PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SMP KANISIUS PAKEM, YOGYAKARTA SKRIPSI

  

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

MELALUI POLA NARATIF EKSPERIENSIAL

DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK)

DI SMP KANISIUS PAKEM, YOGYAKARTA

  

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

  

Oleh:

Cyriaka Putik Nandra

NIM: 051124022

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  S K R I P S I PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SMP KANISIUS PAKEM, YOGYAKARTA

  Oleh: Cyriaka Putik Nandra

  NIM: 051124022 Telah disetujui oleh:

  Pembimbing Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. Tanggal, 9 September 2009

  S K R I P S I PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SMP KANISIUS PAKEM, YOGYAKARTA

  Dipersiapkan dan ditulis oleh Cyriaka Putik Nandra

  NIM: 051124022 Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 24 September 2009 dan dinyatakan memenuhi syarat

  SUSUNAN PANITIA PENGUJI Nama Tanda Tangan Ketua : Drs. H.J. Suhardiyanto, S.J. …………………… Sekretaris : F.X. Dapiyanta, SFK., M. Pd. …………………… Anggota : 1. Dra. Yulia Supriyati, M.Pd. ……………………

  2. Yoseph Kristianto, SFK ……………………

  3. P. Banyu Dewa, H.S., S.Ag, M.Si. …………………… Yogyakarta, 24 September 2009

  Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

  Dekan,

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada Bapak dan Ibuku, yang telah memberikan dukungan moral, spiritual dan finansial,

  Adik-adikku, seluruh keluargaku dan seluruh sahabatku yang selalu memotivasi diriku, serta

  Ibu Roberta Sarjinah dan siswa-siswi SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta yang telah memberikan dukungan bagi studiku.

  

MOTTO

  “Janganlah Berhenti Berusaha ”

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebut dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 9 September 2009 Penulis Cyriaka Putik Nandra

  

LEMBAR PERNYATAAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Cyriaka Putik Nandra Nomor Mahasiswa : 051124022 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

  

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI POLA NARATIF

EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI

SLTP KANISIUS PAKEM, YOGYAKARTA

  Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bnetuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

  Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal, 9 September 2009 Yang menyatakan Cyriaka Putik Nandra

  

ABSTRAK

  Judul skripsi PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA

  

MELALUI POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN

AGAMA KATOLIK (PAK) DI SLTP KANISIUS PAKEM, YOGYAKARTA

  dipilih berdasarkan pada fakta bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar di SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta yang memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan pada saat penulis mendapat kesempatan untuk PPL di SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta bahwa dalam setiap proses belajar mengajar siswa-siswi kurang bersemangat dalam mengikuti Pendidikan Agama Katolik (PAK). Menurut pandangan siswa, mengikuti pelajaran agama membosankan karena cara mengajar guru yang monoton. Dalam proses belajar mengajar, cara mengajar guru kurang menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses belajar mengajar. Bertitik tolak dari kenyataan ini, maka skripsi ini dimaksudkan untuk membantu guru agama di SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta mendapatkan cara baru dalam mengajar dengan menggunakan Pola Naratif Eksperiensial karena Pendidikan Agama berbeda dengan mata pelajaran lainnya.

  Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana guru agama mampu memberikan motivasi belajar dalam Pendidikan Agama Katolik dan pola macam apa yang dapat membantu guru dalam proses belajar mengajar yang melibatkan pengalaman siswa dalam mengkomunikasikan imannya. Untuk mengkaji masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu wawancara kepada guru agama dan beberapa siswa dari perwakilan setiap kelas di SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta telah dilaksanakan. Di samping itu studi pustaka juga dilakukan untuk memperoleh pemikiran-pemikiran yang reflektif, sehingga diperoleh gagasan yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan Pola pembelajaran bagi guru agama.

  Hasil akhir menunjukkan bahwa Pola Naratif Eksperiensial merupakan suatu metode pembelajaran yang bersifat komunikasi iman. Pola ini bertujuan untuk membantu guru agama agar memiliki suatu pendekatan pembelajaran yang handal dan efektif sehingga siswa memiliki motivasi belajar dalam mengikuti proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik. Pola Naratif Eksperiensial mempunyai lima langkah pokok ialah penampilan cerita kehidupan/cerita rakyat, pendalaman cerita, peneguhan cerita Kitab Suci atau Tradisi Gereja dan rangkuman. Oleh karena itu, guru agama perlu kenal dan memahami pola pembelajaran ini. Untuk keperluan itu penulis mengusulkan program pendekatan pembelajaran Pola Naratif Eksperiensial, sekaligus penjabarannya. Hasil dari pelaksanaan usulan tersebut membuktikan bahwa Pola Naratif Eksperiensial yang dicapai dapat membangkitkan motivasi belajar siswa dalam mengikuti Pendidikan Agama Katolik.

  ABSTRACT

  The title of the thesis is DEVELOPING THE STUDENTS’ MOTIVATION

  THROUGH THE PATTERN OF NARRATIVE EXPERIENTIAL IN CATHOLIC

RELIGION EDUCATION (PAK) IN SMP KANISIUS PAKEM OF

YOGYAKARTA. It is chosen based on the fact of the learning process in the school,

  which is apprehensive. The writer found that students were less enthusiastic in attending each course of Catholic Religion Education. For them, attending the course was boring because the way its teacher taught was monotonous. Based on this fact, this thesis aims to help the teacher of Catholic Religion Education of the school to have a new method in organizing the course using the Pattern of Narrative Experiential for Catholic Religion Education is different from any other course in school.

  The main problem of the thesis is how does the teacher of Catholic Religion Education motivate students during the course and what kind of teaching pattern, which could help the teacher in involving students’ experiences in communicating their faith. The accurate data is needed to examine the problem. Therefore, the writer interviewed the teacher and some students representing each class of the school. The writer also made a study on literature to find some reflective thoughts, in order to have ideas that could be used as contributions for teaching pattern for religion teachers.

  The result shows that the Pattern of Narrative Experiential is a teaching method, which has a character of faith communication. This pattern aims to help religion teachers to have an effective teaching approach so that students may have learning motivation in following the course of Catholic Religion Education. The Pattern of Narrative Experiential has five main steps, such as presenting the life story or folk story, deepening the story, confirmation of Biblical story or Church traditions and the summary. Therefore, the religion teacher must know and understand this pattern. For that sake, the writer proposes a program of teaching approaches of the Pattern of Narrative Experiential, as well as its description. The result of implementing the proposal proves that the Pattern of Narrative Experiential could develop the students’ learning motivation in attending the Catholic Religion Education.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Allah Bapa atas berkat dan kasih-Nya yang melimpah, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK (PAK) DI SMP KANISIUS PAKEM, YOGYAKARTA.

  Penulisan skripsi ini dilatarbelakangi oleh keprihatinan penulis bahwa siswa- siswi SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta kurang memiliki motivasi belajar dalam Pendidikan Agama Katolik. Permasalahannya adalah dari pihak guru kurang bervariasi dalam mengolah bahan dengan menggunakan berbagai metode. Guru sudah berusaha memberikan motivasi kepada siswa dalam mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar. Tetapi, pada kenyataannya masih banyak siswa yang tidak memperhatikan guru mengajar Pendidikan Agama Katolik. Menjawab keprihatinan itu, penulis mengusulkan suatu usaha untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Usaha yang dimaksudkan adalah penggunaan metode, pola Naratif Eksperiensial dalam pelajaran Pendidikan Agama Katolik.

  Skripsi ini disusun tidak lepas dari dukungan dan bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan tulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1.

  Ibu Yulia Supriyati, M. Pd., selaku dosen pembimbing utama yang telah meluangkan waktu, membimbing, memberikan perhatian dan sumbangan pemikiran, serta memotivasi penulis dalam menuangkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir skripsi ini.

  2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, selaku dosen Pembimbing Akademik yang terus menerus membimbing dan mendampingi penulis dengan penuh kesetiaan dan kesabaran selama menjalani studi di kampus IPPAK Universitas Sanata Dharma.

  3. Bapak P. Banyu Dewa, H.S., S.Ag, M.Si, selaku dosen penguji yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  4. Segenap staf dosen dan karyawan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, yang telah mendidik, membimbing dan memberi teladan bagi penulis selama studi hingga selesainya penulisan skripsi ini.

  5. Bapak, Ibu, dan adik-adikku serta keluarga besarku yang telah memberi semangat dan dukungan moral, material dan spiritual selama penulis menempuh studi di Yogyakarta.

  6. Teman-temanku mahasiswa IPPAK-USD, khususnya angkatan 2005 yang telah memberikan motivasi, berbagi pengalaman hidup, dan berjuang bersama dalam semangat persaudaraan dan kekeluargaan untuk menjadi katekis yang bermutu dan bijaksana.

  7. Ibu Roberta Sarjinah selaku Guru Agama dan siswa-siswi SMP Kanisius Pakem Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk melengkapi materi dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah memberi bantuan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

  Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan, pemahaman, dan pengalaman, sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

  Yogyakarta, 9 September 2009 Penulis Cyriaka Putik Nandra

  

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... iv MOTTO ............................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .............................................................. vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………....…….. vii ABSTRAK ........................................................................................................... viii ABSTRACT ......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ......................................................................................... x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN....................................................................................

  1 A.

  1 Latar Belakang Penulisan Skripsi .........................................................

  B.

  6 Rumusan Permasalahan ........................................................................

  C.

  6 Tujuan Penulisan ..................................................................................

  D.

  7 Manfaat Penulisan ................................................................................

  E.

  7 Metode Penulisan...................................................................................

  BAB II. POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK A.

  8 Pola Naratif Eksperiensial .....................................................................

  1.

  8 Cerita dalam Pendidikan .................................................................

  2.

  11 Macam-macam Cerita .....................................................................

  3.

  13 Pengertian Naratif Eksperiensial .....................................................

  4.

  14 Langkah-langkah Pengajaran Pola Naratif Eksperiensial ...............

  B.

  16 Motivasi ................................................................................................

  1.

  16 Pengertian Motivasi ........................................................................

  2. Motivasi Belajar Siswa dalam Mengikuti Pendidikan Agama

  C.

  22 Pendidikan Agama Katolik ...................................................................

  1.

  24 Pendidikan Agama Katolik di Sekolah Menengah Pertama ...........

  a.

  24 Pengertian PAK di Sekolah .......................................................

  b.

  25 Tempat dan Peranan PAK .........................................................

  c.

  26 Ruang Lingkup Materi PAK .....................................................

  d.

  27 Pola atau Pendekatan Pengajaran PAK di Sekolah ...................

  2.

  29 Proses Belajar Mengajar PAK di Sekolah ......................................

  BAB III. PEMBELAJARAN PAK DAN HUBUNGAN DENGAN PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SMP KANISIUS PAKEM, YOGYAKARTA A.

  33 Proses Belajar Mengajar Pendidikan Agama Katolik di SMP ..............

  B.

  Pengaruh Pola Naratif Eksperiensial terhadap Motivasi Belajar Siswa dalam PAK di SMP Kanisius Pakem ....................................................

  39 1.

  39 Metodologi Penelitian ....................................................................

  a.

  39 Tujuan Penelitian ......................................................................

  b.

  40 Metode Penelitian .....................................................................

  c.

  41 Instrumen Penelitian .................................................................

  d.

  41 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................

  e.

  42 Responden Penelitian ................................................................

  f.

  42 Teknik Pengolahan Data ...........................................................

  g.

  43 Variabel Penelitian ....................................................................

  2.

  45 Hasil Penelitian ...............................................................................

  C.

  52 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................................

  1.

  52 Pembahasan Hasil penelitian ............................................................

  2.

  60 Keterbatasan Hasil penelitian ...........................................................

  BAB IV. USULAN PROGRAM POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DALAM RANGKA MENINGKATKAN MOTIVASI SISWA MELALUI PROSES BELAJAR MENGAJAR PAK DI SEKOLAH A.

  62 Pengertian Program ...............................................................................

  B.

  63 Latar Belakang Program .......................................................................

  D.

  64 Pemilihan Program ................................................................................

  1.

  65 Pola Pembelajaran PAK ..................................................................

  2.

  66 Pengertian Naratif Eksperiensial .....................................................

  3.

  68 Pola Naratif Eksperiensial ...............................................................

  4.

  70 Pola Naratif Eksperiensial di Sekolah Menengah Pertama .............

  E.

  71 Usulan Program Pola Naratif Eksperiensial ..........................................

  F.

  72 Penjabaran Usulan Program ..................................................................

  G.

  77 Pengembangan Program .......................................................................

  H.

  Refleksi atas Pelaksanaan Pembelajaran dengan Pola Naratif Eksperiensial terhadap Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam PAK .......................................................................................................

  83 BAB V. PENUTUP A.

  91 Kesimpulan ...........................................................................................

  B.

  93 Saran ...................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................

  97 LAMPIRAN Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian ............................................................... (1) Lampiran 2 : Pertanyaan Wawancara ......................................................... (2) Lampiran 3 : Hasil Wawancara ................................................................... (3) Lampiran 4 : Lagu “Bung Hatta” (Iwan Fals) ............................................. (22)

DAFTAR SINGKATAN A.

   Singkatan Kitab Suci

  Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Deuterokanonika, Lembaga Biblika Indonesia, 2005.

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  GE : Gravissimum Educationes, Pernyataan Konsili Vatikan II tentang Pendidikan Kristen, 28 Oktober 1965.

  C. Singkatan-singkatan Lain

  AV : Audio Visual CD : Compact Disk (Perekam berbentuk disk) D II : Diploma tingkat II DGI : Dewan Gereja-gereja di Indonesia Ef : Efesus GBPP : Garis-garis Besar Program Pengajaran Kel : Keluaran Komkat KWI : Komisi Kateketik KS : Kitab Suci MP 3 : Media Player No : Nomor OSIS : Organisasi Siswa Intra Sekolah

  PAK : Pendidikan Agama Katolik PAKK : Pelajaran Agama Kristen Katolik PBM : Proses Belajar Mengajar PPL : Program Pengalaman Lapangan Ptr : Petrus RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran SD : Sekolah Dasar SMP : Sekolah Menengah Pertama STKat : Sekolah Tinggi Kateketik TV : Televisi

  VCD : Video Compact Disk (alat pemutar kaset perekam) Yoh : Yohanes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman adalah guru yang terbaik. Melalui peribahasa ini dapat diambil

  maknanya bahwa pengalaman merupakan gambaran yang sudah diketahui melalui hasil tindakan yang kita lakukan hasilnya baik atau buruk. Pengalaman hidup kita membawa perkembangan iman yang mendorong kita untuk membina hubungan baik dengan Tuhan. Pengalaman juga membantu kita dalam mengkonfrontasikan hidup melalui kisah hidup Yesus dalam Kitab Suci.

  Usia anak SMP antara 13-15 tahun sedang dalam masa remaja dengan mulai memasuki dunia dewasa dan dunia anak-anak lambat laun hilang, maka ada perasaan segala pegangan hilang. Dalam usia ini sering muncul rasa tidak at home dan bingung bahkan dapat muncul rasa putus asa. Hal ini dikarenakan lingkungan tidak mengerti akan perkembangannya dalam mendampingi atau pendidikan yang diterimanya terlalu formal. Lingkup pergaulan anak SMP lebih luas dan penuh dinamika sehingga mereka cenderung bergerak dan mempunyai semangat yang menuntut penyaluran. Maka tak jarang melihat anak SMP yang suka berkelompok karena memiliki satu hobi yang sama. Kecenderungan untuk berkelompok dengan teman-temannya sangat kuat, karena mereka tidak lagi termasuk dalam dunia anak- anak tetapi belum termasuk dunia dewasa (Komala, 1992: 20).

  Pengalaman yang diterima anak SMP dari teman-teman kelompoknya dibawa kedalam keluarganya sehingga suasana kelurganyapun jadi ikut berubah karena yang

  2 dapat mempengaruhi perkembangannya adalah teman sekelompoknya. Penghayatan agama pada masa itu diwarnai oleh krisis perkembangan pribadi karena motivasi- motivasi yang dulu menyakinkan untuk pandangan dan praktik agama tidak lagi memuaskan. Namun pada periode ini mereka sudah mengalami keberadaan Allah, jika mereka sedang bingung, Allah tetap menjadi satu-satunya harapan dan pegangan dalam kekacauan perasaannya. Maka pada usia ini mereka lebih mengandalkan Allah dengan berdoa supaya Allah memberikan ketenangan hati dan rasa aman.

  Penghayatan imannya lebih pada penyampaian doa berdasarkan keinginan spontan. Perayaan Ekaristi dan acara doa tidak selalu diikuti, namun mereka kritis terhadap persoalan-persoalan yang ada dalam pikirannya dengan melontarkan kritikan terhadap Gereja dan pastor (Komala, 1992: 21). Kelebihan yang ada dalam diri anak SMP diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru dalam proses belajar mengajar.

  Tujuan pendidikan agama katolik yang telah dirumuskan dalam lokakarya Pola Pelajaran Kristen Katolik (PAKK) di Malino, Ujung Pandang 28 Juni-4 Juli 1981 yaitu, “agar peserta didik mampu menggumuli hidup dari segi pandangan kristiani dan dengan demikian mudah-mudahan dapat berkembang menjadi manusia paripurna (manusia beriman)”. Melalui tujuan pendidikan di atas, dapat dijabarkan bahwa rumusan tujuan mempunyai unsur menggumuli hidup, pandangan kristiani dan manusia paripurna serta perkembangan kepribadian selanjutnya (Komala, 1992: 18).

  Unsur menggumuli hidup bertolak dari psikologi perkembangan anak SMP. Unsur pandangan kristiani lebih diarahkan pada proses menggumuli pengalaman dari sudut pandang iman melalui pengalaman manusiawi (profan) yang diolah bersama

  3 dalam komunikasi antar guru dan siswa, siswa dengan siswa lainnya sehingga mempunyai arti dan makna serta berpengaruh terhadap hubungannya dengan Tuhan. Sedangkan unsur manusia paripurna lebih diarahkan kepada kematangan kepribadian yang membuat anak SMP menyadari arti hidup dan menempatkan diri untuk siap mendengarkan sabda Allah yang disampaikan sebagai sapaan Allah secara pribadi dalam pengalaman hidup sehari-hari. Sebagai manusia paripurna berarti tidak hanya memikirkan diri sendiri, melainkan mengembangkan relasi cinta kasih terhadap sesama. Dengan demikian untuk mewujudkan unsur-unsur tersebut dibutuhkan pola yang dapat membantu siswa dalam mengolah pengalaman imannya dalam Pendidikan Agama Katolik. Pola ini sangat membantu siswa untuk mejadi manusia yang beriman secara dewasa maka dari itu dibutuhkan suatu perencanaan yang matang menyangkut proses belajar mengajar dan isi yang akan menjadi bekal bagi siswa (Komala 1992: 24-25).

  Dalam pola PAKK, proses belajar mengajar lebih menampilkan pengalaman manusia dan fakta yang membuka pemikiran. Pengalaman manusia diolah sehingga mendorong pada proses mengetahui dan memahami secara mendalam dan meluas. Kemudian manusia menggumuli manusia lain sehingga mempunyai kemampuan dalam menerapkan dan mengintegrasikan dalam hidup (WGI, 1981: 33-34). Salah satu pola pendekatan yang kiranya cocok untuk dipakai dalam Pendidikan Agama Katolik (PAK) adalah Pola Naratif Eksperiensial. Adapun yang dimaksud dengan pola Naratif Eksperiensial adalah cerita yang bersifat pengalaman. Secara khusus, pola Naratif Eksperensial dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang mengutamakan cerita. Salah satu kekuatan cerita adalah komunikasi lisannya seturut

  4 dengan awal terjadinya cerita. Kenyataan terjadi karena dahulu kebanyakan orang belum mengenal budaya baca tulis bahkan cerita sangat dominan dan merupakan satu-satunya “metode pendidikan” sebelum manusia mengenal tulisan. Cerita disampaikan secara lisan dan mudah diingat, asalkan mengetahui tokoh-tokoh, ucapan-ucapan penting dan alur cerita. Itulah pokok terpenting dalam proses pendidikan guna meningkatkan motivasi belajar siswa. Kiranya dengan memakai pola ini dapat ditingkatkan motivasi siswa dalam PAK.

  Dalam pelajaran agama zaman dahulu orang sering menggunakan gambar Kitab Suci. Gambar yang memiliki alur dan makna disampaikan dalam bentuk cerita, kemudian dihubungkan dengan pengalaman pribadi. Gambar sering dipakai untuk menanamkan kesan saleh sehingga apabila anak sudah memiliki pengalaman dan terasa tidak cocok dengan realitas hidup, maka anak akan meninggalkan agama tanpa ada tindakan konkret sehari-hari. Dengan demikian yang diperlukan anak SMP adalah gambaran sederhana dan jujur yang sesuai dengan daya tangkap anak.

  Gambar juga hendaknya dapat mendorong anak untuk menjadi kreatif sendiri artinya anak dibebaskan untuk mengemukakan maknanya sendiri melalui gambar (Hofmann, 1988: 12). Melihat konteks di atas dapat disimpulkan bahwa gambar dapat membantu anak untuk mengembangkan imajinasinya melalui cerita yang dihubungkan melalui pengalaman hidup sehari-hari.

  Berdasarkan praktik pengalaman lapangan di sekolah SMP Kanisius Pakem Yogyakarta selama semester Gasal tahun pelajaran 2007-2008, penulis melihat kenyataan bahwa perkembangan usia anak SMP yang sudah dijelaskan diatas perlu ada pendampingan dan pendidikan yang mementingkan perkembangan iman.

  5 Kenyataan yang terjadi di SMP Kanisius Pakem Yogyakarta bahwa, potensi siswa dalam pengalaman hidupnya kurang di pakai dalam proses belajar mengajar, sehingga siswa hanya mencatat dan mendengarkan guru mengajar. Hal ini dapat dilihat dari respon siswa-siswi pada saat melakukan tanya jawab dalam praktik pengalaman lapangan.

  Dari fakta ini juga menyadarkan penulis untuk membantu anak SMP dalam memperkembangkan imannya melalui pengalaman hidupnya. Melihat perkembangan anak SMP, memudahkan penulis untuk menjalankan pola Naratif Eksperiensial guna meningkatkan motivasi belajar siswa di kelas. Pengalaman anak SMP bersama teman sekelompoknya membawa pengaruh dalam hidupnya. Mereka juga mampu mengalami keberadaan Allah karena dalam pola pembelajaran PAK, proses belajar mengajar lebih menampilkan pengalaman manusia dan fakta yang membuka pemikiran. Pengalaman yang mengena keadaan anak, akan diterapkan dalam hidup sehari-hari.

  Dalam menyampaikan komunikasi iman dibutuhkan sarana yang dapat membantu anak dalam memahami pengetahuan yang baru yaitu cerita. Berdasarkan pengertian cerita, pola yang bersifat naratif-eksperiensial adalah pola cerita pengalaman. Naratif berarti bahan diceritakan (narasi) sebagai mitra dialog yang bersaksi mengenai pengalaman serta penghayatan iman (eksperiensi). Komunikasi tersebut berawal dari dan menuju ke pengalaman dan penghayatan (eksperiensi) sehari-hari siswa (Jacob, 1992: 10-11). Melalui cerita anak dapat mengkomunikasikan imannya karena mudah dipahami dan konkrit terlebih dalam usia ini anak memiliki banyak pengalaman dalam pergaulannya bersama teman

  6 sekelompoknya dan masyarakat. Dengan demikian, dalam menyampaikan cerita, dibutuhkan pola yaitu pola yang bersifat Naratif Eksperiensial.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang penulisan di atas, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Bagaimana Pola Naratif Eksperiensial dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar PAK?

  2. Apakah dengan Pola Naratif Eksperiensial dapat meningkatkan motivasi belajar siswa/i SMP Kanisius Pakem dalam PAK?

  C. Tujuan Penulisan

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan adalah: 1. Mengetahui keadaan guru sebagai pendidik dalam memahami dan menerapkan

  Pola Naratif Eksperiensial terhadap proses belajar mengajar di SMP Kanisius Pakem.

  2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Pola Naratif Eksperiensial dalam meningkatkan motivasi belajar anak dalam proses belajar mengajar PAK di SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta.

  7 D.

   Manfaat Penulisan

  Manfaat dari penulisan yang berjudul “Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Pola Naratif Eksperiensial Dalam Pendidikan Agama Katolik Di SMP Kanisius Pakem, Yogyakarta” adalah: 1.

  Memberikan sumbangan gagasan bagi kemajuan proses belajar mengajar Pendidikan Agama Katolik dengan Pola Naratif Eksperiensial di SMP Kanisius Pakem.

2. Pola Naratif Eksperiensial sebagai pola pembelajaran bagi Guru Agama dalam proses belajar mengajar PAK.

  3. Membantu sekolah dalam memberdayakan fungsinya sebagai tempat pendidikan yang mementingkan peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses belajar mengajar PAK di sekolah.

E. Metode Penulisan

  Penulisan skripsi ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Untuk itu penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan menggambarkan situasi nyata melalui sumber-sumber yang relevan dan mendukung serta studi pustaka.

BAB II POLA NARATIF EKSPERIENSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MENGIKUTI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK A. Pola Naratif Eksperiensial 1. Cerita dalam Pendidikan Dalam dunia pendidikan, perkembangan anak SMP lebih diarahkan kepada

  perkembangan iman yang berpangkal pada pengalaman iman anak. Namun harus dibedakan antara iman dan pengungkapan iman dalam pengalaman dan penghayatan iman anak-anak berdasarkan tingkatan. Pendidikan iman anak SMP, lebih diarahkan pada pengalaman iman yang diungkapkan, artinya segala perbuatan dan tindakan secara khusus dan eksplisit yang bertujuan untuk mengekspresikan, mengungkapkan dan menyatakan iman. Mengekspresikan, mengungkapkan dan menyatakan iman merupakan bagian dari komunikasi iman karena komunikasi iman mengandung unsur penghayatan iman (Jacob, 1992: 57).

  Dalam penghayatan iman, dibutuhkan bahan yang mampu mengajak siswa SMP kelas I dan II untuk mengeksperikan, mengungkapkan dan menyatakan iman, sedangkan kelas III, mengeksperikan, mengungkapkan dan menyatakan iman lebih diarahkan pada perwujutan iman dalam tindakan moral hidup sehari-hari (Jacob, 1992: 99). Bahan ini bukanlah bahan mati, dalam komunikasi iman, bahan menjadi mitra dialog yang bersaksi. Supaya bahan menjadi mitra dialog yang hidup, menarik dan tidak memaksa, maka bahan diolah dalam bentuk cerita. Dalam dialog terjadi komunikasi iman yang hidup antar siswa dalam kelas sehingga melalui cerita, siswa mampu mengekspresikan, mengungkapkan dan menyatakan iman dalam bentuk cerita pengalaman. Dengan demikian, dalam menyampaikan cerita, dibutuhkan pola yaitu pola yang bersifat Naratif Eksperiensial. Berdasarkan pengertian cerita, pola yang bersifat naratif-eksperiensial adalah pola cerita pengalaman. Naratif berarti bahan diceritakan (narasi) sebagai mitra dialog yang bersaksi mengenai pengalaman serta penghayatan iman (eksperiensi). Komunikasi tersebut berawal dari dan menuju ke pengalaman dan penghayatan (eksperiensi) sehari-hari siswa (Jacob, 1992: 10-11).

  Menurut Ruedi Hofmann (1994: 1), dalam kurikulum 1994 untuk pendidikan agama katolik di Indonesia dimana digunakan pola kegiatan komunikasi iman yang bersifat “naratif eksperiensial”. “Naratif” berarti pola tersebut berdasarkan cerita, sedangkan kata “Eksperensial” menunjuk pada hubungannya dengan pengalaman. Secara singkat dapat dikatakan bahwa dengan pola “naratif-eksperensial” kita harapkan umat kita akan memperoleh cerita yang berhubungan dengan pengalamannya sendiri. Pengertian di atas menjelaskan bahwa ”Naratif” adalah cerita, sedangkan

  ”Eksperiensial” adalah pengalaman. Maka Naratif Eksperiensial adalah cerita pengalaman. Cerita pengalaman dapat berupa cerita kehidupan pribadi seseorang, kehidupan orang lain atau kehidupan tokoh-tokoh baik dalam Kitab Suci maupun tokoh-tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia.

  Pola komunikasi naratif-eksperiensial dapat digambarkan sebagai berikut: Objektif, Subjektif

  Siswa Bahan

  Cerita Siswa

  Komunikasi Naratif Eksperiensial Guru

  Situasi Hidup Dialami Bersama Berdasarkan bagan di atas menjelaskan bahwa, komunikasi Naratif Eksperiensial dijalan oleh guru dengan pertimbangan bahan masih harus diolah dahulu agar proses komunikasi lebih terarah. Dalam proses komunikasi ini, guru juga diharapkan memperhatikan bentuk, metode dan proses yang disesuaikan dengan perkembangan dan situasi siswa. Disamping itu juga, guru hendaknya memperhatikan perkembangan sikap batin dengan menanggapi problem-problem menurut suara hati meskipun tidak mudah menemukan bimbingan suara hati.

  (Komala, 1992: 26). Guru diharapkan pula turut serta dalam mendengarkan dan mempertimbangkan apa yang menjadi hidup dalam jiwa mereka dengan mengajak mereka bercerita tentang apa yang dialami. Guru juga hendaknya menanamkan sikap-sikap terhadap masyarakat sekitar dan diajak untuk lebih memperhatikan sesama. Dalam cerita yang terpenting adalah unsur naratif, kemudian setelah cerita sungguh dipahami, dapat dicari hubungannya dengan pengalamannya sendiri.

  Pola Naratif Eksperiensial tidak langsung diarahkan pada “hidup baik” namun memiliki tujuan supaya siswa-siswi memiliki cerita yang menjadi bekal, sehingga dapat memampukan dirinya untuk mengatur hidupnya sendiri (Komkat KWI, 1994: 15). Cerita yang didengar oleh siswa tidak semata-mata baik bagi pengalaman hidupnya melainkan siswa diharapkan mengolah dan menyaring cerita serta menyikapi cerita untuk bekal hidupnya. Dengan demikian, cerita sangat berperan penting dalam perkembangan iman anak untuk mengkomunikasikan iman dan memotivasi siswa untuk belajar dalam mengikuti PAK melalui pola Naratif Eksperiensial.

2. Macam-macam cerita

  Dalam Injil, Yesus nampak sebagai pencerita yang unggul maka ciri khas dari cerita adalah komunikasi. Cerita yang dipakai Yesus adalah cerita Kanonis (Perjanjian Lama), cerita rakyat (Galilea) dan cerita kehidupan. Melalui sudut pandang fungsional, banyak cerita disampaikan sebagai perumpamaan. Oleh sebab itu, cerita dapat dipakai sampai sekarang dengan menyesuaikan perkembangan hidup manusia. Di bawah ini beberapa macam cerita yang diwariskan Yesus kepada kita yaitu: a.

  Cerita Kanonis Cerita Kanonis adalah cerita yang termasuk daftar cerita Kitab Suci. Umumnya suatu peristiwa disampaikan secara lisan dahulu dan diberi penafsiran oleh tokoh- tokoh yang ada hubungannya dengan Allah. Misalnya dari Perjanjian Baru, pendamping dapat menggunakan cerita mengenai Yesus memaklumkan Kerajaan Allah lewat perumpamaan-perumpamaan. Kerajaan Allah adalah misteri. Allah hadir dan bertindak menyelamatkan kita namun kita tidak dapat menangkap sepenuhnya dan Allah tetap merupakan rahasia bagi kita. Kita sebagai pendamping hendaknya dapat menceritakan sesuai dengan bahasa anak-anak dan usia perkembangannya.

  Dengan demikian cerita kanonis adalah cerita yang paling berharga bagi Gereja yaitu semua cerita yang terdapat dalam Kitab Suci (Hofmann, 1994: 37). Zaman sekarang kita dapat menggunakan cerita kanonis yang ada dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang memiliki makna untuk mengembangkan iman. b.

  Cerita Rakyat Cerita Rakyat adalah cerita yang merupakan warisan dari kebudayaan yang diturunkan dari nenek moyang. Biasanya yang masih memiliki cerita adalah orang tua yang buta huruf di daerah terpencil. Pada zaman Yesus, cerita rakyat dari Galilea dan cara Yesus berkomunikasi adalah melalui cerita yang mudah dimengerti oleh rakyat dan seirama dengan agama dan filsafat yang diperoleh dari nenek moyang (Komkat KWI, 1994: 17). Namun saat ini cerita rakyat dapat berasal dari asal-usul atau tempat kejadian di suatu daerah. Dalam menyampaikan cerita rakyat kepada anak-anak hendaknya mencerminkan kebijaksanaan hidup bersama, yang paling penting adalah pendamping memanfaatkan cerita rakyat sebagai cerita yang dapat memperkembangkan hidup beriman anak. Selain itu menyiapkan pendamping untuk menjadi pencerita yang baik dan mampu menyampaikan pesan lewat cerita. Dalam buku pelajaran agama Katolik kurikulum 1994, cerita rakyat dapat bersifat dongeng, mite dan legenda.

  c.

  Cerita Pengalaman Cerita Pengalaman adalah cerita nyata mengenai kehidupan seseorang atau pengalaman hidup sendiri atau pengalaman orang lain, sesuatu yang sungguh- sungguh dialami kemudian di dalamnya para pendengar dapat menemukan maknanya. Tujuan cerita kehidupan adalah supaya anak dalam mengikuti pelajaran agama semakin mampu menceritakan cerita mereka sendiri, cerita individual mereka, cerita keluarga mereka, dengan membandingkan cerita rakyat dan cerita kanonis (Hofmann, 1994: 39-40). Cerita hendaknya disampaikan dengan penuh penghayatan sehingga tidak membosankan anak-anak. Ide cerita harus disesuaikan dengan materi dan bahasa yang sesuai dengan tingkatan umur anak.

3. Pengertian Naratif Eksperiensial

  Dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak suka mendengarkan cerita sebelum tidur. Cerita yang disampaikan biasanya cerita yang berbentuk dongeng, legenda atau mite. Cerita dapat berasal dari tradisi yaitu sebagaian kebudayaan yang diwariskan turun temurun secara lisan atau melalui gambar sebagai alat bantu untuk memudahkan orang utnuk mengingat isi cerita. Cerita yang berasal dari tradisi lisan hanya mencakup cerita rakyat, teka-teki, peribahasa dan nyanyian rakyat.

  (Danandjaja, 1984: 1-2, 5). Maka dari itu, cerita dapat juga diartikan sebagai laporan mengenai suatu peristiwa di mana terjadi ketegangan dan juga kelegaan. Dalan cerita selalu terdapat tokoh-tokoh yang saling berhubungan. Peristiwa yang diceritakan dapat sungguh-sungguh terjadi (historis) tetapi dapat juga merupakan khayalan (fiktif) (Komkat KWI, 1994: 2).

  Pengertian cerita sangat dipentingkan dalam komunikasi iman sehubungan dengan peristiwa-peristiwa nyata atau fiktif. Salah satu kekuatan cerita adalah komunikasi lisan seturut dengan awal terjadinya cerita. Cerita disampaikan secara lebih hidup, menarik dan membantu daya imajinasi pendengar terhadap tokoh-tokoh, alur cerita dan latar belakang permasalahannya sehingga pendengar mudah mengingat ceritanya. Digunakannya pola naratif eksperensial berarti orang diajak untuk berdialog menentukan sikap sendiri melalui cerita. Maka dari itu, orang zaman dahulu pada saat belum ada budaya tulis, mereka menyampaikan hal-hal penting kepada orang banyak dan kepada keturunannya diungkapkan dalam bentuk cerita.

  Mulai abad keempat setelah Yesus lahir, Kitab Suci sering ditulis dengan huruf indah dan dilengkapi dengan lukisan berwarna yang dapat dinikmati orang yang buta huruf. Cerita-cerita zaman dahulu oleh banyak orang dikenal lewat gambar sebelum mereka mengenal belajar membaca. Gambar-gambar itu diberi nama “Kitab Suci Kaum Kecil” karena pada waktu itu mereka masih buta huruf. Setelah adanya buku murah, Kitab Suci tidak dikenal lagi sebab sumber cerita yang hidup adalah teks.

  Maka dari itu untuk mengenal Kitab Suci, orang harus belajar membaca sehingga buta huruf dianggap sebagai keterbelakangan dalam hal agama (Hofmann, 1994: 28- 29)

  Zaman sekarang, orang mendapat informasi melalui radio maupun televisi, namun dalam penyampaiannya masih bersifat uraian, pernyataan atau kesimpulan sehingga banyak orang kurang minat menerima informasi lewat televisi. Pada akhirnya yang banyak diminati banyak orang adalah cerita karena segala bentuk cerita yang bervariasi dapat menyentuh dan mengesan untuk mata dan telinga (Komkat KWI, 1994: 7).

4. Langkah-langkah Pengajaran Pola Naratif Eksperiensial

  Secara garis besar, langkah-langkah pola Naratif Eksperiensial menurut buku pegangan Guru 1, 2 dan 3 PAK untuk SMP (Komkat KWI, 1994) adalah sebagai berikut: a.

  Langkah I : Penampilan cerita rakyat/cerita kehidupan/pengalaman pribadi.

  Cerita ini berfungsi sebagai sarana untuk membuka wawasan siswa terhadap situasi yang ada di sekitar kehidupannya baik melalui cerita rakyat maupun peristiwa kehidupan yang ada di sekitar lingkungannya.

  b.

  Langkah II : Pendalaman cerita rakyat/cerita kehidupan/pengalaman pribadi. Melalui cerita yang ditampilkan, siswa diajak untuk mengenal, mengerti, memahami dan mendalami isi cerita serta nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita tersebut.

  c.

  Langkah III : Pandangan dalam Terang Kitab Suci.

  Setelah siswa memiliki pemahaman terhadap peristiwa kehidupan yang ada disekitarnya, siswa perlu diberi arah pemahaman yang benar sebagai seorang kristiani dengan penampilan cerita Kitab Suci atau Tradisi Gereja.

  d.

  Langkah IV : Proses Pergumulan.

  Dalam proses ini siswa yang sudah memiliki konsep atau pengalaman dari cerita rakyat/kehidupan perlu memperoleh pigura yang sesuai dengan iman kristiani mereka, maka pengalaman itu perlu dikonfrontasikan dengan peristiwa yang terjadi di dalam Kitab Suci. Dengan demikian pengalaman/nilai yang terdapat dalam cerita rakyat/kehidupan memperoleh makna baru setelah direfleksikan dalam terang iman. Penginternalisasian makna yang baru inilah menjadi kekuatan dalam penghayatan iman siswa sehari-hari.

  e.

  Langkah V : Rangkuman Rangkuman dibuat dengan melibatkan siswa, dalam hal ini guru berperan aktif sebagai fasilitator dalam merumuskan kalimat dan rangkuman ini hanya berupa pokok-pokok atau garis besarnya saja. Dalam rangkuman diperlukan adanya langkah konkrit untuk mewujudkan pengalaman iman dalam hidup sehari-hari agar tidak sekadar menerima materi saja melainkan ada wujud nyatanya.

B. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Menurut para ahli, ada berbagai macam pengertian mengenai motivasi.

  Motivasi dapat diartikan sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya (Handoko, 1992: 9). Namun menurut Mahfudh Shalahuddin (1990: 113-114), secara etimologi; kata motivasi berasal dari kata motiv, yang artinya dorongan, kehendak, alasan atau kemauan. Maka, Motivasi adalah tenaga-tenaga (forces) yang membangkitkan dan mengarahkan kelakuan individu. Motivasi bukanlah tingkah laku, melainkan kondisi internal yang kompleks, dan tidak dapat diamati secara langsung, akan tetapi mempengaruhi tingkah laku. Berdasarkan pengertian di atas menjelaskan bahwa, motivasi berasal dari dorongan, kehendak atau kemauan dari dalam diri seseorang. Motivasi adalah tenaga yang membangkitkan dan mengarahkan kelakuan seseorang. Motivasi bukan tingkah laku, melainkan keadaan yang tidak dapat diamati secara langsung namun mempengaruhi tingkah laku atas dorongan, kehendak atau kemauan. Timbulnya dorongan, kehendak atau kemauan dapat berasal dari dalam diri seseorang maupun dari luar diri seseorang. Maka dari itu timbulnya motivasi dipengaruhi oleh dua macam segi yaitu segi instrinsik dan segi ekstrinsik. Segi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang akibat pengaruh dari luar individu karena ada ajakan, suruhan atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian anak akan melakukan sesuatu untuk mengikuti kegiatan.

  Dalam meningkatkan motivasi, diperlukan faktor internal atau eksternal untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang dalam melakukan tindakan atas dorongan, kehendak atau kemauan dari dalam maupun luar diri seseorang. Maka dari itu, guru sebagai pendidik diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip motivasi dalam mengajar yaitu dengan merangsang motivasi belajar siswa agar memiliki motivasi untuk mengikuti pelajaran.

  Dalam membangkitkan motivasi, dibutuhkan proses yang diarahkan kepada objek-objek dalam lingkungan siswa atau sekitarnya. Guru tidak hanya memberi motivasi melainkan guru mempunyai pengaruh besar terhadap peningkatan motivasi siswa untuk memperoleh kebutuhan dalam mencapai tujuan yaitu belajar. Maka dari itu secara skematis untuk mencapai tujuan belajar dapat dijabarkan sebagai berikut (Mahfudh Shalahuddin 1990: 116-118):

  Tujuan Kelakuan

  Ketegangan-ketegangan Kebutuhan Dasar dan Kebutuhan Sosial