SKRIPSI MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA

MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI
DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR
DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:
Maria Nia Daniati
NIM: 021124023

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2007

SKRIPSI

MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI
DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR
DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU
YOGYAKARTA

Oleh:
Maria Nia Daniati
NIM: 021124023

Telah disetujui oleh:

Pembimbing

Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed.

tanggal 13 September 2007


ii

SKRIPSI
MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI
DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR
DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU
YOGYAKARTA
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Maria Nia Daniati
NIM: 021124023
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 26 September 2007
dan dinyatakan memenuhi syarat

SUSUNAN PANITIA PENGUJI

Nama

Tanda Tangan


Ketua

: Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed.

...................................

Sekretaris

: F.X. Dapiyanta, SFK. M. Pd

...................................

Anggota

: 1. Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed.

...................................

2. Y.H. Bintang Nusantara, SFK.


...................................

3. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd.

...................................

Yogyakarta, 26 September 2007
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,

Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph. D

iii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada
para pembina iman, pastor paroki dan teman-teman komunitas lektor

di Paroki Santo Antonius Kotabaru, Yogyakarta.
kekasih, sahabat, dan teman-teman seperjuangan
juga kepada mama, bapak dan kelima saudaraku
atas cinta, perhatian dan dukungannya yang meneguhkan

iv

MOTTO

“Tuhan adalah Gembalaku, takkan kekurangan aku. Ia menyegarkan jiwaku.
Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.”
(Mazmur 23:1.3)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.


Yogyakarta, 13 September 2007
Penulis

Maria Nia Daniati

vi

ABSTRAK
Skripsi ini berjudul: MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG
KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI
SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA. Tujuan penulisan skripsi
ini adalah memberikan sumbangan pemikiran kepada para pembina iman dalam
mengembangkan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di
Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta. Selain itu, memberikan inspirasi bagi
anggota komunitas lektor agar semakin menghayati tugas pelayanan dan peranannya
sebagai penyampai Sabda Allah dalam perayaan liturgi.
Judul skripsi ini bertitik tolak dari realita yang menunjukkan suatu masalah.
Di satu pihak anggota komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru sebagai
penyampai Sabda dalam perayaan liturgi. Tetapi di lain pihak mereka belum

memiliki kebiasaan membaca dan mendengarkan Kitab Suci dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan realita tersebut maka persoalan mendasar yang digeluti
dalam skripsi ini adalah bagaimana mengajak mereka agar memiliki kebiasaan
membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari
sehingga mereka semakin menghayati tugasnya sebagai penyampai Sabda dalam
perayaan liturgi.
Permasalahan tersebut diolah dalam lima bab dengan menggunakan
pendekatan deskriptif-analisis yang memanfaatkan studi pustaka, observasi dan
wawancara. Bab I adalah pendahuluan yang menguraikan latar belakang penulisan,
rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan. Bertitik tolak dari Bab I, Bab II berjudul “peranan lektor
sebagai penyampai Sabda Allah bagi umat beriman”. Bab ini menguraikan lektor
sebagai penyampai Sabda Allah, peranan Kitab Suci bagi lektor dan peranan Kitab
Suci bagi umat beriman. Sedangkan, pada Bab III, penulis membicarakan mengenai
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru memaknai Kitab Suci dalam
kehidupan sehari-hari. Bab ini membahas tentang gambaran umum komunitas lektor
dan penelitian peranan Kitab Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St.
Antonius Kotabaru. Kemudian Bab IV, penulis memaparkan katekese tentang Kitab
Suci dalam kehidupan komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.
Bab ini membahas mengenai gambaran umum katekese, upaya menggali makna

Kitab Suci dalam kehidupan melalui katekese, arah dasar katekese, model katekese
dan usulan program katekese. Dan Bab V adalah penutup, penulis mengambil
kesimpulan dan saran.

vii

ABSTRACT
The title of this thesis is HOW TO DO BIBLICAL CATECHESIS IN
THE LECTORS’ COMMUNITY OF SAINT ANTHONY PARISH,
YOGYAKARTA. The goal of the thesis is to help Christian to develop their faith in
the biblical catechesis of the lectors’ community of St. Anthony parish, Yogyakarta.
Besides that, the thesis wants to give some inspiration to the members of the lectors’
community how to fulfill their ministry and function as witness of the Word of God
in the liturgical celebration.
The title of the thesis based on the reality of the life of the community, which
shows that there is a problem. On the one side as members of the lectors’
community they deliver to the Word of God in liturgy; on the other hand they are not
used to read and listen to the Bible in their daily life. On the basis of this concrete
situasion, the main problem discussed in this thesis is the question, how to get them
to develop a habit of reading, meditating and living the Holy Scripture in their daily

life, so that they experience their ministry as a witness to the Word of God.
This problem is discussed in five chapters, using a descriptive-analytical
method, which means library research, observation and interview. The first chapter
is an introduction, which gives some information about the back-ground, a
description of the problem itself, the goal of the thesis and its usefulness, and the
method and systematic used. Starting from the first chapter, the title of chapter two
is “The function of the lector as deliver of the Word of God to the faithful”. This
chapter discusses the role of the lector as deliver of the Word of God and the
meaning of Scripture for the faithful. What the meaning of Scripture in daily life is
for the community of lectors in the St. Anthony parish, is discussed in the third
chapter. This chapter tries to show what the community of lectors in St Anthony
parish is, and how they reflect upon the role of Scriptures in the life of the lectors’
community. This chapter gives a general picture of catechesis, of the endeavor to
find the meaning of Scripture in daily life through catechesis, the direction of this
catechesis, a model and a proposal for a catechetical program. In chapter five, which
is the last, the writer gives her conclusion and suggestion.

viii

KATA PENGANTAR


Pertama-tama, syukur dan trimakasih kepada Allah Bapa dan PutraNya Yesus
Kristus serta Roh Kudus atas berkat dan kasih setiaNya yang berlimpah kepada
penulis, sehingga dari awal perencanaan, penulisan hingga terselesainya penyusunan
skripsi dengan judul “MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB
SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO
ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA.”

Skripsi ini diajukan untuk

memberikan sumbangan pemikiran dan gagasan bagi para pembina iman di Paroki
St. Antonius Kotabaru Yogyakarta dalam mengembangkan katekese di komunitas
lektor.
Selama dalam proses penulisan skripsi ini, dari awal hingga selesai, penulis
banyak menerima bantuan, dukungan, doa dan perhatian yang meneguhkan dan
membangun dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu penulis ingin menyampaikan ungkapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Drs. F.X. Heryatno W.W.,S.J., M.Ed., sebagai dosen yang telah membimbing,
mengarahkan, dan mengoreksi penyusunan skrispsi ini.
2. Y.H. Bintang Nusantara, SFK., selaku dosen wali sekaligus panitia penguji.

3. Dra. M. Yulia Supriyati, M.Pd., sebagai dosen pembimbing dalam penelitian
sekaligus sebagai penguji.
4. Dr. C.B. Putranta, SJ., sebagai dosen yang pernah membimbing, mengarahkan
dan mengkoreksi skripsi ini.
5. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama
Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta yang telah memberikan banyak pengetahuan, keterampilan, perhatian
dan cinta serta pelayanan kepada penulis selama menjalani masa studi sampai
selesai.

ix

6. Para karyawan/ti di kampus IPPAK yang telah memberikan perhatian dan
dukungan dengan caranya masing-masing.
7. Bapak, mama dan saudara-saudaraku tercinta yang telah banyak memberikan
dukungan moral dan material.
8. Teman-teman seperjuangan angkatan 2002, untuk segala persahabatan dan
kebersamaan yang penuh suka dan duka.
9. Kekasihku tercinta yang telah banyak memberikan dukungan, semangat,
perhatian dan doanya.
10. Teman-teman komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru atas pengalaman
dan dukungannya.
11. Akhirnya kepada siapa saja yang tidak sempat penulis sebutkan namanya di sini
satu per satu yang telah membantu dan berbagi pengalaman hidup dengan penulis
selama menjalani masa studi. Dan tidak lupa penulis menghaturkan maaf kepada
semua saja atas segala kekhilafan dan kelemahan penulis baik lewat tutur kata,
sikap maupun tindakan.
Penulis menyadari, skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis membuka diri atas segala kritik yang membangun dari pembaca.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan pemikiran atau gagasan bagi semua pembaca dan khususnya
pembina iman di Paroki St. Antonius Kotabaru Yogyakarta.

Yogyakarta, 13 September 2007
Penulis,

Maria Nia Daniati

x

DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ....................................................................................................................

i

PERSETUJUAN PEMBIMBING...........................................................................

ii

PENGESAHAN ...................................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ................................................................................................... iv
MOTTO ..................................................................................................................

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. vi
ABSTRAK .............................................................................................................. vii
ABSTRACT............................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ix
DAFTAR ISI........................................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................ xvi
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................

1

A. Latar Belakang ...........................................................................................

1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................

5

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................

5

D. Manfaat Penulisan......................................................................................

6

E. Metode Penulisan........................................................................................

6

F. Sistematika Penulisan .................................................................................

7

BAB II. PERANAN LEKTOR SEBAGAI PENYAMPAI SABDA ALLAH
BAGI UMAT BERIMAN........................................................................

8

A. Lektor Sebagai Penyampai Sabda Allah. ...................................................

8

1. Pengertian Lektor ....................................................................................

8

2. Fungsi Lektor Dalam Kehidupan Gereja ................................................

9

3. Spiritualitas Lektor.................................................................................. 11
4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang Lektor ........................... 12
a. Lektor Dipanggil dan Dipilih Allah .................................................... 12
xi

b. Lektor Bagian Integral Liturgi ............................................................ 16
c. Lektor Bertanggungjawab atas Tugas Utamanya................................ 17
d. Lektor membaca Kitab Suci................................................................ 17
e. Lektor dalam Komunitas ..................................................................... 20
B. Peranan Kitab Suci Bagi Lektor ................................................................ 20
C. Peranan Kitab Suci Bagi Umat Beriman ................................................... 22
1. Pengertian Kitab Suci.............................................................................. 22
2. Kitab Suci Dalam Kehidupan Umat Beriman......................................... 26
a. Kitab Suci Ditulis Oleh dan Untuk Umat Beriman............................. 27
b. Kitab Suci Sebagai Inspirasi Hidup Umat Beriman............................ 29
c. Kitab Suci Sebagai Norma Iman Gereja ............................................ 31
BAB III KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS
KOTABARU MEMAKNAI KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN
SEHARI-HARI.. ...................................................................................... 34
A. Gambaran Umum Komunitas Lektor......................................................... 34
1. Sejarah Singkat Komunitas Lektor ......................................................... 35
2. Kedudukan dan Tugas Anggota Komunitas Lektor ............................... 36
3. Situasi Komunitas Lektor ....................................................................... 37
a. Keanggotaan Komunitas ..................................................................... 37
b. Kepengurusan Komunitas ................................................................... 38
c. Kegiatan-kegiatan Komunitas ............................................................. 39
B. Penelitian Peranan Kitab Suci Dalam Kehidupan Lektor Di Paroki
St. Antonius Kotabaru.............................................................................. 40
1. Metodologi Penelitian............................................................................. 41
2. Hasil Penelitian....................................................................................... 44
3. Pembahasan Hasil Penelitian.................................................................. 50
4. Kesimpulan Hasil Penelitian................................................................... 62

xii

BAB IV. KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN
KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS
KOTABARU ........................................................................................ 65
A. Gambaran Umum Katekese ....................................................................... 65
1. Pengertian Katekese................................................................................ 65
a. Pengertian Menurut Catechesi Tradendae .......................................... 66
b. Pengertian Katekese Menurut Pertemuan Kateketik Antar Keuskupan
Se-Indonesia (PKKI II) ....................................................................... 67
2. Tujuan Katekese ..................................................................................... 71
a. Tujuan Katekese Menurut Catechesi Tradendae ................................ 71
b. Tujuan Katekese Menurut PKKI II ..................................................... 72
B. Upaya Menggali Makna Kitab Suci Dalam Kehidupan Komunitas Lektor
Melalui Katekese ....................................................................................... 73
C. Arah Dasar Katekese .................................................................................. 74
D. Model Katekese.......................................................................................... 77
1. Alasan Pemilihan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese 78
2. Tiga komponen pokok dalam Shared Christian Praxis ......................... 80
a. Praxis .................................................................................................. 81
b. Christian.............................................................................................. 81
c. Shared.................................................................................................. 82
3. Langkah-langkah Shared Christian Praxis ............................................ 83
a. Langkah Pertama: Pengungkapan Pengalaman Faktual...................... 83
b. Langkah Kedua: Refleksi Kritis Terhadap Praksis Faktual ................ 84
c. Langkah Ketiga: Mengusahakan Tradisi dan Visi Kristiani
Terjangkau........................................................................................... 84
d. Langkah Keempat: Interpretasi Dialektis antar Praksis dan Visi
Peserta dengan Tradisi dan Visi Kristiani............................................ 85
e. Langkah Kelima: Keterlibatan Baru demi makin Terwujudnya
Kerajaan Allah ..................................................................................... 86

xiii

E. Usulan Tema Dan Program Katekese......................................................... 87
1. Tema dan Program Katekese .................................................................. 87
2. Satuan Pertemuan ................................................................................... 89
a. Identitas Katekese Shared Christian Praxis........................................ 89
b. Pemikiran Dasar. ................................................................................. 90
c. Pengembangan Langkah-langkah........................................................ 91
BAB V. PENUTUP...............................................................................................

99

A. Kesimpulan ...........................................................................................

99

B. Saran...................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 103
LAMPIRAN ......................................................................................................... 105
Lampiran 1: Surat Ijin Penelitian .......................................................................... (1)
Lampiran 2: Panduan Pertanyaan Wawancara...................................................... (2)
Lampiran 3: Hasil Wawancara.............................................................................. (3)
Lampiran 4: Matriks Program Katekese ............................................................... (34)
Lampiran 5: Lagu-lagu untuk Katekese............................................................... (36)
Lampiran 6: Bacaan Kitab Suci ............................................................................ (37)

xiv

DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci.
Singkatan-singkatan Kitab Suci dalam Lembaga Alkitab Indonesia. (2002).
Alkitab. LAI: Jakarta. Halaman vi.

B. Singkatan Resmi Dokumen Gereja.
CT

: Catechesi Tradendae

DV

: Dei Verbum

C. Singkatan lain.
Art.

: Artikel

Bdk.

: Bandingkan

dll

: dan lain-lain

GKS

: Gedung Karya Sosial

KKN

: Kuliah Kerja Nyata

KWI

: Konferensi Wali Gereja Indonesia

NO

: Nomor

PI

: Pendalaman Iman

PKKI

: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia

PKL

: Praktek Kerja Lapangan

PPMB

: Pola Penyampaian Materi Bacaan

S1

: Strata satu

S2

: Strata dua

sbb.

: sebagai berikut

SCP

: Shared Cristian Praxsis

Sdri

: Saudari

Sdra

: Saudara

xv

SJ

: Societas Jesu

SMU

: Sekolah Menengah Umum

SPG

: Sekolah Pendidikan Keguruan

St.

: Santo

Tembul

: Temu Bulanan Lektor

TV

: Televisi

WIB

: Waktu Indonesia Bagian Barat

xvi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.
Gereja terus-menerus menghimbau umatnya untuk membaca, merenungkan
dan menghayati Kitab Suci. Himbauan ini selalu kita dengar melalui kotbah setiap
minggu di gereja, dalam pertemuan-pertemuan di lingkungan maupun dalam
kegiatan-kegiatan keagamaan.

Himbauan ini juga disampaikan dalam Dokumen

Konsili Vatikan II khususnya Dei Verbum artikel 25:
Konsili Suci mendesak dengan amat sangat dan secara istimewa agar semua
orang beriman, terutama para biarawan-biarawati, acap kali membaca KitabKitab ilahi dan memperoleh ‘keunggulan pengetahuan Yesus Kristus’
(Fil.3,8). Sebab tidak mengenal Alkitab berarti tidak mengenal Kristus. Maka
hendaknya mereka dengan suka menghadap Kitab Suci sendiri, entah melalui
lembaga-lembaga sendiri, entah melalui Liturgi Suci yang penuh dengan
sabda-sabda ilahi, entah dengan bacaan saleh, entah melalui lembaga-lembaga
yang baik untuk itu atau dengan bantuan lain, yang dengan persetujuan dan
usaha para gembala Gereja dewasa ini di mana-mana tersebar dengan baikbaik.
Himbauan ini tentunya memiliki maksud yaitu supaya dengan membaca
Kitab Suci umat beriman akan mampu melihat segala permasalahan hidup yang
sedang dihadapi dalam terang iman Kristiani. Umat beriman diajak untuk mampu
merenungkannya sehingga menemukan makna hidupnya sendiri. Hal ini ditegaskan
oleh Leks (1983:13) sebagai berikut: “umat beriman harus selalu merenungkan, apa
yang harus dibuang, dilepaskan dan apa yang perlu dipertahankan”. Memang Kitab
Suci tidak memberikan jawaban yang pasti atas persoalan hidup, tetapi Kitab Suci

1

2

memberi terang untuk memecahkan segala persoalan. Dengan membaca Kitab Suci
umat beriman semakin memiliki iman yang dewasa dan mendalam.
Tetapi kenyataan berbicara lain, walaupun himbauan untuk membaca Kitab
Suci terus-menerus didengungkan, kiranya masih banyak umat Katolik yang belum
pernah membaca, merenungkan dan menghayati Kitab Suci. Seringkali penulis
mendengar komentar dari umat bahwa Kitab Suci adalah buku yang berat, susah
dipahami dan dimengerti. Selain itu ada juga umat yang mempertanyakan, apakah
Kitab Suci masih relevan bagi kehidupan saat ini? Munculnya berbagai anggapan
umat terhadap Kitab Suci ini menunjukkan bahwa masih rendahnya minat umat
untuk membaca Kitab Suci. Memang ironis bahwa Kitab Suci adalah buku iman
Katolik, tetapi umat katolik sendiri bersikap acuh tak acuh terhadap firman Tuhan
itu. Padahal hampir setiap keluarga Katolik memiliki Kitab Suci. Namun Kitab Suci
tersebut jarang digunakan, hanya menjadi benda pajangan yang jarang tersentuh atau
terbaca.
Dewasa ini banyak umat yang kurang mampu memaknai persoalan hidup,
sehingga menimbulkan kecemasan, ketakutan dan kekhawatiran dalam hidup. Selain
itu, akhir-akhir ini di bumi Indonesia banyak terjadi bencana alam seperti gempa
bumi, gunung meletus, tanah longsor, banjir lumpur dll. Tentu saja hal itu
mengakibatkan banyak dari umat mengalami kerapuhan iman. Umat mulai
meragukan keberadaan Tuhan dan tidak mampu menerima kenyataan yang sedang
dihadapi. Kenyataan ini tentunya menimbulkan keprihatinan dari berbagai pihak
masyarakat dan termasuk diantaranya Gereja sendiri.

Gereja harus menentukan

3

sikap dan mencari solusi untuk menghadapi kenyataan umat yang demikian. Salah
satu usaha Gereja adalah dengan diadakannya katekese yang bertujuan
membangkitkan dan memperkuat iman umat kepada Tuhan.

Gereja juga

mempunyai cita-cita agar pembinaan dan penghayatan iman dimulai sejak dini dan
ditujukan kepada semua umat beriman. Dalam anjuran Apostolik Catechesi
Tradendae artikel 19, Paus Yohanes Paulus II menjelaskan Katekese:
Katekese masih harus berusaha bukan saja untuk memantapkan serta
mengajarkan iman, tetapi juga untuk tiada hentinya membangkitkan iman
dengan bantuan rahmat, untuk membuka hati para peserta, untuk
mempertobatkan, serta menimbulkan sikap penyerahan diri seutuhnya kepada
Yesus Kristus.
Hal ini berarti bahwa katekese perlu dilakukan secara terus-menerus agar
iman senantiasa dibaharui. Maka setiap komunitas Gereja bertanggung jawab untuk
kelangsungan kehidupan iman Gereja. Untuk itu umat beriman tetap membutuhkan
pembinaan iman sepanjang hidup dan tidak pernah akan selesai.
Komunitas Lektor adalah salah satu komunitas kategorial di Paroki St.
Antonius Kotabaru. Komunitas lektor ini beranggotakan kaum muda dan didampingi
oleh seorang Frater dari Societas Jesu (SJ). Kehadiran para lektor ini dirasa sangat
penting guna membantu tugas pelayanan imam dan terlebih bagi umat yang hadir
dalam perayaan Ekaristi.

Namun ternyata muncul keprihatinan dari Romo dan

umat mengenai peranan lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru. Seringkali anggota
lektor mendapat teguran dan komentar dari Romo dan umat. Teguran dan komentar
ini biasanya menyangkut tanggungjawab sebab petugas lektor seringkali tidak hadir
untuk melaksanakan tugas yang telah dijadwalkan. Selain itu juga menyangkut cara

4

dan gaya lektor dalam membaca Kitab Suci. Isi Kitab Suci kurang jelas didengar
oleh umat; umat merasa terganggu dengan gaya dan cara membaca seperti presenter
TV atau radio.

Adanya beberapa teguran dan komentar terhadap lektor ini

menunjukkan bahwa kurang ada kesadaran akan tanggungjawab, kurang persiapan
membaca, merenungkan, dan menghayati Kitab Suci.
Padahal, idealnya seorang lektor diharapkan tidak sekedar membaca,
melainkan membacakan (bisa didengar oleh umat) dan

menyampaikan

(memberikan) Sabda Allah kepada umat, agar sabda Allah tidak hanya didengar
tetapi dimengerti, dipahami dan diresapkan ke dalam hati sanubari dan akhirnya
dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Supaya dapat membacakan dan
menyampaikan sabda Allah dengan baik seorang lektor perlu latihan terus menerus.
Latihan ini menyangkut latihan teknik membaca, merenungkan dan menghayati isi
Kitab Suci, sebagaimana diungkapkan oleh Roesdianto (2005:45) sebagai berikut:
Lektor tak pernah lepas atau berhenti membaca dan memahami ayat-ayat
Kitab Suci setiap hari, sehingga jiwanya selalu disejukkan, disegarkan dan
dihidupkan oleh Kitab Suci. Dengan demikian, setiap hari lektor selalu
disukmai Kitab Suci.
Kitab Suci menjadi sumber kekuatan hidup sehari-hari, seharusnya dimiliki
oleh masing-masing anggota lektor untuk dipelajari dengan membaca, merenungkan
dan menghayati. Untuk mempelajari Kitab Suci tidak cukup hanya dipelajari sendiri,
tetapi lektor perlu mengadakan kelompok Kitab Suci dan bersama-sama
mempelajarinya dalam bentuk katekese.

Dengan demikian iman seorang lektor

5

diperbaharui, berkembang dan senantiasa dijiwai oleh Kitab Suci baik di dalam tugas
maupun dalam kehidupannya.
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, penulis merasa terpanggil
untuk mengangkatnya dalam sebuah skripsi. Untuk skripsi ini penulis mengambil
judul: “MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM
KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS
KOTABARU YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah.
Berdasarkan pemaparan latar belakang permasalahan di atas, maka masalah
tulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apa peranan Kitab Suci bagi seorang lektor?
2. Bagaimana seorang lektor memaknai Kitab Suci di dalam hidupnya sehari-hari?
3. Bagaimana mengupayakan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan anggota
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru?

C. Tujuan Penulisan.
1. Membahas dan memaparkan peranan Kitab Suci bagi anggota komunitas Lektor.
2. Mengetahui bagaimana seorang lektor mampu memaknai Kitab Suci dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Mengupayakan katekese tentang Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari di
komunitas lektor Paroki St. Antonius Kotabaru.

6

4. Sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 Program Studi
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

D. Manfaat Penulisan.
1. Sebagai sumbangan pemikiran dan gagasan bagi para pembina iman di Paroki St.
Antonius Kotabaru dalam mengembangkan katekese Kitab Suci di komunitas
lektor.
2. Memberikan inspirasi bagi anggota komunitas lektor dalam menghayati tugas
pelayanan dan peranannya sebagai penyampai Sabda Allah.
3. Sebagai proses belajar bagi penulis dalam merencanakan, meneliti dan membuat
program penelitian tentang Katekese Kitab Suci di komunitas lektor.

E. Metode Penulisan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analisis.
Metode ini adalah membahas dan memaparkan hasil pengamatan langsung
(observasi).
Kemudian,

Guna mendukung teori, penulis memanfaatkan studi pustaka.
penulis

membuat

penelitian

sederhana

dengan

metode

survai

menggunakan instrumen wawancara yang topiknya bersumber dari rumusan
masalah.

7

F. Sistematika Penulisan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi menjadi lima Bab. Adapun
pokok-pokok ke-5 Bab tersebut adalah sebagai berikut: Bab I merupakan
pendahuluan.

Pendahuluan ini meliputi; latar belakang penulisan, rumusan

permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Di dalam Bab II, penulis membahas tentang peranan lektor sebagai
penyampai Sabda Allah bagi umat beriman. Dalam pemaparannya penulis membagi
menjadi tiga sub pokok bahasan yaitu lektor sebagai penyampai Sabda Allah,
peranan Kitab Suci bagi lektor dan peranan Kitab Suci bagi umat beriman.
Pada Bab III, penulis akan mengkaji mengenai komunitas lektor di Paroki St.
Antonius Kotabaru memaknai Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Dalam
pemaparannya, penulis membagi menjadi dua sub pokok bahasan yaitu gambaran
umum komunitas lektor dan penelitian peranan Kitab Suci dalam kehidupan
komunitas lektor di Paroki St. Antonius Kotabaru.
Sedangkan Bab IV, penulis akan membicarakan katekese tentang Kitab Suci
dalam kehidupan komunitas lektor.

Pembahasan tentang katekese ini akan

dipaparkan dalam lima sub pokok bahasan yaitu gambaran umum katekese, upaya
menggali makna Kitab Suci dalam kehidupan melalui katekese, arah dasar katekese,
model katekese dan usulan program katekese.
Dan dalam Bab V adalah penutup, penulis mengambil kesimpulan dan saran

BAB II
PERANAN LEKTOR SEBAGAI PENYAMPAI SABDA ALLAH
BAGI UMAT BERIMAN

A. Lektor Sebagai Penyampai Sabda Allah.
1. Pengertian lektor.
Kata lektor berasal dari bahasa Latin lectio yang artinya pembacaan. Maka
lektor artinya pembaca atau yang membacakan. Selain itu kata lectio diartikan
sebagai bacaan.

Pengertian lektor dalam arti khusus adalah seorang pria yang

diberkati dan dilantik oleh uskup untuk membacakan Sabda Tuhan memang
menunjuk pada petugas membaca Kitab Suci selain bacaan Injil dalam perayaan
liturgi. Sedangkan pengertian lektor secara umum lebih menunjuk kepada pengertian
lektor yang biasa dikenal oleh umat dan sangat akrab di mata umat. Pengertian
lektor ini adalah seorang pria maupun wanita yang bertugas untuk membacakan
Kitab Suci (selain Injil), doa umat dan pengumuman di gereja (Roesdianto, 2005:
19). Dengan demikian, baik dalam arti khusus maupun umum pengertian lektor tetap
menunjuk kepada petugas untuk membacakan Kitab Suci selain Injil. Namun dalam
tulisan ini, penulis secara khusus akan membahas pada pengertian lektor secara
umum.
Lektor mempunyai tugas membacakan yaitu bisa didengar oleh umat dan
menyampaikan Sabda Allah kepada umat beriman dalam perayaan liturgi. Dalam
perayaan liturgi Kitab Suci mempunyai fungsi yaitu sebagai sarana yang membantu

8

9

umat untuk bisa bertemu dengan Allah. Umat mampu bertemu dengan Allah yang
menyelamatkan dalam perayaan liturgi, hal ini berarti bahwa tujuan dari perayaan
liturgi tercapai. Maka jelas bahwa tugas seorang lektor adalah membacakan dan
menyampaikan Sabda agar umat bisa mendengarkan, menerungkan dan menghayati
Sabda dalam kehidupannya. Menurut Waskito (1981: 5) lektor atau pembaca adalah
seorang petugas penting dalam perayaan liturgi.
Dari ungkapan di atas jelas bahwa lektor mempunyai kedudukan di dalam
Gereja. Lektor membaca Kitab Suci artinya lektor adalah seorang pewarta Sabda.
Maka menjadi salah seorang pewarta Sabda lektor secara khusus dan secara resmi
dilantik oleh Gereja. Dengan dilantik berarti lektor mempunyai keluhuran martabat
yaitu sebagai penyambung lidah Allah karena melalui diri dan mulutnya Allah
sendiri berbicara dan menyapa umatNya. Maka seorang lektor perlu mendapat
berbagai macam pembinaan dan pelatihan yang berkesinambungan (Martasudjita,
1999:48-49).

2. Fungsi Lektor Dalam Kehidupan Gereja.
Tugas pelayanan lektor merupakan tugas penting bagi Gereja. Kehadiran
lektor dirasa sangat membantu umat agar bisa mendengarkan Sabda dengan baik.
“Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus” (Rom.
10:17).

Lektor membantu menumbuhkembangkan iman umat karena dengan

mendengarkan Sabda umat dipertemukan dengan Allah sehingga umat semakin
mengenal-Nya, mencintai dan mengikuti-Nya dengan setia. Maka suatu tugas mulia

10

di mana lektor sebagai orang yang percaya kepada Allah, telah dibabtis dan menjadi
pengikut Yesus memiliki kesadaran akan tanggungjawabnya sebagai orang beriman
yaitu dengan meneruskan tugas pewartaan. Walaupun tugas pewartaan merupakan
tugas umum Gereja, namun kehadiran lektor sebagai pembaca Sabda bagi Gereja
dirasa sangat perlu.
Dengan melihat kebutuhan Gereja; untuk membantu pewartaan Sabda,
mendorong Gereja untuk membentuk Ministeria (pelayanan) untuk melayani seluruh
jemaat dan masyarakat. Salah satu tugas pelayanan tersebut adalah pewartaan Sabda
oleh lektor di paroki-paroki, guna pewartaan Sabda Allah yang lebih ‘profesional’.
Tugas pelayanan lektor dibentuk untuk mengaktifkan dan menghidupkan kembali
ministeria kaum awam (Leba & John, 1994:10-11).
Lektor adalah seorang pembaca Kitab Suci selain Injil. Menjadi seorang
Lektor adalah suatu tugas pelayanan liturgis. Tugas pelayanan lektor diberikan
melalui pelantikan, walaupun masih banyak lektor di paroki-paroki yang
menjalankan tugasnya tidak atas dasar pelantikan, melainkan atas dasar penunjukan
aktual dan terus-menerus. Namun untuk menjadi lektor yang “profesional”, perlu
dipersiapkan agar dapat membaca Sabda dengan baik. Kehadiran Lektor dirasa
sangat membantu Sabda yang dibacakan bisa didengarkan dengan telinga, ditangkap
dengan akal budi dan diresapkan ke dalam hati. (Pareira, editor KWI, 1991:54-55).

11

3. Spiritualitas Lektor.
Menjadi lektor merupakan tugas mulia.

Lektor menjadi bagian integral

dalam perayaan Liturgi. Dalam perayaan liturgi lektor hadir sebagai perwakilan
Allah yang mewartakan Sabda. Menjadi lektor bukanlah tugas yang dilakukan hanya
dengan sekedar membacakan Kitab Suci. Tetapi lektor benar-benar dapat membantu
umat untuk merasakan dan mengalami Sabda itu sendiri. Umat yang mendengarkan
pembacaan Kitab Suci dapat merasakan kehalusan dan kekuatan Kitab Suci di dalam
hatinya (Pareira, kutipan dari OLM no. 55, editor KWI, 1991:55).
Untuk dapat membacakan Kitab Suci dengan baik, lektor sendiri harus
mengimani apa yang dibacakannya. Kitab Suci adalah Sabda Allah berarti Allah
yang bersabda. Maka sebelum menyampaikan Sabda itu, terlebih dahulu ia harus
menjadi pendengar Sabda (Pareira, editor KWI, 1991:57). Akrab dengan Sabda
Kitab Suci, melakukan dialog dengan Kitab Suci, dengan cara membaca, menggulati
dan merenungkan pesan-pesannya merupakan jalan utama untuk berjumpa dengan
Tuhan, mengalami kasihNya dan dengan cara itu akan memperoleh inspirasi baru
untuk menghayati imannya di dalam situasi hidup sehari-hari (Heryatno Wono
Wulung, 1999:3). Lektor harus percaya dan mampu memberikan kesaksian imannya
kepada umat di sekitarnya. Memberikan kesaksian iman berarti mampu menjalani
hidup berdasarkan nilai-nilai imannya, baik di dalam masyarakat, komunitas,
keluarga dan dengan siapa saja ia berinteraksi. Memberi kesaksian iman juga berarti
lektor tampil di depan mimbar altar gereja tidak untuk mencari pujian atau celaan. Ia
harus tampil percaya diri, mengucapkan kata-kata dengan pasti dan yakin. Dia juga

12

mengabdi kepada pimpinan liturgi yaitu pastor yang memimpin perayaan liturgi.
Mengabdi bukan hanya melaksanakan apa saja yang ditugaskan, tetapi dengan
kesadaran penuh seorang lektor melaksanakan tugasnya sesuai dengan perannya
yaitu penyambung lidah dan perwakilan diri Allah yang nyata hadir dalam SabdaNya
(Diktat pembekalan lektor Gereja St. Antonius Kotabaru, 2005:7).

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan oleh Seorang Lektor.
Seorang lektor atau pembaca Sabda yang profesional, tidak cukup hanya bisa
membaca. Namun ada beberapa hal yang perlu disadari dan dimiliki oleh seorang
lektor yaitu:

a. Lektor Dipanggil dan Dipilih Allah.
Untuk menjadi seorang lektor bukan suatu paksaan, tetapi terlahir dari niat
yang sungguh-sungguh dan secara sadar. Adanya dorongan batin dan kesadaran
untuk melaksanakan tugas yaitu sebagai pembaca Sabda Allah.

Sabda yang

dibacakan merupakan Sabda kebenaran dan petunjuk/tuntunan untuk berbuat baik.
Seperti yang diungkapkan oleh St. Paulus (2 Tim 3:16-17), yaitu:
Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar,
untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan dan untuk
mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia
kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik.
Sabda Allah yang dibacakan berguna untuk membuka hati umat beriman
untuk memperoleh petunjuk dan kebenaran yang sesuai dengan kehendak Allah.

13

Maka menjadi lektor harus siap dengan tugasnya yang merupakan kehendak dari
Allah sendiri.
Kesadaran bahwa Sabda yang disampaikan adalah Sabda kebenaran, maka
seorang lektor juga perlu dibina dan dilatih secara terus-menerus secara terarah, agar
pengetahuan, keterampilan dan penghayatan sungguh bisa diandalkan untuk mampu
menyampaikan kebenaran dengan baik (Leba & John, 1994:11).

Maka untuk

menjadi seorang penyampai Sabda yang baik dan profesional seorang lektor harus
mendapat tiga macam pembinaan yaitu:

1) Pembinaan Biblis
Pembinaan Biblis sangat membantu seorang lektor agar dapat mengerti
bacaan menurut konteksnya dan menangkap inti berita wahyu dalam terang iman.
Hendaknya pembinaan dilakukan secara terus-menerus, namun yang dibutuhkan
lebih dari pembinaan agar lektor mampu mengerti isi bacaan yang disampaikan.
Dalam pembinaan, ada banyak hal mendasar yang perlu disampaikan dan diketahui
oleh seorang lektor yaitu:
a) Pemahaman dasar mengenai Kitab Suci yang meliputi:
¾ Arti, maksud dan peranan Kitab Suci dalam kehidupan Gereja.
¾ Konsep tentang wahyu dan iman.
b) Sejarah terjadinya Kitab Suci Perjanjian Lama dan Kitab Suci Perjanjian Baru.

14

c) Pengantar Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru (terutama Kisah Para
Rasul, Surat-surat dan Kitab Wahyu) selain Injil supaya disampaikan secara lebih
mendalam.
d) Pedoman membaca Kitab Suci.
Dari beberapa hal pokok di atas sangatlah perlu disampaikan kepada lektor
sebagai modal awal untuk menjadi penyampai Sabda.

Dari proses pembinaan

tersebut ada hal yang mau dicapai antara lain: lektor dapat membedakan bab dan
ayat, menyebutkan nama dan jenis buku dengan tepat. Tetapi yang lebih terpenting
adalah bahwa lektor mengerti isi bacaan dan mengimani apa yang dibaca. Untuk
bisa mengimani dan mengerti apa yang dibaca maka lektor perlu membuka diri dan
hati terhadap Sabda dalam Kitab Suci. (Pareira, 1991:55-56.)
Seorang lektor bukanlah seseorang yang dituntut untuk menjadi alhi Kitab
Suci. Tetapi perlu disadari bahwa tugas lektor adalah tugas yang mulia, artinya
lektor dalam menjalankan tugasnya tidak bisa dianggap remeh dan ringan. Perlu ada
pembinaan cukup dan terus-menerus agar Sabda yang disampaikan menjadi Sabda
yang berdaya guna; didengar melalui telinga, direnungkan di dalam hati dan dihayati
dalam kehidupan. Sabda yang disampaikan dapat membantu umat untuk bertemu
dengan Tuhan yang menyelamatkan sehingga tujuan dari perayaan liturgi dapat
tercapai.

15

2) Pembinaan Liturgis
Pembinaan liturgis ini dimaksudkan agar memberikan sekedar kemampuan
kepada pada lektor untuk memahami makna dan tata susunan liturgi Sabda serta
dasar-dasar hubungan liturgi Sabda dengan liturgi Ekaristi. Maka ada beberapa hal
pokok yang perlu disampaikan dan diketahui oleh lektor yaitu:
a) Pengertian liturgi Sabda.
b) Peranan Sabda dalam liturgi.
c) Hubungan liturgi Sabda dengan liturgi Ekaristi.
d) Peranan lektor dalam liturgi.
e) Susunan tata cara liturgi
f) Penanggalan Liturgi,Warna Liturgi, dan Tahun Liturgi
g) Sikap-sikap Liturgi.
Beberapa materi pokok pembinaan di atas sangat membantu seorang lektor
untuk mengerti dan memahami liturgi, sehingga mampu menempatkan diri sebagai
lektor yang merupakan petugas integral yang membantu kelancaran dan tujuan
perayaan liturgi.

3) Pembinaan Teknis.
Pembinaan teknis bertujuan meningkatkan seni membaca para lektor di
hadapan umat, baik tanpa maupun dengan bantuan pengeras suara (Bdk. Pareira,
1991:55-60). Ada banyak macam pembinaan teknis antara lain:
a) Latihan vokal.

16

b) Latihan kecepatan (intonasi).
c) Latihan pernafasan.
d) Latihan pemakaian suara
e) Penampilan.
f) Latihan penggunaan mike.
Ketiga jenis pembinaan di atas merupakan hal yang sangat mendasar, yang
harus diberikan kepada lektor untuk meningkatkan kualitas lektor sebagai yang
diutus Allah untuk menyampaikan kebenaran. Kebenaran yang dimaksudkan agar
umat beriman mendengarkan, percaya dan melaksanakannya.

b. Lektor Bagian Integral Liturgi.
Seorang penyampai Sabda Allah harus dilantik oleh Gereja setempat.
Pelantikan dilakukan oleh Uskup atau Romo yang berwenang dan disaksikan oleh
umat (Martasudjita, 1999:48-49). Dengan dilantik lektor menjadi petugas penting
dan mulia dalam perayaan liturgi karena menyampaikan Sabda Allah.
Lektor memiliki tugas mulia yaitu penyampai Sabda Allah. Oleh karena itu,
lektor tidak dapat berdiri sendiri atau melepaskan diri, menurut selera sendiri,
terpisah dari seluruh rangkaian upacaya liturgi Ekaristi. Lektor selaku pribadi dalam
tugas juga menyatu dengan petugas lain dalam liturgi. Ia wajib mematuhi aturan
yang ada dan berlaku secara umum dalam liturgi.

17

c. Lektor Bertanggungjawab atas Tugas Utamanya.
Sebagai Penyampai Sabda Allah, lektor memiliki tanggungjawab moral
religus yang serius, lahir dan batin. Maka lektor wajib memperhatikan diri dan
menatanya secara layak untuk melaksanakan tugas dan kewajiban utamanya. Ia
memperhatikan penampilan dan busana yang layak, sopan serta rapi. Ia juga harus
berlatih terus menerus untuk mempersiapkan diri menjadi penyampai Sabda yang
baik. Walaupun lektor terhimpun di dalam komunitas, namun dalam pelaksanaan
tugas yang sudah dijadwalkan, lektor wajib melaksanakannya dengan baik. Apabila
lektor berhalangan, maka cepat-cepat untuk mencari penganti. Dan apabila ia tidak
dapat mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di dalam konunitas
hendaknya dikomunikasikan karena alasan yang bertanggungjawab.

Dengan

demikian lektor mampu mempertanggungjawabkan diri secara pribadi terhadap tugas
dan kewajibannya di dalam komunitas terutama tugasnya sebagai Penyampai Sabda
Allah.

d. Lektor membaca Kitab Suci.
Tugas lektor adalah menyampaikan Sabda kepada umat beriman dalam
perayaan liturgi. Agar warta Sabda Kitab Suci bisa sampai kepada umat beriman,
maka perlu dibacakan kepada umat yang berkumpul (Waskito, 1981:34). Lektor
bukan hanya seorang petugas yang membacakan Kitab Suci, tetapi terlebih bahwa
seorang lektor adalah penyampai warta Kitab Suci dalam perayaan liturgi. Membaca
Kitab Suci artinya bahwa seorang lektor tidak sekedar mengucapkan tulisan, juga

18

tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Maka seorang lektor
sebelum bertugas perlu melakukan tiga langkah persiapan, yaitu:

1) Lektor Membaca Secara Fisik.
Kata membaca di sini diartikan sebagai membaca secara fisik atau
perkenalan terhadap bentuk visual dan fisik Kitab Suci. Ini berlaku lebih-lebih bagi
lektor junior, tetapi bukan berarti tidak berlaku untuk yang senior. Lektor junior
perlu dibekali untuk dapat melihat, mengamati dan mencermati bentuk fisik, struktur
dan isi Kitab Suci. Lektor juga bisa membedakan antara Kitab Suci Perjanjian Lama
dan Kitab Suci Perjanjian Baru serta Kitab Suci Katolik dan bukan Katolik.
Dengan demikian seorang lektor akan terbiasa untuk melakukan hal yang sama di
dalam mempersiapkan diri sebelum bertugas.

Lektor bisa menyiapkan sendiri

bacaan yang akan digunakan berdasarkan kalender Liturgi. (Roesdianto, 2005: 47).

2) Lektor Membaca dalam Hati.
Di sini lektor tidak hanya mengamati bentuk fisik, tetapi juga mulai menelaah
isinya. Inilah yang dikatakan dengan membaca di dalam hati. Selaras dengan sikap
mendalami, dalam langkah kedua ini sudah masuk ke dalam proses pendalaman
materi bacaan Sabda Allah. Dalam proses pendalaman ini lektor perlu penyerahan
diri sepenuhnya kepada Tuhan. Dengan iman dan kerinduan hati, lektor menerima
hikmat dari Tuhan.

Proses pendalaman ini meliputi: menggali, menganalisis,

menafsir, mengimajinasi, merasakan, mengindra dan menghayati bacaan tersebut.

19

Lektor bisa dibantu dengan cara menuliskan kembali teks yang menjadi bahan
bacaan. Dalam proses ini juga lektor perlu ada tuntunan pertanyaan yang dapat
membantu sebagai berikut (Bdk. Roesdianto, 2005:52-53):
a) Dari mana bacaan itu diambil?
b) Apa jenis karya sastranya?
c) Apa tema pokoknya?
d) Bagaimana latar belakang situasi dan inti isinya?
e) Apa yang dapat kita bayangkan?
f) Bagaimana struktur kalimatnya, berapa jumlah kalimat seluruhnya dan apa kata
kunci dari kalimat tersebut?
g) Apa yang ingin disampaikan dengan kutipan ini?
h) Apa pola penyampaian materi bacaan (PPMB) tersebut?
Semua pertanyaan penuntun di atas sifatnya adalah membantu, maka lektor
tidak perlu merasa kecewa atau merasa diri gagal bila tidak bisa menemukan
jawaban yang tepat dari pertanyaan di atas, tetapi biarkanlah hal itu terjadi. Tidak ada
seorangpun yang mampu menyelami maksud dan rencana Tuhan dengan sempurna.
“Manusia pertama tidak mengetahuinya dengan sempurna, dan yang terakhir pun
tidak sampai menyelaminya pula” (Sir 24:28).

Karena sesuatu yang tidak kita

mengerti saat ini kerapkali terjadi di dalam pengalaman hidup kita (Pareira, 2006:23
– 24).

20

3) Lektor Membaca Bersuara.
Langkah ketiga ini adalah langkah di mana lektor membaca Sabda dengan
suara atau bisa disebut lektor membaca lisan (oral). Pada langkah ini lektor memberi
perhatian pada kalimat dan kata-kata. Hal ini sangat membantu dalam pengucapan
kata-kata; cepat lambat dan keras lembut. Tujuan dari langkah ini adalah:
a) Meneliti ketepatan ucapan suara/mulut kita atas huruf/kata tulisan yang kita baca,
benar atau keliru.
b) Melancarkan pengucapan dan pelafalan kata-kata.
c) Mengukur intensitas (power) atau kelantangan suara.
d) Mencermati kejelasan artikulasi ucapan dan pengejaan.
e) Mencermati perbendaharaan warna dan nada suara/ucapan atas huruf dan katakata.
Ketiga langkah di atas akan sangat membantu seorang lektor di dalam
mempersiapkan bacaan yang akan digunakan untuk bertugas. Melalui proses ketiga
langkah tersebut, seorang lektor akan terbantu untuk menjiwai seluruh isi bacaan,
karena lektor tidak membaca sabda lektor, tetapi Sabda Allah.

e. Lektor dalam Komunitas.
Para lektor terhimpun dalam suatu wadah yang disebut sebagai komunitas.
Komunitas terbentuk karena setiap orang saling membutuhkan antara yang satu
dengan yang lain. Komunitas merupakan tempat di mana kita hidup, tumbuh, dan

21

berkembang (Martasudjita, 2001:11). Supaya menjadi hidup, tumbuh dan
berkembang perlu adanya semangat dan Roh yang mempersatukan setiap anggota.
Komunitas lektor merupakan komunitas Kristiani yang membantu dalam
tugas pelayanan Sabda. Komunitas Kristiani yang ideal adalah komunitas yang
disatukan dan dihidupi oleh iman akan Yesus berkat pencurahan Roh Kudus. Maka
apa yang dilakukan adalah: bertekun dalam pengajaran para rasul (Martasudjita,
2001:40). Begitu pula komunitas lektor, harus selalu dihidupi oleh Sabda agar
semakin dipersatukan di dalam iman akan Yesus, melalui kegiatan-kegiatan seperti
pendalaman Kitab Suci, pertemuan rutin setiap bulan, dll. Dengan demikian seluruh
anggota komunitas semakin dipersatukan dan diperkembangkan imannya akan
Yesus.

B. Peranan Kitab Suci Bagi Lektor.
Kitab Suci tidak akan berperan kalau seorang lektor tidak pernah membaca,
merenungkan dan menghayati Kitab Suci.

Membaca, merenungkan dan

menghayati/menjiwai Kitab Suci tidak dilakukan hanya ketika akan dan sedang
bertugas. Seorang lektor adalah bagian dari anggota umat beriman yang percaya
bahwa Kitab Suci merupakan ungkapan kesaksian iman umat yang percaya kepada
Allah. “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya”
(Rm.1:16). Kitab Suci berisi Sabda kebenaran yang menuntun kehidupan manusia
untuk bisa berjumpa dengan Allah yang memberikan kehidupan. Umat manusia

22

selalu dihidupi, disemangati dan didorong untuk selalu hidup dalam pengharapan
iman. Kitab Suci menjadi santapan jiwa yang memberikan kekuatan.
Seorang lektor seharusnya menjadikan Kitab Suci makanan jiwa dan menjadi
santapan dalam hidupnya. Lektor bukanlah orang yang anti dan asing terhadap Kitab
Suci.

Maka setiap lektor seharusnya memiliki, menghidupi dan mengaktualkan

Sabda Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menghidupi dan
mengaktualkan Sabda seorang lektor selalu mendapatkan kekuatan di kala
menghadapi persoalan dan diberi pengharapan serta dimantapkan dalam meneruskan
tugas pewartaan.
Dari Kitab Suci diperoleh inspirasi, tuntunan dan arahan hidup untuk semakin
menumbuhkan iman kepercayaan kepada Tuhan