilasi yang saling berseberangan sehingga memudahkan terjadinya siklus udara silang.
(3)
167
Annisa Rachman Supartono, 2015
I. Konsep Mekanikal Elektrikal
Suplai listrik rumah sakit jantung ini terdiri dari 3 sumber yakni PLN, Genset, dan UPS. Sumber utama didapat dari PLN, selanjutnya dengan menggunakan trafo, tegangan PLN ditransformasikan ke tegangan pemakai. Jika PLN mengalami gangguan maka genset akan secara otomatis hidup (10-15menit). Peralatan-peralatan rumah sakit juga akan dilengkapi dengan UPS (Uninterruptible Power Supply) sebagai alat kontinuitas listrik.
Gambar 5.4. Genset di Rumah Sakit
(Sumber: http://wb4.itrademarket.com/pdimage/99/2375299_genset2.jpg)
Sistem AC menggunakan AC central. Ruang perawatan menggunakan AC Ceiling Concealed masing-masing. Hal ini akan lebih optimal untuk operasional karena ruangan satu dengan yang lainnya tidak selalu memiliki jam operasional yang sama. Pertukaran udara di koridor direncanakan menggunakan exhaust fan dan intake fan. Sistem AC di ruang operasi adalah all fresh air di mana udara dari AC langsung dibuang melalui fan atau kipas dan kembali diambil 100% dari udara luar.
(4)
168
Annisa Rachman Supartono, 2015
DAFTAR PUSTAKA
Neufert, Ernst. (1996). Data Arsitek Jilid 1 Edisi 33. Jakarta: Erlangga.
Chiara, Joseph De dan Callender, John. (1987). Time-Saver Standards for Building Types 2nd Edition. Singapura: Mc-GRAW-HILL INTERNATIONAL EDITIONS Architecture Series.
Knight, John F. (1997). Jantung Kuat Bernapas Lega. Bandung: Indonesia Publishing House.
White, Edward T. (1985). Analisis Tapak. Bandung: Intermatra.
Walker, Theodore D., dan Davis, David, A. (1990). Plan Graphics. New York: Van Nostrand Reinhold.
Rachman, Annisa. (2014). Laporan Seminar Kesehatan Perencanaan Fasilitas Kesehatan di Kota Bandung. Bandung: Arsitektur UPI.
Aryanti, Tutin. (1998). Fasilitas Riset Teknologi Informasi di Techno Park Sekolah Tinggi Teknologi Telkom (STT Telkom). Bandung: Arsitektur ITB.
Fitri, Haria. (2014). Rumah Sakit Jantung di Padang. Bandung: Arsitektur ITB. Charles, Ivan. (2011). Redesain Rumah Sakit Umum Pindad. Bandung: Arsitektur
ITB.
Dharma P., Aulia. (2011). Rumah Sakit Umum Medical Centre di Kota Padang. Bandung: Arsitektur ITB.
Lidayana, Vidra, dkk. (2013). Konsep dan Aplikasi Healing Environment dalam Fasilitas Rumah Sakit. Tanjungpura: Jurnal Teknik Sipil Untan/Volume 13 No.2.
Hikmawati, Dianur. (2012). Evaluasi Efektivitas Program Pelatihan Service Excellence di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. Jakarta: FKM UI.
Karlen, Mark. (2004). Dasar-dasar Perencanaan Ruang Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
(5)
169
Annisa Rachman Supartono, 2015
Sabaruddin, Arief. (2013). Persyaratan Teknis Bangunan. Depok: Griya Kreasi (Penebar Swadaya Group).
Universitas Pendidikan Indonesia. (2014). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI Press.
Harrison. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13. Yogyakarta: Penerbit Buku Kedokteran.
Kementrian Republik Indonesia.(1992). Undang-undang Nomor 23 tentang Kesehatan. Jakarta: Kementrian Republik Indonesia.
Badan Narkotika Nasional. (2012). Presentase Pengguna Narkoba di Kota Bandung. Jakarta: Pusat Penelitian Kesehatan UI dan Badan Narkotika Nasional.
Kementrian Republik Indonesia.(2009). Undang-undang Nomor 44 tentang Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Republik Indonesia.
Tanuwidjadja, Gunawan. (2013). Laporan Penelitian Studi Fungsionalitas Fasilitas Jantung di Surabaya. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Teknis Sarana Keselamatan Jiwa Pada Bangunan Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Teknis Bangunan Rumah Sakit Kelas B. Jakarta: Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Direktorat Bina Upaya Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan Kesehatan Nasional. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Pelayanan Kesehatan Swasta. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340. (2010). Klasifikasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
(6)
170
Annisa Rachman Supartono, 2015
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Jumlah Penderita Penyakit Jantung di Indonesia. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Radi, Basuni, dkk. (2009). Rehabilitasi Kardiovaskular di Indonesia. Jakarta: Jurnal
Kardiologi Indonesia Vol. 30 No.2.
Priatman, Jimmy. (2005). Bangunan Tinggi Multifungsi Sebagai Sintesis Arsitektur dan Struktur. Surabaya: Universitas Kristen Petra.
Soetiadji S., Ir. Setyo. (1997). Anatomi Denah, Tampak, Potongan, Struktur, Estetika, Utilitas. Jakarta: Djambatan.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32. 1992 tentang Kesehatan.
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 031/Birhub/1972 tentang Renefal.
Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bandung Tahun 2013 tentang Pembagian Wilayah Bangunan Kesehatan.
Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Bandung Tahun 2011-2031 tentang Peruntukkan Lahan di Kota Bandung.
Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung Tahun 2011 tentang Jumlah Penduduk di Jawa Barat.
Buku Pedoman Penulisan Tugas Akhir Teknik Arsitektur UPI Tahun 2015. http:/www./jurnalnet.com/ (diakses 8 April 2015 pukul 20.00 WIB)
http://www.baeteforseth.com/images2/sanford-heart-hospital.jpg (diakses 10 April 2015 pukul 17.00 WIB)
https://www.flickr.com/photos/sanfordhealth (diakses 10 April 2015 pukul 17.00 WIB)
https://www.google.com/maps/ (diakses 12 Juni 2015 pukul 16.15 WIB) https://www.google.com/earth/ (diakses 20 Agustus 2015 pukul 10.30 WIB)
http://wb4.itrademarket.com/pdimage/99/2375299_genset2.jpg (diakses 20 Agustus 2015 pukul 12.45 WIB)