PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TS-TS (TWOSTAY-TWOSTRAY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BINJAI T.A. 2013/2014.

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TS - TS (TWO STAY - TWO STRAY) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BINJAI T.A 2013/2014

Oleh: Nurhasanah NIM 409411032

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2014


(2)

(3)

iii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TS-TS (TWO STAY TWO STRAY ) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 3 BINJAI T.A 2013/2014

Nurhasanah (409411032)

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3 Binjai dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) pada materi Pecahan. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas VII-11 SMP Negeri 3 Binjai Tahun Ajaran 2013/2014 yang berjumlah 40 orang. Objek dari penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematik siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) pada materi Pecahan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas.

Instrumen yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tes kemampuan komunikasi matematika dan lembar observasi. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus dan di akhir setiap siklus diberikan tes kemampuan komunikasi matematika. Sebelum diberikan, tes terlebih dahulu divalidkan ke validator.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) pada materi Pecahan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Hal ini dilihat dari hasil sebelum tindakan diberikan, pada pemberian tes awal dari 40 siswa hanya sebanyak 7 siswa (17,5%) yang mencapai nilai ≥ 65 dengan nilai rata-rata kelas 45. Setelah diberi tindakan, tes kemampuan komunikasi matematik I pada siklus I, dari 40 siswa sebanyak 24 siswa (60%) mencapai nilai ≥ 65 dengan nilai rata-rata kelas 69,4. Dari analisis data tes kemampuan komunikasi matematika II pada siklus II diperoleh bahwa dari 40 siswa terdapat 36 siswa (90%) yang mencapai nilai ≥ 65 dengan nilai rata-rata kelas 83,2. Berdasarkan hasil observasi, pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti pada siklus I, termasuk kategori baik dengan skor 2,7. Selanjutnya pada siklus II, kemampuan peneliti dalam mengelola pembelajaran meningkat menjadi 3,32 sehingga termasuk kategori sangat baik.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TS-TS) dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa pada materi Pecahan. Saran yang diajukan kepada guru matematika kelas VII SMP Negeri 3 Binjai diharapkan dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan menuntun siswa untuk selalu meningkatkan kemampuan komunikasi siswa, yaitu selalu memancing siswa untuk selalu bertanya dan menjawab soal – soal yang diberikan, serta melibatkan siswa dalam proses belajar.


(4)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Gambar x

Daftar Grafik xi

Daftar Lampiran xii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 7

1.3 Batasan Masalah 7

1.4 Rumusan Masalah 8

1.5 Tujuan Penelitian 8

1.6 Manfaat Penelitian 8

1.7 Defenisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangka Teoritis 10

2.1.1 Komunikasi Matematika 10

2.1.2 Model Pembelajaran 18

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif 19

2.1.4 Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay-Two Stray (TSTS) 23

2.1.5 Materi Pecahan 32

2.2 Kerangka Konseptual 39

2.3 Kajian Yang Relevan 40

2.4 Hipotesis Tindakan 41

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitan 42

3.2 Lokasi Penelitian 42

3.3 Subjek dan Objek Penelitian 42

3.4 Prosedur Penelitian 43

3.5 Alat Pengumpul Data 48

3.6 Teknik Analisis Data 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 55


(5)

vii

4.1.2 Siklus II 74

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian 92

4.2.1 Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa 92 4.2.2 Observasi Pada Pembelajaran 94 BAB V HASIL KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 98

5.2 Saran 99


(6)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Analisis Jawaban Siswa 4

Tabel 2.1. Rubrik Kemampuan Komunikasi Matematika 14 Tabel 2.2. Sintaks Pembelajaran Kooperatif 22 Tabel 2.3. Nilai Perkembangan Individu 30

Tabel 3.1. Tingkat Penguasaan 50

Tabel 3.2. Kriteria Hasil Observasi Pembelajaran 52 Tabel 3.3. Interpretasi Komunikasi Siswa 53 Tabel 3.4. Kriteria Keberhasilan Pembelajaran 53 Tabel 4.1 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal 56 Tabel 4.2 Tingkat Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Awal 57 Tabel 4.3 Kemampuan Penjelasan Matematika pada TKKM I 60 Tabel 4.4 Kemampuan Menggambar Matematika pada TKKM I 61 Tabel 4.5 Kemampuan Ekspresi Matematika pada TKKM I 62 Tabel 4.6 Kemampuan Penjelasan Matematika pada LAS Siklus I 64 Tabel 4.7 Kemampuan Menggambar Matematika pada LAS Siklus I 65 Tabel 4.8 Kemampuan Ekspresi Matematika pada LAS Siklus I 65 Tabel 4.9 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus I 68 Tabel 4.10 Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus I 69 Tabel 4.11 Hasil Refleksi pada siklus I 72 Tabel 4.12 Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan TKKM I 73 Tabel 4.13 Kemampuan Penjelasan Matematika pada TKKM II 77 Tabel 4.14 Kemampuan Menggambar Matematika pada TKKM II 78 Tabel 4.15 Kemampuan Ekspresi Matematika pada TKKM II 78 Tabel 4.16 Kemampuan Penjelasan Matematika pada LAS Siklus II 81 Tabel 4.17 Kemampuan Menggambar Matematika pada LAS Siklus II 82 Tabel 4.18 Kemampuan Ekspresi Matematika pada LAS Siklus II 82 Tabel 4.19 Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran pada Siklus II 84 Tabel 4.20 Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Siklus II 85


(7)

ix

Tabel 4.21 Perbedaan Tindakan Pada Siklus I dan Siklus II 87 Tabel 4.22 Perbandingan Hasil Penelitian 89 Tabel 4.23 Hasil Refleksi pada Siklus II 93


(8)

xi

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 4.1 Deskripsi Tingkat Penguasaan Siswa Pada Tes Awal 56 Grafik 4.2 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa I 62 Grafik 4.3 Jumlah Siswa Tuntas pada Tiap Aspek Komunikasi I 63 Grafik 4.4 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKKM I 63 Grafik 4.5 Tingkat Kemampuan Komunikasi Siswa pada LAS siklus I 66 Grafik 4.6 Jumlah Kelompok Tuntas pada Tiap Aspek Komunikasi

LAS siklus I 66

Grafik 4.7 Jumlah Kelompok Berdasarkan Tingkat Komunikasi pada LAS

siklus I 67

Grafik 4.8 Pengelolaan Pembelajaran Siklus I 68 Grafik 4.9 Rata-rata nilai kegiatan Komunikasi siswa siklus I 70 Grafik 4.10 Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa II 79 Grafik 4.11 Jumlah Siswa Tuntas pada Tiap Aspek Komunikasi II 79 Grafik 4.12 Jumlah Siswa Berdasarkan Tingkat TKKM II 80 Grafik 4.13 Tingkat Kemampuan Komunikasi Siswa Pada LAS siklus II 82 Grafik 4.14 Jumlah Kelompok Tuntas pada Tiap Aspek Komunikasi

LAS siklus II 83

Grafik 4.15 Jumlah Kelompok Berdasarkan Tingkat Komunikasi pada LAS

siklus II 81

Grafik 4.16 Pengelolaan Pembelajaran Siklus II 85 Grafik 4.17 Rata-rata nilai kegiatan Komunikasi siswa siklus II 86 Grafik 4.18 Tingkat kemampuan Komunikasi siswa siklus I dan II 88 Grafik 4.19 Tingkat kemampuan Komunikasi Matematika siswa pada LAS siklus I dan II 89 Grafik 4.20 Tingkat kemampuan guru mengelola pembelajaran pada

siklus I dan II 89 Grafik 4.21 Kegiatan siswa dalam pembelajaran pada siklus I dan II 90 Grafik 4.22 Peningkatan jumlah siswa tuntas belajar pada siklus I dan II 90 Grafik 4.23 Peningkatan jumlah siswa tuntas belajar pada LAS siklus I dan II 91


(9)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. RPP I 102

Lampiran 2. RPP II 111

Lampiran 3. RPP III 120

Lampiran 4. RPP IV 130

Lampiran 5. Lembar Aktivitas Siswa I 138 Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa II 142 Lampiran 7. Lembar Aktivitas Siswa III 147 Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa IV 151 Lampiran 9. Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal 155 Lampiran 10. Tes Kemampuan Awal Siswa 156 Lampiran 11. Alternatif Jawaban Tes Kemampuan Awal 158 Lampiran 12. Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Awal 161 Lampiran 13. Lembar Validitas Soal Tes awal 165 Lampiran 14. Kisi-kisi TKKM I 170 Lampiran 15. Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa I 171 Lampiran 16. Alternatif Jawaban TKKM - I 173 Lampiran 17. Pedoman Penskoran TKKM - I 177 Lampiran 18. Lembar Validitas Soal TKKM –I 181 Lampiran 19. Kisi-kisi TKKM II 187 Lampiran 20. Tes Kemampuan Komunikasi Matematika-II 189 Lampiran 21. Alternatif Jawaban TKKM - II 192 Lampiran 22. Pedoman Penskoran TKKM - II 196 Lampiran 23. Lembar Validitas Soal TKKM- II 201

Lampiran 24. Validator Tes 207

Lampiran 25. Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran I 208 Lampiran 26. Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran II 211 Lampiran 27. Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran III 214


(10)

xiii

Lampiran 28. Lembar Observasi Pengelolaan Pembelajaran IV 217 Lampiran 29. Lembar Observasi Kegiatan Siswa I 220 Lampiran 30. Lembar Observasi Kegiatan Siswa II 223 Lampiran 31. Lembar Observasi Kegiatan Siswa III 226 Lampiran 32. Lembar Observasi Kegiatan Siswa IV 229 Lampiran 33. Deskripsi Hasil Penelitian Tes Awal 232 Lampiran 34. Deskripsi Hasil Penelitian TKKM -I 234 Lampiran 35. Deskripsi Hasil Penelitian TKKM –II 236 Lampiran 36. Deskripsi Hasil Penelitian LAS Siklus I 238 Lampiran 37. Deskripsi Hasil Penelitian LAS Siklus II 239 Lampiran 38. Dokumentasi Penelitian 240


(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa kini, tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan membicarakan masa depan. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Sebagaimana dikemukakan Buchori (dalam Trianto, 2011:5) bahwa pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mempersiapkan para siswanya untuk sesuatu profesi atau jabatan, tetapi untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Dewasa ini, dunia pendidikan khususnya matematika telah menjadi perhatian utama dari berbagai kalangan. Matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai peranan penting dalam menunjang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuannya tidak saja menambah ilmu pengetahuan guna mempersiapkan diri memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, tetapi juga berguna bagi kehidupan sehari-hari dan untuk ilmu pengetahuan lainnya. Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan :

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.

Namun saat ini mutu pendidikan matematika di negara kita masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan data UNESCO (dalam ugm, 2012) mutu pendidikan matematika Indonesia berada pada peringkat 34 dari 38 negara yang diamati. Menteri Kebudayaan dan Pendidikan Nuh (dalam kompas, 2012)


(12)

2

menyatakan bahwa siswa yang mengikuti ujian nasional 2012 khususnya tingkat SMP dan sederajat yang tidak lulus terbanyak dalam mata pelajaran Matematika, kemudian diikuti Bahasa Inggris, IPA, dan Bahasa Indonesia.

Berdasarkan kutipan di atas terlihat bahwa pembelajaran matematika di Indonesia belum memuaskan dan masih cukup rendah. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar matematika yaitupembelajaran matematika bagi kebanyakan pelajar tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi seperti dalam hal ketelitian, visualisasi, kecepatan dan ketepatan dalam menghitung. Hambatan-hambatan ini menciptakan sugesti buruk terhadap matematika sebagai pelajaran yang sulit dan juga menimbulkan rasa malas untuk mempelajarinya. Reaksi berantai ini terus berlanjut dan semakin memperkuat anggapan bahwa ‘Matematika adalah pelajaran yang sulit dan menakutkan’. Meskipun demikian, semua orang harus mempelajarinya karena merupakan sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari – hari. Seperti halnya bahasa, membaca, dan menulis, kesulitan belajar matematika harus diatasi sedini mungkin. Kalau tidak, siswa akan menghadapi banyak masalah karena hampir semua bidang studi memerlukan matematika yang sesuai.

Selain itu faktor dari guru yaitu disebabkan oleh ketidaktepatan guru menciptakan situasi yang mampu membawa siswa tertarik terhadap matematika. Oleh karena itu guru harus mencari cara yang dapat membuat siswa tertarik dalam mempelajari matematika. Menurut Bambang (dalam Rbaryans, 2007) bahwa :

“Banyak faktor yang menyebabkan matematika dianggap pelajaran sulit, diantaranya adalah karakteristik matematika yang bersifat abstrak, logis, sistematis, dan penuh dengan lambang-lambang dan rumus yang membingungkan. Selain itu, beberapa pelajar tidak menyukai matematika karena matematika penuh dengan hitungan dan miskin komunikasi”.

Dalam pendidikan matematika ada beberapa kompetensi yang harus dikembangkan, yaitu kompetensi penalaran, pemahaman, pemecahan masalah dan komunikasi matematika. Komunikasi merupakan kemampuan penting dalam pendidikan matematika, komunikasi sebagai proses tidak hanya digunakan dalam sains tapi dalam keseluruhan kegiatan manusia.


(13)

3

Menurut Broody (dalam Ansari, 2009:4) menyatakan bahwa :

“Sedikitnya ada dua alasan penting, mengapa komunikasi matematika perlu ditumbuhkembangkan dikalangan siswa. Pertama, mathematics as language, artinya matematika sebagai wahana untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics learning as social activity artinya sebagai wahana untuk interaksi antar siswa, dan juga antara guru dan siswa untuk mempercepat pemahaman matematika siswa”.

Bagi dunia keilmuan, matematika memiliki peran sebagai bahasa simbolik yang memungkinkan terwujudnya komunikasi secara cermat dan tepat. Menurut Bruner (dalam Lidya, 2011:3) bahwa: “Untuk memahami konsep-konsep yang ada diperlukan bahasa. Bahasa diperlukan untuk dapat mengkomunikasikan suatu konsep kepada orang lain”. Mata pelajaran matematika perlu diajarkan di setiap jenjang pendidikan untuk membekali siswa dengan mengembangkan kemampuan menggunakan bahasa matematika dalam mengkomunikasikan ide atau gagasan matematika untuk memperjelas suatu keadaan atau masalah.

Akan tetapi kenyataannya berdasarkan hasil pengalaman PPL peneliti, siswa mengalami kesulitan untuk mengartikan simbol – simbol matematika, siswa tidak bisa menangkap konsep matematika dengan baik dan benar, khususnya dalam materi pecahan, siswa tidak mengerti arti lambang – lambang, siswa tidak dapat memahami asal – usul suatu prinsip, siswa tidak lancar menggunakan operasi dan prosedur, serta ketidaklengkapan pengetahuan. Kemudian Menurut informasi yang diperoleh peneliti dari guru matematika kelas VII SMP Negeri 3 Binjai (Ibu Yusriani G) diperoleh keterangan bahwa siswa mengalami kesulitan pada saat belajar matematika pada pokok bahasan Pecahan karena operasi bilangan pecahan memiliki ciri yang berbeda dan lebih rumit dari pada bilangan bulat. Hal ini menjadikan peserta didik tidak mampu mengungkapkan gagasannya dan mengidentifikasikan dari permasalahan sehari – hari dalam bahasa matematika ataupun sebaliknya. Akibatnya hasil belajar siswa rendah pada pokok bahasan pecahan. Beliau juga mengatakan bahwa kemampuan komunikasi matematika dinilai masih rendah, banyak siswa yang tidak mengerti tapi enggan untuk bertanya, terkadang ada siswa yang sudah paham tetapi disuruh


(14)

4

mengerjakan ke papan tulis tidak mau, jadi selama proses pembelajaran berlangsung siswa hanya pasif.

Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, permasalahan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar adalah 1) kurangnya keberanian siswa dalam menyampaikan pertanyaan, 2) kurangnya keberanian siswa untuk menyampaikan pendapat dan 3) kurangnya keberanian siswa untuk mempresentasikan hasil jawaban. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi kepada siswa untuk mengukur kemampuan komunikasi matematika siswa di kelas VII-7 SMP Negeri 3 Binjai dengan memberikan dua soal sebagai berikut :

1. Tentukan nilai pecahan dari gambar yang diarsir

a. b.

2. Hafiz diberi tugas oleh Pak Budi untuk membajak sawahnya. Hari pertama Hafiz telah membajak sawah seluas

5 4

ha. Dihari kedua 2 1

ha sawah yang telah dibajak Hafiz. Berapa luas sawah yang dibajak Hafiz?

Berikut ini adalah hasil pengerjaan beberapa siswa yang mempunyai kesalahan yang sama dengan banyak siswa lainnya.

HASIL ANALISIS KESALAHAN

Siswa hanya mampu membuat bilangan pecahan namun siswa tidak mampu menentukan nilai pecahan dari suatu gambar.


(15)

5

Siswa tidak mampu menyatakan ekspresi matematika berupa membuat model matematika dari permasalahan dengan benar, kemudian tidak mampu melakukan perhitungan pada pecahan dengan benar.

Tabel 1.1 Analisis Jawaban Siswa

Dari 40 siswa yang diberi tes terdapat 62,5% siswa tidak mampu mempresentasikan suatu gambar kedalam simbol matematika, dan 75% siswa belum bisa menyelesaikan operasi hitung dalam pecahan secara benar. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematika siswa masih rendah dan perlu ditingkatkan.

Menyikapi permasalahan yang timbul diatas, dalam proses pembelajaran matematika di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pentingnya kemampuan komunikasi matematika. Dengan pentingnya kemampuan komunikasi maka guru hendaknya dapat menggunakan metode yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran, apabila menggunakan motode yang biasa (ceramah) maka kemampuan komunikasi tidak akan tercapai, karena semua aktivitas ada pada guru saja. Untuk itu penggunaan metode pembelajaran yang inovatif diperlukan guna mencapai adanya kemampuan komunikasi pada siswa dalam pembelajaran. Silver dan Smith (dalam Ansari, 2009:4) mengutarakan pula bahwa :

“Tugas guru adalah : (1) melibatkan siswa dalam setiap tugas matematika; (2) mengatur aktivitas intelektual siswa dalam kelas seperti diskusi dan komunikasi; (3) membantu siswa memahami ide matematika dan memonitor pemahaman mereka.”

Proses pengajaran yang baik adalah yang dapat menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dengan adanya komunikasi dua arah antara guru dengan peserta didik yang tidak hanya menekan pada apa yang dipelajari tetapi menekan bagaimana ia harus belajar. Salah satu alternatif untuk pengajaran


(16)

6

tersebut adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS). Penerapan model pembelajaran yang bervariasi akan mengatasi kejenuhan siswa sehingga dapat dikatakan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap tingkat pemahaman siswa. Kegiatan belajar dipandang sebagai kegiatan komunikasi antara siswa dan guru. Kegiatan komunikasi ini tidak akan tercapai apabila siswa tidak dapat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan adanya keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar kemungkinan besar prestasi belajar yang dicapai akan memuaskan.

Pemilihan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay-Two Stray dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa matematika tidak selalu membosankan. Guru hanya sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Pembelajaran kooperatif dengan tipe belajar mengajar Dua Tinggal-Dua Tamu (Two Stay-Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (dalam Lie,2004:61):

“ TS-TS (Two Stay-Two Stray ) bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur Dua Tinggal-Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyaknya kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kegiatan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan lainnya”.

TS-TS (Two Stay-Two Stray) memiliki banyak persamaan dengan tipe belajar mengajar yang lain, namun TSTS memberi penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Teknik ini menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dirincikan oleh penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individu. Teknik ini dikembangkan untuk meningkatkan perolehan akademik dan ada yang dirancang untuk mengajarkan keterampilan sosial atau keterampilan kelompok. Dengan menggunakan Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay – Two Stray yang berpusat pada siswa karena siswa sebagai moderator dalam pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi pada siswa, karena


(17)

7

siswa dituntut dapat saling berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompok, menyampaikan ide atau gagasan dan mempresentasikan hasil jawaban pada kelompok lain.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian yang berjudul : “ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TS – TS (Two Stay – Two Stray) Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Binjai Tahun ajaran 2013/2014.”

1.2. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah diatas, maka timbul beberapa masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Pelajaran matematika masih dianggap sulit oleh siswa 2. Rendahnya kemampuan komunikasi matematika siswa

3. Guru masih sering menjadi sentral utama dalam proses pembelajaran 4. Siswa sulit memahami konsep matematika terutama konsep pecahan.

5. Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay – Two Stray dalam pembelajaran matematika belum pernah diterapkan di SMP Negeri 3 Binjai.

1.3. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan dapat dilaksanakan dengan baik maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS ( Two Stay – Two Stray ) untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

2. Materi pelajaran yang diajarkan yaitu Pecahan.

3. Subjek penelitian adalah Siswa Kelas VII-7 SMP Negeri 3 Binjai Tahun Ajaran 2013/2014.


(18)

8

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas yang menjadi rumusan masalah adalah : Apakah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay-Two Stray) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3 Binjai tahun ajaran 2013/2014?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk mengetahui apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TS-TS (Two Stay – Two Stray) dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VII SMP Negeri 3 Binjai tahun ajaran 2013/2014?

1.6. Manfaat Penelitian

Setelah melakukan penelitian ini maka diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat untuk :

1. Bagi siswa

a) Menumbuhkembangkan kemampuan kerja sama, komunikasi dan keterampilan berpikir siswa.

b) Meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa dalam belajar matematika yang membawa dampak positif terhadap pembelajaran matematika siswa.

2. Bagi guru

Sebagai acuan untuk dapat menerapkan model pembelajaran yang paling sesuai dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah

3. Bagi sekolah

Sebagai salah satu alternatif pengajaran dalam peningkatan mutu proses pembelajaran matematika.

4. Pihak peneliti

Dapat menjadi masukan sebagai calon guru untuk menerapkan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika dan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.


(19)

9

1.7. Defenisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TS-TS (Two Stay – Two Stray) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Binjai Tahun Ajaran 2013/2014”.

Istilah-istilah yang memerlukan penjelasan adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe TS-TS (Two Stay – Two Stray) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat memberikan informasi kepada kelompok lain. Siswa berperan aktif saling bertukar ide, produktif mendengar, belajar mengemukakan pendapat, mencari informasi dari kelompok lain, dan membuat keputusan bersama untuk menyelesaikan masalah dan tugas yang diberikan. 2. Kemampuan Komunikasi Matematika Tulisan adalah kemampuan menyatakan

dan menafsirkan gagasan matematika secara tertulis, tabel atau grafik bahkan membahasakan kedalam bahasa sehari-hari yang memuat 3 indikator antara lain (1) mampu dalam menjelaskan masalah matematika, (2) mampu dalam menggunakan notasi matematika, dan (3) mampu melukiskan dan membaca gambar, grafik,dan diagram.


(20)

989 9

9

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan yaitu tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa pada siklus I setelah diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray9adalah sedang dengan nilai rata-rata siswa pada aspek penjelasan matematika 2,86 (71,56%) dari skor maksimal 4, nilai rata-rata siswa pada aspek menggambar adalah 2,88 (71,88%) dari skor maksimal 4, dan nilai rata-rata siswa pada aspek ekspresi matematika adalah 2,59 (64,79%) dari skor maksimal 4. Nilai rata-rata siswa pada tes kemampuan komunikasi matematika I adalah 69,4 dengan jumlah siswa yang tuntas yaitu sebanyak 24 orang siswa (60%). Sedangkan pada siklus II, kemampuan komunikasi matematika siswa meningkat. Pada siklus II, tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa berada dalam kategori tinggi, dimana nilai rata-rata siswa pada aspek penjelasan adalah 3,2 (80,62%) dari skor maksimal 4, nilai rata-rata siswa pada aspek menggambar adalah 3,4 (85%) dari skor maksimal 4, dan nilai rata-rata siswa pada aspek ekspresi adalah 3,3 (82,53%) dari skor maksimal 4. Nilai rata-rata siswa pada tes kemampuan komunikasi matematika II adalah 83,2 dengan jumlah siswa yang tuntas yaitu sebanyak 36 orang siswa (90%). Sehingga diperoleh kesimpulan, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 3 Binjai Tahun Ajaran 2013/2014.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 3 Binjai disarankan memperhatikan kemampuan komunikasi siswa, serta melibatkan


(21)

999 9

9

siswa dalam proses belajar, dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sebagai salah satu alternatif pembelajaran.

2. Kepada siswa SMP Negeri 3 Binjai disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, mengajukan pertanyaan, berkomunikasi yang baik dengan teman maupun guru, serta dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam belajar.

3. Kepada Kepala SMP Negeri 3 Binjai agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

4. Kepada peneliti, sebagai lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran kooperati tipe Two Stay Two Stray pada materi pecahan ataupun materi lain yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.


(22)

100

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Ansari, B, (2009), Komunikasi Matematika : Konsep dan Aplikasi, Pena, Banda Aceh

Anari, D, (2012), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Bingai Tahun Ajaran 2012/2013, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan

Arikunto, S, dkk., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta Daryanto,(2010), Belajar dan Mengajar, Penerbit Yrama Widya, Bandung

Dedy, M., (2012), Penerapan Metode Collaborative Dengan Bantuan Media Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik siswa

Di kelas VIII SMP N 5 Pematang Siantar T.A 2011/2012, Skripsi, FMIPA,

Unimed, Medan

Djaali, H, dkk, (2008), Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Grasindo, Jakarta. Elfina, H, (2012), Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Bamboo Dancing Terhadap Komunikasi Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP Harapan 2 Medan, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan

FMIPA, UNIMED, (2010), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Penelitian Kependidikan, FMIPA, UNIMED

Isjoni, H, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Jakarta Istarani, (2010), Penelitian Tindakan Kelas, CV. ISCOM Medan, Medan

Kunandar, (2008), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Rajawali Pers, Jakarta

Lie, A, (2010), Cooperative Learning, Gramedia, Jakarta

Muslich, M, (2009), Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah, PT Bumi Aksara, Jakarta


(23)

101

NCTM, (1989), Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: Authur. http://educare.e-fkipunla.net (diakses pada tanggal 5 Mei 2013)

Rbaryans, (2007), Komunikasi dalam Matematika, http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika/ (diakses pada tanggal 5 Mei 2012)

Sagala, S, (2003), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung Sanjaya, Wina, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Prenada Media Grup, Jakarta

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Soejadi, R, (2000), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung

Sudrajat, (2008) http://akhmadsudrajat.wordpress.com. (diakses pada tanggal 28 April 2013)

Sugiono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Penerbit Alfabeta, Bandung Syaban, M, (2008), Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa,

http://educare.e-fkipunla.net (diakses pada tanggal 28 April 2013)

Tampomas, H, (2006), Matematika Plus SMP Kelas VII Semester Pertama, Yudhistira, Jakarta

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Satria, (2012), Mutu Pendidikan di Indonesia Masih Rendah http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467 (diakses pada tanggal 23 April 2013)

Widodo, R, (2011), www.wordpress.com (diakses pada tanggal 5 Maret 2013) Zainab, (2011), Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika,

http://mgmpmatoi.blogspot.com/2011/12/komunikasi-matematis-dalam-pembelajaran.html (diakses pada tanggal 23 April 2013)


(24)

ii

RIWAYAT HIDUP

Nurhasanah dilahirkan di Aek Raso Labuhanbatu Selatan, pada tanggal 30 Januari 1991. Ibu bernama Musiyem dan ayah bernama Syahrin, dan merupakan anak kelima dari 5 bersaudara. Pada tahun 1997 penulis masuk SD Negeri 21866 Aek Raso dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan sekolah di MTs. Swasta Muallimin Aek Raso dan lulus tahun 2006. Setelah itu pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Torgamba dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.


(1)

1.7. Defenisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Teknik TS-TS (Two Stay – Two Stray) untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 3 Binjai Tahun Ajaran 2013/2014”.

Istilah-istilah yang memerlukan penjelasan adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif dengan tipe TS-TS (Two Stay – Two Stray) adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat memberikan informasi kepada kelompok lain. Siswa berperan aktif saling bertukar ide, produktif mendengar, belajar mengemukakan pendapat, mencari informasi dari kelompok lain, dan membuat keputusan bersama untuk menyelesaikan masalah dan tugas yang diberikan. 2. Kemampuan Komunikasi Matematika Tulisan adalah kemampuan menyatakan

dan menafsirkan gagasan matematika secara tertulis, tabel atau grafik bahkan membahasakan kedalam bahasa sehari-hari yang memuat 3 indikator antara lain (1) mampu dalam menjelaskan masalah matematika, (2) mampu dalam menggunakan notasi matematika, dan (3) mampu melukiskan dan membaca gambar, grafik,dan diagram.


(2)

9

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data, dapat diambil kesimpulan yaitu tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa pada siklus I setelah diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray9adalah sedang dengan nilai rata-rata siswa pada aspek penjelasan matematika 2,86 (71,56%) dari skor maksimal 4, nilai rata-rata siswa pada aspek menggambar adalah 2,88 (71,88%) dari skor maksimal 4, dan nilai rata-rata siswa pada aspek ekspresi matematika adalah 2,59 (64,79%) dari skor maksimal 4. Nilai rata-rata siswa pada tes kemampuan komunikasi matematika I adalah 69,4 dengan jumlah siswa yang tuntas yaitu sebanyak 24 orang siswa (60%). Sedangkan pada siklus II, kemampuan komunikasi matematika siswa meningkat. Pada siklus II, tingkat kemampuan komunikasi matematika siswa berada dalam kategori tinggi, dimana nilai rata-rata siswa pada aspek penjelasan adalah 3,2 (80,62%) dari skor maksimal 4, nilai rata-rata siswa pada aspek menggambar adalah 3,4 (85%) dari skor maksimal 4, dan nilai rata-rata siswa pada aspek ekspresi adalah 3,3 (82,53%) dari skor maksimal 4. Nilai rata-rata siswa pada tes kemampuan komunikasi matematika II adalah 83,2 dengan jumlah siswa yang tuntas yaitu sebanyak 36 orang siswa (90%). Sehingga diperoleh kesimpulan, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa pada materi pecahan di kelas VII SMP Negeri 3 Binjai Tahun Ajaran 2013/2014.

5.2. Saran

Adapun saran-saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian, pembahasan serta kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMP Negeri 3 Binjai disarankan memperhatikan kemampuan komunikasi siswa, serta melibatkan


(3)

9

siswa dalam proses belajar, dan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray sebagai salah satu alternatif pembelajaran.

2. Kepada siswa SMP Negeri 3 Binjai disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, mengajukan pertanyaan, berkomunikasi yang baik dengan teman maupun guru, serta dapat mempergunakan seluruh potensi yang dimiliki dalam belajar.

3. Kepada Kepala SMP Negeri 3 Binjai agar dapat mengkoordinasikan guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran yang relevan dan inovatif untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematika siswa.

4. Kepada peneliti, sebagai lanjutan agar hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan model pembelajaran kooperati tipe Two Stay Two Stray pada materi pecahan ataupun materi lain yang dapat dikembangkan untuk penelitian selanjutnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M, (2003), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Ansari, B, (2009), Komunikasi Matematika : Konsep dan Aplikasi, Pena, Banda Aceh

Anari, D, (2012), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Materi Kubus dan Balok di Kelas VIII SMP Negeri 1 Sei Bingai Tahun Ajaran 2012/2013, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan

Arikunto, S, dkk., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Bumi Aksara, Jakarta Daryanto,(2010), Belajar dan Mengajar, Penerbit Yrama Widya, Bandung

Dedy, M., (2012), Penerapan Metode Collaborative Dengan Bantuan Media Autograph Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematik siswa Di kelas VIII SMP N 5 Pematang Siantar T.A 2011/2012, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan

Djaali, H, dkk, (2008), Pengukuran Dalam Bidang Pendidikan, Grasindo, Jakarta. Elfina, H, (2012), Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe

Bamboo Dancing Terhadap Komunikasi Matematis Siswa Pada Pokok Bahasan Teorema Pythagoras Kelas VIII SMP Harapan 2 Medan, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan

FMIPA, UNIMED, (2010), Buku Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi Penelitian Kependidikan, FMIPA, UNIMED

Isjoni, H, (2009), Pembelajaran Kooperatif, Pustaka Pelajar, Jakarta Istarani, (2010), Penelitian Tindakan Kelas, CV. ISCOM Medan, Medan

Kunandar, (2008), Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, Rajawali Pers, Jakarta

Lie, A, (2010), Cooperative Learning, Gramedia, Jakarta

Muslich, M, (2009), Melaksanakan PTK Penelitian Tindakan Kelas Itu Mudah, PT Bumi Aksara, Jakarta


(5)

NCTM, (1989), Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA: Authur. http://educare.e-fkipunla.net (diakses pada tanggal 5 Mei 2013)

Rbaryans, (2007), Komunikasi dalam Matematika, http://rbaryans.wordpress.com/2007/05/30/komunikasi-dalam-matematika/ (diakses pada tanggal 5 Mei 2012)

Sagala, S, (2003), Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit Alfabeta, Bandung Sanjaya, Wina, (2010), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Prenada Media Grup, Jakarta

Slameto, (2003), Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Soejadi, R, (2000), Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta

Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung

Sudrajat, (2008) http://akhmadsudrajat.wordpress.com. (diakses pada tanggal 28 April 2013)

Sugiono, (2009), Metode Penelitian Pendidikan, Penerbit Alfabeta, Bandung Syaban, M, (2008), Menumbuhkembangkan Daya Matematis Siswa,

http://educare.e-fkipunla.net (diakses pada tanggal 28 April 2013)

Tampomas, H, (2006), Matematika Plus SMP Kelas VII Semester Pertama, Yudhistira, Jakarta

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana Prenada Media Group, Jakarta

Satria, (2012), Mutu Pendidikan di Indonesia Masih Rendah http://ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=4467 (diakses pada tanggal 23 April 2013)

Widodo, R, (2011), www.wordpress.com (diakses pada tanggal 5 Maret 2013) Zainab, (2011), Komunikasi Matematis dalam Pembelajaran Matematika,

http://mgmpmatoi.blogspot.com/2011/12/komunikasi-matematis-dalam-pembelajaran.html (diakses pada tanggal 23 April 2013)


(6)

RIWAYAT HIDUP

Nurhasanah dilahirkan di Aek Raso Labuhanbatu Selatan, pada tanggal 30 Januari 1991. Ibu bernama Musiyem dan ayah bernama Syahrin, dan merupakan anak kelima dari 5 bersaudara. Pada tahun 1997 penulis masuk SD Negeri 21866 Aek Raso dan lulus pada tahun 2003. Pada tahun 2003, penulis melanjutkan sekolah di MTs. Swasta Muallimin Aek Raso dan lulus tahun 2006. Setelah itu pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Torgamba dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE KEPALA BERNOMOR STRUKTUR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 BANDA ACEH

0 9 1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII

0 0 6

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 RAMBAH

0 2 5

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “7E” BERBANTUAN PERTANYAAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 4 SUKSA

0 1 18

PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP PLUS AL-AMANAH BOJONEGORO

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA

0 8 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 NGLIPAR TAHUN AJARAN 20132014

0 0 8

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A-MATCH UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 15 YOGYAKARTA

0 7 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE CIRC UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 3 KUNINGAN

0 1 20

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN SISWA DALAM MENGUBAH TEKS WAWANCARA MENJADI NARASI KELAS VII SMP NEGERI 25 PEKANBARU

0 0 9