Seni Tari Melayu Deli Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Di Kota Medan

(1)

SENI TARI MELAYU DELI SEBAGAI SALAH SATU

ATRAKSI WISATA DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

O

L

E

H

LILY ROZANA

NIM : 092204034

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

SENI TARI MELAYU DELI SEBAGAI SALAH SATU

ATRAKSI WISATA DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

Dikerjakan

O

L

E

H

LILY ROZANA

NIM : 092204034

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

MEDAN


(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

SENI TARI MELAYU DELI SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI WISATA DI KOTA MEDAN

OLEH LILY ROZANA

092204034

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Sugeng Parmono, S.E., M.Si. Drs. Gustanto, M.Hum


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya

: SENI TARI MELAYU DELI

SEBAGAI SALAH SATU ATRAKSI

WISATA DI KOTA MEDAN

Oleh

: LILY ROZANA

NIM

: 092204034

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A

NIP. 19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

Ketua,

Arwina Sufika, S.E., M.Si.

NIP. 19640821 199802 2 001


(5)

ABSTRAK

Kebudayaan daerah merupakan salah satu atraksi wisata yang dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara (wisnu) maupun wisatawan mancanegara (wisman) di Kota Medan. Membudayakan Seni Tari Melayu Deli mempunyai tujuan untuk melestarikan salah satu atraksi wisata di Kota Medan. Diharapkan peran serta pemerintah, swasta dan masyarakat untuk bekerja sama dan sama-sama bekerja dalam mendukung Seni Tari Melayu Deli sebagai salah satu kebudayaan tradisional di Kota Medan.

Dengan demikian, kebudayaan dan seni dalam masyarakat Melayu merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan upacara adat maupun dalam kehidupan sehari-hari, seperti seni suara, tari dan musik. Keunikan budaya Melayu ini dapat dijadikan salah satu atraksi wisata di Sumatera Utara. Dengan demikian, usaha dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata di Sumatera Utara akan semakin terarah untuk mencapai cita-cita kita sebagai insan dunia pariwisata.

Keyword : Wisata Kebudayaan, Membudayakan, Seni Tari Melayu Deli, Kota Medan


(6)

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT atas segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini dengan baik. Dalam kesempatan ini penulis mengangkat judul “Seni Tari Melayu Deli Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata Di Kota Medan”.

Kertas karya ini diajukan untuk melengkapi tugas-tugas akhir dan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Pariwisata.

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika, S.E., M.Si.selaku Ketua Jurusan D-III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Sugeng Parmono, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyempurnakankertas karya ini.

4. Drs. Gustanto, M. Hum selaku Dosen Pembaca dalam penulisan tugas akhir ini.

5. Bapak Solahuddin Nasution, S.E., M.S.P., selaku koordinator praktek bidang Usaha Wisata, program studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.


(7)

penulis selama masa perkuliahan, dan Para Staff Pegawai dan Pegawai Perpustakaan Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 7. Kepada sahabat-sahabat penulis, Indah Triana Amelia, Natalia

Simanjuntak, Bucheq, Jerry, Olive, Nabilah, dan Fitri yang sampai saat ini memberikan semangat dan menjadi inspirasi penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini

8. Seluruh teman-teman Usaha Wisata 2009 yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan studi dan juga kertas karya ini.

Teristimewa dengan tulus hati diucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang selalu mengasihiku, Abah yang terkasih Drs. H. Alimal Yusridan Ibunda yang tercinta Hj. Cici Siswaty, yang selalu memberikan limpahan kasih sayang, cinta kasih serta guna memberikan semangat, haturan do’a untuk berbuat sesuatu yang terbaik demi masa depan penulis, dukungan moril dan materil serta memberikan segala yang penulis butuhkan, demikian juga buat Abang-abang (Andri Faisal, Alwin Iskandar, Budi Kurniawan, Ade Rahman, Indra Lesmana, Yanda Ardanta) serta kakak-kakak (Arrie Sartika, Fauziah Sari, Fadillah Balatif)yang juga telah menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan studi dan penulisan kertas karya ini serta keponakan penulis tersayang M. Nabil Iskandar Panjaitan yang selalu selalu membuat penulis tersenyum.I Love U all my family

Ucapan terima kasih kepada yang tersayang Muhammad Edu Willastra, yang selalu memberikan perhatian, pengertian, kasih sayang yang tulus terhadap penulis, selalu jadi penyemangat, dan selalu ada disaat suka maupun duka. I Love U Saaiiank


(8)

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bang Eky Hanara Novendra, Bang Arif, Bang Tara yang sudah mengajarkan dan memberikan saran kepada penulis dalam penulisan kertas karya ini.

Akhirnya, kepada semua sahabat dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih buat semua doa, kebaikan, ketulusan, dan dukungan kepada penulis selama proses penyelesaian kertas karya ini.Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, April 2012 Penulis,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Tujuan Penulisan ... 2

1.3 Metode Penelitian ... 2

1.4 Sistematika Penulisan ... 2

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN ... 4

2.1 Pengertian Pariwisata... ... 4

2.1.1 Pengertian Pariwisata ... 4

2.1.2 Pengertian Wisatawan ... 6

2.1.3 Objek dan daya tarik wisata... 7

2.1.4 Industri Pariwisata ... 9

2.1.5 Peran Kebudayaan dalam kepariwisataan ... 10

2.1.6 Pengertian Seni Tari Melayu dan Kaitannya Dengan Pariwisata ... 12


(10)

BAB III GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU ... 15

3.1. Sejarah Kebudayaan Melayu ... 15

3.2. Kerajaan Deli Kerajaan Melayu di Kota Medan ... 18

3.3. Kesenian Masyarakat Melayu... 19

3.4. Adat Istiadat Masyarakat Melayu ... 26

BAB IV SENI TARI MELAYU DELI SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KOTAMEDAN ... 30

4.1. Perkenalan Seni Tari Melayu ... 30

4.2. Klasifikasi Tari Melayu ... 32

4.3. Tata Susila Tari Melayu ... 37

4.4. Tekhnik Gerak Dalam Tari Melayu ... 40

4.5. Fungsi Seni Tari Melayu Bagi Kepariwisataan ... 42

BAB V PENUTUP ... 45

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(11)

ABSTRAK

Kebudayaan daerah merupakan salah satu atraksi wisata yang dapat meningkatkan arus kunjungan wisatawan, baik wisatawan nusantara (wisnu) maupun wisatawan mancanegara (wisman) di Kota Medan. Membudayakan Seni Tari Melayu Deli mempunyai tujuan untuk melestarikan salah satu atraksi wisata di Kota Medan. Diharapkan peran serta pemerintah, swasta dan masyarakat untuk bekerja sama dan sama-sama bekerja dalam mendukung Seni Tari Melayu Deli sebagai salah satu kebudayaan tradisional di Kota Medan.

Dengan demikian, kebudayaan dan seni dalam masyarakat Melayu merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan upacara adat maupun dalam kehidupan sehari-hari, seperti seni suara, tari dan musik. Keunikan budaya Melayu ini dapat dijadikan salah satu atraksi wisata di Sumatera Utara. Dengan demikian, usaha dalam pengembangan objek dan daya tarik wisata di Sumatera Utara akan semakin terarah untuk mencapai cita-cita kita sebagai insan dunia pariwisata.

Keyword : Wisata Kebudayaan, Membudayakan, Seni Tari Melayu Deli, Kota Medan


(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Tarian Indonesia mencerminkan kekayaan dan keanekaragaman suku bangsa dan budaya Indonesia. Terdapat lebih dari 700 suku bangsa di Indonesia dapat terlihat dari akar budaya bangs dipengaruhi oleh berbagai budaya dari negeri tetangga di Asia bahkan pengaruh barat yang diserap melalui kolonialisasi. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki berbagai tarian khasnya sendiri.Di Indonesia terdapat lebih dari 3000 tarian asli Indonesia. Tarian tradisi kuno dan drama dilestarikan di berbagai sanggar dan sekolah seni tari yang dilindungi oleh piha

Indonesia memiliki berbagai macam suku dengan seni, tradisi dan budaya dengan corak ragam yang berbeda. Keanekaragaman ini memiliki nilai-nilai budaya yang merupakan asset bagi dunia pariwisata.Untuk itu adalah tugas kita untuk menyelamatkan, memelihara dan melestarikan budaya dari nenek moyang kita.

Keunikan budaya dari setiap daerah memiliki daya tarik tersendiri yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan devisa, memperluas dan meratakan kesempatan kerja, serta kesempatan berusaha khususnya bagi masyarakat sekitarnya

Sumatera Utara sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Indonesia memiliki keanekaragaman seni budaya yang dapat dijadikan asset bagi pengembangan kepariwisataan, khususnya bagi seni budaya Melayu.Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Melayu masih menggunakan adat-istiadat Melayu misalnya dalam upacara perkawinan. Dan salah satu usaha pemerintah daerah Sumatera Utara untuk mengembangkan seni budaya Melayu adalah dengan mengadakan pertunjukan seni budaya seperti Pekan Budaya Melayu


(13)

tarian, berbalas pantun sampai pada masakan-masakan tradisional khas Melayu. Keadaan inilah yang dapat dijadikan sebagai suatu atraksi wisata yang dapat menarik perhatian wisatawan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membuat tugas akhir tentang “Seni Tari Melayu Deli Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata di Kota Medan” Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penulisan kertas karya adalah untuk menghindari penyimpangan dalam karya tulis, sehingga penulis dapat lebih terarah dalam menitikberatkan pokok permasalahan pada pengklasifikasian Seni Tari Melayu Deli sebagai Atraksi Wisata di Kota Medan

1.2 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk menyelesaikan pendidikan Program Diploma III Program Studi Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Mengetahui upaya pengembangan seni budaya Melayu di Sumatera Utara. 3. Memperluas pengetahuan mengenai kebudayaan daerah, khususnya adat

istiadat budaya Melayu.

1.3 Metode Penelitian

Metode penelitian dalam penulisan karya tulis ini adalah :

1. Library Research (Studi Pustaka)

Pengumpulan data dan informasi diperoleh dari buku, majalah, dan data-data bahan pustaka yang berhubungan dengan kerja.

2. Field Research (Penelitian Lapangan)

Data dan informasi diperoleh dengan mengadakan penelitian langsung ke lapangan dan mewawancarai pihak-pihak terkait seperti tokoh budayawan dan orang Melayu pada umumnya.

1.4 Sistematika Penulisan

Penyajian kertas karya ini terdiri dari lima bab, yaitu : Bab I : Pendahuluan

Dalam bab ini akan diuraikan alasan pemilihan judul, pembatasan masalah, tujuan penulisan, metode serta sistematika penulisan.


(14)

Dalam bab ini akan diuraikan tentang pengertian kepariwisataan, wisatawan, industri pariwisata, objek dan daya tarik wisata, pengertian Kesenian dan hubungannya dengan kepariwisataan.

Bab III : Gambaran Umum Masyarakat Melayu KotaMedan.

Dalam bab ini diuraikan tentang sejarah singkat dan pengertian masyarakat Melayu, kebudayaan dan kesenian masyarakat Melayu.

Bab IV : Seni Tari Melayu Deli Sebagai Salah Satu Atraksi Wisata di Kota Medan.

Dalam bab ini diuraikan tentang jenis-jenis tari dalam kebudayaan Melayu, Kegunaan atau maksud dari tari-tari Melayu, dan fungsi Tari Melayu Deli bagi kepariwisataan Kota Medan.

Bab V : Penutup

Dalam bab ini adalah menyimpulkan keseluruhan dari isi kertas karya. DAFTAR PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan jenis-jenis tari dalam Kebudayaan Melayu, Kegunaan atau maksud dari tari-tari Melayu, dan fungsi seni tari Melayu Deli bagi kepariwisataan kotaMedan.


(15)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1Pengertian Pariwisata

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata, yaitu : “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berputar-putar, berkali-kali, atau berkeliling. Sedangkan wisata berarti perjalanan dari satu tempat ke tempat yang lain. Wisata berarti pengalaman, bepergian.

Pemakaian kata pariwisata untuk pertama kalinya dicetuskan oleh Prof. Priyono yang pada masa jabatannya menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. istilah tersebut diungkapkannya pada saat pelaksanaan Munas II Pariwisata di Tretes (Jawa Timur), 12-14 Juni 1958, untuk menggantikan kata tourisme dan diresmikan pemakaiannya untuk umum oleh Presiden Soekarno. Dan atas dasar tersebut maka pada tahun 1960, istilah Dewan Tourisme Indonesia diganti menjadi Dewan Pariwisata Nasional.

Pengertian mengenai pariwisata di atas dianggap belum memadai, karena istilah yang dikemukakan sering mengalami perubahan dan perbedaan. Oleh karena itu, sebagai bahan perbandingan dapat kita lihat berbagai pendapat yang dikemukakan pakar pariwisata berikut mengenai pengertian pariwisata.

a. Oka A. Yoeti (1986:118)

Pariwisata adalah suatu perjalanan untuk sementara waktu yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan tujuan bukan untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata-mata untuk menikmati perjalanan tersebut guna bertamasya dan berekreasi.

b. Saleh Wahab dalam bukunya yang berjudul “An introduction on Tourism theory” mengemukakan bahwa pariwisata adalah “suatu aktifitas yang


(16)

dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam satu negara itu sendiri (di luar negeri) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialami dimana ia menetap dan bekerja”. Dalam batasan pariwisata ia mengemukakan tiga unsur, yaitu : (1) Manusia (man) yang melakukan perjalanan wisata; (2) Ruang (space) tempat melakukan perjalanan dan; (3) waktu (time) yang digunakan selama dalam perjalanan dan di daerah tujuan wisata.

c. Tap MPRS No. 1 – II / 1960

“Kepariwisataan dalam dunia modern pada hakekatnya adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam memberikan hiburan jasmani dan rohani, setelah beberapa saat bekerja dan mempunyai modal untuk melihat-lihat daerah lain (wisata keluar negeri)”.

d. Menurut A.J. Burkart dan S. Medik (1987)

Pariwisata adalah perpindahan orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan- tujuan diluar tempat dimana mereka biasanya hlidup dan bekerja dan kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di tempat-tempat tujuan itu.

e. Herman V. Schulaland, seorang ahli ekonomi Austria (1910: 7) menyatakan bahwa : “Kepariwisataan merupakan penjualan kegiatan terutama yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian, secara langsung berhubungan dengan keluar masuknya orang-orang asing ke suatu negara, daerah, maupun kota tertentu”. Dalam hal ini ia lebih menekankan aspek-aspek ekonomi dan tidak menunjukkan secara tegas aspek-aspek-aspek-aspek sosiologi, psikologi, seni budaya maupun aspek-aspek geografi kepariwisataan.

f. Hunzieker dan Krapt (1892 : 8), menyatakan bahwa : “Kepariwisataan merupakan keseluruhan gejala-gejala yang ditimbulkan oleh perjalanan


(17)

dan pendiaman tersebut tidak bersifat menetap dan tidak memperoleh penghasilan dari aktifitas yang bersifat sementara itu”.

g. E. Guyer Freuler, mengemukakan bahwa : “Pariwisata dalam arti modern adalah fenomena dari zaman sekarang yang pada umumnya didasarkan pada kebutuhan akan kesehatan dan pergantian hawa, penilaian yang sadar dan menimbulkan cinta terhadap keindahan alam, sedangkan pada khususnya disebabkan oleh bertambahnya pergaulan berbagai bangsa dan kelas masyarakat manusia sebagai hasil dari perkembangan perniagaan, industri perdagangan, serta penyempurnaan dari pada alat-alat pengangkutan.

h. Menurut Habert Bulden, menyatakan bahwa : “Kepariwisataan merupakan suatu seni dari lalu lintas orang dimana manusia berdiam di suatu tempat asing dengan maksud tertentu, tetapi tidak boleh menetap untuk melakukan pekerjaan untuk sementara waktu.

Dengan demikian pariwisata berarti suatu perjalanan keliling ataupun perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dan kembali ke tempat asal tanpa bermaksud mencari nafkah atau penghasilan di tempat yang singgahi.

2.1.2 Wisatawan

Wisatawan dapat dijabarkan sebagai berikut:

Menurut Pasal 5 Resolusi Dewan Ekonomi dan Dewan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa No. 810.

“Untuk tujuan statistik yang dimaksudkan dengan visitor atau pengunjung adalah setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang merupakan tempat tinggalnya yang biasa, dengan alasan apapun juga, kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya”.


(18)

Yang termasuk di dalamnya adalah :

Wisatawan (tourist), yaitu pengunjung sementara yang paling sedikit tinggal 24 jam di negara yang dikunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut ini :

• Pesiar (leisure), seperti untuk keperluan rekreasi, hiburan kesehatan, studi, keagamaan dan oleh raga.

• Pelancong (excursionist), yaitu pengunjung sementara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara yang dikunjunginya termasuk pelancong dengan kapal pesiar.

Menurut Instruksi Presiden No. 9 tahun 1964 yang memberikan defenisi sebagai berikut: “Wisatawan (tourist) adalah setiap orang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungannya ini”

2.1.3 Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata (tourist attraction) merupakan salah satu unsur pokok dalam pengembangan dan pembangunan dunia kepariwisataan yang keberadaannya akan mendorong parawisatawan, untuk mengunjunginya. Objek dan daya wisata juga merupakan hal yang sangat penting dalam mensukseskan program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset yang dapat dijual kepada wisatawan.

Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup, dan sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun dinikmati oleh wisatawan sekaligus merupakan sasaran utama wisatawan dalam mengunjungi suatu daerah atau negara.Dalam pengertian luas bahwa wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata.


(19)

Menurut UU No. 9/1990, objek dan atraksi wisata memiliki pengertian tersendiri, yaitu :

b. Objek wisata adalah merupakan hal-hal yang menarik untuk dilihat dirasakan oleh wisatawan yang bersumber pada alam saja.

c. Atraksi wisata adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat, dinikmati dan dirasakan oleh wisatawan yang merupakan hasil kerja manusia.

Menurut Peraturan Pemerintah, Republik Indonesia No. 24/ 1979 : a. Objek wisata adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, atau

hidup, seni budaya,sejarah bangsa, wisata agro, wisata tirta, wisata buru, tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan untuk dikunjungi.

b. Atraksi wisata adalah semula yang diciptakan manusia berupa penyajian kebudayaan seperti tari-tarian, kesenian rakyat upacara adat, dan lain-lain.

Objek dan daya tarik wisata dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok yang terdiri dari beberapa unsur, yaitu :

a. Nature (alam) yaitu segala sesuatu yang berasal dari alam

dimanfaatkan dan diusahakan di tempat objek wisata yang dapat dinikmati dan memberikan kepuasan bagi wisatawan, misalnya keindahan alam, flora dan fauna, pemandangan alam dan lain-lain.

b. Culture (kebudayaan) yaitu segala sesuatu yang berupa daya tarik yang

berasal dari seni dan kreasi manusia berupa kesenian tari-tarian, upacara adat, keagamaan dan lain-lain.

c. Human (manusia) yaitu segala sesuatu yang merupakan aktivitas atau

kegiatan manusia (way of life) yang khas, dan mempunyai daya tarik tersendiri yang dapat dijadikan objek wisata, misalnya Suku Dayak di Kalimantan dan Suku Asmat di Irian Jaya dengan gaya dan cara hidup yang masih unik.

d. Man made (ciptaan manusia) yaitu segala sesuatu yang merupakan


(20)

misalnya candi-candi, prasasti, monumen, kerajinan tangan dan lain-lain.

2.1.4 Industri Pariwisata

Industri Pariwisata adalah kumpulan bermacam-macam perusahaan secara bersama-sama menghasilkan barang-barang dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan oleh wisatawan selama kegiatan wisatanya berlangsung. Industry pariwisata telah membuktikan diri sebagai sebuah alternative kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendapatkan kondisi yang ideal maka industry pariwisata dituntut untuk berkembang dengan baik dan menghasilkan produk yang unggul dan handal. Para ahli pariwisata memberikan batasan yang bervariasi tentang industry pariwisata, yaitu:

1. Kusudianto Hadiroto (Pendit, 1994:37)

“ Industri pariwisata adalah sesuatu organisasi baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang berpergian (wisatawan).

2. W. Hunzieker dari Bern University (Pendit, 1994:38)

“Tourism enterprises are all bisiness which, by combining various means of production, provide goods and service of a specially tourist nature”

3. G. A. Schmol dalam bukunya Tourism Promotion (Yoeti, 1985:143),

“Tourism is highly the centralized industry consisting of enterprises different in size, location, function, type organization, range of service provide, and method use to market and sell them”.

Beberapa ahli kepariwisataan lainnya memberikan pengertian yang bervariasi tentang industry pariwisata, tetapi ada satu kesamaan dalam pengertian yang mereka berikan, yaitu bahwa perusahaan barang dan jasa itu terdiri dari bermacam-macam perusahaan bahkan dikatakan berbeda, baik ukrannya, bentuk organisasinya, maupun lokasi dan tempat kedudukannya.


(21)

Secara umum pengertian industri pariwisata adalah keseluruhan pelayanan yang diterima oleh wisatawan semenjak ia meninggalkan daerah asalnya, sampai di tempat tujuan, dan kembali ke daerah aslanya kembali. Beberapa perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata sebagai berikut:

2.1.5 Peran Kebudayaan dalam Kepariwisataan

Kata budaya atau kebudayaan adalah kata yang sudah sangat sering digunakan atau didengar dalam berbagai kesempatan, tetapi makna yang diberikan pada kata tersebut tidak selalu jelas dan sama. Sebagian orang mendefinisikan kebudayaan sebagai segala sesuatu yang merupakan hasil cipta, rasa, dan karsa manusia; sebagian lagi menganggap kebudayaan sebagai adat istiadat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi atau kebiasaan lama; sementara itu ada juga yang menganggap kebudayaan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan kesenian. Kata budaya dan kebudayaan pada dasarnya memiliki makna yang sama, yakni simbol-simbol yang digunakan oleh manusia untuk berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dipelajarinya dalam kehidupannya sebagai warga suatu masyarakat.

Telah disadari bahwa praktik-praktik pariwisata, yang melihat kebudayaan (juga alam), terutama sebagai sumber komoditi, ternyata membawa dampak yang tidak selalu positif. Dampak positif yang biasanya langsung dan segera dapat dirasakan adalah dalam segi keuntungan ekonomi, tetapi sesungguhnya keuntungan tersebut hanya merupakan keuntungan jangka pendek. Yang dirasakan kemudian adalah dampak buruknya, yaitu terhadap ekspresi dan eksistensi budaya yang dijadikan sumber komoditi itu.

Pariwisata yang menekankan pendekatan ekonomi cenderung memberikan peranan utama pada pemerintah atau pemilik modal, dan tujuannya juga ditentukan dan terutama untuk kepentingan mereka. Peranan masyarakat sangat rendah sehingga mereka cenderung tampak patuh dan tidak punya inisiatif karena lebih ditempatkan sebagai obyek daripada sebagai subyek. Sebagai akibatnya, adat-istiadat, nilai-nilai, dan norma-norma menjadi semakin terkikis. Ritual-ritual suci menjadi semakin dangkal dan


(22)

pertunjukan-pertunjukan seni semakin tidak berjiwa. Masyarakat menjadi apatis dan kesejahteraan mereka pun tidak mengalami perbaikan.

Tumbuhnya model pariwisata budaya yang berkesinambungan atau sustainable cultural-tourism (SCT) tampak sebagai reaksi terhadap dampak negatif dari pariwisata yang terlalu menekankan tujuan ekonomi. Gagasan tentang SCT ini pada dasarnya bertujuan agar eksistensi kebudayaan yang ada selalu diupayakan untuk tetap lestari. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa masyarakat pemilik adalah pihak yang seharusnya lebih berperan dalam pelestarian tersebut. Dengan model yang baru ini, peranan utama dikembalikan kepada masyarakat lokal dan lembaga-lembaga non-pemerintah yang memiliki perhatian terhadap kelestarian warisan budaya. Di luar mereka ini, pemerintah daerah juga ikut ambil bagian, khususnya menyangkut upaya pemanfaatan aset-aset pariwisata untuk meninkatkan pendapatan asli daerah.

Dalam situasi transisi ini, muncul persoalan-persoalan yang berkaitan dengan klaim atas sumber-sumber pariwisata yang mempunyai potensi menguntungkan. Di daerah-daerah tertentu yang memiliki pengalaman dalam pengelolaan obyek wisata budaya yang melibatkan peranan masyarakat lokal (di Bali misalnya), persoalan pemanfaatan obyek budaya untuk tujuan wisata dapat dikelola dengan cukup baik. Tetapi, di beberapa daerah lain (di Jawa misalnya), pemanfaatan obyek budaya untuk tujuan wisata tampak menjadi arena konflik kepentingan. Usaha untuk melakukan rekonsiliasi telah dilakukan tetapi belum sepenuhnya memuaskan. Hal ini dapat dipahami sebagai akibat dari adanya perubahan sikap yang datang secara tiba-tiba, seperti adanya klaim dari masyarakat setempat terhadap sejumlah warisan budaya yang semula dikuasai sepenuhnya oleh negara, kemudian dianggap sebagai “warisan” milik mereka juga. Pihak pemerintah sendiri tampak belum siap untuk mengantisipasi tuntutan yang datang secara tiba-tiba dan tidak diduga sebelumnya.

Kondisi demikian juga tidak semestinya terjadi, karena pembangunan kepariwisataan Indonesia sudah mengarah pada pembangunan berbasis masyarakat. Pembangunan pariwisata harus mampu memberikan


(23)

kesejahteraan kepada masyarakat dengan memberikan kesempatan agar masyarakat mampu berperan serta secara aktif untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya. Usaha pariwisata harus mengedepankan kepentingan masyarakat sehingga masyarakat dapat mengambil bagian dalam pengelolaan sumber daya dan obyek wisata atau DTW. Kepariwisataan yang berbasis masyarakat hendaknya terkait dengan usaha bisnis lokal, pembangunan masyarakat, serta pelestarian warisan alam dan budaya. Hal tersebut sudah sejalan dengan kode etik pariwisata dunia yang pada dasarnya memiliki keterkaitan dengan pengaturan pelestarian lingkungan hidup, pemberdayaan masyarakat setempat, perencanaan yang berorientasi pada perlindungan sumber daya alam dan budaya, hak asasi manusia, hak dan kewajiban para pelaku pariwisata, pelestarian warisan budaya, dan globalisasi.

Memang belum semua masalah dapat diatasi, tetapi arah pariwisata Indonesia sudah jelas. Arah itu disebutkan dalam pernyataan misi tentang pengembangan kebudayaan dan pariwisata yang antara lain dirumuskan sebagai berikut:

1. Pemberdayaan dan peningkatan peran serta masyarakat dalam pengembangan kebudayaan dan pariwisata nasional. 2. Perlindungan kebudayaan sebagai upaya melestarikan warisan budaya bangsa.

3. Pengembangan produk pariwisata yang berwawasan lingkungan, bertumpu pada kebudayaan, peninggalan budaya dan pesona alam lokal yang bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global.

2.1.6 Pengertian Seni Tari Melayu dan Kaitannya Dengan Pariwisata Kesenian itu bermacam-macam, yaitu seni suara, seni musik, seni tari, seni ukir, dan lain-lain.Di dalam masyarakat Melayu seni tari sangat berperan penting, hampir pada setiap adat Melayu diiringi oleh tari.Sebagai contoh


(24)

pada upacara perkawinan, tari persembahan digunakan untuk menyambut mepelai pria.

Di dalam teater tradisional pun seperti Makyong tidak terlepas dari seni tari Melayu. Menurut T. Lukman Sinar (1976 : 16) seni tari Melayu sudah ada sejak munculnya Kerajaan di sebelah Timur Sumatera.

Pengertian dari seni tari Melayu itu pun bermacam-macam, beberapa ahli berpendapat sebagai berikut :

a. Menurut seorang ahli sejarah tarian dan musik Jerman bernama C. Sach (Seni Tari Melayu, 2008 : 5) mengatakan bahwa seni tari itu mengandung segala gerakan tubuh badan yang mempunyai unsur-unsur keindahan. Seni ini dapat dilihat pada gerakan tangan, kaki, badan, mata, dan anggota tubuh yang lain. Seni tari juga merupakan gerakan yang berirama, yaitu pengucapan jiwa manusia melalui gerak-gerik berirama yang indah. Seni tari dalam masyarakat Melayu lebih mengutamakan kehancuran dan kelembutan gerakan.

b. Seni tari menurut Drs. Muhammad Takari, M.Hum yaitu tari Melayu merupakan ekspresi aktivitas sosial budaya dan suatu fenomena universal yang berhubungan dengan tenaga, waktu, dan ruang.

c. Seni tari Melayu di dalam karya klasik sastra Melayu yaitu sejarah Melayu dan Suala Tussalatin (Seni Tari Melayu, 2008 : 19) mengatakan bahwa menari itu seperti berlayam, yaitu menari dengan melila-lilakan pedang, perisai, mengigil, yaitu menari dengan gaya menarik, selain itu, seni tari itu seperti menanduk dan joget.

d. Menurut Lange di dalam bukunya The Nature of Dance mengatakan bahwa seni tari itu sebagai komponen budaya manusia memiliki fungsi khusus seperti nilai sosial, nilai ritual, pengobatan, dan rekreasional. Tari-tari upacara yang mempunyai kekuatan-kekuatan magis mempunyai bobot kualitas gerak yang lebih tinggi daripada tari yang bermakna rekrasional karena nilai spritual yang terkandung didalamnya. Fungsi tari dalam kehidupan masyarakat juga membawa akibat pada standar teknis dan kualitas gerak. Tari yang bermakna rekreasional dan berfungsi sebagai tari


(25)

pergaulan biasanya dilakukan oleh siapa saja yang mau menari pergaulan biasanya dilakukan oleh siapa saja yang mau menari. Gerakannya sederhana dan ringan, Tidak terlalu sukar dan tanpa aturan yang rumit, sedangkan tata upacara yang bermakna ritual dan berkekuatan magis biasanya hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah disiapkan oleh penari yang fisik dan jiwanya sudah terlatih. Tari-tari sejernis ini menuntut disiplin yang tinggi dan mempunyai aturan-aturan yang perlu dipelajari untuk diketahui dan dipahami, agar bisa berfungsi sebagai kekuatan spritual yang diharapkan mask.

Dari beberapa definisi di atas terlihat jelas bahwa seni tari merupakan hasil karya manusia. Seni tari merupakan bagian dari kebudayaan, karena menurut Koenjaraningrat (Varhan, 2003 : 15) definisi kebudayaan adalah “seluruh sistem gagasan rasa dan tindakan serta karya yang dihasilkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat, yang dijadikan miliknya dengan belajar.

Dari pengertian ini dapat disimpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil karya manusia yang berupa benda maupun kesenian baik seni suara, musik, tari, dan seni-seni lainnya.Dengan demikian kebudayaan berhubungan dengan pariwisata.

Seni tari sebagai bagian dari kebudayaan merupakan salah satu potensi terbesar dalam dunia pariwisata yang mendukung perkembangan kepariwisataan, karena sumber objek wisata tidak hanya terletak pada keindahan alam saja tetapi terletak pada kebudayaan, aktifitas manusia dan segala sesuatu hasil karya manusia yang dapat dijadikan objek wisata.

Seni tari merupakan atraksi wisata yang banyak menarik perhatian wisatawan. Seni tari yang bermacam-macam yang berasal dari setiap daerah memiliki keindahan dan kunikan tersendiri yang merupakan nilai budaya yang harus diperhatikan, salah satu cara adalah melalui kegiatan pariwisata. Karena dengan kegiatan kepariwisataan kebudayaan yang dimiliki oleh suatu dapat diketahui dan dinikmati oleh wisatawan luar yang datang ke negara atau


(26)

daerah tujuan wisata sebagai salah satu dorongan kebutuhan manusia untuk mengunjungi suatu daerah atau negara wisata yang dikunjungi.

Untuk itu seni tari dapat dijadikan usaha pengembangan kepariwisataan yang diharapkan tidak memudarkan nilai-nilai budaya yang ada sehingga tetapi menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling mendukung


(27)

BAB III

GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU

3.1. Sejarah Kebudayaan Melayu

Prof. Dr. R.C. Majumdar mengatakan bahwa asal nama “Melayu” berasal dari satu suku di India bernama “Malaya” dan orang Yunani menyebut dan dalam kitab Purana disebut sebagai salah satu dari pada 7 watas (Kulaparvatas) pegunungan di India. Banyak lagi nama-nama tempat di Asia Tenggara dan Nusantara yang berasal dari India.Bahkan pada Suku Karo ada Marga Sembiring yang berasal dari India.Ada legenda pada orang Melayu Minangkabau bahwa leluhur mereka berasal dari India juga (Sang Sapurba yang turun di Bukit Seguntang Maha Meru bersama dengan 2 saudaranya yang lain). Setelah hancurnya Sriwijaya dan Melayu di Jambi dan Damasraya di Sumatera Barat, maka bahasa dan budaya Melayu itu berpusat kini di Pasai dan Melaka.Imperium Melayu di Melaka yang didirikan Para Meshwhara di tahun 1400-M itu mengembangkan, terutama setelah Islam bahasa dan budaya Melayu itu mula-mula ke pesisir Timur Sumatera dan Kalimantan dan lalu seluruh semenanjung Tanah Melayu sampai ke Patani (Thailand).

Ketika orang Portugis dan orang Barat lainnya tiga pada awal abad ke-16 M, maka sudah dikenallah adanya orang Melayu yang dilekatkan dengan agamanya yang Islam dan karena bahasa Melayu sudah menjadi linga France di Asia Tenggara, maka orang Barat menganggap semua penghuni Nusantara ini adalah “Orang Melayu” mendiami Kepulauan Melayu.

Judith A. Nagata mengatakan bahwa: “a Malaya = one who is moslim, who habitually speaks Malay adat, and who fulfills certain residence requipments”. Orang Melayu beragama Islam dan bahasa sehari-harinya adalah bahwa Melayu serta melaksanakan adat-istiadat Melayu. Masyarakat Melayu adalah kesatuan etnis yang berdasarkan kultural, bukan geologis serta memakai hukum kekerabatan parental (kedudukan Ayah dan Ibu sama). Masyarakat Melayu identik dengan Islam, sehingga muncul istilah “masuk Melayu berarti masuk Islam” yang telah ada sejak abad ke – 14 M.


(28)

Antroplogi/etnologi Barat membuat teori bahwa bangsa pribumi di semenanjung Malaya dan Nusantara berasal dari satu nenek moyang yang datang dari daratan Yunan kemudian pindah ke Indo-China dan Kamboja. Akhirnya timbul Prota Melayu dan Deutro Melayu, yakni :

- Ras Negrito; ciri rambut spiral (kriting), kulit hitam, bentuk kepala brachicephal, misalnya suku Semang, tubuh kecil (negrito).

- Ras Weddoid; tubuh kecil, kulit coklat mudah, rambut ikal, bentuk kepala dolicephal, hidung pesek, misalnya suku Kubu, suku Towa dan lain-lain. - Ras Proto-Melayu; rambut tidak kriting, kulit coklat muda, bentuk kepala

brapchipal; misalnya suku Dayak, suku Batak dan lain-lain.

- Ras Deutro-Melayu; misalnya suku Aceh, Jawa, Bali, Melayu Pesisir, Minangkabau dan lain-lain.

Yang dimaksud dengan suku Melayu Pesisir Sumatera Timur adalah orang-orang yang menyatukan dirinya dalam suatu perbuatan yang serasi, lalu menamakan dirinya dengan suku Melayu Sumatra Timur serta memakai adat-budaya Melayu secara sadar dan berkelanjutan.Suku ini berdiam dan bertempat tinggal di daerah pesisir Sumatera Timur (sebelah timur Sumatera Utara), daerah yang merupakan kampung halaman secara turun-temurun.

Oleh karena itu masyarakat ini merupakan salah satu penduduk pribumi Sumatera Utara yang sama kedudukannya dengan suku-suku lain yang ada di Sumatera Utara, seperti suku Batak Toba, Karo, dan lainnya yang ada di Sumatera Utara.

Adapun daerah-daerah yang menjadi kampung halaman bagi masyarakat suku Melayu yakni :

4. Daerah Tingkat II Kodya Binjai 5. Daerah Tingkat II Kodya Medan 6. Daerah Tingkat II Kabupaten Langkat 7. Daerah Tingkat II Kodya Tebing Tinggi 8. Daerah Tingkat II Kabupaten Asahan 9. Daerah Tingkat II Kodya Tanjung Balai 10.Daerah Tingkat II Kabupaten Deli Serdang


(29)

11.Daerah Tingkat II Kabupaten Labuhan Batu

Kampung halaman pada masyarakat Melayu yang menyangkut segi kultural adalah :

(1)di mana ia berdiam dan tempat tinggal, (2)di mana ia mencari nafkah atau makan,

(3)di mana tempat dasar hidup kebudayaan yang dimiliki.

Pada umumnya masyarakat Melayu bermata pencaharian sebagai nelayan, sedangkan wanitanya banyak menghabiskan waktu mereka dengan menenun kain songket yang terkenal sampai ke luar negeri karena keindahan benang emasnya.Wanita Melayu memiliki jiwa enterpreunership seperti usaha home industri, contohnya membuat makanan khas Melayu yaitu kue karas-karas, kue putu, halua (manisan) dan lain-lain untuk dijual di pasaran.

Masyarakat Melayu memiliki keterbukaan dalam menerima budaya dari luar dan akibatnya mengaburkan ciri khas atau identitas asli masyarakat Melayu.Hal ini disebabkan oleh kelengahan masyarakat Melayu itu dalam menyaring setiap budaya luar yang masuk ke dalam budayanya.

Suku bangsa Melayu dalam falsafahnya dapat disimpulkan berlandaskan pada lima dasar yaitu :

1. Melayu itu Islam : yang sifatnya Universal dan demokratis bermusyawarah.

2. Melayu itu berbudaya : yang sifatnya Rasional dalam bahasa, tari pakaian tersusun dalam tingkah laku dan sebagainya.

3. Melayu itu berturai : yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun dan tertib dan mengutamakan rukun da damai. 4. Melayu itu berilmu : artinya pribadi yang diarahkan pada ilmu

pengetahuan dan ilmu kebathinan agar marwah dan disegani orang untuk kebaikan umum.


(30)

5. Melayu berakhlak : artinya setiap pribadi diarahkan untuk memiliki akhlak yang baik dan dapat menjadi contoh teladan di masyarakat sekitarnya.

3.2. Kerajaan Deli Kerajaan Melayu di Kota Medan

Sultan Makmun Perkasa Alamsyah merupakan Sultan Kerajaan Deli yang pertama. Pada tahun 1886 kotaMedan didirikan Plaattselijk Fonds (Negeriaad) guna mengurus kepentingan-kepentingan kota. Ditinjau dari segi pembangunan dan pengembangan daerah Deli, Sultan Ma’mun Perkasa Alamsyah sangat berjasa dalam mengupayakan dan mempertahankan hak-hak tanah dan lembaga adat. Biaya pembangunan jalan-jalan, parit-parit, penerangan jalan dan lainnya di dapat dari Plaatselijk Fonds ini dari toko-toko dan perumahan dari tanah yang diselenggarakan Sultan Ma’mun Al-Rasyid, dan pada tahun 1891-1893 kota Medan dengan tanah yang diserahkan oleh pihak perkebunan-perkebunan dengan persetujuan dan melalui Sultan.

Dalam usaha pengembangan dan penataan kota, Sultan Deli mendirikan Istana Maimoon tahun 1888, dimana istana ini sebenarnya sangat luas, meliputi Kota Maksum, Kamp. Kolam Raja Arsitektur bangunan istana ini bergaya dominan Melayu, namun di sana sini juga dipengaruhi oleh gaya Timur Tengah Eropah, India. Istana Maimun terbagi dalam beberapa ruangan utama seperti : - Balairung / Tempat singgahsana Sultan, ruangan makan, tempat tidur, ruangan tamu, anjungan, dan beberapa ruang lain yang berfungsi sesuai dengan kebutuhan Sultan.

Sultan Deli juga membangun Mesjid Raya pada tahun 1907, kantor Kerapatan tahun 1906 (sekarang Kantor Bupati Deli Serdang), kemudian membangun taman kolam Tengku Khalijah yang sekarang bernama Taman Sari Deli, Sultan Ma’mun Al-Rasyid menjadi Sultan pertama di Kerajaan Deli pada tahun 1873 dang mangkat pada tahun 1924. Sultan Kerajaan Deli merupakan simbol dan titik pusat pemerintahan, dan adat istiadat dari keseluruhan kerajaan.


(31)

Kekuasaan pemerintahan kesultanan sudah dihapus sejak terjadinya revolusi sosial tahun 1946, maka Istana ini dimiliki oleh 2 orang garis keturunan : Sultan Deli sendiri dan Garis Keturunan Dt. Bendahara (Dua orang bersaudara).

3.3Kesenian Masyarakat Melayu

Kesenian menurut Herbert Read dalam (Hamid, 1991: 160) adalah suatu usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan atau lidah dari suatu seni dan seni tersebut memiliki estetika.Usaha untuk menghasilkan atau menciptakan bentuk seni yang indah dan menyenangkan tersebut merupakan hasil cipta karsa seorang seniman yang berusaha semampu mungkin untuk mendekatkan cita rasanya dengan cita karsa penikmatnya sehingga timbul suatu keindahan antara keduanya.

Ada berbagai macam kesenian masyarakat melayu, diantaranya adalah: Seni Suara / Vokal

Seni vokal dari pada pita suara yang boleh memberi kepuasan kepada

pendengar. Setiap seni vokal itu berbeda mengikut masyarakat. Dalam masyarakat Melayu terdapat seni vokal tanpa musik dan seni vokal yang bergabung dengan musik.

A.1 Seni vokal tanpa musik yang sering dinyanyikan dalam masyarakat Melayu

- Endoi atau dendang Siti Fatimah dan ulit anak

Endoi atau dendang Siti Fatimah terkenal di negeri Perak, Selangor dan Negeri Sembilan manakala ulit anak di negeri Terengganu.Biasanya dilagukan dalam upacara berbentuk keislaman seperti menyambut kelahiran anak atau upacara kepala.

- Nazam atau naban

Berasal daripada Terengganu, Pahang dan Melaka.Dikarang dalam Bahasa Melayu yang mengisahkan riwayat Nabi Muhammad, para Nabi Allah dan


(32)

para sahabat Rasul.Persembahan yang tidak disertai alat muzik ini memerlukan kemerduan suara.

- Marhaban, nasyid dan qasidah

Merupakan nyanyian keagamaan.Marhaban ialah pujian kepada Nabi Muhammad dan dinyanyikan dalam Bahasa Arab.Nasyid ialah nyanyian dan berbentuk dakwah Islam yaitu terdapat dalam senikata Arab dan Melayu.Qasidah biasanya dinyanyikan dalam bahasa Arab yang mengandung puisi memuji Nabi Muhammad dan para sahabat.

A.2 Lagu yang digabungkan dengan musik

- Dikir

Dikir dikenali dengan pelbagai nama seperti dikir maulud, dikir Pahang, dikir Rebana dan dikir berarak. Dikir-dikir ini dilagukan dengan iringan rebana atau kompang.

- Hadrah

Sejenis nyanyian yang berasal daripada dikir. Dinyanyikan dengan iringan sejenis alat bercorak rebana yang hampir sama dengan kompang.

- Beduan

Sejenis nyanyian rakyat Perlis dan diiringi dengan bunyi-bunyian gendang.Beduan mempunyai persamaan bentuk zikir dan burdah yang diiirngi dengan pukulan rebana.

- Dikir barat

Sejenis nyanyian yang terkenal di negeri Kelantan.Nyanyiannya diiringi dengan pukulan rebana.

- Ghazal

Sejenis puisi Arab yang berbentuk percintaan.Ghazal dinyanyikan dengan iringan alat seperti syeringgi, sitar, harmonium dan tabla.


(33)

B. SENI MUSIK

Menurut Kamus Dewan Musik didefinisikan sebagai gubahan bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah dan menyenangkan, bunyi-bunyian.Musik adalah satu daya tarikan kepada manusia.Ahli-ahli falsafah berpenapat bahwa setiap manusia mempunyai minat terhadap musik.Keadaan ini jelas dilihat kepada reaksi manusia terhadap bunyi-bunyian yang sudah menjadi kegemaran sejak manusia dilahirkan.Musik sebenarnya tidak dapat dilihat dan dinikmati dengan pancaindera penglihatan, tetapi dirasai dengan hati atau perasaan.

B.1 Musik Tradisi Warisan Istana

Dalam masyarakat terdapat dua kelompok masyarakat yaitu : a. Tradisi tinggi (great tradition)

b. Tradisi rendah (little tradition)

Kumpulan masyarakat tradisi tinggi terdiri daripada golongan bangsawan yang merupakan golongan kelas pemerintah yang menjadikan istana sebagai pusat kebudayaan.

Raja-raja menubuhkan kumpulan-kumpulan musik di istana dan latihan dianjurkan untuk meningkatkan mutu persembahannya.Musik nobat menjadi satu pasukan musik istana sejak abad ke 15 lagi. Musik ini dimainkan dalam upacara pertabalan, kematian raja dan upacara mengadap oleh para pembesar di hadapan balairung.Selain nobat musik yang berkembang melalui tradisi istana di Malaysia ialah gamelan.Gamelan yang terkenal di Tanah Melayu berasal dari kerajaan Riau-Lingga dan Johor.Alat-alat musik yang digunakan dalam gamelan termasuklah saron, bonang, kerompong, gendang dan gong.

B.2 Tradisi Musik Rakyat

Di samping tradisi tinggi yang berpusat di istana, terdapat pula tradisi rendah di kalangan masyarakat rakyat biasa yang terdiri dari kaum petani dan nelayan.Perkembangan seni musik di kalangan masyarakat tradisi rendah lahir dari minat anggota masyarakat itu sendiri.Sebahagian dari


(34)

mereka mewarisi keahlian bermain alat-alat musik itu daripada keluarganya.Alat-alat musik ini dibuat dari bahan-bahan yang diperoleh di sekeliling mereka seperti buluh, kayu, kulit binatang dan lain-lain.Musik rebana merupakan sejenis alat musik yang berkembang dalam masyarakat Melayu tradisional.Rebana dimainkan dalam persembahan yang berunsur keislaman seperti dikir, ratib, nazam, hadrah, rodat, maulut, dan lain-lain.

B.3 Tradisi Musik Melayu yang lain

Tradisi musik Melayu yang lain seperti musik makyong dan gendang keling diwarisi dari zaman praislam. Gendang keling dan Mek Mulung di Kedah dan Perlis menggunakan alat musik seperti Gong, rebab, gendang dan serunai.Di samping berbagai-bagai jenis musik yang dinyatakan, musik wayang kulit, kuda kepang dan ghazal juga merupakan musik Melayu tradisional dari zaman silam.Musik wayang kulit mengandungi alat musik seperti gamelan dan mempunyai hubungan dengan tradisi dan kepercayaan masyarakat pribumi. Ghazal Ouga berasal dari pengaruh Arab Parsi, yang dibawa melalui India sebelum berkembang di alam Melayu.Musik Melayu asli ialah musik yang menyertai tarian ronggeng atau joget yang mempunyai hubungan dengan dongdang sayang yang berkembang di Melaka dan canggung di Perlis.

C. SENI TARI

Seorang ahli sejarah tarian dan musik Jerman bernama C. Sachs telah memberikan definisi seni tari sebagai gerakan yang berirama.Seni tari adalah pengucapan jiwa manusia melalui gerak-gerik berirama yang indah. Dalam kebudayaan Melayu terdapat berbagai-bagai jenis tarian, sama adat tarian asli ataupun tarian yang telah dipengaruhi oleh unsur-unsur modern. Menurut Jaafar Mampak, tarian Melayu asli terbahagi kepada dua jenis. Pertama, tarian yang bercorak lemah lembut seperti tarian mak inang dan siti payung.Kedua, tarian rancak yang merupakan hasil daripada pengaruh tarian Portugis seperti tarian Ronggeng.


(35)

D. SENI UKIR

Seni Ukir dalam masyarakat Melayu mempunyai hubungan rapat dengan hasil-hasil kerja tangan yang dicipta melalui kepandaian.Ciri-ciri ukiran dihasilkan melalui ukiran timbul, ukiran terbenam, ukiran tebuk dan ukiran timbus.

E. SENI KRAFTANGAN

Seni kraftangan adalah hasil seni yang dicipta untuk digunakan, tetapi digubah dengan memasukkan unsur-unsur seni untuk memberi bentuk yang indah dan menarik hati. Penciptaan kraftangan itu memerlukan keahlian dan kecakapan dalam penggunaan bahan-bahan asas yang teratur sejak dari proses awal hinggalah sesuatu hasil kraftangan itu tercipta. Proses penciptaan kraftangan tersebut memerlukan daya estetika demi untuk memberikan rekabentuk yang indah dan menarik.

F. SENI TEMBIKAR

Seni tembikar merupakan sejenis hasil kraftangan orang Melayu yang menggunakan tanah liat yang dibakar dan digilap.Reka bentuknya dicipta berdasarkan fungsi sesuatu barang itu seperti periuk nasi, bekas air, bekas menyimpan makanan seperti jeruk, pekasam dan lain-lain.Perusahaan membuat tembiran secara tradisional ini masih dilakukan oleh orang Melayu khususnya di Sayung, Perak.

G. SENI ANYAMAN

Menganyam merupakan proses menjalin jaluran daun, lidi, rotan, buluh dan beberapa jenis tumbuhan yang lain. Beberapa jenis reka bentuk kraftangan dihasilkan melalui nyaman demi untuk mencipta sesuatu alat keperluan harian contohnya menghasilkan topi, tudung saji, bakul dan mengayam tikar untuk mengalas tempat duduk.

H. TEKATAN

Tekatan dikenali juga dengan nama suji dan merupakan sejenis seni kraftangan yang populer dalam masyarakat Melayu. Tekatan menggunakan


(36)

kain baldu sebagai kain dasar dan bentuk hiasannya menggambarkan bentuk bunga dan pohon-pohon.Tekatan digunakan untuk membuat kasut, kipas, muka bantal dan balutan tepak sirih. Hasil tekatan ini dibuat bagi tujuan upacara tertentu seperti dijadikan hiasan pada upacara perkawinan, upacara berkhatan, pertabalan raja dan upacara – upacara kebesaran yang lain.

I. SENI TENUNAN

Seni tenunan terbagi kepada tiga jenis yaitu tenunan biasa, tenunan ikat celup dan songket.Tenunan songket merupakan tenunan yang paling lengkap dan cantik. Tenunan ini merupakan satu perkembangan dari proses tenunan biasa. Sementara tenunan ikat pula dipercayai berkembang di istana raja-raja. Penciptaannya lebih rumit terutama dalam proses menyongket solek atau menyolek. Jenis kain tenunan ini dikenali juga dengan panggilan kain benang emas.

J. SENI BATIK

Batik merupakan seni tekstil yang dihasilkan melalui proses menerapkan lilin dan mencelup kain. Awalnya kain putih yang ingin diproses menjadi batik itu direbus dan dikeringkan. Kemudian kain itu diterapkan dengan blok tembaga yang dicelupkan ke dalam lilin cair yang dipanaskan. Selepas diterapkan kain itu akan diwarnai dengan cara celupan yang berperingkat – peringkat. Selanjutnya kain itu direbus dan divasuh sehingga bersih lalu dijemur hingga kering.

K. SENI TEMBAGA

Seni tembaga merupakan satu lagi kraftangan orang Melayu.Seni ini dipernalkan dengan tujuan menciptakan alat-alat daripada tembaga yang cantik dan indah bentuknya. Alat-alat yang diciptakan dalam proses seni tembaga ini digunakan dalam upacara-upacara adat khususnya di istana raja-raja Melayu seperti alat-alat pertabalan raja, upacara perkawinan atau upacara di raja yang lain. Alat-alat tembaga ini digunakan sebagai hiasan


(37)

atau perkakas kegunaan di rumah seperti dulang, tempat letak sireh, suduh, tempat bara, bekas perenjis air mawar dan sebagainya.

L. SENI BINA

Reka bentuk seni bina Melayu lahir dari bentuk rumah-rumah yang menjadi tempat penginapan orang Melayu.Walaupun terdapat berbagai jenis Melayu namun struktur binaannya tidak banyak berbeda.Reka bentuk rumah-rumah Melayu juga memperlihatkan wujudnya unsur-unsur seni bina dari daerah-daerah lain dialam Melayu atau dari luar alam Melayu.Contohnya rumah-rumah orang Melayu di negeri Sembilan adalah bercorak seni bina rumah Minangkabau.

3.4 Adat Istiadat Masyarakat Melayu

Setiap suku bangsa (etnis) pasti mempunyai peraturan adat yang berbeda dengan suku bangsa lainnya sesuai dengan pegangan dan pandangan hidup mereka masing-masing.Adat-istiadat ini selalu berkaitan erat dengan sistem dan tata nilai dari budaya mereka masing-masing yang dijadikan panduan dalam bertingkah laku dan berprilaku sosial terhadap masyarakat lainnya.

Masyarakat Melayu seperti halnya kelompok masyarakat lainnya, memiliki adat-istiadat yang berhubungan dengan alam kehidupan mereka yang dikenal dengan istilah Rites de Passage (Ritus Peralihan).Rites de Passage adalah ritus peralihan atau upacara/adat istiadat dalam menghadapi perubahan kehidupan dari mulai lahir sampai dengan meninggal dunia. Setiap peralihan tersebut selalu disertai dengan upacara khusus, misalnya usia balita memasuki usia remaja selalu disertai dengan upacara-upacara untuk memberikan bekal bagi si anak dalam menghadapi dunia remaja, dan lain-lain.

Adapun beberapa upacara peralihan dalam kehidupan masyarakat Melayu Deli adalah sebagai berikut:

1. Adat Melenggang Perut atau mandi tian. Upacara ini dilakukan ketika


(38)

sekurang-kurangnya sekali dalam hidup seorang ibu. Upacara ini dilakukan untuk membuang “kesialan” yang mungkin ada dalam diri si ibu dan sekaligus untuk membetulkan kedudukan bayi dalam perut si ibu sehingga memudahkan proses melahirkan.

2. Adat Semasa Hamil. Ketika usia kandungan sudah berusia sembilan

bulan, dianjurkan agar si ibu memasukkan beras, kelapa 1 buah, benang merah, tepak sirih, dan secaran air ke dalam sebuah bakul. Kelapa dibenamkan separuh ke dalam beras yang ada di bakul dan kelapa tersebut dililitkan benang merah serta dipasang lilin di atas kelapa sawit. Kemudian ketika si bayi lahir, urinya dimasukkan ke dalam tempurung kelapa dan dicampurkan sedikit garam lalu ditanam di depan rumah.

3. Adat bercukur. Setelah bayi berumur 44 hari maka diadakan acara

cukur rambut sebanyak lima atau tujuh helai rambut guna menghilagkan “kesialan” yang mungkin ada dalam diri si bayi lalu dimandikan dengan air bunga dicampur dengan limau purut. Setelah itu bayi ditepungtawari guna mengusir hantu dan setan, kemudian barulah rambut si bayi dicukur.

4. Adat Menjejak Tanah. Ketika bayi berumur tujuh bulan diadakanlah

upacara menjejak (memijak) tanah yang tujuannya agar si bayi terhindar dari gangguan hantu dan setan. Dalam upacara ini kaki si bayi dicecahkan ke dalam piring-pring kecil yang berisi padi, beras kunyit, tanah, dan lain-lain yang telah diberikan mantera terlebih dahulu. Setelah itu barulah si bayi menjejakkan kakinya ke tanah di depan rumah.

5. Adat Berendoi atau mengayun anak. Upacara ini biasanya dilakukan

ketika si bayi berumur satu tahun dan dalam upacara ini si bayi dinyanyi-nyanyikan lagu-lagu nasyid yang ditemakan ketuhanan dan


(39)

pembelajaran hidup yang tujuannya agar si anak menjadi anak yang pandai dan berguna bagi orang tuanya.

6. Adat bertindik. Jika wanita adalah wanita maka diadakan adat

bertindik. Dalam hal ini, tidak ada batasan harus umur berapa si anak akan ditindik.

7. Adat khitanan. Jika si bayi adalah lelaki mak diadakan upacara adat

khitanan atau sunat rasul. Dalam hal ini juga tidak ada batasan umur bagi si anak kapan hendak dikhitan.

8. Upacara Perkawinan dan Kematian. Apabila seorang anak sudah dewasa atau akil baliq maka si anak wajib untuk menikah atau kawin. Upacara perkawinan Melayu sangat banyak prosesnya, mulai dari merisik sampai dengan naik pelamin dan mandi berdimbar. Begitu pula apabila seseorang itu meninggal dunia maka seluruh sanak famili, anak dan cucu akan mengadakan upacara untuk yang meninggal dunia seperti mengadakan kenduri tiga hari, menuju hari, empat puluh hari, seratus hari, dan seribu hari.

Secara umum, adat pada masyarakat Melayu Deli dibagi atas 4 yaitu :

1. Adat yang sebenarnya Adat

Adat yang sebenarnya adat adalah adat yang tidak lekang karena hujan, tidak lapuk karena panas atau yang disebut dengan adat pokok karena tidak dapat diubah atau dihilangkan.Dalam adat terkandung ajaran atau norma-norma sosial masyarakat.Melayu dalam menghadapi arus perkembangan zaman.Selain itu berhubungan langsung dengan kehidupan antara keluarga, masyarakat, serta tatanan hidup berbangsa dan bernegara.Apabila ditinggalkan/diubah maka seseorang itu dianggap sebagai orang yang memiliki budi pekerti dan hidup tatanan hukum rimba sehingga dapat disamakan dengan kehidupan hewan atau binatang.


(40)

2. Adat yang Teradat

Tradisi atau kebiasaan yang berlaku bagi suatu kelompok masyarakat yang berbeda antara satu bangsa dengan bangsa lainnya walaupun masih di dalam satu etnis atau suku. Hal ini terjadi karena pengaruh alam dan lingkungan atau karena adanya pengaruh sentuhan budaya etnis lain (akulturasi budaya) disebabkan proses pembauran masyarakat yang berbeda dalam satu daerah seperti adat perkawinan, adat mengayun anak, atau berendoi dan lain-lain.

3. Adat yang Diadatkan

Tradisi atau kebiasaan yang dijadikan adat karena perkembangan zaman disebabkan adat yang lama sudah tidak layak dipakai lagi. Atau dapat pula merupakan pengambilan unsur budaya etnis lainnya karena dipandang lebih efektif seperti upacara proses pernikahan yang sekarang tidak lagi dipakai upacara merisi (menanyakan keadaan si calon pengantin, apakah baik atau tidak baik), melainkan langsung ke acara peminangan karena telah ada permufakatan sebelumnya.

4. Adat - Istiadat

Adat-istiadat adalah adat yang boleh dipakai boleh tidak tergantung dari kondisi atau situasi.Misalnya saja dalam menanam padi, dahulu selalu diadakan upacara tolak bala sebelum padi ditanam.Namun bagi yang ingin mengadakan acara tersebut tidak pula ada larangan.


(41)

BAB IV

SENI TARI MELAYU DELI SEBAGAI ATRAKSI WISATA DI KOTA MEDAN

4.1Perkenalan Seni Tari Melayu

Seni Tari adalah gerak indah dan berirama yang mengandung dua unsur penting yaitu gerak dan irama.Gerak merupakan gejala primer dan juga bentuk spontan dari kehendak yang terdapat di dalam jiwa, sementara irama adalah bunyi teratur yang mengiring gerak tersebut, gerak memiliki muatan emosional yang tinggi.Selain gerak dan bunyi, sebuah tarian terkadang diiringi pula dengan nyanyian sesuai dengan makna dan tujuan tarian itu.

Seni tari dalam kebudayaan Melayu Sumatra Timur mencakup ide, aktivitas, maupun artifak.Seni tari mengekpresikan kebudayaan secara umum.Gerak tarian biasanya diinspirasikan dari pengalaman hidup sehari-hari. Seni tari juga mengikuti norma-norma yang digariskan oleh adat resam.Berbagai gerak mencerminkan halusnya budi orang-orang Melayu Sumatera Timur.

Sejarah awal perkembangan tari berawal dari sejak zaman primtiif atau prasejarah kita, sebagaimana unsur-unsur permainan yang lain, yang berkembang mengikuti perubahan masyarakat.Perkembangan kebudayaan tari adalah suatu fenomena alamiah dari peradaban manusia.Dalam masyarakat yang struktur sosialnya relatif sederhana, tari menjadi bagian dari upacara ritual dan memiliki kedudukan penting dalam sistem sosial masyarakatnya.

Tarian yang berkembang dalam kebudayaan Melayu mengandung aspek gerak, irama dan nyanyian ini, biasanya dipertunjukkan dalam upacara adat, upacara ritual, keberhasilan panen, menyambut tamu-tamu penting ataupun sekedar untuk mempererat pengalaman dan meramaikan peristiwa penting, seperti pesta pernikahan. Sementara dalam masyarakat modern, tari selain memiliki fungsi ritual dan religi juga selalu memiliki fungsi estetis, hiburan, dan mengarah intelegensia masyarakatnya.


(42)

Tari dalam kebudayaan Melayu Sumatera Timur merupakan ekspresi aktivitas sosial dan budaya.Tari merupakan suatu universal dalam kebudayaan manusia yang berhubungan dengan tenaga, waktu, dan ruang. Berdasarkan fungsinya, tari terdiri dari beberapa jenis, seperti: tari religius dan tari sosial.

Tari religus biasanya berkaitan langsung dengan sistem religi atau agama yang dianut oleh yang mengadakan tari tersebut.Tari yang berkaitan dengan upacara magis dan keagamaan lazimnya berbentuk simbolis yang melambangkan kuasa luar biasa.Misalnya dalam agama Islam dikenal tari zapin, hadrah, rodat, yang selalu berkaitan dengan aktivitas-aktivitas agama Islam.Tari sosial merupakan suatu saluran untuk penari dan penonton untuk mendapatkan hiburan.Namun begitu tari ini mempunyai makna dan pengertian tertentu dalam sistem budaya masyarakat tertentu.Tari adalah sebagai bagian dari unsur seni dan permainan yang merupakan bagian integral pula dari sistem budaya dalam masyarakat.

Tari sosial berhubungan erat dengan pengalaman manusia dan struktur sosial seperti hubungan antara kelas sosial, sikap, dan tahapan teknologi atau ringkasnya mencerminkan taraf kemajuan masyarakat.Tujuan utama tari sosial ialah untuk hiburan dan memenuhi masa lapang selain juga untuk tujuan manifstasi.Tarian sosial biasanya dilakukan melalui gerakan tubuh dengan mengikuti ritme tertentu.Tari adalah ekspresi semangat manusia yang berasaskan kepada gerak-gerik yang menarik.

Menurut Sheppand (1972: 82), konsep tari dalam kebudayaan Melayu dibagi menjadi 7, yaitu :

1. Tanduk : selalu dikaitkan dengan gerakan langkah yang diartikan dengan gerakan langkah yang dilakukan oleh kaki.

2. Legal : gerakan yang umumnya dilakukan oleh tubuh (terutama pinggul). 3. Liok atau liuk : tekhnik menggerakkan badan kebawah dan biasanya

sambil miring ke kiri atau ke kanan, gerakan ini sering juga disebut dengan menggelai atau melayah.

4. Tari : selalu dikaitkan dengan gerakan tangan lengan dan jari jemari dengan tekhnik yang lemah gemulai.


(43)

Sejalan dengan pendapat Sheppard yang banyak mengkaji keberadaan tari di Semenanjung Malaysia, maka Tengku Lah Husni dari Sumatera Utara, mengemukakan bahwa secara taksonomis, tari Melayu Timur, dapat diklasifikasikan ke dalam tiga konsep gerak :

(1)tari, yaitu gerak yang dilakukan oleh lengah dan jari tangan;

(2)tandak, yaitu gerak yang dilakukan oleh wajah, leher, lengan, jari tangan, dan kaki;

(3)lenggang yang berupa gerakan lengok atau liuk pinggang dan badan yang disertai ayunan tangan dan jari.

Dengan melihat konsep-konsep tentang tari dalam budaya Melayu seperti tersebut di atas, maka ditemui berbagai persamaan dan perbedaan.Konsep tari yang dikemukakan Sheppard sama dengan dikemukakan Husny. Lenggang yang dikemukakan Husny pengertiannya mencakup igal dan liuk yang dikemukakan Shappard.Tandak yang dikemukakan Husny pengertiannya lebih luas dari dikemukakan Sheppard, mencakup gerak wajah, leher, lengan, jari tangan, dan kaki.

Namun demikian, dari kedua pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam budaya tari Melayu Sumatra Timur dikenal beberapa konsep tentang tari yang maknanya menekankan pada gerakan anggota tubuh tertentu serta teknik gerak.Konsep-konsep tari seperti itu, dipergunakan dalam konteks tari-tari Melayu, yang maknanya menekankan kepada gerakan lengan, tangan, dan jari-jari tangan.Gerak tandak berarti menekankan kepada gerakan kaki terutama sering dikaitkan dengan tari lagu dua atau joget dan zapin yang mengutamakan gerakan kaki.Begitu juga dengan liuk yang berarti melayahkan badan ke bawah pada saat penari bertukar posisi.

4.2Klasifikasi Tari Melayu

Tari-tarian Melayu Sumatera Timur menurut Sheppard dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok, yaitu:


(44)

2. Tari yang terdapat dalam drama tari makyong dengan pola lantai berbentuk lingkaran dan gerakan tarinya yang lambat,

3. Tarian yang selalu dikaitkan dengan panen padi atau panen hasil pertanian lainnya yang sifatnya adalah musiman. Jenis tarian ketiga ini populer hampir di seluruh Semenanjung Malaysia, tetapi sekarang hanya mampu bertahan dibagian utara saja.

4. Ronggeng, yiatu tarian yang awalnya dari Melaka pada abad ke-16, yang kemudian menyebar dan populer di mana-mana.

Tari ini di-perkirakan berkembang selama pendudukan Portugis di Melaka, dan strukturnya memperlihat pengaruh budaya Portugis, yang dapat bertahan terus selama lebih dari empat abad.Tari ini disebut juga sebagai tari nasional Malaysia.

5. Tari-tarian yang berasal dari Arab, yaitu zapin, rodat, dan hadrah, yang diperkenalkan oleh orang-orang Arab.

6. Tari yang awalnya berkembang di Perlis tahun 1945, yang kemudian menyebar ke seluruh Semenanjung Malaysia. Tari ini disajikan oleh sekelompok penari dengan iringan musik khusus.

Klasifikasi tari yang dilakukan oleh Sheppard seperti di atas adalah klasifikasi yang terdapat di Semenanjung Malaysia. Di Sumatera Timur, tari-tarian Melayu berdasarkan akar budaya dan fungsinya, dapat dikalsifikasikan sebagai berikut:

1) Tari-tarian Melayu yang mengekspresikan kegiatan yang berhubungan dengan pertanian, contohnya tari ahoi (mengirik padi), mulaka ngerban (menebang hutan), mula nukal (menanam benih padi), mulaka pertanian). 2) Tari-tarian Melayu yang mengekspresikan kegiatan-kegiatan yang

berhubungan dengan nelayan, contohnya tari lukah menari mempergunakan properti jalan untuk menangkap ikan), tari jala (membuat jala), gubang (tarian yang mengekpresikan nelayan yang memohon kepada Tuhan agar angin diturunkan supaya mereka dapat berlayar kembali, pada saat mengalami mati angin di lautan), maka dayu (tarian yang mengekpresikan hubungan nelayan dengan kehidupan ikan-ikan di laut).


(45)

3) Tari-tarian yang menirukan atau memisis kegiatans alam sekitar, misalnya ula-ula lembing (menirukan gerakan-gerakan ular).

4) Tarian-tarian yang berkaitan dengan kekebalan contohnya dabus.

5) Tari-tarian yang fungsi utamanya hiburan, dan mengadopsi berbagai unsur budaya, seperti Barat, Timur Tengah, India, China, dan lain-lain. Misalnya ronggeng dan joget, yang repertoarnya terdiri dari senandung, Mak Inang, dan juga lagu dua, ditambah berbagai unsur tari etnik Nusantara dan Barat, termasuk juga tari-tari yang dikembangkan dari gerrc ronggeng seperti persembahan dan sembilan tari wajib dimana gerak dari pada kesembilan tari wajib ini sudah baku, yaitu:

• Tari Lenggang Patah Sembilan

• Tari Mak Inang

• Tari Tanjung Katung

• Tari Hitam Manis

• Tari Anak Kala

• Tari Seri Langkat

• Tari Mak Inang Pak Malco

• Tari Cek Minah Sayang


(46)

Gambar 4.2.1

Tari Lenggang Patah

Sumber :

Gambar 4.2.2

Tari Serampang Dua Belas


(47)

Gambar 4.2.3 Tari Zapin

6) Tari yang berkaitan dengan olah raga, misalnya pencak silat atau tari silat. 7) Tari-tarian yang berkaitan dengan upacara perkawinan atau khitanan, yaitu

tari ini (disebut juga tari piring atau lilin).

8) Tari-tarian gerapan baru, yaitu tari-tari yang diciptakan oleh para pencipta tari Melayu pada masa-masa lebih akhir dalam sejarah Tari Melayu yang berdasarkan kepada perbendaharaan tari tradisional, misalnya tari : ulah rentak angguk terbina, zapin mak inang, zapin menjelang menghrib, zapin deli, zapin serdang, daun semalu, rentak semenda, ceracap, lenggang makinang, senandung makinang, tampi, makinang selendang, zapin kasih dan budi, demam puyoh, dan lain-lain.

9) Tari-tarian yang berkaitan dengan kegiatan agama Islam, contohnya Hadrah (puji-pujian terhadap Allah dan Nabi-nabi), dan Zapin yaitu tarian yang diserap dari Arab dengan pengutamaan. Menurut sejarah, tarian Zapin pada mulanya merupakan tarian hiburan di kalangan raja-raja di istana setelah dibawah dari Yaman oleh para pedagang-pedagang di awal abad ke-16.Masyarakat Melayu termasuk seniman dan budayawahnnya memiliki daya kreasi yang tinggi.Hal ini dapat dilihat dari perkembangan


(48)

kreasi tari Zapin yang identik dengan budaya Melayu maupun dalam hal berpantun.Seniman dan budayawannya mampu membuat seni tradisinya, tidak mandek tapi penuh dinamika yang selalu dapat diterima dalam setiap keadaan.Tarian tradisional ini bersifat edukatif dan sekaligus menghicur, digunakan sebagai media dakwah Islamiyah melalui syair lagu-lagu zapin yang didendangkan.

4.3Tata Susila Melayu

Tarian Melayu Sumatera Timur selalu dan wajib berdasar kepada tata susila yang telah digariskan oleh adat. Selanjutnya harus memenuhi norma-norma yang diatur oleh agama Islam atau adat Melayu.Nilai-nilai kesopanan, etika, estetika, harus merujuk kepada adat.Seorang penari wanita dan pria memiliki peran tersendiri sebagai ekspresi wanita dan pria Melayu.Wanita yang lemah gemulai tersendiri ekspresi wanita dan pria Melayu.Wanita yang lemah gemulai dan pria yang gagah namun cekap dan handal dalam bergerak.Selain itu, alam sekitaran menjadi obyek mimesis gerak tari yang diselaraskan dengan nilai-nilai estetika.

Menurut Goldsworthy tari-tarian Melayu Sumatra Timur didasarkan kepada adat-istiadat, dan dibatasi oleh pantangan adat. Para penari wanita disarankan untuk menjaga kehormatan dan harga dirinya.Mereka tidak dipernankan mengangkat tangan bahunya, dan tidak diperkenankan menampakkan giginya pada saat menari.Mereka tidak boleh menggoyang-goyangkan pinggulnya, kecuali dalam pertunjukan joget.Para penari wanita sebagian besar mengutamakan sopan-santu, tidak menantang pandangan penarimitara prianya.Penari wanita mengekspresikan sikap jinak-jinak merpati atau malu-malu kucing.Penari wanita gerakan-gerakannya menghindari penari pria.

Sejalan dengan pendapat Goldmorthy, Moh.Anis Md. Norma-norma mengemukakan bahwa salah satu aspek penting dalam mengekspresikan gerakan dalam tari tradisional Melayu, adalah berdasarkan kepada kehalusan


(49)

budi orang-orang Melayu Sumatera Timur.Dalam budaya tari Melayu Sumatera Timur terdapat pemisahan peran ekspresi berdasarkan jenis kelamin.

Seorang penari pria mempunyai tata gerak yang berbeda dengan seorang penari wanita. Keangguhan wanita yang diekpresikan melalui gerak gemulainya, akan lebih alamiah bila didampingi oleh ekspresi sikap gagah penari pria. Dalam tari berpasangan, gerak-gerak yang diekspresikan penari pria adalah melindungi penari wanita. Pada waktu menari berpasangan, penari pria mengitari penari wanita, sebagai ekspresi menjaga penari wanita dari gangguan orang lain.

Penari wanita tidak dipekernakan melangkah terlalu lebar dan lebih menonjol gerakannya dibanding penari pria.Penari wanita melakukan gerakannya dibanding penari pria.Penari wanita melakukan gerakan-gerakan yang mengekspresikan kelembutan, yaitu gerak halus dan sedikit malu-malu.Pinggul penari wanit tidak boleh digoyangkan dengan sesuka hati, sehingga menimbulkan rangsangan erotis bagi yang melihatnya.Hinjut kaki seorang penari wanita tidak boleh terlalu keras dan kuat, sedangkan penari lelaki melangkah dengan mantap.Begitulah sifat tari Melayu yang ditarikan dari zaman ke zaman.

Untuk tetap menjaga tata susila, norma-norma adat mengatur para penari Melayu bagaimana seharusnya menggerakan tangan dan jari-jari tangan.Lambaian, lenggang, dan lenggok tangan, pada saat menari sambil berjalan, mengikuti aturan-aturan tertentu.Bagi seorang petani wanita, lenggangan tangannya tidak boleh melebihi sisi bahu sehingga nampak ketiaknya. Walaupun berbusana kebaya atau baju kurung, lenggangan tangan yang terlalu luas dan tinggi, tidak saja akan menghilangkan kesan keindahan busaha, tetapi juga mencerminkan sifat angkuh, yang lari jauh dari sifat wanita Melayu, yang sederhana, seperti yang dikehendaki oleh norma-norma adat. Pada saat menari, lenggangan tangan seharusnya distilisasi dengan geralam ayunan lemah gemulai, bukan sebagai gerak sehari-hari.Gerak tangan yang meniru gerak kelakuan sehari-hari.Gerak tangan yang meniru gerak kelakukan sehari-hari seperti menata dan menyisir motif-motif, distilisasi


(50)

dalam gerak tari. Corak-corak yang distilisasi itu, menghasilkan motif-motif tari yang indah.

Dalam jenis tari senandung, lenggangan tangan yang melahirkan bentuk-bentuk gerak yang distilasi, sangat dipengaruhi oleh sifat lemah gemulai wanita Melayu. Lenggangan yang terlalu tinggi akan menimbulkan suasana yang berlawanan dengan rentak lagu yang lembut perlahan. Gerak tari senandung bersifat mengalir terus.Pada setiap ketukan gong, gerak tidak diputus, tetapi harus disambung dengan lenggangan tangan, masuk pada hitungan pertama dan kedua pada setiap frase tari.

Gerakan yang menjadi ciri tari senandung lainnya adalah legar dan bisik.

a. Legar : gerakan melangkah, tangan kiri diletakkan di paha dan tangan kanan direntangkan sejajar dengan bahu, kemudian telapak tangan kanan diputar, jari-jari dikuakkan dan dikembangkan terbuka.

b. Bisik : Dua penari berada dalam posisi berhadapan kepala dimiringkan kekanan, telapak tangan kanan ditempatkan pada posisi dekat dengan telinga kanan, sebagai ekspresi mendengar.

Dalam jenis tari mak Inang, lenggangan tangan seorang penari wanita tidak boleh terlalu luas, ayunan tangan tidak boleh terlain tinggi dan cepat, sehingga menimbulkan kesan seolah-oleh sedang diburu oleh kecepatan rantak.Lenggangan tangan dalam tari mak Inang tetap berdasar kepada ekspresi gerak sederhana.Rentak lagu Mak Inang yang agak cepat tidak boleh dianggap memaksa lenggangan tangan penari. Tiga tipe gerak tari Mak Inang adalah:

a. Gelak : Berjalan mundur, tangan kiri memegang bagian busana pada lengan kiri atas, lengan kanan diagunkan.

b. Singsing : Penari berjalan ke depan seperti sedang meniti, baju diangkat sedikit dipegang oleh kedua tangan.


(51)

d. Kecak pinggang : Gerakan pada tari mak inang yang dilakukan oleh penari pria, yaitu telapak tangan kiri ditempatkan di pinggang dan tangan kanan direntangkan kanan. Dalam jenis tari lagu dua, ayunan tangan penari wanita merupakan lenggangan ke arah samping tubuh dan bukan ayunan ke depan atau ke belakang tubuh. Kedua telapak tangan dalam keadaan digenggam—yang mengekspresikan pepatah “genggam tak sudah” Lenggangan tangan dengan jari digenggam harus mengalir, tidak terpatah-patah mengikuti gerak tapak kaki penari.Gerakan tari lagu dua mempunyai ciri khas, terdiri darigerakan henjut/pada kaki dan gerakan relatif cepat, sedangkan lenggangan tangan diayun sambung menyambung ke samping kanan dan kiri tubuh penari. Sesekali penari menundukkan badan sedikit ke depan, sebagai ekspresi merendahkan diri dan menghormati pasangannya.

Langkah dasar tari dua dibentuk oleh gerakan tumit dan jari kaki ke depan dan ke belakang. Tangan bergerak ke atas dan ke bawah, membentuk motif-motif yang diulang-ulang.Beberapa gerakan tari lagu dua diambil tari-tarian Portugis, misalnya gerakan meloncat, yang diikuti posisi telapak tangan kiri ditempatkan di pinggul dan telapak tangan kanan di bahu.

4.4Tekhnik Gerak Dalam Tari Melayu

Di dalam kebudayaan tari Melayu Timur, terdapat istilah-istilah teknis gerak seperti berikut :

(1) Legar, yaitu gerakan badan berputar menyambar; (2) Geser, yaitu gerak menggeserkan kaki;

(3) Limbung, yaitu gerak yang membentuk pola lantai setengah lingkaran, (4) Jengket, yaitu penari berdiri di atas jari kai, yang menjadi ciri khas tari

zapin,

(5) Jengget, yaitu gerakan seperti orang yang berjalanpincang,

(6) Jingkat, yaitu gerakan telapak bagian ujung jari kaki dicedahkan di lantari,


(52)

(8) Melayah, yaitu gerak membungkukkan badan,

(9) Ogah-agih, yaitu gerakan badan bergoyang seperti pinang ditiup angin, (10)Angguk-angguk, gerak kepala ditunduk-tunduk,

(11)Buka, gerakan memperlihatkan keseluruhan tapak tangan, (12)Kuak, gerakan tangan bersilang ke samping kiri dan kanan,

(13)Sayap, gerakan kedua tangan dikembangkan sepanjang lengan kiri dan kanan;

(14)Senandung, gerakan tangan lemah lembut dan melambai; (15)Jentik, menjentikan induk jari dan jari tangan;

(16)Lambai, menjentik dengan ujung jari dari dalam keluar tangan;

(17)Gamit, menjentik dengan ujung jari dari luar dalam keluar tapak tangan; (18)Jendit, memukul ibu jari dengan telunjuk atau jari tengah sambil

menggesernya, sehingga menghasilkan suara;

(19)Lentik, yaitu melengkungkan dan melendutkan jari-jari sejauh mungkin seperti air mencecah pantai;

(20)Titi batang, yaitu berjalan lurus satu garis seperti meniti batang,

(21)Kuda-kuda, berdiri memasang kuda-kuda dengan tumpuan pada kaki dan paha yang diturunkan sedikit;

(22)singsing, teknik menyisingkan kain sedikit ke atas biasanya untuk penari wanit;

(23)mengepar, gerakan menyeret kaki,

(24)gemulai, yaitu menggerakkan tangan secara lembah lembut terutama dalam tari-tari senandung;

(25)Sentak yaitu gerakan penari pria hendak menerkam penari wanita, namun ketika telah dekat ia memberhentikannya, tidak sampai kena;

(26)Cicing gerakan berlari-lari kecil;

(27)Gentam gerakan menghentak-hentakan tumit kaki;

(28)ngebeng, geraka penari pria memiringkan sedikit salah satu bahu sambil mengitari penari wanita;

(29)Terkam gerakan menerkam;


(53)

(31)Gemulai berbisik, gerakan tari senandung seperti orang berbisik kepada mitranya; dan lain-lainnya lagi.

4.5Fungsi Seni Tari Melayu Bagi Kepariwisataan

Masyarakat Melayu yang merupakan penduduk asli Kotamadya Medan banyak sekali menghadapi tantangan yang harus dihadapi dalam menjaga kredibilitas dan keaslian kebudayaan etnis lain seperti Minangkabau, Mandailing, Aceh, bahkan daerah pemukiman, ekonomi, dan pemerintahan di Kota Medan (mulai tahun 1950), yaitu sejak mulai menipisnya pengaruh Kesultanan Deli di Kota Medan. Akibatnya banyak penduduk asli yang berpindah tempat kepelosok-pelosok kota dan menjadi warga yang masuk ke dalam etnis yang minoritas di KotaMedan. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi kebudayaan masyarakat Melayu sehingga dikehawatirkan budaya Melayu akan punah akibat pengaurh asimilasi dan akultarasi budaya-budaya dari etnis lainnya.

Hal ini tentu saja menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan masyarakat dan budaya Melayu.Atas dasar pemikiran inikah maka para tokoh-tokoh budayawan Melayu khususnya Kota Medan, menyelenggarakan acara Pekan Budaya Melayu (PBN) yang biasa diadakan setiap satu tahun sekali.Ini dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luar dan juga sebagai wahana pemeliharaan dan pelestarian budaya Melayu itu sendiri.

Penyelenggaraan Pekan Budaya Melayu ini pertama kali diadakan di Deli Serdang (Pantai Cermin) pada tahun 1981, sedangkan yang kedua diselenggarakan di Medan (Istana Meimon) pada tahun 1983.Penyelenggaraan ini masih bersifat perorangan tanpa melibatkan unsur kemasyarakatan lainnya dalam penyelenggaraan. Artinya walaupun Pemda setempat, selaku penyelenggara, ikut berperan serta, namun hanya sebatas sebagai panitia pengarah (steering comitte) dan hanya sedikit bantuan dana yang diberikan. Walaupun demikian, penyelenggaraan kedua Pekan Budaya tersebut merupakan pendorong dan pengamat penyelenggaraan-penyelenggaraan berikutnya secara berkesinambungan. Pada saat itu peranan Majelis Adat dan


(54)

Budaya Melayu Indonesia (MABMI), yang telah terbentuk pada tahun 1971, sebagai lembaga kebudayaan Melayu yang diakui Pemerintah, belum terlibat secara organisatoris pada penyelenggaraan Pekan Budaya Melayu tersebut karena pada saat itu MABMI. Belum mempunyai cabang atau ranting di daerah-daerah Tingkat II MABMI secara organisatoris baru berperan pada Pekan Budaya Melayu III yang berlangsung di Langkat (Stabat) pada tahun 1985.

Pekan Budaya Melayu III di Langkat ini selain melaksanakan kegiatan seni budaya juga melahirkan kesepakatan mengenai konsep “orang Melayu”, yang berlandaskan bukti sejarah bukan merupakan ikatan genegeologis (kekeluargaan) melainkan ikatan kultural (cultural condage). Pada Pekan Budaya Melayu inilah dibentuk susunan kepanitiaan di Tingkat Propinsi yang merupakan kesepakatan antara PB MABMI dan Pemda Tk. I Sumatera Utara, sedangkan panitia tersebut adalah merencanakan dan mengkoordinasi persiapan Pesta Budaya Melayu sebagai Calender of Event kegiatan kepariwisataan di Sumatera Utara. Pada saat memasuki pusat kegiatan Pekan Budaya Melayu ini, masing-masing peserta menampilkan atraksi budaya selama lima menit Atraksi Budaya tersebut berupa cuplikan drama tentang Etos Melayu, tari dan musik, serta operet yang diangkat dan kehidupan masyarakat Melayu. Dengan adanya Pekan Budaya Melayu yang menampilkan atraksi budaya seperti pawai budaya, pameran pangelaran dan perlombaan juga merupakan ajang promosi kepada seluruh khalayak ramai sekaligus juga sebagai daya tarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke Kota Medan. Jadi secara tidak langsung pekan Budaya Melayu telah memberikan kontribusi terhadap sektor pariwisata Kota Medan. Hal tersebut akan memberikan dampak (impact) sangat positif bagi perkembangan dunia kepariwisataan di Kota Medan dan penambahan devisi negara.Masyarakat Kota Medan juga dapat ikut andil dalam industri pariwisata seperti penyediaan akomodasi, bar dan restaurant, transportasi, hotel, dan biro perjalanan.


(55)

Di dalam mengadakan pekan budaya Melayu telah melibatkan berbagai sanggar tari melayu di dalamnya yang menjadi objek dari pekan Budaya Melayu, seperti sangar-sangar tari Melayu yang menampilkan pertunjukan tari dan perlombaan tari. Diantaranya adalah Sanggar Seni Budaya Melayu, sanggar seni “Sinar Budaya Grup” pimpinan Tengku Lukman Sinar yang aktif mengembangkan seni budaya Melayu dalam seni tari, musik, dan teater tradisional Melayu. Selain itu, ditampilkan juga sanggar-sanggar tari yang ada di taman budaya Medan seperti sanggar tari “semenda”, “citra Budaya”, “Patria” serta sanggar-sanggar tari lainnya yang ada di kota Medan. Semuanya itu bertujuan untuk mepertahankan seni budaya Melayu, yang kegiatannya dapat ditampilkan sebagai sebuah pertunjukan yang merupakan atraksi wisata untuk menarik perhatian wisatawan.


(1)

(8) Melayah, yaitu gerak membungkukkan badan,

(9) Ogah-agih, yaitu gerakan badan bergoyang seperti pinang ditiup angin, (10)Angguk-angguk, gerak kepala ditunduk-tunduk,

(11)Buka, gerakan memperlihatkan keseluruhan tapak tangan, (12)Kuak, gerakan tangan bersilang ke samping kiri dan kanan,

(13)Sayap, gerakan kedua tangan dikembangkan sepanjang lengan kiri dan kanan;

(14)Senandung, gerakan tangan lemah lembut dan melambai; (15)Jentik, menjentikan induk jari dan jari tangan;

(16)Lambai, menjentik dengan ujung jari dari dalam keluar tangan;

(17)Gamit, menjentik dengan ujung jari dari luar dalam keluar tapak tangan; (18)Jendit, memukul ibu jari dengan telunjuk atau jari tengah sambil

menggesernya, sehingga menghasilkan suara;

(19)Lentik, yaitu melengkungkan dan melendutkan jari-jari sejauh mungkin seperti air mencecah pantai;

(20)Titi batang, yaitu berjalan lurus satu garis seperti meniti batang,

(21)Kuda-kuda, berdiri memasang kuda-kuda dengan tumpuan pada kaki dan paha yang diturunkan sedikit;

(22)singsing, teknik menyisingkan kain sedikit ke atas biasanya untuk penari wanit;

(23)mengepar, gerakan menyeret kaki,

(24)gemulai, yaitu menggerakkan tangan secara lembah lembut terutama dalam tari-tari senandung;

(25)Sentak yaitu gerakan penari pria hendak menerkam penari wanita, namun ketika telah dekat ia memberhentikannya, tidak sampai kena;

(26)Cicing gerakan berlari-lari kecil;

(27)Gentam gerakan menghentak-hentakan tumit kaki;

(28)ngebeng, geraka penari pria memiringkan sedikit salah satu bahu sambil mengitari penari wanita;

(29)Terkam gerakan menerkam;


(2)

(31)Gemulai berbisik, gerakan tari senandung seperti orang berbisik kepada mitranya; dan lain-lainnya lagi.

4.5Fungsi Seni Tari Melayu Bagi Kepariwisataan

Masyarakat Melayu yang merupakan penduduk asli Kotamadya Medan banyak sekali menghadapi tantangan yang harus dihadapi dalam menjaga kredibilitas dan keaslian kebudayaan etnis lain seperti Minangkabau, Mandailing, Aceh, bahkan daerah pemukiman, ekonomi, dan pemerintahan di Kota Medan (mulai tahun 1950), yaitu sejak mulai menipisnya pengaruh Kesultanan Deli di Kota Medan. Akibatnya banyak penduduk asli yang berpindah tempat kepelosok-pelosok kota dan menjadi warga yang masuk ke dalam etnis yang minoritas di KotaMedan. Hal ini tentu saja sangat mempengaruhi kebudayaan masyarakat Melayu sehingga dikehawatirkan budaya Melayu akan punah akibat pengaurh asimilasi dan akultarasi budaya-budaya dari etnis lainnya.

Hal ini tentu saja menjadi ancaman yang serius bagi kelangsungan masyarakat dan budaya Melayu.Atas dasar pemikiran inikah maka para tokoh-tokoh budayawan Melayu khususnya Kota Medan, menyelenggarakan acara Pekan Budaya Melayu (PBN) yang biasa diadakan setiap satu tahun sekali.Ini dimaksudkan untuk memperkenalkan kepada masyarakat luar dan juga sebagai wahana pemeliharaan dan pelestarian budaya Melayu itu sendiri.

Penyelenggaraan Pekan Budaya Melayu ini pertama kali diadakan di Deli Serdang (Pantai Cermin) pada tahun 1981, sedangkan yang kedua diselenggarakan di Medan (Istana Meimon) pada tahun 1983.Penyelenggaraan ini masih bersifat perorangan tanpa melibatkan unsur kemasyarakatan lainnya dalam penyelenggaraan. Artinya walaupun Pemda setempat, selaku penyelenggara, ikut berperan serta, namun hanya sebatas sebagai panitia pengarah (steering comitte) dan hanya sedikit bantuan dana yang diberikan. Walaupun demikian, penyelenggaraan kedua Pekan Budaya tersebut merupakan pendorong dan pengamat penyelenggaraan-penyelenggaraan berikutnya secara berkesinambungan. Pada saat itu peranan Majelis Adat dan


(3)

Budaya Melayu Indonesia (MABMI), yang telah terbentuk pada tahun 1971, sebagai lembaga kebudayaan Melayu yang diakui Pemerintah, belum terlibat secara organisatoris pada penyelenggaraan Pekan Budaya Melayu tersebut karena pada saat itu MABMI. Belum mempunyai cabang atau ranting di daerah-daerah Tingkat II MABMI secara organisatoris baru berperan pada Pekan Budaya Melayu III yang berlangsung di Langkat (Stabat) pada tahun 1985.

Pekan Budaya Melayu III di Langkat ini selain melaksanakan kegiatan seni budaya juga melahirkan kesepakatan mengenai konsep “orang Melayu”, yang berlandaskan bukti sejarah bukan merupakan ikatan genegeologis (kekeluargaan) melainkan ikatan kultural (cultural condage). Pada Pekan Budaya Melayu inilah dibentuk susunan kepanitiaan di Tingkat Propinsi yang merupakan kesepakatan antara PB MABMI dan Pemda Tk. I Sumatera Utara, sedangkan panitia tersebut adalah merencanakan dan mengkoordinasi persiapan Pesta Budaya Melayu sebagai Calender of Event kegiatan kepariwisataan di Sumatera Utara. Pada saat memasuki pusat kegiatan Pekan Budaya Melayu ini, masing-masing peserta menampilkan atraksi budaya selama lima menit Atraksi Budaya tersebut berupa cuplikan drama tentang Etos Melayu, tari dan musik, serta operet yang diangkat dan kehidupan masyarakat Melayu. Dengan adanya Pekan Budaya Melayu yang menampilkan atraksi budaya seperti pawai budaya, pameran pangelaran dan perlombaan juga merupakan ajang promosi kepada seluruh khalayak ramai sekaligus juga sebagai daya tarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk berkunjung ke Kota Medan. Jadi secara tidak langsung pekan Budaya Melayu telah memberikan kontribusi terhadap sektor pariwisata Kota Medan. Hal tersebut akan memberikan dampak (impact) sangat positif bagi perkembangan dunia kepariwisataan di Kota Medan dan penambahan devisi negara.Masyarakat Kota Medan juga dapat ikut andil dalam industri pariwisata seperti penyediaan akomodasi, bar dan restaurant, transportasi, hotel, dan biro perjalanan.


(4)

Di dalam mengadakan pekan budaya Melayu telah melibatkan berbagai sanggar tari melayu di dalamnya yang menjadi objek dari pekan Budaya Melayu, seperti sangar-sangar tari Melayu yang menampilkan pertunjukan tari dan perlombaan tari. Diantaranya adalah Sanggar Seni Budaya Melayu, sanggar seni “Sinar Budaya Grup” pimpinan Tengku Lukman Sinar yang aktif mengembangkan seni budaya Melayu dalam seni tari, musik, dan teater tradisional Melayu. Selain itu, ditampilkan juga sanggar-sanggar tari yang ada di taman budaya Medan seperti sanggar tari “semenda”, “citra Budaya”, “Patria” serta sanggar-sanggar tari lainnya yang ada di kota Medan. Semuanya itu bertujuan untuk mepertahankan seni budaya Melayu, yang kegiatannya dapat ditampilkan sebagai sebuah pertunjukan yang merupakan atraksi wisata untuk menarik perhatian wisatawan.


(5)

BAB V PENUTUP

Di dalam tradisi masyarakat Melayu, kesenian merupakan bagian dari kebudayaan yang sangat erat hubungannya dengan menjaga nilai-nilai dan identitas yang ada di dalamnya, berarti kita turut serta dalam usaha pengembangan budaya nasional, khususnya bagi budaya melayu. Adat istiadat Melayu, banyak ragam dan bentuk kegiatannya dalam menyelenggarakan upacara adat. Semua kegiatan tersebut itu tidak terlepas dari seni tari, suara, dan seni musik. Dengan keunikan dan ciri khas yang ada pada budaya Melayu, kita dapat memberikan nilai tambah bagi dunia kepariwisataan sebagai salah satu atraksi wisata di Kota Medan. Dengan ini diharapkan pengembangan pariwisata akan terus berakar pada pengenalan unsur-unsur kebudayaan yang asli dimiliki oleh rakyat Indonesia untuk diperkenalkan kepada para wisatawan sebagai sesuatu yang memiliki ciri khas tertentu yang berbeda dengan kebudayaan lainnya. Dengan adanya atraksi wisata yang dapat dipertunjukkan dalam seni tari.musik, dan suara baik pada kegiatan acara resmi maupun tidak resmi. Diharapkan para wisatawan yang datang dapat menikmati, mempelajari, dan merasa tertarik untuk melakukan perjalanan kembali media promosi untuk disampaikan ke dunia internasional melalui wisatawan yang telah berkunjung kunjungannya ke kotaMedan.

Kecintaan masyarakat akan seni budaya nasional khususnya seni tari tradisional Melayu masih perlu dibina dan ditingkatkan untuk mendukung suksesnya pelaksanaan kegiatan atraksi wisata. Diharapkan dengan melibatkan sejumlah pihak, antara lain pengusaha yang bergerak dibidang industri pariwisata, hotel, biro perjalanan, media massa dan tentunya masyarakat Melayu sendiri.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Indra, Varhan, 2003. Peranan Musik Tradisional Melayu Sebagai Atraksi Wisata di Kota Medan.

Ismail, Hamid, 1999. Masyarakat dan Budaya Melayu, Medan

Koentjaraningrat, 1980.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Aksara Baru. Lange, R. 1975. The Nature of Dance :An Anthropological Perspective.

London.

Yoeti, Oka A, 1987. Pengantar Ilmu Pariwisata.Bandung : Binarupa Aksara. Sakti, Braja, 2002. Pengembangan Seni Budaya Melayu Melalui