RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS A DI KOTA BANDUNG.

(1)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS A DI KOTA BANDUNG

TUGAS AKHIR

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Arsitektur

Oleh

Annisa Fitri Rahma NIM 1104334

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR

DEPARTEMEN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR

FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015


(2)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut

Kelas A di Kota Bandung

Oleh

Annisa Fitri Rahma

Sebuah tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Arsitektur pada Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

© Annisa Fitri Rahma 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2015

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

ii

ANNISA FITRI RAHMA

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS A

DI KOTA BANDUNG

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Drs. Dadang Ahdiat M.SA. NIP. 195304111981011001

Pembimbing II

Lucy Yosita S.T., M.T. NIP. 197701072003122008

Mengetahui

Ketua Deprtemen Pendidikan Teknik Arsitektur

Dr. Eng. Usep Surahman S.T., M.T. NIP. 19760527 200501 1 001


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Rumah Sakit

Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri. Saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila di kemudian hari ditemukan adanya pelanggaran etika keilmuan atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2015

Annisa Fitri Rahma NIM.1104334


(5)

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Bismillahirahmanirrahim

Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kekuatan kepada hamba-Nya untuk terus berjuang dan terus belajar hingga dapat menyelesaikan tahapan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir dengan judul Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung merupakan tahapan pembelajaran yang sangat mendalam dan memperluas wawasan penulis khususnya dalam perencanaan dan perancangan bangunan rumah sakit. Laporan yang disusun penulis merupakan bukti proses pengerjaan Tugas Akhir yang telah dilakukan. Namun selama prosesnya penulis terus dibantu dan dibimbing dari berbagai pihak sehingga Tugas Akhir ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang tulus dan ikhlas, atas bantuan dan dorongan dari beberapa pihak sehingga laporan tugas akhir ini dapat diselesaikan. Ucapan terima kasih dan penghargaan ini penulis sampaikan pada:

1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayatnya sehingga penulis mampu mengerjakan laporan tugas akhir ini hingga selesai.

2. Keluarga penulis yang telah memberikan dukungan moril dan materil yang tiada henti sehingga penulis sampai pada tahap ini.

3. Bapak Drs. Dadang Ahdiat M.SA. selaku dosen pembimbing tugas akhir sekaligus dosen pembimbing tugas akhir yang senantiasi meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

4. Ibu Lucy Yosita S.T., M.T. selaku dosen pembimbing tugas akhir yang selalu meluangkan waktu untuk membantu, mengarahkan, dan membimbing penulis dalam penyelesaian tugas akhir.

5. Bapak Dr.Eng. Usep Surahman. selaku Ketua Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur UPI, yang telah memberikan izin dalam melaksanakan tugas akhir 6. Ibu Dr.Eng. Beta Paramita selaku koordinator tugas akhir dan Ketua Program


(6)

7. Seluruh Dosen Departemen Pendidikan Arsitektur UPI serta para staf tata usaha Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur UPI.

8. Untuk seluruh anggota Keluarga Mahasiswa Arsitektur Kridaya dan saudara seangkatan 2011 Teknik Arsitektur UPI selaku teman seperjuangan dan pendukung, tidak hanya dalam akademik namun dari segi sosial.

9. Terakhir untuk semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Aamiin.

Bandung, September 2015


(7)

iii

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung Annisa Fitri Rahma - 1104334

Program Studi Teknik Arsitektur Departemen Pendidikan Teknik Arsitektur Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan

Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung adalah salah satu fasilitas kesehatan yang berfungsi untuk melayani pengobatan dan pemulihan pasien serta melaksanakan kegiatan pencegahan sakit gigi dan mulut di masyarakat. Saat ini Kota Bandung, belum memiliki Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A. Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A yang ada merupakan fasilitas penunjang pada Universitas Padjajaran. Oleh karena itu Kota Bandung memerlukan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna dan tidak hanya bersifat sebagai fungsi penunjang saja. Lokasi berada di Jalan BKR – Jalan Mohammad Toha, Kecamatan Regol, Sub Wilayah Kota Karees, Kota Bandung. Lokasi dipilih berdasarkan sebaran Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang ada saat ini dan aksesibilitas yang paling mudah dicapai baik dari dalam maupun luar kota, karena mengingat Rumah Sakit Khusus Gigi Kelas A yang berfungsi sebagai rujukan tertinggi. Pendekatan yang digunakan dalam perancangan Rumah Sakit Gigi dan Mulut ini adalah pendekatan sistem. Melalui pendekatan ini, perencanaan dan perancangan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung dapat sesuai dengan prosedur atau tahapan yang terjadi di Rumah Sakit, sehingga fungsi bangunan dapat digunakan dengan maksimal ke depannya. Permasalahan yang menjadi fokus dalam perancangan adalah bagaimana cara agar bangunan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang dirancang dapat mengurangi rasa takut pasien akan pengobatan ke Dokter Gigi, sehingga tema yang digunakan adalah Arsitektur Perilaku dengan fokus utama untuk mengurangi stressor yang ditimbulkan dari lingkungan. Konsep yang diusung adalah Happy Environment. Aplikasi konsep ini adalah dengan merancang ruang formal dan informal serta menggunakan unsur kayu dan air untuk memberikan ketenangan bagi penggunanya, pencahayaan alami, mengurangi kebisingan dengan penggunaan dinding akustik, dan lain-lain. Diharapkan melalui proyek ini, permasalahan yang ada dapat diselesaikan dan jumlah pelayanan kesehatan gigi dan mulut dapat meningkat sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini.


(8)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata kunci: rumah sakit gigi dan mulut, pendekatan sistem, arsitektur perilaku, happy environment


(9)

v

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

A class Dental Hospital in Bandung

ABSTRACT

A class Dental Hospital in Bandung is one of healthcare facilities that perform treatment activities, recovery process and prevention act of oral disease. There is A class Dental Hospital in Padjajaran University in Bandung, but it also held class for student and used mostly by Dentist Faculty of Padjajaran University. So, Bandung needs A class Dental Hospital that can focus on fulfill patients needs and designed based on dental hospital needs. The chosen location for this project is placed at Jalan BKR – Jalan Mochammad Toha, Regol, Karees. The location was being chosen because it has an easy access from inside and from the other cities. This project used system approach that would held their activities optimally. According to system approach, creating hospital environment that can reduce patient’s anxiety over dental treatment is one of the main goal of this project. The other one is to applied behavioral architecture on design so the hospital’s environment will have a comforting environment. The keyword that used as the main concept is happy environment. This concept was being applied on waiting rooms for patients design that used wood and water elements to reduce patients anxiety by natural accent in rooms, natural lighting, reduce noise pollution from surrounding by acoustic material, and many more. Hopefully, with this project, the problems that exist in dental hospital can be solved and the number of dental treatment facilities in Bandung can increase.

Keyword: dental hospital, system approach, behavioral architecture, happy environment


(10)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PENGESAHAN……….. .i

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 3

DAFTAR DIAGRAM ... 4

DAFTAR GAMBAR ... 5

DAFTAR LAMPIRAN ... 6 BAB I. PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A.Latar Belakang Perancangan ... Error! Bookmark not defined. B. Maksud dan Tujuan Perancangan ... Error! Bookmark not defined. C. Identifikasi Masalah Perancangan ... Error! Bookmark not defined. D.Batasan Perancangan ... Error! Bookmark not defined. E. Pendekatan dan Gambaran Capaian yang DitujuError! Bookmark not defined. F. Kerangka Berfikir ... Error! Bookmark not defined. G.Sistematika Laporan ... Error! Bookmark not defined. BAB II. KAJIAN ... Error! Bookmark not defined. A.Kesehatan Gigi dan Mulut ... Error! Bookmark not defined. 1.Pengertian Kesehatan Gigi dan Mulut ... Error! Bookmark not defined. 2.Spesialis Kesehatan Gigi dan Mulut ... Error! Bookmark not defined. 3.Gejala Sakit Gigi dan Mulut ... Error! Bookmark not defined. 4. Perilaku Penderita Sakit Gigi dan Mulut .... Error! Bookmark not defined. B. Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ... Error! Bookmark not defined.

1.Pengertian Rumah Sakit Khusus Gigi dan MulutError! Bookmark not defined.

2. Tujuan dan Fungsi Rumah Sakit Khusus Gigi dan MulutError! Bookmark not defined. 3.Klasifikasi Rumah Sakit Khusus Gigi dan MulutError! Bookmark not defined.

4.Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ... Error! Bookmark not defined.


(11)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Peralatan Rumah Sakit Khusus Gigi dan MulutError! Bookmark not defined.

6.Sarana dan Prasarana Rumah Sakit Khusus Gigi dan MulutError! Bookmark not defined. 7.Studi Banding Proyek Sejenis ... Error! Bookmark not defined.

BAB III. DESKRIPSI PROYEK ... Error! Bookmark not defined. A.Gambaran Umum... Error! Bookmark not defined. B. Analisis Pemilihan Lokasi ... Error! Bookmark not defined. C.Rona Lingkungan... Error! Bookmark not defined. D.Elaborasi Tema ... Error! Bookmark not defined. 1.Latar Belakang Pemilihan Tema ... Error! Bookmark not defined. 2.Pengertian Tema ... Error! Bookmark not defined. 3. Implementasi Tema ... Error! Bookmark not defined. 4. Konsep Tema pada Desain ... Error! Bookmark not defined. BAB IV. ANALISIS ... Error! Bookmark not defined. A.Analisis Lingkungan dan Tapak ... Error! Bookmark not defined. B. Analisis Bangunan ... Error! Bookmark not defined. C.Program Kegiatan dan Hubungan Ruang ... Error! Bookmark not defined. BAB V. KONSEP ... Error! Bookmark not defined. A. Konsep Dasar ... Error! Bookmark not defined. B. Konsep Tapak ... Error! Bookmark not defined. C. Konsep Bangunan ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. RIWAYAT HIDUP ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(12)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Jenis Pelayanan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ... 20 Tabel 2.2. Peraturan Jenis Ketenagaan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ... 22 Tabel 2.3. Peraturan Pra Sarana Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ... 24 Tabel 2.4. Peraturan Sarana dan Pra Sarana Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ... 29 Tabel 3. 1. Analisis Pemilihan Wilayah ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 2. Analisis Pemilihan Lokasi ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 1 Analisis Jumlah Tenaga Ahli ... Error! Bookmark not defined. Tabel 4. 2. Analisis Besaran Ruang ... Error! Bookmark not defined. Tabel 5. 1. Pemintakatan Tapak ... Error! Bookmark not defined.


(13)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. 1. Kerangka Berfikir ... Error! Bookmark not defined. Diagram 3. 1. Diagram Pemilihan Tema ... Error! Bookmark not defined. Diagram 3. 2. Implementasi Tema pada Konsep ... Error! Bookmark not defined. Diagram 4. 1. Struktur Organisasi... Error! Bookmark not defined. Diagram 4. 2. Alur Proses di Instalasi Rawat JalanError! Bookmark not defined.

Diagram 4. 3. Alur Instalasi Rawat Inap ... Error! Bookmark not defined. Diagram 4. 4. Alur Instalasi Gawat Darurat ... Error! Bookmark not defined. Diagram 4. 5. Alur Aktivitas Pasien Rawat Jalan . Error! Bookmark not defined. Diagram 4. 6. Alur Aktivitas Pasien Rawat Jalan .. Error! Bookmark not defined. Diagram 4. 7. Alur Gawat Darurat ... Error! Bookmark not defined. Diagram 4. 8. Alur Aktivitas Tenaga Ahli ... Error! Bookmark not defined. Diagram 4. 9. Diagram Hubungan Ruang ... Error! Bookmark not defined. Diagram 5. 1. Pemintakatan Horisontal ... Error! Bookmark not defined. Diagram 5. 2. Pemintakatan Vertikal ... Error! Bookmark not defined.


(14)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1. (a) Dental chair dan Dental Unit dan (b)Dimensi Dental chair ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 2. Dental chair dan Dental Unit ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 3. Intraoral Camera ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 4. (a) Panoramic X-ray dan (b) Dimensi Panoramic X-ray... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 2. 5. Penggunaan Dental X-Ray ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 6. Dental X-Ray... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 7. (a) Cephalometri X-Ray dan (b) Dimensi Cephalometri ... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 2. 8. Proses Sterilisasi ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 9. (a) Kota Bandung dan (b) Lokasi Terhadap Kota Bandung... Error!

Bookmark not defined.

Gambar 2. 10. (a) Tampak Depan dan (b) Lingkungan Sekitar Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kota Bandung ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 11. (a) Suasana Ruang Periksa dan (b) Suasana Area Penerimaan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 12. (a) Peta Kota Bangkok dan (b) Lokasi terhadap Kota Bangkok ... Error! Bookmark not defined. Gambar 2. 13. Eksterior Thonglor Dental HospitalError! Bookmark not defined.

Gambar 2. 14. (a) Suasana Ruang Periksa dan (b) Suasana Ruang Penerimaan ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 1. Lokasi ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 2. Alternatif Lokasi ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 3. Lokasi 1 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 4. Lokasi 2 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 5. Lokasi 3 ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 6. Lokasi Terpilih ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 7. Batas Utara Tapak ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 8. Situasi Barat Tapak ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 9. Situasi Timur Tapak ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 10. Situasi Selatan Tapak ... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 11. Pembentuk Psikologi Manusia ... Error! Bookmark not defined.


(15)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Konsep

Lampiran 2. Gambar Peta Lokasi Lampiran 3. Gambar Rencana Situasi Lampiran 4. Gambar Rencana Blok Lampiran 5. Gambar Rencana Tapak Lampiran 6. Gambar Denah Lantai 1 Lampiran 7. Gambar Denah Lantai 2 Lampiran 8. Gambar Denah Lantai 3 Lampiran 9. Gambar Denah Lantai 4 Lampiran 10. Gambar Denah Atap Lampiran 11. Gambar Potongan Lampiran 12. Gambar Tampak Lampiran 13. Gambar Perspektif

Lampiran 14. Gambar Detil Arsitektural Lampiran 15. Gambar Rencana Sanitasi Lampiran 16. Gambar Utilitas Kebakaran

Lampiran 17. Gambar Denah Tampak Potongan Traffe 7,8,9 Lampiran 18. Foto Maket


(16)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Perancangan

Kota Bandung merupakan kota pendukung dari Ibu Kota Indonesia yaitu Kota Jakarta. Selayaknya, Kota Bandung memiliki wajah kota yang harus dapat mengangkat nama baik Indonesia serta menimbulkan kesan yang baik. Salah satu aspek yang dapat dinilai sebagai kriteria baik tidaknya sebuah kota adalah melalui fasilitas yang ada. Kota Bandung saat ini masih terus berkembang untuk berusaha menjadi lebih baik termasuk dalam pemenuhan kebutuhan fasilitas serta dalam meningkatkan kondisi fasilitas yang akan dibangun ke depannya, termasuk fasilitas kesehatan.

Seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi kesehatan maka spesifikasi rumah sakit pun turut berkembang. Kini rumah sakit terbagi dalam beberapa penanganan khusus sehingga penanganannya menjadi lebih spesifik. Salah satu dari rumah sakit khusus yang ada saat ini adalah Rumah Sakit Gigi dan Mulut. Rumah Sakit Gigi dan Mulut diharapkan dapat menjadi pelayanan kesehatan khusus yang komperehensif dan tidak terpisahkan dari pelayanan kesehatan lainnya. Kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting. Menurut WHO (World Health Organization) terdapat empat alasan mengapa kesehatan gigi dan mulut sangat penting. Yang pertama, kesehatan gigi dan mulut terhubung dan pokok dari kesehatan secara umum. Lalu, kesehatan gigi dan mulut adalah faktor yang menentukan kualitas hidup seseorang. Ketiga, sehatnya gigi dan mulut sama dengan sehatnya seluruh tubuh. Dan yang terakhir, perawatan yang memadai pada gigi dan mulut dapat mengurangi kematian prematur.

Namun saat ini, fakta tentang kesehatan gigi dan mulut yang sangat penting, tidak diikuti dengan perhatian masyarakat akan kesehatan gigi dan mulut. Susi dan tim dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran telah melakukan penelitian terkait kesehatan gigi dan mulut masyarakat melalui pendekatan sociodental approach yang dapat disimpulkan bahwa


(17)

2

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

98,7% masyarakat dewasa di Kota Bandung memerlukan perawatan gigi dan mulut. Tenny Setiani Dewi, menjabarkan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa 100% gigi anak-anak di Kota Bandung memerlukan perawatan. Hal ini menunjukkan bahwa betapa besarnya kebutuhan masyarakat akan penanganan kesehatan gigi dan mulut, sehingga keberadaan fasilitas berupa Rumah Sakit Gigi dan Mulut sangat diperlukan di Kota Bandung.

Membangun fasilitas Rumah Sakit Gigi dan Mulut harus disertai dengan perancangan yang baik. Permasalahan yang ada saat ini adalah Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut kelas A yang ada saat ini pada awalnya merupakan fasilitas penunjang bangunan pendidikan. Sehingga lokasi sulit diakses dan peletakkan massa bangunan berada di bagian belakang kawasan pendidikan. Padahal seharusnya fasilitas kesehatan mudah dicapai. Selain itu sirkulasi yang ada pun menjadi tercampur antara pengguna Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut serta pengguna bangunan pendidikan.

Fasilitas kesehatan adalah jantung dari sebuah komunitas dan merupakan sebuah tolak ukur dari kondisi peradaban suatu masyarakat. Keberadaan serta kondisi dari sebuah fasilitas kesehatan sangat menentukan kondisi kesehatan masyarakatnya sendiri. Namun sayangnya, kondisi fasilitas kesehatan yang ada saat ini masih dilihat hanya sebatas tempat untuk menjalani pemeriksaan dan perawatan kesehatan, belum dilihat sebagai ikon selebrasi sebuah desain, termasuk di dalamnya fasilitas rumah sakit.

Permasalahan lain yang menjadi pertimbangan dari perancangan Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang sudah ada saat ini di Kota Bandung belum memenuhi fungsinya dengan baik. Fungsi Rumah Sakit Gigi dan Mulut adalah untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dengan pelaksanaan kegiatan preventif dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut masyarakat Kota Bandung. Selain itu Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang sudah ada masih belum dapat menarik masyarakat untuk datang berkunjung dan memeriksakan kondisi kesehatan gigi dan mulutnya. Hal ini terbukti dari penelitian Susi dan tim yang


(18)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menunjukkan bahwa masyarakat yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut hanya 35% yang melakukan pemeriksaan dan perawatan sementara 65% sisanya melakukan pengobatan sendiri maupun membiarkan sakit pada gigi dan mulutnya. Sehingga diperlukan solusi perancangan yang mampu memberikan kesan baik sehingga dapat turut berkontribusi terhadap peningkatan jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan maupun perawatan.

Berbagai permasalahan yang telah dipaparkan di atas melatarbelakangi

keinginan untuk menyusun perencanaan dan perancangan “Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung” untuk memenuhi

kebutuhan pelayanan di Jawa Barat dan lokasi di daerah Tegallega dirasa cocok untuk proyek ini karena lokasinya yang mudah diakses baik dari dalam maupun luar Kota Bandung.

B. Maksud dan Tujuan Perancangan

Maksud dan tujuan dari perancangan proyek Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung ini adalah sebagai berikut:

1. Maksud

a. Merencanakan dan merancang bangunan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang dapat mewadahi kebutuhan masyarakat dengan baik dan maksimal namun tetap dalam ranah pemenuhan fasilitas kesehatan gigi dan mulut.

b. Merencanakan dan merancang bangunan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang berwawasan perilaku.

2. Tujuan

a. Merancang bangunan Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang nyaman dan tepat guna.

b. Merancang bangunan Rumah Sakit yang ramah akan kebutuhan aktivitas maupun perilaku pengguna.


(19)

4

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Identifikasi Masalah Perancangan

1. Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut kelas A yang ada saat ini adalah Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Pendidikan sehingga masih menjadi bagian dari bangunan pendidikan sehingga dari segi aksesibilitas dan penempatan massa bangunan pada kawasan tidak sesuai dengan kebutuhan fasilitas kesehatan.

2. Aktivitas pasien yang tidak berhubungan langsung dengan kebutuhan pelayanan kesehatan, kurang mendapatkan fasilitas (ruang tunggu yang sempit, tidak terdapatnya kafetaria, ruang main anak yang kurang memadai, dan lain-lain).

3. Masih terdapat kesan menakutkan dari fasilitas kesehatan termasuk pada Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut.

4. Fasilitas yang terdapat pada Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut saat ini masih belum menjawab kebutuhan pengguna secara menyeluruh khususnya di saat pasien menunggu giliran.

5. Privasi pasien ketika mendapatkan perawatan kurang terperhatikan karena tidak adanya pembatas vertikal antara pasien satu dengan yang lainnya.

D. Batasan Perancangan

Perencanaan dan perancangan dari Rumah Sakit Khsus Gigi dan Mulut berada di Kota Bandung dan merupakan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A yang akan memenuhi standar minimal pelayanan sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomer 340 tentang Klasfikasi Rumah Sakit.

E. Pendekatan dan Gambaran Capaian yang Dituju

1. Pendekatan Perancangan

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sistem. Pendekatan sistem digunakan karena Rumah Sakit, termasuk Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut, memiliki tahapan prosedural atau standar operasional prosedur yang harus dipatuhi secara sistematis. Menurut Gordon (1989), sistem adalah sebagai suatu agregasi atau kumpulan objek-objek terangkat


(20)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam interaksi dan kesalingtergantungan yang teratur. Sedangkan Robert dan Michael (1991) menyatakan bahwa sistem adalah suatu kumpulan dari elemen-elemen yang saling berinteraksi membentuk satu kesatuan, dalam interaksi yang kuat maupun lemah dengan pembatas sistem yang jelas. (sumber: Pranata Pembangunan Bidang Arsitektur oleh Budi Sudarwanto dkk).

2. Gambaran Capaian yang Dituju a. Studi Literatur

Mengkaji literatur mengenai Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut mulai dari pengertian hingga spesifikasi kebutuhan khusus yang diperlukan sehingga menghasilkan dasar untuk perencanaan dan perancangan ke depannya.

b. Studi Banding

Studi banding bertujuan untuk menemukan kondisi dari Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang ada saat ini dan bagaimana permasalahan-permasalahan yang ada saat ini. Studi banding juga bertujuan sebagai referensi dalam mendesain sehingga memunculkan eksplorasi lebih dalam perancangan.

c. Pengamatan di Lapangan

Pengamatan di lapangan bertujuan untuk menemukan permasalahan secara langsung di lapangan sehingga dapat menemukan solusi yang akurat.


(21)

6

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

F. Kerangka Berfikir

Latar Belakang Perancangan

- Belum terdapat RSGM Non Pendidikan kelas A di Kota Bandung - Kebutuhan pelayanan tinggi

- Fasilitas RSGM yang ada kurang memadai

Masalah Perancangan

- Prosedural panjang dan kompleks (sirkulasi kompleks) - Kesan menakutkan

- Kenyamanan pasien sangat rendah

Pemahaman Proyek

Studi Literatur -Tinjauan Umum Kesehatan

Gigi dan Mulut

-Tinjauan Umum RSKGM

Kaji Banding

- Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas B Kota Bandung - Thonglor Dental Hospital

Analisis

- Analisis Lokasi : pemilihan lokasi

- Analisis Tapak : matahari, sirkulasi, vegetasi, view, peraturan bangunan

- Analisis Pemrograman: pengguna, aktivitas, kebutuhan ruang, besaran ruang, hubungan antar ruang

Tema: Arsitektur

Perilaku

Konsep

- Konsep Dasar

- Konsep Perencanaan Tapak : pemintakatan, gubahan massa bangunan, pencapaian, hubungan ruang, sirkulasi, parkir. - Konsep Perencanaan Bangunan: bentuk, fungsi, sirkulasi,

struktur dan konstruksi, material, interioe, utilitas bangunan, sistem kebakaran, mekanikal dan elektrikal, lansekap.

Desain Maksud dan Tujuan

- Merancang bangunan Rumah Sakit Gigi dan Mulut yang nyaman dan tepat guna.

- Merancang bangunan Rumah Sakit yang ramah akan kebutuhan aktivitas maupun perilaku pengguna.

-Pengumpulan Data - Studi Literatur

- Kaji Banding

Diagram 1. 1. Kerangka Berfikir


(22)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Sistematika Laporan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini meliputi latar belakang proyek, maksud dan tujuan proyek, permasalahan perancangan yang akan diangkat, pendekatan yang digunakan dan kerangka berpikir sebagai acuan tahapan dalam perancangan.

BAB II KAJIAN

Kajian meliputi tentang teori-teori yang berkaitan dengan judul Tugas Akhir dan apa-apa saja yang dianggap relevan dan berkaitan dengan proyek serta dapat menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pemecahan secara arsitektural.

BAB III DESKRIPSI PROYEK

Bab ini meliputi gambaran umum proyek serta gambaran kondisi saat ini, aspek-aspek lingkungan yang ada pada eksisting, program ruang dan studi banding.

BAB IV ELABORASI TEMA

Pada bab ini akan dijabarkan latar belakang pengangkatan tema, kajian teoritis, serta aplikasi tema pada konsep proyek Tugas Akhir.

BAB V KONSEP PERENCANAAN

Konsep perencanaan yang dibahas adalah gagasan pada tapak dan bangunan. Konsep ini merupakan solusi yang dianggap tepat dari berbagai permasalahan yang ada. Konsep yang dibahas meliputi konsep tapak yaitu konsep pemintakatan, sirkulasi, gubahan massa, hierarki ruang dan utilitas. Konsep pada bangunan yang dirancanga terdapat konsep massa, fasad, material, struktur, interior, mekanikal elektrikal dan konsep lansekap.

BAB VI HASIL PERANCANGAN

Berupa seluruh hasi perancangan yang meliputi lokasi, bangunan proyek dan gambar-gambar pendukung lain.


(23)

8

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Terdiri dari daftar pustaka yang digunakan sebagai acuan teoritis yang digunakan selama proses perencanaan dan perancangan proyek Tugas Akhir ini.

LAMPIRAN


(24)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

DESKRIPSI PROYEK

A. Gambaran Umum

Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang akan direncanakan dan dirancang adalah Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A yang akan menampung pasien rujukan dari seluruh pelosok Jawa Barat dan khususnya memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk masyarakat Kota Bandung.

Gambar 3. 1. Lokasi

Judul Proyek : Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas : Rumah Sakit Khusus Kelas A

Lokasi : Jalan BKR – Jalan Mohammad Toha, Regol, Bandung Kepemilikkan : Swasta

Sumber Dana : Swasta Jenis Proyek : Fiktif


(25)

32

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Analisis Pemilihan Lokasi

Berdasarkan hasil studi literatur dan studi banding yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut memiliki beberapa kriteria lokasi, yaitu:

1. Terletak pada wilayah yang belum memiliki Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut.

Persebaran Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut sangatlah penting untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Kota Bandung. Selain itu, persebaran sangat penting untuk meningkatkan kecepatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.

2. Terletak pada wilayah dengan kepadatan penduduk yang sesuai.

Kependudukan yang sesuai yang dimaksud adalah kependudukan yang tidak terlalu padat, namun masih cukup tinggi jumlah penduduknya sehingga dapat memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada wilayah yang paling membutuhkan. Sesuai dengan Pedoman Teknis Sarana, Prasarana Rumah Sakit Kelas B, yang menyebutkan bahwa rumah sakit harus terletak pada daerah yang memiliki persebaran penduduk yang tidak terlalu padat untuk mencegah munculnya penyebaran penyakit pada bangunan rumah sakit dari lingkungan di sekitar tapak.

3. Mudah diakses baik dari dalam maupun luar kota.

Rumah sakit khusus kelas A memiliki fungsi sebagai rujukan tertinggi, oleh karena itu akses yang mudah dari dalam maupun luar kota sangatlah penting agar dapat memudahkan pencapaian ke lokasi. Kemudahan diakses dapat dilihat dari letak lokasi terhadap fasilitas transportasi seperti akses pintu tol, terminal, stasiun dan akses dari bandara.

4. Terletak pada kawasan dengan resiko bencana yang relatif rendah.

Rumah sakit berisi pasien atau orang sakit dan manusia dengan kondisi yang sedang tidak sempurna sehingga lokasi harus terletak pada area yang aman dari bencana untuk meminimalisir keperluan evakuasi


(26)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pada saat-saat tertentu. Bencana yang dimaksud adalah bencana banjir dan tanah longsor.

Berdasarkan kriteria lokasi di atas, berikut analisis lokasi untuk Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut dengan skala peniliaian 0-10:

Tabel 3. 1. Analisis Pemilihan Wilayah

No Kriteria 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Kepadatan Penduduk

9 9 5.9 9.2 5.6 2.7 5.6 5.6 2 Resiko Bencana

Rendah

8.6 6.4 7.2 8 8 8 4.8 8

3 Pencapaian 8.5 5.5 5 8 5.5 5 5 5

4 Tidak Memiliki RSGM

10 0 10 10 10 10 10 10

5 Tidak Memiliki RSGM Pendidikan

0 0 10 10 10 10 10 10

TOTAL 36.8 21.5 38.1 45.2 39.1 35.7 35.4 38.6

Keterangan:

1 : SWK Bojonagara 5: SWK Kordon 2 : SWK Cibeunying 6: SWK Gedebage 3 : SWK Tegallega 7: SWK Ujung Berung

4 : SWK Karees 8: SWK Arcamanik

Berdasarkan hasil analisis di atas diperoleh Sub Wilayah Kota Karees sebagai wilayah yang sesuai untuk Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut. Tahapan selanjutnya adalah penentuan lokasi di Sub Wilayah Kota Karees tersebut. Peruntukkan lahan jasa terletak di sepanjang jalan arteri yang terdapat di Wilayah Karees. Dari lahan yang ada terpilih tiga lokasi yang dianggap paling sesuai dengan kriteria yang ada. Lahan yang pertama terletak di Jalan Jalan Mochammad Toha, yang kedua terletak di Jalan BKR-Jalan Buah Batu dan yang terakhir terletak di BKR-Jalan Pelajar Pejuang-BKR-Jalan Talaga Bodas.Untuk mempermudah proses pemilihan, penulis mengacu kepada Peta Rencana Pola Tata Ruang Kota Bandung tahun 2011-2031. Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ini merupakan bagian dari jasa, sehingga peruntukkan lahan jasa di Wilayah Karees adalah sebagai berikut:


(27)

34

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 3. 2. Analisis Pemilihan Lokasi

No Kriteria 1 2 3

1 Peruntukkan Lahan 10 10 10

2 Kepadatan Penduduk 9 9.5 6

3 Pencapaian 8 6 7

4 Luas Lahan 9 9 9

TOTAL 36 34.5 32

Berdasarkan hasil analisis penulis, diputuskan bahwa lokasi 1, merupakan lokasi yang paling cocok untuk dijadikan sebagai lokasi Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung. Berikut penjabaran lokasi-lokasi yang dijadikan pilihan lokasi.

Sumber: Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung

1

2

3

(Sumber : Analisis Penulis, 2015)


(28)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Lokasi 1

Gambar 3. 3. Lokasi 1

Lokasi ini terletak di antara persimpangan Jalan Mochammad Toha dan Jalan BKR. Lokasi ini sangat mudah diakses dari dalam kota karena terletak pada lingkar selatan Kota Bandung yang saling terhubung dengan daerah lain. Selain itu, lokasi berada dekat dengan beberapa pintu tol yang menghubungkan Bandung dengan kota-kota lain.

(Sumber : Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya Kota Bandung)


(29)

36

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Lokasi 2

Gambar 3. 4. Lokasi 2

Lokasi yang terdapat pada jalan BKR ini terletak di samping Sungai Cikapundung. Lokasi ini berada dekat dengan persimpangan Buah Batu yang dimana memiliki akses yang mudah dan relatif lebih dekat dengan pusat kota. Lokasi ini dijadikan sebagai pilihan karena kemudahan akses serta lokasi berdekatan dan bersinggungan dengan dua jalan arteri kota sehingga memudahkan akses ke lokasi.


(30)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Lokasi 3

Gambar 3. 5. Lokasi 3

Lokasi 3 terletak di Jalan Lodaya dan Jalan Pelajar Pejuang. Lokasi ini dijadikan sebagai pilihan karena terletak dekat dengan dua jalan arteri sehingga mudah diakses. Selain itu lokasi ini berdekatan dengan Rumah Sakit Muhammadiyah sehingga memungkinkan fungsi rujukan menjadi lebih mudah.


(31)

38

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lokasi yang terpilih:

Gambar 3. 6. Lokasi Terpilih

C. Rona Lingkungan

Luas Lahan : 3.18 Ha

KDB : 70% = 70% x 3,18 Ha = 2.26 Ha

KLB : 5,6 = 5,6 x 3.18 Ha = 17.808 Ha

GSB : Jalan BKR 15 meter

Jalan Mochammad Toha 10 meter Jalan Mochammad Toha Dalam 4 meter

Jalan Samsudin 5 meter

U


(32)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Situasi Sekitar Tapak :

Utara : Jalan Mochammad Toha Dalam, Pemukiman warga

Gambar 3. 7. Batas Utara Tapak

Barat : Jalan Mochammad Toha, Taman Konservasi Tegalega

Gambar 3. 8. Situasi Barat Tapak

Sumber: dokumentasi pribadi


(33)

40

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Timur : Jalan Samsudin, pemukiman warga

Gambar 3. 9. Situasi Timur Tapak

Selatan : Jalan BKR, Kantor PT.Inti

Gambar 3. 10. Situasi Selatan Tapak

Sumber: dokumentasi pribadi


(34)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Elaborasi Tema

1. Latar Belakang Pemilihan Tema

Permasalahan yang diangkat terfokus pada kondisi saat ini yang dimana pelayanan kesehatan belum memberikan kesehatan yang menyeluruh pada pasiennya terutama pada bagian psikologis pasien. Hal ini sangat berpengaruh karena pasien Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut memiliki perilaku tertentu yang harus ditanggapi untuk menciptakan lingkungan yang menyenangkan. Oleh karena itu, tema yang dipilih adalah aristektur perilaku terutama pada kajian wellbeing architecture. Berikut adalah gambaran umum latar belakang tema yang diangkat:

Diagram 3. 1. Diagram Pemilihan Tema

2. Pengertian Tema

Kepuasan pasien merupakan tujuan utama yang ingin diraih oleh seluruh Rumah Sakit termasuk Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut. Sehingga dalam perancangan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut dapat disimpulkan bahwa perancangan harus menitikberatkan terhadap terbentuknya Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang dapat


(35)

42

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan kepuasan kepada pasien. Sehingga perilaku pasien diangkat menjadi tema dalam perancangan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ini untuk dapat memenuhi tujuan utama dari Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut itu sendiri.

Dalam Arsitektur Berwawasan Perilaku (Behaviorisme) yang disusun oleh Anthonius N. Tandal dan I. Pingkan P. Egam menyebutkan bahwa lingkungan dapat mempengaruhi manusia secara psikologi dan perilaku. Adapun hubungan antara lingkungan dan perilaku adalah sebagai berikut :

a. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku – lingkungan fisik dapat membatasi apa yang dilakukan manusia.

b. Lingkungan mengundang atau mendatangkan perilaku – lingkungan fisik dapat menentukan bagaimana kita harus bertindak.

c. Lingkungan membentuk kepribadian.

d. Lingkungan akan mempengaruhi citra diri.

Gambar 3. 11. Pembentuk Psikologi Manusia

Sumber: Architecture and Human Behavior: The Place of Environment-Behavior Studies in Architeture, Gary T. Moore


(36)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Implementasi Tema

Diagram 3. 2. Implementasi Tema pada Konsep

Menurut Roger Ulrich dalam Effect of Interior Design on Wellness : Theory and Recent Scientific Research menyebutkan bahwa kesehatan pasien sangat dipengaruhi oleh lingkungannya. Menurutnya lingkungan yang ada pada kawasan rumah sakit haruslah menjadi pengalih perhatian yang positif bagi pasien. Pengalih perhatian yang positif juga dapat disertai dengan pengurangan stressor yang muncul dari lingkungan rumah sakit. Stressor yang muncul pada lingkungan rumah sakit di antaranya kebisingan, minimnya privasi, merasa terawasi, ruangan yang sempit dan memberi kesan menekan pada pasien. Hal- hal tersebut harus dihindari agar memberikan kenyamanan bagi pasien.

Ulrich juga menyebutkan bahwa saat ini kesehatan fisik bukan hanya penentu kesehatan seseorang, namun kesehatan dari psikologi atau rasa tenang dan nyaman pasien juga dapat menjadi faktor penentu kesehatan secara keseluruhan. Rumah sakit yang baik adalah rumah sakit yang tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan pada fisik pasien, namun juga pada psikis pasien. Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi psikologi pasien dalam rumah sakit menurut Ulrich dalam Effects of Healthcare Environmental Design on Medical Outcomes:

1. Kebisingan.

Kebisingan yang ada di rumah sakit (baik dari peralatan maupun dari luar) menimbulkan rasa kesal pada pasien dan stress pada pegawai. Sehingga akustik pada ruangan harus sangat diperhatikan.

2. Ada atau tidaknya jendela.


(37)

44

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Leather (1997) menyebutkan bahwa pasien yang memiliki akses pandangan langsung ke luar dapat memiliki kecepatan proses penyembuhan yang lebih baik. Sementara untuk karyawan sendiri, akses pandangan langsung keluar dapat mengurangi stress dan meningkatkan performa pekerjaan.

3. Pencahayaan langsung.

Penelititan yang dilakukan oleh Beauchemin (1996) and Hays (1998) menunjukkan bahwa pencahayaan langsung dapat berefek positif bagi kesehatan pasien dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan pencahayaan langsung.

4. Penggunaan material.

Material yang lebih lembut (terkesan lembut) seperti penggunaan karpet pada lantai dibandingkan dengan vinil menunjukkan bahwa dapat menghasilkan ruangan yang lebih nyaman dan menunjukkan waktu kunjungan yang menjadi relatif lebih lama.

5. Ruang inap (gabungan dan tunggal).

Penelitian menunjukkan bahwa ruang inap yang diisi lebih dari satu orang menunjukkan performa kesehatan pasien yang jauh lebih baik dibanding dengan pasien rawat inap yang sendiri.

6. Penataan furnitur.

Penataan furnitur yang terdiri dari grup-grup kecil dapat meningkatkan interaksi sosial pengguna di rumah sakit. Grup-grup kecil yang ada terdiri dari furniture yang dapat dipindahkan sesuai dengan kebutuhan pengguna sehingga menghasilkan ruang yang fleksibel dan tidak kaku.

7. Dan lain-lain.

Selain hal yang telah disebutkan di atas, terdapat hal-hal lain yang mempengaruhi lingkungan rumah sakit dan terhadap penggunanya. Diantaranya kualitas udara, terdapat atau tidaknya musik dan hasil seni, dll.


(38)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Konsep Tema pada Desain

Arsitektur perilaku dalam proses perancangan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A di Kota Bandung menekankan pada tercapainya kesehatan pasien secara menyeluruh baik kesehatan fisik dan psikisnya sehingga acuan yang disebutkan di atas dijadikan sebagai landasan perancangan. Dalam perancangan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut ini permasalahan yang berusaha diselesaikan fokus pada kondisi psikis pasien yang memiliki kecemasan yang tinggi sehingga stressor yang ada dalam lingkungan rumah sakit sebisa mungkin harus ditekan.

Berdasarkan pemaparan Ulrich, berikut adalah aplikasi tema pada desain:

a. Kebisingan

2) Kebisingan yang timbul dari dalam rumah sakit sebagian besar muncul dari alat bor gigi yang mengeluarkan desingan, sehingga suara ini harus ditekan kebisingannya melalui penggunaan dinding dan plafond akustik. Melalui penggunaan akustik pada ruang periksa, kebisingan yang ditimbulkan dari alat dapat ditekan.

3) Kebisingan dari arah jalan atau dari luar dapat diatasi melalui penggunaan buffer pada kawasan untuk meredam bunyi. Buffer yang digunakan dapat berupa deretan vegetasi sehingga dapat menghalau bunyi.

b. Terdapat jendela.

Bukaan langsung yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan ditempatkan pada area ruang tunggu untuk menimbulkan pengalih perhatian yang bersifat positif. Selain itu buffer vegetasi yang digunakan dalam menghalau kebisingan dapat menjadi pemandangan alami yang baik bagi pasien dan karyawan.

c. Terdapatnya pencahayaan langsung.

Pencahayaan langsung yang terdapat di dalam bangunan juga dapat terhubung langsung dengan jendela. Pencahayaan langsung


(39)

46

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebaiknya diletakkan pada ruangan yang memiliki kegiatan atau aktivitas yang memiliki waktu lama seperti kegiatan menunggu dan juga ruang istirahat karyawan.

d. Penggunaan material

Material yang digunakan sebisa mungkin menghindari kesan tajam atau keras. Oleh karena itu material pada bagian interior khususnya menggunakan kayu untuk menimbulkan kesan alami pada ruang dan menghindari kesan kaku pada rumah sakit.

e. Ruang Inap

Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut memiliki tipologi yang berbeda dengan rumah sakit lain sehingga jumlah ruang inap yang ada tidaklah terlalu banyak. Namun, ruang inap tersebut bila digunakan dapat disimpulkan bahwa penderita atau pasiennya memiliki penyakit yang cukup parah sehingga ruangan yang dirancang tetap harus mendukung proses penyembuhan pasien. Ruang rawat inap sendiri terdiri dari beberapa kasur dan terdapat ruang bersama pasien untuk tetap menjaga interaksi sosial pasien.

f. Penataan Furnitur

Furnitur yang terdapat pada ruang-ruang bersama bersifat fleksibel dan mudah diatur untuk menghilangkan kekakuan ruang. Melalui penggunaan furnitur yang dapat dipindahkan dapat menghasilkan ruang yang lebih dinamis dan pengguna dapat menyesuaikan furniture sesuai dengan kebutuhan aktivitasnya yang beragam. Berbagai penerapan tema pada desain diharapkan dapat meredam kecemasan dental yang dimiliki pasien maupun stress yang dimiliki pegawainya sehingga dapat tercipta lingkungan Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut yang menyenangkan.


(40)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KONSEP

A. Konsep Dasar

Konsep terfokus pada upaya pembentukkan kesan serta perilaku khususnya pasien demi tercapainya kepuasan pasien serta kesembuhan yang menyeluruh, tidak hanya dari segi fisik maupun dari segi psikologi. Konsep

Happy Environment merupakan konsep secara umum dimana aplikasi

konsep ini dapat diterapkan sebagai pertimbangan utama dalam perancangan tanpa melupakan analisis ruang yang telah dilakukan. Konsep ini terfokus pada upaya arsitektural dalam mengurangi tingkat stress atau ketakutan pasien akan lingkungan rumah sakit. Konsep ini berangkat dari tema yang diangkat yaitu tema Arsitektur Perilaku yang terfokus pada upaya penanganan kecemasan dental yang dialami oleh pasien sehingga membentuk lingkungan yang menyenangkan dan menghilangkan rasa cemas dan takut yang dirasakan oleh pasien.

B. Konsep Tapak

Konsep perencanaan tapak yang berangkat dari konsep dasar Happy Environment mengangkat lingkungan yang nyaman sebagai dasar perancangannya. Ruang terbuka hijau menjadi nilai utama dalam perancangan tapak ini karena segala sesuatu yang bersifat alami (pepohonan, air, dll) dapat merangsang perasaan tenang dan mengurangi rasa takut yang dialami pasien. 1. Pemintakatan

Berikut tabel yang menggambarkan pemintakatan pada tapak:

Tabel 5. 1. Pemintakatan Tapak

No Zona Nama Bangunan Besaran (%)

1 Publik Bangunan Utama

Pedodonti Area parkir

50%


(41)

81

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Darurat Taman

3 Privat Area parki pegawai 14 %

4 Servis IPAL

Area Utilitas IPSRS

10%

Gambar 5. 1. Pemintakatan Tapak

Pemintakatan pada gambar di atas menunjukkan area di sekitar jalan utama pada tapak dimanfaatkan sebagai ruang yang bersifat publik. Hal ini bertujuan untuk mencegah sirkulasi yang bersilangan ke depannya karena sirkulasi nantinya akan terjadi paling banyak pada area publik dan sirkulasi yang berlangsung juga relative cepat karena mengingat perawatan gigi dan mulut yang tidak memakan waktu terlalu lama. Area semi publik yang dimaksud di atas adalah area yang dikhususkan bagi pengguna dalam kawasan sehingga terletak di dalam. Sementara area privat pada tapak merupakan area yang dikhususkan bagi karyawan dalam hal ini adalah pegawai rumah sakit. Hal ini dikarenakan, kebutuhan pengamatan yang berbeda akan area parkir karena karyawan relatif lebih lama tinggal di

Sumber: analisis pribadi Sumber: Analisis Pribadi


(42)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kantor dan sirkulasi yang terjadi tidaklah banyak sehingga kemungkinan kriminalitas lebih tinggi. Area servis diletakkan pada ujung tapak untuk menjauhkan dari area public sehingga tidak terganggu. Selain itu juga pemisahan ini bertujuan untuk memudahkan akses servis di dalam tapak. 2. Sirkulasi

Gambar 5. 2. Sirkulasi Tapak

Sirkulasi ke dalam tapak adalah melalui Jalan Mohammad Toha dan keluar dari arah Jalan BKR. Hal Ini bertujuan untuk memudahkan akses masuk pengunjung dari luar tapak ke dalam tapak, karena jalan BKR yang relatif panjang dan akan sulit menempatkan pintu masuk pada Jalan BKR tersebut. Sirkulasi dibagi dua, yaitu sirkulasi publik dan privat. Sirkulasi publik melewati area publik dan sirkulasi privat melewati area utara tapak.

3. Hierarki Tapak

Hierarki tapak berangkat dari sirkulasi yang terbentuk serta sejajar dengan garis-garis batas tapak. Dari garis-garis tersebut dibuatlah massa bangunan. Pada bagian ujung tapak, dijadikan focal point sehingga massa


(43)

83

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bangunan dibuat melengkung dan mengikuti grid dari tapak. Hal ini bertujuan untuk membentuk keselarasan tapak dengan lingkungan sekitarnya.

Gambar 5. 3. Hirearki Tapak


(44)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan konsep yang telah dijabarkan di atas, berikut adalah hasil dari aplikasi konsep pada tapak:


(45)

85

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Konsep Bangunan

1. Pemintakatan

Pemintakatan yang dibuat di dalam tapak mengacu pada hasil studi banding dan analisis maka disusunlah fungsi-fungsi yang ada dalam bangunan selalu terhubung dengan area public untuk memudahkan way finding dalam bangunan, serta menghilangkan kesan asing pada bangunan. Berikut pemintakatan yang disusun untuk meminimalisir rasa unfamiliar dalam tapak.

a. Pemintakatan Horisontal

Diagram 5. 1. Pemintakatan Horisontal

b. Pemintakatan Vertikal


(46)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Diagram 5. 2. Pemintakatan Vertikal

2. Konsep Massa

Bagian sudut bangunan menjadi area yang paling berpotensi sebagai pintu masuk utama ke dalam bangunan. Setelah itu, pendekatan sistem dalam perancangan diaplikasikan pada bangunan ini dimana sirkulasi yang terjadi di dalam bangunan bersifat linier karena terdapat prosedur tertentu. Oleh karena itu bentuk sirkulasi dalam bangunan menjadi terpusat pada sudut massa dan menyebar kea rah utara dan timur. Sehingga bagian timur laut massa dapat dibuang untuk mengurangi kemungkinan sirkulasi yang bersilangan dan menjadikan massa bangunan yang akan terbangun lebih tipis sehingga ramah lingkungan.


(47)

87

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 4. Pembagian Massa Berdasarkan Fungsi

Setelah itu, zonasi massa bangunan yang ada dipotong menjadi tiga bagian untuk menimbulkan variasi di dalam tapak dan mencegah bangunan menjadi terlalu panjang dan monoton. Sehingga hasilnya adalah seperti gambar berikut:

U


(48)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 5. Konsep Massa

Gambar 5. 6. Bentuk Massa

3. Konsep Fasad

Pada pemaparan di atas telah menghasilkan bentuk dasara dari bangunan rumah sakit. Pengolahan massa lebih lanjutnya adalah dengan mengaplikasikan penggunaan secondary skin pada bangunan. Hal ini dikarenakan, rumah sakit memiliki modul ruang yang rumit dan kompleks sehingga penataan ruangnya cenderung kaku. Oleh karena itu, untuk menghilangkan kesan kaku pada bangunan diaplikasikanlah secondary

Sumber: analisis pribadi

U


(49)

89

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

skin pada fasad bangunan untuk menambah nilai estetika. Selain itu juga, secondary skin dapat menambah akses pada bangunan sekaligus menjadi sun shading bagi bangunan dan meminimalisisr pemaparan radiasi langsung matahari.

Konsep dasar Happy Environment harus tetap muncul pada fasad bangunan, sehingga digunakan konsep metafora pada bagian fasad untuk menarik perhatian pengunjung dan menghilangkan kesan kaku. Konsep metafora dipilih karena dapat menghasilkan bentuk yang lebih eksploratif pada fasad bangunan. Adapun metafora yang dipilih berangkat dari metafora bibir manusia yang dianggap sesuai dan representatif dari fungsi bangunan itu sendiri. Berikut transformasi bentuk yang terjadi pada fasad:

Bentuk berangkat dari bibir manusia yang kemudian direduksi sehingga menjadi garis lengkungan yang lebih halus. Setelah itu, garis tersebut disesuaikan dengan bentuk massa sehingga menghasilkan bentuk yang dinamis. Penggunaan warna yang dipilih adalah warna biru, karena warna biru identik dengan air yang dapat menimbulkan ketenangan bagi yang melihatnya sehingga konsep Happy Environment dapat terpenuhi. Berikut adalah aplikasi secondary skin pada fasad.

Sumber: analisis pribadi


(50)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 8. Secondary Skin

Gambar 5. 9. Aplikasi Secondary Skin pada Bangunan

4. Konsep Modul Perancangan

Menurut Neufert, rumah sakit memiliki modul spesial yaitu sebesar 120 cm dengan kebutuhan modul struktur minimal 720 cm x 720 cm. Berdasarkan hal tersebut maka modul perancangan yang digunakan adalah 720 cm x720 cm dan kelipatannya untuk memudahkan dalam penempatan ruang namun tidak menghalangi terpenuhinya fungsi-fungsi lain pada bangunan.

5. Konsep Struktur

Sumber: analisis pribadi


(51)

91

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 10. Konsep Struktur

a) Struktur Pondasi : Pancang

Pondasi menggunakan pancang karena relative mudah pengerjaannya dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan bangunan. Sehingga waktu konstruksi dapat lebih cepat dan akan berdampak positif pada pembiayaan.

b) Struktur Kolom, Balok dan Lantai: Struktur Rangka

Struktur rangka digunakan untuk menyesuaikan dengan modular ruang sehingga ruang yang digunakan dapat digunakan secara maksimal. Selain itu, struktur ini juga mudah pengerjaannya.

c) Struktur Atap : Atap Pelat

Atap pelat digunakan untuk menghindari ruang kosong pada atap sehingga menghindari munculnya binatang pengganggu yang dapat menyebarkan penyakit di lingkungan rumah sakit.

6. Konsep Utilitas

a) Konsep sanitasi dan pengolahan limbah cair 1) Sumber air

Sumber air pada bangunan rumah sakit sangatlah krusial karena jumlah kebutuhannya sendiri relatif besar. Untuk kebutuhan air Struktur Rigid Frame


(52)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

minum Rumah Sakit Khusus Gigi dan Mulut Kelas A dalam satu hari adalah menurut Morimura dan Soufyan adalah sebagai berikut: Jumlah air yang digunakan ;

Pasien : 60 liter/hari Karyawan : 120 liter/hari Jumlah pasien : 300 pasien Jumlah karyawan : 176 orang Kebutuhan air ;

(Jumlah air yang digunakan pasien x Jumlah pasien) + (Jumlah air yang digunakan karyawan x Jumlah karyawan)

: (60 liter x 300 orang) + (120 liter x 176 orang)

: 18.000 liter + 21.120 liter : 39.210 liter / hari.

Kebutuhan air minum per jam ;

Waktu efektif penggunaan bangunan 8 jam/hari Kebutuhan air per jam = 3.9210 liter : 8

= 4.902 liter

Diasumsikan pemompaan air dilakukan dua kali dalam sehari, maka kebutuhan kapasitas ground tank ;

39210 liter : 2 = 19.605 liter = 19,6 m3

Karena besarnya kebutuhan akan air minum di rumah sakit ini, oleh karena itu sumber air minum pun terbagi dari dua sumber untuk mencegah kekurangan air pada rumah sakit. Sumber air yang dimaksud yaitu:

- PDAM Kota Bandung - Sumur Artesis

b) Penggunaan IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

Dalam penggunaan air minum yang didistribusikan sebanyak 80% diasumsikan menjadi limbah yang harus diolah di Instalasi


(53)

93

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pengolahan Air Limbah. Berarti dapat disimpulkan bahwa kebutuhan yang diolah dalam IPAL dalam sehari adalah :

80% x 39.210 liter = 31.368 liter 7. Konsep penghawaan

a) Penghawaan alami b) Penghawaan buatan

 Penghawaan steril pada ruang IGD dan Ruang Operasi

 Penghawaan buatan pada ruang selain IGD dan Ruang Operasi 8. Konsep mekanikal elektrikal

a) Sumber energi PLN b) Sumber energi genset

c) Penggunaan elevator dan dumbwaiter elevator d) Penggunaan sistem pengamanan kebakaran e) Penggunaan CCTV

f) Penggunaan jaringan internet 9. Konsep pengolahan sampah

a) Sampah atau limbah medis b) Sampah atau limbah non medis 10. Konsep Lansekap

Penataan lansekap juga turut berpengaruh terhadap terpenuhinya konsep dasar yaitu Happy Environment. Aplikasi konsep pada lansekap adalah dengan membuat area terbuka hijau yang memadai serta membuat fasilitas area komunal yang dapat digunakan untuk kegiatan di luar ruangan. Dalam hal ini, penerapan konsep adalah dengan mengaplikasikan undakan tangga untuk area duduk luar serta menggunakan unsur air untuk memunculkan kesan alami dan menimbulkan relaksasi bagi pengguna.Taman dapat difungsikan sebagai: a) Area promotif dan preventif di luar ruangan

b) Area komunal bagi karyawan dan pengunjung c) Area bermain bagi pengunjung


(54)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 11. Konsep Lansekap

Selain penggunaan area terbuka di luar, penggunaan vegetasi juga sangat penting dalam pembentuk kesan tapak. Berikut adalah pemaparan jenis vegetasi yang digunakan dalam tapak:

a) Tanaman peneduh

Tanaman peneduh diletakkan di sekeliling tapak untuk mereduksi radiasi yang masuk ke dalam tapak serta untuk memfilter kebisingan dari arah luar tapak. Pohon trembesi ini juga diletakkan di sekitar area parkir untuk memberikan keteduhan. Pohon jenis ini dapat memiliki tajuk sebesar Selain fungsi tersebut, pohon trembesi yang besar ini dapat memberikan perasan tenang dan ternaungi sehingga dapat mengurangi stress pengunjung.

b) Pohon Pengarah

Sumber: analisis pribadi

Sumber:

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://preview.turbosquid.com/Preview/2014/10/09__13_ 42_38/thumbnail.pngb95d183a-37d0-47eb-bd26-f0cebfa59842Original.jpg&imgrefurl=


(55)

95

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 13. Pohon Pinus

Penggunaan pohon pengarah sangat penting pada kawasan rumah sakit untuk memudahkan wayfinding seseorang di dalam kawasan. Penggunaan jenis pohon ini dapat memberi kesan menggiring bila diletakkan di sisi jalan dalam tapak. Mengingat fungsinya yang penting, maka pohon jenis pinus ini diletakkan di sepanjang jalan di dalam tapak. Penggunaan pohon pinus ini juga berfungsi sebagai penghilang rasa asing atau penumbuh rasa familiar sehingga menambah kenyamanan bagi pengguna.

c) Tanaman pembatas

Tanaman pembatas yang digunakan di dalam tapak adalah tanaman kastuba. Tanaman kastuba ini dipilih karena warnanya yang cerah dan mampu menimbulkan permainan warna di dalam tapak. Selain itu juga, warna merah pada tanaman dapat memberikan Sumber: https://www.flickr.com/photos/udinwidarso/8276022623


(56)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rangsangan energi positif sehingga meningkatkan semangat bagi pengguna di dalam tapak. Tanaman ini ditanam di sepanjang jalur pedestrian pada sisi bangunan.

11. Konsep Bahan Bangunan a) Konsep Bahan Fasad

Fasad menggunakan secondary skin dengan bahan utama Alumunium Composit Panel. Rangkanya menggunakan rangka hollow yang terhubung dengan kolom struktur.

b) Konsep Bahan Struktur

Struktur menggunakan beton sebagai material utamanya dengan mempertimbangkan fleksibilitas material yang dapat dibuat di tempat. Selain itu beton relative mudah diproses di lapangan.

c) Konsep Bahan Interior

Interior menggunakan elemen kayu yang diaplikasikan sebagai pembatas vertikal maupun pada plafond bangunan. Elemen kayu ini sesuai dengan konsep yang ingin diaplikasikan pada interior untuk menimbulkan ketenangan.

Sumber: https://www.flickr.com/photos/udinwidarso/8276022623


(57)

97

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 15. Detail Secondary Skin


(58)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 16. Detail Bahan Bangunan pada Fasad


(59)

99

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

12. Konsep interior

Konsep interior bangunan terfokus pada upaya untuk mengurangi stressor yang muncul dari lingkungan sekitar ke dalam bangunan. Upaya yang dilakukan adalah dengan memberikan pengalih perhatian yang bersifat positif dan memasukkan unsur alam ke dalam bangunan. Hal ini juga dapat memenimbulkan rasa familiar kepada pengunjung.

Gambar 5. 17. Kayu dan Air

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://preview.turbosquid.com/Preview/2014/10/09__13_42_38/thum bnail.pngb95d183a-37d0-47eb-bd26-f0cebfa59842Original.jpg&imgrefurl

http://media1.fdncms.com/boiseweekly/imager/video-bad-news-already-for-southern-ida/u/original/3454230/watersplash.jpg


(60)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Budi Sudarwanto dkk. 2007. Pranata Pembangunan Bidang Arsitektur. Semarang. Neufert, Ernst. 1997. Data Arsitek, Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

Ulrich, Roger.PhD. 1991. “Journal of Healthcare Interior Design” Effect of Interior Design on Wellness : Theory and Recent Scientific Research, Volume 1.

Chairrudin P. Lubis. 2008. Sejarah Ilmu Kedokteran. Medan.

Anthonius N. Tandal, L. Pingkan, Arsitektur Berwawasan Perilaku (Behavioral Architetcture).

Republik Indonesia, 2010, “Pedoman Teknis Sarana, Prasarana Rumah Sakit

Kelas B”, Jakarta; Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Republik Indonesia, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 340 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Jakarta: Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2004, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1173 tentang Rumah Sakit Khusus, Jakarta : Menteri Kesehatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2014-2019

Susi, dkk. “Masih Rendah, Kesadaran Masyarakat terhadap Kesehatan Gigi dan Mulut “. 5 April 2015. Unpad.ac.id/2014/05/masih-rendah-kesadaran-masyarakat-terhadap-kesehatan-gigi-dan-mulut/

Moore, Gary T, “Architecture and Human Behavior: The Place of


(1)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 13. Pohon Pinus

Penggunaan pohon pengarah sangat penting pada kawasan rumah sakit untuk memudahkan wayfinding seseorang di dalam kawasan. Penggunaan jenis pohon ini dapat memberi kesan menggiring bila diletakkan di sisi jalan dalam tapak. Mengingat fungsinya yang penting, maka pohon jenis pinus ini diletakkan di sepanjang jalan di dalam tapak. Penggunaan pohon pinus ini juga berfungsi sebagai penghilang rasa asing atau penumbuh rasa familiar sehingga menambah kenyamanan bagi pengguna.

c) Tanaman pembatas

Tanaman pembatas yang digunakan di dalam tapak adalah tanaman kastuba. Tanaman kastuba ini dipilih karena warnanya yang cerah dan mampu menimbulkan permainan warna di dalam tapak. Selain itu juga, warna merah pada tanaman dapat memberikan Sumber: https://www.flickr.com/photos/udinwidarso/8276022623


(2)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rangsangan energi positif sehingga meningkatkan semangat bagi pengguna di dalam tapak. Tanaman ini ditanam di sepanjang jalur pedestrian pada sisi bangunan.

11. Konsep Bahan Bangunan a) Konsep Bahan Fasad

Fasad menggunakan secondary skin dengan bahan utama Alumunium Composit Panel. Rangkanya menggunakan rangka hollow yang terhubung dengan kolom struktur.

b) Konsep Bahan Struktur

Struktur menggunakan beton sebagai material utamanya dengan mempertimbangkan fleksibilitas material yang dapat dibuat di tempat. Selain itu beton relative mudah diproses di lapangan.

c) Konsep Bahan Interior

Interior menggunakan elemen kayu yang diaplikasikan sebagai pembatas vertikal maupun pada plafond bangunan. Elemen kayu ini sesuai dengan konsep yang ingin diaplikasikan pada interior untuk menimbulkan ketenangan.

Sumber: https://www.flickr.com/photos/udinwidarso/8276022623


(3)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 15. Detail Secondary Skin


(4)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 5. 16. Detail Bahan Bangunan pada Fasad


(5)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12. Konsep interior

Konsep interior bangunan terfokus pada upaya untuk mengurangi

stressor yang muncul dari lingkungan sekitar ke dalam bangunan. Upaya

yang dilakukan adalah dengan memberikan pengalih perhatian yang bersifat positif dan memasukkan unsur alam ke dalam bangunan. Hal ini juga dapat memenimbulkan rasa familiar kepada pengunjung.

Gambar 5. 17. Kayu dan Air

http://www.google.com/imgres?imgurl=http://preview.turbosquid.com/Preview/2014/10/09__13_42_38/thum bnail.pngb95d183a-37d0-47eb-bd26-f0cebfa59842Original.jpg&imgrefurl

http://media1.fdncms.com/boiseweekly/imager/video-bad-news-already-for-southern-ida/u/original/3454230/watersplash.jpg


(6)

Annisa Fitri Rahma, 2015

RUMAH SAKIT KHUSUS GIGI DAN MULUT KELAS ADI KOTA BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Budi Sudarwanto dkk. 2007. Pranata Pembangunan Bidang Arsitektur. Semarang. Neufert, Ernst. 1997. Data Arsitek, Edisi 3. Jakarta : Erlangga.

Ulrich, Roger.PhD. 1991. “Journal of Healthcare Interior Design” Effect of Interior Design on Wellness : Theory and Recent Scientific Research, Volume 1.

Chairrudin P. Lubis. 2008. Sejarah Ilmu Kedokteran. Medan.

Anthonius N. Tandal, L. Pingkan, Arsitektur Berwawasan Perilaku (Behavioral

Architetcture).

Republik Indonesia, 2010, “Pedoman Teknis Sarana, Prasarana Rumah Sakit

Kelas B”, Jakarta; Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Republik Indonesia, 2010, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 340 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, Jakarta: Menteri Kesehatan

Republik Indonesia, 2004, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 1173 tentang Rumah Sakit Khusus, Jakarta : Menteri Kesehatan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 2014-2019

Susi, dkk. “Masih Rendah, Kesadaran Masyarakat terhadap Kesehatan Gigi dan

Mulut “. 5 April 2015.

Unpad.ac.id/2014/05/masih-rendah-kesadaran-masyarakat-terhadap-kesehatan-gigi-dan-mulut/

Moore, Gary T, “Architecture and Human Behavior: The Place of