ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA.

ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR
RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Ilmu Ekonomi Pembangunan

Diajukan Oleh :

ADI PUTRA I.S.G.
0911010025/FE/IE

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

ADI PUTRA I.S.G.
0911010025/FE/IE
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
J AWA TIMUR
2013

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA


Yang diajukan

ADI PUTRA I.S.G.
0911010025/FE/IE
Disetujui untuk Ujian Skripsi oleh
Pembimbing Utama

DRA. EC. NINIEK IMANINGSIH, MP

Tanggal:………………………

NIP. 196111201987032001

Mengetahui,
A/N Dekan Fakultas Ekonomi
Wakil Dekan I

DRS.Ec.RACHMAN SUWAIDI, MS
NIP. 196003301986031003


Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
EKSPOR RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA

Yang diajukan

ADI PUTRA I.S.G.
0911010025/FE/IE
Telah diseminarkan dan disetujui untuk menyusun skripsi oleh

Pembimbing Utama

DRA. EC. NINIEK IMANINGSIH, MP

Tanggal:…………………………

NIP. 196111201987032001


Mengetahui,
Ketua Progdi Ekonomi Pembangunan

DRA. EC. NINIEK IMANINGSIH, MP
NIP. 196111201987032001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

SKRIPSI
ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR
RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA

Diajukan Oleh :

ADI PUTRA I.S.G.
0911010025/FE/IE
Telah dipertahankan dihadapan
Dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi
J urusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi

Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada Tanggal 27 September 2013
Pembimbing Utama

Tim Penguji :
Ketua

Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP
NIP. 196111201987032001

Dra. Ec. Niniek Imaningsih , MP
NIP. 196111201987032001
Sekr etaris

Dr s. Ec. Wiwin Priana, MT
NIP. 196008101990031001
Anggota

Dr. Ririt Iriani Sri Setiawati, SE, ME, AK
NIP. 195706031989032001


Mengetahui
Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “”Veteran” J awa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, SE, MM
NIP. 196309241989031001

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah dan
inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“ANALISA FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR
RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA”.

Adapun penulisan skripsi ini


sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan studi program Strata 1 pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa
Timur khususnya Program Studi Ekonomi Pembangunan. Sholawat serta salam
selalu tercurah pada qudwah khasanah kita Nabi Muhammad SAW yang selalu kita
nantikan syafaatnya kelak di yaumul qiyamah.
Banyak hambatan yang penulis dapatkan dalam penulisan skripsi ini, namun
dengan kerja keras serta tekad besar serta adanya bimbingan dan bantuan dari pihakpihak yang penulis sayangi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,
dengan kerendahan dan ketulusan hati penulis menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, MP Selaku

Dosen

pembimbing yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis dalam
penyusunan skripsi hingga ujian akhir skripsi ini, selain itu juga terima kasih sebesar
– besarnya kepada :
1. Bapak BASRI H SYAFIE dan Ibu ASMIATI TAMIN SISWANTO,
Terima kasih atas segala pengorbanan, kasih sayang, dukungan, serta
doa tulus yang tiada hentinya.
2. Bapak Prof.Dr.Ir. Teguh Sudarto, MP ,selaku rector Universitas
Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.


i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Niniek Imaningsih, Mp, selaku ketua program study
Ekonomi Pembangunan.
5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang telah dengan ikhlas
memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis.
6. Kedua kakak dari penulis AGUNG WIJAKSONO dan DWI JAYA
SANTOSO, suwun bro .
7. Seluruh keluarga besar yang selalu memberi dukungan dan dorongan
kepada penulis.
8. Teman – teman dari BARNABAZ, yang tak bisa disebutkan satu
persatu, Terima kasih atas semangat serta perhatiannya.
9. Teman-teman


seangkatan

penulis

Aditya

Wicaksono,

Ferry

Firmansyah, Yance K.S., Medi Satria Putra, Farid Afrizal, Irwanto,
Mustain, Rendy Harry, Maurice Y.K. dan lain-lain yang tidak bisa
penulis sebutkan satu persatu, terima kasih menjadi teman selama
kuliah dan selamanya .
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam segala hal terutama
yang berkaitan dengan kelancaran penulisan skripsi ini.

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


Penulis menyadari, masih banyak kekurangan yang ditemukan dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan
yang sifatnya membangun. Selanjutnya apabila terdapat kesalahan baik dalam materi
yang tersaji maupun dalam teknik penyelesaiannya, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Dan dengan segala kerendahan hati, semoga apa yang terdapat
dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak-pihak yang memerlukan.

Sidoarjo, September 2013

Penulis

iii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………………..i
Daftar Isi………………………………………………………………………….. iv

Daftar Tabel……………………………………………………………………......ix
Daftar Gambar ……………………………………………………………………. x
Daftar Lampiran………………………………………………………………….. xi
Abstraksi…………………………………………………………………………...xii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………1
1.1.

Latar BelakanMasalah……………………………………………... 1

1.2.

Perumusan Masalah……………………………………………… 5

1.3.

Tujuan Penelitian ……………………………………………….. 5

1.4.

Manfaat Penelitian ……………………………………………….. 5

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA ……………………………………………….. 6
2.1.

Penelitian Terdahulu………………………………………………. 6

2.2.

Landasan Teori ………………………..………………………….. 10
2.2.1. Teori Perdagangan International ……..………………….

10

2.2.1.1.

Teori Klasik ………………………………. 11

2.2.1.2.

Terhadap Teori Klasik…………………..… 13

2.2.1.3.

Kelemahan Teori Klasik…………………. 13

2.2.1.4.

Teori Modern.....…………………………… 14

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.1.5.

Teori Keynes……………………………… 15

2.2.1.6.

Para Pealaksana Perdagangan International 16

2.2.2. Teori Permintaan……………………………………………19
2.2.2.1.

Hukum Permintaan……………………….. 20

2.2.2.2.

Tidak Berlakunya Hukum Permintaan…… 22

2.2.2.3.

Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan…. 24

2.2.2.4

Pengertian Penawaran……………………... 25

2.2.2.5.

Hukum Penawaran………………………… 26

2.2.2.6.

Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran… 27

2.2.3. Teori Ekspor……………….………………………………..29
2.2.3.1.

Tujuan Ekspor……………………………. 29

2.2.3.2

Keadaan Yang Mengakibatkan
Bertambahnya Ekspor………………………30

2.2.3.3.

Proses Terjadinya Suatu Transaksi Ekspor… 31

2.2.3.4.

Pelaksana Ekspor………………………….. 33

2.2.3.5.

Penjualan dan Pemasaran Ekspor………… 35

2.2.4. Teori Produksi………..…………………………………….. 35
2.2.4.1.

Tujuan Produksi………………………….. 37

2.2.4.2

Manfaat Produksi………………………….. 38

2.2.4.3.

Bidang Produksi…………………………… 40

2.2.4.4.

Faktor Produksi…………………………….. 41

2.2.4.5.

Fungsi Produksi…………………………… 45
v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.2.4.6.

Tahapan Produksi…………………………..46

2.2.5.. Teori Kurs Valuta Asing……………………………............47
2.2.5.1.

Macam – Macam Teori Kurs Valuta Asing 48

2.2.5.2.

Perubahan – Perubahan Kurs Valuta Asing 49

2.2.5.3.

Tujuan Melakukan Transaksi Kurs Valuta
Asing………………………………………. 52

2.2.5.4.

Jenis – Jenis Transaksi Kurs Valas……….. 55

2.2.6. Teori Inflasi…………………………………………………57
2.2.6.1.

Macam – Macam Inflasi………………….. 58

2.2.6.2.

Efek Inflasi……………………………….. 62

2.2.6.3.

Cara Pencegahan Inflasi………………….. 63

2.2.7. Teori GDP (Gross Domestic Product)…………………… 65
2.2.7.1.

Perhitungan Pendapatan Nasioanal……….. 65

2.2.7.2.

Keterbatasan Perhitungan Pendapatan
Nasionaal………………………………….. 68

2.2.8. Teori BOP (Balance Of Payment)…………………………… 69
2.2.8.1.

Defisit dan Surplus Pada Current Account.. 72

2.2.8.2.

Defisit dan Surplus Pada BOP…………… 75

2.2.8.3.

Kebijakan Untuk Mengurangi Defisit BOP.. 76

2.2.8.4.

BOT (Balance Of Trade)………………… 78

2.3.

Kerangka Pikir……………………………………………………. 79

2.4.

Hipotesis………………………………………………………….. 83
vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB III METODE PENELITIAN …………………………………………… 84
3.1

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel…………………….84

3.2

Teknik Penentuan Sampel…………………………………..............85

3.3

Teknik Pengumpulan Data………………………………………….86

3.4

Teknik Analisa dan Uji Hipotesis………………………………... 86

3.5

Asumsi Klasik Analisis Regresi Linier Berganda (BLUE)…………90

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………………………. 95
4.1.

Deskripsi Obyek Penelitian………………………………………. 95
4.1.1. Gambaran Umum Rumput Laut Indonesia………………. 95

4.2.

Deskripsi Hasil Penelitian…………………………………………. 99
4.2.1. Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia….100
4.2.2. Perkembangan Volume Ekspor Rumput Laut
Indonesia ke China………………………………...............101
4.2.3. Perkembangan Jumlah Produksi…………………………...102
4.2.4. Perkembangan Kurs Dollar Terhadap Rupiah……………..103
4.2.5. Perkembangan Inflasi China……………………………….104
4.2.6. Perkembangan GDP China…………………………………105
4.2.7. Perkembangan BOP Indonesia……………………………..106

4.3.

Hasil Analisis dan Pengujian Hipotesis…………………………….107
4.3.1. Analisis Asumsi Regresi Klasik (Uji BLUE)……………...111
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan……………………………..112
4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial………………………………..114
vii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4.3.4. Pembahasan………………………………………………..122
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………..124
5.1.

Kesimpulan………………………………………………………...124

5.2.

Saran………………………………………………………………..127

Daftar Pustaka
Lampiran

viii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR
RUMPUT LAUT INDONESIA KE CHINA
Abstraksi
Oleh :
Adi Putra I.S.G.

Pembangunan perikanan budidaya, khususnya rumput laut memberikan
kontribusi yang cukup baik bagi perkembangan ekspor Indonesia ke pangsa pasar
dunia yaitu China. Dengan potensi pasar yang baik maka rumput laut
dimungkinkan dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industry dalam negeri
maupun tujuan ekspor sebagai penghasil devisa.
Dengan menggunakan peranti lunak Program SPSS dan Analisis Regresi
Linier Berganda, secara parsial jumlah produksi tidak berpengaruh terhadap
ekspor rumput laut Indonesia ke China karena rumput laut Indonesia masih sangat
di minati oleh China oleh karena itu naik turunnya jumlah produksi tidak akan
mempengaruhi volume ekspor rumput laut Indonesia ke China. Kurs valas (X2)
secara parsial berpengaruh terhadap ekspor rumput laut karena dengan naiknya
kurs valas akan mempengaruhi elastisitas permintaan barang ekspor tinggi,
sehingga akan meningkatkan volume ekspor rumput laut. Inflasi (X3), secara
parsial tidak berpengaruh terhadap ekspor rumput laut karena rumput laut
merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat China baik untuk di konsumsi
maupun di produksi, sehingga naik turunnya inflasi tidak akan mempengaruhi
volume ekspor rumput laut Indonesia ke China. GDP China (X4), secara parsial
tidak berpengaruh terhadap ekspor rumput laut Indonesia ke China karena China
juga akan melakukan ekspor sesuai dengan kebutuhan produksinya tetapi dalam
bentuk yang sudah olahan, oleh karena itu naik turunnya GDP China tidak akan
mempengaruhi volume ekspor rumput laut Indonesia ke China. BOP Indonesia
(X5), secara parsial berpengaruh terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia
ke China karena dengan naiknya BOP akan meningkatkan volume ekspor rumput
laut Indonesia ke China.

xii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Negara yang ada di dunia ini baik negara – negara maju maupun negara
sedang berkembang tentu melaksanakan pembangunan ekonomi. Maksudnya
adalah

untuk

menaikkan pendapatan

riil

perkapita atau

paling tidak

mempertahankan tingkat pendapatan yang telah dicapai guna mendapatkan
kesejahteraan.
Bagi negara sedang berkembang, pembangunan ekonomi jelas
dimaksudkan untuk meningkatkan taraf hidup sehingga setaraf dengan tingkat di
negara – negara maju. Negara berkembang saat ini telah menyadari antara negara
maju dan negara berkembang saat ini telah tidak jauh mengalami perbedaan.
Dengan begitu maka pembangunan ekonomi harus dirancang sesuai dengan
keadaan negara yang ada, dimana nantinya dapat menjamin penggunaan faktor –
faktor produksi yang ada dengan sebaik – baiknya untuk mencapai tujuan – tujuan
yang diharapkan.
Pemilihan kebijaksanaan pembangunan harus ditentukan atas dasar sifat
dan tujuan yang berbeda – beda yang dicapai, misalnya yaitu tambahnya
pendapatan riil perkapita, hapusnya pengangguran, mencapai neraca pembayaran
international yang seimbang, dan tidak tergantung pada pasar luar negeri baik
untuk bahan – bahan dasar maupun untuk hasil produksinya. Bila beberapa tujuan
tersebut hendak dicapai maka kebijaksanaan ekonomi hendaknya disesuaikan.

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

Dengan kepentingan komperatif masing - masing tujuan yang ditentukan oleh
struktur dan sistem penilaian masing - masing negara yang bersangkutan (
suprakmo, 2002 : 185 )
Pembangunan perikanan budidaya mempunyai peluang yang sangat
besar dilihat dari lingkungan strategis dan potensi sumberdaya yang tersedia,
yakni berupa : peningkatan jumlah penduduk dunia membutuhkan semakin
banyak penyediaan ikan, pergeseran pola konsumsi masyarakat dunia ke produk
perikanan, tuntutan penyediaan makanan bermutu tinggi dan memenuhi
kesehatan, dan keunggulan komperatif terhadap pasar dunia karena letaknya
relative dekat dengan negara tujuan ekspor, seperti China, Hongkong, USA, dan
Eropa, dan potensi sumber daya lahan yang besar dan belum dimanfaatkan secara
optimal.
Indonesia memiliki pulau sejumlah kurang lebih 17.500 buah, disertai
wilayah kelautan yang luas 5,8 juta km dengan garis pantainya sepanjang 81.000
km, hal itu merupakan aset bangsa yang cukup besar sehingga banyak
menghasilkan potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang beraneka –
ragam. Ditambah dengan keuntungan tempat yang strategis, yaitu dekat dengan
pasar perikanan dunia. Saat ini terdapat empat pasar utama perikanan dunia, yaitu
China, Amerika Serikat, Hongkong, dan Eropa. Dua diantaranya terdapat di
kawasan Asia Pasifik yang berdekatan dengan Indonesia. Pasar utama ekspor
rumput laut Indonesia di Asia adalah China. Namun dengan bertambahnya
perkembangan negara - negara industri baru di Asia, seperti Filipina, Hongkong,
Korea Selatan, Taiwan, Singapura, Thailand, dan Malaysia, merupakan peluang

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

pasar bagi hasil perikanan Indonesia, terutama untuk mengembangkan industri
perikanannya ( Nopirin, 75 : 2006 ).
Potensi kawasan pengembangan budidaya rumput laut sangat besar,
mengingat jumlah pulau dan garis pantainya serta kelimpahan keanekaragaman
komoditas yang potensial untuk dapat dikembangkan melalui kegiatan budidaya
rumput laut. Pemanfaatan rumput laut mampu menyerap tenaga kerja sebagian
sumber peningkatan pendapatan keluarga tani – nelayan dan penyediaan bahan
baku olahan baik didalam negeri maupun luar negeri, yang terbuka luas serta
tersedianya teknologi yang makin berkembang dengan pesatnya.
Potensi pasar komoditas budidaya rumput laut cukup besar baik untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku industri dalam negeri maupun tujuan ekspor
sebagai penghasilan devisa. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan
industri dalam negeri serta meningkatnya permintaan luar negeri, akan sangat
membuka peluang pasar yang cukup besar bagi komoditas rumput laut dari hasil
budidaya. Ekspor rumput laut Indonesia ke China selama periode Tahun 1991 –
2010 perkembangannya sangat menggembirakan walaupun sedikit berfluktuasi,
dimana terjadi kenaikan yang cukup baik mulai dari 90 ton pada tahun 1991
sampai 57.500 ton pada tahun 2010 dimana pertahunnya mengalami kenaikan
dengan rata – rata 26,14 % selama periode tersebut ( BPS diolah, 2010 ).
Volume ekspor rumput laut Indonesia pada tahun 2010 telah mencapai
123.075 ton. Negara yang terbesar menerima ekspor rumput laut dari Indonesia
adalah China, yaitu mencapai 53,2 % atau sebesar 57.500 ton dari total volume
ekspor tahun 2010, kemudian Amerika Serikat dengan menerima sekitar 16,64 %
- nya atau 20.479 ton, dan Hongkong 8% atau 9846 ton.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

Selanjutnya disusul dengan Korea, Taiwan, Jepang, Denmark, Spanyol dan
lain sebagainya. Sedangkan nilai ekspor rumput laut Indonesia pada tahun 2010
menghasilkan devisa bagi negara sebesar US$ 246.150 juta yang dihasilkan dari
China sebesar US$ 115 juta, kemudian di ikuti Amerika Serikat sebesar US$
40,958 juta, dan Hongkong sebesar US$ 19,692 juta, Sedangkan sisanya di dapat
dari Ekspor ke Korea, Jepang, Taiwan, Denmark, Spanyol dan lain sebagainya
(BPS diolah, 2010)
Prospek produk pasar olahan rumput laut dimasa mendatang
menunjukkan adanya peningkatan, hal ini disebabkan oleh perkembangan yang
cukup pesat jumlah penduduk negara kita dan berkembangnya diversifikasi
produk olahan rumput laut. Jumlah penduduk yang cukup besar ini merupakan
pasar potensial bagi produk olahan rumput laut, baik sebagai sumber bahan
pangan, farmasi, kosmetik maupun industri – industri lainnya. Mengingat potensi
dan harapan yang sangat besar tersebut, pembangunan perikanan budidaya
rumput laut di masa mendatang akan di dorong lebih kuat untuk mencapai tujuan
dan sarana yang diharapkan, yaitu meningkatkan kontribusi terhadap pencapaian
sasaran pembangunan perikanan secara keseluruhan, khususnya peningkatan
ekspor.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

1.2 Per umusan Masalah
Dari uraian di atas, permasalahannya adalah
1. Apakah jumlah produksi, kurs valuta asing, inflasi, GDP (Gross Domestic
Product), serta BOP (Balance Of Payment) berpengaruh terhadap volume
ekspor rumput laut Indonesia ke China ?
2. Manakah di antara factor tersebut yang paling dominan berpengaruh
terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia ke China ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh jumlah produksi, kurs valuta asing, inflasi,
GDP (Gross Domestic Product), serta BOP (Balance of Payment),
terhadap volume ekspor rumput laut Indonesia ke China ?
2. Untuk mengetahui faktor mana yang paling berpengaruh terhadap volume
ekspor rumput laut Indonesia ke China ?
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Mahasiswa
Sebagai masukan dan informasi bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan masalah Perdagangan International.
2. Bagi Universitas
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat khususnya bagi fakultas
Ekonomi UPN “Veteran” guna melengkapi perbendaharaan perpustakaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

BAB II
TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Peneliti Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai peranan
ekspor, hasil penelitian tersebut adalah :
a. Angga (2005: 30) dengan judul “Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi
Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia ke China”. Hasil dari penelitian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa :
Dari hasil penelitian secara simultan menunjukkan adanya
hubungan yang nyata antara variabel bebas. Nilai tukar dolar Amerika
terhadap Rupiah (X1), Harga rata-rata ekspor rumput laut (X2), dan
Volume produksi rumput laut (X3) terhadap variabel terikat yaitu Nilai
ekspor rumput laut (Y). Ini dapat diketahui dari uji F yaitu Fhitung = 4,334 >
Ftabel = 3,59.
Sedangkan uji secara Parsial untuk nilai dolar Amerika terhadap
Rupiah tidak berpengaruh secara nyata terhadap nilai ekspor rumpurt laut
diperoleh thitung = 0,062 < ttabel = 2,20. Harga rata-rata berpengaruh secara
nyata terhadap nilai ekspor rumput laut dengan diperoleh thitung = 3,210 >
ttabel = 2,201 ,sedangkan untuk volume produksi rumput laut tidak
berpengaruh secara nyata terhadap nilai ekspor rumput laut dengan
diperoleh thitung = 1,40 < ttabel = 2,201.

6
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

b.

Ajeng

(2006)

dengan

judul

“Analisis

Faktor-Faktor

yang

Mempengaruhi Volume Ekspor Rumput Laut Indonesia Ke Jepang”.
Dengan menggunakan variabel terikat yaitu volume ekspor rumput laut
Indonesia ke Jepang dan variabel bebas yaitu kurs Dollar Amerika Serikat
(X1), harga rata-rata ekspor (X2), BOP Indonesia (X3) dan Inflasi Jepang
(X4). Dalam menguji secara simultan dengan menggunakan uji F
menunjukkan pengaruh nyata terbukti dengan nilai Fhitung (35,60) > F

tabel

(4,2). Kemudian untuk mengetahui hubungan secara parsial maka
digunakan uji t dan t hitung untuk (X1) 3,56 ,(X2) 6,85 ,(X3) 4,68 ,(X4) 0,60,
sehingga hanya variabel (X2) dan (X3) yang berpengaruh positif terhadap
variabel terikat.
c. Indra (2006: 7) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Nilai Ekspor Rumput Laut Indonesia di Fhilipina”. Dalam menguji secara
simultan dengan menggunakan uji F menunjukkan pengaruh nyata antara
variabel bebas yang terdiri dari Jumlah Produksi (X1), Kurs US$ terhadap
rupiah (X2) Harga rata-rata ekspor (X3), GDP Fhilipina (X4) dengan
variabel terikat yaitu Nilai Ekspor Rumput Laut (Y) terbukti dengan nilai
Fhitung (49,362) > Ftabel (5,91). Kemudian untuk mengetahui hubungan
secara parsial maka digunakan uji t dan thitung untuk (X1) 2,478 ,(X2) 8,75 ,
(X3) 0,57 ,(X4) 1,65 ,sehingga hanya variabel (X2) yang berpengaruh
secara nyata terhadap variabel terikat disebabkan karena kenaikan kurs
USS dalam periode tertentu menjadi tolak ukur produsen di sebuah negara

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

untuk melakukan transaksi ekspor sehingga dapat mempengaruhi nilai
ekspor rumput laut Indonesia.
d. Risman (2007) mengangkat judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Ekspor Rumput Laut Indonesia”. Penelitian dilakukan
untuk mengetahui faktor apa yang mempengaruhi ekspor rumput laut
Indonesia dan juga mencari strategi untuk meningkatkan ekspornya. Data
yang digunakan dalam penelitian berupa data sekunder tahun 1986-2005
yang diperoleh dari instansi seperti BPS, DKP, dan instansi terkait lainnya.
Data kemudian dianalisis dengan menggunakan tabulasi dan analisis
regresi berganda dengan persamaan tunggal yaitu dari sisi ekspor saja.
Sedangkan untuk mencari strategi untuk peningkatan ekspor digunakan
metode SWOT. Hasil dari penelitian Risman menunjukkan bahwa faktor
yang berpengaruh nyata terhadap ekspor ke Hongkong adalah variabel
harga ekspor rumput laut. Sedang untuk Jepang, tidak ada satupun faktor
yang dianalisis berpengaruh nyata terhadap ekspor rumput laut Indonesia.
Untuk Denmark, ekspor dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah. Alternatif
strategi yang dihasilkan dalam penelitian, berdasarkan analisis SWOT
yang telah dilakukan adalah : (1) SO (Pemerintah melakukan observasi
lokasi perairan yang cocok untuk dijadikan budidaya rumput laut untuk
memperluas area budidaya); (2) ST (Meningkatkan kualitas, kuantitas,
dan kontinuitas produksi melalui budidaya rumput laut); (3) WO
(Melakukan kerjasama antara pembudidaya dengan pemerintah, membuat
situs jaringan sumberdaya setiap daerah, kelompok pembudidaya rumput

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

laut kerjasama dengan pengusaha lokal mendirikan koperasi); (4) WT
(Pemerintah memberikan penyuluhan, pendidikan dan ketrampilan bagi
pembudidaya

rumput

laut,

dan

pemerintah

sering

melakukan

pengawasan/pemeriksaan produk untuk mencegah hal-hal yang tidak
diinginkan termasuk penolakan produk oleh negara importir).
e. Wirawan (2007) meneliti tentang “Aspek-aspek Permintaan Rumput Laut
Indonesia di pasar Jepang. Penelitian ini bersifat kuantitatif yang
dilakukan dengan data empirik, dengan metode analisis regresi. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder kuantitatif, yang terdiri dari harga
rata-rata produk rumput laut Indonesia di Jepang, nilai tukar Yen terhadap
Rupiah, Ekspor rumput laut dari negara pesaing, dan pendapatan nasional
Jepang. Permintaan impor rumput laut Jepang dari evaluasi yang telah
dilakukan dapat dijelaskan oleh model regresi semi log. Hasil yang
diperoleh dari penelitian tersebut adalah, bahwa perubahan permintaan
rumput laut Indonesia oleh Jepang tidak dipengaruhi oleh nilai tukar. Hal
ini terjadi karena pemenuhan kebutuhan rumput laut di Jepang sudah
terpenuhi untuk spesialialisasi tertentu, jadi penggunaan rumput laut di
Jepang yang diimpor dari negara-negara lain memiliki penggunaan
kekhasan tersendiri. Oleh karena itu, impor rumput laut di Jepang tidak
saling substitusi.

.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu di atas, maka
terdapat persamaan dan perbedaan dengan penelitian yang dilakukan.
Persamaannya yaitu terletak pada faktor yang mempengaruhi ekspor,
sedangkan perbedaannya adalah terletak pada fokus permasalahan dan
jenis alat yang digunakan..
2.2. Landasan Teori
Landasan teori yang dibahas dalam masalah ini adalah teori - teori
yang mendasari dalam penulisan penelitian ini yang ada kaitannya dengan
variabel-variabel yang dibahas. Dalam hal ini adalah Jumlah produksi
rumput laut, Kurs Dollar terhadap rupiah, Inflasi , GDP (Gross Domestic
Product), serta BOP (Balance Of Payment).
2.2.1 Teori Perdagangan Internasional
Definisi perdagangan Internasional adalah terdiri dari kegiatan-kegiatan
perniagaan dari suatu negara asal (country of origin) yang melintasi perbatasan
menuju suatu negara tujuan (country of destination) suatu perusahaan (MNC) /
suatu pemerintahan negara untuk melakukan perpindahan teknologi (pabrik) dan
perpindahan merek dagang. Robbock membahas “Perdagangan Internasional” dari
sudut manajemen dan merinci kegiatan-kegiatan perdagangan sebagai berikut :
1. Perdagangan Internasional terjadi melalui perpindahan barang-barang,
perpindahan jasa-jasa dari suatu negara ke negara lain yang disebut
transfer of goods and services.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

2. Perdagangan Internasional juga melewati perpindahan modal yaitu
masuknya investasi asing dari luar negeri yang disebut transfer of
capital.
3. Tenaga kerja juga merupakan obyek dalam perdagangan internasional.
Pada kenyataannya, tenaga kerja tidak hanya pindah dari desa ke kota
(Dari rural ke urban). Dalam perdagangan internasional transfer of
labour mendorong masuknya tenaga-tenaga ahli dan tenaga teknisi dari
luar negeri.
4. Perdagangan internasional dapat dilakukan melalui transfer of
technology yaitu dengan cara mendirikan pabrik-pabrik di negaranegara lain.
5. Keberhasilan dari suatu perdagangan internasional tergantung dari
transfer of data dan informasi terutama dalam penyampaian informasi
tentang kepastian tersedianya bahan baku dan pangsa pasar. (Waluya,
2005: 3).
2.2.1.1.Teori Klasik :
1. Kemanfaatan Absolut (Absolute Advantage : Adam Smith)
Teori ini lebih mendasarkan pada besaran (variabel) riil bukan
moneter sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory)
perdagangan internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan
perhatiannya pada variabel riil seperti misalnya nilai suatu barang diukur
dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

barang. Makin banyak tenaga kerja yang digunakan akan makin tinggi nilai
barang tersebut (labour theory of value).
Teori ini memiliki dua manfaat yaitu :
1. Memungkinkan kita dengan secara sederhana menjelaskan tentang
spesialisasi dan keuntungan pertukaran.
2. Meskipun pada teori-teori berikutnya (Teori modern) kita tidak
menggunakan teori nilai tenaga kerja namun prinsip teori ini tetap
tidak bisa ditinggalkan (tetap berlaku) (Nopirin, 2006: 8).
2.

Kemanfaatan Relatif (Comparative Advantage : J.S Mill)
Teori ini menyatakan bahwa suatu negara akan menghasilkan dan
kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki comparative advantage
terbesar dan mengimpor barang yang memiliki comparative disadvantage,
yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan lebih murah dan mengimpor
barang kalau dihasilkan sendiri memakan ongkos yang besar. Teori ini pada
dasarnya menyatakan bahwa nilai suatu barang ditentukan oleh banyaknya
tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi suatu barang tersebut.
Makin banyak tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi suatu
barang, makin mahal barang tersebut (Nopirin, 2006: 11).

3.

Biaya Relatif (Comparative Cost : David Ricardo)
Titik pangkal teori Ricardo tentang perdagangan internasional adalah
teorinya tentang nilai/value. Menurut dia nilai/value sesuatu barang
tergantung dari banyaknya tenaga kerja yang dicurahkan untuk memproduksi
barang tersebut (labour cost value theory).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2.2.1.2.Terhadap Teori Klasik
Terhadap teori klasik ada beberapa kritik :
-

Bahwa tenaga kerja nyatanya tidak homogen

-

Mobilitas tenaga kerja di dalam negeri mungkin tidak sebebas seperti
dalam anggapan klasik. Hal ini disebabkan oleh ikatan keluarga,
ketidaktentuan tentang pekerjaan yang baru di tempat dan sebagainya.

-

Dengan adanya non competing group dari tenaga kerja menyebabkan
tidak mungkin nilai suatu barang dinyatakan dengan banyaknya tenaga
kerja yang dibutuhkan.
Namun demikian teori klasik ini masih mengandung kebenaran

bahwa perdagangan bebas atau free trade seperti yang dianjurkannya dapat
menimbulkan spesialisasi yang akan menaikkan efisiensi produksi
(Nopirin, 2006: 16).
2.2.1.3.Kelemahan Teori Klasik
Teori klasik menjelaskan bahwa keuntungan dari perdagangan
internasional itu timbul karena adanya comparative advantage yang
berbeda antara dua negara. Teori nilai tenaga kerja menjelaskan mengapa
terdapat perbedaan di dalam fungsi produksi antara dua negara atau lebih.
Jika fungsi produksinya sama, maka kebutuhan tenaga kerja juga akan
sama nilai produksinya sehingga tidak akan terjadi perdagangan
internasional. Oleh karena itu syarat timbulnya perdagangan antar negara
adalah perbedaan fungsi produksi di antara dua negara tersebut. Namun

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

teori klasik tidak dapat menjelaskan mengapa terdapat perbedaan fungsi
produksi antar dua negara (Nopirin, 2006: 19).
Teori modern mulai dengan anggapan bahwa fungsi produksi itu
sama dan menjelaskan faktor penyebab terjadinya perbedaan dalam
comparative advantage adalah proporsi pemilihan faktor produksi. Teori
ini kemudian dikenal dengan faktor proportions theory oleh Hecksher dan
Ohlin (Nopirin, 2006: 19).
2.2.1.4.Teori Modern :
1. Faktor Proporsi (Hechsher dan Ohlin)
Teori ini menyatakan bahwa perbedaan dalam opportunity cost suatu
negara dengan negara lain terjadi karena adanya perbedaan dalam jumlah
faktor yang dimilikinya.
Suatu negara memiliki tenaga kerja lebih banyak daripada negara lain,
sedangkan negara lain memiliki kapital lebih banyak daripada negara tersebut
sehingga dapat menyebabkan terjadinya pertukaran (Nopirin, 2006: 20).
2. Teori Per mintaan dan Penawaran
Pada prinsipnya perdagangan antara dua negara itu timbul
karena adanya perbedaan di dalam permintaan maupun penawaran.
Permintaan ini berbeda misalnya, karena perbedaan pendapatan dan
selera sedangkan perbedaan penawaran misalnya, dikarenakan
perbedaan di dalam jumlah dan kualitas faktor-faktor produksi, tingkat
teknologi dan eksternalitas (Nopirin, 2006: 26).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

3. Kesamaan Harga Faktor Produksi (Factor Price Equalization)
Inti dari teori ini adalah bahwa perdagangan bebas cenderung
mengakibatkan harga faktor-faktor produksi sama di beberapa negara
(Nopirin, 2006: 24).
2.2.1.5.Teori Keynes
Keynes mengemukakan suatu pandangan lain mengenai proses
penentuan kegiatan ekonomi dalam suatu negara. Pandangan tersebut
terdiri dari :
1. Penggunaan Tenaga Kerja Penuh Tidak Selalu Dicapai
Menurut Keynes ada suatu keadaan yang dapat terjadi pada
suatu waktu yakni, kemampuan faktor-faktor produksi untuk
menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa adalah jauh lebih besar dari
permintaan masyarakat yang wujud. Dengan kata lain, kekurangan
permintaan agregat dalam perekonomian merupakan sumber dari
pengangguran dan kemunduran perekonomian yang sangat buruk.
Dengan kata lain penggunaan tenaga kerja penuh adalah keadaan yang
jarang terjadi, dan hal ini disebabkan karena kekurangan permintaan
agregat yang wujud dalam perekonomian (Sukirno, 2005: 74).
2. Penentuan Tingkat Tabungan dan Investasi
Keynes menyatakan bahwa besarnya tabungan yang dilakukan
oleh rumah tangga bukan tergantung kepada tinggi rendahnya tingkat
bunga. Tetapi tergantung pada besar kecilnya pendapat rumah tangga
itu. Makin besar jumlah pendapatan yang diterima oleh suatu rumah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

tangga, maka semakin besar pula jumlah tabungan yang akan
dilakukan olehnya, begitu pula sebaliknya. Ini berarti, menurut
pandangan Keynes, jumlah pendapatan yang diterima rumah tangga
dan bukan tingkat bunga yang menjadi penentu utama dari jumlah
tabungan yang akan dilakukan oleh suatu rumah tangga (Sukirno,
2005: 76).
3. Tingkat Upah dan Kegiatan Ekonomi Negara
Dalam suatu perekonomian modern akan dapat dilihat bahwa
tingkat upah tidak mudah mengalami penurunan. Sebagai akibatnya
pengangguran menjadi lebih sukar untuk dihapuskan. Dalam
perekonomian modern terdapat persatuan-persatuan pekerja yang
selalu mempertahankan dan memperjuangkan perbaikan nasib para
pekerja. Usaha ini termasuklah menjaga agar para pekerja diberi upah
yang wajar. Persatuan pekerja akan selalu menentang setiap usaha
untuk menurunkan tingkat upah yang dibayarkan kepada para pekerja
(Sukirno, 2005: 79).
2.2.1.6.Para Pelaksana Perdagangan Internasional
Para pelaksana dalam perdagangan internasional dalam arti
pelaksana ekspor-import dapat dibagi dalam 5 (lima) kelompok sebagai
berikut :
a. Kelompok Identor
Sebagaimana telah dikemukakan, bila mana kebutuhan atas
suatu barang belum dapat dipengaruhi dari produksi dalam negeri,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

maka terpaksa di impor dari luar negeri. Diantara barang-barang
kebutuhan itu ada yang diimpor untuk konsumsi sendiri dan ada
kalanya untuk dijual kembali. Perlu dikemukakan bahwa tidak semua
peminat barang impor ini melaksanakan impornya sendiri langsung
dari luar negeri, tapi malah sebagian besar pelaksanaan impor itu
mereka serahkan pada perusahaan yang sudah biasa mengimpor jenis
barang yang dibutuhkan itu. Tegasnya adalah bahwa para peminat ini
menempatkan pesanan (mengindent) kepada importir yang sudah
biasa. (Amir, 2005: 61).
b. Kelompok Importir
Dalam perdagangan internasional, importir memikul tanggung
jawab kontraktual atas terlaksananya dengan baik barang yang diimpor.
Hal ini berarti importir memikul resiko atas segala sesuatu mengenai
barang yang diimpor baik resiko kerugian, kerusakan, keterlambatan,
dari barang yang dipesan, termasuk resiko penipuan dan manipulasi.
(Amir, 2005: 64).
c. Kelompok Promosi
Masalah perdagangan luar negri sudah merupakan bagian yang
tidak dapat dipasahkan dari masalah ekonomi nasional seluruhnya.
Agar kegiatan perdagangan ekspor impor dapat berjalan dan
mendatangkan devisa yang besar bagi negara perlu pula dukungan dari
berbagai pihak yang secara tidak langsung terlibat dalam kegiatan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

tersebut, salah satunya adalah kelompok promosi. Kelompok promosi
terdiri atas berbagai bagan antara lain :
1) Kantor perwakilan dan produsen atau eksportir asing negara
konsumen atau importer.
2) Kantor perwakilan KADIN yang ada di dalam negeri ataupun luar
negeri.
3) Msi Perdagangan dan Pameran Dagang International.
4) BPEN.
5) Kantor Bank Devisa.
6) Atase Perdagangan dan Trade Commisioner ataupun bagian
ekonomi dan kedutaan di luar negeri.
7) Majalah Dagang dan Industri maupun Trade Directorie.
8) Brosur dan leaflet yang dibuat oleh masing – masing pengusaha
ekspor termasuk price list.
d. Kelompok Eksportir
Kalau importir dengan kata lain disebut pembeli (Buyer) maka
eksportir lazim pula disebut sebagai penjual (Seller) ataupun juga
sebagai pensuplai (pemasok) atau supplier. Antara dua kelompok
inilah sesungguhnya terjadi ikatan kontrak perdagangan internasional.
Kedua kelompok

inilah sesungguhnya terjadi ikatan kontrak

perdagangan internasional. Kedua kelompok inilah yang merupakan
pelaku utama perdagangan internasional (Amir, 2005: 67).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

e. Kelompok Pendukung
Seperti yang telah diutarakan importir dan eksportir merupakan
pelaksana utama dalam perdagangan internasional. Namun disamping
itu terdapat pula badan usaha lain yang mempunyai peranan yang besar
pula dalam menunjang serta menjamin kelancaran pelaksana impor
maupun ekspor itu secara keseluruhannya. Dimana kelompok ini
terdapat :
1. Bank-bank devisa.
2. Badan usaha transportasi.
3. Maskapai Pelayaran.
4. Maskapai Asuransi.
5. Kantor perwakilan/kedaulatan.
6. Surveyor.
7. Pabean (Amir, 2005: 61).
2.2.2. Teori Per mintaan
Setiap orang dihadapkan pada kebutuhan yang tidak pernah
terbatas di lain pihak sumber daya sebagai alat pemuasnya tersedia sangat
terbatas (langkah). Dalam dunia nyata sebuah barang mempunyai harga,
maka permintaan baru mempunyai makna apabila didukung oleh daya beli
konsumen. Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan
saja disebut permintaan absolute atau potensial.
Permintaan akan suatu jenis barang ialah jumlah-jumlah barang itu
yang pembeli (atau pembeli-pembeli) bersedia membelinya pada tingkat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

harga yang berlaku pada suatu pasar tertentu dan dalam waktu yang
tertentu pula (Rosyidi, 2002: 239).
Ada beberapa hal penting yang dapat dilihat dari definisi
permintaan atas itu. Yang pertama adalah bahwa permintaan merupakan
sederetan angka yang menunjukkan banyaknya satuan barang yang
diminta pada berbagai angkat harga. Hal kedua yang terpenting adalah
bahwa barang yang diselidiki dalam satu permintaan adalah suatu jenis
barang saja, dan bahwa permintaan itu terjadi di pasar serta waktu yang
juga tertentu.
2.2.2.1.Hukum Per mintaan
Pada hakekatnya permintaan barang dapat berubah karena
perubahan harga. Sejak jaman klasik telah ditiadakan penelitian terhadap
hubungan yang terdapat antara harga dan permintaan barang. Hasilnya
telah dirumuskan menjadi hukum permintaan yang berbunyi “Perubahan
harga mempunyai pengaruh terbalik terhadap perubahan permintaan”.
Maksudnya, pada waktu harga naik permintaan akan turun, sedangkan
apabila harga turun permintaan akan naik.
Hukum permintaan menyatakan bahwa jika harga naik, maka
jumlah output yang diminta akan turun. Demikian pula sebaliknya, jika
harga turun maka output yang diminta akan naik (Rosyidi, 2002: 242).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

Gambar 1 : Kurva Per mintaan

Harga
Per
Kg

D

Sumber : Rosyidi Suherman, 2011, Pengantar Teori Ekonomi, Penerbit
Raja Grafindo Persada, Jakarta, halaman 293.

Pada gambar 1, harga yang dimaksud adalah harga per unit, dan
bukan harga keseluruhan. Unit adalah satuan, entah apa pun satuan itu,
mungkin karung, mungkin keranjang, mungkin ikat dls. Sedang sumbu
datar yang ditulis sebagai Q (quantity – kuantitas) itu lengkapnya adalah
“kuantitas persatuan waktu”. Jelasnya, angka-angka yang tertera di dalam
sumbu datar pada Gambar I itu dapat berubah setiap saat, sebab angkaangka itu hanya berlaku untuk suatu periode waktu yang tentu saja. Sesuai
dengan maksud definisi permintaan diatas (Rosyidi, 2011: 293).
Kalau dilihat pada Gambar 2, di bawah ini maka naiknya harga dari
OP menjadi OP’ akan menyebabkan turunnya jumlah barang yang diminta
dari OQ ke OQ’. Sebaliknya, turunnya harga dari OP ke OP” akan
mengakibatkan naiknya jumlah barang yang diminta dari OQ ke OQ”.
Gerakan seperti itu bersesuaian benar dengan apa yang dinyatakan oleh
gambar sebelumnya di atas.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Gambar 2 : Hukum Per mintaan

Sumber : Rosyidi Suherman, 2011, Pengantar Teori Ekonomi, Penerbit
Raja Grafindo Persada, Jakarta, halaman 293.

2.2.2.2.Tidak Ber lakunya Hukum Per mintaan.
Adakalanya hukum permintaan tidak berlaku, yaitu kalau harga suatu
barang naik justru permintaan terhadap barang tersebut meningkat. Paling
tidak ada tiga kelompok barang dimana hukum permintaan tidak berlaku:
1. Barang yang memiliki unsur spekulasi.
Misalnya saja emas, saham, dan tanah. Barang-barang itu dapat
menyebabkan orang akan menambah pembeliannya pada saat harganya
naik, karena ada unsur spekulasi. Mereka mengharapkan harga akan
naik lagi pada saat harga barang itu naik, dengan demikian mereka
mengharapkan akan memperoleh keuntungan.
2. Barang Prestise
Barang-barang yang dapat menambah prestise seseorang yang
memilikinya umumnya berharga mahal sekali. Kalau barang tersebut

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

naik harganya boleh jadi menyebabkan permintaan terhadap barang itu
meningkat, karena bagi orang yang membeli gengsinya naik.
3. Barang Giffen
Untuk barang giffen (giffen good), apabila harganya turun
menyebabkan jumlah barang yang diminta akan berkurang. Hal ini
disebabkan daripada naiknya jumlah barang yang diminta karena
berlakunya efek subtitusi yang selalu positif. Dalam hal ini, apabila
suatu barang harganya turun, cateris paribus, maka pendapatan nyata
(real income) konsumen bertambah. Untuk kasus barang giffen, kenaikan
pendapatan nyata konsumen justru mengakibatkan permintaan terhadap
barang tersebut menjadi berkurang (Rahardja, 2003: 36).
Hukum permintaan hanya berlaku pada saat-saat tertentu, karena
ada asumsi bahwa keadaan lain tidak berubah (cateris paribus). Keadaan
lain yang diasumsikan tidak berubah adalah sebagai berikut :
a. Penghasilan Seseorang Tetap
Jika penghasilan bertambah kenaikan harga tidak banyak
mempengaruhi permintaan. Jika masyarakat yang penghasilannya
bertambah, mungkin saja permintaan mereka tetap (tidak turun
walaupun harga barang naik).
b. Selera Konsumen
Selera atau kegemaran konsumen akan barang diasumsikan
tetap. Jika konsumen sudah tidak lagi menggemari barang tersebut,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

walaupun harga barang tersebut turun permintaan tidak akan
meningkat bahkan akan menjadi penurunan.
c. Tidak Ada Barang Substitusi (Pengganti) Baru.
Jika harga suatu barang naik dan di pasar terdapat barang
substitusi baru yang harganya tetap, konsumen akan beralih pada
barang substitusi baru tersebut (Kosim, 2006: 115).
2.2.2.3.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan :
1. Harga Barang yang Bersangkutan.
Harga barang sangat berpengaruh terhadap jumlah permintaan.
Sebagai contoh, jika harga daging sapi sangat mahal kemungkinan
hanya orang kaya saja yang mampu membeli daging sapi sehingga
jumlah permintaan daging sapi akan turun.
2. Selera Konsumen Terhadap Barang Tersebut.
Jika selera kegemaran masyarakat terhadap suatu barang
tertentu rendah maka permintaan barang tersebut akan rendah.
Sebaliknya, jika selera terhadap barang yang bersangkutan tinggi maka
jumlah barang yang diminta akan tinggi.
3. Kualitas (Mutu) Barang Yang Bersangkutan
Jika kualitas suatu barang meningkat maka biasanya jumlah
yang ingin membelinya (permintaannya) akan meningkat. Sebaliknya,
jika mutu barang yang bersangkutan rendah maka permintaan barang
akan rendah.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

25

4. Pendapatan (Daya Beli) Konsumen
Daya beli (tingkat pendapatan) konsumen akan sangat
menentukan tinggi rendahnya permintaan. Jika pendapatan konsumen
rata-rata naik maka jumlah permintaan pun cenderung naik.
Sebaliknya, jika pendapatan konsumen turun maka permintaan pun
akan ikut turun (Kosim, 2006: 112).
5. Ada Tidaknya Barang Pengganti (Substitusi)
Tersedia tidaknya barang pengganti (substitusi) di pasar akan
menentukan tinggi rendahnya permintaan akan barang. Misalnya, jika
di pasar tersedia banyak gula pasir maka permintaan akan