Uji potensi antibakteri ektrak etanol daun dandang gendis [Clinacanthus nutans [Burm. f.] Lindau] terhadap escherichia coli - USD Repository

  UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS [Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau] TERHADAP Escherichia coli SKRIPSI

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

  Progam Studi Ilmu Farmasi Oleh :

  Agustina Wira Paribasa NIM : 028114146

FAKULTAS FARMASI

  UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAUN DANDANG GENDIS [Clinacanthus nutans (Burm.f) Lindau] TERHADAP Escherichia coli

  Yang diajukan oleh : Agustina Wira Paribasa

  NIM : 028114146 telah disetujui oleh : Pembimbing

  (Yohanes Dwi Atmaka, M.Si.) Tanggal :

  Kuatkan dan teguhkanlah hatimu. Jangan kecut dan tawar hati sebab Tuhan Allahmu menyertaimu Kemanapun engkau pergi

(Yosua 1:9)

Jangan ingatkan ketakutanmu, tetapi ingatlah harapan dan impianmu Jangan pikirkan frustasimu, tetapi pikirkan potensi yang belum kau penuhi Jangan khawatir dengan dirimu sendiri dengan apa yang kau coba tapi gagal, tapi dengan apa yang masih mungkin kau lakukan.

  ( Paus Yohanes XXIII) Meskipun setiap hari aku berdoa selama bertahun-tahun penuh cemas dan derita, Meskipun berkat belum datang juga, aku percaya bahwa Tuhan mendengar , Aku tau Tuhan pasti menjawab segala doa. Kadang-kadang Ia menjawab dengan kata ”tidak” karena mungkin apa yang kudoakan itu tidak merupakan yang terbaik untukku atau Dia sedang memproses, membentukku menjadi sesuatu yang indah sampai rencana Tuhan bagiku terlaksana

Walaupun keadaan memang begitu aku tetap berharap pada Tuhan. (Mother Teresa)

  Kupersembahkan karya kecilku ini untuk :

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kesempurnaan cintakasih

Bapak dan Mamak terkasih Abang-abangku Mimik, Erik dan Iyan yang kusayangi

  Nek babahku tercinta KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah Bapa di surga atas segala berkat, kekuatan, penyertaan dan kasihNya yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UJI POTENSI ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL

  

DAUN DANDANG GENDIS [Clinacanthus nutans (Burm.f) Lindau]

TERHADAP Escherichia coli.

  Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak dalam hal doa, tenaga, waktu, materi, dukungan, semangat, kritik dan saran serta bimbingan dan pengarahan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada semua pihak yang telah bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, terutama kepada :

  1. Bapakku A. R. Simon, S.Sos. dan Mamakku Saula Herman yang tercinta, terima kasih atas segala perhatian, dukungan baik moril maupun materil, doa, cinta dan kasih sayang yang tak pernah berhenti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  2. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Sanata Dharma.

  3. Bapak Yohanes Dwi Atmaka, M.Si. selaku dosen pembimbing utama yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dengan sabar, menguji dan memberi banyak masukan kepada penulis.

  4. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. selaku dosen penguji yang bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis.

  5. Ibu Yustina Sri Hartini, M.Si., Apt. selaku dosen penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan, kritik dan saran kepada penulis.

  6. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berdiskusi, memberi semangat serta masukan kepada penulis.

  7. Abang-abangku tersayang Mimik, Erik, Iyan terimakasih untuk kasih sayang, dukungan dan doa untukku

  8. Dada’ - dada’ku semuanya terima kasih untuk kasih sayang, dukungan dan doa untukku.

  9. Nek babahku tersayang untuk cinta yang tulus dan doa yang terus- menerus.

  10. Sepupu andalan tersayang Tina, Iib, Geo, Tomas, Da’ Maman dan sepupu- sepupuku di Kalbar makasih ya untuk doa, keceriaan, kebersamaan, dan kasih sayang yang tulus.

  11. Sahabat-sahabatku : Nita, Novi, Mey, Tanti, Kak Onsha, Kak Eny, Rendeng sekeluarga, Bertha, Hen, Puri, Shanty, Fretty, Meta, Ciput, Kak

  Bang Wanto, Bebe, Bang Joe, Fifi, Linda, Kris, Kak Ken, Kak Beny trimakasih untuk doa, semangat, kebersamaan dan keceriaan kita.

  12. Teman-teman seperjuanganku: Yuni, Kristin, Fifi, Sintha, Ayu, Mita 03 terimakasih untuk doa, kerjasama, dukungannya.

  13. Seluruh laboran dari lantai satu sampai empat, terutama Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Sarwanto, Mas Andri dan Mas Otok yang telah banyak membantu selama penelitian sampai skripsi dapat diselesaikan.

  14. Teman-teman kelompok praktikum F angkatan 2002 atas kebersamaan, kerjasama dan dukungannya.

  15. Teman-teman kelas C angkatan 2002 untuk kebersamaan dan dukungannya.

  16. Teman-teman KKN : Lia, Kate, Sari, Sunu, Una’, Mas Agung, Cipluk, Anggi, Fani terimakasih untuk pelajaran hidup yang berharga, canda tawa dan kebersamaan kita.

  17. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dari awal sampai skripsi ini bisa selesai.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan segala kritik dan saran yang berguna demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga Tuhan selalu memberkati semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

  Yogyakarta, Januari 2007 Penulis

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, Januari 2007 Penulis (Agustina Wira Paribasa)

  

INTISARI

  Dandang gendis [Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau] merupakan tanaman famili Acanthaceae. Beberapa penyakit yang disebabkan bakteri dapat diobati dengan daun dandang gendis misalnya disentri, diare, buang air besar berlendir dan radang usus. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun dandang gendis yang diduga mempunyai potensi antibakteri adalah senyawa fenolik, saponin, alkaloid, terpenoid, flavonoid dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak etanol daun dandang gendis memiliki potensi antibakteri terhadap E. coli.

  Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola satu arah. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis terhadap E. coli dilakukan dengan metode difusi.

  Hasil uji potensi antibakteri dengan metode difusi menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun dandang gendis tidak memiliki potensi antibakteri.

  Kata kunci : potensi antibakteri, daun dandang gendis, E. coli, metode difusi.

  

ABSTRACT

  Dandang gendis [Clinachantus nutans (Burm.f.) Lindau] is a plant of Acanthaceae. The diseases that caused by bacteria can be cured with dandang gendis leaves for example diarrhea, dysentry, treatment.The constituent that is considered to responsible for its antibacterial potency are its fenolic compound, saponins, alkaloids, terpenoids, flavonoids and essential oil. This research aimed to to know if that extract has antibacterial potency to E. coli or not

  This research is purely experimental with one way randomized completely design. The extract tested for its antibacterial potency by using diffusion method The result of antibacterial potency testing by using diffusion method showed that ethanol extract of dandang gendis’s has noantibacterial potency.

  Keywords : antibacterial potency, dandang gendis leaves, E. coli , diffusion method.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................

  1. Keterangan botani............................................................................. i ii iii iv v vi ix x xi xiv xv

  4

  4

  3

  3

  2

  2

  1

  1

  BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA........................................................ A. Dandang Gendis....................................................................................

  HALAMAN PERSETUJUAN................................................................... HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................. KATA PENGANTAR................................................................................ PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.....................................................

  B. Tujuan Penelitian...................................................................................

  3. Manfaat Penelitian.............................................................................

  2. Keaslian Penelitian............................................................................

  1. Permasalahan....................................................................................

  BAB I. PENGANTAR............................................................................... A. Latar Belakang......................................................................................

  DAFTAR ISI.............................................................................................. DAFTAR TABEL...................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................

  ABSTRACT .................................................................................................

  INTISARI...................................................................................................

  4

  3. Kandungan Kimia.............................................................................

  5 4. Khasiat dan kegunaan........................................................................

  5 B. Penyarian...............................................................................................

  6 C. Ekstrak...................................................................................................

  8 D. Kromatogarafi Lapis Tipis (KLT).........................................................

  9 E Media......................................................................................................

  10 F. Sterilisasi................................................................................................

  10 G. Metode Pengujian Potensi Antibakteri.................................................

  11 H. Escherichia coli.....................................................................................

  12 I. Antibakteri.............................................................................................

  13 J. Keterangan empiris.................................................................................

  13 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN..................................................

  14 A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................................

  14 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.......................................

  14 1. Variabel Penelitian...........................................................................

  14 2. Definisi Operasional.........................................................................

  14 C. Bahan dan Alat Penelitian.....................................................................

  15 1. Bahan................................................................................................

  15 2. Alat...................................................................................................

  16 D. Tata Cara Penelitian..............................................................................

  16 1. Identifikasi tanaman.........................................................................

  16 2. Pengumpulan bahan, pengeringan dan pembuatan serbuk...............

  17

  4. Pembuatan ekstrak etanol.................................................................

  24

  39

  36

  35

  35

  35

  34

  27

  25

  23

  5. Identifikasi kualitatif senyawa ekstrak etanol daun dandang gendis dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT)....................

  23

  23

  22

  20

  18

  17

  BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN................................................. A. Identifikasi Tanaman............................................................................. B. Pengumpulan Bahan, Pengeringan dan Pembuatan Serbuk.................. C. Uji Indeks Buih Untuk Saponin............................................................. D. Pembuatan Ekstrak Etanol.................................................................... E. Identifikasi Kualitatif Senyawa Ekstrak Etanol Daun dandang gendis dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT).................... F. Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun dandang gendis terhadap Escherichia coli dengan Metode Difusi................................. BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................... A. Kesimpulan............................................................................................ B. Saran...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA................................................................................ LAMPIRAN............................................................................................... BIOGRAFI PENULIS.......................................................................

  E. Analisis Hasil........................................................................................

  6. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis terhadap Escherichia coli dengan metode difusi............................

  56

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun dandang gendis.............................................................................. 20 Tabel II. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan saponin dengan metode KLT............

  28 Tabel III. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan alkaloid dengan metode KLT............

  29 Tabel IV. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan senyawa fenolik dengan metode KLT... 30 Tabel V. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan terpenoid dengan metode KLT............ 32 Tabel VI. Hasil identifikasi kualitatif ekstrak etanol daun dandang gendis untuk pemeriksaan flavonoid dengan metode KLT............ 33

  DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi..........................................

  39 Lampiran 2. Foto Tanaman Dandang Gendis [ Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau]............................................................................... 40

  Lampiran 3. Foto Daun Dandang Gendis [ Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau]............................................................................... 41

  Lampiran 4. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Saponin Deteksi Dengan Pereaksi Semprot Anisaldehid-asam sulfat 42

  Lampiran 5. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Alkaloid DeteksiUV 254 nm............................................................

  43 Lampiran 6. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Alkaloid Deteksi UV 365 nm...........................................................

  44 Lampiran 7. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Alkaloid Deteksi Dengan Pereaksi Semprot Dragendorff................. 45

  Lampiran 8. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Senyawa Fenolik Deteksi UV 254 nm...........................................................

  46

  Lampiran 9. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Senyawa Fenolik Deteksi Dengan Pereaksi Semprot FeCl ........................ 47

  3 Lampiran 10. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun

  Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Terpenoid Deteksi UV 254 nm........................................................

  48 Lampiran 11. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Terpenoid Deteksi UV 365 nm........................................................

  49 Lampiran 12. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Terpenoid Deteksi Dengan Pereaksi Semprot Vanilin-asam sulfat...

  50 Lampiran 13. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Flavonoid Deteksi UV 254 nm...........................................................

  51 Lampiran 14. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Flavonoid Deteksi UV 365 nm.........................................................

  52 Lampiran 15. Foto Hasil Identifikasi Kualitatif KLT Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis Untuk Pemeriksaan Flavonoid Deteksi Uap Amonia.........................................................

  53

  Lampiran 16. Foto Uji Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Dandang Gendis [ Clinacanthus nutans (Burm.f.) Lindau] Dengan Metode Difusi..................................................

  54 Lampiran 17 Foto Uji Indeks Buih.....................................................

  55

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia mempunyai kurang lebih 30.000 spesies tanaman obat dengan

  1000 spesies yang sudah diketahui memiliki zat aktif dan 800 spesies sudah menjadi ramuan dan telah menunjukkan khasiatnya sebagai obat suatu penyakit (Siswoyo, 2004). Daun dandang gendis berkhasiat sebagai obat diare, disentri, radang usus, buang air besar berlendir. Kandungan kimia daun dandang gendis yaitu saponin, polifenol (Anonim, 2005 b), alkaloid, minyak atsiri, terpenoid (Suharty, 2004), cerebrocides, monolinolenylgalactosylglycerol (Taylor and Tuntiwachwuttikul, 2004). Senyawa fenolik, saponin dan minyak atsiri, terpenoid, flavonoid dan alkaloid diduga mempunyai potensi antibakteri. Dalam masyarakat, sediaan yang digunakan adalah infus dan seduhan daun dandang gendis (Anonim, 2005

  c). Penyari yang digunakan pada infus dan seduhan adalah air. Air dipertimbangkan sebagai penyari karena murah dan mudah diperoleh, stabil, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, tidak beracun dan alamiah, tetapi penggunaan air sebagai penyari juga ada kerugiannya yaitu tidak selektif, sari dapat ditumbuhi kapang dan kuman serta cepat rusak dan untuk pengeringan dibutuhkan waktu yang lama. Oleh karena itu sediaan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk ekstrak etanol daun dandang gendis. Etanol dipilih sebagai penyari untuk mendapatkan zat aktif yang terlarut dalam pelarut polar khususnya saponin, bercampur dengan air dalam segala perbandingan dan panas yang dibutuhkan untuk pemekatan lebih sedikit (Anonim, 1986).

  Salah satu khasiat dari daun dandang gendis yaitu sebagai obat diare. Diare merupakan salah satu penyakit yang paling banyak penderitanya, khususnya di negara berkembang dengan insiden dan mortalitas yang tinggi. Penyebab diare yang terbanyak karena infeksi bakteri Escherichia coli. Pengobatan diare dengan tujuan untuk mengobati penyebabnya, misalnya memberantas bakteri dilakukan dengan antibiotika (Anonim, 1999). Oleh karena itu dalam penelitian ini digunakan bakteri uji E.coli.

  Dalam usaha untuk mendapatkan bukti secara ilmiah tentang khasiat daun dandang gendis terutama sebagai obat diare yang disebabkan bakteri, maka perlu dilakukan penelitian ini.

  1. Permasalahan

  Permasalahan dari penelitian ini adalah : Apakah ekstrak etanol daun dandang gendis mempunyai potensi antibakteri terhadap E. coli dengan metode difusi?

  2. Keaslian penelitian

  Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan, penelitian mengenai potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis terhadap E. coli belum pernah dilakukan. Penelitian yang sudah pernah dilakukan yaitu tentang isolasi terpenoid dari daun Clinacanthus nutans (Suharty, 2004) yang juga menguji potensi antibakteri daun dandang gendis terhadap E. coli. Pada penelitian tersebut, menghambat pertumbuhan E. coli. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penelitian ini menggunakan ekstrak etanol, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Suharty (2004) menggunakan ekstrak n-heksan.

3. Manfaat penelitian

  a. Manfaat teoritis Memberi informasi yang berguna bagi ilmu kefarmasian dalam hal penemuan obat baru dari bahan tumbuhan.

  b. Manfaat praktis Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa daun dandang gendis dapat dijadikan sebagai obat tradisional.

B. Tujuan Penelitian

  Mengetahui apakah ekstrak etanol daun dandang gendis memiliki potensi antibakteri terhadap E. coli dengan metode difusi.

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Dandang gendis

  1. Keterangan botani

  Dandang gendis merupakan tumbuhan yang termasuk dalam suku

  

Acanthaceae dengan marga Clinacanthus dan jenis Clinacanthus nutans (Burm.f.)

Lindau (Anonim, 2006 a).

  Sinonim dandang gendis : Beloperone fulgina Hassk dan Clinacanthus

  

burmani Ness. Nama umum/nama dagangnya gendis. Di Jawa tumbuhan ini

  dikenal dengan nama gendis dan di daerah Sunda dikenal dengan nama Ki tajam (Anonim, 2006 a). Di Thailand dikenal dengan nama Payayor atau Phaya Yo (Anonim, 2005 a).

  2. Deskripsi

  Tumbuhan dandang gendis merupakan tanaman perdu tahunan dengan tinggi lebih kurang 2,5 m. Batang berkayu, tegak, beruas, dan berwarna hijau.

  Daun tunggal, berhadapan, bentuk lanset, panjang 8-12 cm, lebar 4-6 mm, bertulang menyirip, berwarna hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, di ketiak daun dan di ujung batang, mahkota bunga berbentuk tabung, panjang 2-3 cm berwarna merah muda. Buah kotak, bulat memanjang berwarna coklat. Biji kecil, berwarna hitam. Akar tunggang, berwarna putih kotor (Anonim, 2006 a).

  1. Kandungan kimia

  Daun dandang gendis mengandung saponin dan polifenol (Anonim, 2005 b), cerebrocides, monolinolenylgalactosylglycerol (Taylor and Tuntiwachwuttikul, 2004), alkaloid, flavonoid dan terpenoid (Suharty, 2004), alkaloid, saponin, flavonoid, senyawa fenol Diantini (2003). Menurut Soedibyo (1998), daun dandang gendis mengandung alkaloid, saponin, dan minyak atsiri.

  4. Khasiat dan kegunaan

  Bagian dari tumbuhan ini yang berkhasiat sebagai obat adalah daun dan bunga. Daun digunakan sebagai obat entritis atau radang usus. Daun dandang gendis juga berkhasiat sebagai peluruh air seni (Syamsuhidayat, 1991). Di daerah Surakarta dan Yogyakarta, daun dari tumbuhan ini didapat dalam perdagangan obat-obatan sebagai obat terhadap buang air berlendir (Heyne, 1950). Daun dandang gendis mempunyai sifat khas rasa pahit dan bau aromatis berkhasiat sebagai obat disentri dan kencing manis (Anonim, 2005 c). Di Thailand digunakan sebagai obat antiherpes (Anonim, 2005 a). Menurut Anonim (2005 b), daun dandang gendis berkhasiat mengefektifkan fungsi kelenjar tubuh, meningkatkan sirkulasi diuretik, anti demam dan anti diare.

B. Penyarian

  Penyarian adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyarian adalah kecepatan difusi zat yang larut melalui lapisan-lapisan batas antara cairan penyari dengan bahan yang mengandung zat tersebut. Zat aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam alkaloida, glikosida, flavonoid dan lain-lain. Struktur kimia yang berbeda-beda akan mempengaruhi kelarutan serta stabilitas senyawa-senyawa tersebut terhadap pemanasan, logam berat, udara, cahaya, dan derajat keasaman. Dengan diketahuinya zat aktif yang dikandung simplisia akan mempermudah pemilihan cairan penyari dan cara penyarian yang tepat (Anonim, 1986). Faktor utama untuk pertimbangan pada pemilihan cairan penyari adalah selektivitas, kemudahan bekerja dan proses dengan cairan tersebut, ekonomis, aman dan ramah lingkungan (Sidik & Mudahan, 2000).

  Cara penyarian dapat dibedakan menjadi :

  1. Infundasi Infundasi adalah proses penyarian (menyari simplisia dengan air pada

  o

  suhu 90 C selama 15 menit) yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Anonim, 1986).

  2. Maserasi Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel (Anonim,1986).

  3. Perkolasi Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut : serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan diatasnya, dikurangi daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986).

  Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan maserasi karena : (Anonim, 1986)

  1. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi.

  2. Ruangan di antara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran tempat mengalir cairan penyari. Karena kecilnya saluran kapiler tersebut, maka kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan konsentrasi.

  Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa setelah dilakukannya penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi (Anonim, 1986).

  4. Penyarian berkesinambungan Prinsip kerjanya yaitu cairan penyari diisikan pada labu, serbuk simplisia diisikan pada tabung dari kertas saring atau tabung yang berlubang-lubang dari gelas, baja tahan karat atau bahan lain yang cocok. Cairan penyari dipanaskan hingga mendidih. Uap penyari akan naik ke atas melalui serbuk simplisia. Uap penyari mengembun karena diinginkan oleh pendingin balik. Embun turun melalui serbuk simplisia sambil melarutkan zat aktifnya dan kembali ke labu.

  Cairan akan menguap kembali berulang proses seperti di atas (Anonim, 1986).

C. Ekstrak

  Ekstrak didefinisikan sebagai sediaan yang mengandung campuran komponen kimia suatu simplisia yang larut dalam pelarut yang digunakan. Cairan pelarut dalam proses pembuatan ekstrak dipilih pelarut yang baik (optimal) dapat melarutkan senyawa bioaktif. Kebijakan dan peraturan pemerintah membatasi cairan apa yang diperbolehkan dan mana yang dilarang. Pelarut yang diperbolehkan air, etanol serta campurannya. Metanol dihindari penggunaannya karena sifatnya yang toksik (Sidik & Mudahan, 2000).

  Etanol meskipun harganya cukup mahal, tetap dipertimbangkan sebagai etanol 20% keatas; dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan; pengeringan diperlukan waktu sebentar. Etanol dapat melarutkan alkaloid, glikosida, flavonoid, damar, klorofil, lemak, tanin dan saponin (Anonim,1986).

D. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

  Kromatografi lapis tipis adalah suatu cara pemisahan yang berdasarkan pada pembagian campuran senyawa-senyawa dalam 2 fase, fase gerak dan fase diam. Bahan penyerap disebut juga fase diam, fase stasioner atau fase tak bergerak sebab bahan ini memang tetap tinggal diam selama proses kromatografi, fase diam yang hendak digunakan untuk KLT adalah silika gel, alumina, selulosa dan lain-lain. Fase gerak adalah media angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut (Stahl, 1985).

  Pemisahan komponen-komponen yang ada dapat digunakan bermacam- macam pelarut dari polar sampai non polar, misal : air, metanol, etanol, aseton, etil setat, dietil eter, kloroform, atau beberapa campuran (Stahl, 1985).

  Identifikasi senyawa yang terpisah pada lapisan tipis lebih baik dikerjakan dengan pereaksi kimia dan reaksi warna, tetapi lazimnya untuk identifikasi menggunakan harga Rf dan hRf. Harga Rf dinyatakan sebagai perbandingan antara jarak titik pusat bercak dari titik awal dengan jarak garis depan dari titik awal. Harga Rf berkisar 0.00 dan 1.00 dan hanya dapat ditentukan 2 desimal. hRf adalah angka Rf dikalikan dengan faktor 100 (hundred), menghasilkan nilai berjangka 0 sampai 100 (Stahl, 1985).

E. Media

  Media merupakan bahan atau subsrat yang digunakan untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba, yang terdiri dari nutrisi atau zat-zat makanan. Media biasanya mengandung semua kebutuhan untuk pertumbuhan mikroorganisme, yaitu sebagai sumber energi, sumber nitrogen, serta ion organik esensial dan kebutuhan lain seperti vitamin dan asam amino. Selain itu media juga harus mempunyai suhu dan pH yang sesuai untuk pertumbuhan mikroorganisme. Media sebelum dipergunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan (Unus, 1985).

F. Sterilisasi

  Bahan ataupun peralatan yang dipergunakan dalam bidang mikrobiologi, harus dalam keadaan steril. Artinya pada bahan atau peralatan tersebut tidak didapatkan mikroba yang tidak diharapkan kehadirannya, baik yang akan mengganggu atau merusak media ataupun mengganggu kehidupan dan proses yang sedang dikerjakan.

  Sterilisasi adalah suatu proses untuk membunuh mikroorganisme yang ada, sehingga bila ditumbuhkan di dalam suatu medium tidak ada lagi jasad renik yang dapat berkembangbiak (Fardiaz, 1992).

G. Metode Pengujian Potensi Antibakteri

1. Metode difusi

  Prinsip metode difusi yaitu pengukuran potensi antimikroba berdasarkan pengamatan luas daerah hambatan pertumbuhan mikroba karena berdifusinya obat dari titik awal pemberian ke daerah difusi (Jawetz, Melnick, Adelberg, 1991). Metode difusi meliputi :

  a. Cara Kirby Bauwer Kapas lidi steril dicelupkan dalam suspensi bakteri atau jamur yang

  8

  konsentrasi 10 CFU/ml, lalu ditekankan pada dinding tabung hingga kapasnya tidak terlalu basah. Kemudian kapas lidi ditekankan pada permukaan media rata.

  Pada permukaan media diletakkan kertas cakram atau disk yang mengandung

  o

  larutan antimikroba dan diinkubasikan pada suhu 37 C selama 18-24 jam (Edber, 1986).

  b. Cara sumuran Pada agar yang telah ditanami mikroba, dibuat sumuran dengan garis tengah tertentu. Dan ke dalam sumuran diberi larutan uji dan diinkubasikan pada

  o 37 C selama 18-24 jam (Edber, 1986).

  c. Cara pour plate Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan suspensi bakteri pada

  o o

  agar pada suhu 45 sampai 50

  C, dicampur sampai homogen didalam petri steril dengan teknik aseptis kemudian dibiarkan membeku dan diinkubasi (Atlas, 1997).

2. Metode dilusi

  Prinsip metode dilusi adalah obat atau senyawa antimikroba diencerkan sehingga diperoleh beberapa konsentrasi. Prosedur uji dilusi digunakan untuk mencari Kadar Hambat Minimal (KHM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yaitu konsentrasi terendah yang dapat membunuh mikroba (Anonim, 1993). Pada dilusi masing-masing konsentrasi larutan uji ditambahkan suspensi mikroba dalam media cair kemudian diamati pertumbuhan mikroba uji yang tampak berdasarkan kekeruhan media (Jawetz dkk.,1991).

H. Escherichia coli

  Escherichia coli merupakan bakteri berbentuk batang pendek dengan ukuran 0,5 µm x 3,0 µm gram negatif, bergerak atau tidak bergerak (Salle, 1961).

  

E. coli adalah bakteri yang banyak ditemukan di dalam usus besar manusia

  sebagai flora normal. Tumbuh dengan mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar & Chan, 1988).

  o

  Tumbuh optimal pada suhu 37

  C, membentuk koloni bulat konveks, halus dengan pinggir nyata pada biakan. Dinding sel mengandung kompleks lipopolisakarida sebagai endotoksin yang sering dilepaskan jika kuman mengalami lisis. Efek pada fisiologis terjadi demam, leukopeni, hipoglikemi, hipotensi, shock, gangguan perfusi organ-organ penting (Jawetz, Melnick, Adelberg, 1986). Enteropathogenic E. coli menyebabkan diare, terutama pada kolera. Enteroinvasive E. coli menyebabkan diare seperti disentri yang disebabkan oleh Shigella (Karsinah, Lucky, Suharto, Mardiastuti, 1994).

I. Antibakteri

  Antibakteri merupakan obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Obat ini harus bersifat sangat toksik untuk bakteri, namun relatif tidak toksik untuk hospes. Sifat toksik selektif yang absolut belum atau mungkin juga tidak akan diperoleh ( Sulistia, 1995).

  Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibakteri bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan bersifat membunuh bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri dikenal sebagai Kadar Hambat Minimal (KHM) sedangkan kadar minimal untuk membunuh bakteri dikenal dengan istilah Kadar Bunuh Minimal (KBM) ( Sulistia, 1995).

  

J. Keterangan empiris

  Penyakit diare kebanyakan disebabkan oleh E. coli. Daun dandang gendis berkhasiat untuk mengobati diare dan disentri. Kandungan kimia daun dandang gendis yang diduga memiliki potensi antibakteri adalah senyawa fenolik, saponin, minyak atsiri, flavonoid, alkaloid, terpenoid.

  Penelitian ini bersifat eksploratif, ekstrak etanol daun dandang gendis diperkirakan memiliki potensi antibakteri terhadap E. coli dengan melakukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan

  rancangan acak lengkap pola satu arah. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia dan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1.

   Variabel penelitian

  a. Variabel bebas : ekstrak etanol daun dandang gendis dengan konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% b/v.

  b. Variabel tergantung : diameter zona hambat.

  c. Variabel pengacau terkendali : media pertumbuhan mikroba uji (Nutrien

  o

  Agar), waktu inkubasi 24 jam, suhu inkubasi 37

  C, kepadatan suspensi bakteri

  8

  uji setara dengan larutan standar Mc Farland II (6.10 CFU/ml), umur tanaman ± 2 tahun, tempat tumbuh tanaman dandang gendis (Laboratorium Kebun Obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma), suhu pengeringan daun

  o

  dandang gendis dengan oven suhu ± 45 C.

2. Definisi operasional

  a. Potensi antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol daun dandang gendis b. Ekstrak etanol daun dandang gendis adalah ekstrak yang diperoleh dengan cara mengekstraksi daun dandang gendis dengan perkolasi menggunakan larutan penyari etanol 70%.

  c. Metode difusi merupakan metode difusi dengan cara sumuran yaitu pada agar yang telah ditanami bakteri, dibuat sumuran. Ke dalam sumuran diberi larutan uji dan diinkubasi pada 37ºC,18-24 jam.

  d. Zona hambat adalah zona jernih yang tidak dijumpai pertumbuhan bakteri uji

  E. coli dan zona yang masih terdapat bakteri uji E. coli dalam jumlah yang sedikit.

  e. Daun dandang gendis diambil dari tanaman dandang gendis berumur 2 tahun yang diperoleh dari kebun obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  f. Kultur murni E. coli dari Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

C. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan

  a. Daun dandang gendis diperoleh dari kebun obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  b. Kultur murni bakteri E. coli (ATCC 35218) diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

  8

  c. Medium Nutrien Agar (NA), larutan Mc Farland II (6.10 CFU/ml), paper

  Merck), kloroform, metanol, butanol, asam asetat glasial, etil asetat, toluen, p.a (Merck), pereaksi semprot Anisaldehid-asam sulfat, pereaksi semprot vanilin-asam sulfat, pereaksi semprot FeCl , pereaksi semprot Dragendorff,

  3

  uap amoniak, ekstrak etanol buah Lerak (Sapindi rarak Fructus), ekstrak etanol Liquiritiae Radix, timol p.a (Merck), rutin p.a (Merck), skopolamin p.a (Merck).

2. Alat

  Perkolator, corong pisah (Pyrex), Beaker glass, cawan petri, tabung reaksi,

  

Erlenmeyer , flakon, pipet volume (Pyrex), jarum ose, sumuran no. 3, spreader,

  Mikropipet (Ependrof-Netler-Hinz), Plastic wrap, incubator (Memmert, type BE 40, GmbH+CoKG-D91126, Swahaban FRG, Germany), autoklaf (Model KT-40, ALP co, Lt, Hamurashi Tokyo, Japan), plat KLT, anisaldehid asam sulfat, lampu UV, neraca analitik (Mettler PC 2000), Microbiologycal Safety Cabinet (MSC), penyerbuk (Retsch bv), oven (Memmert, Germany), Rotary evaporator (Janke & Kunkel, Ika-labotechnik, RVO5-ST).

D. Tata Cara Penelitian 1. Identifikasi tanaman

  Identifikasi tanaman dandang gendis dilakukan secara makroskopis dengan mencocokkan ciri-ciri tanaman dengan yang dimiliki tanaman dandang gendis menggunakan pustaka Anonim (2006 a) dan mencocokkan tanaman dandang gendis dengan gambar tanaman dandang gendis yang tertera pada

  2. Pengumpulan bahan, pengeringan dan pembuatan serbuk

  Daun dandang gendis didapat dari kebun tanaman obat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pada saat panen diambil daun yang telah tua dan dipilih daun yang telah membuka sempurna dan terletak dibagian cabang atau batang yang menerima sinar matahari sempurna. Daun dandang gendis yang telah dikumpulkan dicuci bersih, kemudian diletakkan pada nampan dan diangin-

  ο

  anginkan dan dikeringkan dalam oven pada suhu 45 C sampai kering dengan ciri daun mudah dipatahkan menggunakan tangan, setelah itu daun diserbuk dan diayak menggunakan ayakan dengan nomor mesh 12/50.

  3. Uji indeks buih untuk saponin

  Sebanyak 0,5 g serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 ml air panas, didinginkan dan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Adanya saponin ditunjukkan dengan terbentuk buih mantap selama tidak kurang dari 10 menit, setinggi 1 cm sampai 10 cm. Pada penambahan 1 tetes asam klorida 2 N buih tidak hilang (Anonim, 1995).

  4. Pembuatan ekstrak etanol

  Sebanyak 100 g serbuk kering daun dandang gendis dibasahi dengan etanol 70 % 1 cm diatas permukaan serbuk selama 24 jam, kemudian dimasukkan ke dalam perkolator sambil dipadatkan dengan batang pengaduk. Pada bagian ujung perkolator disumbat dengan kapas dan kertas saring. Diatas perkolator dipasang corong pisah untuk cairan penyari. Kran perkolator dibuka sampai cairan menetes dengan kecepatan 1 ml/menit. Cairan penyari ditambah berulang-ulang Ekstrak yang diperoleh kemudian diuapkan dengan vacum rotary evaporator. Hasil yang diperoleh ditimbang dan disimpan pada botol gelas dalam eksikator.

  

5. Identifikasi kualitatif senyawa ekstrak etanol daun dandang gendis dengan

metode kromatografi lapis tipis (KLT) a. Uji KLT saponin

  Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254. Fase gerak yang digunakan adalah kloroform, metanol (95 : 5) yaitu fase gerak yang digunakan untuk mengidentifikasi saponin. Ekstrak etanol daun dandang gendis dan pembanding yaitu ekstrak buah lerak ditotolkan pada lempeng KLT menggunakan pipa kapiler berukuran 5µl dengan konsentrasi 10 %. Langkah selanjutnya adalah pengelusian lempeng dengan jarak rambat 10 cm. Setelah elusi selesai, bercak dideteksi dengan pereaksi anisaldehid - asam sulfat dan diamati secara visibel. Bercak berwarna violet - biru setelah disemprot anisaldehid - asam sulfat menujukkan adanya senyawa saponin. Harga Rf bercak pembanding juga dibandingkan dengan Rf pembanding, apabila memiliki harga yang hampir serupa maka bahan uji mengandung senyawa saponin.

  b. Uji KLT alkaloid

  Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak yang digunakan adalah etil asetat, metanol, air (70:20:10). Sebagai pembanding digunakan skopolamin. Sampel dan pembanding ditotolkan bersama-sama pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi dibawah sinar UV 254 nm dan UV 365 nm, kemudian dideteksi dengan pereaksi tampak pemadaman bercak. Beberapa alkaloid pada sinar UV 365 nm akan berfluoresensi biru atau kuning. Dengan pereaksi semprot Dragendorff, alkaloid akan tampak coklat atau orange. Harga Rf pembanding juga dibandingkan dengan harga Rf sampel.

  c. Uji KLT senyawa fenolik

  Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dan fase gerak yang digunakan adalah toluen, etil asetat, metanol (70:20:10). Pembanding yang digunakan yaitu timol. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng KLT, kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm) dan dikeringkan. Deteksi dilakukan dibawah sinar UV 254 nm dan pereaksi semprot FeCl

  3 . Terjadi pemadaman

  bercak pada sinar UV 254 nm. Deteksi dengan pereaksi semprot FeCl

  3 akan

  memberikan warna merah hitam, merah coklat, biru, merah muda dampai hijau kebiruan bila mengandung senyawa fenolik. Harga Rf pembanding dibandingkan dengan harga Rf sampel.

  d. Uji KLT terpenoid

  Fase diam yang digunakan silika gel GF 254 dan fase gerak yang digunakan yaitu toluen, etil asetat (93:7). Pembanding yang digunakan yaitu ekstrak etanol Liquiritae Radix. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng KLT kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi dengan sinar UV 254 nm, sinar UV 365 nm dan dengan pereaksi semprot vanilin-asam

  o

  sulfat dan dipanaskan pada suhu 100 C selama 10 menit. Pada sinar UV 254 nm akan terjadi pemadaman, pada sinar UV 365 nm kebanyakan terpenoid setelah disemprot dengan pereaksi vanilin-asam sulfat (dipanaskan pada suhu

  o

  100 C selama 10 menit) akan tampak warna merah-ungu, coklat-merah, biru-hijau biru dan biru-abu-abu Harga Rf bercak pembanding dibandingkan dengan harga Rf bercak sampel.

e. Uji KLT flavonoid

  Fase diam yang digunakan yaitu selulosa dan fase gerak yang digunakan adalah butanol, asam asetat glasial, air (4:1:5). Pembanding yang digunakan adalah rutin. Sampel dan pembanding ditotolkan pada lempeng KLT kemudian dielusi pada batas tertentu (10 cm). Setelah itu dideteksi dengan UV 254 nm, bila mengandung flavonoid akan berwarna hijau kekuningan, deteksi juga dilakukan pada UV 365 nm yang apabila mengandung flavonoid akan menghasilkan warna lembayung tua (ungu tua). Deteksi dengan uap amonia akan menghasilkan warna kuning apabila mengandung flavonoid. Kemudian harga Rf pembanding dibandingkan dengan harga Rf sampel.

6. Uji potensi antibakteri ekstrak etanol daun dandang gendis terhadap

  Escherichia coli dengan metode difusi

  a. Pembuatan konsentrasi larutan uji

  Tabel I. Pembuatan variasi konsentrasi ekstrak etanol daun dandang gendis

  Konsentrasi ekstrak Berat ekstrak etanol Volume DMSO etanol (%) (g) (ml) 20 0.20

  1 40 0,40 1 60 0,60

  1 Sebagai kontrol negatif digunakan DMSO dan kontrol positif ampicilin (125mg/5ml)

  b. Pembuatan suspensi bakteri uji E. coli Beberapa ose biakan murni bakteri uji diinokulasikan pada 10 ml aquadest steril, dihomogenkan dengan vortex, kemudian disesuaikan kekeruhannya dengan

  8

  larutan standar Mc Farland II (6.10 CFU/ml). Suspensi bakteri yang diperoleh telah siap diinokulasikan ke dalam media nutrien agar yang steril.

Dokumen yang terkait

Uji potensi antifungi ekstrak etanol rimpang kecombrang (Nicolaia speciosa Horan) terhadap Trichohyton meniagrophyies dan Trichophyton rubrum

7 32 83

Uji efektivitas antibakteri ekstrak etanol daun dan umbi bakung putih (crinum asiaticum L) terhadap bekteri penyebab jerawat

2 51 103

Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak etanol 96% kulit batang kayu Jawa (lannea coromandelica) terhadap bakteri staphylococcus aureus, escherichia coli, helicobacter pylori, pseudomonas aeruginosa.

32 209 72

Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air bunga kecombrang (edigera elatior) sebagai pangan fungsional terhadap staphylococcus aureus dan escherichia coli

0 45 83

Uji antioksidan dan antibakteri ekstrak air daun kecombrang (etlingera elatior) (Jack) R.M.Smith) sebagai pengawet alami terhadap escherichia coli dan staphylococus aureus

1 23 84

Isolasi, seleksi dan uji aktivitas antibakteri mikroba endofit dari daun tanaman garcinia benthami pierre terhadap staphylococcus aureus, bacillus subtilis, escherichia coli, shigella dysenteriae, dan salmonella typhimurium

1 55 0

Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun garcinia benthami pierre terhadap beberapa bakteri patogen dengan metode bioautografi

1 10 92

Ekstrak etanol daun pandan wangi (pandanus

2 2 7

Uji efektivitas gel ekstrak etanol daun kelor (Moringa oleifera L.) sebagai antijamur Malassezia furfur

0 5 6

Aktivitas antibakteri salep ekstrak etanol daun sirih hijau (Piper betleL.) Terhadap infeksi bakteri Staphylococcus aureus

0 0 6