PENERAPAN SANKSI PIDANA DAN TINDAKAN TERHADAP ANAK SETELAH BERLAKUNYA UU NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK (Studi Kasus Perkara No. 1623/PID.B/2010 PN Surabaya).

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum UPN ”Veteran” Jawa-Timur

 

Oleh :

GHEZA DORKAS PRISKHILIA MUSTAMU NPM 0671010019

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS HUKUM PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

SURABAYA 2010


(2)

ANAK SETELAH BERLAKUNYA UU NOMOR 3 TAHUN 1997

TENTANG PENGADILAN ANAK

(Studi Kasus No. 1623/PID.B/2010 PN Surabaya)

Disusun Oleh :

Gheza Dorkas Priskhilia Mustamu NPM. 0671010019

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian Skripsi

Menyetujui

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Subani, S.H. M.Si. Fauzul Aliwarman, S.H. M.Hum

NIP. 19510504 198303 1 001 NIP. 382 020 70221

Mengetahui

DEKAN

Hariyo Sulistiyantoro, S.H., MM. NIP. 19620625 199103 1 001


(3)

ANAK SETELAH BERLAKUNYA UU NOMOR 3 TAHUN 1997

TENTANG PENGADILAN ANAK

(Studi Kasus No. 1623/PID.B/2010 PN Surabaya)

Disusun Oleh :

Gheza Dorkas Priskhilia Mustamu NPM. 0671010019

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Univarsitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal Desember 2010

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Hariyo Sulistiyantoro, S.H. M.M (...) NIP. 19620625 199102 1 001

2. H. Sutrisno, S.H. M.Hum. (...) NIP. 19601212 1988803 1 001

3. Subani, S.H. M.Si. (...)

NIP. 19510504 198303 1 001

Mengetahui

DEKAN

Hariyo Sulistiyantoro, S.H. M.M NIP. 19620625 199102 1 001


(4)

TENTANG PENGADILAN ANAK

(Studi Kasus No. 1623/PID.B/2010 PN Surabaya)

Disusun Oleh :

Gheza Dorkas Priskhilia Mustamu NPM. 0671010019

Telah dipertahankan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum

Univarsitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur Pada Tanggal Desember 2010

Tim Penguji: Tanda Tangan

1. Hariyo Sulistiyantoro, S.H. M.M (...) NIP. 19620625 199102 1 001

2. H. Sutrisno, S.H. M.Hum. (...) NIP. 19601212 1988803 1 001

3. Subani, S.H. M.Si. (...)

NIP. 19510504 198303 1 001

Mengetahui

DEKAN

Hariyo Sulistiyantoro, S.H. M.M NIP. 19620625 199102 1 001


(5)

NPM : 0671010019

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Januari 1987

Progdi Studi : Strata Satu (S1)

Judul :

PENERAPAN SANKSI PIDANA DAN TINDAKAN TERHADAP ANAK

SETELAH BERLAKUNYA UU NOMOR 3 TAHUN 1997

TENTANG PENGADILAN ANAK

(Studi Kasus No. 1623/PID.B/2010 PN Surabaya)

ABSTRAKSI

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang. Tentang Pengadilan Anak, adanya suatu permasalahan yaitu bagaimana penerapan Sanksi Pidana (Pasal 23) dan Tindakan (Pasal 24) dan upaya untuk mengatasi masalah tersebut.

Penerapan Sanksi Pidana (Pasal 23) dan Tindakan (Pasal 24) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dapat dijatuhkan oleh hakim terhadap anak nakal, perlu adanya kerjasama dengan beberapa pihak antara lain orang tua, wali, atau orang tua asuh anak tersebut dan peran masyarakat yang berada pada lingkungan anak tersebut tinggal serta laporan penelitian dari badan pemasyarakatan yang menjadi pertimbangan hakim untuk putusan yang dijatuhkan oleh anak nakal atau anak yang sedang berkonflik dengan hukum tersebut.

Kata kunci : Anak Nakal, Pengadilan Anak.


(6)

iii 

 

skripsi. disini peneliti mengambil judul : Penerapan Sanksi Pidana dan

Tindakan Terhadap Anak Setelah Berlakunya Undang-undang Nomor 3

Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. (Studi Kasus Percobaan Pencurian

dengan Pemberatan No. 1623/Pid.B/2010 Pengadilan Negeri Surabaya)

Penyusunan skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan sesuai kurikulum yang ada di fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Disamping itu diharapkan dapat memberikan bekal peneliti tentang hal-hal yang berkaitan dengan disiplin ilmu dalam mengadakan penyusunan skripsi.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan atas bantuan, bimbingan, dan dorongan oleh beberapa pihak. Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Haryo Sulistiyantoro, S.H. M.Hum., selaku DEKAN Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, yang ramah dalam menjawab pertanyaan dari mahasiswa ataupun memberikan saran kepada mahasiswa


(7)

iv 

 

4. Bapak Subani S.H. Msi selaku Ketua Program Studi Fakultas Hukum

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, serta selaku Dosen Pembimbing Utama yang selalu memberikan kemudahan dan solusi kepada peneliti.

5. Bapak Fauzul Aliwarman, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pendamping yang

selalu memberikan dukungan, masukan dan kesabaran dalam memberikan pengarahan terhadap peneliti.

6. Bapak Nelson Pasaribu, S.H., M.H,. selaku Hakim Anak yang telah

meluangkan waktu serta ramah dalam menjawab pertanyaan dan memberikan saran kepada peneliti untuk membantu dalam proses penyusunan skripsi ini. 7. Ibu Wiwin Yulianingsih, S.H., M.Kn., serta Ibu Yana Indawati, S.H., M.Kn.,

serta Ibu Mas Anienda Tien. F, S.H., MH yang selalu bersikap fleksibel dan tidak terkesan formil kepada mahasiswa-mahasiswanya sehingga menjadi peneliti lebih terbuka dalam berkomunikasi.

8. Seluruh Bapak-Ibu Dosen program studi Ilmu Hukum yang tidak bisa peneliti

sebutkan satu-persatu.

9. Seluruh staf TU Fakultas Hukum yang sabar dan ramah dalam melayani

mahasiswanya.

10. Kedua Orang Tuaku yang tersayang, papaku Ellyas Mustamu S.H dan mamaku


(8)

 

selalu memberikan doa, bantuan, saran dan kritik, kasih sayang serta dukungan disetiap langkah yang peneliti kerjakan.

11. Bung Bernard Mustamu, S.H., kakakku Pdt. Laura Mustamu, S.Th, Bung

Yohanes Mustamu, bung Michael Mustamu, S.Sos., kak Maria Puturuhu-Mustamu D3, Kak Adel Rato-Puturuhu-Mustamu, Amd serta adekku Helena dan Gerheart yang selalu membuat peneliti lebih berfikir dewasa dalam menilai dan melakukan segala hal.

12. Aziz (iyek), Stevanus Dias, Ikey Lela, kak Mira Patiasina, kak Sherly Joseph, kak Novi Souhoka, bung Carlo Tendean, kak Marlin Yohanes, Reni Pristiyani, Adhe, Hana, Reni Barus, Yefta, kak Samuel Leksono, Indah, Amel, ivan, Adi, serta teman-teman angkatan 2006 yang tidak bisa peneliti sebutkan satu-persatu yang selalu memberikan doa, bantuan, saran dan kritik serta dukungan disetiap langkah yang peneliti kerjakan.

Peneliti menyadari bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari sempurna, karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan, sehingga skripsi ini layak dan dapat bermanfaat bagi yang memerlukan.


(9)

vi 


(10)

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI...vi

ABSTRAKSI... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1...La tar Belakang Masalah ...1

1.2...R umusan Masalah ...5

1.3...T ujuan Penelitian ...5

1.4...M anfaat Penelitian ...5

1.5...K ajian Pustaka ...6

1.6...M etode Penelitian ...18

1.7...Si stematika Penulisan ...19

BAB II Penerapan Sanksi Pidana dan Tindakan Terhadap Anak.

2.1 Penerapan Sanksi Pidana (Pasal 23) Undang-undang Nomor,-

vi 


(11)

vii 

 

BAB III Hambatan-hambatan dalam penerapan sanksi pidana dan

Tindakan Terhadap anak berdasarkan UU No. 3/1997 tentang

Pengadilan Anak.

3.1 Hambatan-hambatan dalam penerapan Sanksi Pidana

Terhadap Anak ... 42

3.2 Hambatan-hambatan dalam penerapan Tindakan Terhadap Anak ... 43

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 46

4.2 Saran-saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat “Ijin Melaksanakan Penelitian” dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik.

Lampiran 2 : Surat “Ijin Melaksanakan Penelitian” dari Pengadilan Tinggi.

Lampiran 3 : Berita Acara Perkara (BAP) Saksi No : 1623/PID.B/2010/PN.

Surabaya.

Lampiran 4 : Berita Acara Perkara (BAP) Tersangka No : 1623/PID.B/2010/PN.

Surabaya.

Lampiran 5 : Surat Dakwaan (P-29) No : 1623/PID.B/2010/PN. Surabaya.

Lampiran 6 : Surat Tuntutan (P-42) No : 1623/PID.B/2010/PN. Surabaya.

Lampiran 7 : Petikan Putusan No : 1623/PID.B/2010/PN. Surabaya.

   


(13)

Tempat/Tgl Lahir : Jakarta, 23 Januari 1987

NPM : 0671010019

Konsentrasi : Pidana

Alamat : Wiguna Regency Timur II No.23 Surabaya.

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya dengan judul : PENERAPAN

SANKSI PIDANA DAN TINDAKAN TERHADAP ANAK SETELAH

BERLAKUNYA UU NOMOR 3 TAHUN 1997

TENTANG PENGADILAN

ANAK (Studi Kasus Percobaan Pencurian dengan Pemberatan No. 1623/PID.B/2010

Pengadilan Negeri Surabaya) dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur adalah benar-benar hasil karya cipta saya sendiri, yang saya buat sesuai dengan ketentuan yang berlaku, bukan hasil jiplakan (plagiat).

Apabila dikemudian hari ternyata skripsi ini hasil jiplakan (plagiat) maka saya bersedia dituntut di depan Pengadilan dan dicabut gelar kesarjanaan (Sarjana Hukum) yang saya peroleh.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dengan penuh rasa tanggung jawab atas segala akibat hukum.

Surabaya, 14 Desember 2010 Penulis,

Gheza Dorkas Priskhilia Mustamu NPM. 0671010019

Mengetahui

KETUA PROGRAM STUDI

Subani, S.H, M.si. NIP. 19510504 198303 1 001


(14)

 

Perkembangan hukum di Indonesia, khususnya pelaksanaan Pasal 23 tentang Sanksi Pidana dan Pasal 24 tentang Tindakan dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dalam praktek di Pengadilan yang berkaitan dengan perbuatan yang melanggar hukum pasti dikenakan sanksi sesuai dengan perbuatan yang di lakukannya.

Menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 mengatakan bahwa:

Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa yang memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus memerlukan pembinaan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, sosial secara utuh, serasi, selaras, dan seimbang.1

Maka berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tersebut tampak jelas peranan anak yaitu anak merupakan bagian dari generasi muda yang meneruskan cita-cita perjuangan bangsa dan memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh sehingga dipandang penting, anak atau khususnya anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa mendapatkan hak-haknya dalam mengembangkan kreativitasnya sebagai generasi penerus Bangsa Indonesia

Tindak pidana yang dilakukan oleh seorang anak harus dilihat dan dipahami sebagai suatu gejala sosial, artinya kita tidak boleh memberikan suatu       

1


(15)

stigma (cap) atau tanda yang jelek bahwa anak itu jahat karena melakukan tindak pidana melainkan kita harus memahami dan memberikan perhatian dan kasih sayang kepada mereka. Oleh karena, itu pendekatan yuridis kepada anak yang melakukan tindak pidana hendaknya lebih mendekatkan pada pendekatan persuasive, edukatif, psikologis, yang berarti sejauh mungkin menghindari proses hukum yang semata-mata bersifat menghukum, menjatuhkan mental dan dapat pula berdampak menghambat perkembangan dan kedewasaan yang wajar dari anak.

Seorang anak seharusnya menikmati kehidupan atau menikmati masa kanak-kanaknya. Anak harus selalu dikelilingi oleh rasa yang menggembirakan dan kebahagiaan baik dalam lingkup keluarga maupun di luar keluarga. Dalam perkembangan pertumbuhan kedewasaan anak peran orang tualah yang terutama diperlukan.

Seperti halnya dalam dalam perkara No.1623/Pid.B/2010, pelaku yang melanggar hukum atau melakukan tindak pidana yang masih di bawah umur, yang bernama Suprambodo masih berumur 16 tahun telah terbukti melakukan tindak pidana “percobaan pencurian dengan pemberatan” yang terdapat dalam Pasal 365 ayat (1) dan (2) ke 1 dan 2 KUHP. Perbuatan yang dilakukan oleh Suprambodo alias mbodo itu merupakan perbuatan yang terlarang atau melanggar tindak pidana yang diatur Pasal 1 (2) sub a Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yang berbunyi: Anak yang melakukan tindak pidana.2

      

2

Undang‐undang R.I nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan  Undang‐undang 


(16)

Sanksi tindakan yang diterapkan terhadap anak yang melakukan tindak pidana, itu lebih menitikberatkan pada kesejahteraan anak itu sendiri dari pada kepentingan masyarakat secara keseluruhan. Kata “pidana” berarti hal yang “dipidanakan”, maka unsur pidana meliputi “hukuman”. Kalau kita kaitkan dengan Pasal 23 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Sanksi Pidana yang berbunyi :

(1) Pidana yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah pidana pokok dan

pidana tambahan.

(2) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah : a. Pidana penjara.

b. Pidana kurungan. c. Pidana denda, atau d. Pidana pengawasan.

(3) Selain pidana pokok sebagaimana dalam ayat 2 terhadap Anak dapat juga

dijatuhkan pidana tambahan, berupa :

a. perampasan barang-barang tertentu dan atau b. pembayaran ganti rugi.

(4) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi di atur

lebih lanjut dengan peraturan Pemerintah.3

Dengan demikian hukuman dimaknai sebagai pembalasan yang dideritakan kepada seorang anak. Dampak pengenaan hukuman terhadap anak akan sangat mampengaruhi perilaku anak dan ataupun perkembangan fisik, mental yang akan menjatuhkan anak itu sendiri sebagai generasi penerus bangsa. Lain halnya dengan Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Sanksi Tindakan, yang berbunyi :

(1) Tindakan yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal ialah : a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, dan orang tua asuh;

b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan,

dan latihan kerja.

      

3 


(17)

c. Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja.

(2) Tindakan sebagaimana dalam ayat (1) dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh Hakim.

Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 ini lebih menitikberatkan pada kesejahteraan anak. Dalam hal ini penting sekali diefektifkan suatu sanksi tindakan yang dijatuhkan kepada anak. Berbeda halnya dengan pidana, maka tindakan bertujuan melindungi masyarakat, sedangkan pidana menitikberatkan pada pengenaan sanksi pada pelaku suatu perbuatan. Walaupun demikian secara teori, sukar dibedakan, karena pidana pun sering disebut bertujuan untuk mengamankan masyarakat dan memperbaiki terpidana.

Sanksi yang berupa tindakan sangatlah efektif untuk diterapkan kepada anak yang melakukan tindak pidana dan yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) sub a, b Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dan begitu pula dalam Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 tahun 1997 Tentang Sanksi Tindakan yang mengutamakan kesejahteraan anak, untuk mengikuti pendidikan, pembinaan yang melihat masa depan anak-anak Indonesia sebagai generasi penerus bangsa.

Berdasarkan uraian yang di kemukakan pada latar belakang permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini peneliti memilih judul : “Penerapan Sanksi Pidana dan Tindakan Terhadap Anak Setelah Berlakunya Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak” (Studi kasus


(18)

Percobaan Pencurian dengan Pemberatan No. 1623/Pid.B/2010 Pengadilan Negeri Surabaya).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah yang dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana penerapan Sanksi Pidana (Pasal 23) dan Tindakan (Pasal 24)

Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dalam kasus Suprambodo?

b. Hambatan-hambatan apa yang ditemukan dalam penerapan Sanksi pidana

(Pasal 23) dan Tindakan (Pasal 24) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dalam kasus Suprambodo?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan Penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. mengetahui bagaimana pelaksanaan Pasal 23 (Sanksi Pidana) dan Pasal 24

(Sanksi Tindakan) dalam kasus Suprambodo menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak di PN Surabaya.

b. mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang terjadi dalam penanganan

penerapan Pasal 23 (Sanksi Pidana) dan Pasal 24 ( Sanksi Tindakan) dalam kasus Suprambodo menurut Undang-undang Nomor 3 tahun1997 tentang Pengadilan Anak di PN Surabaya.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan

khususnya dalam bidang ilmu hukum.

b. Penelitian ini diharapkan mendapatkan pengetahuan yang lebih jelas sejauh mana penerapan sanksi pidana dan tindakan pidana dengan adanya Undang-undang tentang Pengadilan Anak.dalam pasal 23 dan 24 Undang-undang-Undang-undang nomor 3 tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

1.5 Kajian Pustaka

Sehubungan dengan kajian penerapan sanksi pidana dan tindakan terhadap anak berdasarkan Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, maka dapat dikemukakan beberapa konsep antara lain : lahirnya UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pengertian anak, pengertian sanksi pidana, pengertian tindakan, maka pembahasannya ialah :

A. Lahirnya UU Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak

untuk menangani perkara yang tersangka/terdakwanya anak-anak, Pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat telah membentuk peraturan tentang itu yaitu Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yang disahkan pada tanggal 3 Januari 1997, dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia (R.I) Tahun 1997 No. 3 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia (R.I) No. 3668. Undang-undang ini diberlakukan satu tahun setelah diundangkan, yakni mulai berlaku pada tanggal 3 Januari 1998.


(20)

B. Pengertian Anak

Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus kita jaga karena dalam dirinya melekat harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. Dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah masa depan bangsa generasi penerus cita-cita bangsa, sehingga anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan atas perlindunagn dari tindakan kekerasan, diskriminasi serta kebebasan

Adapun beberapa pandangan yang mengatakan tentang kedewasaan anak di lihat dari segi umur, antara lain pengertian anak menurut UU No. 3 Tahun 1997, KUH Perdata, KUH Pidana, dan anak menurut hukum perburuan UU No. 12 Tahun 1998. Dan, dari beberapa pandangan tersebut mengatakan kedewasaan anak berbeda. Adapun pengertiannya sebagai berikut :

Pengertian anak sebagaimana dimaksud yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Pasal 1 ialah :

1. Anak adalah dalam orang yang perkara anak nakal telah mencapai

umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin.

2. Anak nakal adalah :

a. Anak yang melakukan tindak pidana, atau

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi

anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut oeraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat bersangkutan.4

      

4

Undang‐undang R.I nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan  Undang‐undang 


(21)

Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) yang berbunyi :

Ayat 1 : memuat batas antara belum dewasa dengan telah dewasa yaitu umur 21 (dua puluh satu) tahun, kecuali :

a. Anak yang sudah kawin sebelum umur 21 (dua puluh satu)

tahun

b. Pendewasaan (pasal 419 KUH Perdata).

Ayat 2 : menyebutkan bahwa perbuatan perkawinan yang terjadi pada seseorang belum berumur 21 (dua puluh satu) tahun, tidak mempunyai pengaruh status kedewasaannya.

Jadi, menurut Hukum Perdata yang dinamakan anak adalah mereka yang belum mencapai umur genap 21 (dua puluh satu) tahundan tidak lebih dahulu kawin.

Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 45 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUH Pidana) adalah :

Anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 (enam belas) tahun. Oleh karena itu, apabila anak yang masih dibawah umur terjerat perkara pidana hakim dapat menentukan supaya anak yang terjerat perkara pidana tersebut dapat dikembalikan kepada orang tua, atau wali, atau orang tua asuh dengan tidak dikenakan pidana, atau memerintahkannya supaya diserahkan kepada pemerintah dengan tidak dikenakan sanksi pidana.5

Pengertian anak yang terdapat dalam Undang-undang No 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan adalah :

      

5 

Kitab Undang‐undang Hukum Pidana, dilengkapi dengan Undang‐undang No. 27 Tahun 1999 


(22)

Anak boleh melakukan pernikahan apabila seorang laki-laki sudah berumur 16 Tahun sedangkan Wanita berumur 19 Tahun

Pengertian anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang berbunyi :

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 Tahun (delapan belas) termasuk anak yang masi dalam kandungan. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Beberapa pandangan di atas yang telah di uraikan secara terperinci, dapat menyimpulkan bahwa anak dikatakan masih di bawah umur atau belum dewasa yaitu anak yang masih berumur di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum kawin. Maksud dari kata belum kawin adalah anak yang tidak terikat dalam perkawinana atau pernah kawin dan kemudian cerai. Apabila anak terikat dalam suatu perkawinan, atau perkawinannya putus karena perceraian maka anak tersebut dianggap sudah dewasa meskipun umurnya belum 18 (delapan belas) tahun.

Banyak hal menurut ilmu pengetahuan atau Undang-undang mendefinisikan pengertian anak berbeda-beda yang menurut kebutuhannya masing-masing sesuai apa yang diperlukan dan batasan-batasan yang ada di dalamnya masing-masing disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.


(23)

C. Pengertian Sanksi Pidana

Anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam masyarakat bersangkutan. Mengenai sanksi hukumnya, Undang-undang Pengadilan Anak telah mengaturnya sebagaimana ditetapkan dalam BAB III dan secara garis besar sanksi tersebut ada 2 (dua) macam, dalam Pasal 22 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak berupa Pidana dan Tindakan.

Menurut Undang-undang Pengadilan Anak yang telah berlaku pada tanggal 3 Januari 1998, sanksi hukuman yang berupa pidana terdiri atas pidana pokok dan pidana tambahan. Untuk pidana pokok terdiri dari 4 (empat) macam sebagaimana telah ditetapkan Pasal 23 ayat (2) dan sanksi pidana tambahan terdiri dari 2 (dua) macam dalam Pasal 23 (3) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yaitu :

a. Pidana Pokok :

1. Pidana Penjara.

2. Pidana Kurungan.

3. Pidana Denda.

4. Pidana Pengawasan.

Pidana Penjara :

Pidana Penjara yang dijatuhkan kepada anak dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.ketentuan ini hanya


(24)

berlaku terhadap terdakwa anak yang umurnya 12 Tahun sampai dengan berumur belum genap 18 Tahun yang tidak melakukan perbuatan pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, misalnya tindak pidana pencurian atau pemerasan, maka hukuman yang dapat dijatuhkan maksimal adalah setengah dari maksimal ancaman pidana yang telah ditetapkan oleh pasal-pasal tersebut.

Ancaman maksimal tindak pidana pencurian sebagaimana Pasal 362 KUHP adalah 5 (lima) Tahun, dan tindak pidana pemerasan Pasal 368 KUHP maksimal 9 (sembilan) Tahun, masing-masing ancaman hukuman tersebut adalah untuk orang dewasa. Untuk perkara anak sesuai Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, maka ancaman Pasal 362 KUHP maksimal pidana penjara selama 2 (dua) Tahun 6 (enam) Bulan, dan untuk Pasal 368 KUHP ancaman hukumnya maksimal pidananya selama 5 (lima) Tahun 6 (enam) bulan.6

Pidana Kurungan :

Pasal 27 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, menyebutkan pidana kurungan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal sebagaimana dimaksud Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana kurungan bagi orang dewasa.7

        

7

Supramono Gatot, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Intan sejati Klanten,  Jakarta, 


(25)

Pidana Denda :

Pasal 28 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menyebutkan, pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal paling banyak ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa. Undang-undang Pengadilan Anak tidak mengenal hukuman pengganti dengan berupa kurungan, akan tetapi wajib latihan kerja sebagai pengganti pidana denda sekaligus untuk mendidik anak bersangkutan memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya.

Namun dalam Pasal 28 ayat (3) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menyebutkan bahwa wajib latihan kerja paling lama 90 (sembilan puluh) hari dan lama latihan kerja tidak boleh lebih dari empat jam sehari serta tidak dilakukan malam hari.8

Pidana Pengawasan :

Dari ke 4 (empat) macam pidana pokok dalam Undang-undang Pengadilan Anak, pidana pengawasan merupakan jenis pidana baru yang khusus untuk terpidana anak. Yang dimaksud dengan pidana pengawasan adalah pidana yang khusus dikenakan untuk anak, yakni pengawasan yang dilakukan oleh kejaksaan terhadap perilaku anak dalam kehidupan sehari-hari dirumah anak tersebut, dan pemberian bimbingan yang dilakukan oleh pembimbing kemasyarakatan.

      

8 


(26)

Pasal 30 ayat (1) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak telah menentukan maksimal dan minimal hukuman itu. Hakim dapat menjatuhkan hukuman pidana pengawasan paling lama 2 (dua) Tahun dan paling singkat 3 (tiga) bulan. Selama menjalani hukuman pidana pengawasan, jaksa harus mendatangi rumah terpidana untuk melakukan pengawasan, dengan demikian pula pembimbing kemasyarakatan yang bertugas melakukan bimbingan terhadap terpidana.

Jadi, pidana pengawasan, bukan berupa penjara atau pidana kurungan yang dilaksanakan dirumah terpidana selama beberapa waktu yang ditetapkan oleh putusan pengadilan.9

Pidana Tambahan :

1. Perampasan barang-barang tertentu. 2. Pembayaran ganti rugi.

Perampasan barang-barang tertentu.

Pidana tambahan berupa perampasan barang-barang tertentu, Undang-undang tidak memberikan penjelasan barang-barang apa saja yang dapat dirampas. Dalam KUHAP, barang-barang yang dapat dirampas adalah barng-barang bukti yang di muka persidangan. Barang-barang bukti tersebut berasal dari hasil penyitaan yang dilakukan oleh penyidik karena barang-barang itu ada hubungannya dengan perkara pidana.

      

9 

Supramono Gatot, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Intan sejati Klanten,  Jakarta,     


(27)

Barang-barang yang dirampas ada tujuannya, yaitu dirampas untuk kepentingan negara atau dirampas untuk dimusnahkan. dalam praktek tidak ada Hakim yang memutus perkara pidana dengan menetapkan suatu barang bukti untuk dirampas (saja), pasti ada kepentingannya sebagaimana dimaksud. Apabila bukan barang bukti yang nyata-nyata diajuhkan di persidangan, hakim tidak mungkin menetapkan tindakan perampasan barang.

Pembayaran Ganti Rugi

Tentang pidana tambahan ganti rugi ini yang dimaksudkan oleh Undang-undang ternyata tidak ada penjelasannya, namun dalam BAB XIII KUHAP memang dikenal adanya penggabungan perkara gugatan gati kerugian. Gugatan ganti kerugian ini diajuhkan ketika perkara pidananya sedang diperiksa. Paling lambat sebelum penuntut umum mengajuhkan tuntutan pidana.

Apabila ketentuan penggabungan perkara gugatan ganti kerugian tersebut merupakan dasar untuk menjatuhkan pidana tambahan tentang pembayaran ganti rugi, adalah tidak tepat karena pidana tambahan itu ada bukan dikarenakan atas gugatan kerugian. Tanpa adanya gugatan atau sekalipun tanpa dituntut oleh penuntut umum, pidana tambahan tetap dapat dijatuhkan oleh hakim, kalau hakim memang melihat ada kerugian yang harus dibayar oleh terdakwa.10

      

10

Supramono Gatot, Hukum Acara Pengadilan Anak, Djambatan, Intan sejati Klanten,  Jakarta,     


(28)

Namun, apabila dibandingkan dengan ketentuan Pasal 10 KUHP, dapat dilihat bahwa hukuman pokok ada 4 (empat) macam, sedangkan hukuman tambahan ada 2 macam, yaitu :

a. Pidana pokok terdiri dari :

1. Pidana mati.

2. Pidana penjara.

3. Pidana kurungan.

4. Pidana denda.

Penjatuhan salah-satu jenis pidana pokok itu bersifat keharusan (imperatif), sedangkan penjatuhan pidana tambahan bersifat fakultatif. Pada penjatuhan jenis pidana pokok tidak harus menjatuhkan jenis pidana tambahan, tetapi menjatuhkan jenis pidana tambahan tidak boleh tanpa menjatuhkan jenis pidana pokok.

Namun, bila dibandingkan dengan Hukuman Pokok dan Hukuman Tambahan yang terdapat di Undang-undang Pengadilan Anak, tidak menghendaki seorang anak nakal dijatuhkan pidana pokok yang berupa pidana mati yang terdapat di Pasal 10 KUHP. Sebagaimana diketahui dalam memeriksa dan mengadili perkara anak, harus memperhatikan kepentingan anak. Anak merupakan generasi muda yang berpotensi sebagai penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan perkembangan fisik dan mentalnya. Oleh karena itu, kalau seorang anak dijatuhi hukuman mati nantinya tidak mungkin terpidana akan mendapat pembinaan ke masa depan dan


(29)

tidak mungkin akan memperbaiki dirinya dari kesalahan yang telah lalu. Demikin pula dengan pidana seumur hidup, Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak tidak menginginkannya sama sekali.

Pidana mati adalah pidana yang paling berat, karena pidana ini dalam pelaksanaannya sangat berat berupa penyerahan terhadap hak hidup bagi manusia yang sesungguhnya hak ini berada di tangan Tuhan, manusia tidak ada wewenang untuk menghilangkan nyawa seseorang meskipun seseorang tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku atau hukum yang berlaku yang tercantum dalam Undang-undang maupun peraturan hukum lainnya.

Menurut Pasal 11 KUH Pidana, pidana mati dijalankan dengan cara menjerat tali yang terikat di tiang gantungan pada leher terpidana, namun setelah adanya Undang-undang Nomor 5 tahun 1969 tentang pelaksanaan Pidana Mati yang menetapkan bahwa pidana mati dijalankan dengan menembak mati terpidana.

Pidana penjara adalah bentuk pidana yang kehilangan kemerdekaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa pidana penjara pada orang dewasa ini merupakan bentuk utama dan umum dari pidana kehilangan kemerdekaan. Batas dari pidana penjara adalah seumur hidup atau selama waktu tertentu, pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek adalah satu hari dan paling lama lima belas tahun. Penjara seumur hidup hanya tercantum dimana ada ancaman pidana mati ( pidana mati atau seumur hidup atau pidana penjara dua


(30)

puluh tahun), seperti yang tercantum pada pasal 12 ayat (1), (2), dan (3) KUH Pidana.

Namun pengertian pidana kurungan adalah sama dengan pidana penjara yaitu sama berupa pidana yang hilang kemerdekaannya, tapi disini pidana kurungan lebih ringan sifatnya dari pada pidana penjara, dan pidana penjara merupakan delikyang tidak menyangkut kejahatan kesusilaan dan beberapa kesengajaan. Melihat jangka waktu kurungan yaitu kurungan paling sedikit satu hari dan paling lama satu tahun, seperti yang tercantum di dalam Pasal 18 ayat (1) KUH Pidana.

Sehubungan dengan Pasal 26 ayat (2) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 menetapkan bahwa anak nakal yang melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak tersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun.

b. Sedangkan pidana tambahan, terdiri dari :

1. Pidana pencabutan hak-hak tertentu. 2. Pidana perampasan tertentu.

3. Pidana pengumuman keputusan hakim.

Perbandingan pidana di atas, Undang-undang Pengadilan Anak tidak menghendaki adanya ketentuan pencabutan hak yang dimiliki seorang anak. Pada umumnya anak pekerjaannya atau kegiatannya adalah sekolah, kalau ini merupakan hak seorang anak, maka kalau ada anak terlibat kejahatan dan kemudian oleh hakim dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan hak untuk menjadi siswa sekolah, malah


(31)

nantinya hukuman ini mengakibatkan keadaan buruk bagi anak yang bersangkutan. Anak yang dicabut haknya sebagai siswa sekolah, akibatnya praktis tidak dapat sekolah. Ia dikeluarkan sekolah dan tidak dapat masuk sekolah lagi akibat selanjutnya ia menjadi frustasi dan menjadi anak yang bodoh. Hal demikian tidak sejalan dengan tujuan negara yang hendak mencerdaskan kehidupan bangsa. Pada hal anak nakal meskipun dijatuhi hukuman pidana, masih mungkin untuk memperbaiki dirinya dan meneruskan sekolah serta masih dapat diharapkan untuk menyumbangkan tenaga dan pikirannya bagi bangsa dan negara.

Mengenai hukuman Pidana Tambahan yang terdapat dalam Pasal 10 KUHP sama halnya seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, pidana pencabutan hak-hak tertentu yang dalam Undang-undang hanya memberikan kepada negara wewenang (melalui alat atau lembaga) untuk melakukan pencabutan hak tertentu saja. menurut Pasal 35 ayat (1) KUH Pidana, hak-hak yang dapat dicabut tersebut adalah l;

a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu. b. Hak menjalankan jabatan dalam angkatan bersenjata/TNI.

c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan

berdasarkan aturan-aturan umum.

d. Hak menjadi penasehat hukum atau pengurus atas penetapan

pengadilan, hak menjadi wali, wali pengawas, pengampu atau pengampu pengawas atas anak yang bukan anaknya sendiri.


(32)

e. Hak menjalankan kekuasaan Bapak, menjalankan perwalian atau pengampunan atas anak sendiri.

Menurut Andi Hamza adalah

Pidana perampasan barang tertentu merupakan pidana perampasan harta kekayaan, seperti juga halnya dengan pidana denda. Ada dua macam barang yang dapat dirampas yaitu :

a. Barang-barang yang didapat karena kejahatan.

b. Barang-barang yang denga sengaja digunakan dalam melakukan

kejahatan.

Mengenai hukuman Pidana Tambahan yang terdapat dalam Pasal 10 KUHP sama halnya seperti yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak. Disini adanya perbandingan. Antara Undang-undang Pengadilan Anak sama dengan yang ada di KUHP yaitu mengenai pidana mati, selebihnya tidak ada perbandingan lainnya.

Dengan adanya pembedaan-pembedaan sanksi pidana dalam Pasal 23 mengenai pidana pokok dan pidana tambahan menurut Undang-undang Nomor 3 tahun 1997, maka dibedakan pula antara sanksi-sanksi yang dikenakan setelah pada putusan pengadilan dengan sanksi-sanksi yang diluar peradilan. Sanksi-sanksi diluar peradilan sebagian didasarkan pada hukum walaupun tidak dianggap sanksi-sanksi, selain itu doktrin mengakui dikenakan sanksi-sanksi diluar peradilan bukan Undang-undang, maka hal tersebut tidak melanggar hukum yang dapat dikenakan hanya apabila si pelaku menyetujuinya.


(33)

Menurut Made Sadhi Astuti dapat disimpulkan bahwa pidana mengandung unsur-unsur antara lain :

a. Pengenaan atau pemberian penderitaan atau nestapa yang tidak

enak dirasakan atau yang tidak menyenangkan.

b. Diberikan dengan sengaja oleh penguasa atau instansi yang

berkuasa, dan

c. Dibebankan atau ditempatkan kepada seseorang yang

dipersalahkan melakukan tindak pidana menurut ketentuan Undang-undang.

Berdasarkan uraian ini maka pidana merupakan suatu penderitaan yang dikenakan negara kepada seseorang yang telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh Undang-undang.

D. Pengertian Tindakan

Sering dikatakan berbeda dengan pidana, maka tindakan bertujuan melindungi masyarakat, sedangkan pidana bertitik berat pada pengenaan sanksi kepada pelaku yang melakukan suatu perbuatan tindak pidana. Tetapi secara teori, sukar dibedakan secara demikian karena pidana pun sering disebut bertujuan untuk mengamankan masyarakat dan memperbaiki terpidana. Jadi sanksi pidana itu menitik-beratkan penjatuhan hukuman daripada pendidikan dan pembinaan terhadap anak nakal, sedangkan sanksi tindakan itu menitik-beratkan pendidikan dan pembinaan daripada hukumannya.


(34)

Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tersebut ditentukan mengenai sanksi tindakan yang dapat dijatuhkan oleh hakim terhadap anak nakal yang telah terbukti bersalah yaitu :

a. Tindakan yang dijatuhkan kepada anak nakal ialah :

1. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh.

2. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan,

pembinaan dan latihan kerja.

3. Menyerahkan kepada departemen sosial atau organisasi sosial

kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja.

b. Tindakan sebagaimana diatur dalam ayat 1, dapat disertai dengan

teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim.

Pada prinsipnya Pendidikan, Pembinaan, dan Latihan kerja diselenggarakan oleh Pemerintah di lembaga Pemasyarakatan Anak atau Departemen Sosial, tetapi dalam kepentingan menghendaki hakim menetapkan anak yang bersangkutan diserahkan kepada organisasi sosial kemasyarakatan, seperti pesantren, panti sosial, dan lembaga sosial lainnya dengan memperhatikan agama anak yang bersangkutan.

Yang dimaksud dengan “teguran” adalah peringatan dari hakim baik secara langsung terhadap anak yang dijatuhi tindakan maupun secara tidak langsung melalui orang tua, wali, atau orang tua asuhnya agar anak tersebut tidak mengulangi perbuatan yang mengakibatkan ia dijatuhi tindakan. Namun, yang dimaksud dengan “Syarat


(35)

Tambahan”pengertiannya ialah misalnya kewajiban untuk melapor secara periodik kepada pembimbing kemasyarakatan.

1.6 Metode Penelitian Hukum

Dalam meneliti dan membahas permasalahan, maka penulis menggunakan penelitian sebagai berikut :

A. Penelitian Kepustakaan

Yaitu, suatu bentuk penelitian dengan cara membaca buku ilmiah, peraturan perundang-undangan, yang kesemuanya itu ada hubungannya dengan masalah yang penulis kemukakan dalam skripsi ini sebagai data sekunder.

B. Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan menggunakan metode teknik pengumpulan data-data sebagai berikut :

a. Interview/ Wawancara

Yaitu, tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam skripsi ini.

b. Dokumentasi

Yaitu, pengumpulan data-data sekunder berupa data yang terdapat pada obyek penelitian.

C. Analisa Data

Dalam menganalisa data yang diperoleh sekunder, penulis menggunakan metode deskriptif analitis yaitu dengan menggambarkan atau melukiskan segala faktor yang dihadapi, kemudian dianalisi secara yuridis empiris, sehingga bisa ditarik kesimpulan.


(36)

1.7 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran apa saja yang menjadi isi dari penulisan ini secara garis besarnya, maka penukis merasa perlu untuk mengemukakan sistematika sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Menguraikan latar belakang permasalahan, perumusan masalah yang akan dijadikan materi dalam penulisan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II : Penerapan Sanksi Pidana terhadap anak menurut Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak. Bab ini menjadi 3 bagian sub-bab. Sub-bab yang pertama mengenai data-data anak yang sedang berkonflik dengan hukum yang berasal dari Pengadilan Negeri Surabaya mulai bulan Januari 2010 sampai bulan Juli 2010. Sub-bab yang kedua tentang pelaksanaan sanksi pidana kasus Percobaan Pencurian Dengan Pemberatan No.1623/Pid.B/2010 di Pengadilan Negeri Surabaya. sedangkan sub-bab ketiga pelaksanaan sanksi tindakan kasus Percobaan Pencurian Dengan Pemberatan No.1623/Pid.B/2010 di Pengadilan Negeri Surabaya


(37)

BAB III : Mengemukakan tentang apa saja hambatan - hambatan dalam penerapan sanksi pidana dan tindakan dalam kasus No.1623/Pid.B/2010 di PN Surabaya.


(38)

24 

 

undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak oleh hakim terhadap anak yang sedang berkonflik dengan hukum, masih cenderung lebih banyak penjatuhan sanksi pidananya terhadap anak nakal. Hakim sebelum menjatuhkan suatu putusan sudah mempertimbangkan apa yang sepantasnya diberikan kepada anak yang sedang berkonflik dengan hukm.

Pertimbangan hakim sebelum memberikan putusan terhadap anak yang sedang berkonflik dengan hukum antara lain hakim dapat mempertimbangkan hasil laporan penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan, kemudian hakim juga mempertimbangkan hal-hal yang meringankan dan hal-hal yang memberatkan dari anak yang sedang berkonflik dengan hukum tersebut. Misalnya hal-hal yang meringankan tersebut antara lain terdakwa sopan dipersidangan dan mengakui terus terang atas perbuatannya hal-hal yang memberatkan antara lain terdakwa sudah pernah dihukum dan perbuatan terdakwa sangat merugikan atau meresahkan orang lain.

Data-data mengenai anak yang melakukan tindak pidana atau anak yang sedang berkonflik dengan hukum dan dijatuhi hukuman sanksi pidana (Pasal 23) maupun tindakan (Pasal 24) menurut Undang-undang tentang Pengadilan Anak yang penulis dapatkan terhitung mulai bulan Januari 2010 sampai dengan bulan Juli 2010 di Pengadilan Negeri Surabaya, sebagai berikut :


(39)

DAFTAR PERKARA PIDANA BIASA ANAK - ANAK

TAHUN 2010

NOMOR PERKARA NAMA TERDAKWA TANGGAL TANGGAL

NO PASAL PELANGGARAN ALAMAT TERDAKWA TUNTUTAN PUTUSAN

No. : 23/Pid.B/2010 OKKY DAMAYANTI 02/08/2010 02/08/2010

Pasal : 336 KUHP Jl. Kedinding Lor 8 Bulan 5 Bulan

1

gg Delima Percobaan

No.36 Surabaya

No. : 63/Pid.B/2010 ALNUR ROZY 02/01/2010 02/01/2010

Pasal : 335 ayat (1) Jl.Sidotopo lor 2 F 3Bulan 15Hari 6 Bulan 2

dan (2) KUHP Surabaya

No. : 63/Pid.B/2010 YUNATA YOGA TURWANA 02/01/2010 02/01/2010 Pasal : 335 ayat (1) Jl. Rangka buntung gg I 3Bulan 6 Bulan 3

dan (2) KUHP No. 14 Surabaya 15Hari

No. : 119/Pid.B/2010 YULIANTONI PRABOWO 02/08/2010 02/08/2010 Pasal : 365 (2) KUHP Jl. Balongsari gg sentong 7 Bulan 5 Bulan 4

no. 31 tandes Surabaya

No. :171/Pid.B/2010 NUR FITRIANI 02/08/2010 02/08/2010

Pasal : 378 KUHP Jl. Jemurwonosari 7Bulan 5 Bulan

5

gg lor 144 Surabaya

No. : 186/Pid.B/2010 MOCH.SHOLEH HUTDIN 02/09/2010 02/09/2010

Pasal : 170 Jl. Banyu urip jaya 5 Bulan 4 Bulan

6

ayat (1) KUHP No. 81A Surabaya

No. : 203/Pid.B/2010 SAMSUL 24/2/2010 24/2/2010

Pasal : 170 Jl. Klakahrejo gg II Percobaan

ayat (1) KUHP benowo Surabaya 1 tahun 6 bulan

Denda Denda

Rp.1.000.000 Rp.500.000

7

sub 3 Bulan sub 3 Bulan

No. : 257/Pid.B/2010 EMI SUSANTI 02/08/2010 02/08/2010

Pasal : 362 KUHP Jl. Rembang utara 4 Bulan 2 Bulan

8

no. 61 Surabaya

No. : 277/Pid.B/2010 GILANG ARYA PUTRA 02/10/2010 02/10/2010

Pasal : 368 KUHP Jl. Dupak lama 7 Bulan 7 Bulan

9

Jo pasal 55 gg buntu no 21

ayat (1) KUHP Surabaya

No. :296/Pid.B/2010 STEMI 02/11/2010 02/11/2010

10

Pasal : 363 /Pid.B/2010 Jl. Banjarsugihan 10 Bulan 3 Bulan

ayat(1) KUHP Kec Tandes Surabaya

No. : 296/Pid.B/2010 ARMAN TIDORE 02/11/2010 02/11/2010

11

Pasal : 363 Jl. Pulau Buru 10 Bulan 3 Bulan

ayat(1) KUHP Namlea Ambon

No. : 356 /Pid.B/2010 SLAMET HARIYADI 18/2/2010 18/2.2010

12

Pasal:365 Jl. Gadel Gg Masjid Surabaya 9 Bulan 7 Bulan

ayat(2) ke-2 KUHP

No. : 367/Pid.B/2010 JAKCSON PAMUNGKAS 22/2/2010 22/2/2010 13

Pasal:363 ayat(1) Jl. Panjang Jiwo Gg IX 7 Bulan 3 Bulan


(40)

No. : 367/Pid.B/2010 MOH.HANAFI 22/2/2010 22/2/2010 Pasal : 363 ayat(1) Jl. Panjang jiwo Surabaya 7 Bulan 3 Bulan 14

ke-3,4,5 KUHP 15 Hari

No. : 371/Pid.B/2010 AMIN 18/2/2010 18/2/2010

Pasal : 170 ayat (2) Jl. Tambak wedi lama gg V 6 Bulan 3 Bulan 15

ke-1 KUHP No 2 Surabaya 15 Hari

No. : 371/Pid.B/2010 MOCHAMAD YUNUS 18/2/2010 18/2/2010

Pasal : 170 ayat (2) Jl. Tambak wedi lama gg I 6 Bulan 3 Bulan 16

ke-1 KUHP Surabaya 15 Hari

No. : 371/Pid.B/2010 MOHAMAD RIZAL 18/2/2010 18/2/2010

Pasal : 170 ayat (2) Jl. Tambak wedi 6 Bulan 3 Bulan

17

ke-1 KUHP gg V Surabaya 15 Hari

No. : 390/Pid.B/2010 ACHMAD ARI KAFIN 16/2/2010 16/2/2010

Pasal : 63 ayat (1) Jl. Kedinding indah 4 Bulan 3 Bulan 18

Ke-3,4 KUHP no 22 surabaya 15 Hari

No. : 428/Pid.B/2010 SARITA MAWARNI 24/2/2010 24/2/2010

Pasal : 310 Jl. Sisingamangaraja 12 / 2 6 Bulan 4 Bulan

ayat (4) UU RI Surabaya Percobaan Percobaan

19

no 22 thn 2009 1 Tahun 8 Bulan

No.: 523Pid.B/2010 RENDY ALPIN 03/10/2010 17/3/2010

Pasal : 3 Jl. Bagong tambangan 5 A 4 Tahun 2 Tahun

ayat (1) UU RI Surabaya Denda Denda

No 35 / 2009 Rp.800.000.000 Rp.800.000.000

20

Sub 3 Bulan Sub 3 Bulan

No. : 604/Pid,B/2010 MOHAMMAD ROSUL 25/3/2010 25/3/2010

Pasal : 363 Jl. Jati purwo gg V 4 Bulan 3 Bulan

21

ayat (1) Ke-4 KUHP no 10 Surabaya 15 Hari

No. : 611/Pid.B/2010 JOKO SATOSO 17/3/2010 04/06/2010

Pasal : 310 Jlo. Dupak masigit 6 Bulan 6 Bulan

ayat (4) UU RI gg 6 / 22 Surabaya Percobaan Percobaan

22

No 22 tahun 2009 1 Tahun 1 Tahun

No. : 658/Pid.B/2010 RACHMAD HIDAYAT 25/3/2010 25/3/2010

Pasal : 365 Jl. Joyoboyo Trem 1 Tahun 1Tahun

23

ayat 1.2.3 KUHP Surabaya T-4 6 Bulan 6Bulan

No. : 661/Pid.B/2010 MOCHAMAD ALI 17/3/2010 17/3/2010

Pasal 170 Jl. Sumber mulyo 4Bulan 2 Bulan

24

ayat (1) KUHP gg VI no 3 Surabaya

No. : 696/Pid.B/2010 FANDI HIDAYAT 29/3/2010 04/05/2010

Pasal : 365 Jl. Tambak grising 10 Bulan 5 Bulan

25

Ayat (2) ke 2 KUHP gg II no 5 Surabaya

No. : 725/Pid.B/2010 ENGKEL ARIYAWAN 04/05/2010 04/05/2010

Pasal : 363 Ds Sendang Wanga Genen 5 Bulan 3 Bulan

26

ayat (1) Ke-4 KUHP Banjarejo Blora 15 Bulan 15 Hari

No. : 725/Pid.B/2010 MUHAMMAD ALI 04/05/2010 04/05/2010

Pasal : 363 Ds. Sendang Wanga Genen 5 Bulan 5 Bulan

27

ayat (1) Ke-4 KUHP Banjarejo Blora

No. : 728 /Pid.B/2010 RACHMAD HIDAYAT 22/4/2010 22/4/2010

Pasal : 362 KUHP Jl. JoyoboyoTrem 7 Bulan 5 Bulan

28


(41)

No. : 776/Pid.B/2010 FEBRY TRI YAHANDO 28/4/2010 28/4/2010 Pasal : 170 Jl. Mlrto 1-24 B Surabaya 10 Bulan 7 Bulan 29

Ayat(1) KUHP

No. : 797/Pid.B/2010 SUMARNO 04/07/2010 22/3/2010

Pasal : 363 Jl. Simokalangan Baru 6 Bulan 4 Bula

30

Ayat(1) Ke-4 KUHP Gg I/18 Surabaya

No. : 829/Pid.B/2010 KASTINI 04/01/2010 04/01/2010

Psasal : 363 Ds. Peterongan 6 Bulan 3 Bulan

31

Ayat(1) Ke-3 KUHP Ds. Wonokerto Kab. Blora 15 Hari No. : 929/Pid.B/2010 MUHAMAD MUSTAKIM 15/4/2010 15/4/2010 Pasal : 12 Ayat(1) Jl. Dukuh Pakes Gg V 4 Tahun 4 Tahun

Jo. Pasal 132 No14 Kec. Surabaya Denda Denda

Ayat(1) UURI Rp.800.000.000 Rp.800.000.000

32

No 35 Tahun 2009 Sub. 3Bulan Sub 1 Bulan

No. : 963/Pid.B/2010 HUSIN JABAL 19/4/2010 19/4/2010

Pasal : 362 KUHP Jl. Bagirian Gg V 3 Bulan 2 Bulan

33

No. 17 Surabaya

34 No. : 970/Pid.B/2010 TITUS WAHYU FEBRIYANTO 22/4/2010 22/4/2010 Pasal : 363 Jl. Kedurus Pasar Surabaya 10 Bulan 6 Bulan

Ayat (1) Ke-3 KUHP

No. : 979/Pid.B/2010 MUHAMMAD ISA 19/4/2010 19/4/2010

Pasal : 365 Jl. Rejosari RT 3/RW 3 7 Bulan 4 Bulan

35

Ayat(2) Ke-2 KUHP Benowo Surabaya

No. : 983/Pid.B/2010 ANASRULLAH Pasal : 144 Jl. Tubanraya Ayat(1) UURI No. 35 No. 48 Surabaya 36

Tahun 2009

- -

No. : 984/Pid.B/2010 SAMSUL ARIFIN 22/4/2010 22/4/2010

Pasal : 114 Jl. Kalianak Timu 5 Tahun 5 Tahun

Ayat(1) UURI No. 35 r Gg Lebar No. 26 Surabaya Denda Denda

Tahun 2009 Rp.800.000.000 Rp.800.000.000

37

sub 3 Bulan Sub 3 Bulan

No. : 1003/Pid.B/2010 Boy Frendy 05/10/2010 20/5/2010

Pasal : 170 Jl. Simo Kwagean kuburan 4 Bulan Di Kembalikan

Ayat(1) KUHP Gg Buntu KidulNo. 27 B Kepada

38

Surabaya Orang Tua

No. : 1018/Pid.B/2010 ARIK SETIAWAN Pasal : 363 Jl. Bronggalan Sawah 39

Ayat(1) Ke-3,4,5 KUHP 5 Baru Tengah Surabaya

- -

No. : 1025/Pid.B/2010 SUPRASETYO

Pasal : 363 Jl. Simogunung Keramat Selatan 40

Ayat (1) Ke- 3,4,5KUHP No 42Surabaya

- -

No. : 1031/Pid.B/2010 KEVIN PIETHER FERNANDO 28/4/2010 28/4/2010

Pasal : 170 Jl. Ciptamenanggal 3Bulan 1 Bulan

41

ayat (1) KUHP Blok 16 H No 1 Surabaya 15Hari 15 Hari

No. : 1043/Pid.B/2010 ARIK SETIAWAN 05/05/2010 05/05/2010

Pasal : 365 Jl. Bronggalan Sawah V 8 Bulan 6 Bulan

42


(42)

No : 1127Pid.B/2010 ABDUS SOMAD 17/5/2010 17/5/2010

Pasal :363 Jl. Kedinding Baru 7Bulan ]3 Bulan

43

Ayat (1) Ke-3,4,5 KUHP gg Anggur B Surabaya 15 Hari

No. : 1144/Pid.B/2010 IMAM ROMADHONA 05/03/2010 05/03/2010 Pasal : 363 Jl. Jetis Wetan No 77 Surabaya 3Bulan 1 Bulan 44

Ayat (1) Ke-4 KUHP 15 Hari

No. : 1148/Pid.B/2010 ADITYA PRAMASATYA 27/5/2010 27/5/2010

Pasal : 363 Jl. Bratang Gede 5 Bulan 3Bulan

45

Ayat (1) ke 4 KUHP gg 5No 40 Surabaya 15 Hari

No. : 1170/Pid,B/2010 BUDI SUHARTONO Pasal : 303 Jl.Dusun Joho Rt 01 Rw 02 46

Ayat (1) Ke-2 KUHP Kab Rembang

- -

No. : 1181/Pid.B/2010 DANIEL EKO FERNANDO 05/05/2010 05/05/2010 Pasal :362 KUHP Jl. Tambak Gringsing Baru 9 Bulan 6 Bulan 47

Blok Gg II/12 Surabaya

No. : 1188/Pid.B/2010 EKA ARDHIANA NURMEI Pasal : 363 Desa Pamohan RT.04 48

Ayat(1) Ke-3 KUHP No.2 Surabaya

- -

No. : 1193/Pid.B/2010 MEI DEANIS MAYASARI Pasal : 340 KUHP Jl. Dsn. Srimulyo Jo. Pasal RT 24/2 Dampit Malang 49

55 Ayat(1) KUHP

- -

No. : 1193/Pid.B/2010 HIKMAD MAULIDIA Pasal : 340KUHP Jl. Tuwono

Jo Pasal 55 Gg I No 31 Surabaya 50

Ayat(1) KUHP

- -

No. : 1278/Pid.B/2010 ABDUL RASYID 25/5/2010 25/5/2010

Pasal : 363 Jl. Sawah Pulo Timur Lapangan 1,5 Tahun 1 Tahun 51

Ayat(1) Ke-4 KUHP Gg 1 Sby

No. :1321/Pid.B/2010 FAIZAL ROHMAN ARIF Pasal :363 Jl. Jetis Rono Timur 52

Ayat(1) Ke-4 KUHP Gg I No2 Surabaya

- -

No. : 1381 ACHMAD FATONI 17/6/2010 17/6/2010

Pasal : 351 Jl. Sukomanunggal

53

Ayat(2) KUHP Gg V No. 15 A Sby 10 Bulan 10 Bulan

No. : 1424/Pid.B/2010 MOHAMMAD KHOIRUL ANAM 06/07/2010 06/07/2010

Pasal : 2 Ds. Kempreng 3 Bulan 2 Bulan

Ayat(1) UU.Darurat No. 12 Sidoarjo

54

No. 12/1951

No. : 1424/Pid.B/2010 AREZ STEVANO 06/07/2010 06/07/2010

Pasal : 362 KUHP Jl. Buntung 3 Bulan 2 Bulan

55

6 No. 150 Makassar

No. : 1443/Pid.B/2010 ACHMAD FATONI Pasal : 378 KUHP Jl. Sukomanunggal 56

Gg V/14A Surabaya

- -

No. : 1456/Pid.B/2010 ANGGA SANTIKO AJI 24/6/2010 30/6/2010 57


(43)

Ayat(1) UU No. 28 Surabaya

No. 23/2002 Tentang

Perlindungan Anak

No. : 1501/Pid.B/2010 SENDYA ROBBY Pasal : 170 Jl. Simo Gunung Barat 58

Ayat(2) Ke-1 KUHP III-A/26 Surabaya

- -

No. : 1501/Pid.B/2010 DENI SANTOSO Pasal : 170 Jl. Raya Lontar 59

Ayat(2) Ke-1 KUHP No.226 Surabaya

- -

No. : 1501/Pid.B/2010 AJI UTOMO Pasal : 170 Jl. SimoGunung Bara 60

Ayat(2) Ke-1 KUHP t Gg III-A No. 10 Sby

- -

No. : 1501/Pid.B/2010 EKO PRASETYO Pasal : 170 Jl. SimoGunung Barat 61

Ayat(2) Ke-1 KUHP Gg III No. 5 Sby

- -

No. : 1501/Pid.B/2010 PUTU RICKY STIVANUS ASTIRA Pasal : 170 Jl. SimoGunung Barat

62

Ayat(2) Ke-1 KUHP Gg III-A No. 10 Sby

- -

No. : 1505/Pid.B/2010 ARYA HENDRANATA 15/6/2010 15/6/2010

Pasal : 2 Ds. Kemangsen Sirapan 3 Bulan 6 Bulan

Ayat(1) UU.Darurat RT12 RW 5 Sda

63

No. 12 Tahun 1951

No. : 1524/Pid.B/2010 SATRIA AGUNG MAIPURA 16/6/2010 16/6/2010

Pasal : 362 KUHP Jl. Pacarkeling Gg I 7 Bulan 4 Bulan

64

No. 14 Surabaya

No. : 1548/Pid.B/2010 MOCHAMMAD FARHAN 22/6/2010 22/6/2010

Pasal : 363 Jl. Tanjung Batu 10 Bulan 6 Bulan

Ayat(1) Ke-3 dan 4 No. 69 Surabaya

65

KUHP

No. : 1548/Pid.B/2010 HARIS SETIAWAN 22/6/2010 22/6/2010

Pasal : 363 Jl. TanjungKarang 10 Bulan 6 Bulan

Ayat(1) Ke-3 dan 4 Baru 39 Surabaya

66

KUHP

No. : 1558/Pid.B/2010 RIZKY YULIANTO PERDANA.P 23/6/2010 23/6/2010

Pasal : 53 Jl. Rungkut Lor 7 Bulan 3Bulan

67

Ayat(1) Jo: 362 KUHP Gg III-A No. 34 Surabaya 15 Hari

No. : 1559/Pid.B/2010 RISKY DIMAS Pasal : 112 Jl. Sukodono

Ayat(1) UU NO.35 Gg 5 No. 21 Surabaya 68

Tahun 2009

- -

No. : 1571/Pid.B/2010 RICKY RISKI NOER ASMARA 23/6/2010 23/6/2010

Pasal : 362 KUHP Jl. Medokan Ayu Timur 4 Bulan Bappas

Mless Pompa air

69

Surabaya

No. : 1576/Pid.B/2010 ABDUL ROSYID Pasal : 363 Jl. Rungkut Alang-alang Ayat(1) Ke-1dan 5 No. 81 Surabaya 70

KUHP

- -

No. : 1594/Pid.B/2010 YAYAN AHNAD PRAYOGO 07/05/2010 07/12/2010 71


(44)

Ayat (2) Ke-2 KUHP RT0 3/RW 04 Kec

Kemang balu Lamongan

No. : 1594/Pid.B/2010 MOCH SHOLEH 07/05/2010 07/12/2010

Pasal : 365 Jl. Batu Urip Jember 5 Bulan 3 Bulan

72

Ayat (2) Ke-2 KUHP

No. : 1594/Pid.B/2010 SAMSUL ARIFIN 07/05/2010 07/12/2010

Pasal : 365 Jn. Kebon Sari

73

Ayat (2) Ke-2 KUHP Gg II No. 3A Surabaya 5 Bulan 3 Bulan No. : 1594/Pid.B/2010 MOHAMMAD AL HASBI 07/05/2010 07/12/2010

Pasal : 365 Jl. SimoWali Baru 5 Bulan 3 Bulan

Ayat (2) Ke-2 KUHP Gg Jambu Sepanjang

74

Taman Sidoarjo

No. : 1597/Pid.B/2010 FIAN AKBAR 07/07/2010 07/12/2010

Pasal : 310 Jl. Sememi Jaya 4 Bulan 3 Bulan

Ayat(4) UURI No.22 Gg X/106 No. 43 Sby Percobaan Percobaan

75

Tahun 2009 8 Bulan 6 Bulan

No. : 1609/Pid.B/2010 RIZAL TRILAKSONO 07/08/2010 15/7/2010

Pasal : 170 Jl. Kedondong Kidul - 4 Bulan

76

Ayat(1) KUHP Gg I No. 43 Surabaya

No. : 1623/Pid.B/2010 SUPRAMBODO 21/6/2010 21/6/2010

Pasal : 365 Jl. Lumamba dalam 5 Bulan 4 Bulan

Ayat(1) dan (2) Ke-1,2 Gg Buntu No.27Sby

77

KUHP

No. : 1654/Pid.B/2010 SITI MEIDRIYA RATMI AJENG 07/05/2010 07/12/2010

Pasal : 362 KUHP Jl. Medayu Utara 5 Bulan 4 Bulan

78

Gg I No 1-A Surabaya

No. : 1702/Pid.B/2010 I NYOMAN KARUNA SWARDANA Pasal : 170 Jl. Aspol Kolombo Wisma Berlian Ayat(2) Ke-2 KUHP No. 4 Surabaya

79

- -

No. : 1702/Pid.B/2010 FIRMANSYAH WIRA DWI PUTRA Pasal : 170 Jl. Aspol Kolombo

80

Ayat(2) Ke-2 KUHP Blok -D No. 9 Surabaya

- -

No. : 1702/Pid.B/2010 RAHMAT KURNIAWAN SAKTI Pasal : 170 Jl. Aspol Kolombo Wisma Intan 2 81

Ayat(2) Ke-2 KUHP Sby

- -

No. : 1702/Pid.B/2010 DIMAS PRIAMBODO Pasal : 170 Jl. Ikan Gurami 82

Ayat(2) Ke-2 KUHP Gg Lebar No 37 Sby

- -

No. : 1719/Pid.B/2010 BAYU SEMPAMA 20/7/2010 20/7/2010

Pasal : 365 Jl. Pelemahan Besar 7 Bulan 5 Bulan

Ayat (2) Ke-2 KUHP Gg V No. 14 Sby

Jo. Pasal 53 Ayat 1

83

KUHP

No. : 1719/Pid.B/2010 MOCH AGAM JANUAR 20/7/2010 20/7/2010

Pasal : 365 Jl. Kupang Krajan Kidul 7 Bulan 5 Bulan

Ayat (2) Ke-2 KUHP Gg I No. 55-A Sby

Jo. Pasal 53 Ayat 1

84


(45)

No. : 1719/Pid.B/2010 MOCH MAHMUD 07/07/2010 07/07/2010

Pasal : 362 KUHP Ds. Kamloko Selatan 6 Bulan 3 Bulan

RT.05 RW.01 Pasuruan 15 Hari

85

No. : 1793/Pid.B/2010 MOCHAMMAD ZAINUDDIN Pasal : 2 Ds Megere Ngelom Ayat (1) UU Darurat Rt 11 No 1Sepanjang 86

No 12 Tahun 1951 Sda

- -

No. : 1812/Pid.B/2010 RIZKY Pasal : 310 Jl. Lasem Baru Ayat (4) UU RI No35 Surabaya 87

No 22 No 2009

- -

No. : 1820/Pid.B/2010 MOCH.HUSEN Pasal : 81 Jl. Tambak Mayor PJKA Ayat(1) UU No. 23/2002 Rt 01 No 02

Jo pasal 55ayat Surabaya 88

(1) Ke-1 KUHP

- -

No. :1845/Pid.B/2010 ADI SANTOSO

Pasal : 363 Jl. Sencaki Abimanyu Selatan Ayat(1) UURI No35 No. 6A Sby

89

Tahun 2009

- -

No. : 1880/Pid.B/2010 SAIFUL AMIN Pasal : 310 Jl. Gersikan Ayat(4) UURI No.22 3/7 B Surabaya 90

Tahun 2009

- -

No. : 1881/Pid.B/2010 UMI KULSUM 26/7/2010 26/7/2010

Pasal : 362 KUHP Ds. Kanegarah 5Bulan 7Bulan

91

Kec Konang Bangkalan

No. : 1939/Pid.B/2010 SAIFUL BAKRI 19/7/2010 19/7/2010

Pasal : 365 Jl. Jelindro RT 02/ RW 03 5Bulan 3Bulan

Ayat (1) dan (2) Ke-1 SambiKerep Surabaya

92

dan 2 KUHP

No. : 1949/Pid.B/2010 MOCH DIMAS FAUZI Pasal : 363 Jl. Banyu Urip Kidul Ayat(1) Ke-3 Dan 5 Gg III/ 29 Surabaya 93

KUHP

- -

No. : 1994/Pid.B/2010 LUDFI

Pasal : 363 Jl. Brintik RT 01/ RW 05 94

Ayat(1) Ke-4 KUHP Kec Kejayaan Pasuruan

- -

No.: 2003/Pid.B/2010 NIDOM MUDIN AGUN 27/7/2010 27/7/2010

Pasal : 363 Jl. Lawang Seketeng 6Bulan 3Bulan

Ayat (1) Ke -4 Gg II No 2 surabaya

95


(46)

Data-data diatas yang didapati oleh peneliti yang berupa tabel dari Pengadilan Negeri Surabaya, terhitung bulan Januari 2010 hingga bulan Juni 2010 terdapat 95 perkara tindak pidana biasa yang pelakunya masih anak yang berumur 18 Tahun atau dapat juga dikatanan anak dibawah umur. Dari 95 perkara mengenai anak yang ditangani oleh Pengadilan Negeri Surabaya peneliti membahasa perkara tentang Percobaan Pencurian Dengan Pemberatan dengan perkara yang ditangani oleh Pengadilan Negeri Surabaya dengan No.1623/PID.B/2010 yang dilakukan oleh Suprambodo alias mbodo bin Supriyadi.

2.1 Penerapan Sanksi Pidana (Pasal 23) Undang-undang Nomor 3 Tahun

1997 Tentang Pengadilan Anak

Pengadilan Anak bertugas dan berwewenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara anak. Hakim yang mengadili perkara anak, adalah hakim yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi. Hakim yang menangani perkara anak ditangani oleh hakim tunggal. Dan dalam hal-hal tertentu Ketua Pengadilan Negeri dapat menunjuk hakim majelis. Yang dimaksud dengan hal-hal tertentu adalah apabila ancaman pidana atas tindak pidana yang dilakukan anak yang bersangkutan lebih dari 5 (lima) tahun dan sulit pembuktiannya.

Beberapa hal yang harus diperhatikan selama proses persidangan anak antara lain Persidangan dilakukan secara tertutup. Hakim, Penuntut Umum, dan Penasehat Hukum, tidak menggunakan toga. Sebelum sidang dibuka, hakim memerintahkan agar pembimbing kemasyarakatan menyampaikan laporan


(47)

hasil penelitian mengenai anak yang bersangkutan Pasal 56 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997. dan laporan yang dimaksud antara lain tentang data individu anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial anak. dan selama proses persidangan, terdakwa wajib didampingi oleh orang tua, wali atau orang tua asuh, penasehat hukum dan pembimbing kemasyarakatan. Waktu memeriksa saksi, hakim dapat memerintahkan agar terdakwa di bawah keluar ruang sidang akan tetapi orang tua, wali, orang tua asuh, penasehat hukum, dan pembimbing kemasyarakatan tetap hadir di ruang persidangan. Putusan wajib diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.

Menurut Baharudin bahwa :

“Dalam menjatuhkan sanksi pidana dan tindakan harus berdasarkan sanksi yang ada dalam Undang-undang, khusus Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, dan juga dalam penjatuhan sanksi pidana dan tindakan harus berdasarkan hati nurani hakim itu sendiri”.

Penjatuhan Sanksi Pidana dapat dikatakan hakim bebas menjatuhkan pidana dan kebebasan ini tentu saja ada batasannya mengenai pidana ada maksimum khusus dan minimum umum dan jenis pidananya tertentu. Dalam pemidaan mengenai berat ringannya pidana yang akan dijatuhkan tergantung dari pendirian dan penelitian hakim.

Mengenai penerapan sanksi pidana, putusan yang dapat diambil oleh hakim mengenai perkara pidana anak terdapat dalam Undang-undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak terdapat dalam Pasal 23 ada putusan, yaitu berupa pemidanaan. Keadilan dan hukum adalah merupakan dasar dari kehidupan manusia, sehingga tugas mengadili yang dibebankan pada lembaga


(48)

pengadilan merupakan suatu tugas yang memerlukan kecermatan dan kematangan baik dalam menyusun pertimbangan hukumnya maupun dalam menetapkan putusannya.

Bagi anak nakal yang melakukan tindak pidana maka hakim dapat memilih menjatuhkan pidana sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 23 (Sanksi Pidana) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 atau penjatuhan Tindakan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak.

Sedangkan terhadap anak nakal yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi anak baik menurut Undang-undang maupun menurut peraturan hukum lain yang masih hidup dan berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan, maka hakim hanya dapat menjatuhkan tindakan yang sebagaimana diatur dalam Pasal 24 Undang-undanga Nomor 3 tahun 1997

Bagian yang tidak terpisahkan dari hukum pidana adalah masalah pemidanaan. Bukan merupakan hukum pidana apabila suatu peraturan hanya mengatur norma tanpa diikuti dengan suatu ancaman pidana saja. Namun, pemidanaan merupakan suatu proses. sebelum proses ini berjalan, pidana yang dijatuhkan bagi mereka yang dianggap bersalah merupakan sifat derita yang harus dijalaninya walaupun demikian sanksi pidana bukanlah semata-mata bertujuan memberikan rasa derita. Dalam usaha penerapan Sanksi Pidana (Pasal 23) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, dapat dilaksanakan dan dijatuhkan oleh hakim anak terhadap anak dan perlu adanya kerja-sama dari masing-masing pihak seperti, orang tua, wali, atau


(49)

orang tua asuh dari anak tersebut dan juga peran masyarakat itu sendiri yang berada pada lingkungannya.

Hidup bermasyarakat selalu berhubungan satu dengan yang lain, dalam arti hidup dalam masyarakat saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Kehidupan bersama ini menyebabkan adanya interaksi, kontak atau hubungan satu dengan yang lain. Kontak dapat berarti hubungan yang menyenangkan ataupun menimbulkan pertentangan atau konflik. Mengingat banyaknya kepentingan, tidak mustahil terjadi konflik atau bentrok antar sesama manusia, karena kepentingan yang saling bertentangan. Konflik kepentingan itu terjadi apabila dalam melaksanakan atau mengejar kepentingannya seseorang merugikan orang lain. Di dalam kehidupan bersama, atau dalam bermasyarakat konflik itu tidak dapat dihindarkan.

Hal ini, anak di dalam suatu lingkungan masyarakat perlu adanya hubungan, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau terjadi anak yang melakukan tindak pidana. Hubungan anak terhadap masyarakat tidak hanya sebelum terjadi suatu akibat dari anak yang melakukan tindak pidana, akan tetapi lebih pentingnya lagi hubungan masyarakat terhadap anak yang melakukan tindak pidana atau peranan masyarakat dalam hal anak nakal. Maka dianggap perlu adanya penyelesaian yang dilihat dari dua sudut antara kepentingan masyarakat dan kepentingan anak itu sendiri. Jadi disini masyarakat dalam memenuhi kepentingannya harus dapat melihat kepentingan dari anak tersebut, sehingga keduanya dapat dianggap perlu dalam peranan keseimbangan dan keamanan dalam masyarakat.


(50)

Lingkungan di dalam masyarakat sangat beragam dan berpengaruh pada kepribadian seseorang khususnya anak. Akan tetapi, tidak semua orang tidak terpengaruh keadaan lingkungannya. Terpengaruh atau tidaknya seseorang anak pada lingkungan adalah tergantung pada didikan orang tuanya atau keluarganya. Karena, keluarga merupakan suatu lingkungan dalam ruang lingkup kecil dimana, seorang anak mulai belajar mengenai sesuatu hal pertama kalinya. Dalam lingkungan keluargalah, pembentukan kepribadian anak mulai berkembang. Begitu pula pada lingkungan tidak baik atau lingkungan buruk akan memberikan suatu kesempatan timbulnya kejahatan, kenakalan, karena apa yang ada disekitarnya merupakan contoh, baik itu perbuatan buruk, maupun perbuatan baik. Hal inilah yang mudah ditiru untuk dikerjakan oleh seorang anak.

Anak yang melakukan tindak pidana adalah karena anak berada di lingkungan yang masyarakatnya selalu melakukan perbuatan dilarang oleh Undang-undang yang berlaku, sehingga baik secara langsung maupun tidak langsung anak itu sendiri akan melakukan tindak pidana tersebut, ataupun dari ajakan teman-temannya baik teman sekolahnya maupun teman-teman lainnya di luar rumah atau lingkungan tempat tinggalnya. Hal ini bisa terjadi apabila anak tersebut salah memilih teman, sehingga anak tersebut terpengaruh pada pergaulan salah dan membuatnya menjadi anak nakal yang melakukan tindak pidana sehingga merugikan dan meresahkan masyarakat.

Berdasarkan data yang diperoleh penelitian dari Pengadilan Negeri Surabaya yang dilakukan dengan wawancara kepada hakim anak yang menangani perkara pidana yang dilakukan oleh anak terhadap penerapan sanksi


(51)

pidana dan tindakan yang penjatuhan sanksi pidana atau tindakan terhadap anak nakal dapat diancam ½ (setengah) pidana pokok dari ketentuan orang dewasa, seperti yang tercantum dalam Pasal 26 tentang pidana penjara, Pasal 27 tentang pidana kurungan, dan Pasal 28 tentang pidana denda. Mengenai pidana bersyarat dan pidana pengawasan itu, tidak ada ketentuan yang mengatur ancaman ½ (setengah) pidana pokok dari ketentuan orang dewasa. Namun dalam Pasal 29 dan Pasal 30 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak mengatur lebih khusus atau mengatur tersendiri mengenai pidana bersyarat dan pidana pengawasan.

Menurut Nelson Pasaribu bahwa :

“dalam penjatuhan sanksi pidana dan tindakan harus berdasarkan sanksi yang ada dalam Undang-undang, khususnya Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak pada Pasal 23 dan Pasal 24 dan dalam penjatuhan sanksi pidana dan tindakan berdasarkan hati nurani hakim itu sendiri”.11

Menurut Undang-undang Tentang Pengadilan Anak yang telah berlaku pada tanggal 3 Januari 1998, sanksi hukuman yang berupa pidana terdiri atas pidana pokok dan pidana tambahan. Untuk pidana pokok terdiri dari 4 (empat) macam sebagaimana telah ditetapkan Pasal 23 ayat (2) dan sanksi pidana tambahan terdiri dari 2 (dua) macam dalam Pasal 23 (3) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak, yaitu :

a. Pidana Pokok :

1. Pidana Penjara.

2. Pidana Kurungan.

      

11 


(52)

3. Pidana Denda.

4. Pidana Pengawasan

Pidana penjara adalah bentuk pidana yang kehilangan kemerdekaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa pidana penjara pada orang dewasa ini merupakan bentuk utama dan umum dari pidana kehilangan kemerdekaan. Batas dari pidana penjara adalah seumur hidup atau selama waktu tertentu, pidana penjara selama waktu tertentu paling pendek adalah satu hari dan paling lama lima belas tahun. Penjara seumur hidup hanya tercantum dimana ada ancaman pidana mati ( pidana mati atau seumur hidup atau pidana penjara dua puluh tahun), seperti yang tercantum pada pasal 12 ayat (1), (2), dan (3) KUH Pidana.

Namun pengertian pidana kurungan adalah sama dengan pidana penjara yaitu sama berupa pidana yang hilang kemerdekaannya, tapi disini pidana kurungan lebih ringan sifatnya dari pada pidana penjara, dan pidana penjara merupakan delikyang tidak menyangkut kejahatan kesusilaan dan beberapa kesengajaan. Melihat jangka waktu kurungan yaitu kurungan paling sedikit satu hari dan paling lama satu tahun, seperti yang tercantum di dalam Pasal 18 ayat (1) KUH Pidana.

b. Pidana Tambahan :

1. Perampasan barang-barang tertentu. 2. Pembayaran ganti rugi.

Penjatuhan salah-satu jenis pidana pokok itu bersifat keharusan (imperatif), sedangkan penjatuhan pidana tambahan bersifat fakultatif. Pada penjatuhan jenis pidana pokok tidak harus menjatuhkan jenis pidana tambahan,


(53)

tetapi menjatuhkan jenis pidana tambahan tidak boleh tanpa menjatuhkan jenis pidana pokok.

Pidana tambahan adalah pidana yang menambahi pidana pokok, bukan berarti dari pidana pokok harus ditambah pidana tambahan sesuai dengan namanya (pidana tambahan), maka penjatuhan jenis pidana tambahan tidak dapat dijatuhkan sendiri secara terpisah dengan jenis pidana pokok, melainkan harus bersama jenis pidana pokok.

Menurut Made Sandhi Astuti, bahwa :

Jenis pidana yang sesuai dengan pidana anak adalah jenis pidana yang dijatuhkan hakim kepada anak hendaknya seimbang dengan keadaan, dan berat ringannya tindak pidana yang dilakukan oleh anak nakal tersebut, serta melihat keadaan dan kebutuhan fisik dan kejiwaan anak, keadaan dan kebutuhan masyarakat.

Pasal 26 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak, mengatakan bahwa :

(1). Pidana penjara yang dapat diajuhkan kepada anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.

(2). Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak tersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun.

(3). Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka


(54)

terhadap anak nakal tersebut hanya dapat dijatuhkan tindakan dimaksud dala Pasal 24 ayat (1) huruf b.sebagaimana

(4). Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang tidak diancam dengan pidana mati atau tidak diancam pidana penjara seumur hidup, maka terhadap anak nakal tersebut hanya dapat dijatuhkan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dala Pasal 24.

Berdasarkan data-data perkara yang ada, peneliti membahas yaitu mengenai perkara tindak pidana “percobaan pencurian dengan pemberatan” dalam Pasal 363 ayat (1) ke 4 KUH Pidana yang dilakukan oleh Suprambodo bin Supriyadi dengan No. Perkara 1623/Pid.B/2010 yang ditangani oleh Pengadilan Negeri Surabaya.

Perkara Suprambodo alias mbodo ini ditangani oleh Hakim anak yang bernama Hakim Nelson Pasaribu, S.H., M.H dan Penuntut Umum oleh Bunari, S.H. dalam Surat Tuntutan dengan No. Perkara 1623/Pid.B/2010 ini Penuntut Umum membacakan penuntutannya pada hari senin, 21 juni 2010 yang menyatakan penuntut umum menuntut agar Suprambodo alias mbodo untuk dijatuhkan hukuman selama 5 bulan dikurangi selama terdakwa menjalani tahanan dengan perintah terdakwa tetap ditahan dan sepeda motor yang dipakai terdakwa Suprambodo alias mbodo ini digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dijadikan sebagai barang bukti dalam persidangan.

Mengenai penahanan yang telah dijalani oleh Suprambodo alias mbodo ini melalui beberapa proses dimulai dengan penyidikan. Terdakwa ditahan oleh penyidik Polri dengan jenis penahanan Rutan sejak tanggal 14 Mei 2010


(55)

sampai dengan 02 juni 2010, kemudian diperpanjang penahanannya oleh Kejaksaan Negeri Surabaya dengan jenis penahanan Rutan sejak tanggal 03 Juni 2010 sampai dengan 12 Juni 2010 , ditahan oleh Penuntut Umum dengan jenis penahanan Rutan sejak tanggal 07 Juni 2010 sampai dengan 16 Juni 2010. Namun berdasarkan keterangan-keterangan yang didapati oleh beberapa saksi baik dari pihak korban maupun saksi dari pihak terdakwa dan adanya beberapa pertimbangan-pertimbangan lain yang dinilai oleh hakim Nelson, Pasaribu, S.H., M.H selaku hakim anak yang menangani perkara suprambodo alias mbodo ini sebelum memutuskan suatu putusan ada 2 (dua) antara lain hal-hal yang memberatkan dan hal-hal-hal-hal yang meringankan.

Hal-hal yang memberatkan antara lain :

1. Perbuatan terdakwa sangat merugikan dan meresahkan orang lain.

2. Terdakwa sudah pernah dihukum.

Hal-hal yang meringankan antara lain :

1. Terdakwa sopan dalam persidangan.

2. Terdakwa mengakui terus terang atas perbuatannya.

Beberapa informasi yang didapat, maka yang menjadi penilaian dari hakim anak Nelson Pasaribu, S.H., M.H., mengadili menyatakan terdakwa Suprambodo alias mbodo bin Supriyadi tersebut telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana Percobaan Pencurian dengan Pemberatan menjatuhkan pidana dengan menerapkan Pasal 23 (Snksi Pidana) dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak yang berupa hukuman Pidana Penjara selama 4 (empat) bulan, menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang


(56)

diajuhkan. Menetapkan terdakwa tetap dalam tahanan dan menetapkan barang bukti berupa 1 (satu) unit sepeda motor Honda Revo warna hitam dengan No.Pol. 5318-HG

Perkara diatas dapat ditarik suatu pengertian tentang penerapan sanksi pidana terhadap pelaku tindak pidana. Dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan oleh anak, maka hakim mempunyai kewenangan untuk memilih penerapan sanksi pidana dan tindakan mana menurut hakim yang lebih tepat untuk diputuskan seperti yang telah diatur dalam Pasal 1 butir 8 Kitab Undang-undang Acara Pidana (KUH Pidana) yang berisikan tentang Kewenangan hakim.

2.2 Penerapan Tindakan (Pasal 24) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997

Tentang Pengadilan Anak

Mengenai Tindakan, terdapat dalam Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997, ditentukan mengenai sanksi tindakan yang dapat dijatuhkan oleh hakim terhadap anak nakal yang telah terbukti bersalah yaitu :

Tindakan yang dijatuhkan kepada anak nakal ialah :

a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh.

b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan

latihan kerja.

c. Menyerahkan kepada departemen sosial atau organisasi sosial

kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan dan latihan kerja.


(57)

Tindakan sebagaimana diatur dalam ayat 1, dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim. Penjelasan Pasal 24 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak sebagai berikut : Ayat 1

a. meskipun anak yang melakukan tindak pinada dikembalikan kepada orang

tua, wali, oarng tua asauh, anak tersebut tetap di bawah pengawasan dan bimbingan. Pembimbing kemasyarakatan antara lain mengikuti kegiatan kepramukaan dan lain-lain.

b. Apabila hakim berpendapat bahwa orang tua, wali, atau orang tua asuh,

tidak memberikan pendidikan dan pembinaan yang lebih baik, maka hakim dapat menetapkan anak tersebut ditetapkan di Lembaga Kemasyarakatan Anak untuk mengikuti pendidikan, pembinaan dan latihan kerja. Latihan kerja dimaksudkan untuk memberikan bekal ketrampilan kepada anak, misalnya dengan memberikan keterampilan mengenai pertukangan, pertanian, perbengkelan, tata rias dan sebagainya sehingga setelah selesai menjalani tindakan tersebut dapat hidup mandiri.

c. Pada prinsipnya pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja diselenggarakan oleh pemerintah di Lembaga Pemasyarakatan Anak atau Departemen Sosial, tetapi dalam hal kepentingan anak menghendaki hakim menetapkan anak yang bersangkutan diserahkan kepada organisasi sosial Kemasyarakatan seperti Pesantren, Panti Sosial, dan lembaga sosial lainnya dengan memperhatikan agama anak yang bersangkutan.


(58)

Ayat 2 :

Yang dimaksud dengan teguran ialah peringatan dari hakim baik secara langsung terhadap anak yang dijatuhi tindakan maupun tidak langsung melalui orang tua, wali, orang tua asuh, agar anak tersebut tidak mengulangi perbuatan yang mengakibatkan anak yang dijatuhi tindakan.

hasil penelitian dari pembimbing kemasyarakatan. Laporan yang Penjatuhan sanksi pidana dan tindakan terhadap anak nakal yang melakukan tindak pidana, sebelum memutuskan maka dapat dilihat dari berat ringannya tindak pidana yang dilakukan atau kenakalan yang dilakukan oleh anak nakal tersebut. Disamping itu juga memperhatikan keadaan keluarga dan lingkungannya dan juga laporan dimaksud antara lain tentang data individu anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial anak Pasal 56 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak :

1. Segi perbuatannya ( Tindak Pidanannya). 2. Segi Keluarga (orang tua, wali, orang tua asuh). 3. Segi Lingkungan.

4. Laporan hasil dari Pembimbing Kemasyarakatan. A.d. 1 Segi perbuatannya ( Tindak Pidanannya).

Hakim dalam memutuskan perkara tindak pidana yang dilakukan oleh anak, harus mempertimbangkan perbuatan yang dilakukan oleh anak sehingga dengan melihat apa yang diperbuat tersebut akan dapat dijatuhkan sanksi yang tepat bagi pelaku tindak pidana. Jika dipandang oleh hakim perbuatan anak nakal tersebut dianggap


(1)

Maka dengan ini, peneliti dapat menyimpulkan bahwa berdasarkan penelitian perkara No.1623/Pid.B/2010/P.N Sby dalam pelaksanaan Sanksi Pidana yang terdapat dalam Pasal 23 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak yang dijatuhkan terhadap anak nakal yang melakukan tindak pidana atau anak yang melakukan perbuatan yang dilarang bagi anak dapat diterapkan setelah berlakunya Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak dan dapat dilaksanakan tanpa adanya hambatan.

Lain halnya dengan penerapan tindakan terhadap anak nakal, dalam kasus No.1623/Pid.B/2010/P.N Sby menemukan adanya hambatan-hambatan antara lain adanya faktor keluarga yang kurang mendukung dalam mendidik atau pengarahan dari orang tua, wali atau orang tua asuhnya sendiri kepada terdakwa, faktor lainnya hakim melihat adanya karakter yang kurang baik terhadap terdakwa maka hakim memutuskan untuk dalam perkara ini dijatuhi hukuman sanksi pidana yang berupa pidana penjara supaya terdakwa jera atau tidak melakukan kejahatan kedepannya yang dapat merugikan negara, masyarakat bahkan dirinya sendiri.

Pelaksanaan sanksi pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana ini dikarena adanya kebebasan hakim dalam menjatuhkan pidana, kebebasan ini tentu ada batasnya tindak pidana ada maksimum khusus dan minimum umum dan jenis pidananya pun tetentu. Peran hakimlah yang terutama mempengarhui dalam pelaksanaan Sanksi Pidana (Pasal 23) dan Tindakan (Pasal 24) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak karena dalam Pasal 1 Butir 8 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUH Pidana) yang berisikan tentang Kewenangan Hakim.


(2)

“Hakim adalah pejabat peradilan negara yang diberikan wewenang oleh Undang-undang untuk mengadili”. Dan hakim juga bisa menentukan putusannya dengan hati nurani hakim itu sendiri dan penilaiannya bersifat subyektif.


(3)

BAB IV PENUTUPAN

4.1 Kesimpulan

Tujuan dan dasar hukum dari peradilan anak, adalah memberikan perlindungan dan mewujudkan kesejahteraan anak yang pada dasarnya merupakan bagian dari kesejahteraan sosial. Hukum pidana dalam usahanya mencapai tujuan-tujuannya tidaklah hanya menjatuhkan pidana, melainkan juga menggunakan tindakan-tindakan. Tindakan ini juga menjatuhkan sanksi hanya saja sifatnya tidak ada unsur pembalasannya. Maksud dari tindakan adalah untuk menjaga keamanan dari pada masyarakat terhadap orang-orang yang selalu melakukan tindak pidana.

Penjatuhan sanksi pidana dan tindakan terhadap anak nakal yang melakukan tindak pidana, sebelum memutuskan maka dapat dilihat dari berat ringannya tindak pidana yang dilakukan atau kenakalan yang dilakukan oleh anak nakal tersebut. Disamping itu juga memperhatikan keadaan keluarga dan lingkungannya dan juga laporan dimaksud antara lain tentang data individu anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial anak Pasal 56 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak :

1. Segi perbuatannya ( Tindak Pidanannya). 2. Segi Keluarga (orang tua, wali, orang tua asuh). 3. Segi Lingkungan.

Namun, dalam bab ini hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat menyimpulkan mengenai penerapan Sanksi Pidana dan Tindakan dalam kasus Suprambodo ialah :


(4)

Penerapan Sanksi Pidana (Pasal 23) dan Tindakan (Pasal 24) Undang-undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak dalam kasus “percobaan pencurian dengan pemberatan” yang dilakukan oleh seseorang anak laki-laki yang bernama Suprambodo alias modo bin Supriyadi, yang masih berumur 16 tahun, tidak memungkinkan hakim memberikan dua Sanksi sekaligus yaitu Sanksi Pidana dan Tindakan. Oleh karena itu, dalam kasus ini hakim menerapkan Sanksi Pidana (Pasal 23) yang berupa pidana penjara terhadap Suprambodo lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut.

Hambatan-hambatan dalam penerapan Sanksi Pidana (Pasal 23) dalam kasus “percobaan pencurian dengan pemberatan” yang dilakukan oleh Suprambodo tidak ditemukan dan dapat juga dikatakan lancar-lancar saja. Namun, apabila dilihat dari Pasal 24 mengenai Tindakan, dalam kasus Suprambodo ini tidak dapat diterapkan karena adanya beberapa faktor yang akhirnya hakim lebih mengarah pada pengenaan Sanksi Pidana dari pada Tindakan, antara lain faktor keluarga dimana orang tua dari Suprambodo sudah tidak sanggup lagi untuk mendidik anak tersebut untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat merugikan negara, masyarakat dan bahkan dapat merugikan dirinya sendiri, adanya faktor lingkungan yang kurang baik, yang dapat menambah merusak pertumbuhan anak tersebut. dan faktor yang paling utama, ialah Suprambodo bukanlah yang pertama kali melakukan tindak pidana seperti ini dan mendapatkan hukuman Sanksi pidana berupa pidana penjara juga.


(5)

4.2 Saran-saran

Sebelum mengakhiri uraian dalam skripsi ini penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Sesuai maksud yang terkandung dalam Undang-undang Pengadilan Anak menghendaki proses pengadilan anak dilaksanakan lebih cepat, maka kiranya setiap ada perkara anak mendapat prioritas utama dalam penanganannya. Untuk itu sebaiknya dalam sampul berkas perkara bagian depan di beri tanda atau tulisan yang mencolok “Perkara Anak”, supaya petugas atau pejabat pemeriksa (Penyidik, Penuntut Umum, Hakim) akan lebih memperhatikan, setidak-tidaknya mengingat pejabat ketika memegang berkas tersebut.

2. Berdasarkan data Perkara Pidana Biasa Anak-anak 2010 tersebut, ada kecenderungan Pengadilan Negeri Surabaya menitikberatkan penjatuhan sanksi pidana terhadap anak nakal, dengan pidana penjara. Mengingat anak adalah generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dan masih perlu adanya pembinaan, maka sudah selayaknya Pengadilan Negeri Surabaya dapat menitikberatkan penjatuhan sanksi yang berupa tindakan.


(6)

Abdulkadir, Moch, Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2004 Andi, Hamza, Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta : Sinar Grafika, 2001

Hulsman, Sistem Peradilan Pidana, Jakarta : Rajawali

Marpaung, Leden, Asas-Teori-Praktik Hukum Pidana, Jakarta : Sinar Grafika, 2005 Saraswati, Rika, Hukum Perlindungan Anak di Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti,

2009

Soeroso, Penghantar Ilmu Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2005 Sudarsono, Kenakalan Remaja, Jakarta : Rineka Cipta, 2008

Suparni, Niniek, Eksistensi Pidana Denda Dalam Sistem Pidana dan Pemidanaan, Jakarta : Sinar Grafika, 2007

Supramono, Gatot, Hukum Acara Pengadilan Anak, Jakarta : Djambatan, 2007 Wahyu , Afandi, Hakim dan Hukum Dalam Praktek, Bandung : Alumni, 1984 Waluyo, Bambang, Pidana dan Pemidanaan, Jakarta : Sinar Grafika, 2004 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, Trinity Undang-undang Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Pengadilan Anak, Trinity Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, Surabaya : Karya Anda

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana, Surabaya : Karya Anda,


Dokumen yang terkait

Penerapan Sanksi Pidana Pada Kasus Kelalaian Pengemudi Yang Menimbulkan Kecelakaan Lalu Lintas (Studi Putusan Pengadilan Negeri Medan No.854 /Pid.B/2012/Pn.Mdn )

2 81 84

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Produsen Psikotropika Menurut UU No.5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika (Study Kasus Reg. No.3142/Pid B/2006/PN.SBY, No. 256/Pid/2007/PT.SBY, No. 455K/PID,SUS/2007)

1 65 128

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Kurir Narkotika dalam Tinjauan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kebumen Perkara Nomor 139/Pid.B/2010/PN.Kbm )

3 111 106

STUDI KOMPARASI KEBIJAKAN FORMULASI SANKSI DALAM UU NO. 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN UU NO. 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN ANAK

1 23 62

IMPLEMENTASI SANKSI PASAL 24 UU NOMOR 3 TAHUN 1997 MENGENAI TINDAKAN YANG DAPAT DIJATUHKAN OLEH HAKIM DALAM MEMUTUSKAN PERKARA TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI WILAYAH PONOROGO

0 7 87

PENERAPAN SANKSI PIDANA TERHADAP ANAK SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NO.3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI MEDAN).

0 3 25

UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

0 0 34

Penerapan Sanksi Pidana Terhadap Anak Pelaku Tindak Pidana Pembunuhan Berencana (Studi Putusan Pengadilan Negeri Stabat Nomor 1 Pid.Sus.Anak 2015 PN-STB)

0 1 36

Beberapa Catatan Mengenai UU Pengadilan Anak (UU No. 3 ,Tahun 1997)

0 0 14

PENERAPAN SANKSI PIDANA DAN TINDAKAN TERHADAP ANAK SETELAH BERLAKUNYA UU NOMOR 3 TAHUN 1997

0 0 38