Analisis efisiensi dan efektifitas layout fasilitas produksi pada perusahaan handuk Lumintu Ngendo Janti Klaten taufik

(1)

commit to user

i

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS

LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA PERUSAHAAN

HANDUK LUMINTU NGENDO JANTI KLATEN

Tugas Akhir

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan

Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Mencapai Derajat Ahli Madya Program Studi DIII Manajemen Industri

Oleh :

TAUFIK HIDAYAT F3507109

PROGRAM DIPLOMA III MANAJEMEN INDUSTRI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010


(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir dengan judul:

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA PERUSAHAAN HANDUK LUMINTU NGENDO JANTI KLATEN

Surakarta, 22 Juli 2010

Suryandari Istiqomah, SE NRP. 350700002


(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul:

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA PERUSAHAAN HANDUK LUMINTU NGENDO JANTI KLATEN

Telah disahkan oleh tim penguji Tugas Akhir Program Studi Diploma 3 Manajemen Industri Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta, Agustus 2010

Akhmad Ikhwan Setiawan, SE, MT

NIP. 197208162000121001 Penguji

Suryandari Istiqomah, SE


(4)

commit to user

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN MOTTO

ü Jadikan sabarmu dan sholatmu sebagai penolongmu

ü Contoh yang baik adalah nasihat yang baik

ü Orang yang dapat memegang perasaan orang lain adalah manusia yang

berwibawa

ü Jadilah seperti ilmu padi, kian berisi kian merunduk.

ü Hidup adalah perjuangan, untuk meraih sebuah impian hendaknya

dilakukan dengan hati ikhlas dan kerja keras.

Karya ini saya persembahkan kepada :

• Bapak dan Ibu Tercinta

• Adikku tersayang (Ratna dan Devita)

• Teman-teman Manajemen Industri


(5)

commit to user

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul “ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA PERUSAHAAN HANDUK LUMINTU NGENDO JANTI KLATEN”.

Tugas Akhir ini disusun dengan maksud untuk memenuhi persayaratan kurikulum dalam rangka mencapai gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dengan kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu, membimbing, hingga tersusunnya Tugas Akhir ini. Ucapan terimakasih yang tulus penuis haturkan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.com, Ak. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Ibu Intan Novela QA, SE, MSi. Selaku Ketua Program

Diploma 3 Manajemen Industri Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Suryandari Istiqomah, SE. Selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta petunjuk kepada penulis dalam penyusunan Tugas Akhir.

4. Pemilik Perusahaan Handuk Lumintu, Feri Lusianto, SE yang telah memberikan izin untuk melaksanakan magang.


(6)

commit to user

vi

5. Orangtua & Saudaraku yang selalu memberi dorongan, semangat, serta doa dengan penuh keikhlasan, sehingga saya bisa menyelesaikan tugas ini.

6. Sahabat, dan teman - teman 75room yang telah membantu dalam hal apapun.

7. Semua pihak yang telah membantu namun tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari penulisan Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna oleh karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis sehingga terdapat banyak kekurangan. Namun penulis berharap karya sederhana ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juli 2010


(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Metode Penelitian ... 5

F. Kerangka Pemikiran ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Layout ... 11

1. Pengertian Layout Fasilitas Produksi ... 11

2. Tujuan Perencanaan Layout ... 12


(8)

commit to user

viii

B. Keseimbangan Lini (Line Balancing) ... 17

1. Pengertian dan Tujuan Keseimbangan Lini ... 17

2. Penerapan Keseimbangan Lini ... 18

C. Efisiensi dan Efektifitas ... 22

1. Pengertian Efisiensi ... 22

2. Pengertian Efektifitas ... 22

3. Efisiensi dan Efektifitas dalam Keseimbangan Lini ... 23

BAB III PEMBAHASAN ... 24

A. Gambaran Umum Perusahaan ... 24

1. Sejarah Perusahaan ... 24

2. Lokasi Perusahaan ... 25

3. Tujuan Perusahaan ... 25

4. Struktur Organisasi ... 26

5. Harga ... 29

6. Kepersonaliaan ... 30

7. Proses Produksi ... 34

B. Laporan Magang Kerja ... 35

1. Pengertian Magang Kerja ... 35

2. Tujuan Magang Kerja ... 36

3. Objek Magang Kerja ... 36

4. Pelaksanaan Magang Kerja ... 37

5. Manfaat Magang Kerja ... 38

C. Pembahasan Masalah ... 39


(9)

commit to user

ix

2. Bentuk Diagram Jaringan Kerja ... 41

3. Analisis Keseimbangan Lini ... 42

4. Hasil Analisis Keseimbangan Lini ... 49

BAB IV PENUTUP... 52

A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 54 DAFTAR PUSTAKA


(10)

commit to user

x

DAFTAR TABEL

Tabel I. 1 Format Tabel Inventarisasi Pekerjaan ... 7 Tabel III. 1 Data Harga Handuk dan Ukuran

Perusahaan Handuk Lumintu ... 29 Tabel III. 2 Data Jumlah Tenaga Kerja

Perusahaan Handuk Lumintu ... 30 Tabel III. 3 Data Sistem Gaji Karyawan

Perusahaan Handuk Lumintu ... 31 Tabel III. 4 Urutan Pekerjaan dan waktu penyelesaian

Produksi handuk ... 40 Tabel III. 5 Tabel pengelompokan penugasan elemen

Pekerjaan dalam stasiun kerja dengan komulatif

waktu tiap stasiun kerja ... 45

Tabel III. 6 Perhitungan total waktu kerja, siklus

dan waktu menganggur pada cycle time 142 ... 46

Tabel III. 7 Perhitungan total waktu kerja, siklus

dan waktu menganggur pada cycle time 120... 47 Tabel III. 8 Hasil analisis keseimbangan lini berdasarkan


(11)

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. 1 Jaringan Kerja dan Pengelompokan Stasiun Kerja ... 7

Gambar I. 2 Kerangka Pemikiran ... 10

Gambar II. 1 Layout produk (production line) ... 15

Gambar II. 2 Layout posisi tetap ... 16

Gambar II. 3 Layout produk atau garis ... 16

Gambar II. 4 Layout fungsional ... 17

Gambar II. 5 Jaringan kerja dan pengelompokan stasiun kerja ... 21

Gambar III. 1 Struktur Organisasi ... 27

Gambar III. 2 Layout Perusahaan Handuk Lumintu ... 39

Gambar III. 3 Diagram Jaringan kerja produksi handuk Pada Perusahaan Handuk Lumintu ... 41

Gambar III. 4 Pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam 3 stasiun kerja ... 43

Gambar III. 5 Tata letak Perusahaan berdasarkan Pembagian stasiun kerja ... 51


(12)

commit to user

ABSTRACT

ANALYSIS OF EFFICIENCY AND EFFECTIVENESS IN PRODUCTION FACILITIES LAYOUT PERUSAHAAN HANDUK

LUMINTU NGENDO JANTI KLATEN Taufik Hidayat

F3507109

The layout of production facilities is one way to manage all the physical facilities of the system in order to obtain optimal results and can achieve its goals. In this case the author conducted research on the production process towel on Perusahaan Handuk Lumintu. That is a company engaged in the production of towels.

In this study, the main problem is how the final project on the production process flow towel products. The second element is how the grouping of tasks in the production department, the third is how the efficiency and effectiveness of the layout of the production of towels in the production department Perusahaan Handuk Lumntu.

The purpose of this study is, to know the production process flow Towel on Perusahaan Handuk Lumintu. Knowing the elements grouping jobs on the production department at Perusahaan Handuk Lumntu. Knowing the level of efficiency and effectiveness of the layout of production facilities on Perusahaan Handuk Lumintu.

From the analysis, obtained by grouping elements of the job is a job there ABCDE on one workstation, FGHIJK contained in the second work station, there Lmno on three workstations.

From the results obtained by analyzing the level of efficiency and effectiveness of the existing layout of the production process towel.From the duty cycle of the company. By using a 120-minute duty cycle (cycle time permitted), resulting in efficiency levels of 95% and 100% effectiveness rate. While using the 142-minute duty cycle (duty cycle is applied), resulting in a lower level of efficiency that is equal to 80.29% and effectiveness rate of 75%.

From the analysis also found the existence of idle time and the level of delays that appear on the layout of the production process towel. Using a 120-minute duty cycle produces a smaller idle time that is equal to 5%. Whereas when compared with using a 142-minute duty cycle is greater than the level of idle time which is 19.71%.

From the conclusion can be suggested that companies should implement properly the duty cycle is smaller than the previous policy, ie from 142 minutes to 120 minutes


(13)

commit to user

ABSTRAK

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA PERUSAHAAN HANDUK LUMINTU NGENDO JANTI

KLATEN Taufik Hidayat

F3507109

Tata letak fasilitas produksi merupakan suatu cara untuk mengatur segala fasilitas fisik dari sistem guna mendapatkan hasil yang optimal serta dapat mencapai tujuan perusahaan. Dalam hal ini penulis melakukan penelitian pada proses produksi handuk pada Perusahaan Handuk Lumintu. Yaitu perusahaan yang bergerak dibidang produksi handuk.

Dalam penelitian ini yang menjadi pokok permasalahan penulisan Tugas Akhir adalah bagaimana alur proses produksi pada produk handuk. Kedua adalah bagaimana pengelompokan elemen pekerjaan pada departemen produksi , ketiga adalah bagaimana efisiensi dan efektifitas layout produksi handuk pada departemen produksi Perusahaan Handuk Lumintu.

Tujuan dalam penelitian ini adalah, mengetahui alur proses produksi handuk pada Perusahaan Handuk Lumintu. Mengetahui pengelompokan elemen pekerjaan pada departemen produksi di Perusahaan Handuk Lumintu. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas tata letak fasilitas produksi pada Perusahaan Handuk Lumintu.

Dari analisis diperoleh pengelompokan elemen pekerjaan adalah pekerjaan ABCDE terdapat pada stasiun kerja satu, FGHIJK terdapat pada stasiun kerja 2, LMNO terdapat pada stasiun kerja 3.

Dari hasil analisis diperoleh tingkat efisiensi dan efektifitas layout yang ada pada proses produksi handuk. Dari siklus kerja yang ada pada perusahaan. Dengan menggunakan siklus kerja 120 menit (waktu siklus yang diijinkan), menghasilkan tingkat efisiensi sebesar 95% dan tingkat efektifitas sebesar 100%. Sedangkan dengan menggunakan siklus kerja 142 menit (siklus kerja yang diterapkan), menghasilkan tingkat efisiensi lebih rendah yaitu sebesar 80,29% dan tingkat efektifitas sebesar 75%.

Dari hasil analisis ditemukan pula adanya waktu menganggur dan tingkat penundaan yang muncul pada layout proses produksi handuk yaitu. Dengan menggunakan siklus kerja 120 menit menghasilkan waktu menganggur yang lebih kecil yaitu sebesar 5%. Sedangkan apabila di bandingkan dengan menggunakan siklus kerja 142 menit lebih besar dari tingkat waktu menganggur yang sebesar yaitu 19,71%.

Dari kesimpulan tersebut dapat disarankan bahwa perusahaan hendaknya menerapkan dengan baik dan benar siklus kerja yang lebih kecil dari kebijakan sebelumnya yakni dari 142 menit menjadi 120 menit.


(14)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan teknologi saat ini sangat cepat, terutama terjadi di bidang manufaktur. Sistem produksi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi perusahaan untuk tetap bertahan dalam menghadapi persaingan. Masalah sistem produksi selalu melibatkan persoalan yang menyangkut sistem fisik seperti manusia, mesin, peralatan dan penunjang lainnya.

Untuk memperlancar sistem produksi tersebut ada beberapa faktor yang berpengaruh, salah satunya adalah faktor tata letak, fasilitas produksi atau biasa yang disebut layout. Tata letak produksi merupakan tata cara pengaturan area kerja dan segala fasilitas yang diperlukan dalam proses produksi yang mempunyai beberapa tipe. Pemilihan layout yang dipergunakan suatu perusahaan tergantung pada tipe operasi proses perusahaan tesebut. Hal ini dimaksudkan agar dapat mengoptimalkan pengelolaan faktor-faktor produksi dalam perusahaan, serta dapat meminimalkan jumlah seluruh biaya. Sehingga dapat menunjang efisiensi produk yang dilaksanakan oleh perusahaan tersebut. Layout merupakan faktor yang dominan untuk sukses atau kegagalan perusahaan.

Masalah yang sering dihadapi dalam perencanaan layout produksi adalah masalah keseimbangan aliran proses produksi (line balancing), yaitu keseimbangan antara proses kapasitas suatu stasiun dengan


(15)

commit to user

2 stasiun berikutnya didalam proses produksi. Apabila keseimbangan tersebut tidak tercapai maka akan berakibat adanya penumpukan barang dalam proses (barang setengah jadi) pada suatu bagian tertentu, hal ini menimbulkan biaya penyimpanan barang menjadi lebih tinggi. Sebaliknya apabila terdapat output dari suatu departemen lebih kecil dari kapasitas suatu stasiun yang menganggur sehingga mengakibatkan adanya pengangguran tenaga kerja.Dengan layout produksi yang direncanakan dengan baik akan menghasilkan sesuatu aliran produksi mulai dari bahan mentah sampai dengan barang jadi dapat teratur dan lancar sehingga tercapai waktu kerja yang efisien.

Perusahaan Handuk Lumintu yang berlokasi di Ngendo, Janti, Klaten adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi handuk. Perusahaan Handuk Lumintu juga tidak lepas dari permasalahan yang ditimbulkan dari fasilitas produksi. Maka untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu diadakan peninjauan ulang fasilitas produksi yang telah dilaksanakan. Hal itu dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar tingkat efisiensi dan efektifitas layout produksi yang telah dilaksanakan di Perusahaan Handuk Lumintu sehingga dengan demikian pihak pengelola perusahaan dapat mengambil keputusan perlu diadakan relayout atau tidak. Suatu perusahaan yang selalu berkembang dengan menghadapi masalah tata letak (layout) yang tidak dapat dihindarkan. Perubahan teknologi, proses mesin-mesin dan bahan yang digunakan selalu memerlukan tata letak (layout) yang baru, baik perubahan sebagian ataupun


(16)

commit to user

3 perubahan total. Perubahan-perubahan itu dapat dikaitkan dengan usaha usaha pengoptimalan masalah penggunaan waktu produksi, keseimbangan lini dan tenaga kerja.

Berdasarkan uraian diatas, penulis mencoba untuk menganalisis tentang layout di Perusahaan Handuk Lumintu dan menyajikan dalam bentuk laporan dengan judul “ ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIFITAS LAYOUT FASILITAS PRODUKSI PADA PERUSAHAAN HANDUK LUMINTU NGENDO JANTI KLATEN ”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan maka masalah yang dirumuskan adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana urutan proses produksi pada produk di Perusahaan Handuk Lumintu?

2. Seperti apa pengelompokan elemen pekerjaan pada bagian produksi di Perusahaan Handuk Lumintu?

3. Bagaimana efisiensi dan efektifitas tata letak fasilitas produksi pada Perusahaan Handuk Lumintu?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui urutan proses produksi pada produk handuk di Perusahaan Handuk Lumintu.

2. Mengetahui pengelompokan elemen pekerjaan pada bagian produksi di Perusahaan Handuk Lumintu.


(17)

commit to user

4 3. Mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas tata letak fasilitas

produksi pada Perusahaan Handuk Lumintu.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :

1. Bagi Perusahaan

a. Diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas layout fasilitas produksi sehingga dapat memperlancar jalannya proses produksi.

b. Dapat digunakan sebagai bahan evaluasi mengenai layout fasilitas produksi yang diterapkan pada perusahaan selama ini.

2. Bagi Penulis

a. Dapat membandingkan antara kajian teori tentang layout fasilitas dengan praktek yang dilakukan pada perusahaan khususnya pada Perusahaan Handuk Lumintu yang bergerak dibidang industri pembuatan handuk.

b. Sebagai sarana menerapkan teori yang diperoleh selama studi di perguruan tinggi untuk menyusun tugas akhir ini.


(18)

commit to user

5 3. Bagi Pihak Lain

a. Sebagai bahan pertimbangan-pertimbangan dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan masalah ini.

b. Diharapkan berguna untuk menambah pengetahuan sekaligus sebagai bahan acuan untuk perbandingan dalam penelitian yang serupa.

E. Metode Penelitian

1. Ruang Lingkup Penelitian

Tempat yang menjadi obyek penelitian adalah Perusahaan Handuk Lumintu yang beralamatkan di Ngendo, Janti, Polanharjo, Klaten. Dalam hal ini penulis mengambil kasus analisis efisiensi dan efektifitas layout fasilitas produksi handuk di tempat tersebut.

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Data Primer

Merupakan data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan pada bagian produksi, selain pengamatan secara langsung dari proses produksi di lapangan, juga diperoleh Informasi dari karyawan Perusahaan Handuk Lumintu.


(19)

commit to user

6 b. Data Sekunder

Merupakan data yang diperoleh dari laporan perusahaan dan sumber-umber tertulis yang berkaitan dengan topik penulisan.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan cara melakukan Tanya jawab secara langsung dengan kayawan atau staff bagian proses produksi perusahaan.

b. Observasi

Yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung di bagian produksi.

c. Dokumentasi

Merupakan suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mencatat atau mengkopi data dari perusahaan. 4. Teknik Analisis Data

a. Inventaris Kegiatan Yang Ada

Melakukan pencatatan terhadap semua jenis kegiatan yang ada pada proses produksi dengan membuat tabel yang jenis kegiatan-kegiatan yang mendahului serta waktu penyelesaian kegiatan. Hal ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam melakukan analisis data.


(20)

commit to user

7 Tabel I.1

Format Tabel Inventarisasi Pekerjaan (Stevenson, 2005 :242)

No Pekerjaan Simbol Pekerjaan yang Mendahului

Waktu Proses

b. Menggambar Jaringan Kerja

Dari hasil inventarisasi kegiatan, maka dibuat suatu jaringan kerja untuk member kemudahan dalam menentukan jumlah stasiun yang ada.

Gambar I.1

Jaringan Kerja dan Pengelompokan Stasiun Kerja (Stevenson, 2005 : 244)

c. Melakukan Analisis Keseimbangan Lini

Langkah yang terakhir melakukan analisis dengan metode keseimbangan lini (line balancing).

Cara penentuan besarnya tingkat keseimbangan dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV

A

B

E F

C

D


(21)

commit to user

8 1. Menentukan cycle time (waktu daur)

Cycle time merupakan waktu terpanjang yang diperlukan antara bagian-bagian proses produksi yang harus dilalui suatu produk.

Rumus :

Keterangan :

C = cycle time

t = waktu kerja per hari

D = permintaan per hari

Untuk memperoleh kapasitas yang memadai dengan cara :

(Heizer dan Render, 2001 : 357)

2. Mencari Stasiun Kerja Terkecil

Perhitungan untuk mendapatkan jumlah stasiun kerja terkecil yang dibutuhkan untuk menempatkan tugas atau pekerjaan yang ada. Akan dilaksanakan untuk menghasilkan produk.


(22)

commit to user

9 Rumus :

Keterangan : N = Stasiun kerja yang dibuat T = waktu proses total

(Heizer dan Render, 2001 : 357)

3. Melakukan Penugasan ke Stasiun Kerja Dengan Aturan LOT (Longest Operation Time)

Yaitu melakukan penugasan pada elemen-elemen tugas berikutnya. Penundaan (balancing delay) di pakai sebagai ukuran tentang bagaimana baiknya alokasi penugasan beban kerja pada stasiun kerja, yang merupakan suatu indicator efisiensi, menunjukkan bahwa jumlah waktu menganggur yang disebabkan tidak sempurnanya penugasan elemen pekerjaan antara stasiun kerja yang ada.

Menghitung tingkat penundaan dengan rumus :

Tingkat efisiensi = 100% - balancing delay


(23)

commit to user

10 F. Kerangka Pemikiran

Gambar I.2 Kerangka Pemikiran

Pengaturan Layout fasilitas produksi akan memperlancar proses produksi. Dengan memanfaatkan luas area untuk menempatkan mesin atau fasilitas penunjang produksi dan pengaturan stasiun kerja. Untuk langkah yang pertama dalam kerangka pemikiran ini adalah mengamati susunan layout fasilitas produksi diagram aliranyang berguna untuk mengetahui lebih jelas dan mendetail sesuai alur proses produksi dan stasiun kerja yang ada pada perusahaan yang diamati.

Layout Fasilitas Produksi

Mencatat Alir Pekerjaan

Keseimbangan Lini ( Line Balancing )

Tercapainya Efisiensi & Efektifitas


(24)

commit to user

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Layout

1. Pengertian Layout Fasilitas Produksi

Layout fasilitas produksi merupakan keseluruhan bentuk dan penempatan fasilitas-fasilitas yang diperlukan didalam proses produksi. Didalam proses produksi diperlukan peralatan-peralatan, perlengkapan-perlengkapan, mesin-mesin atau fasilitas-fasilitas produksi. Fasilitas tersebut harus diatur sesuai dengan kebutuhan proses produksi sehingga hasil produksi dapat diproduksi dengan jumlah dan kualitas yang sesuai, dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dengan biaya yang minimum. (Gitosudarmo, 2002 : 185)

Layout menurut Ahyari (1994 : 3), bahwa layout diartikan sebagai perencanaan dari pembagian dan penataan ruangan perusahaan sehingga pelaksanaan produksi dalam perusahaan tersebut dapat dilakukan seefisien mungkin. Jadi kelancaran proses produksi pada suatu perusahaan tergantung pada tepat atau tidaknya layout pada perusahaan tersebut. Apabila penataan ruang atau layout fasilitas pada suatu perusahaan tidak tepat maka akan menghambat jalan proses produks yang akan berakibat pada efisien pekerjaan pada perusahaan.


(25)

commit to user

12 Layout pabrik adalah tata letak atau ruang artinya tata penemptan fasilitas-fasilitas yang digunakan didalam pabrik. Fasilitas-fasilitas itu misalnya adalah mesin, alat produksi, alat pengangkutan barang, alat pengawasan, letak dari fasilitas-fasilitas itu harus diatur sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat berjalan dengan lancar dan efisien, dapat dicapai dengan menekan jumlah baiya-biaya produksi dan transportasi selama dalam pabrik.

2. Tujuan Perencanaan Layout

Tujuan utama dari perencanaan dan pengaturan tata letak pabrik ialah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling ekonomis untuk operasi diproduksi, aman dan nyaman sehingga akan menaikkan modal kerja dari operator (Wignjo Soebroto, 1992 : 53)

Untuk tujaun lain perencanaan tata letak pabrik (Wignjo Soebroto 1992 : 53-54) adalah sebagai berikut :

a. Menaikkan output produksi.

b. Mengurangi waktu tunggu (delay time). c. Mengurangi proses pemindahan barang.

d. Penghematan penggunaan areal untuk produksi, gudang dan servis.

e. Pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja dan fasilitas produksi lainnya.


(26)

commit to user

13 g. Mengurangi manufacturing yang lebih singkat.

h. Mengurangi resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan di bagian produksi.

i. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja. j. Mempermudah aktivitas supervise.

k. Mengurangi kemacetan dan kesimpangsiuran.

l. Mengurangi faktor yang bias merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan baku ataupun produk jadi.

3. Tipe Layout

Dalam suatu perencanaan layout fasilitas, perlu diketahui tipe-tipe layout itu sendiri serta kelebhan dan kekurangannya. Hal ini sebagai dasar pertimbangan dalam pengambilan keputusan pemilihan alternative layout yang optimal. Tipe layout dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu (Ahyari, 1994 : 63).

a. Layout Produk

Layout produk seringkali disebut dengan layout garis (line layout). Layout produk ini merupakan penyusunan letak fasiltas produksi yang didasarkan kepada urutan proses dari bahan baku, sampai menjadi produk akhir. Penempatan mesin dan peralatan produksi yang dipergunakan dalam pabrik tersebut didasarkan kepada urutan proses yang didalam perusahaan tersebut.


(27)

commit to user

14 b. Layout proses

Layout proses sering disebut dengan layout fungsional. Layout fungsional ini merupakan susunan tata letak dari fasilitas produksi didasari atas kesamaan proses produksi yang dilaksanakan dalam perusahaan yang bersangkutan, perusahaan yang mempergunakan layout proses ini pada umumnya adalah perusahaan-perusahaan yang mempergunakan mesin dan peralatan produksi yang bersifat umum.

c. Layout Posisi Tetap

Layout posisi tetap ini merupakan susunan tata letak fasilitas produksi yang diatur dekat dengan tempat proses produksi dalam posisi yang tepat. Layout yang ketiga ini berbeda dengan layout yang sebelumnya. Perbedaan pertama adalah bahwa kedua layout terdahulu pada umumnya akan diterapkan di dalam pabrik, sedangkan layout posisi tetap ini berada diluar bangunan pabrik. Perbedaan yang kedua adalah apabila layout produk dan layout fungsional tersebut akan dipergunakan untuk beberapa kali proses, maka layout posisi tetap ini akan dipergunakan untuk satu kali saja.

Sedangkan menurut (Handoko,1992 : 112) terdapat empat macam atau tipe layout secara klasik yang diaplikasikan dalam layout, yaitu :


(28)

commit to user

15 1) Layout berdasarkan aliran produksi ( production line atau

product layout )

Nama lain dari layout ini adalah layout garis yang berarti bahwa kebutuhan-kebutuhan operasi produk mendominasi dan menentukan layout peralatan-peralatan pproduksi. Penyusunan layout ini didasarkan atas urutan proses produksi pada setiap departemen kerja. Layout ini diterapkan pada perusahaan yang melakukan produksi yang berskala besar.

Gambar II.1

Layout produk ( production line )

2) Layout berdasarkan lokasi material tetap (fixed material location layout )

Layout ini juga sering disebut dengan layout posisi tetap, sering digunakan untuk produk- produk besar dan komplek. Dan tipe layout ini jarang sekali digunakan oleh perusahaan.

Bagian 1

Bagian 6 Bagian 4

Bagian 3 Bagian 2


(29)

commit to user

16 Gambar II.2

Layout posisi tetap 3) Layout produk

Layout tipe ini didasarkan pada pengelompokan produk atau komponen yang akan dibuat. Produk-produk yang tidak identik dikelompokkan berdasarkan langkah-langkah pemosesan, bentuk, matau peralatan lain yang dipaai dan sebagainya.

Gambar II.3

Layout produk atau garis Bahan A

Tempat proses produksi

Tenaga Kerja Alat-alat

produksi

Bahan pembantu

Bahan B Bahan C


(30)

commit to user

17 4) layout berdasarkan fungsi dan macam proses (functional

layout)

Tipe layout fungsional atau layout proses disusun berdasarkan kesamaan proses produksi. Dalam layout ini peralatan produksi dan personalia dikelompokan bersama-sam untuk melakukan pekerjaan serupa atau sejenis. Layout ini biasanya ditetapkan pada perusahaan yang berorientasi pada pesanan.

Gambar II.4 layout fungsional

B. Keseimbangan Lini (Line Balancing)

1. Pengertian dan Tujuan Keseimbangan Lini

Keseimbangan lini merupakan kunci untuk memperlancar pelaksanaan proses produksi di dalam perusahaan. Apabila keseimbangan lini dapat dijaga, maka akan di peroleh pemanfaatan yang tinggi dari tenaga kerja dan alat-alat produksi, sehingga waktu menganggur menjadi minimum. Hal ini dapat mengakibatkan tercapainya target produksi yang diinginkan.

Bagian 1

Bagian 6

Bagian 2

Bagian 5

Bagian 3


(31)

commit to user

18 Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang ditugaskan ke stasiun-stasiun tersebut. Sehingga dapat diperoleh jumlah waktu yang menganggurnya sedikit sehingga efisiensi produk tinggi. Sedangkan secara umum penerapan keseimbangan lini bertujuan untuk meminimalkan jumlah waktu yang menganggur. Merencanakan suatu keseimbangan lintasan kerja meliputi usaha yang bertujuan untuk mencapai suatu kapasitas yang optimal dan tidak terjadi penghamburan kapasitas. Tujuan tersebut dapat tercapai apabila lintasan produksi bersifat seimbang, stasiun kerja berjumlah minimum, jumlah waktu yang menganggur di setiap stasiun kerja sepanjang lintasan poduksi minimum.

2. Penerapan Keseimbangan Lini

Apabila proses produksi pada suatu perusahaan mengalami hambatan-hambatan : salah satu kemungkinan penyebabnya adalah adanya ketidaksesuaian antara model layout yang diterapkan dengan kebutuhan proses produksi. Kemungkinan besar bahwa layout yang diterapkan perusahaan tersebut terdapat ketidakseimbangan antar stasiun kerja yang ada, sehingga mengakibatkan banyaknya waktu yang terbuang dan menghamburkan kapasitas.


(32)

commit to user

19 Apabila hal ini menimpa perusahaan maka harus segera dilakukan peninjauan ulang terhadap layout yang diterapkan di perusahaan tersebut. Layout hendaknya dilakukan agar tercapai keseimbangan antar stasiun kerja yang ada. Kriteria yang umum digunakan dalam suatu keseimbangan lintasan produksi, adalah : a. Minimisasi waktu menganggur (idle time)

b. Minimisasi keseimbangan waktu senggang (balance delay) c. Maksimisasi efisiensi (line efficiency)

(Handoko, 1999 :119)

Penentuan besarnya tingkat keseimbangan dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Menentukan cycle time

Cycle time waktu terpanjang yang diperlukan antara bagian-bagian proses produksi.

Rumus :

Dimana : C = cycle time

t = waktu kerja per hari

D = permintaan per hari


(33)

commit to user

20 b. Perhitungan untuk mendapatkan stasiun kerja terkecil

Perhitungan untuk mendapatkan jumlah stasiun kerja terkecil yang dibutuhkan untuk menempatkan tugas/ pekerjaan yang ada akan dilaksanakan untuk menghasilkan produk.

Rumus :

Keterangan : N = stasiun kerja yang dibuat

T = waktu proses total D = Produksi ( proses )

t = waktu kerja per hari

c. Melakukan penugasan atau pengelompokan elemen pekerjaan Melakukan penugasan LOT (Lot Operation Time) yaitu melakukan penugasan elemen tugas-tugas berikutnya dengan tetap memperhatikan urutaan proses pengelompokan elemen tugas ke dalam sejumlah stasun kerja di gambarkan sebagai berikut :


(34)

commit to user

21 Gambar II.5

Jaringan kerja dan pengelompokan stasiun kerja

Penundaan dipakai sebagai ukuran tentang bagaimana baiknya alokasi penugasan beban kerja pada stasiun kerja, yang merupakan suatu indikator efisien. Hal ini menunjukkan jumlah waktu menganggur yang disebabkan tidak sempurnanya penugasan elemen pekerjaan diantara stasiun kerja yang ada.

Dengan :

d. Menentukan efektifitas Efektifitas diukur dengan :

Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV

A

B

E F

C

D


(35)

commit to user

22 C. Efisiensi dan Efektifitas

1. Pengertian Efisiensi

Efisiensi adalah usaha meminimalkan input dan berusaha mendapatkan output yang optimal. Dari definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah atau suatu proses penyelesaian sesuatu harus dilakukan dengan benar atau paling tidak meminimalkan kesalahan. Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar, ini merupakan konsep matematik, atau merupakan perhitungan rasio antara keluar (output) dan masukan (input). Dengan perhitungan tingkat efisiensi sebagai berikut :

2. Pengertian Efektifitas

Apabila kita membahas mengenai efisiensi, maka tidak lepas dengan istilah efektifitas. Keduanya ini memiliki hubungan sangat erat. Suatu proses produksi tersebut, begitu pula sebaliknya. Efektifberarti menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. Adapun perhitungan efektifitas sebagai berikut :


(36)

commit to user

23 3. Efisiensi dan Efektifitas Dalam Keseimbangan Lini

Peningkatan produktivitas perusahaan tidak terlepas dari kesempurnaan layout fasilitas yang diterapkan. Apabila layout yang diterapkan perusahaan terdapat sedikit jumlah waktu yang menganggur atau bahkan tidak ada, maka apabila efisiensi produksi telah dicapai oleh perusahaan. Efisiensi tercapai apabila terjadi keseimbangan antar stasiun kerja yang ada.

Oleh karena itu perencanaan layout perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pihak perusahaan. Keseimbangan lini dikatakan terpenuhi apabila terjadi pengoptimalan waktu produksi, penurunan jumlah waktu yang menganggur, penurunan jumlah waktu senggang. Apabila tiga kriteria terwujud, maka keseimbangan lini telah terwujud dan layout yang diterapkan dalam proses produksi dapat dikatakan efisien.


(37)

commit to user

24 BAB III

PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Perusahaan

Perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten didirikan pada tahun 1965 oleh bapak H. Marmo Sudirjo, perusahaan ini mendapat pengesahan izin usaha dari pemerintah dengan nomor 487/KANDEP/14/2/XII. Perusahaan mula-mula didirikan di atas tanah seluas 2900 m2 yang terdiri dari sebuah bangunan pabrik dan tempat pencelupan. Pada saat itu dengan modal sebesar Rp 4.000.000,-, Bapak H. Marmo Sudirjo membeli mesin tenun, bahan baku serta mempekerjakan 12 orang untuk memulai usahanya.

Dari tahun ke tahun perusahaan terus berkembang dan pada tahun 1971 perusahaan berhasil memeperluas lokasi pabriknya menjadi dua tempat. Dengan dua pabrik maka tingkat produktivitas perusahaan semakin besar, kebutuhan mdal juga semakin besar sehingga pada tahun 1975 perusahaan menambah modal perusahaan. Dari modal sendiri sebesar Rp 6.000.000,- dan dari modal kreditur berupa pinjaman dari bank dan KIK sebesar Rp 8.000.000,-.

Kesuksesan Bapak H. Marmo Sudirjo dalam mengelola perusahaan bukannya tidak mengalami hambatan, pada tahun 1979 perusahaan mengalami kemunduran. Hal ini dikarenakan adanya


(38)

commit to user

25 suatu persaingan yang tidak sehat, banyak karyawannya yang pindah ketempat lain dengan usaha sejenis sehingga mengakibatkan produktivitas perusahaan berkurang. Dengan pengalaman yang dimilikinya, Bapak H. Marmo Sudirjo berhasil mengatasi permasalahan tersebut sehingga sampai sekarang perusaahaan telah mempekerjakan karyawan sebanyak 98 orang. Dengan berbagai inovasi dan kualitas produk yang semakin meningkat, perusahaan mampu merebut pasar yang diharapkan. Setelah Bapak H. Marmo Sudirjo perusahaan ini kemudian diwariskan kepada Bapak Fery dan dikelola sampai sekarang.

2. Lokasi Perusahaan

Perusahaan Handuk Lumintu memilih lokasi tempat usahanya terletak di Dukuh Ngendo, Desa Janti, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten. Lokasi tersebut cukup stategis karenasemua kebutuhan sebagai sarana penunjang usaha mudah diperoleh. Bahan baku, tenaga kerja, dan bahan- bahan pembantu lain mudah diperoleh, di samping itu masyarakat di sekitar lokasi juga sangat mendukung adanya perusahaan ini. Lokasi perusahaan juga dekat dengan pasar tekstil baik di Klaten, Yogyakarta, maupun Solo sehingga dalam pemasaran hasil poduksi tidak ada kesulitan.

3. Tujuan Perusahaan

Tujuan didirikannya Perusahaan Handuk Lumintu ada dua, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.


(39)

commit to user

26 Tujuan umum yaitu :

a. Memenuhi kebutuhan, memberi kepuasan dan pelayanan yang baik kepada konsumen.

b. Membantu pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan terutama bagi masyarakat yang ada disekitarnya. c. Meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Tujuan khusus yaitu :

Memperoleh keuntungan yang digunakan untuk sumber penghasilan perusahaan guna kelangsungan hidup perusahaan. 4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang ada pada perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten adalah struktur organisasi garis yaitu pembagian wewenang dan tanggung jawab masing-masing bagian dilaksanakan dari puncak pimpinan sampai bawahan/pekerja. Untuk lebih jelasnya struktur organisasi perusahaan Handuk Lumintu adalah sebagai berikut :


(40)

commit to user

27 Gambar III.1

Struktur Organisasi

a. Wewenang dan tugas masing-masing bagian. 1) Pimpinan Perusahaan

a) Bertanggung jawab atas jalannya perusahaan. b) Menentukan kebjakan perusahaan.

c) Menyusun rencana perusahaan.

d) Mengadakan hubungan dengan pihak luar. e) Membuat peraturan yang berlaku di pasaran. f) Melakukan penilaian prestasi kerja karyawan. 2) Bagian produksi

a) Bagian Teknik

(1) Memelihara kelancaran jalannya mesin-mesin (2) Memperbaiki kerusakan mesin.

PIMPINAN

BAGIAN ADMINISTRASI BAGIAN

PEMASARAN BAGIAN

PRODUKSI

TEKNIK PROSES

PRODUKSI

PEMBUKUAN KEUANGAN


(41)

commit to user

28 b) Bagian Proses Produksi

(1) Menentukan pembelian bahan baku.

(2) Merencanakan kebutuhan bahan untuk proses poduksi.

(3) Menentukan standar kualitas dan kapasitas material.

(4) Bersama karyawan menentukan besarnya volume produksi.

3) Bagian Pemasaran

a) Memperkenalkan dan menjual hasil proses produksi. b) Melayani dan mengadakan negoisasi dengan

pelanggan.

c) Mencatat pesanan-pesanan yang masuk.

d) Memberi informasi ke bagian produksi mengenai jumlah pesanan dan produk yang laku di pasaran. e) Bertanggung jawab atas pengiriman barang sampai

pesanan.

4) Bagian Administrasi a) Bagian Pembukuan

Mencatat seluruh peristiwa yang berhubungn dengan kegiatan perusahaan termasuk rencana dann pelaksanan kegiatan perusahaan.


(42)

commit to user

29 b) Bagian Keuangan

Melakukan perencanaan, penyediaan, dan pengeluaran dana yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan.

5. Harga

Harga produk handuk yang dihasilkan oleh Perusahaan Handuk Lumintu cukup terjangkau oleh masyarakat. Penetapan harga handuk pada Perusahaan Handuk Lumintu adalah sebagai berikut :

Harga = Biaya Produksi + Laba

Jika pesanan berasal dari luar kota maka penetapan garga handuk adalah sebagai berikut :

Harga = Biaya Produksi + Laba + Biaya Pengiriman

Harga handuk pada Perusahaan Handuk Lumintu berdasarkan atas ukuran dan ketebalan handuk.

Tabel III.1

Data Harga Handuk dan Ukuran

Perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten Tahun 2010

sumber : Perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten

Jenis Ukuran Harga (unit)

AA 80 cm x 140 cm Rp 23.000

A 65 cm x 130 cm Rp 21.000

C1 55 cm x 110 cm Rp 15.000

C2 50 cm x 100 cm Rp 13.000


(43)

commit to user

30 6. Kepersonaliaan

a. Tenaga Kerja

Jumlah tenaga kerja perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten data ini mengalami penurunan. Hal ini disebabkan banyaknya tenaga kerja yang keluar dan beralih profesi menjadi petani, dan bekerja di tempat lain. Perusahaan Handuk Lumintu di Klaten saat ini memiliki 30 orang, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel III.2

Data Jumlah Tenaga Kerja

Perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten Tahun 2010

Sumber : Perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten

Keterangan Jumlah

Pimpinan Perusahaan 1 orang

Bagian Pemasaran 3 orang

Bagian Administrasi 3 orang

Bagian Produksi 1) Bagian Tenun 2) Bagian Sekir 3) Bagian Celup 4) Bagian Sablon 5) Bagian Pengepakan 6) Bagian Staf

7) Bagian Palet

10 orang 1 orang 2 orang 1 orang 4 orang 2 orang 1 orang

Sopir 1 orang


(44)

commit to user

31 Tenaga kerja pada Perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten pada dasarnya digolongkan menjadi dua golongan yaitu karyawn tetap dan karyawan tidak tetap.

1) Karyawan tetap, adalah karyawan yang bekerja dengan menerima upah bulanan.

2) Karyawan tidak tetap (borongan), adalah karyawan yang bekerja pada perusahaan dengan menerima uph harian sesuai dengan jumlah handuk yang mereka hasilkan.

Tenaga kerja yang ada diambil dari daerah sekitar lokasi perusahaan, karena sebagian besar pekerjaan hanya memerlukan keterampilan maka tenaga kerja yang ada hanya berpendidikan SD dan SMP, kecuali pada bagian tertentu seperti bagian pemasaran dan administrasi.

b. Sistem Gaji

Tabel III.3

Data Sistem Gaji Karyawan

Perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten Tahun 2010

Jenis Karyawan

Macam Gaji Jumlah

Tetap Bulanan Rp 400.000 s/d Rp 600.000 Borongan Mingguan Rp 84.000 s/d Rp 87.000

Harian Harian Rp 15000


(45)

commit to user

32 c. Jam Kerja Karyawan

Karyawan pada Perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten bekerja dalam seminggu selama. Jam kerja di mulai pada pukul 07.00 WIB sampai pukul 15.00 WIB dengan waktu istirahat 1 jam yaitu antara pukul 12.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Sedangakan hari Jumat istirahat antara pukul 11.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Hari besar dan hari minggu, karyawan diliburkan.

d. Jaminan Sosial

Dalam upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat kerja karyawan, maka Perusahaan Handuk Lumintu di Janti Klaten selain memberikan upah juga memberikan kebijakan yang menyangkut kesejahteraan karyawan yaitu :

1) Tunjangan hari raya.

2) Tunjangan kecelakaan kerja. 3) Perawatan dan pengobatan. 4) Cuti tahunan

5) Bonus insentif berdasarkan prestasi kerja, dan 6) Hadiah kaos dari handuk pada saat-saat tertentu. e. Rekrutmen

Rekrutmen dapat didefinisikan sebagai penerimaan karyawan baru yang sesuai dengan apa yang diinginkan perusahaan untuk bekerja di perusahaan tersebut. Sampai saat


(46)

commit to user

33 ini perusaaan Handuk Lumintu tidak ada masalah dalam proses perekrutan karena sesuai dengan prosedur perekrutan.

Perusahaan handuk lumintu juga menerapkan rekrutmen secara kekeluargaan di bagian produksi. Kekeluargaan disini dimaksudkan tenaga kerja yang sudah mempunyai keahlian/skill tertentu akan diterima di bagian produksi yang lebih membutuhkan ketrampilan.

f. Pengembangan Karyawan dan Penghargaan/penilaian 1) Training

Perusahaan handuk lumintu menyediakan program pelatihan untuk karyawannya, khususnya karyawan bidang produksi yang sangat membutuhkan keterampilan. Ini bertujuan agar karyawan yang di terima di perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan.

2) Promosi keahlian/peningkatan keahlian

Bila tenaga kerja menunjukkan peningkatan keahlian, maka Perusahaan Handuk Lumintu akan merekrut tenaga kerja tersebut untuk bekerja dipekerjaan yang membutuhkan keahlian yang lebih tinggi. Biasanya ini terjadi di bagian produksi.

3) Kerja lembur dan program pembayaran bonus

Kerja lembur biasa terjadi di perusahaan Handuk Lumintu bila pesanan/order handuk lebih dari biasanya. Dan program pembayaran bonus diberikan sebagai symbol terima kasih


(47)

commit to user

34 perusahaan atas pengorbanan yang dilakukan karyawan untuk bekerja lebih dari biasanya. Program pembayaran bonus dihitung dari jumlah handuk yang dihasilkan selama jam kerja lembur atau dihitung mulai dari jam kerja selesai. 7. Proses Produksi

a. Tahap Penghanian

Pada tahap ini dilakukan proses pemintalan benang kedalam gulungan benang.

b. Tahap Pengebuman

Tahap pengebuman merupakan pemasukan setelah pemintalan dimasukkan ke dalam bum siap dibuat handuk.

c. Tahap penyambungan

Penyambungan disini yaitu menganyam benang dengan menggunakan mesin tenun dan kemudian menjadi handuk yang masih berupa lembaran.

d. Tahap Pemaletan

Pemaletan disini yaitu memintal benang ke sebuah alat palet digunakan sebagai pakan penyambung benang.

e. Tahap pemotongan

Dalam tahap ini sudah terbentuk handuk tetapi masih dalam lembaran kemudian dipotong sesuai ukuran jenis handuk.

f. Tahap pencelupan

Pencelupan adalah perendaman handuk yang telah dipotong-potong dengan kaporit (pemutih).


(48)

commit to user

35 g. Tahap penyablonan

Handuk yang telah diperas dari rendaman kaporit kemudian diberi malam (pencantingan) agar terlihat menarik.

h. Tahap Pewarnaan

Pemberian warna pada handuk dengan zat warna secara merata.

i. Perebusan

Dalam tahap ini dimaksudkan agar malam dapat terlepas dari handuk.

j. Tahap pengeringan

Setelah handuk-handuk terlepas dari malam, kemudian diperas dan dijemur sampai kering.

k. Packing

Tahap ini adalah memasukkan handuk yang telah dijahit kedalam kantong-kantong plastik dan siap dipasarkan.

B. Laporan Magang Kerja 1. Pengertian Magang Kerja

Magang kerja merupakan kegiatan penunjang perkuliahan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa dengan diterjunkan secara langsung ke dunia kerja secara nyata dengan tujuan agar mahasiswa dapat meneliti secara langsung aplikasi dari berbagi teori yang telah didapat pada saat perkuliahan.


(49)

commit to user

36 2. Tujuan Magang Kerja

Magang Kerja mempunya tujuan sebagai berikut :

a. Memperoleh pengalaman kerja dengan terjun secara langsung ke dalam dunia kerja secara kenyataan.

b. Dapat menambah pengalaman dan ilmu yang di gunakan dalam dunia kerja secara kenyataan.

c. Agar mahasiswa dapat mengetahui memahami permasalahan yang dihadapi dalam dunia kerja seraca kenyataan.

d. Agar dapat bekerja secara berkelompok atau dapat berinteraksi terhadap masyarakat di dalam dunia kerja.

3. Objek magang kerja

Dalam laporan ini objek magang kerja adalah Perusahaan Handuk Lumintu.

a. Jenis objek magang kerja

Objek kerja berupa perusahaan manufaktur yang proses produksinya dilaksanakan secara manual dan menggunakan mesin. Proses produksi dilaksanakan berdasarkan factor penjualan dan permintaan konsumen.

b. Kriteria objek magang kerja

Criteria objek magang kerja, yaitu perusahaan handuk Lumintu adalah sebagai berikut :


(50)

commit to user

37 ii. Bersedia menerima kedatangan peserta magang kerja serta bersedia membimbing peserta magang kerja di objek magang kerja.

iii. Perusahaan sudah mempunyai pangsa pasar yang jelas. 4. Pelaksanaan magang kerja

a. Tempat kegiatan Magang Kerja

Penulis melakukan magang kerja di Perusahaan Handuk Lumintu yang beralamat di Ngendo, Janti, Polanharjo, Klaten. Magang dilaksanakan selama satu bulan, di mulai dari tanggal 08 Februari 2010. Magang dimulai dari pukul 08.00 WIB sampai dengan 12.00 WIB.

Waktu magang tersebut merupakan kesepakatan yang telah disetujui antara pihak perusahaan dengan pihak mahasiswa sebagai peserta magang, sesuai dengan bidang kami yaitu Manajemen Industri.

b. Kegiatan Magang Kerja

Pelaksanaan magang kerja diarahkan pada kegiatan terjun ke lapangan secara langsung. Sebagai acuan dalam menyusun tugas akhir, kegiatan yang kami laksanakan di lokasi produksi adalah :

a) Mengamati berlangsungnya proses produksi.

b) Melakukan tugas sesuai dengan jadwal yang telah diberikan.


(51)

commit to user

38 d) Melakukan wawancara.

e) Ikut membantu dalam kegiatan proses produksi. 5. Manfaat Magang Kerja

Dalam pelaksanaan magang kerja banyak manfaat yang diperoleh penulis antara lain :

1) Mengetahui secara langsung proses produksi pada Perusahaan Handuk Lumintu.

2) Mengetahui secara langsung pekerjaan karyawan.

3) Mengetahui peralatan proses produksi pada Perusahaan Handuk Lumintu.

4) Memperoleh data untuk penulisan tugas akhir.

Demikian laporan magang kerja yang telah dilaksanakan di Perusahaan Handuk Lumintu sebagai objek penulisan Tugas Akhir. Data yang dipakai untuk penulisan tugas akhir adalah tentang proses produksi handuk oleh Perusahaan Handuk Lumintu.


(52)

commit to user

39 C. Pembahasan Masalah

1. Pencatatan Alir atau Urutan Pekerjaan

Langkah awal dalam menganalisis efisiensi dan efektifitas layout dengan metode line balancing terlebih dahulu kita harus mengetahui layout perusahaan ini. Untuk lebih jelasnya kita gambart layout perusahaan saat ini seperti gambar berikut :

C & E

C & E

D

I

Gudang Handuk

Km. mandi

M

N & O

kantor A & B

G,H,L J

K

Tmpt.bhan pew arna

F

Gambar III.2

Layout Perusahaan Handuk Lumintu

Langkah selanjutnya adalah menginventarisasi pekerjaan, yakni mencatat alir atau urutan pekerjaan yang ada. Dalam hal ini kita mencatat urutan pekerjaan beserta waktu pekerjaan yang mendahului pada produksi handuk. Adapun urutan atau alir


(53)

commit to user

40 pekerjaan dan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses produksi dapat dilihat pada tabel III.4 dibawah ini.

Tabel III.4

Urutan pekerjaan dan waktu penyelesaian produksi handuk Pada perusahaan handuk lumintu

No Pekerjaan Simbol Pekerjaan yang mendahului

Waktu (menit)

1 Penghanian A - 35

2 Pengebuman B A 15

3 Penyucukan C B 30

4 Pemaletan D - 5

5 Penenunan E C,D 37

6 Pemotongan F E 3

7 Pencelupan G F 18

8 Pemerasan H G 7

9 Penyablonan I H 15

10 Pewarnaan J I 23

11 Perebusan K J 12

12 Pemerasan L K 7

13 Pengeringan M L 120

14 Penjahitan N M 7

16 Pengepakan O N 8

Total waktu 342

Sumber : data setelah diolah

Pada tabel diatas waktu yang penulis catat merupakan hasil dari pengamatan langsung dengan asumsi rata-rata waktu pengerjaan tiap satu kodi handuk.


(54)

commit to user

41 2. Dalam bentuk diagram jaringan kerja kegiatan ini dapat

digambarkan sebagai berikut :

Gambar III.3

Diagram Jaringan kerja produksi handuk Pada Perusahaan Handuk Lumintu

A B C

E

H

I

J

K

L

M

N D

O F


(55)

commit to user

42 3. Analisis Keseimbangan Lini

Langkah selanjutnya adalah memperhitungkan keseimbangan stasiun kerja pada proses produksi handuk pada Perusahaan Handuk Lumintu.

a. Menentukan stasiun kerja terkecil dan cycle time yang dikehendaki.

1) Menentukan stasiun kerja terkecil

Untuk menentukan banyaknya stasiun kerja yang ada dalam proses pekerjaan, maka digunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan : N = stasiun kerja yang dibuat T = waktu proses total

D = Produksi ( proses )

t = waktu kerja per hari

Perusahaan telah menetapkan target jumlah produksi handuk sebanyak 4 kodi (80 handuk), informasi ini diperoleh dari bagian produksi.


(56)

commit to user

43 Sehingga dapat dihitung jumlah stasiun kerja terkecilnya sebagai berikut :

N =

= (dibulatkan menjadi 3 stasiun kerja)

Langkah selanjutnya adalah mengelompokkan elemen pekerjaan yang ada ke dalam 3 stasiun kerja.

stasiun kerja

elemen pekerjaan

waktu 122 78 142

Gambar III.4

Pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam 3 stasiun kerja

2) Menentukan kapasitas maksimum dan siklus kerja (cycle time) yang diijinkan.

Sebagai dasar struktur kerjanya perusahaan menggunakan waktu dan elemen terlama yaitu 142 menit adalah dengan perhitungan sebagai berikut :

B C D E A C

I

K G I J F H

II

M O

L N III


(57)

commit to user

44 Menghitung kapasitas maksimum

Kapasitas maksimum(Qmax) =

=

=

= 3,38 (dibulatkan menjadi 3 kodi)

Menghitung cycle time yang diijinkan

=

= =

b. Analisis Penugasan Elemen Pekerjaan Dalam Stasiun Kerja. Setelah kita membuat pengelompokan elemen pekerjaan, mengetahui kapasitas maksimum dan cycle time yang diijinkan maka. Langkah selanjutnya adalah membuat tabel perhitungan penugasan elemen-elemen pekerjaan dalam stasiun kerja yang telah kita ketahui tersebut.


(58)

commit to user

45 Tabel III.5

Tabel pengelompokan penugasan elemen pekerjaan dalam stasiun kerja dengan komulatif waktu tiap stasiun

kerja

no pekerjaan simbol Stasiun kerja

Waktu menit

1 Penghanian A

I 122

2 Pengebuman B

3 Penyucukan C

4 Pemaletan D

5 Penenunan E

6 Pemotongan F

II 78

7 Pencelupan G

8 Pemerasan H

9 Penyablonan I

10 Pewarnaan J

11 Perebusan K

12 Pemerasan L

III 142

13 Pengeringan M

14 Penjahitan N

15 Pengepakan O

Total waktu 342

1) Analisis LOT (Longest Operations Time)

Pada siklus kerja 142 menit sebagai dasar siklus kerja yang ditentukan oleh perusahaan, penentuan elemen pekerjaan ke dalam 3 stasiun kerja beserta perhitungan waktu menganggur atau idle time dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


(59)

commit to user

46 Tabel III.6

Perhitungan total waktu kerja, siklus dan waktu menganggur pada cycle time 142 menit.

Stasiun kerja I II III Total waktu

(menit) Waktu

komulatif

122 78 142 342

Siklus kerja 142 142 142 426

Waktu menganggur

20 64 0 84

Dari tabel diatas dapat dihitung berapa presentasi waktu penundaan.

a) Tingkat penundaan

= x 100% =

b) Tingkat efisiensi

= =

Perhitungan diatas adalah dengan siklus kerja 142 menit. Kemudian kita bandingkan dengan perhitungkan siklus kerja yang diijinkan. Jika perusahaan ingin


(60)

commit to user

47 mencapai target produksi 4 kodi per hari, yakni 120 menit. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

2) Perhitungan berdasarkan waktu siklus (cycle time) yang diijinkan yakni 120 menit.

Tabel III.7

Perhitungan total waktu kerja, siklus dan waktu menganggur Pada cycle time 120 menit.

Stasiun kerja I II III Total waktu

(menit) Waktu

komulatif

122 78 142 342

Siklus kerja 120 120 120 360

Waktu menganggur

-2 42 -22 18

Dari tabel diatas dapat dihitung berapa presentasi waktu penundaan sebagai berikut :

a) Tingkat penundaan


(61)

commit to user

48 b) Tingkat efisiensi

c. Menghitung Efektifitas

Efektifitas lininya adalah tingkat kapasitas yang diinginkan yang bisa dicapai, yaitu dengan siklus kerja 120 menit. Total output yang dapat di capai adalah :

1) Menghitung efektifitas berdasarkan cycle time yang diijinkan (120 menit)

Sehingga efektifitas dapat kita bandingkan dengan perhitungan sebagai berikut :

= x 100%


(62)

commit to user

49 Jika dibandingkan dengan perhitungan output per hari yang dicapai dengan siklus kerja 142 menit maka akan diperoleh output per hari yang dicapai sebagai berikut :

2) Menghitung efektifitas berdasarkan cycle time yang diijinkan (142 menit)

Dari perhitungan tersebut maka dapat kita lihat tingkat efektifitasnya adalah sebagai berikut :

4. Hasil Analisis Keseimbangan Lini

Maka dari keseluruhan perhitungan diatas dapat kita rangkumkan ke dalam tabel sebagai berikut :


(63)

commit to user

50 Tabel III.8

Hasil analisis keseimbangan lini berdasarkan aturan siklus kerja terlama LOT (Longest Operations Time)

keterangan Hasil analisis siklus kerja Perbedaan (selisih) Siklus kerja

142 menit

Siklus kerja 120 menit Total

menganggur

84 18 66

Efisiensi 80,29% 95% 14,71%

Efektifitas 75% 100% 25%

Tingkat penundaan

19,71% 5% 14,71%

Dari tabel diatas kita dapat membandingkan antara penerapan kebijakan siklus kerja 120 menit lebih menguntungkan daripada siklus kerja pertama yakni 142 menit. Sehingga apabila siklus kerja 120 menit dapat diterapkan dengan benar maka keseimbangan lini kerja menjadi lebih baik, dimana hal ini akan meningkatkan perusahaan.

Dapat kita lihat apabila dengan waktu siklus kerja (cycle time) 142 menit, menghasilkan waktu menganggur yang cukup besar 84 menit, maka tingkat efisiensi dan efektifitas yang terendah yakni 80,29% dan 75%, serta tingkat penundaan yang tinggi yakni 19,71%.

Berbeda apabila diterapkan dengan siklus kerja terkecil atau cycle time yang diijinkan yakni 120 menit, yang mana dari hasil analisis terlihat lebih baik karena menghasilkan waktu menganggur


(64)

commit to user

51 yang kecil 18 menit. Tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi yakni 95% dan 100%, serta tingkat penundaan yang rendah sebesar 5%.

Dengan demikian apabila sistem, peralatan dan karyawan dapat di koordinir serta diterapkan dengan baik maka efisiensi dan efektifitas layout dapat tercapai.

Dari uraian diatas dapat pula disimpulkan bahwa pengelompokan pekerjaan berdasarkan stasiun kerja yang terlihat sebagai berikut :

C & E

C & E

D

I

Gudang Handuk

Km. mandi

M

N & O

kantor A & B

G,H,L J

K

Tmpt.bhan pew arna

F

St 1

St 2 St 3

Gambar III.5


(65)

commit to user

52 BAB IV

PENUTUP

Berikut merupakan kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan pembahasan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Tentang efisiensi dan efektifitas layout fasilitas produksi pada Perusahaan Handuk Lumintu, Klaten. Selain itu juga berisi saran-saran bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi perusahaan serta sebagai salah satu langkah perbaikan untuk masa mendatang.

a. KESIMPULAN

1. Alur proses produksi pada Perusahaan Handuk Lumintu di Janti, Klaten meliputi penghanian, pengebuman, penyucukan, pemaletan, penenunan, pemotongan, pencelupan, penyablonan, pewarnaan, perebusan, pengeringan, penjahitan, pengepakan. 2. Departemen produksi untuk produksi handuk di Perusahaan

Handuk Lumintu, memiliki pekerjaan yang dapat dikelompokkan menjadi 3 stasiun kerja. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain sebagai berikut yakni A,B,C,D,E terdapat pada stasiun kerja satu. F,G,H,I,J,K terdapat pada stasiun kerja dua. L,M,N,O terdapat pada stasiun kerja tiga.

3. Dari hasil analisis dapat kita peroleh berapa tingkat efisiensi dan efektifitas layout yang ada pada produksi handuk.


(66)

commit to user

53 a. Dengan menggunakan siklus kerja 142 menit.(siklus kerja yang diterapkan),menghasilkan tingkat efisiensi sebesar 80,29% dan tingkat efektifitas sebesar 75%.

b. Dengan menggunakan siklus kerja 120 menit.(siklus kerja yang diijinkan),menghasilkan tingkat efisiensi lebih besar yakni sebesar 95% dan tingkat efektifitas 100%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan siklus kerja 120 menit dapat menghasilkan tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan siklus kerja 142 menit.

4. Dari hasil analisis pula kita dapat menemukan adanya waktu menganggur dan tingkat penundaan yang muncul pada layout produksi handuk yakni sebagai berikut :

a. Dengan menggunakan siklus kerja 142 menit(siklus kerja yang diterapkan), menghasilkan waktu menganggur yang lebih besar yakni 84 menit lebih besar dari waktu siklus dan tingkat penundaan yang besar yakni 19,71%.

b. Dengan menggunakan siklus kerja 120 menit(siklus kerja yang diijinkan), menghasilkan waktu menganggur yakni sebesar 18 menit dan tingkat penundaan 5%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan siklus kerja 120 menit dapat menghasilkan waktu menganggur dan tingkat penundaan yang lebih kecil dan ini


(67)

commit to user

54 berarti penerapan siklus kerja 120 menit lebih baik dibandingkan dengan menggunakan siklus kerja 140 menit.

b. SARAN

Berdasarkan analisis yang dilakukan, penulis mencoba memberikan saran yang terkait dengan hasil yang diperoleh. Dengan harapan dapat dijadikan bahan referensi pertimbangan atau kebijakan menajemen untuk proses produksi handuk.

1. Siklus kerja yang digunakan hendaknya adalah siklus kerja yang kecil sehingga perusahaan mendapatkan tingkat efisiensi dan efektifitas produksi yang lebih baik.

2. Untuk dapat menggunakan siklus kerja yang kecil, perlu dilakukan evaluasi pada tiap-tiap stasiun kerja, sehingga dapat diketahui kegiatan apa saja yang ditiadakan dan diadakan ataupun diperbaiki dari kondisi sebelumnya. Hal ini ditujukan agar dapat mengoptimalkan fungsi produksi dan meminimalkan permasalahan yang ada pada proses produksi.

3. Memperhatikan produktivitas karyawan dan kondisi peralatan yang ada, hendaknya selalu dievaluasi secara berkala agar efisiensi dan efektifitas produksi meningkat dan terkontrol dengan baik.


(1)

commit to user

49 Jika dibandingkan dengan perhitungan output per hari yang dicapai dengan siklus kerja 142 menit maka akan diperoleh output per hari yang dicapai sebagai berikut :

2) Menghitung efektifitas berdasarkan cycle time yang diijinkan (142 menit)

Dari perhitungan tersebut maka dapat kita lihat tingkat efektifitasnya adalah sebagai berikut :

4. Hasil Analisis Keseimbangan Lini

Maka dari keseluruhan perhitungan diatas dapat kita rangkumkan ke dalam tabel sebagai berikut :


(2)

commit to user

50

Tabel III.8

Hasil analisis keseimbangan lini berdasarkan aturan siklus kerja terlama LOT (Longest Operations Time)

keterangan Hasil analisis siklus kerja Perbedaan (selisih) Siklus kerja

142 menit

Siklus kerja 120 menit Total

menganggur

84 18 66

Efisiensi 80,29% 95% 14,71%

Efektifitas 75% 100% 25%

Tingkat penundaan

19,71% 5% 14,71%

Dari tabel diatas kita dapat membandingkan antara penerapan kebijakan siklus kerja 120 menit lebih menguntungkan daripada siklus kerja pertama yakni 142 menit. Sehingga apabila siklus kerja 120 menit dapat diterapkan dengan benar maka keseimbangan lini kerja menjadi lebih baik, dimana hal ini akan meningkatkan perusahaan.

Dapat kita lihat apabila dengan waktu siklus kerja (cycle time) 142 menit, menghasilkan waktu menganggur yang cukup besar 84 menit, maka tingkat efisiensi dan efektifitas yang terendah yakni 80,29% dan 75%, serta tingkat penundaan yang tinggi yakni 19,71%.

Berbeda apabila diterapkan dengan siklus kerja terkecil atau cycle time yang diijinkan yakni 120 menit, yang mana dari hasil analisis terlihat lebih baik karena menghasilkan waktu menganggur


(3)

commit to user

51 yang kecil 18 menit. Tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih tinggi yakni 95% dan 100%, serta tingkat penundaan yang rendah sebesar 5%.

Dengan demikian apabila sistem, peralatan dan karyawan dapat di koordinir serta diterapkan dengan baik maka efisiensi dan efektifitas layout dapat tercapai.

Dari uraian diatas dapat pula disimpulkan bahwa pengelompokan pekerjaan berdasarkan stasiun kerja yang terlihat sebagai berikut :

C & E

C & E

D

I

Gudang Handuk Km.

mandi

M

N & O

kantor A & B

G,H,L J

K

Tmpt.bhan pew arna

F

St 1

St 2 St 3

Gambar III.5


(4)

commit to user

52

BAB IV PENUTUP

Berikut merupakan kesimpulan yang dikemukakan berdasarkan pembahasan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. Tentang efisiensi dan efektifitas layout fasilitas produksi pada Perusahaan Handuk Lumintu, Klaten. Selain itu juga berisi saran-saran bagi perusahaan sebagai bahan pertimbangan untuk mengevaluasi perusahaan serta sebagai salah satu langkah perbaikan untuk masa mendatang.

a. KESIMPULAN

1. Alur proses produksi pada Perusahaan Handuk Lumintu di Janti, Klaten meliputi penghanian, pengebuman, penyucukan, pemaletan, penenunan, pemotongan, pencelupan, penyablonan, pewarnaan, perebusan, pengeringan, penjahitan, pengepakan. 2. Departemen produksi untuk produksi handuk di Perusahaan

Handuk Lumintu, memiliki pekerjaan yang dapat dikelompokkan menjadi 3 stasiun kerja. Pekerjaan-pekerjaan tersebut antara lain sebagai berikut yakni A,B,C,D,E terdapat pada stasiun kerja satu. F,G,H,I,J,K terdapat pada stasiun kerja dua. L,M,N,O terdapat pada stasiun kerja tiga.

3. Dari hasil analisis dapat kita peroleh berapa tingkat efisiensi dan efektifitas layout yang ada pada produksi handuk.


(5)

commit to user

53 a. Dengan menggunakan siklus kerja 142 menit.(siklus kerja yang diterapkan),menghasilkan tingkat efisiensi sebesar 80,29% dan tingkat efektifitas sebesar 75%.

b. Dengan menggunakan siklus kerja 120 menit.(siklus kerja yang diijinkan),menghasilkan tingkat efisiensi lebih besar yakni sebesar 95% dan tingkat efektifitas 100%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan siklus kerja 120 menit dapat menghasilkan tingkat efisiensi dan efektifitas yang lebih baik dibandingkan dengan menggunakan siklus kerja 142 menit.

4. Dari hasil analisis pula kita dapat menemukan adanya waktu menganggur dan tingkat penundaan yang muncul pada layout produksi handuk yakni sebagai berikut :

a. Dengan menggunakan siklus kerja 142 menit(siklus kerja yang diterapkan), menghasilkan waktu menganggur yang lebih besar yakni 84 menit lebih besar dari waktu siklus dan tingkat penundaan yang besar yakni 19,71%.

b. Dengan menggunakan siklus kerja 120 menit(siklus kerja yang diijinkan), menghasilkan waktu menganggur yakni sebesar 18 menit dan tingkat penundaan 5%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan siklus kerja 120 menit dapat menghasilkan waktu menganggur dan tingkat penundaan yang lebih kecil dan ini


(6)

commit to user

54 berarti penerapan siklus kerja 120 menit lebih baik dibandingkan dengan menggunakan siklus kerja 140 menit.

b. SARAN

Berdasarkan analisis yang dilakukan, penulis mencoba memberikan saran yang terkait dengan hasil yang diperoleh. Dengan harapan dapat dijadikan bahan referensi pertimbangan atau kebijakan menajemen untuk proses produksi handuk.

1. Siklus kerja yang digunakan hendaknya adalah siklus kerja yang kecil sehingga perusahaan mendapatkan tingkat efisiensi dan efektifitas produksi yang lebih baik.

2. Untuk dapat menggunakan siklus kerja yang kecil, perlu dilakukan evaluasi pada tiap-tiap stasiun kerja, sehingga dapat diketahui kegiatan apa saja yang ditiadakan dan diadakan ataupun diperbaiki dari kondisi sebelumnya. Hal ini ditujukan agar dapat mengoptimalkan fungsi produksi dan meminimalkan permasalahan yang ada pada proses produksi.

3. Memperhatikan produktivitas karyawan dan kondisi peralatan yang ada, hendaknya selalu dievaluasi secara berkala agar efisiensi dan efektifitas produksi meningkat dan terkontrol dengan baik.