KARAKTERISTIK TARI MELAYU PADA MASYARAKAT MELAYU DI KOTA MEDAN.

KARAKTERISTIK TARI MELAYU PADA MASYARAKAT
MELAYU DI KOTA MEDAN

SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat
Memperoleh gelar sarjana pendidikan

Oleh:

RIZA UTARI AYU PIDADA
NIM 2103140042

JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, yang senantiasa
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi ini dengan baik dan tepat waktu yang direncanakan. Adapun judul Skripsi

ini adalah “Karakteristik Tari Melayu Pada Masyarakat Melayu Di Kota
Medan”.
Skripsi ini dibuat sebagai persyaratan yang telah ditetapkan untuk meraih
Gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari. Penulis sangat menyadari ketidak
sempurnaan skripsi ini, baik dalam metode penulisan, pengungkapan ide, maupun
dalam mendeskripsikan kata-kata. Banyak kendala yang di alami penulis selama
proses penelitian, baik dalam hal materi, moril dan juga pencarian sumber-sumber
yang sulit didapat, tetapi selama menghadapi kendala-kendala tersebut penulis
sangat terbantu oleh beberapa pihak yang suka rela selalu memberi semangat dan
bantuan kepada penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si sebagai Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum sebagai Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
3. Dra. Tuti Rahayu, M.Si selaku Ketua Jurusan Sendratasik.
4. Nurwani, S.S.T, M.Hum, selaku Ketua Prodi Seni Tari
5. Yusnizar Heniwaty S.S.T, M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I
6. Iskandar Muda S.Sn, M.Sn selaku Pembimbing Skripsi II
7. Sitti Rahmah S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik
8. Semua Dosen Jurusan Sendratasik yang telah memberikan banyak ilmu

selama perkuliahan yang tidak dapat disebutkan secara satu persatu.
9. Teristimewa ucapan terimakasih penulis kepada kedua orang tua tercinta
ayahanda Yatino dan Ibunda Ida Yani yang

senantiasa mendoakan,

memberikan kasih sayang, motivasi dan memberikan bantuan sepenuhnya
dari awal perkuliahan sampai akhir mendapat gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Negeri Medan.

i

10. Terimakasih kepada adik-adik kesayangan saya

Yoan Nita Audina

Apriliani, Bima Bagas Kara dan Checil Calista Putri, nenek kesayangan
saya nek Ramlah, ibuku tersayang ibu Yusnarita yang senantiasa memberi
motivasi untuk menyelesaikan Skripsi ini.
11. Kepada teman-temanku tersayang Niki Tanura, Putri Sinal Sally Surbakti,

Lucy Okprita dan semua stambuk 2010 yang selalu memberi semangat
untuk meraih mimpi dan membahagiakan orangtua.
12. Kepada teman-teman kos Neni, Dini, Rani, Maya, Cucu dan Kak Rosa
serta adik-adik kos yang baru, terimakasih untuk motivasi yang kalian
beri. Teristimewa kepada teman saya Yoga Aditia, S.P terimakasih atas
segala dukungan yang diberikan hingga penulis menyelesaikan Skripsi ini.
13. Terima kasih kepada Ibu Tengku Lisa Nelita pimpinan sanggar Sri Indera
ratu, yang telah memberi banyak informasi, bapak Shah Bilal yang telah
bersedia menjadi narasumber, bapak Jose Rizal Firdaus serta Bapak
Asmara Dana yang telah memberi banyak informasi yang dibutuhkan
penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini, dan semua pihak yang turut
berperan membantu dan mendukung saya yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ataupun penelitian ini masih
banyak kekurangan, selanjutnya penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk penulisan karya tulis selanjutnya dan untuk kesempurnaan
Skripsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2014
Penulis,


Riza Utari Ayu Pidada
NIM. 2103140042

ii

DAFTAR TABEL

TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Gerak kaki tari zapin ................................................................ 57

DAFTAR FOTO

Foto

Halaman


Foto 4.1 Peta Sumatera Utara .................................................................25
Foto 4.2 Peta Kota Medan ......................................................................27
Foto 4.3 Kerling ......................................................................................42
Foto 44. Lirik .........................................................................................43
Foto 4.5 Tatap ........................................................................................44
Foto 4.6 Toleh ........................................................................................44
Foto 4.7 Teleng ......................................................................................45
Foto 4.8 Tengadah ..................................................................................45
Foto 4.9 Tunduk .....................................................................................46
Foto 4.10. Lentik ....................................................................................46
Foto 4.11 Gemulai ..................................................................................47
Foto 4.12 Jendit ......................................................................................48
Foto 4.13. Jumput ...................................................................................49
Foto 4.14. Lenggang ..............................................................................50
Foto 4.15 Sing-sing ................................................................................51
Foto 4.16 Sembah ..................................................................................51
Foto 4.17 Kuak .......................................................................................52
Foto 4.18 Tikam jejak ............................................................................52
Foto 4.1. Elak .........................................................................................53
Foto 4.20 Langkah 1 ..............................................................................53

Foto 4.21 Langkah ganda ......................................................................54
Foto 4.22 goncek ....................................................................................55
Foto 4.23 Lonjak ....................................................................................55
Foto 4.23 Meniti batang .........................................................................56
Foto 4.24 Mohon tabik ...........................................................................58
Foto 4.25 Sembah ..................................................................................58
Foto 4.26 Tahtum ...................................................................................59
Foto 4.27 Mendayung ............................................................................61
Foto 4.28 Busana tari persembahan warna kuning versi 1 .....................62
Foto 4.29 Busana tari persembahan warna kuning versi II ....................62
Foto 4.30 Busana tari persembahan warna biru .....................................62
Foto 4.31 Busana tari penyambutan tamu variasi warna .......................63
Foto 4.32 Busana tari pergaulan muda mudi .........................................63
Foto 4.33 Busana tari pergaulan muda-mudi versi II .............................64
Foto 4.34. Busana tari pertunjukan kombinasi warna pink dan biru .....64
Foto 4.35. Busana tari Mak Inang Lenggang Kecak Pinggang ..............65
Foto 4.36. Busana tari pertunjukan warna biru ......................................65
Foto 4.37. Busana tari pertunjukan pria dan wanita versi 1 ...................65
Foto 4.38. Busana tari pertunjukan pria dan wanita versi II....................66


1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa

Indonesia

sebagai

sebuah

Negara

yang

multikultural

masyarakatnya terdiri dari suku yang berbeda-beda, dan hal itu menjadikan

Indonesia sebagai Negara yang kaya akan budaya. Memiliki budaya yang
berbeda-beda dari setiap suku adalah kekayaan Negara yang layak dibanggakan,
namun “menyatakan batas-batas suku bangsa dengan sifat-sifatnya yang tertentu
bukanlah sebuah hal yang mudah. Karena keanekaragaman sifat-sifat yang ada
dalam suatu suku bangsa akan jauh lebih banyak dari pada perbedaan sifat-sifat
yang ada pada dua suku bangsa yang berlainan” (1980:14). Beragam suku bangsa
di Indonesia memiliki kebudayaan yang khas dari setiap suku, oleh sebab itu sulit
untuk mengklasifikasikan ciri-ciri khas dari setiap suku yang ada di Indonesia,
diperlukan proses klasifikasi melalui berbagai sudut pandang mengenai suku
tersebut, sehingga ciri-ciri dari sifat masing-masing suku dapat ditetapkan
menjadi karakteristik suku tersebut. Dalam penulisan skripsi ini penulis
menerapkan proses klasifikasi dengan membagi daerah Melayu, yang dibedakan
antara wilayah pesisir dengan wilayah kota.
Suku Melayu merupakan salah satu suku asli yang ada di Sumatera Utara
yang menyebar diberbagai kabupaten dan kota. Masing-masing masyarakat
Melayu yang tersebar luas di beberapa Kabupaten dan kota di Sumatera Utara
memiliki budaya Melayu yang hampir sama, namun budaya Melayu di tiap-tiap
Kabupaten tersebut masing-masing memiliki ciri dan gaya tersendiri disetiap
1


2

daerah, akibat telah bercampurnya adat budaya Melayu dengan budaya berbagai
suku bangsa di tanah air Indonesia, menurut Tengku Armansyah (1989:52),
hubungan akulturasi itu dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Suku Melayu pesisir Langkat dan Deli, berbaur dengan suku Karo, Melayu
Malaysia dan Aceh.
2. Suku Melayu pesisir Serdang, berbaur dengan suku Karo, dan Minang.
3. Suku Melayu di pesisir Tebing Tinggi, berbaur dengan suku Simalungun,
Karo dan Minang.
4. Suku Melayu pesisir Asahan, berbaur dengan suku-suku Tapanuli, Minang,
Karo dan Aceh.
5. Suku Melayu pesisir Labuhan Batu berbaur dengan suku-suku Tapanuli,
Minang dan Riau.
Ciri dan gaya menjadi sebuah fokus kajian yang menarik, namun untuk
membatasi dan lebih memfokuskan penelitian ini penulis hanya melihat
karakteristik yang mengarah pada ciri-ciri khas tari suku Melayu yang ada di
daerah kota atau wilayah kesultanan Deli, bukan dari hal gaya penari menarikan
tari Melayu. Setiap wilayah Melayu memiliki adat budaya yang berbeda, namun
tetap berlandaskan Agama dan syari’at Islam. (1989:54) “Adat bersendikan

agama, agama bersendikan syara’, dan syara’ bersendikan kitabullah yaitu Al
qur’an dan Hadist Rasul,” filosofi tersebut lahir untuk membatasi adat dan budaya
Melayu agar tetap berlandaskan dan berpedoman pada agama Islam, selain itu
filosofi tersebut bermakna bahwa adat itu hanya bersifat mengisi atau melengkapi
pola kehidupan masyarakat Melayu. Pada suku Melayu adat terbagi empat bagian

3

yaitu: adat yang sebenar adat, adat yang ter-adat, adat yang di-adatkan, dan adat
istiadat. Demikian pembagian adat dalam suku Melayu pesisir, hal tersebut
menjelaskan bahwa adat Melayu dapat hidup terus sepanjang zaman dan adat
tetap namun dapat berubah, artinya adat boleh diperbaharui asalkan tidak keluar
dari tujuan nilai-nilai hakikinya.
Budaya Melayu tidak lahir dalam bentuk satu kesatuan, karena budaya
Melayu berbeda dari satu kawasan dengan kawasan yang lain. Budaya dari
kalangan rakyat biasa berbeda dengan peradaban di istana (kesultanan). Tetapi
adat budaya di istana memiliki hubungan erat dengan budaya yang berkembang
dikalangan rakyat. Unsur kebudayaan Islam yang datang pada orang Melayu tidak
eksklusif dikalangan istana saja tetapi berkembang luas menjadi budaya popular.
Hal ini berbanding terbalik pada proses masuknya seni tari di dalam wilayah

kesultanan Melayu Deli.
Seni tari yang berkembang di istana Kesultanan Melayu Deli (Istana
Maimun) berasal dari seni tari yang telah berkembang dan poluler di masyarakat,
berbeda dengan perkembangan seni tari yang berada di istana (Keraton) di pulau
Jawa. Pada umumnya seni tari yang ada di pulau Jawa berasal dari kalangan istana
kemudian turun ke masyarakat. Sedangkan tari-tari Melayu berasal dari wilayah
pesisir, namun lama kelamaan menjadi populer dan masuk serta dikembangkan di
istana, di istana tari-tari yang berkembang diberi penghalusan gerak kembali
karena istana lebih menonjolkan sifat kebangsawanannya maka gerak-gerak tari
Melayu itu lebih diberi tata aturan yang sesuai dengan sifat kebangsawanan.
Penghalusan gerak dilakukan karena tari Melayu yang berasal dari daerah pesisir

4

pantai lebih bersifat spontan dan gerak lebih sederhana karena berupa motif gerak
pengungkapan dari kegiatan keseharian masyarakatnya.
Tari dilihat dari segi fungsi menurut Soedarsono dalam Nurwani (2010:42)
terdiri dari tiga bagian yaitu: “tari upacara, tari hiburan dan tari pertunjukan”. Tari
upacara merupakan tari yang erat hubungannya dengan kepentingan-kepentingan
agama dan dapat memiliki nilai sakral dan magis. Sedangkan tari hiburan
merupakan tari yang lahir sebagai rasa kegembiraan dalam pergaulan, sehingga
sifatnya menyenangkan, dan tari pertunjukan adalah tari yang ditampilkan
ditempat yang khusus, baik di panggung tertutup ataupun terbuka, sehingga tarian
ini disebut juga dengan tari teatrikal. Tiga fungsi tari menurut Soedarsono juga
dapat ditemui pada tari-tari tradisi Melayu.
Tari dalam setiap kesempatannya selalu menggunakan musik dalam
rangkaiannya, baik itu musik internal maupun eksternal. Musik Melayu pada
umumnya menggunakan alat musik modern seperti biola, bas, gitar, piano,
akordeon dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan rangkaian gerak-gerak yang ada
didalam tari Melayu, mengingat bentuk geraknya juga terdapat pengaruh Portugis
terdapat pada gerak kaki langkah ganda atau double step, gerakan itu merupakan
gerak kaki yang mendapat pengaruh Portugis. Musik tradisional Melayu tidak
diwariskan dalam bentuk notasi seperti halnya pada musik Barat, tetapi
diwariskan secara informal. Selain mendapat pengaruh Portugis, musik Melayu
juga mendapat pengaruh dari unsur-unsur Afrika, Arab, dan India. Pengaruh
Afrika terdapat pada alat musik Gedombak yang bentuknya hampir sama dengan
alat musik zimbe dari Afrika, pengaruh Arab terdapat pada alat musik rebana, dan

5

gambus kemudian unsur India terdapat pada gendang panjang yang digunakan
dalam mengiringi teater tradisional Melayu. Selain itu tari Melayu juga mendapat
pengaruh etnis pribumi yaitu suku Batak, terlihat pada tari Gubang yang
menggunakan musik pengiring jenis lagu Patam-Patam yang lambat dengan alat
musik 2 gendang dengan biola dan gambang (xylophone) dari kayu, hal ini terjadi
akibat akulturasi kebudayaan dari pernikahan suku Melayu dengan suku Batak
yang ada di daerah pesisir Asahan.
Selain musik yang merupakan unsur didalam sebuah tari juga terdapat
kostum, kostum tari Melayu biasanya jika untuk penari wanita menggunakan baju
kurung panjang atau disebut baju kebaya panjang namun bahan baju bukan bahan
baju berenda yang biasa digunakan untuk membuat baju kebaya, kemudian
menggunakan selendang yang diikat di pinggang yang berfungsi untuk mencegah
belahan kebaya bagian bawah tidak terbuka sehingga penari lebih mudah
bergerak, kemudian menggunakan rok yang terbuat dari kain songket. Untuk
penari laki-laki menggunakan sepasang baju teluk belanga, dilengkapi dengan
kain samping yaitu kain songket yang sesuai dengan rok penari wanita agar
terlihat lebih harmonis ketika menari berpasangan muda-mudi, kemudian kain
songket digulung di atas perut batas tinggi kain hingga lutut, kemudian diikat di
samping bagian kiri, penari laki-laki juga menggunakan kopiah atau peci, namun
untuk lebih mempermudah diperbolehkan memakai tengkuluk. Selain itu penari
wanita menggunakan aksesoris berupa kerabu, rantai kalung, cucuk sanggul,
bunga sanggul, serta sanggul yang ukurannya lebar. Kostum ini digunakan untuk
tari serampang XII dan rangkaian tari karya Sauti lainnya, untuk perkembangan di

6

dewasa ini kostum Melayu sudah sangat bervariasi dan dimodifikasi, akibat
kreativitas dalam mendesain kostum tari Melayu terdapat kesulitan untuk melihat
karakteristik kostum untuk tari Melayu tersebut, namun hal tersebut tidak terjadi
untuk kostum pada serangkaian tari ciptaan Sauti yang telah mentradisi pada
masyarakat luas, kreativitas tersebut hanya terjadi untuk tari-tari Melayu kreasi
baru .
Dalam etika tari Melayu mengangkat tangan lebih tinggi dari batas kepala,
pinggul yang dikelokkan ke kiri dan kanan, mata yang melirik liar ke kiri dan ke
kanan untuk penari wanita sangat tidak dibenarkan. Untuk penari laki-laki
gerakan lebih tangkas dan gagah, namun dilihat dari wilayah daerah berkultur
Melayu daerah pesisir menari dengan gerakan yang lebih membuka lebar namun
untuk di wilayah perkotaan atau istana gerakan lebih menutup, dan untuk penari
wanita di kota atau di istana menari dengan gaya yang lebih halus dan ruang gerak
yang lebih halus berbeda dengan gaya gerak di daerah pesisir pantai.
Bagaimana ciri-ciri khas atau karakteristik tari Melayu itu sendiri?,
jawaban cukup sulit untuk dikemukakan melihat perbedaan gaya menari dari
setiap masing-masing daerah yang berkultur Melayu. Namun dalam penelitian ini
penulis tidak melihat gaya dari penari yang menarikan tari Melayu itu, namun
ciri-ciri khas bentuk tari Melayu yang akan dikaji lebih jauh kemudian penulis
melihat dari perbedaan wilayah dan mengklasifikasikannya dalam wilayah pesisir
pantai dengan perkotaan atau istana, sehingga ciri khas dari tari Melayu itu dapat
diketahui secara pasti. Di dalam tarian Melayu ada 4 istilah pokok, yaitu:

7

1. Tandak, yaitu gerakan-gerakan kaki yang terdiri dari banyak macam langkah
dan lonjak.
2. Igal, yaitu gerakan-gerakan badan dan tangan.
3. Liuk, yaitu gerakan-gerakan menunduk dan mengayunkan badan.
4. Lenggang, yaitu berjalan sambil menggerakkan tangan.
Kemudian selain 4 istilah pokok tersebut terdapat istilah-istilah lain yaitu:
titi batang, gentam, cicing, ngebeng, sentak, legar, kuak, gemulai, singsing,
mengepar, kuda-kuda, terkam, lonjak, elak, gemulai berbisik, senandung
berbalas, langkah empat dan lain-lain. Dari istilah dalam tari Melayu tersebut
penulis akan melihat karakteristik dari masing-masing gerak yang ada di kota
Medan, selain itu penulis akan mengemukakan penjelasan dari istilah-istilah gerak
dalam tari Melayu dan akan mengkaji lebih jauh lagi istilah gerak yang lain
kemudian merincikan kedalam bentuk motif-motif dengan arah dan bentuk
motifnya, sehingga terlihat bagaimana ciri khas dari gerak tari Melayu itu. Selain
itu istilah dalam gerak tari Zapin juga berbeda dengan istilah tari Melayu pada
umumnya, dalam tari Zapin terdapat 5 garis besar gerak yaitu :
1. Gerak sembah (pembukaan)
2. Gerak lurus saja dan mundur (alif)
3. Gerak berpusing pada lingkaran
4. Gerak zig-zag (siku-siku)
5. Gerak tahtim/ tahtum/ tahto (pada penutup)
Mengklasifikasikan ragam gerak tari Melayu diharapkan mampu
menggambarkan ciri khas tari Melayu itu sendiri sehingga diketahui bagaimana

8

karakteristik tari Melayu itu, khususnya di Kota Medan. Sehingga seperti ditanah
Jawa keanekaragaman gerak itu memiliki istilah masing-masing dan digunakan
dalam pembelajaran tari dengan aturan-aturan yang telah mengikat, selain itu
persamaan bentuk maupun gaya dapat dilakukan dengan baik, sehingga menjadi
identitas tari Melayu yang membanggakan, hal ini sesuai dengan Koentjaraningrat
(2004:112) “Kebudayaan Nasional Indonesia harus memberi rasa kepribadian
kepada bangsa Indonesia sebagai suatu keseluruhan dan sebagai satu kesatuan
Nasional. Kebudayaan Nasional harus memiliki sifat khas dan memberi
kebanggaan kepada semua orang Indonesia, oleh karena itu ia harus bermutu amat
tinggi.”

B. Identifikasi Masalah
Pada penulisan sebuah karya ilmiah khususnya dalam penulisan skripsi
diperlukan adanya identifikasi masalah-masalah mengenai objek penelitian, oleh
sebab itu pada bagian ini dituliskan berbagai masalah yang ada pada objek yang
diteliti, yang pada bagian latar belakang masalah-masalah mengenai objek
penelitian tersebut telah dipaparkan. Sesuai dengan yang dikatakan Sugiyono
(2010: 281) “semua masalah dalam objek, baik yang akan diteliti maupun yang
tidak akan diteliti sedapat mungkin dikemukakan”. Maka, sejalan dengan latar
belakang yang telah dipaparkan di atas, identifikasi masalah mengenai objek
penelitian tersebut adalah:
1. Bagaimana musik pengiring tari Melayu yang digunakan pada tari Melayu di
kota Medan?

9

2. Bagaimana busana tari Melayu yang digunakan di kota Medan?
3. Bagaimana etika dan estetika gerak tari Melayu di kota Medan?
4. Bagaimana karakteristik bentuk tari Melayu di kota Medan?
5. Apa penyebab terjadinya perbedaan gaya dalam menari tari Melayu di setiap
daerah yang memiliki kultur Melayu?

C. Pembatasan Masalah
Melihat identifikasi masalah yang dikemukakan diatas serta adanya
keterbatasan waktu, tenaga, dana, tenaga, teori-teori, supaya penelitian dapat
dilakukan secara lebih mendalam maka tidak semua masalah yang telah
diidentifikasi akan diteliti. Untuk itu maka penulis memberikan batasan, sesuai
dengan ketentuan tersebut pembatasan masalahnya adalah:
1. Bagaimana karakteristik bentuk tari Melayu di kota Medan?
2. Bagaimana etika dan estetika gerak tari Melayu secara umum di kota Medan?

D. Rumusan Masalah
Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, dan diidentifikasi
kemudian diberi batasan masalah, maka selanjutnya dilakukan rumusan masalah.
Rumusan masalah diperlukan agar dalam penelitian di lapangan tidak terjadi
penyimpangan dalam pengambilan data dan sekaligus mempertajam arah
penelitian. Menurut pendapat Maryeani (2005:14):
“rumusan masalah merupakan jabaran detail fokus penelitian yang
akan digarap, rumusan masalah menjadi semacam kontrak bagi
peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk menemukan
jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan

10

masalahnya, rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran
fokus penelitian karena dalam prakteknya proses penelitian
senantiasa terfokus pada butir-butir masalah yang telah
disempurnakan.”
Penelitian ini mengambil judul Karakteristik Tari Melayu Pada
Masyarakat Melayu di Kota Medan, berdasarkan pembatasan masalah diambil
satu pokok kajian yang akan dibahas pada isi yaitu, kerakteristik tari Melayu yang
ada di kota Medan, kemudian dari karakteristik tersebut yang akan dilihat adalah
karakteristik bentuk tari Melayu yang mencakup beberapa elemen tari yaitu,
gerak, musik, dan busana. Melalui batasan masalah yang akan dirumuskan,
diharapkan penelitian dapat mengemukakan informasi-informasi yang akurat.

E. Tujuan Penelitian
Dalam tujuan penelitian diungkapkan fokus yang akan dicapai dalam
sebuah penelitian. Tujuan penelitian mengandung pernyataan mengenai ruang
lingkup penelitian yang akan dilakukan berdasarkan masalah yang telah
dirumuskan. Tujuan penelitian merupakan hasil atau pencapaian yang diperoleh
dari sebuah penelitian. Hendra Mahyana dalam Naburko (2005:54), “tujuan
penelitian merupakan sasaran hasil yang ingin dicapai dalam penelitian, ini sesuai
fokus yang telah dirumuskan.” Maka tujuan dari penelitian ini peneliti diharapkan
mampu:
1.

Mendeskripsikan karakteristik bentuk tari Melayu di kota Medan dilihat dari
beberapa elemen tari, yaitu gerak, musik, dan busana.

2.

Memaparkan etika dan estetika tari Melayu di kota Medan secara umum.

11

F. Manfaat Penelitia
Manfaat adalah guna atau faedah, oleh sebab itu sebuah penelitian pasti
memiliki kegunaan atau bermanfaat. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
dan berguna baik bagi penulis dan khalayak umum yang berada di dalam atau di
luar disiplin ilmu tari. Maka manfaat penelitian ini adalah:
1.

Bagi penulis, penelitian ini mampu menambah ilmu tari dari etnis Melayu,
sebab dengan kesimpang siuran informasi selama ini mengenai teknik gerak
dan istilah dalam gerak tari Melayu, melalui penelitian ini penulis dapat
memahami perbedaan gaya menarikan tari Melayu, mengetahui latar
belakangnya serta melalui penelitian ini, peneliti menjadi tahu istilah-istilah
sebagai wakil gerak dalam tarian Melayu, serta busana dan musik yang khas
dari tari Melayu.

2.

Bagi khalayak umum baik yang berada dalam disiplin ilmu tari maupun di
luar disiplin ilmu tari, dapat menjadi referensi dan informasi tertulis
mengenai informasi istilah-istilah gerak dalam tari Melayu, serta mengerti
bagaimana karakteristik tari Melayu itu dilihat dari sisi gerak, musik dan
busana, serta bentuk motif gerakan yang menjadi ciri khas dari wilayah
tempat para penari berdomisili. Sehingga dengan perbedaan gaya menari
yang kita lihat dewasa ini, masyarakat dapat mengerti latar belakang hal itu
mengapa bisa terjadi.

3.

Serta penulis berharap hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
pembelajaran tari Melayu bagi generasi selanjutnya, khususnya diprogram

12

studi seni tari Unimed. Sudah tentu hasil penelitian ini menambah karya
tulis yang dimiliki perpustakaan yang dapat digunakan untuk kedepannya.
Demikian manfaat penelitian ini dipaparkan, sejalan dengan proses
penulisan dan penelitian ini berlanjut, diharapkan tujuan serta manfaat yang telah
dipaparkan dapat tercapai.

  73 
 

BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Karakteristik merupakan istilah yang digunakan untuk mengungkapkan
ciri-ciri dari suatu objek, ciri-ciri ialah sifat yang dibawa sejak lahir dan tampak
pada kesehariannya. Wilayah Melayu dapat dibedakan secara garis besar yaitu
Melayu Pesisir, dan Melayu Kesultanan atau perkotaan, dalam hal ini tari Melayu
yang ada di Kesultanan Deli, atau yang sekarang terletak di Kota Medan yang
menjadi objek penelitian. Dalam penelitian Karakteristik tari Melayu ini penulis
dapat mengambil kesimpulan:
1. Secara Umum karakteristik tari Melayu yang ada di Istana gerakan lebih halus
dan tertutup, kemudian ketika menari torso badan tegak, tekukan kaki yang
lebih sedikit, dan ketika melenggang dalam tari 9 rangkaian ciptaan almarhum
Sauti dilakukan lenggang dengan satu tangan.
2. Secara umum busana yang digunakan selalu jenis baju kurung, kain utuh (tidak
kain kebaya), rias pada rambut selalu disasak tinggi kebelakang, dan
menggunakan aksesoris dikepala.
3. Musik dalam tari Melayu di Istana tidak memiliki ciri yang berbeda dengan
musik Melayu yang ada dikalangan rakyat, begitu juga dengan alat musik yang
digunakan, tidak ada yang berbeda dari alat musik Melayu yang digunakan pada
umumnya.
4. Musik Melayu di Istana awalnya digunakan dalam upacara-upacara penting
keagamaan maupun kerajaan.
73

74 
 

B. Saran
Dari hasil penelitian mengenai karakteristik tari Melayu pada masyarakat
Melayu di Kota Medan, penulis melihat beberapa hal yang perlu untuk menjadi
perhatian bagi kita semua, khususnya untuk popularitas tari Melayu pada masa
sekarang.
1. Diharapkan kepada masyarakat, atau para penari yang telah atau sedang
mempelajari tari Melayu, agar dapat memahami dan mengetahui bagaimana
sejarah serta hal-hal yang terkait dengan tari Melayu tersebut, karena sebagai
pelaku dalam seni tari kita harus dapat bersikap bijak dalam menilai kesenian
yang berkembang sekarang ini. Melihat penari lain menari Melayu dengan gaya
yang berbeda itu tidak dapat disalahkan, karena pada dasarnya cara, atau
tekhnik menari masing-masing orang dipengaruhi oleh keadaan alam dimana
penari tersebut tinggal. Karena jenis alam atau wilayah disuatu tempat akan
mempengaruhi adat budaya serta tingkah laku manusianya.
2. Saran penulis kepada generasi muda untuk dapat lebih mencintai budaya
Negara Indonesia, termasuk budaya Melayu didalamnya menyangkut kepada
tari Melayu itu sendiri bagaimana generasi muda sekarang yang menjadi pelaku
seni khususnya seni tari agar tetap menjaga kesenian Melayu sehingga tari
Melayu dapat lestari dan popularitasnya berkembang baik.
3. Bagi peneliti-peneliti lain yang hendak melakukan penelitian lebih lanjut terkait
seni tari Melayu agar dapat mengkaji seni tari Melayu lebih dalam lagi karena
masih banyak hal menarik yang dapat kita temui dalam adat budaya Melayu,
penulis bersedia untuk dijadikan mitra diskusi dan bertukar fikiran.

75 
 

Akhir kata, penulis mengatakan bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan dan dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran dan
masukan dari pembaca yang sifatnya membangun.

DAFTAR PUSTAKA
Anggita, Indaria. (2011). “Tari Persembahan Melayu (Makan Sirih): Kajian Nilai
Etika dan Estetika Pada Tiga Sanggar di Taman Budaya.”(skripsi).
Medan : Universitas Negeri Medan
Arifin, Zainal. (2012). “Langkat Dalam Sejarah Dan Perjuangan Kemerdekaan.”
Medan : Mitra Medan.
Armansyah, Tengku. (1989).”Butir-Butir Sejarah Melayu Pesisir Sumatera
Timur.” Medan : Yayasan Karya Budaya Nasional.
Basarshah, Tengku Lukman Sinar. (1990). “Pengantar Etnomusikologi Dan
Tarian Melayu.” Medan : Yayasan Kesultanan Serdang.
Dewan Kesenian Jakarta. (1978).”Pesta Seni.” Jakarta: Fa Aries Lima.
Dr H. TH Fischer (terjemahan Anas Makruf). (1980).”Pengantar Antropologi
Kebudayaan Indonesia.” ________: PT Pembangunan.
Irwan, Syainul. (2008). “Tari Melayu Sumatera Timur, Kajian Terhadap
Perubahan Fungsi dan Bentuk Pertunjukan.” (tesis). Medan : Universitas
Negeri Medan.
Koentjaraningrat. (1985).”Pengantar Ilmu Antropologi”. Jakarta : Aksara Baru.
_____________. (1990).”Sejarah Antropologi II”. Jakarta: Universitas Indonesia.
_____________. (1995).”Manusia dan Kebudayaan Di Indonesia”. Jakarta :
Djambatan.
_____________. (2004). “Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan”. Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Nurwani. (2010). “Pengetahuan Tari”.Diktat prodi Seni Tari. FBS Universitas
Negeri Medan.
Ramdiaz, Cindy. (2012). “Jose Rizal Firdaus Sebagai Pelopor Tari Kreasi
Melayu di Medan.” (skripsi). Medan : Universitas Negeri Medan
Santoso, S. Budhi. (1980). “Karakteristik suku-suku di Indonesia Dalam Kaitan
Pembinaan Persatuan dan Kesatuan Bangsa.”(jurnal Analisis Kebudayaan).
Jakarta : Departemen Pendidikan Kebudayaan.

Sedyawati, Edi. (2012).”Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni dan Sejarah”.
Jakarta : Rajawali Pers.
Sembiring, Ika Ornella. (2011). “Perkembangan Tari Melayu: Kajian Kreativitas
dan Modifikasi Busana di Sanggar Tari Taman Budaya.” (skripsi). Medan
: Universitas Negeri Medan
Smith, Jacqueline (terjemahan Ben Suharto). (1985). “Komposisi Tari Sebuah
Petunjuk Praktis Bagi Guru.” Yogyakarta: Ikalasti Yogyakarta

Sutrisno, Mudji. (2008). “Filsafat Kebudayaan Ikhtisar Sebuah Teks.” ______:
Hujan Kabisat.
Tanjung, Siti Dwi Anisa. (2012). “Struktur dan Perubahan Ronggeng Melayu di
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.” Medan:
Universitas Negeri Medan.
Royce, Anya Peterson (terjemahan F.X Widaryanto). (2007). “Antropologi Tari.”
Bandung: Sunan Ambu PRESS STSI

W. Gulo. (2002). “Metodologi Penelitian.” Jakarta : Grasindo.

www.google.com