S JKR 1102752 Chapter1

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran yang diterapkan di sekolah. Pendidikan jasmani menekankan pada suatu proses seseorang sebagai individu maupun anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan dalam rangka memperoleh kemampuan dan keterampilan jasmani, pertumbuhan, kecerdasan, dan pembentukan watak. Pada hakikatnya kita ketahui bersama pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan progresif dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Tujuan pendidikan jasmani di sekolah selalu mencakup aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Juliantine (2012, hlm 7) mengatakan bahwa:

Pendidikan Jasmani adalah untuk mengembangkan individu menjadi individu-individu yang kreatif, berdaya cipta, dan yang dapat menemukan atau discover. Serta pendidikan sebagai proses menolong, membimbing, mengarahkan dan mendorong individu

Berdasarkan pemaparan teori di atas, kita dapat memandang bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari proses pendidikan secara keseluruhan, tujuan pendidikan jasmani selaras dengan tujuan yang ingin dicapai dalam dunia pendidikan di Indonesia hal ini sejalan dengan UU nomor 2 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menegaskan bahwa pendidikan nasional sebagai system suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari semua kesatuan dan kegiatan pendidikan. Terdapat tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan jasmani yaitu kognitif, apektif, dan psikomotor.

Perilaku apektif merupakan salah satu tujuan pendidikan jasmani yang harus dimiliki oleh siswa, salah satu yang menjadi ukuran dari perilaku apektif siswa adalah tingkat motivasi dalam pembelajaran. Sehubungan dengan motivasi pembelajaran, peneliti mendapatkan sebuah pengalaman hasil dari observasi


(2)

peneliti di lapangan terkait mengenai motivasi hingga permasalahan yang ada khususnya dalam pembelajaran permainan sepak bola saat itu.

Selain pembahasan permasalahan pembelajaran di atas, perlu ditekankan kembali bahwa materi pelajaran sepak bola atau permainan bola besar masuk dalam kurikulum 2013. Berikut peneliti tampilkan isi kurikulum mengenai aktivitas renang:

Tabel 1.1 Materi pembelajaran sepak bola atau permainan bola besar masuk dalam kurikulum 2013 tingkat sekolah atas. (sumber: Kementerian Pendidikan

Dan Kebudayaan 2013)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

agama yang dianutnya

1.1 Menghargai tubuh dengan seluruh

perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugrah Tuhan yang tidak ternilai

1.2 Tumbuhnya kesadaran bahwa tubuh

harus dipelihara dan dibina, sebagai wujud syukur kepada sang Pencipta

2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

2.1 Berperilaku sportif dalam bermain

2.2 Bertanggung jawab terhadap

keselamatan dan kemajuan diri sendiri dan orang lain, lingkungan sekitar, serta dalam penggunaan sarana dan prasarana pembelajaran

2.3 Menghargai perbedaan karakteristik

individual dalam melakukan


(3)

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR

3. Memahami, menerapkan, dan

menjelaskan pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural, dan metakognitif dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena

dan kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

3.1Mengkategorikan dan menyusun

pola gerak keterampilan beserta peraturannya salah satu permainan bola besar

4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam

ranah konkret dan ranah abstrak terkait

dengan pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

4.1 Mengukur keterampilan empat

permainan bola besar, menyusun rencana perbaikan keterampilan,

dan mempraktikkannya dalam

permainan yang sesungguhnya

Dari pembahasan di atas, tentu kita dapat memahami bahwa sikap afektif dalam kurikulum sebagai target penilaian sangat penting dalam setiap pembelajaran pendidikan jasmani khususnya materi permainan sepak bola yang peneliti observasi saat ini. Berikut peneliti paparkan hasil motivasi di lapangan dalam pembelajaran sepak bola pada siswa SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung Barat.

Tabel. 1.1 Hasil Observasi Lapangan

no Kondisi Kegiatan penjas oleh guru Kegiatan siswa

1 Shadow Melakukan shadow training gerakan

umpan bola.

Siswa secara individu

melakukan gerakan bayangan

dengan kurang maksimal.

Secara langsung ada gerakan

yang salah namun tidak


(4)

Membuat siswa malas melakukan.

2 Passing Melakukan gerakan passing dengan

berbaris lalu mundur ke belakang. Bola satu agar diketahui oleh guru dan aman.

Siswa secara individu hanya

mendapatkan kesempatan

menendang sebanyak 4-5 kali tendangan sementara waktu lainya hanya diam dan tidak

ada dorongan untuk

melakukan lebih banyak atau lebih baik.

3 Game Melakukan game sementara yang

lainnya diam melihat.

Siswa secara individu hanya melihat banyak diam, ketika mainpun tidak ada semangat, karena yang mereka dapatkan hanyalah kalah atau menang dan tidak ada untung ruginya bagi diri sendiri.

Proses pembelajaran di atas, dapat memberikan gambaran bahwasanya penerapan pembelajaran oleh guru tidak dapat membuat motivasi siswa dalam melakukan pembelajaran timbul. Oleh sebab model pembelajaranya kurang tepat sasaran. Siswa bahkan banyak malas melakukan permainan karena kelelahan yang dirasakan dari tugas guru yang banyak sebelumnya. Siswa memilih diam diri dengan tanpa melakukan gerakan bersama temanya.

Pada dasarnya mengapa motivasi dalam setiap pembelajaran itu penting karena kita ketahui bersama bahwa dengan adanya motivasi dalam diri siswa


(5)

maka timbulah gerakan yang baik dan tanpa kelelahan yang dirasakan pada siswa tersebut. Menurut Sardiman dalam Iqbal (2015, hlm 24) menyatakan bahwa:

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap

adanya tujuan. Dari pengertian tersebut motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia, karena menyangkut perubahan energy kegiatan fisik manusia.

Dari pembahasan di atas, tentu kita dapat memahami bahwa motivasi sebagai target penilaian afektif sangat penting dalam setiap pembelajaran pendidikan jasmani khususnya materi permainan sepak bola yang peneliti observasi saat ini. Karena setiap unsur permainan jika tanpa motivasi melakukan akan berdampak pada diri individu siswa yang hanya melakukan gerakan namun tidak ada efeknya bagi dirinya.

Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Guru juga diharapkan harus dapat menciptakan kondisi-kondisi dimana memungkinkan siswa dapat belajar dengan efektif, dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya.

Melihat dari latar permasalahan di atas, bahwasanya keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan dan mensiasati model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa pada dasarnya bertujuan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa dapat termotivasi dan meraih prestasi belajar yang optimal. Kita ketahui bersama bahwa model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani begitu banyak. menurut Metzler dalam Gunawan (2012, hlm. 35) menjelaskan bahwa:


(6)

There are seven instruction models that have shown to be effective in

teaching physical education: Direct Intruction model, personalized for

instruction model, cooperative learning model, the sport education model, peer teaching model, inquiry teaching mode and the tactical games model Dari pembahasan di atas menurut Metzler terdapat tujuh model pembelajaran dalam pendidikan jasmani yaitu: (1) model pembelajaran langsung (2) model pembelajaran personal (3) model pembelajaran kerjasama (4) model pembelajaran pendidikan olahraga (5) model pembelajaran kelompok (6) model pembelajaran inkuiri (7) model pembelajaran taktis. Dari tujuh model pembelajaran yang disebutkan peneliti memilih model pembelajaran kooperatif sebagai pembanding dari model pembelajaran langsung oleh guru sebelumnya.

Model pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama

dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin dalam Gunawan (2012, hlm. 28)

mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatifadalah suatu model pembelajaran di

mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur

kelompoknya yang bersifat heterogen.” Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan

belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok. Pada dasarnya, menurut Metzler (2000, hlm. 45) dijelaskan bahwa:

Cooperative learning is a set of related instructional strategies that share the common attributes given by the primary developer Robert Slavin (1983): team rewards, individual accountability, and equal opportunity for success for all students

Model pembelajaran model pembelajaran kooperatif akan memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap tercapainya hasil motivasi pembelajaran sepak bola. Namun peneliti belum mengetahui model pembelajaran mana yang dapat


(7)

memberikan pengaruh yang signifikan peningkatan motivasi. Maka berdasarkan latar belakang dan pemikiran di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif. Dengan tujuan apakah model ini dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran sepak bola. Dari uraian di atas maka penulis merancang penelitian ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Motivasi Pembelajaran Permainan Sepak Bola (Studi Eksperimen pada siswa SMAN 1

Parongpong Kab Bandung Barat).”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang sesuai dengan peneliti dapatkan berdasarkan hasil observasi pembelajaran di SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung Barat)

1. Guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajarannya menggunakan

metode demonstrasi dan siswa hanya menerima dan melakukan tugas saja dari guru.

2. Tidak semua siswa melakukan gerakan dengan semangat namun ada juga

yang menjadi pembelajaran ini sebagai beban.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah model pembelajaran kooperatif dapat meningkatan motivasi

pembelajaran permainan sepak bola?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu hasil yang ingin dicapai atau ditemukan oleh peneliti sendiri. Menurut Suharsimi Arikunto (1993, hlm. 43) mengemukakan bahwa “tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang


(8)

menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.” Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah:

Ingin mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap

peningkatan motivasi siswa dalam melakukan pembelajaran permainan sepak bola di SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung Barat.

E. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka hasil atau manfaat yang didapat dari penelitian ini diantaranya;

Manfaat dari penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori yaitu manfaat bagi siswa, manfaat bagi guru, dan manfaat bagi sekolah.

1. Manfaat bagi siswa

a. Memberikan pemahaman mengenai pembelajaran sepak bola

b. Merangsang dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

c. Menyalurkan kelebihan atau bakat pada anak.

d. Memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani.

e. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada anak, terutama untuk

memenuhi rasa ingin tahu anak.

f. Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

g. Menanamkan rasa percaya diri, kerjasama, rasa sosial, dan saling

tolong-menolong dan motivasi yang tinggi.

2. Manfaat bagi guru

a. Memberi alternatif model pembelajaran kooperatif.

b. Menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Meningkatkan kualitas sekolah dengan meningkatnya prestasi kemampuan

belajar siswa.

b. Sebagai masukan yang positif dalam upaya proses belajar dan


(9)

F. Definisi Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan maka penulis perlu membatasi beberapa istilah dan sesuai dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui

dampak penerapan model pembelajaran model pembelajaran

kooperatif terhadap peningkatan motivasi siswa dalam melakukan

pembelajaran permainan sepak bola di SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung Barat.

2. Kriteria penilaian pada penerapan model pembelajaran model

pembelajaran kooperatif.

3. Motivasi menurut Sudirman (2015, hlm 24) menyatakan bahwa

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

4. Peserta didik adalah seseorang yang sedang menempuh ilmu sedalam

mungkin dan memiliki tujuan untuk masa depan.

5. Pembelajaran adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.

G. Struktur Organisasi Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab. Adapun uraian mengenai isi

dari penulisan setiap babnya adalah sebagai berikut:

1. Dalam BAB I pendahuluan berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan

awal dari penyusunan skripsi ini. Bab ini tersusun atas latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. Selanjutnya BAB II mengenai Kajian pustaka, Kerangka pemikiran, dan


(10)

motivasi dan permainan sepak bola. Bab ini berfungsi untuk landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan.

3. Kemudian BAB III Metode penelitian, berupa tentang penjabaran secara rinci

mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen seperti, lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik yang digunakan untuk menganisis yang didapat.

4. Selanjutnya BAB IV hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang dua hal

utama, yaitu pengolahan dan analisis data (untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan. Untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian) serta pembahasan atau analisis temuan (untuk mendiskusikan hasil temuan yang dikaitkan dengan dasar teoritis yang telah dibahas dalam BAB II).

5. Terakhir BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan

pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis penerapan model pembelajaran

model pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan motivasi siswa dalam

melakukan pembelajaran permainan sepak bola di SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung Barat.


(1)

maka timbulah gerakan yang baik dan tanpa kelelahan yang dirasakan pada siswa tersebut. Menurut Sardiman dalam Iqbal (2015, hlm 24) menyatakan bahwa:

Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian tersebut motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neurophysiological” yang ada pada organisme manusia, karena menyangkut perubahan energy kegiatan fisik manusia.

Dari pembahasan di atas, tentu kita dapat memahami bahwa motivasi sebagai target penilaian afektif sangat penting dalam setiap pembelajaran pendidikan jasmani khususnya materi permainan sepak bola yang peneliti observasi saat ini. Karena setiap unsur permainan jika tanpa motivasi melakukan akan berdampak pada diri individu siswa yang hanya melakukan gerakan namun tidak ada efeknya bagi dirinya.

Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Guru juga diharapkan harus dapat menciptakan kondisi-kondisi dimana memungkinkan siswa dapat belajar dengan efektif, dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya.

Melihat dari latar permasalahan di atas, bahwasanya keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan dan mensiasati model-model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat sesuai dengan karakteristik siswa pada dasarnya bertujuan menciptakan kondisi belajar yang memungkinkan siswa dapat termotivasi dan meraih prestasi belajar yang optimal. Kita ketahui bersama bahwa model-model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani begitu banyak. menurut Metzler dalam Gunawan (2012, hlm. 35) menjelaskan bahwa:


(2)

There are seven instruction models that have shown to be effective in teaching physical education: Direct Intruction model, personalized for instruction model, cooperative learning model, the sport education model, peer teaching model, inquiry teaching mode and the tactical games model Dari pembahasan di atas menurut Metzler terdapat tujuh model pembelajaran dalam pendidikan jasmani yaitu: (1) model pembelajaran langsung (2) model pembelajaran personal (3) model pembelajaran kerjasama (4) model pembelajaran pendidikan olahraga (5) model pembelajaran kelompok (6) model pembelajaran inkuiri (7) model pembelajaran taktis. Dari tujuh model pembelajaran yang disebutkan peneliti memilih model pembelajaran kooperatif sebagai pembanding dari model pembelajaran langsung oleh guru sebelumnya.

Model pembelajaran kooperatif mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin dalam Gunawan (2012, hlm. 28) mengatakan bahwa “pembelajaran kooperatifadalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.” Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok. Pada dasarnya, menurut Metzler (2000, hlm. 45) dijelaskan bahwa:

Cooperative learning is a set of related instructional strategies that share the common attributes given by the primary developer Robert Slavin (1983): team rewards, individual accountability, and equal opportunity for success for all students

Model pembelajaran model pembelajaran kooperatif akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tercapainya hasil motivasi pembelajaran sepak


(3)

memberikan pengaruh yang signifikan peningkatan motivasi. Maka berdasarkan latar belakang dan pemikiran di atas, peneliti merasa perlu melakukan penelitian penerapan model pembelajaran kooperatif. Dengan tujuan apakah model ini dapat memberikan pengaruh terhadap peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran sepak bola. Dari uraian di atas maka penulis merancang penelitian ini dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Terhadap Motivasi Pembelajaran Permainan Sepak Bola (Studi Eksperimen pada siswa SMAN 1 Parongpong Kab Bandung Barat).”

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dalam latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah yang sesuai dengan peneliti dapatkan berdasarkan hasil observasi pembelajaran di SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung Barat)

1. Guru pendidikan jasmani dalam proses pembelajarannya menggunakan metode demonstrasi dan siswa hanya menerima dan melakukan tugas saja dari guru.

2. Tidak semua siswa melakukan gerakan dengan semangat namun ada juga yang menjadi pembelajaran ini sebagai beban.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

Apakah model pembelajaran kooperatif dapat meningkatan motivasi pembelajaran permainan sepak bola?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan suatu hasil yang ingin dicapai atau ditemukan oleh peneliti sendiri. Menurut Suharsimi Arikunto (1993, hlm. 43) mengemukakan bahwa “tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang


(4)

menunjukan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.” Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian adalah:

Ingin mengetahui penerapan model pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan motivasi siswa dalam melakukan pembelajaran permainan sepak bola di SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung Barat.

E. Manfaat Penelitian

Jika tujuan penelitian ini tercapai, maka hasil atau manfaat yang didapat dari penelitian ini diantaranya;

Manfaat dari penelitian ini dibedakan menjadi 3 kategori yaitu manfaat bagi siswa, manfaat bagi guru, dan manfaat bagi sekolah.

1. Manfaat bagi siswa

a. Memberikan pemahaman mengenai pembelajaran sepak bola

b. Merangsang dan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. c. Menyalurkan kelebihan atau bakat pada anak.

d. Memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani.

e. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan pada anak, terutama untuk memenuhi rasa ingin tahu anak.

f. Mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor.

g. Menanamkan rasa percaya diri, kerjasama, rasa sosial, dan saling tolong-menolong dan motivasi yang tinggi.

2. Manfaat bagi guru

a. Memberi alternatif model pembelajaran kooperatif.

b. Menciptakan suatu kondisi pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. 3. Manfaat bagi sekolah

a. Meningkatkan kualitas sekolah dengan meningkatnya prestasi kemampuan belajar siswa.

b. Sebagai masukan yang positif dalam upaya proses belajar dan mengajar di masa yang akan datang.


(5)

F. Definisi Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah yang digunakan maka penulis perlu membatasi beberapa istilah dan sesuai dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Permasalahan yang diteliti pada penelitian ini yaitu untuk mengetahui dampak penerapan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan motivasi siswa dalam melakukan pembelajaran permainan sepak bola di SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung Barat.

2. Kriteria penilaian pada penerapan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif.

3. Motivasi menurut Sudirman (2015, hlm 24) menyatakan bahwa Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

4. Peserta didik adalah seseorang yang sedang menempuh ilmu sedalam mungkin dan memiliki tujuan untuk masa depan.

5. Pembelajaran adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi dengan lingkungannya.

G. Struktur Organisasi Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari lima bab. Adapun uraian mengenai isi dari penulisan setiap babnya adalah sebagai berikut:

1. Dalam BAB I pendahuluan berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan awal dari penyusunan skripsi ini. Bab ini tersusun atas latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

2. Selanjutnya BAB II mengenai Kajian pustaka, Kerangka pemikiran, dan Hipotesis tentang model pembelajaran model pembelajaran kooperatif,


(6)

motivasi dan permainan sepak bola. Bab ini berfungsi untuk landasan teoritis dalam menyusun pertanyaan penelitian dan tujuan.

3. Kemudian BAB III Metode penelitian, berupa tentang penjabaran secara rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen seperti, lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi oprasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik yang digunakan untuk menganisis yang didapat.

4. Selanjutnya BAB IV hasil penelitian dan pembahasan, berisi tentang dua hal utama, yaitu pengolahan dan analisis data (untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan. Untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian dan tujuan penelitian) serta pembahasan atau analisis temuan (untuk mendiskusikan hasil temuan yang dikaitkan dengan dasar teoritis yang telah dibahas dalam BAB II).

5. Terakhir BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis penerapan model pembelajaran model pembelajaran kooperatif terhadap peningkatan motivasi siswa dalam melakukan pembelajaran permainan sepak bola di SMAN 1 Parongpong Kab. Bandung Barat.