PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO.3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI MEDAN).
PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK SETELAH
BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO. 3 TAHUN 1997
TENTANG PENGADILAN ANAK
(
Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Medan)SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan
OLEH
Nila Putri Hutabarat
308111067
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2)
(3)
(4)
iv ABSTRAK
Nila Putri Hutabarat. NIM. 308111067. “Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Anak Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Medan)”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak melakukan tindakan pencurian dan bagaimana pertimbangan hakim dalam pemberian sanksi pidana bagi anak di bawah umur yang melakukan tindak pidana. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Deskriptif Kuantitatif. Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer dan sekunder. Data Primer diperoleh dengan cara pemberian angket dan wawancara, sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara referensi-referensi buku. Teknik mengumpulkan data yang digunakan dalam penelitian ini Metode Library Research dan Metode Field
Research. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah seluruh hakim yang bertugas di Pengadilan Negeri Medan tahun 2012 yang berjumlah 60 orang dan sampel yang digunakan adalah Hakim Anak yang bertugas untuk menangani kasus-kasus anak sebanyak 30 orang yang ditetapkan dengan cara Non Random
Sampling dengan metode Purposive Sampling dengan bertujuan (Purposive Sampling). Berdasarkan hasil angket penelitian dan wawancara yang dilakukan
oleh peneliti terhadap beberapa orang responden (Hakim Anak), dapat disimpulkan bahwa Hakim Anak yang ada di Pengadilan Negeri Medan memberikan pandangan yang positif atau baik terhadap berlakunya Undang-Undang No. 3 Tahun 1997. Dengan berlakunya Undang-Undang-Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak maka hak-hak anak sebagai terpidana pelaku kejahatan mendapat perlindungan hukum baik dalam proses perkara maupun dalam putusan sanksi yang akan diberikan.
(5)
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmannirrohim,
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan berkah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan.
Dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akhirnya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Anak
Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak (Studi
Kasus Di Pengadilan Negeri Medan)”.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengenai isi
maupun dalam pemakaian bahasa, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritikan
yang membangun untuk perbaikan yang lebih baik. Mudah-mudahan skripsi ini
bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.
Skripsi ini juga terselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, sebagai Rektor Universitas Negeri
Medan.
2. Bapak Drs. H. Restu, MS, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial.
(6)
4. Ibu Dra. Yusna Melianti, MH, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan dan sebagai Dosen
Pembimbing Skripsi.
5. Bapak Gabriel Parlaungan Siahaan, SH, M.Hum, sebagai Sekretaris Jurusan
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri
Medan.
6. Bapak Drs. Suadi Husin, SH. MS, sebagai Pembimbing Akademik dan Dosen Penguji
7. Bapak Drs. Buha Simamora, SH. MH, sebagai Dosen Penguji.
8. Ibu Sri Hadiningrum, SH. M.Hum, sebagai Dosen Penguji.
9. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas
Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan yang telah banyak memberi bekal ilmu dan
etika berperilaku serta membantu penulis.
10. Bapak Erwin Mangatas Malau, SH. MH, sebagai Ketua Pengadilan Negeri Medan dan
Bapak Surya Perdamaian, SH, sebagai Wakil Ketua Pengadilan Negeri Medan, yang
telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka
penyusunan skripsi sebagai tugas akhir kuliah.
11. Bapak Billiater Sitepu, SH, sebagai Wakil Panitera Pengadilan Negeri Medan beserta
staf administrasi, yang telah menerbitkan surat balasan penelitian dari Fakultas Ilmu
Sosial Universitas Negeri Medan untuk keperluan penulis selanjutnya dalam
penyusunan skripsi.
12. Ibu Marlianis, SH. MH, sebagai Hakim Umum di Pengadilan Negeri Medan yang telah
memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang positif kepada penulis selama
melakukan penelitian di tempat tersebut dan Bapak Wahidin, SH. M.Hum yang
(7)
menjadi narasumber penulis untuk melengkapi penyusunan skripsi ini, penulis
ucapkan terima kasih.
13. Ibu Nurhasani, M.Pd, yang tidak lain saudara dekat yang telah banyak berjasa dalam
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
14. Teristimewa untuk kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Margiot Hutabarat dan
Ibunda Nurhaima Harahap yang telah mendidik, mengajarkan serta memberikan
ilmu yang bermanfaat dan menjadi motivator utama penyemangat dalam hidup
penulis, serta doa yang selalu tiada hentinya di panjatkan buat penulis yang
kesemuanya itu akan sangat berarti dan bermanfaat dalam kehidupan penulis. Dan
kepada kakak kandung tersayang Hotnida Hutabarat yang selalu sabar, setia,
memberi semangat dan mengorbankan waktunya untuk menemani penulis selama
dalam penyusunan skripsi.
15. Buat keluarga besar dan sepupu-sepupu penulis yang telah membantu dan memberi
motivasi semangat kepada penulis, akan selalu penulis ingat.
16. Buat sahabat-sahabat karib dan seperjuangan yaitu Delima, Budi Syahputra, Ersal
Fadila, Dessy Sanjana Tarigan, Merry Prilly Roswati, Elvi, Sri Anita dan
sahabat-sahabat karib penulis lainnya yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu
yang telah mendukung, memberikan semangat, membantu dan mendoakan penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, dan kenangan-kenangan indah
bersama kalian semua akan selalu penulis ingat.
17. Buat teman-teman penulis di Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
stambuk 2008 Kelas Reguler A dan B, terutama kepada Sarianto, Devi Suhendra,
Mariyana, Hirdayani, Deby Soraya Nasution, Indra Purwati, Rifka Tetri, Tarulina
(8)
persatu dimana suka duka yang telah kita lewati bersama - sama selama kurang
lebih 4 Tahun tak akan terlupakan dan akan selalu penulis rindukan.
18. Buat murid-murid yang berada di SMP Negeri 2 Lubuk Pakam, terkhusus di Kelas
VIII-1 sampai kelas VIII-8 yang memberikan doa dan dukungan kepada penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir kuliah, akan penulis ingat selalu.
Dan kepada semua pihak-pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Medan, Agustus 2012
Penulis
Nila Putri Hutabarat
(9)
ix DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 4
C. Pembatasan Masalah ... 4
D. Rumusan Masalah ... 5
E. Tujuan Penelitian ... 5
F. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Kerangka Teori... 7
1. Pengertian Anak Dan Anak Nakal... 7
2. Pengertian Tindak Pidana Pencurian ... 10
3. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anak Melakukan Pencurian .... 12
4. Pengertian Sanksi Pidana ... 15
5. Pidana Dan Tujuan Pemidanaan ... 19
6. Jenis-Jenis Sanksi Pidana Anak Nakal ... 23
B. Kerangka Berpikir ... 25
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27
A. Lokasi Penelitian ... 27
(10)
x
C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 27
D. Teknik Pengumpulan Data ... 28
E. Teknik Analisis Data ... 29
BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 31
A. Gambar Umum Lokasi Penelitian ... 31
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 38
C. Hasil Penelitian ... 58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
A. Kesimpulan ... 64
B. Saran ... 64
DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN
(11)
xi
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1 : Apakah Anda Setuju dengan Berlakunya Undang-Undang No. 3
Tahun 1997 Tenttang Pengadilan Anak ... 39
2. Tabel 2 :Apakah Anda Setuju Penerapan Undang-Undang No. 3 Tahun
1997 Di PN Medan Sudah Berjalan Dengan Baik ... 40
3. Tabel 3 :Apakah Anda Setuju Bahwa Setiap Anak Yang Melakukan Tindak
Pidana Harus di Hukum Sesuai Sanksi Yang Tercantum Dalam Pasal 26 Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 ... 41
4. Tabel 4 :Apakah Anda Setuju Hakim Yang Menangani dan Menetapkan
Sanksi Pada Anak Adalah Harus Hakim Anak ... 42
5. Tabel 5 :Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Melindungi Anak Dari
Penerapan Sanksi Yang Memberatkan... 43
6. Tabel 6 :Apakah Anda Setuju Anak Yang Melakukan Tindakan Pencurian
Dijatuhi Hukuman Penjara ... 44
7. Tabel 7 :Apakah Anda Setuju Apabila Barang Yang Dicuri Oleh Anak
Diberikan Batasan (Jumlah Rp) Supaya Anak Tersebut Diberikan Sanksi Penjara ... 45
8. Tabel 8 :Apakah Anda Faktor Ekonomi Keluarga Merupakan Penyebab
Utama Anak Melakukan Tindak Pencurian ... 46
9. Tabel 9 :Lingkungan Anak Dibesarkan Sangat Mempengaruhi Anak Untuk
(12)
xii
10. Tabel 10 :Rendahnya Pengawasan Orangtua Terhadap Kegiatan Anak
Sehari-Hari Dapat Menyebabkan Anak Menjadi Salah Dalam Bergaul ... 48
11. Tabel 11 :Hukuman Yang Paling Tepat Untuk Anak Di Bawah Umur Yang
Melakukan Tindak Pidana Pencurian Adalah Dikembalikan ke Orangtua ... 49
12. Tabel 12 :Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Anak Di Bawah Umur
Bertujuan Membuat Anak Jera Melakukan Pencurian... 50
13. Tabel 13 :Maraknya Tindak Pidana Yang Dilakukan Anak Belakangna Ini
Tidak Lepas Dari Lemahnya Pengawasan Orangtua
Terhadap Anak ... 51
14. Tabel 14 :Media Elektronik Salah Satu Faktor Penyebab Anak Melakukan
Tindakan Pencurian ... 52
15. Tabel 15 :Faktor Keinginan Untuk Memiliki Benda Yang Diinginkan Anak
Dapat Menyebabkan Anak Melakukan Tindakan Pencurian ... 52
16. Tabel 16 :Apakah Anda Setuju Game Online dan HP dapat Menyebabkan
Anak Melakukan Pencurian ... 53
17. Tabel 17 :Kemiskinan Dan Rendahnya Pendidikan Agama Dalam Keluarga
Merupakan Salah Satu Faktor Yang Sangat Memperngaruhi Anak Melakukan Tindakan Pencurian ... 54 18. Tabel 18 :Sanksi Penjara dapat Merampas Hak Azasi Anak ... 55
19. Tabel 19 :Anak Jalanan Sangat Rentan Terpengaruh Untuk Melakukan
(13)
xiii
20. Tabel 20 :Kebebasan Yang Berlebihan Menjadikan Anak Anak Salah Dalam
Bergaul ... 57 21. Tabel 21 : Rekapitulasi Frekuensi Jawaban Angket Responden ... 58 22. Tabel 22 : Rekapitulasi Hasil Persentase Jawaban Responden ... 58 23. Tabel 23 : Keterangan Rekapitulasi Hasil Persentase Jawaban Responden
(14)
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Angket Penelitian
2. Daftar Pedoman Wawancara
3. Nota Tugas
4. Penerbitan Surat Izin Mengadakan Penelitian Dari Jurusan PP-Kn 5. Surat Izin Mengadakan Penelitian Dari Fakultas Ilmu Sosial
6. Surat Keterangan Telah Mengadakan Penelitian Dari Pengadilan Negeri
Medan
7. Surat Keterangan Perpustakaan Jurusan PP-Kn
8. Surat Keterangan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial
9. Surat Keterangan Perpustakaan UNIMED
10.Kartu Bimbingan Skripsi 11.Daftar Hadir Seminar Proposal
12.Riwayat Hidup
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap anak memerlukan pembinaan dan perlidungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras dan seimbang. Pembinaan dan perlindungan anak ini tak mengecualikan pelaku tindak pidana anak, kerap disebut sebagai “anak nakal”. Anak yang melakukan tindak pidana, dalam hal ini sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 (angka 1) UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, ialah orang yang telah mencapai 8 Tahun tetapi belum mencapai 18 Tahun dan belum pernah kawin.
Anak merupakan generasi penerus bangsa sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa mempunyai hak dan kewajiban ikut serta membangun negara dan bangsa Indonesia. Oleh karena itu setiap anak seharusnya mendapatkan haknya untuk bermain, belajar dan bersosialisasi. Tetapi keadaannya akan menjadi berbalik apabila anak melakukan tindak pidana. Perbuatan anak yang nyata-nyata bersifat
“melawan hukum”, dirasakan sangat mengganggu kehidupan
masyarakat.Akibatnya, kehidupan masyarakat menjadi resah, perasaan tidak aman bahkan menjadi ancaman bagi usaha mereka.
Oleh karena itu perlunya perhatian terhadap usaha penanggulangan dan penanganannya, khususnya di bidang hukum pidana beserta hukum acaranya. Selama ini penanganan perkara pidana yang pelakunya masih tergolong anak,
(16)
dapat dikatakan hampir sama dengan penanganan yang tersangkanya adalah orang dewasa. Di lapangan hukum pidana, anak-anak diperlakukan sebagai “orang dewasa kecil”, sehingga seluruh proses perkaranya dilakukan sama dengan perkara orang dewasa.
Keadaan dan kepentingan anak kadang-kadang sedemikian rupa diabaikan tanpa ada perlakuan-perlakuan yang khusus.Oleh karena itu perlu perhatian terhadap usaha penanggulangan dan penanganannya. Selama ini penanganan perkara pidana yang pelakunya masih tergolong anak, dapat dikatakan hampir sama dengan penanganan yang tersangkanya adalah orang dewasa. Untuk melindungi hak anak maka dibuatlah undang-undang yang bertujuan untuk melindungi hak-hak anak maka dibuatlah rancangan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997.
Berlakunya Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak,hak-hak anak sebagai warga negara dan sekaligus penerus bangsa dapat tercapai dan dapat mewujudkan suatu peradilan anak untuk memberikan perlindungan hukum bagi anak dalam proses acara pidananya. Pasal 1 (angka 1) UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, “anak ialah orang yang telah mencapai 8 Tahun tetapi belum mencapai 18 Tahun dan belum pernah kawin. Mulyadi, (2005: 189).
Masalah kejahatan merupakan masalah abadi dalam kehidupan umat manusia, dan berkembang sejalan dengan perkembangan tingkat peradaban umat manusia.Sejarah Persoalan yang sering muncul ke permukaan dalam kehidupan masyarakat ialah tentang kejahatan berupa pencurian, pembunuhan, pemerkosaan,
(17)
dan perdagangan manusia.Berkaitan dengan masalah kejahatan, maka kekerasan sering merupakan pelengkap dari bentuk kejahatan berupa pencurian dalam masyarakat.Ironisnya yang menjadi pelaku pencurian itu adalah anak yang merupakan generasi penerus bangsa di masa datang kelak.Perbuatan anak yang nyata-nyata bersifat “melawan hukum”, dirasakan sangat mengganggu kehidupan masyarakat.
Lahirnya Undang-Undang No. 3/1997 Tentang Pengadilan Anak membuat pemerintah bertekad untuk mewujudkan suatu peradilan anak yang baik. Dengan demikian diharapkan anak yang terkena kasus pelanggaran hukum tidak dirugikan secara fisik maupun mental.
Dalam hal ini Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, dimaksudkan untuk memberikan perlindungan hukum bagi anak dalam proses acara pidananya.
Setelah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, maka diharapkan penanganan perkara anak sudah dibedakan dengan perkara orang dewasa demi perkembangan psikologis anak. Pengadilan Anak bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan perkara anak, dan batas umur anak nakal yang dapat diajukan ke sidang anak adalah sekurang-kurangnya 8 (delapan) Tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) Tahun dan belum pernah kawin.
Ketika anak terkena kasus tindak pidana, bukan berarti polisi ataupun pejabat yang berwenang lainnya memperlakukan anak sama seperti orang dewasa yang melakukan tindak pidana. Maka dari itu, diperlukan adanya peradilan khusus
(18)
yang menangani masalah tindak pidana pada anak yang berbeda dari lingkungan peradilan umum.Dengan demikian, proses peradilan perkara pada anak yang melakukan tindak pidana dari sejak ditangkap, ditahan, diadili dan sampai diberikan pembinaan selanjutnya, wajib diberikan oleh pejabat khusus yang benar-benar memahami masalah anak dan dunianya.
Kenyataannya perilaku masyarakat akhir-akhir ini sangat memprihatinkan ,betapa masyarakat begitu mudahnya menghakimi orang yang diduga sebagai pelaku tindak pidana tanpa memandang bulu. Tidak peduli apakah pelaku yang diduga tersebut sudah dewasa atau masih anak-anak. Kasus yang akan didalami pada penelitian ini nantinya adalah kasus yang dialami seorang anak berusia 13 tahun bernama Dahlia dengan alamat Jl Sudirman, No. 80 Perumpahan Sapta marga Medan dengan no perkara 663/Pid B / 2011/PN/ MDNyang melanggar pasal 362 KUHP tentang pencurian. Hakim menjatuhkan sanksi pidana penjara selama 1 Tahun 2 bulan.
Penulis merasa adanya perbedaan antara teori dan praktek dalam melaksanakan dan menjalankan hukum tersebut, khususnya kepada anak yang melakukan tindak pidana dan masih kurangnya perlindungan yang diperoleh anak yang sedang diproses karena terlibat tindak pidana.Oleh karena situasi dan kondisi itulah, penulis merasa prihatin dan tergugah selanjutnya berencana melakukan sebuah penelitian tentang “PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO.3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK(Studi Kasus percobaan pencurian di Pengadilan Negeri Medan )”.
(19)
B. Identifikasi Masalah.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab anak melakukan pencurian
2. Maraknya tindak pidana yang dilakukan anak belakangan ini di Medan 3. Latar belakang anak di bawah umur melakukan tindak pidana
4. Pertimbangan-pertimbagan pemberian sanksi pidana bagi anak di bawah
umur
5. Penerapan sanksi pidana pencurian yang dilakukan anak di bawah umur di PengadilanNegeri Medan setelah berlakunya Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak.
C. Pembatasan Masalah
Batasan masalah adalah membatasi ruang lingkup yang terlalu luas atau lebar sehingga penelitian lebih dapat fokus untuk dilakukan.Sesuai dengan masalah penelitian yang diidentifikasikan di atas maka masalah yang akan dibahas pada penelitian ini adalah:
1. Faktor-faktor yang menjadi penyebab anak melakukan pencurian
2. Pertimbangan-pertimbangan pemberian sanksi pidana bagi anak di bawah
umur
3. Penerapan sanksi pidana pencurian yang dilakukan anak di bawah umur di PengadilanNegeri Medan setelah berlakunya Undang-Undang No. 3 Tahun 1997.
(20)
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa faktor-faktor penyebab anak melakukan pencurian?
2. Bagaimanakah pertimbangan-pertimbangan pemberian sanksi pidana bagi
anak di bawah umur?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang ada pada rumusan masalah. Sesuai rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebababkan anak melakukan
pencurian.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pertimbangan-pertimbangan pemberian
sanksi pidana bagi anak di bawah umur.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat secara teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan
memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
2. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pidana
(21)
Manfaat Praktis
1. Agar orang tua, masyarakat dan pemerintah dapat melakukan bimbingan,
perlindungan dan pengawasan terhadap anak.
2. Diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi hukum dan aparat penegak hukum
dalam rangka penegakan hukum pidana khususnya dalam hal perlindungan hukum terhadap terpidana anak.
(22)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, maka peneliti dapat menyimpulkan hasil dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Pada dasarnya faktor yang melakukan tindakan pencurian meliputi faktor
Intrinsik dan Ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi faktor intelegensia, usia, jenis kelamin dan faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi faktor pendidikan, pergaulan dan lingkungan.
2. Pertimbangan-Pertimbangan dalam memproses dan memutuskan sanksi
atas perkara anak antara lain faktor yuridis, faktor non yuridis. Faktor yuridis didasarkan atas fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan sedangkan Faktor non yuridis sebagai dasar pertimbangan hakim berkaitan dengan penjatuhan sanksi kepada anak nakal seperti faktor psikologis, sosiologis, filosopis, sosiologi.
3. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Anak Setelah Berlakunya
Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak di Pengadilan Negeri Medan telah berjalan dengan baik berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada 30 responden yang terdiri dari Hakim Anak yang bekerja di Pengadilan Negeri Medan.
(23)
B. Saran
Sebagai upaya untuk memperoleh keadilan bagi anak nakal yang terbentur dengan masalah hukum, maka lahirlah Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 sebagai pedoman bagi para hakim yang menangani kasus anak baik dalam memproses perkara maupun memutuskan sanksi bagi anak. Anak memiliki masa depan yang panjang. Oleh karena itu, anak perlu dibina dan ayomi karena hukuman bukanlah cara efektif membuat jera melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Agar anak tumbuh menjadi generasi penerus yang berguna bagi orangtua, agama dan negara, untuk itu penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Hendaknya para orangtua mengawasi pergaulan dan lingkungan anak
bergaul serta lebih menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
2. Orangtua sebagai pendidik pertama dalam keluarga hendaknya
memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.
3. Para penyidik yang memeriksa kasus anak hendaknya menyidik dengan
cara yang sesuai dengan perkembangan psikis anak supaya anak merasa nyaman dalam memberikan penjelasan dan anak tidak merasa takut dan tertekan.
4. Para hakim yang menangani kasus anak seharusnya dalam memutuskan
(24)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2003. Penelitian Pendidikan. Jakarta : Pustaka Aman.
Arief, Barda Nawawie. 2003.Mediasi Penal: “Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan”. Semarang :Pustaka Magister.
Arief, Barda Nawawie. 2005.Tujuan dan Pedoman Pemidanaan: Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana dan Perbandingan Beberapa Negara. Semarang :BP-UNDIP
Arikunto, Suharsimi. 2004.Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum.Jakarta:PT. Rineka Cipta. Astuti, Made Sadhi. 2003.Pemidanaan terhadap anak di bawah umur 16 tahun
sebagai pelaku tindak pidana oleh Hakim Pengadilan Negeri wilayah propinsi Jawa Timur.
C.S.T. Kansil.2004. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum
Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.
Hadisuprapto, Paulus, 1996.JuvenilleDelinquency: Pemahaman dan Penanggulangan, Semarang: UNDIP.
Kusuma, Mulyana H.W. 2005. Hukum dan Hak-Hak Anak. Jakarta: CV. Rajawali.
Kartono,Kartini, 2001. Gangguan‐Gangguan Psikis.Bandung: CV. Sinar Baru. Mulyadi,Lilik. 2005. Pengadilan Anak di Indonesia,(Teori Praktek dan
Permasalahannya), Bandung: CV Mandar Maju
Moeljatno, 2002.Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta.
Nashriana. 2011.PerlindunganHukumPidana, Jakarta: Raja Grafindo Persada Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian.Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
P.A.F. Lamintang. 2009. Dasar –dasar hukum pidana Indonesia, Bandung : Sinar Bandung.
R .Subekti dan R.Tjitrosudibio, 2003, Terjemahan Kitab Undang‐Undang
Hukum Perdata, Jakarta, PT. Pradya Paramita cetakan ke 39.
Simandjuntak,B. 2000.Latar Belakang Kenakalan Remaja (Etiologi Juvenile Delinquency), Bandung: CV. Alumni.
(25)
Soetodjo, Wagiati. 2006. Hukum Pidana Anak. Bandung: PT. Refika Aditama. Solehuddin, 2003.System Sanksi dalam Hukum Pidana(ide dasar double track
system & Implementasinya). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Supramono,Gatot. 2007.Hukum Acara Pengadilan Anak. Jakarta: Djambatan Wirjono, Prodjodikoro. 2003. Tindak-Tindak PIdana Di Indonesia. Bandung :
CV. Refika Aditama. Sumber lain :
Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak http://pusatbahasa,diknas.go.id/kbbi
(1)
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa faktor-faktor penyebab anak melakukan pencurian?
2. Bagaimanakah pertimbangan-pertimbangan pemberian sanksi pidana bagi anak di bawah umur?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang ada pada rumusan masalah. Sesuai rumusan masalah diatas maka penelitian ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebababkan anak melakukan pencurian.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pertimbangan-pertimbangan pemberian sanksi pidana bagi anak di bawah umur.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat secara teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta sumber bacaan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.
2. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pidana terutama berkaitan dengan masalah anak.
(2)
Manfaat Praktis
1. Agar orang tua, masyarakat dan pemerintah dapat melakukan bimbingan, perlindungan dan pengawasan terhadap anak.
2. Diharapkan dapat bermanfaat bagi praktisi hukum dan aparat penegak hukum dalam rangka penegakan hukum pidana khususnya dalam hal perlindungan hukum terhadap terpidana anak.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil-hasil penelitian, maka peneliti dapat menyimpulkan hasil dari penelitian ini sebagai berikut :
1. Pada dasarnya faktor yang melakukan tindakan pencurian meliputi faktor Intrinsik dan Ekstrinsik. Faktor instrinsik meliputi faktor intelegensia, usia, jenis kelamin dan faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi faktor pendidikan, pergaulan dan lingkungan. 2. Pertimbangan-Pertimbangan dalam memproses dan memutuskan sanksi
atas perkara anak antara lain faktor yuridis, faktor non yuridis. Faktor yuridis didasarkan atas fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan sedangkan Faktor non yuridis sebagai dasar pertimbangan hakim berkaitan dengan penjatuhan sanksi kepada anak nakal seperti faktor psikologis, sosiologis, filosopis, sosiologi.
3. Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Anak Setelah Berlakunya Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak di Pengadilan Negeri Medan telah berjalan dengan baik berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada 30 responden yang terdiri dari Hakim Anak yang bekerja di Pengadilan Negeri Medan.
(4)
B. Saran
Sebagai upaya untuk memperoleh keadilan bagi anak nakal yang terbentur dengan masalah hukum, maka lahirlah Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 sebagai pedoman bagi para hakim yang menangani kasus anak baik dalam memproses perkara maupun memutuskan sanksi bagi anak. Anak memiliki masa depan yang panjang. Oleh karena itu, anak perlu dibina dan ayomi karena hukuman bukanlah cara efektif membuat jera melakukan perbuatan yang melanggar hukum. Agar anak tumbuh menjadi generasi penerus yang berguna bagi orangtua, agama dan negara, untuk itu penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut :
1. Hendaknya para orangtua mengawasi pergaulan dan lingkungan anak bergaul serta lebih menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
2. Orangtua sebagai pendidik pertama dalam keluarga hendaknya memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.
3. Para penyidik yang memeriksa kasus anak hendaknya menyidik dengan cara yang sesuai dengan perkembangan psikis anak supaya anak merasa nyaman dalam memberikan penjelasan dan anak tidak merasa takut dan tertekan.
4. Para hakim yang menangani kasus anak seharusnya dalam memutuskan sanksi pada anak harus lebih mementingkan masa depan anak nantinya.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2003. Penelitian Pendidikan. Jakarta : Pustaka Aman.
Arief, Barda Nawawie. 2003.Mediasi Penal: “Penyelesaian Perkara di Luar Pengadilan”. Semarang :Pustaka Magister.
Arief, Barda Nawawie. 2005.Tujuan dan Pedoman Pemidanaan: Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana dan Perbandingan Beberapa Negara. Semarang :BP-UNDIP
Arikunto, Suharsimi. 2004.Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik Ashshofa, Burhan, Metode Penelitian Hukum.Jakarta:PT. Rineka Cipta. Astuti, Made Sadhi. 2003.Pemidanaan terhadap anak di bawah umur 16 tahun
sebagai pelaku tindak pidana oleh Hakim Pengadilan Negeri wilayah propinsi Jawa Timur.
C.S.T. Kansil.2004. Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia.Jakarta : Balai Pustaka.
Hadisuprapto, Paulus, 1996.JuvenilleDelinquency: Pemahaman dan Penanggulangan, Semarang: UNDIP.
Kusuma, Mulyana H.W. 2005. Hukum dan Hak-Hak Anak. Jakarta: CV. Rajawali.
Kartono,Kartini, 2001. Gangguan‐Gangguan Psikis.Bandung: CV. Sinar Baru. Mulyadi,Lilik. 2005. Pengadilan Anak di Indonesia,(Teori Praktek dan
Permasalahannya), Bandung: CV Mandar Maju
Moeljatno, 2002.Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta.
Nashriana. 2011.PerlindunganHukumPidana, Jakarta: Raja Grafindo Persada Nazir, Moh. 2009. Metode Penelitian.Bogor : Penerbit Ghalia Indonesia.
P.A.F. Lamintang. 2009. Dasar –dasar hukum pidana Indonesia, Bandung : Sinar Bandung.
R .Subekti dan R.Tjitrosudibio, 2003, Terjemahan Kitab Undang‐Undang Hukum Perdata, Jakarta, PT. Pradya Paramita cetakan ke 39.
Simandjuntak,B. 2000.Latar Belakang Kenakalan Remaja (Etiologi Juvenile Delinquency), Bandung: CV. Alumni.
(6)
Soetodjo, Wagiati. 2006. Hukum Pidana Anak. Bandung: PT. Refika Aditama. Solehuddin, 2003.System Sanksi dalam Hukum Pidana(ide dasar double track
system & Implementasinya). Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Supramono,Gatot. 2007.Hukum Acara Pengadilan Anak. Jakarta: Djambatan Wirjono, Prodjodikoro. 2003. Tindak-Tindak PIdana Di Indonesia. Bandung :
CV. Refika Aditama. Sumber lain :
Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak http://pusatbahasa,diknas.go.id/kbbi