Potensi Dan Strategi Pengembangan Wisata Minat Khusus Telaga Wahyu Di Kabupaten Magetan bab 1

(1)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia memiliki wilayah perairan yang sangat luas, baik itu berupa lautan maupun danau yang merupakan salah satu keanekaragaman hayati, yaitu sumber daya air. Sumber daya air merupakan kebutuhan dasar manusia. Sumber daya air tersebut dapat dinikmati oleh masyarakat sekitar. Pengelolaan yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan sumber daya air misalnya menjadikan sebagai sumber air minum, irigasi lahan pertanian, untuk kebutuhan sehari-hari seperti kegiatan mandi dan mencuci, serta untuk kebutuhan industri. Pada dasarnya, penggelolaan sumber daya air adalah aplikasi dari cara struktural dan non struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam dan buatan manusia untuk kepentingan manusia dan tujuan lingkungan (Robert dan Roestam, 2005:19). Selain itu, air juga dapat dikembangkan untuk kegiatan pariwisata.

Obyek wisata air selalu mengalami perkembangan yang cukup pesat dan kini telah menjadi sektor unggulan setiap daerah. Pemerintah berupaya keras untuk meningkatkan pelayanan kepada wisatawan dengan peningkatan sarana prasarana pendukung, atraksi, maupun akomodasi. Tetapi, pada kenyataannya pengembangan yang dilakukan sifatnya belum


(2)

commit to user

komperehesif, hanya mementingkan besarnya keuntungan yang diperoleh tanpa melihat aspek ekologis dan berkelanjutan dari obyek wisata. Akibatnya terjadi pencemaran lingkungan alam dan lingkungan hidup, dan berdampak pada perubahan sikap sosial masyarakat sekitar. Padahal apabila obyek wisata dapat dikelola dengan baik, maka akan mampu menarik wisatawan untuk berkunjung dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah, memperluas lapangan pekerjaan, mendorong terpeliharanya lingkungan hidup dan pada akhirnya mampu mendorong pembangunan daerah pada sektor yang lain

Selain pemanfaatan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan manusia dan pariwisata, keberadaan dari sumber daya air haruslah dijaga kelestariannya. Hal ini perlu dilakukan mengingat sifat dari sumber daya air merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga setiap pemanfaatan sumber daya air harus memperhatikan aspek keberlanjutan.

Kabupaten Magetan terletak di lereng Gunung Lawu sebelah timur dan berada di ujung Barat Provinsi Jawa Timur berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Sebagai daerah perbukitan dengan panorama alam yang indah, hutan yang alami, banyak sumber air yang mengalir membuat Magetan subur, asri dan sejuk. Magetan yang mayoritas penduduknya sebagai petani yang penuh dengan kesederhanaan, keramah-tamahan dan menjunjung tinggi nilai-nilai gotong royong. Hal ini

tercermin dari semboyan Magetan Kumandhang Yen Kabeh Tumandang


(3)

commit to user

saling bahu membahu. Etos kerja yang tinggi juga tercermin dari filsafah Wani Hamungkasi Karya, Memayu Hambayuning Bawana yang bermakna berani menyelesaikan masalah sampai tuntas guna menciptakan kesejahteraan yang berorientasi pada keseimbangan dan kelestarian alam. Semboyan dan falsafah ini menunjukkan begitu kuat tekat masyarakat Magetan untuk mewujudkan cita-cita menjadikan Magetan yang maju, mandiri, aman, adil dan sejahtera.

Kabupaten Magetan memiliki berbagai jenis potensi wisata yang masih memerlukan upaya pengembangan untuk mendukung sektor pariwisata yang merupakan salah satu andalan pembangunandi Indonesia. Berbagai aset wisata yang saat ini ada masih memerlukan peningkatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat untuk berwisata serta menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi alternatif penting di masa depan.

Kawasan Wisata Telaga Wahyu dimaksudkan untuk memberikan pilihan lain selain kawasan Wisata Sarangan. Kebetulan letaknya tidak terlalu jauh dari Telaga Sarangan, terletak di kaki Gunung Lawu. Telaga Wahyu merupakanobyek wisata pendukung Telaga Sarangan, bersama-sama dengan Air Terjun Pundak Kiwo, Air Terjun Tirtosari, Air Terjun Jarakan, Air Terjun Watu Ondo, Prasasti Watu Ongko, Puncak Lawu serta Bumi Perkemahan Mojosemi dan Taman Bunga Sarangsari.Berdasarkan beberapa uraian di atas, sangat menarik untuk meneliti lebih lanjut tentang pengembangan obyek wisata Telaga Wahyu dan mengambil judul


(4)

commit to user

KHUSUS TELAGA WAHYU DI KABUPATEN MAGETAN” dengan fokus pada upaya pemanfaatan lahan dan perbaikan fasilitas penunjang obyek. Hal itu bisa dilakukan mengingat Telaga Wahyu masih memiliki potensi yang cukup besar untuk menjadi sebuah obyek wisata minat khusus yang layak untuk dikunjungi dengan ketersediaan akses dan fasilitas yang baik.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas,dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana potensi pariwisata di Telaga Wahyu Kabupaten

Magetan?

2. Bagaimanastrategi pengembangan wisata minat khusus di Telaga

Wahyu Kabupaten Magetan?

3. Kendala apa yang dihadapi dalam pengembangan wisata minat

khusus di Telaga Wahyu dan solusi apa saja yang dilakukan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan dari rumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui potensi pariwisata di Telaga Wahyu Kabupaten


(5)

commit to user

2. Mengetahui strategi pengembangan wisata minat khusus di Telaga

Wahyu Kabupaten Magetan

3. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam pengembangan

wisata minat khusus di Telaga Wahyu dan solusi yang dilakukan

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penulisan ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat penulisan laporan Tugas Akhir ini dapat menjadi

penambah sumber pengetahuan bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya, serta memberikan informasi keilmuan dalam bidang usaha perjalanan wisata khususnya dalam pengembangan obyek wisata.

2. Manfaat Praktis

Memberikan informasidan atraksi wisata berupa daya tarik

wisatawan sebagai sarana refresing bagi wisatawan untuk memberikan motivasi meningkatkan tingkat kunjungan ke Telaga Wahyu Kabupaten Magetan.


(6)

commit to user

E. Kajian Pustaka

1. Definisi Pariwisata

Pariwisata berasal dari dua kata yakni “pari” dan “wisata”. Pari dapat

diartikan sebagai banyak, berkali-kali, berputar atau lengkap. Sedangkan wisata dapat diartikan sebagai perjalanan atau berpergian yang dalam hal

ini sinonim dengan kata “travel” dalam bahasa inggris. Atas dasar itu

maka pariwisata dapat diartikan sebagai perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari satu tempat ke tempat yang lain, yang

dalam bahasa inggris disebut dengan “Tour” (Oka A. Yoeti, 1996:112).

Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan,

“pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

terkait di bidang ini”.

Sedangkan pengertian pariwisata menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah (Bab 1, Pasal 1, Ayat 3).

Dilain sisi WTO mendefinisikan pariwisata sebagai “the activities of

persons travelling to and staying in places outside their usual environment for not more than one concecutive year for leisure, business and other

purposes” atau berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang yang


(7)

commit to user

dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis, dan keperluan lain (Muljadi A. J, 2009:9).

Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 7 Tahun 2013 tentang kepariwisataan pasal 7 menjelaskan Daya tarik wisata meliputi daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, daya tarik wisata buatan. Pembangunan terhadap daya tarik wisata dilaksanakan berdasarkan prinsip menjunjung tinggi nilai agama dan budaya, serta keseimbangan antara upaya pengembangan manajemen atraksi untuk menciptakan daya tarik wisata yang berkualitas, berdaya saing, serta mengembangkan upaya konservasi untuk menjaga kelestarian dan berkelanjutan sumber dayanya.

2. Pengembangan Obyek Wisata

Pengembangan obyek wisata dapat diartikan usaha atau cara untuk membuat jadi lebih baik segala sesuatu yang dapat dilihat dan dinikmati oleh manusia sehingga semakin menimbulkan perasaan senang dengan demikian akan menarikwisatawan untuk berkunjung. Gamal Suwantoro (1997:57) menulis mengenai pola kebijakan pengembangan obyek wisata yang meliputi:

a. Prioritas pengembangan obyek

b. Pengembangan pusat-pusat penyebaran kegiatan wisatawan

c. Memungkinkan kegiatan penunjang pengembangan obyek


(8)

commit to user

Dalam pengembangan obyek wisata ini, perlu diperhatikan tentang prasarana pariwisata, sarana wisata, infrastruktur pariwisata dan masyarakat sekitar obyek wisata tersebut.

3. Pengembangan Wisata Tirta

Rencana pengembangan kawasan wisata tirta harus dikaitkan dengan berbagai kepentingan yang mendasar, yaitu pemberdayaan masyarakat setempat. Masyarakat lokal adalah masyarakat yang memiliki banyak pengetahuan tentang kondisi obyektif wilayahnya, oleh karena itu dalam pengembangan kawasan wisata tirta, senantiasa hendaknya dimulai pendekatan terhadap masyarakat setempat sebagai suatu model pendekatan perencanaan partisipatif yang menempatkan masyarakat lokal memungkinkan saling berbagi, meningkatkan dan menganalisa pengetahuan mereka tentang wisata tirta, membuat rencana dan bertindak.

Pengembangan kawasan wisata tirta adalah satu bentuk pengelolaan kawasan wisata yang berupaya untuk memberikan manfaat terutama bagi upaya perlindungan dan pelestarian sertapemanfaatan potensi dan jasa lingkungkan sumber daya perairan. Di lain pihak masyarakat dapat merasakan manfaatnya secara langsung pada usaha pariwisata melalui terbukanya kesempatan kerja dan usaha yang pada gilirannya akan mampu meningkatkan pendapatan masyarakat dan pemerintah. Peraturan Daerah Kabupaten Magetan Nomor 7 Tahun 2013 tentang kepariwisataan pasal 31 menjelaskan usaha wisata tirta merupakan usaha yang menyelenggarakan wisata


(9)

commit to user

dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial. Bidang usaha wisata tirta di Daerah meliputi jenis usaha wisata sungai, danau, dan waduk.

4. Wisata Alam

Menurut Undang-Undang No.5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Sedangkan kawasan konservasi sendiri adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Pasal 31 dari Undang-Undang No.5 Tahun1990 menyebutkan bahwa dalam taman wisata alam dapat dilakukan kegiatan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya dan wisata alam. Pasal 34 menyebutkan pula bahwa penggelolaan taman wisata dilaksanakan oleh pemerintah.

Wisata alam adalah bentuk kegiatan rekreasi dan pariwisata yang memanfaatkan potensi sumber daya alam, baik dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budidaya, sehingga memungkinkan wisatawan memperoleh kesegaran jasmanniah dan rohaniah, mendapatkan pengetahuan dan pengalaman serta menumbuhkan inspirasi dan dan cinta terhadap alam (Anonymous, 1982 dalam Saragih 1993).


(10)

commit to user

5. Wisata Minat Khusus

Kegiatan wisata berkembang seiring dengan perkembangan kebutuhan manusia. Pada masyarakat perkotaan dimana ritme kehidupan berjalan cepat disertai tekanan hidup yang makin meningkat menimbulkan permasalahan tersendiri. Perkembangan lingkungan kota yang keras membuat masyarakatnya cenderung mudah mengalami stres. Kebutuhan untuk mencari pelepasan stres menimbulkan perkembangan positif salah satu gejala yang berkembang dari kebutuhan masyarakat kota adalah kebutuhan untuk berwisata.

Kegiatan pariwisata pada umumnya dilakukan di luar wilayah tempat tinggal wisatawan. Kegiatan wisata banyak dilakukan di tempat-tempat yang memiliki iklim sejuk, pemandangan menarik dan memiliki atraksi wisata. Namun untuk memperoleh tempat wisata semacam itu dibutuhkan dukungan dana sejumlah tertentu sesuai dengan jarak, atraksi dan pelayanan wisata yang diinginkan.

Perkembangan industri pariwisata yang linier dengan

perkembangan kebutuhan manusia menciptakan berbagai jenis wisata. Mulai wisata massal seperti piknik/tamasya dengan fokus

hanya bersenang-senang (hedonisme), sampai bentuk wisata minat

khusus yang memiliki fokus kegiatan yang lebih spesifik.

Wisata minat khusus (Special Interest Tourism) merupakan

bentuk kegiatan dengan wisatawan individu, kelompok atau rombongan kecil yang bertujuan untuk belejar dan berupaya


(11)

commit to user

mendapatkan pengalaman tentang suatu hal di daerah yang dikunjungi (Fandeli, 2002:107).

Salah satu bentuk wisata baru tersebut adalah wisata minat khusus yang digambarkan Wall and Weiler (1992:4, Smith: 1992) sebagai :

The special interest traveller wants to experience something new, whether it is history, food, sport, customs or the outdoors. Many wish to appreciate the new sights, sound, smell, tastes and to undertsand the

place and it’s people

Wisata minat khusus kerap disebut juga sebagai perjalanan aktif dan memberikan pengalaman baru, wisata sosial, wisata pendidikan, dan sebagainya.

Pariwisata minat khusus menurut Fandeli (1992:107) dapat terfokus pada :

1) Aspek budaya, misalnya tarian/musik/seni tradisional, kerajinan,

arsitektur, pola tradisi masyarkat, aktivitas ekonomi yang spesifik, arkeologi dan sejarah.

2) Aspek alam, berupa kekayaan flora fauna, gejala geologi,

keeksotikan taman nasional, hutan, suangai, air terjun, pantai, laut dan perilaku ekosistem tertentu.

Ada beberapa kriteria yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menetapkan suatu bentuk wisata minat khusus, yaitu adanya unsur:


(12)

commit to user

1).Learning yaitu kegiatan wisata yang mengarah pada unsur pembelajaran

2).Rewarding, yaitu kegiatan wisata yang memasukkan unsur

pemberian penghargaan atau mengagumi keindahan/keunikan

kekayaan dari suatu atraksi yang kemudian menimbulkan penghargaan 3). Enriching, yaitu pariwisata yang memasukkan peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan masyarakat

4). Adventuring, yaitu pariwisata yang dirancang sebagai wisata petualangan (Fandeli, 1992:110)

Pada umumnya wisatawan minat khusus memiliki motivasi keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu hal. Wisata ini menghasilkan dorongan bagi wisatawan untuk mempelajari sesuatu (learning). Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan wisata

minat khusus adalah adanya unsur rewarding yang tinggi terhadap

obyek yang dikunjungi. Wisata minat khusus juga mengandung pengkayaan pengalaman bagi wisatawan karena kegiatan ini akan menghadirkan pengalaman baru bagi wisatawan.

Melihat karakteristik wisata minat khusus yang sangat fleksible

sangat mungkin semua wilayah termasuk perkotaan dapat

mengembangkan diri sebagai daerah destinasi wisata minat khusus. Potensi obyek wisata minat khusus dapat ditumbuhkan dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu berkembang sebagai tempat yang memiliki keunikan dan menarik minat wisatawan untuk mempelajari sesuatu. (Sumber: www.endah-parwis-fisip.web.unair.ac.id)


(13)

commit to user

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif yang mana didalam penelitian ini mengumpulkan data yang diperoleh melalui obervasi dalam praktek kerja dilapangan.

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan obyek Wisata Telaga Wahyu yang beralamat di Jalan raya Plaosan-Sarangan, Magetan. Penelitian ini dilakukan secara berkala pada bulan Januari-Maret 2014 dan dilakukan pada hari dimana obyek dipadati oleh pengunjung guna mendapat hasil yang akurat dan merata.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menunjang tercapainya tujuan penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dengan cara ini data yang diperoleh adalah factual dan actual, dalam artian data yang dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung ( Endar Sugiarto dan Kusmayadi, 2000:84).

Observasi dilakukan pada saat kegiatan On The Job Training bulan Januari-Maretdi Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Pemuda Olahragadan Obyek wisata Telaga Wahyu. Observasi dilakukan secara langsung dengan mengamati tentang kondisi obyek wisata Telaga Wahyu meliputi fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, potensi, dan pengelolaan obyek


(14)

commit to user

tersebut sehingga memperoleh data yang akurat dan terfokus. Dalam observasi dilakukan juga dengan pemotretan setiap detail yang ada di obyek Telaga Wahyu. Setelah seluruh data didapat kemudian diolah dan dianalisa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti pengamatan dalam kantor Kepala Bidang, Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata serta penjualan tiket masuk Telaga Wahyu, pembukuan, dan pengembangan obyek dan tarik wisata.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul redaksi data dengan koresponden. Sehingga wawancara dapat diartikansebagai cara mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada responden dan jawaban-jawaban dicatat atau direkam(Endar sugiarto dan Kusmayadi, 2000, 83).

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan tanya jawab dengan Bapak Kuswinardi selaku Kepala Kawasan Wisata Sarangan, Bapak Rusni selaku Penggelola Telaga Wahyu, wisatawan, maupun warga sekitar yang akhirnya dapat memperoleh data-data yang jelas, terperinci yang berkaitan dengan sejarah maupun hal-hal lainnya yang menyangkut obyek penelitian tersebut. Wawancara dilakukan bersamaan dengan observasi ke obyek wisata Telaga Wahyu.

c. Studi Arsip atau Dokumen

Studi arsip merupakan metode yang digunakan untuk


(15)

commit to user

diperlukan. Berdasarkan uraian di atas dokumen itu misalya data kunjungan, rencana pengembangan jangka menengah (RPJM), dan Peraturan Daerah Kabupaten Magetan.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan segala usaha yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang akan atau sedang diteliti seperti mancari dari situs internet atau buku-buku diperpustakaan dan lab tour D3 Usaha Perjalanan Wisata, brosur, media cetak, situs internet, dll.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengorganisasian data dan mengurutkan ke dalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Teknik analisis yang digunakan dengan diskriptif kualitatif dimana menjabarkan keterangan-keterangan maupun data yang didapatkan kemudian di analisis dari data-data yang didapatkan.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.


(16)

commit to user

G. Sistematika Penulisan

Hasil Penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis kemudian disusun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang Latar Belakang Permasalahan, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Kondisi Pariwisata Kabupaten Magetan, berisi tentang gambaran umum Kabupaten Magetan, kondisi sosial dan budaya Masyarakat Magetan, Arah Kebijakan Keuangan Daerah Kabupaten Magetan,Profil Pariwisata Kabupaten Magetan, Struktur Organisasi dan Tugas Dinas Pariwisata, kebudayaan dan Pemuda Olahraga (DINAS PARBUDPORA) Kabupaten Magetan.

Bab III Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Telaga Wahyu, Berisi

tentang potensi pengembangan wisataTelaga Wahyu, strategi

pengembangan wisata minat khusus Telaga Wahyu, faktor pendukung dan penghambat dalam konsep wisata minat khusus telaga wahyu, analisis SWOT dan 4A.


(1)

commit to user

mendapatkan pengalaman tentang suatu hal di daerah yang dikunjungi (Fandeli, 2002:107).

Salah satu bentuk wisata baru tersebut adalah wisata minat khusus yang digambarkan Wall and Weiler (1992:4, Smith: 1992) sebagai :

The special interest traveller wants to experience something new, whether it is history, food, sport, customs or the outdoors. Many wish to appreciate the new sights, sound, smell, tastes and to undertsand the place and it’s people

Wisata minat khusus kerap disebut juga sebagai perjalanan aktif dan memberikan pengalaman baru, wisata sosial, wisata pendidikan, dan sebagainya.

Pariwisata minat khusus menurut Fandeli (1992:107) dapat terfokus pada :

1) Aspek budaya, misalnya tarian/musik/seni tradisional, kerajinan, arsitektur, pola tradisi masyarkat, aktivitas ekonomi yang spesifik, arkeologi dan sejarah.

2) Aspek alam, berupa kekayaan flora fauna, gejala geologi, keeksotikan taman nasional, hutan, suangai, air terjun, pantai, laut dan perilaku ekosistem tertentu.

Ada beberapa kriteria yang dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menetapkan suatu bentuk wisata minat khusus, yaitu adanya unsur:


(2)

commit to user

1).Learning yaitu kegiatan wisata yang mengarah pada unsur pembelajaran

2).Rewarding, yaitu kegiatan wisata yang memasukkan unsur pemberian penghargaan atau mengagumi keindahan/keunikan kekayaan dari suatu atraksi yang kemudian menimbulkan penghargaan 3). Enriching, yaitu pariwisata yang memasukkan peluang terjadinya pengkayaan pengetahuan masyarakat

4). Adventuring, yaitu pariwisata yang dirancang sebagai wisata petualangan (Fandeli, 1992:110)

Pada umumnya wisatawan minat khusus memiliki motivasi keingintahuan yang tinggi terhadap sesuatu hal. Wisata ini menghasilkan dorongan bagi wisatawan untuk mempelajari sesuatu (learning). Sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan wisata minat khusus adalah adanya unsur rewarding yang tinggi terhadap obyek yang dikunjungi. Wisata minat khusus juga mengandung pengkayaan pengalaman bagi wisatawan karena kegiatan ini akan menghadirkan pengalaman baru bagi wisatawan.

Melihat karakteristik wisata minat khusus yang sangat fleksible sangat mungkin semua wilayah termasuk perkotaan dapat mengembangkan diri sebagai daerah destinasi wisata minat khusus. Potensi obyek wisata minat khusus dapat ditumbuhkan dan dikelola sedemikian rupa sehingga mampu berkembang sebagai tempat yang memiliki keunikan dan menarik minat wisatawan untuk mempelajari sesuatu. (Sumber: www.endah-parwis-fisip.web.unair.ac.id)


(3)

commit to user

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif yang mana didalam penelitian ini mengumpulkan data yang diperoleh melalui obervasi dalam praktek kerja dilapangan.

1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kawasan obyek Wisata Telaga Wahyu yang beralamat di Jalan raya Plaosan-Sarangan, Magetan. Penelitian ini dilakukan secara berkala pada bulan Januari-Maret 2014 dan dilakukan pada hari dimana obyek dipadati oleh pengunjung guna mendapat hasil yang akurat dan merata.

2. Teknik Pengumpulan Data

Untuk menunjang tercapainya tujuan penelitian ini, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung. Dengan cara

ini data yang diperoleh adalah factual dan actual, dalam artian data yang

dikumpulkan diperoleh pada saat peristiwa berlangsung ( Endar Sugiarto dan Kusmayadi, 2000:84).

Observasi dilakukan pada saat kegiatan On The Job Training bulan

Januari-Maretdi Dinas Kebudayaan Pariwisata dan Pemuda Olahragadan Obyek wisata Telaga Wahyu. Observasi dilakukan secara langsung dengan mengamati tentang kondisi obyek wisata Telaga Wahyu meliputi fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, potensi, dan pengelolaan obyek


(4)

commit to user

tersebut sehingga memperoleh data yang akurat dan terfokus. Dalam observasi dilakukan juga dengan pemotretan setiap detail yang ada di obyek Telaga Wahyu. Setelah seluruh data didapat kemudian diolah dan dianalisa. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan seperti pengamatan dalam kantor Kepala Bidang, Kepala Seksi Obyek dan Daya Tarik Wisata serta penjualan tiket masuk Telaga Wahyu, pembukuan, dan pengembangan obyek dan tarik wisata.

b. Wawancara

Wawancara merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul redaksi data dengan koresponden. Sehingga wawancara dapat diartikansebagai cara mengumpulkan data dengan bertanya langsung

kepada responden dan jawaban-jawaban dicatat atau direkam(Endar

sugiarto dan Kusmayadi, 2000, 83).

Pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan tanya jawab dengan Bapak Kuswinardi selaku Kepala Kawasan Wisata Sarangan, Bapak Rusni selaku Penggelola Telaga Wahyu, wisatawan, maupun warga sekitar yang akhirnya dapat memperoleh data-data yang jelas, terperinci yang berkaitan dengan sejarah maupun hal-hal lainnya yang menyangkut obyek penelitian tersebut. Wawancara dilakukan bersamaan dengan observasi ke obyek wisata Telaga Wahyu.

c. Studi Arsip atau Dokumen

Studi arsip merupakan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dengan melakukan pencarian arsip dan dokumen yang


(5)

commit to user

diperlukan. Berdasarkan uraian di atas dokumen itu misalya data kunjungan, rencana pengembangan jangka menengah (RPJM), dan Peraturan Daerah Kabupaten Magetan.

d. Studi Pustaka

Studi pustaka merupakan segala usaha yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan masalah yang akan atau sedang diteliti seperti mancari dari situs internet atau buku-buku diperpustakaan dan lab tour D3 Usaha Perjalanan Wisata, brosur, media cetak, situs internet, dll.

3. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses pengorganisasian data dan mengurutkan ke dalam pola, katagori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Teknik analisis yang digunakan dengan diskriptif kualitatif dimana menjabarkan keterangan-keterangan maupun data yang didapatkan kemudian di analisis dari data-data yang didapatkan.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.


(6)

commit to user

G. Sistematika Penulisan

Hasil Penelitian yang diperoleh setelah dilakukan analisis kemudian disusun dalam bentuk laporan akhir dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, berisi uraian tentang Latar Belakang Permasalahan, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian,Manfaat Penelitian, Kajian Pustaka, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

Bab II Kondisi Pariwisata Kabupaten Magetan, berisi tentang gambaran umum Kabupaten Magetan, kondisi sosial dan budaya Masyarakat Magetan, Arah Kebijakan Keuangan Daerah Kabupaten Magetan,Profil Pariwisata Kabupaten Magetan, Struktur Organisasi dan Tugas Dinas Pariwisata, kebudayaan dan Pemuda Olahraga (DINAS PARBUDPORA) Kabupaten Magetan.

Bab III Potensi dan Strategi Pengembangan Wisata Telaga Wahyu, Berisi tentang potensi pengembangan wisataTelaga Wahyu, strategi pengembangan wisata minat khusus Telaga Wahyu, faktor pendukung dan penghambat dalam konsep wisata minat khusus telaga wahyu, analisis SWOT dan 4A.