GAMBARAN IDENTITAS DIRI REMAJA YANG DITAMPILKAN MELALUI ACCOUNT FACEBOOK

  GAMBARAN IDENTITAS DIRI REMAJA YANG DITAMPILKAN MELALUI ACCOUNT FACEBOOK Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh : Nama : Fransiska Maharani Kurniawati NIM : 079114134 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA 2012 i ii

iii

  Jika kau tidak mengetahui kemana kau pergi, jalan manapun akan menyampaikanmu kesana (Lewiss Caroll)

  Aku akan berjalan bersama mereka yang berjalan, karena aku tidak akan berdiri diam sebagai penonton yang menyaksikan perarakan berlalu (Kahlil Gibran) iv

  

Halaman Persembahan

Kupersembahkan untuk : Tuhan, Sang Pemberi dan Penguasa Kehidupan

  Papa & Mama, pengantaraku hadir di dunia Kakakku, Mas Sani, yang mengajariku untuk memilih apa yang menjadi pilihanku Dan untuk semua mimpi-mimpiku..

  Ini sebagai pintu masuk dan awal Untuk Aku dapat meraihmu…

v vi

  

GAMBARAN IDENTITAS DIRI REMAJA YANG DITAMPILKAN

MELALUI ACCOUNT FACEBOOK

Fransiska Maharani Kurniawati

  

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat gambaran identitas diri remaja yang ditampilkan

melalui account Facebook. Gambaran identitas diri pada penelitian ini dilihat melalui fitur info,

foto profil, dan About Me. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dan

menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi. Subjek pada penelitian ini adalah

remaja pengguna Facebook yang berjumlah 124 orang dengan rentang usia antara 11 sampai 20

tahun. Data-data yang diperoleh pada penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan

teknik analisis kualitatif dan kuantitatif. Teknik analisis kualitatif digunakan untuk

mengategorisasikan data-data yang diperoleh dan teknik kuantitatif digunakan untuk mengolah

data dengan membuat persentase dari data-data yang telah dikategorisasikan. Dari hasil penelitian

ini, diperoleh bahwa gambaran identitas diri yang ditampilkan remaja pada account Facebook

meliputi identitas religius, identitas jenis kelamin, identitas diri yang menunjukkan relasi, identitas

sosial, identitas diri yang menunjukkan ketertarikan, identitas diri yang menunjukkan values, dan

identitas diri yang bersifat informasional. Berdasarkan hasil ini, menunjukkan bahwa Facebook

dapat dijadikan media untuk melihat gambaran identitas diri. Kata kunci : Identitas Diri, Facebook

vii

  

THE IMAGE OF ADOLESCENCE’S SELF IDENTITY THAT APPEARS

THROUGH FACEBOOK ACCOUNT

Fransiska Maharani Kurniawati

  

ABSTRACT This research was conducted to see the image of teenager’s self identity that appeared

through Facebook account. The image of self identity discussed in this research done by analyzing

some features provided in Facebook which are information, photo profile and About Me. Both

descriptive and quantitative methods were used to conduct this research, yet the data collected by

doing such an observation as well. The subjects in this research are 124 Facebook users within

age 11 to 20 years old. The data collected to conduct this research was then analyzed by using

both qualitative and quantitative methods. The qualitative data was used to categorize the data

collected and quantitative method was used to calculate the data to get the percentage of the

categorized data. From this research, it is found as the result that the image showed by the

teenagers in the Facebook account are religion identity, gender identity, relationship identity,

social identity, interest identity, values identity and informational identity. Based on the result found, it is showed that Facebook can become a media to see the image of self identity. Key words: Self Identity, Facebook  

viii ix

KATA PENGANTAR

  

x

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, bimbingan,

serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi dengan judul “Gambaran Identitas Diri Remaja yang Ditampilkan Melalui

Account Facebook”.

  Penulis menyadari bahwa selama menuntut ilmu di Fakultas Psikologi

melibatkan berbagai hal. Atas segala saran, bimbingan, dukungan serta

bantuan,dan dengan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus, yang tidak pernah tidur dan selalu terjaga untuk membimbing saya.

  2. Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  3. Titik Kristiyani, M.Psi, selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  4. MM. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik

  5. Dr. Tjipto Susana, M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi, yang sangat sabar membimbing saya dalam proses penulisan skripsi dari awal pengerjaan hingga akhir.

  6. Segenap dosen dan laboran yang telah membimbing dan membantu saya selama menuntut ilmu di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

  

xi

  7. Kedua orangtua dan kakak, yang selalu memberikan doa, dukungan, serta kebebasan untuk memilih apa yang menjadi pilihan saya. Luv u mom, dad, n my brother.

  8. My best friend, Santa, yang selalu menemaniku disaat susah, sakit, maupun senang serta memberiku semangat untuk terus maju.

  9. Gank Tequilla in Me, Manda, Lily, dan Nia, tempat melepaskan kepenatan saat proses penulisan skirpsi. Tx guys.

  10. Pipin, teman seperjuanganku saat seminar dan mencari tema skripsi.

  Nuwun Pinnn!!

  11. Misha dan Chica, yang membantu saya dalam menerjemahkan abstrak versi bahasa Inggris.

  12. Teman-teman kelas D, Flori, Ayutyastuti, Tia, Mami “Lida”, Sheila, Kristin, Cici, Niken, Galih “Nyowo”, Cha-cha, Sukun, Danang “Jumpes”, tempat bertukar pikiran, canda-tawa saat di kelas. Miss u all!!

  13. Personil Sachio Band, Miko, Qwah, Rizky, Frans, yang selalu setia menanti saya untuk menggebuk “drum” bagi Sachio. Wait Me guys!!!

  14. Subjek pada skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu-persatu

  15. Semua pihak yang telah membantu, memberi dukungan dan semangat yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan serta jauh dari sempurna. Oleh sebab

  

xii

itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penyempurnaan skripsi ini.

  Akhirnya harapan penulis, semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut.

  Yogyakarta, 22 Januari 2012 Penulis

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING………………………... ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………...iii

HALAMAN MOTTO ……………………………………………………………iv

HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………………v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………………………….vi

ABSTRAK ……………………………………………………………………... vii

ABSTRACT ...…………………………………………………………………..viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ……………...ix

KATA PENGANTAR …………………………………………………………....x

DAFTAR ISI …………………………………………………………………….xi

DAFTAR TABEL ...……………………………………………………………xiv

  

BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………..1

A. Latar Belakang Masalah ...…………………………………… 1 B. Rumusan Masalah …………………………………………… 9 C. Tujuan Penelitian …………………………………………..... 9

xi

D. Manfaat Penelitian …………………………………………. 10

BAB II LANDASAN TEORI ………………………………………….. 11 A. Remaja ……………………………………………………… 11

  1. Definisi Remaja…………………………………………. 11

  2. Karakteristik Remaja …………………………………… 13

  3. Aspek Perkembangan Remaja ………………………….. 14

  4. Tugas Perkembangan Remaja ………………………….. 19

  5. Identitas Diri Remaja ………………………………….. 21

B. Facebook …………………………………………………… 32

  1. Definisi Facebook ……………………………………… 32

  2. Fitur-fitur Facebook …………………………………… 34

BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………… 36 A. Jenis Penelitian …………………………………………….. 36 B. Populasi dan Sampel Penelitian ……………………………. 37

  1. Populasi ……………………………………………....... 37

2. Sampel ………………………………………………….. 37

  C. Metode Pengumpulan Data ………………………………… 38

  D. Analisis Data ……………………………………………….. 39

  

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN ………………41

A. Pelaksanaan Pengumpulan Data …………………………….41 B. Kesimpulan dan Pembahasan ……………………………….70

xii

C. Kesimpulan Umum ………………………………………… 88

BAB V PENUTUP ………………………………………………………92 A. Kesimpulan ………………………………………………… 92 B. Saran ……………………………………………………….. 92 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………. 94 LAMPIRAN…………………………………………………………………….100

  

xiii

  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tahun Kelahiran Subjek ………………………………………………. 42

Tabel 2 Agama ……………………………………………………………….... 43

Tabel 3 Agama ……………………………………………………………….... 43

Tabel 4 Jenis Kelamin …………………………………………………………..44

Tabel 5 Jenis Kelamin ………………………………………………………… 45

Tabel 6 Ketertarikan pada Relasi Seksual ………………………………………45

Tabel 7 Ketertarikan pada Relasi Seksual ………………………………………46

Tabel 8 Sikap Terhadap Situasi Politik …………………………………………47

Tabel 9 Relationship Status ……………………………………………………. 49

Tabel 10 Relationship Status ……………………………………………………49

Tabel 11 Genre Musik Favorit …………………………………………………. 51

Tabel 12 Jenis Buku Favorit …………………………………………………… 52

Tabel 13 Genre Film Favorit ……………………………………………………53

Tabel 14 Jenis Acara Televisi Favorit …………………………………………. 54

Tabel 15 Games Favorit ……………………………………………………….. 56

xiv

  

Tabel 16 Olahraga Favorit …………………………………………………….. 57

Tabel 17 Tim Olahraga Favorit ……………………………………………….. 58

Tabel 18 Atlet Favorit ………………………………………………………... 59

Tabel 19 Identitas Profesi …………………………………………………….. 61

Tabel 20 About Me …………………………………………………………… 62

Tabel 21 Foto Profil ………………………………………………………….. 68

xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam empat puluh tahun terakhir, bidang komunikasi mengalami

  

perubahan pesat yang dimulai sejak munculnya televisi dan berdampak pada

penemuan serta pertumbuhan internet. Internet memungkinkan seluruh orang dari

berbagai belahan bumi untuk menjalin suatu komunikasi dengan mudah dan cepat

(Severin & Tankard, 2005). Selain itu, internet menawarkan berbagai macam

akses terhadap informasi maupun hiburan dari seluruh dunia bagi penggunanya.

  Internet mengalami perkembangan yang sangat pesat terkait dengan

jumlah penggunanya. Berdasarkan survey sebuah situs bernama Internet World

Stats yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2000, internet telah memiliki

408 juta pengguna dan semakin bertambah menjadi hampir 1,5 miliar pengguna

pada Maret 2008 (Boyd & Ellison, 2007). Di Indonesia, jumlah pengguna internet

juga semakin bertambah. Hasil survey yang dilakukan oleh Asosiasi

Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), menunjukkan bahwa pengguna

internet di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan mulai dari

512.000 pengguna di tahun 1998 menjadi 25 juta pengguna di akhir tahun 2007

(Qomariyah, 2010). Hal ini mengindikasikan bahwa internet telah menjadi suatu

  

media informasi dan komunikasi yang cukup penting dan dapat diterima oleh

penduduk dunia.

  Internet menawarkan beragam jenis layanan, salah satunya adalah situs

jejaring sosial. Situs jejaring sosial merupakan layanan berbasis web yang

memungkinkan penggunanya untuk membangun sebuah profil publik atau semi

publik di dalam suatu sistem yang dibatasi, mengartikulasikan daftar pengguna

lain dengan siapa mereka terhubung, dan melihat serta melintasi daftar koneksi

yang dibuat oleh orang lain di dalam sistem (Boyd & Ellison, 2007).

  Situs jejaring sosial merupakan sebuah media informasi dan komunikasi

unik. Keunikan situs jejaring sosial bukan terletak pada layanan yang diberikan

yang memungkinkan penggunanya untuk terhubung dengan orang yang baru,

melainkan pada hubungan yang terlihat sosial dari para pengguna situs jejaring

sosial (Haythornthwaite & Wellman, 1994). Selain itu, situs jejaring sosial ini

menunjukan jalan di mana mereka berhubungan karena kesamaan sosialitas, mulai

dari mereka yang dikenal sehari-hari bahkan orang yang baru dikenal (Barnes,

2006).

  Situs jejaring sosial diawali oleh Classmate.com pada tahun 1995 (Boyd &

Ellison, 2007) yang berfokus pada koneksi antar alumni suatu sekolah. Situs

jejaring sosial semakin berkembang dan memiliki banyak ragam serta fungsi. Di

Indonesia, situs jejaring sosial mulai popular pada tahun 2001, antara lain

Friendster dan My Space. Kemudian di akhir tahun 2008 Twitter mulai marak

bagi masyarakat Indonesia. Namun, situs-situs tersebut belum dapat mengungguli

ketenaran Facebook.

    Facebook merupakan situs jejaring sosial yang dibuat pada tanggal 4

Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg. Facebook memungkinkan para

penggunanya untuk membuat webpage pribadi, berbagi berbagai informasi pada

pengguna lain, serta menjalin suatu koneksi dengan orang lain yang mungkin sulit

digabungkan ke dalam satu dunia yang nyata dengan bantuan media internet

(Hendroyono, 2010). Facebook memberikan kemudahan komunikasi bagi para

penggunanya dengan keluarga maupun dengan orang-orang baru. Selain itu,

Facebook juga menghadirkan suatu layanan dimana penggunanya memiliki

kesempatan untuk berkomunikasi, seperti minat, ketertarikan, pengalaman, dan

hobi pada para penggunanya dengan latar belakang yang mungkin berbeda

(Hendroyono, 2010). Facebook memiliki beberapa fitur yang ditawarkan bagi

para penggunanya, antara lain profil (profile), dinding (wall), info, notes, chatting,

acara (events), permainan (games), groups, hadiah (gifts), video dan foto (photo).

Fitur-fitur yang diberikan oleh Facebook bagi para penggunanya memiliki

beberapa pengaruh yang berfungsi untuk merepresentasikan diri, salah satunya

adalah untuk membentuk identitas diri dari pengguna Facebook dimana dengan

situs jejaring sosial ini membuat seseorang merasa bahwa keberadaan dirinya ada

dan dianggap oleh orang lain (Hardiman, 2010).

  Pengguna Facebook di dunia telah mencapai angka lebih dar 179 juta

pengguna aktif (Gonzales, 2011a). Pengguna aktif merupakan pengguna yang

dalam 30 hari terakhir menggunakan Facebook. Berdasarkan survey yang

dilakukan e-marketer, Indonesia menjadi negara terbesar kedua setelah Amerika

Serikat yang menjadi pengguna Facebook. Tercatat pada akhir tahun 2009 jumlah

   

  

pengguna Facebook mencapai angka 13 juta pengguna serta terus bertambah

menjadi 15 juta pengguna di awal tahun 2010, dan kini pada tahun 2011 pengguna

Facebook telah mencapai angka 39 juta pengguna (Gonzales, 2011b). Pengguna

Facebook tidak hanya berkisar antar rentang usia dewasa, tetapi juga rentang usia

muda yang berkisar pada usia 14-24 tahun dan mencapai angka lebih dari 29 juta

pengguna atau 68,8% dari seluruh jumlah pengguna Facebook (Gonzales,

2011c).

  Remaja adalah masa yang dimulai pada usia 11 dan berakhir pada usia 18

atau 20 tahun (Erikson, 1968). Remaja juga merupakan masa dimana seseorang

sedang mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup besar di dalam

hidupnya. Perubahan dan perkembangan tersebut antara lain adalah perubahan

dan perkembangan fisik yang cukup cepat. Selain perubahan dan perkembangan

fisik, remaja juga mengalami perubahan psikologis yang cukup besar dimana

remaja adalah masa yang sedang mengalami perubahan peran dari anak-anak ke

masa remaja, adaptasi terhadap lingkungan, interaksi dengan teman-teman sebaya,

tanggung jawab dan rasa sosial, serta perkembangan identitas diri (Santrock,

2002).

  Menurut Erikson (dalam Hurlock, 1990) tugas terpenting bagi remaja

adalah mencapai identitas diri yang lebih mantap melalui pencarian dan eksplorasi

terhadap diri dan lingkungan sosial. Identitas diri adalah proses seseorang untuk

menghayati dan menyadari dirinya sebagai pribadi yang unik (Erikson, 1968).

  

Selain itu, identitas diri merupakan suatu representasi dari interaksi sosial yang

   

  

terjadi antar individu (Durkheim, 1982). Karakteristik identitas diri dapat

dibedakan dengan orang lain, hal tersebut dapat dilihat dari nama, pekerjaan, ras,

budaya, jenis kelamin, serta peran di dalam masyarakat (Erikson dalam Santrock,

2007). Identitas merupakan bagian dari “diri” yang diketahui oleh orang lain

(Altheide, 2000). Selain itu, identitas diri merupakan penghayatan individu

tentang gambaran dirinya dan juga menunjuk pada penghayatan individu dalam

membangun kesatuan naratif tentang dirinya dalam pengalaman emosional yang

intensif yang bersifat mudah berubah, fleksibel dan spesifik sesuai dengan kondisi

sosial dan budaya yang khas (James, 1998).

  Proses pembentukan identitas pribadi ini dapat dicapai dengan

interaksinya terhadap lingkungan. Lingkungan yang dimaksud merupakan suatu

area yang luas dan tidak hanya mencakup area keluarga, sekolah, teman sebaya,

ataupun masyarakat yang ada di dalam lingkungannya tetapi juga mencakup

penggunaan teknologi salah satunya adalah teknologi internet yang dapat

mendukung pencapaian identitas pribadinya. Performansi identitas individu atau

identitas diri seseorang yang ditampilkan di dunia offline seperti lingkungan

kantor atau sekolah seringkali dibatasi oleh norma-norma sosial (Brenman &

Pettit, 2004). Selain itu di dalam dunia offline ketika individu melakukan

penyimpangan akan norma sosial, individu tersebut akan mendapatkan hukuman

misalnya individu akan dikucilkan serta akan mendapat ejekan dan tekanan dari

orang lain sehingga individu akan cenderung menggunakan “masker” atau

menjadi individu yang menutup diri (Bargh, McKenna, & Fitzsimons, 2002).

Sebaliknya dalam dunia online, individu yang cenderung menggunakan “masker”

   

  

serta menutup diri akan keluar dari persembunyiannya dan membuka dirinya

yang sebenarnya (Zhao, Grasmuck, & Martini, 2008).

  Munculnya internet terutama situs jejaring sosial telah mengubah

kondisi tradisional dalam konstruksi identitas dimana tubuh terlepas dari

pertemuan sosial untuk berinteraksi satu sama lain di lingkungan online. Selain

itu, di dalam situasi di mana audiovisual digunakan dalam kontak online,

anonimitas dapat dipertahankan dengan cara menyembunyikan informasi tentang

latar belakang pribadi seseorang, seperti nama dan tempat tinggal. Kombinasi

tersebut menciptakan lingkungan teknologi baru dimana pembentukan identitas

muncul (Bargh, McKenna, & Fitzsimons, 2002).

  Orang yang menggunakan Facebook bertujuan untuk menyajikan aspek

diri ke dalam suatu jaringan online. Selain itu, Facebook memperlihatkan suatu

interaksi dengan orang lain, presentasi diri, dan pembentukan identitas

(Liu, 2007). Gambaran identitas pengguna Facebook dapat dilihat melalui foto

(Boyd & Donath, 2004) yang dalam penelitian ini disebut sebagai model

konstruksi identitas diri secara “Visual”. Selain itu, gambaran identitas diri

pengguna Facebook didukung juga oleh pendeskripsian minat (interesting),

seperti hobi, buku favorit, dan musik favorit yang disebut sebagai model

konstruksi identitas diri “Enumerative”. Gambaran identitas diri pengguna

Facebook juga dapat dilihat dari bagaimana seseorang menggambarkan diri (self-

description) melalui fitur About Me pada akun Facebook yang disebut sebagai

model konstruksi identitas diri “Narative”.

    Foto memperlihatkan cita-cita atau gambaran diri ideal serta menekankan

bagaimana hidup kita dapat selalu diingat (Holland, 1997). Holland (1991)

berpendapat, bahwa foto-foto pribadi terjerat dan dipengaruhi oleh cerita-

cerita budaya yang lebih besar tentang komunitas, keluarga dan gender. Foto

pribadi menegaskan "nilai-nilai budaya yg terstruktur" (Chalfen, 1987, hal 98),

melalui apa yang ditampilkan (Orhn, 1975). Ellison, Heino dan Gibbs (2006)

mengatakan bahwa foto-foto yang digunakan pada profil Facebook

disajikan dengan tujuan untuk mendeskripsikan diri, selain itu orang-orang yang

menggunakan foto tidak hanya untuk memvisualisasikan diri mereka

terlihat, tetapi juga untuk menekankan suatu kualitas yang penting bagi

mereka. Chalfen (1987) melakukan pemeriksaan mengenai bagaimana seseorang

membangun sebuah relasi, memanipulasi, menafsirkan, hidup dengan (siapa),

berpartisipasi, dan umumnya menggunakan bentuk-bentuk simbolis visual.

  Selain itu, gambaran identitas diri pengguna Facebook juga dapat dilihat

melalui minat atau hobi pada fitur info dan narasi mengenai diri yang terdapat

pada fitur “About Me” dan info di akun Facebook. Hal ini diperkuat dengan

pernyataan James (1998), yang menyatakan bahwa identitas diri dapat dilihat

melalui narasi yang dibangun individu tentang dirinya atau orang lain dalam

pengalaman emosional yang fleksibel, serta Erikson (dalam Santrock, 2003) yang

menyatakan bahwa potret identitas diri dapat dilihat melalui hal-hal yang disukai

dan dilakukan seseorang termasuk olahraga favorit, musik, dan hobi (minat)

  Oleh sebab itu, foto, minat (hobi) pada fitur info, dan self-description pada

fitur “About Me” di akun Facebook seseorang dapat dijadikan sebuah indikator

   

  

yang digunakan untuk menggambarkan identitas diri yang ditampilkan pada

remaja pengguna Facebook dengan menggunakan tiga model konstruksi identitas

diri pada pengguna Facebook yang mengadaptasi pada penelitian “Identity

Construction on Facebook: Digital Empowerment in Anchored Relationships”,

dimana dalam penelitian tersebut dilakukan pada 63 subjek remaja akhir di Timur

Laut Amerika Serikat dan berfokus pada empat ras, yaitu Afrika-Amerika,

Vietnam-Amerika India-Amerika, dan Latin-Karibia. Penelitian ini menemukan

tiga model konstruksi identitas diri pengguna Facebook. Tiga model konstruksi

identitas diri tersebut adalah model “Visual”, “Enumerative”, dan “Narative”.

  Identitas diri merupakan suatu representasi dari interaksi sosial yang

terjalin antar individu. Gambaran identitas diri tersebut dapat dilihat berdasarkan

lingkungan dimana individu tinggal. Lingkungan yang dapat digunakan untuk

melihat gambaran identitas diri seseorang salah satunya adalah teknologi internet

atau yang biasa disebut sebagai dunia online, khususnya adalah situs jejaring

sosial Facebook dimana individu dapat keluar dari “persembunyiannya” dan

membuka diri mereka yang sebenarnya melalui Facebook dan tidak terbentur oleh

norma-norma dan sanksi sosial apanila individu melakukan pelanggaran ketika

menampilkan identitas dirinya di lingkungan offline. Selain itu, di dalam

lingkungan offline individu seringkali memakai “masker” atau menutup diri agar

terhindar dari berbagai tekanan yang diberikan oleh lingkungan sosialnya.

Facebook juga dapat dijadikan media untuk mempresentasikan diri.

  Oleh sebab itu, penelitian ini penting dilakukan karena dapat memberikan

suatu temuan baru dimana Facebook menjadi sebuah media yang dapat digunakan

   

  

untuk melihat identitas diri. Selain itu, penelitian mengenai Facebook belum

banyak dilakukan, sehingga penelitian ini dapat memberikan sebuah referensi

baru bagi peneliti lain. Penelitian ini secara khusus ingin melihat gambaran

identitas diri yang ditampilkan remaja pengguna Facebook dengan menggunakan

ketiga model konstruksi identitas diri yang mengadaptasi dari penelitian

sebelumnya khusunya melalui fitur info, foto profil, serta self-description pada

fitur “About Me” di akun pengguna Facebook. Jenis gambaran identitas diri

tersebut lebih jelas akan dibahas pada bab selanjutnya.

  B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan dan fakta-fakta, maka peneliti mengajukan rumusan masalah adalah sebagai berikut:

  

“Bagaimanakah gambaran identitas diri remaja yang ditampilkan melalui account

Facebook dilihat dari fitur foto, info, serta self-description pada fitur “About Me”

di akun pengguna Facebook ?”

  C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah ingin melihat gambaran identitas diri

remaja yang ditampilkan melalui account Facebook dilihat dari fitur foto, info,

serta self-description pada fitur “About Me” di akun pengguna Facebook.

   

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada

pembaca mengenai gambaran identitas diri remaja yang ditampilkan yang

terbentuk dilihat dari galeri foto, minat (hobi), serta self-description pada fitur

“About Me” melalui account Facebook

  2. Manfaat Teoritis Memberikan referensi lain bahwa identitas diri seseorang dapat dilihat

melalui teknologi internet khususnya jejaring sosial Facebook serta memperkaya

pengetahuan lebih bagi psikologi perkembangan khususnya mengenai gambaran

identitas diri pengguna Facebook.

   

BAB II LANDASAN TEORI A. Remaja 1. Definisi Remaja Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang

  berarti to grow atau to grow maturity (Golinko, 1984 dalam Rice, 1990). Papalia dan Olds (2001) berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa antara kanak-kanak dan dewasa. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

  Menurut Adams dan Gullota (dalam Aaro, 1997), masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun. Hall (dalam Santrock, 2002, hal 8) menyatakan “… masa remaja ialah masa pergolakan yang penuh dengan konflik dan buaian suasana hati”. Pada masa remaja, seseorang mengalami beberapa perubahan, baik secara fisik maupun secara psikis. Pada masa ini, terjadi perubahan dalam proses biologis, psikologis, sosiologis, budaya, dan historis (Lerner, 2002).

  Dreyer (dalam Waterman, 1984) mengemukakan bahwa masa remaja ditandai dengan kapabilitas intelektual yang lebih tinggi seperti logika formal operasional, penalaran analitis, kognisi sosial, penalaran moral, komitmen intelektual dan etik. Kesemua pendekatan ini menggambarkan bahwa pemikiran remaja ditandai oleh peningkatan pemikiran abstrak, mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda ketika berusaha memecahkan masalah, dan menilai secara logis alternatif-alternatif ketika berusaha mencari jalan keluar dari dilema. Sedangkan, Anna Freud (Hurlock, 1990) berpendapat bahwa pada masa remaja adalah masa dimana terjadi proses perkembangan yang meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan.

  Transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai (Hurlock, 1990). Bagian dari masa kanak-kanak itu antara lain proses pertumbuhan biologis misalnya tinggi badan masih terus bertambah. Sedangkan bagian dari masa dewasa antara lain proses kematangan semua organ tubuh termasuk fungsi reproduksi dan kematangan kognitif yang ditandai

    dengan mampu berpikir secara abstrak (Hurlock, 1990; Papalia & Olds, 2001).

  Dari penjelasan-penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa individu mengalami kematangan seksual yang berlangsung pada usia antara 11 hingga 20 tahun. Pada masa remaja, seseorang mengalami beberapa perubahan, baik secara fisik maupun secara psikis. Pada masa ini, terjadi perubahan dalam proses biologis, psikologis, sosiologis, budaya, dan historis. Masa remaja juga meliputi perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita mereka, dimana pembentukan cita-cita merupakan proses pembentukan orientasi masa depan. .

2. Karakteristik Remaja

  Masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang digunakan untuk membedakan periode sebelum masa remaja dan periode setelah masa remaja. Gunarsa (1991) merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu: a. Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.

  b. Ketidakstabilan emosi.

  c. Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.

  d. Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

    e. Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-pertentang dengan orang tua.

  f. Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya.

  g. Senang bereksperimentasi.

  h. Senang bereksplorasi.

i. Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

  j. Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

  Sehingga dapat ditarik kesimpula bahwa masa remaja memiliki karakteristik tertentu yang digunakan untuk membedakan periode sebelum masa remaja dan periode setelah masa remaja, antara lain k etidakstabilan emosi, kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan, senang bereksperimentasi, senang bereksplorasi, dan memiliki kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.

3. Aspek Perkembangan Remaja

  Papalia dan Olds (2001), mengemukakan tiga aspek perkembangan yaitu: (1) perkembangan fisik, (2) perkembangan kognitif, dan (3) perkembangan kepribadian dan sosial.

   

  1. Perkembangan Fisik Perkembangan fisik adalah terjadinya perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan ketrampilan motorik (Papalia

  & Olds, 2001). Perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual serta fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan. Perubahan fisik otak sehingga strukturnya semakin sempurna meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget dalam Papalia & Olds, 2001).

  2. Perkembangan Kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2002), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja sudah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga menghubungkan ide-ide tersebut. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru. Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental

    seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget menyebut tahap perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasional formal (Papalia & Olds, 2001).