SEJARAH MIGRASI ETNIK MANDAILING KE KISARAN KABUPATEN ASAHAN (1830-2013).
SEJARAH MIGRASI ETNIK MANDAILING KE KISARAN
KABUPATEN ASAHAN (1830
–
2013)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat
–
syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan (S1)
Oleh :
NORMA YANNI HASIBUAN
3103121059
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2)
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
Norma Yanni Hasibuan. NIM : 3103121059. Sejarah Migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran Kabupaten Asahan ( 1830 – 2013 ). Skripsi. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah migrasi etnik Mandailing ke Kisaran. Proses masuknya migrasi etnis Mandailing ke Kisaran karena terjadinya perang Padri yang mengakibatkan masyarakat Mandailing meminta bantuan kepada Belanda untuk mengusir pasukan Padri. Namun Tuanku Tambusai yang berperang melawan Belanda melintasi pegunungan Bukit Barisan (Mandailing-Angkola-Padang Lawas-Kota Pinang) kemudian telah dipandang sebagai bagian penting dari sejarah migrasi orang Mandailing. Jalur perjalanan itu kemudian dipakai oleh orang Mandailing sebagai jalur perantauan ke Sumatera Timur. Adapun faktor penyebab migrasi etnik Mandailing ke Kisaran diantaranya adalah faktor ekonomi, terjadinya konflik di daerah asal, pengembangan karir, perkawinan, dan pengembangan agama Islam.Untuk memperoleh data – data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dan library research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat etnik Mandailing yang berada di Kisaran. Untuk menghemat waktu dan biaya dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan teknik wawancara. Jumlah responden yang diwawancarai berjumlah 7 orang. Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah bahwa etnis Mandailing yang bermigrasi ke Kisaran disebabkan oleh beberapa faktor, dan faktor pemicu yang paling besar adalah dikarenakan masalah ekoniomi. Dengan bermigrasi ke Kisaran masrakat etnik Mandailing berharap kehidupan ekonomi mereka akan membaik. Dan setelah bermigrasi hal yang paling disayangkan adalah kurangnya rasa kekeluargaan mereka setelah di daerah perantauan dan kurang nya rasa untuk menjaga budaya – budaya leluhur. Sehingga banyak etnis Mandailing yang setelah menetap di Kisaran tidak mengetahui tentang budaya dan bahasa Mandailing.
(6)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas Ridho dan Rahmat serta Hidayahnya dan Shalawat beriring salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Sejarah
Migrasi Etnik Mandailing ke Ksaran Kabupaten Asahan (1830-2013).
Penulis telah banyak menerima bimbingan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Dr. H.Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
3. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah. 4. Dr. Phil Icwan Azhari, MS, selaku dosen pembimbing skripsi yang
memberikan bimbingan dan arahan secara khusus kepada penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Dra.Hafnita SD Lubis, M.Si Dra selaku dosen pembimbing akademik dan penguji I yang memberi masukan dan kritik yang membangun kepada penulis selama perkuliahan.
6. Bapak Pristi Suhendro, S. Hum, M.Si selaku dosen penguji II yang telah memberi masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi dan membantu penulis dalam beberapa kesulitan dalam pengerjaan skripsi.
7. Ibu .Lukitaningsih, M.Hum, selaku dosen penguji III yang telah member nasehat dan masukan kepada penulis dalam pengerjaan skripsi.
8. Kepada Dosen – dosen Jurusan Pendidikan Sejarah, terimakasih atas ilmu yang boleh penulis dapatkan selama perkuliahan.
(7)
9. Spesial kepada Ayahanda Torkis Hasibuan, terimakasih untuk pengorbanan yang luar biasa yang diberikan kepada keluarga sebagai Ayah yang senantiasa memberi nasehat, doa yang tiada henti-hentinya, dan perhatian kepada penulis. Dan juga kepada Ibunda Masriana Manurung tercinta yang luar biasa menjadi ibu yang tangguh dan senantiasa mencurahkan kasih sayang dan doa yang tulus kepada penulis.
10. Kepada abang dan kakak penulis Toni Kusuma Hasibuan, kak Linda, Wiwit Dayanti Hasibuan terima kasih atas semangat dan nasehat yang diberikan kepada penulis dan kembaran saya Norma Yanti Hasibuan atas masukannya dan semoga secepatnya menyeslesaikan studinya juga. Serta tidak lupa adik saya Anggi Mentari Hasibuan yang telah memberikan semangat kepada penulis.
11. Kepada Nenek saya terkasih Umi Kalsum Sirait dan ibuk saya Masriani Manurung yang senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis hingga selesai menyelesaikan studi ini.
12. Terkhusus kepada kekasih hati Dodi Kurniawan yang selalu setia menemani penulis dari awal, dan telah banyak membantu dalam penyelesaian penelitian ini baik berupa motivasi maupun materi yang sangat berarti hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
13. Kepada narasumber yang telah bersedia diwawancarai untuk memberikan informasi terkait masalah-masalah yang menjadi penelitian penulis..
14. Teman – teman seperjuangan Hestya, Juliar, Yesi, Ayu, Muna dan Dila yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis.
15. Teman – teman satu PS yang saling membantu dalam memberikan informasi kapada penulis Vera, ayu, maimuna, inun, dan nani.
16. kepada Pramuka Unimed yang banyak memberikan ilmu dan pengalaman yang luar biasa kepada penulis dan kepada rekan – rekan di sanggar Hj. Kuning Tarigan k devi, k zuzu, k nurul, k angga, k guntur, k daya, k kiteng,
(8)
lila, k andri, k etti, k putra, k berutu, bg bebe, k ardin, ade terima kasih buat kebersamaan dan kekompakan kita selama ini, dan semoga kita sukses semua.
17. kepada adik – adik di kos ana hsb, limah, yati, pida, widia, eko, ulil, dan danu yang banyak memberikan keceriaan selama 4 tahun bersama.
18. Teman-teman seangkatan stambuk 2010, khususnya A Reguler 2010 boy, berkat, josray, nirwan, hadi, feri, iqbal, ari, moris, yosep, radius, edo, evan, frianko, agus, budi, rio, jarahman, muslim, dedi, sugi, candra, arinda, putri, rima, indri, fitri, indah, rina, naomi, dora, febri, junita, hetti, fatwa, winda, flora, irma, rode, maria, nelly, eka, desi, aina, terimakasih untuk kebersamaan dan kekompakan yang terbina baik selama kurun waktu 4 tahun ini, semoga kita semua sukses.
19. Teman – teman PPL Muhammadiyah 8 Kisaran mega, indah, bou, yanti, mida, putri, agus, takim, eko, andi, siti, nami, dan k febri terimakasih buat masukan dan kebersamaannya di posko celat.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumber informasi dan pengetahuan bagi yang membacanya.
Medan, Agustus 2014
(9)
DAFTAR ISI
Abstrak ... . i
Kta Pengantar ... ii
Daftar Isi ……… v
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar belakang masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Perumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Kerangka Konseptual ... 7
1. Konsep Sejarah ... 7
2. Konsep Etnik Mandailing ... 8
3. Konsep Ekonomi ... 13
4. Konse Budaya ... 13
5. Konsep Migrasi ... 15
B. Kerangka Berpikir ... 19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 22
A. Metode Penelitian ... 22
B. Lokasi Penelitian ... 23
C. Sumber Data ... 23
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
E. Teknik Analisa data ... 25
BAB IV. PEMBAHASAN ... 26
(10)
1. Sejarah singkat Kabupaten Asahan ... 26
2. Letak Geografis Kisaran Timur ... 27
3. Kependudukan ... 28
4. Komposisi Penduduk berdasarkan Mata Pencaharian ... 30
5. Pendidikan ... 31
B. Sejarah Etnik Mandailing ... 32
1. Asal usul Marga di Mandailing ... 34
2. Adat Istiadat ... 35
3. Kekerabatan ... 36
C. Sejarah Migrasi Masyarakat Etnik Mandailing di kisaran ... 37
1. Faktor Terjadinya Migrasi Etnik Mandailing di Kisaran ... 37
D. Proses Migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran ... 46
1. Perkembangan Etnik Mandailing di Kisaran ... 56
2. Perubahan dalam bidang budaya dan ekonomi dari Migrasi Etnik Mandailing di Kisaran ... 60
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA ... 75
LAMPIRAN ... 1
PEDOMAN WAWANCARA ... 1
DAFTAR INFORMAN ... 2
PETA PENELITIAN ... 3
(11)
Daftar Tabel
Tabel 4.1 Kelurahan dan Desa di Kecamatan Kota Kisaran Timur ... 27
Tabel 4.2 Luas wilayah dan jumlah penduduk ...28
Tabel 4.3 Penduduk Menurut Suku ...29
Tabel 4.4 Penduduk Menurut Agama ...29
Tabel 4.5 Data sarana pendidikan tingkat SMP ...31
Tabel 4.6 Data sarana pendidikan tingkat SLTA ... 38
(12)
Daftar Pustaka
Arif, Muhamad. 2011 Pengantar Kajian Sejarah. Bandung : Yrama Widya
Koenjaraningrat. 2003 Pengantar Antropologi. Jakarta : PT Rinek Cipta
Nuraini, Cut. 2004 Permukiman Suku Batak Mandailing. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press
Parlindungan, Mangaradja Onggang. Tuanku RAO. Tanjung Pengaharapan
Pelly, Usman. 2013 Urbanisasi dan Adaptasi. Medan : Unimed Press
Pulungan, Abbas. 2008 Perkembangan Islam Di Mandailing. Bandung : Citapustaka Media Perintis
Sangti, Batara. 1978 Sejarah Batak. Jakarta
Sjamsudin, Helius. 2012 Metodologi Sejarah. Yogyakarta : Ombak
Setiadi, Darun. 2012 Filsafat Sejarah. Bandung : Pustaka Setia
Sunarto, Kamanto. 2004 Pengantar Sosiologi. Jakarta : Universitas Indonesia
Titus, Milan J. 1995 Migrasi Antardaerah Di Indonesia Sebagai Cerminan Ketimpangan Regional Dan Sosial. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada
(13)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang memiliki beragam etnis diantaranya Melayu, Batak, Jawa dan lainnya. Dengan beragam suku bangsa tersebut maka setiap etnis harus hidup berdampingan di wilayahnya, dan dapat berinteraksi dengan baik di daerah tempat tinggal mereka. Banyaknya jumlah penduduk Indonesia membuat banyak terjadinya konflik disetiap daerah tempat tinggal. Baik konflik antar individu, kelompok, antarsuku, maupun karena tidak sesuai dengan lingkungan tempat tinggal sendiri. Karena banyaknya konflik di lingkungan tempat tinggal banyak masyarakat perdesaan yang melakukan Migrasi untuk merubah status sosial mereka. Hal umum yang menyebabkan terjadinya Migrasi dikarenakan faktor ekonomi yang tidak bisa mereka dapatkan dengan maksimal di desa tempat tinggal mereka.
Suku Mandailing pada akhir abad keduapuluh selama tahun – tahun 1820 – 1836, pasukan Padri dari Minangkabau, dibawah komando hulubalang Tuanku Rao, menyerang dan kemudian memerintah Mandailing, pada waktu itu belum semua kuria (bahasa Arab: Kepala desa), yang memegang hukum adat, memasuki agama Islam. Gerakan Padri mengubah kehidupan sosial dan politis di Mandailing
(14)
dari kekafiran menjadi reformasi Islam yang dibawa oleh hulubalang hulubalang Padri, yaitu Islam Wahabi.
Pertentangan sekelompok ulama yang dijuluki sebagai Kaum Padri terhadap kebiasaan-kebiasaan yang marak dilakukan oleh kalangan masyarakat yang disebut Kaum Adat di kawasan Kerajaan Pagaruyung dan sekitarnya. Salah satu alasan kaum Paderi memasuki Mandailing adalah untuk melakukan pengislaman terhadap penduduknya yang masih menganut animisme yang dinamakan sipele begu (memuja roh). Beberapa catatan mengatakan bahwa pada waktu kaum Paderi memasuki Mandailing, beberapa orang raja di Mandailing dan sejumlah penduduk sudah mulai menganut agama Islam.
Tetapi setelah kaum Paderi menguasai Mandailing, mereka melakukan pengislaman terhadap semua penduduk, dan penduduk yang sudah menganut agama Islam dengan sendirinya memihak kepada kaum Paderi. Ada catatan yang mengatakan menjelang masuknya kaum Paderi ke Mandailing sudah ada orang-orang Mandailing yang pergi dan belajar agama Islam di Bonjol yang merupakan salah satu pusat kedudukan kaum Paderi di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Setelah pulihnya kekuasaan Belanda dalam 1888, Mandailing, Angkola, Sipirok, dan Padang Lawas, menjadi suatu unit pemerintah di bawah kekuasaan Belanda. Belanda melihat bahwa pemulihan Mandailing bisa dicapai melalui lembaga – lembaga yang ada. Karena itu, mereka menguasai kuria dan memperbarui sehingga dapat dijadikan unit pemerintah secara tidak langsung. Kuria, serta kepala – kepala desa (bawahan Kuria), ditunjuk secara formal oleh
(15)
pemerintah sebagai penguasa setempat dengan mendapat gaji tetap. Kelompok etnis Mandailing memanfaatkan situasi baru ini. Guna memperoleh orang – orang berpendidikan untuk mengisi jabatan- jabatan di kuria.
Kurang dari sepuluh tahun setelah pemulihan Mandailing dari serangan Padri dan setelah kuria mulai mengembangkan pendidikan, generasi muda Mandailing mulai merantau ke Sumatera Timur. Jalan perantauan pertama ke Sumatera Timur bukanlah jalan yang dibangun Belanda melalui Sibolga, Tarutung, Danau Toba, dan Simalungun jalan yang paling banyak dipakai ialah melalui Angkola, Padang Lawas, Kota Pinang, dan Asahan. Migrasi Mandailing digerakan oleh kompleks sahala hasangopon (harga diri), atau yang disebut kompleks untuk menjadi nomor satu. Demikianlah maka sahala hasangopon (harga diri) adalah kualitas kehormatan diri yang juga berarti bahwa seseorang itu patut dihargai oleh orang – orang lain. Supaya memperoleh kualitas ini orang harus mengembangkan sahala haraajoannya (kerajaan – pribadi). Orang Mandailing harus membangun suatu kerajaan pribadi (sahala harajoan). Namun sahala hasangopon itu baru menjadi kenyataan apabila telah memperlihatkan prestasinya. Misalnya seorang laki – laki dengan banyak anak dan cucu serta dipandang dalam pertanian atau pekerjaa – pekerjaan lain, maka dia dipandang memiliki sahala hasangopon yang tinggi. Kompleks sahala hasangopon juga mendorong suku Batak untuk berpindah dan mendirikan “kerajaan – kerajaan” baru. Dengan bermigrasi suku batak ingin menjadi monang (nomor satu). Perjuangan untuk menjadi nomor satu tampaknya telah menjadi misi budaya setiap orang Batak di perantauan. Banyak perantau Mandailing yang membawa
(16)
modal dari kampung halaman mereka. Sebagian dari mereka menjual tanah atau kebun, kelapa, kopi dan karet.
Segera setelah kemerdekaan dalam 1950 dan runtuhnya kesultanan – kesultanan Melayu, orang Mandailing mencoba mengambil alih peran sebagai kelompok dominan di Sumatera Utara. Ketika tentara Nasional Indonesia diorganisir dalam 1955, kelompok etnik Mandailing merupakan jumlah perwira militer ketiga terbesar setelah Batak Toba, dan Karo.
Seperti halnya para perantau migrasi ke Kisaran banyak dikarenakan tugas mereka didalam kemiliteran. Termasuk karena pemindahan tugas kemiliteran mereka ke Kisaran yang dengan terpaksa harus bermigrasi dan menetap di Kisaran. Faktor – faktor lain yang menyebabkan perantau Mandailing bermigrasi ke Kisaran dikarenakan 1) untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik, 2) karena terjadi konflik dalam keluarga dan sosial, 3) pengembangan karir atau profesionalisme, 4) karena perkawinan dan 5) karena pengembangan agama Islam.
Keadaan daerah Kisaran pada saat ini yang banyak didiami oleh masyarakat etnik Mandailing. Saat ini banyak terdapat marga – marga Mandailing di Kisaran antara lain adalah Nasution, Lubis, Batubara, Matondang, Rangkuti, Hasibuan, Rambe, Harahap. Dari marga – marga tersebut yang mayoritas mendiami daerah Kisaran adalah Marga Nasution dan Lubis.
Masyarakat etnik Mandailing yang bermigrasi ke daerah Kisaran ini dilakukan hanya dengan berjalan kaki. Banyak masyarakat etnik Mandailing
(17)
setelah bermigrasi ke Kisaran hidupnya menjadi makmur. Profesi yang dilakukan masyarakat etnik Mandailing untuk memperbaiki prekonomian di daerah perantauan adalah dengan cara berdagang. Karena prekonomian masyarakat etnik Mandailing ini lebih baik dari sewaktu mereka tinggal di daerah asal maka mereka pun membantu pembangunan – pembangunan di daerah Kisaran.
Setelah bermigrasi biasanya seseorang akan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Seperti halnya yang terjadi dengan Etnik Mandailing menurut pengamatan peneliti rasa kekerabatan mereka sangat kuat, hal ini dibuktikan dengan rasa kepedulian diantara mereka yang sangat tinggi. Mereka juga mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan etnik lain. Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis tertarik dan mengangkat “ Sejarah Migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran Kabupaten Asahan (1930 – 2013).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian – uraian dan latar belakang masalah diatas, maka yang akan menjadi identifikasi masalah adalah :
1. Sejarah kedatangan Etnik Mandailing ke Kisaran. 2. Proses migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran.
3. Perubahan dalam bidang ekonomi perantau etnik Mandailing setelah di Kisaran.
4. Komunitas dan budaya Etnik Mandailing di Kisaran.
(18)
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi masalah penelitian ini tentang “Sejarah Migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran Kabupaten Asahan (1830 – 2013)”.
D. Perumusan Masalah
Dengan adanya pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah kedatangan Etnik Mandailing ke Kisaran? 2. Bagaimana proses migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran?
3. Bagaimana perubahan etnik Mandailing dalam bidang ekonomi dan budaya setelah bermigrasi di Kisaran?
E. Tujuan Penelitan
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah kedatangan Etnik Mandailing ke Kisaran. 2. Untuk mengetahui proses migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran.
3. Untuk perubahan etnik Mandailing dalam bidang ekonomi dan budaya setelah bermigrasi di Kisaran.
(19)
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai proses migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran Kabupaten Asahan. 2. Memberikan pengalaman dan wawasan kepada peneliti dalam penulisan
karya ilmiah.
3. Sebagai penambah informasi kepada peneliti selanjutnya.
4. Untuk menambah khasanah kepustakaan ilmiah UNIMED khususnya Fakultas Ilmu Sosial, Pendidikan Sejarah.
5. Menambah informasi kepada masyarakat Kabupaten Asahan tentang Etnik Mandailing.
(20)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari dan meneliti tentang sejarah migarsi etnik Mandailing ke Kisaran Kabupaten Asahan, melalui literatur, wawancara dan observasi, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini, yaitu
Proses masuknya migrasi etnis Mandailing ke Kisaran karena terjadinya perang Padri yang mengakibatkan masyarakat Mandailing meminta bantuan kepada Belanda untk mengusir pasukan Padri. Namun Tuanku Tambusai yang berperang melawan Belanda melintasi pegunungan Bukit Barisan (Mandailing-Angkola-Padang Lawas-Kota Pinang) kemudian telah dipandang sebagai bagian penting dari sejarah migrasi orang Mandailing. Jalur perjalanan itu kemudian dipakai oleh orang Mandailing sebagai jalur perantauan ke Sumatera Timur.
Faktor pendorong yang paling mandasar terjadinya migrasi etnik Mandailing ke Kisaran adalah dari daerah asal yaitu faktor geografis kemiskinan di daerah Tapanuli. Faktor sosial dan demografi, faktor budaya, faktor ekonomi dan pembukaan jaringan jalan mendorong etnik Mandailing untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Sebagai faktor penarik yang menyebabkan daerah Kisaran menjadi pilihan migran etnik Mandailing adalah kesempatan dalam bidang ekonomi sangat luas, terutama dalam
(21)
usaha berdagang dan peluang kerja di pemerintahan di daerah Kisaran, faktor pembukaan jaringan jalan baru untuk mempermudah migrasi etnik Mandailing ke daerah tujuan.
Bahwa migrasi pertama orang Mandailing di Kisaran diawali pada tahun 1835
Dengan ada migrasi yang dilakukan oleh etnis Mandailing ke Kisaran jika dilihat dari sudut ekonomi mereka sangat mengalami peningkatan daripada asal daerah mereka sendiri
Komunikasi antara suku pendatang Etnis Mandailing dengan warga setempat berjalan dengan baik dan lancar karea etnis Mandailing sangat mengahargai hiduop di daerah multi kultur. Misalnya jika ada Suku Jawa di daerah Kisaran melakukan pesta, jika etnis Mandailing di undang maka mereka akan datang. Begitu juga sebaliknya. Sehingga bisa dikatakan bahwa keanekaragaman suku di Kisaran berjalan dengan baik.
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan diatas dapatlah penulis menyarankan
Bagi seluruh etnis Mandailing yang ada di Kabupaten Asahan hendaknya terus menjaga dan memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan serta kebersamaan. Pelestarian nilai – nilai budaya dari setiap etnis sangat diharapkan khususnya penduduk etnis Mandailing, dimana nilai nilai budaya etnis Mandailing bisa dipertahankan sekalipun adanya budaya etnis lainnya.
(22)
Bagi para generasi muda cintailah budaya peninggalan leluhurmu yang menjadi identitasmu
Bagi seluruh masyarakat yang ada di Kisaran hendaknya kebiasaan atau adat yang bersifat mengurangi rasa kebersamaan atau rasa persaudaraan hendaknya ditinggalkan
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna memberikan kesempurnaan terhadap hasil penelitian
Pemerintah perlu memberikan pembatasan terhadap arus migran guna mengurangi kepadatan penduduk pada suatu daerah tertentu
(1)
setelah bermigrasi ke Kisaran hidupnya menjadi makmur. Profesi yang dilakukan masyarakat etnik Mandailing untuk memperbaiki prekonomian di daerah perantauan adalah dengan cara berdagang. Karena prekonomian masyarakat etnik Mandailing ini lebih baik dari sewaktu mereka tinggal di daerah asal maka mereka pun membantu pembangunan – pembangunan di daerah Kisaran.
Setelah bermigrasi biasanya seseorang akan beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Seperti halnya yang terjadi dengan Etnik Mandailing menurut pengamatan peneliti rasa kekerabatan mereka sangat kuat, hal ini dibuktikan dengan rasa kepedulian diantara mereka yang sangat tinggi. Mereka juga mampu beradaptasi dan bersosialisasi dengan etnik lain. Dari latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis tertarik dan mengangkat “ Sejarah Migrasi
Etnik Mandailing ke Kisaran Kabupaten Asahan (1930 – 2013).
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian – uraian dan latar belakang masalah diatas, maka yang akan menjadi identifikasi masalah adalah :
1. Sejarah kedatangan Etnik Mandailing ke Kisaran. 2. Proses migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran.
3. Perubahan dalam bidang ekonomi perantau etnik Mandailing setelah di Kisaran.
4. Komunitas dan budaya Etnik Mandailing di Kisaran.
(2)
Berdasarkan identifikasi masalah, maka penulis membatasi masalah penelitian ini tentang “Sejarah Migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran Kabupaten Asahan (1830 – 2013)”.
D. Perumusan Masalah
Dengan adanya pembatasan masalah diatas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah kedatangan Etnik Mandailing ke Kisaran? 2. Bagaimana proses migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran?
3. Bagaimana perubahan etnik Mandailing dalam bidang ekonomi dan budaya setelah bermigrasi di Kisaran?
E. Tujuan Penelitan
Adapun yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah kedatangan Etnik Mandailing ke Kisaran. 2. Untuk mengetahui proses migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran.
3. Untuk perubahan etnik Mandailing dalam bidang ekonomi dan budaya setelah bermigrasi di Kisaran.
(3)
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi peneliti dan pembaca mengenai proses migrasi Etnik Mandailing ke Kisaran Kabupaten Asahan. 2. Memberikan pengalaman dan wawasan kepada peneliti dalam penulisan
karya ilmiah.
3. Sebagai penambah informasi kepada peneliti selanjutnya.
4. Untuk menambah khasanah kepustakaan ilmiah UNIMED khususnya Fakultas Ilmu Sosial, Pendidikan Sejarah.
5. Menambah informasi kepada masyarakat Kabupaten Asahan tentang Etnik Mandailing.
(4)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah penulis mempelajari dan meneliti tentang sejarah migarsi etnik Mandailing ke Kisaran Kabupaten Asahan, melalui literatur, wawancara dan observasi, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini, yaitu
Proses masuknya migrasi etnis Mandailing ke Kisaran karena terjadinya perang Padri yang mengakibatkan masyarakat Mandailing meminta bantuan kepada Belanda untk mengusir pasukan Padri. Namun Tuanku Tambusai yang berperang melawan Belanda melintasi pegunungan Bukit Barisan (Mandailing-Angkola-Padang Lawas-Kota Pinang) kemudian telah dipandang sebagai bagian penting dari sejarah migrasi orang Mandailing. Jalur perjalanan itu kemudian dipakai oleh orang Mandailing sebagai jalur perantauan ke Sumatera Timur.
Faktor pendorong yang paling mandasar terjadinya migrasi etnik Mandailing ke Kisaran adalah dari daerah asal yaitu faktor geografis kemiskinan di daerah Tapanuli. Faktor sosial dan demografi, faktor budaya, faktor ekonomi dan pembukaan jaringan jalan mendorong etnik Mandailing untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Sebagai faktor penarik yang menyebabkan daerah Kisaran menjadi pilihan migran etnik Mandailing adalah kesempatan dalam bidang ekonomi sangat luas, terutama dalam
(5)
usaha berdagang dan peluang kerja di pemerintahan di daerah Kisaran, faktor pembukaan jaringan jalan baru untuk mempermudah migrasi etnik Mandailing ke daerah tujuan.
Bahwa migrasi pertama orang Mandailing di Kisaran diawali pada tahun 1835
Dengan ada migrasi yang dilakukan oleh etnis Mandailing ke Kisaran jika dilihat dari sudut ekonomi mereka sangat mengalami peningkatan daripada asal daerah mereka sendiri
Komunikasi antara suku pendatang Etnis Mandailing dengan warga setempat berjalan dengan baik dan lancar karea etnis Mandailing sangat mengahargai hiduop di daerah multi kultur. Misalnya jika ada Suku Jawa di daerah Kisaran melakukan pesta, jika etnis Mandailing di undang maka mereka akan datang. Begitu juga sebaliknya. Sehingga bisa dikatakan bahwa keanekaragaman suku di Kisaran berjalan dengan baik.
B. Saran
Dari beberapa kesimpulan diatas dapatlah penulis menyarankan
Bagi seluruh etnis Mandailing yang ada di Kabupaten Asahan hendaknya terus menjaga dan memupuk rasa persaudaraan dan kekeluargaan serta kebersamaan. Pelestarian nilai – nilai budaya dari setiap etnis sangat diharapkan khususnya penduduk etnis Mandailing, dimana nilai nilai budaya etnis Mandailing bisa dipertahankan sekalipun adanya budaya etnis lainnya.
(6)
Bagi para generasi muda cintailah budaya peninggalan leluhurmu yang menjadi identitasmu
Bagi seluruh masyarakat yang ada di Kisaran hendaknya kebiasaan atau adat yang bersifat mengurangi rasa kebersamaan atau rasa persaudaraan hendaknya ditinggalkan
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna memberikan kesempurnaan terhadap hasil penelitian
Pemerintah perlu memberikan pembatasan terhadap arus migran guna mengurangi kepadatan penduduk pada suatu daerah tertentu