GIOVANI ALIF SKRIPSI PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG (Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI LARVA PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN

  SKRIPSI

PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG

(Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI

  

LARVA

PROGRAM STUDI S1 BUDIDAYA PERAIRAN

Oleh :

GIOVANNI ALIF DYER WAHJUDY

  SURABAYA – JAWA TIMUR

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

  

2016 Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Giovanni Alif Dyer Wahjudy N I M : 140911124 Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 27 April 1992 Alamat : Graha Sunan Ampel Blok A 44 Wiyung Surabaya

  Telp./HP : 081231208899 Judul Skripsi : PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA

  IKAN CUPANG (Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI LARVA

  Pembimbing : 1. Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP

  Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si.,Ph.D 2.

  Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Pribadi. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta saya bersedia :

  1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;

  2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;

  3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab.

  XI pasal 38

  • – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah- olah hasil pemikiran saya sendiri

  Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Surabaya, 20 Juni 2016 Yang membuat pernyataan, Giovanni Alif D.W NIM. 140911124

  

PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG

(Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI

LARVA

  

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

  Oleh :

  

GIOVANNI ALIF DYER WAHJUDY

NIM. 140911124

Menyetujui,

  Komisi Pembimbing Pembimbing Pertama, Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP

  NIP. 19690912 199702 2 001

  Pembimbing Kedua,

  Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si.,Ph.D NIP. 19700116.199503.1.002.

  SKRIPSI

PENGARUH PERBEDAAN UMUR INDUK BETINA IKAN CUPANG

(Betta splendens) TERHADAP TINGKAT FEKUNDITAS DAN PRODUKSI

  

LARVA

  Oleh :

  

GIOVANNI ALIF DYER WAHJUDY

NIM : 140911124

  Telah diujikan pada Tanggal : 13 Juni 2016 KOMISI PENGUJI SKRIPSI Ketua : Agustono, Ir., M.Kes Anggota : Ir. Boedi Setya Rahardja, M.P.

  Prayogo, S.Pi., MP Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP

  Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si.,Ph.D

  Surabaya, 18 Juli 2016 Fakultas Perikanan dan Kelautan

  Universitas Airlangga Dekan, Dr. Mirni Lamid, M. P, drh.

  NIP. 19620116 199203 2 001

  

RINGKASAN

GIOVANNI ALIF D.W. Pengaruh Perbedaan Umur Induk Ikan Cupang

(Betta splendens) Terhadap Tingkat Fekunditas Dan Produksi Larva. Dosen

Pembimbing Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP dan Prof. Moch. Amin

Alamsjah, Ir., M.Si., PhD

  Berdasarkan data Lalu Lintas Ikan Ekspor di Stasiun Karantina Ikan Kelas

  1 Sultan Thaha Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa ikan hias Cupang menempati urutan kedua setelah ikan hias biota sebanyak 22.650 ekor dengan frekuensi sebanyak 30 kali (KKP, 2011). Dari segi ekonomi banyak para penggemar ikan air tawar yang menjadikan hobinya sebagai bisnis (Daniel dan Pandu, 2014). Menurut Weningsari (2013) ikan Cupang berjenis kelamin jantan mempunyai harga lebih mahal dianding betina. Hal ini dikarenakan Cupang jantan memiliki keindahan pada warna badan dan sirip serta tingkah lakunya yang agresif.

  Hasil penelitian Dewantoro (2001) mengatakan bahwa pemberian pakan menggunakan Daphnia sp. dan penggunaan induk Cupang dengan umur yang paling tua (4bulan) menghasilkan fekunditas tertinggi. Berdasarkan rumusan masalah diatas, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui perbedaan fekunditas dan produksi larva ikan Cupang dengan perbedaan umur induk Cupang untuk mendapatkan hasil fekunditas terbanyak.

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dan rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Aacak Lengkap (RAL) dengan enam kali ulangan serta tiga perlakuan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwaterdapat perbedaan fekunditas dan daya tetas ikan Cupang pada umur induk Cupang yang berbeda dan umur induk ikan Cupang yang menghasilkan fekunditas dan daya tetas paling tinggi adalah umur 6 bulan.

  

SUMMARY

GIOVANNI ALIF DW Effect of Age Differences in Parent Betta fish (Betta

splendens) On The Level fecundity and Production larvae. Lecturer Dr.

  

Endang Dewi Masithah, Ir., MP and Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Sc.,

Ph.D.

  1 Sultan Taha Jambi province in 2010 can be seen that the ornamental fish Betta ranks second after the ornamental fish biota as many as 22,650 tails with a frequency of 30 times CTF (2011). From an economic point of many fans of freshwater fish that make the hobby as a business (Daniel and Pandu, 2014). According Weningsari (2013) sex male Betta fish have higher prices dianding females. This is because the male Betta has a beauty on the color of the body and fins as well as aggressive behavior. Devantoro (2001) says that some farmers betta fish 3-3.5 months old with an average length of 4 cm, with the number of eggs ranges from 700 rounds.

  Dewantoro research results (2001) says that feeding using Daphnia sp. and the use of stem Hickey with the age of the oldest (4month) produce the highest fecundity. This is supported also by Carlender 1969 in 1975 Effendi also said bahhwa in Kediri city betta fish is one of superior products that continue to be maintained and enhanced. Hickey has provided many real contribution to improving the welfare and incomes Kediri in general. Based on the formula above problems, this study aimed to determine differences in fecundity and larval fish pdoruksi dengna Hickey Hickey age differences stem remedy to get the highest fecundity.

  The method used in this study is an experimental method and design of the study is Acak Complete Design (RAL) with six replications and three treatments.

KATA PENGANTAR

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga Skripsi tentang Kandungan kolesterol pada kerang darah (Anadara granosa) dari hasil tangkap di kenjeran Surabaya, Sedati Sidoarjo dan Bancaran Bangkalan ini dapat terselesaikan. Laporan skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat dan dapat memberikan informasi kepada semua pihak, khusus bagi Mahasiswa Program Studi S-1 Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya guna kemajuan serta perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidang perikanan, terutama budidaya perikanan.

  Surabaya, 28 Juni 2016 Penulis

UCAPAN TERIMAKASIH

  Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi tentang Pengaruh Fekunditas dan Produksi Larva dapat diselesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Februari sampai 6 Maret 2016, di Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga.

  Pada kesempatan ini, penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Ibu Dr. Endang Dewi Masithah, Ir., MP selaku Pembimbing I dan Bapak Prof. Moch. Amin Alamsjah, Ir., M.Si., Ph.D selaku Pembimbing II atas bimbingan sejak penyusunan proposal hingga terselesaikannya laporan Skripsi ini.

  2. Bapak Agustono, Ir., M.Kes, Bapak Prayogo, S.Pi., M.Si dan Bapak Boedi Setya Rahardja, Ir., MP selaku Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu untuk menguji serta memberikan kritik dan sarannya.

  3. Kedua orang tua (Heny Wahjudy dan Erlina) atas doa dan motivasinya yang tiada henti untuk segera menyelesaikan kuliah.

  4. Sahabat-sahabatku Doni, Silvi, Mira, Iponk, Hendra, Ijal, Icang yang selalu memberi semangat dan membantu penulis dalam pelaksanaan maupun penyelesaian skripsi ini.

  Surabaya, April 2016 Penulis

  

DAFTAR ISI

  II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….4

  2.4 Indeks Kematangan Gonad ……………………. ……………….11

  2.3 Tingkat Kematangan Gonad ………………….. ……………….8

  2.2.2 Pemijahan …………………………… ……………….7

  2.2.1 Seleksi Induk Ikan Cupang ………….. ………………..7

  2.1.2 Pakan ………………………………………………….6 2.2i Induk Ikan Cupang …………………………….………………..7

  2.1.1 Habitat ……………………………….............................5

  2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cupang .........................................4

  Manfaat …………………………………………………………3

  Halaman KATA PENGA

  1.2 Rumusa n Masalah ………………………………………... 3 Tujuan …………………………………………...........................3

  1.1 Latar Belakang …………………………………....................1

  I PENDAHULUAN ……………………………………….. ………………1

  LAMPIRAN …………………………………………………… xiii

  R GAMBAR ……………………………………………………….xii DAFTAR

  TABEL …………………………………………………………. xi DAFTA

  NTAR …………………………………….. ……………... vi DAFTAR

  2.5 Fekunditas dan Daya Tetas ……………………………………..12

  III KERANGKA KONSEP ………………………………………………...16

  5.1.1 Fekunditas dan Daya Tetas …………………………….24

  6.2 Saran ………………………………………………………………30 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………31

  30

  VI SIMPULAN DAN SARAN ………………………………………………30 6.1 Simpulan …………………………………………………………..

  5.2.3 Produksi Larva ………………………………………….28

  5.2.2 Kualitas Air ……………………………………………..26

  5.2.1 Faktor Fekunditas ……………………………………….26

  5.2 Pembahasan ………………………………………………………25

  5.1 Hasil ………………………………………………………………24

  IV METODOLOGI ………………………………………………………... 19

  V HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………….24

  4.3.4 Analisis Data…………………………………………….22

  4.3.3 Parameter Pengamatan ………………………………….22

  4.3.2 Prosedur Kerja ………………………………………….20

  4.3.1 Rancangan Penelitian ……………….. ………………...19

  4.3 Metode Penelitian ………………………………………………..19

  4.2 Materi Penelitian ………………………………………………...19

  4.1 Waktu dan Tempat ………………………….................................19

  LAMPIRAN ……………………………………………………………………35

  

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

  1. Rata- rata total kolesterol kerang darah ……………………………… 19 kolesterol menurut NCEP….………………………… 23

  

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2. Morfologi Kerang Darah ........................................................................

  6 3. Struktur kimia kolesterol ........................................................................

  7

  4. Pembentukan plak pada saluaran darah ……………………………….. 8 5. Kerangka Konseptual .............................................................................

  14 6. Diagram alir penelitian ...........................................................................

  18

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Tabel Hasil Analisis kolesterol ............................................................

  29 3. Laporan analisis ...................................................................................

  31 4. Analisis Statistik SPSS kolesterol .........................................................

  32

  

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mempunyai potensi merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama bisa dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri (DKP, 2009). Subsektor perikanan di Indonesia mencapai kurang lebih 2 juta ton per tahun sebagian besar 74% berasal dari laut dan sisanya 26% dari air tawar (Mariyono dan Sundana, 2002).

  Ikan hias merupakan salah satu komoditas yang diminati oleh berbagai kalangan, usaha non migas hal ini dibuktikan oleh Bachtiar (2004) bahwa ikan hias air tawar memasuki pasar ekspor yang mengalami peningkatan. Direkrorat Jendral Perikanan Budidaya (2011) mengatakan bahwa Indonesia telah dikenal sebagai Negara yang memiliki banyak spesies. Dari spesies genus ikan hias air tawar yang ada di dunia, yang memiliki tingkat popularitas tertinggi adalah jenis ikan tarung

  

Betta splendens atau lebih dengan nama ikan Cupang. Banyak ragam warna yang

ditemui seperti warna merah, biru, dan albino (Burkhart et al., 2002).

  Indonesia sangat mendukung perkembangan budidaya ikan karena faktor klimatologi yang menguntungkan yang memiliki keunggulan kompetitif untuk menggerakan perekonomian sebagai pendapatan masyarakat dan penghasilan devisa Negara (Weningsari, 2013). Berdasarkan data Lalu Lintas Ikan Ekspor di Stasiun Karantina Ikan Kelas 1 Sultan Thaha Provinsi Jambi pada tahun 2010 dapat dilihat bahwa ikan hias Cupang menempati urutan kedua setelah ikan hias botia sebanyak 22.650 ekor dengan frekuensi sebanyak 30 kali KKP (2011).

  Di Jawa Barat, negara tujuan ekspor ikan hias antara lain Jepang, Prancis, Filipina. Total nilai ekspor ikan hias air tawar Jawa Barat pada tahun 2006 adalah sebesar US$ 58.318,65. Sedangkan total nilai ekspor ikan hias air tawar Jawa Barat pada tahun 2007 mengalami peningkatan yaitu mencapai nilai US$ 319.506,58. Ekspor produk perikanan non konsumsi Jawa Timur saat ini mengalami perkembangan cukup pesat. Menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Disperindag Prov Jawa Timur mulai Januari-Februari (2014), ekspor non migas industri ikan dan udang Jawa Timur mencapai 146,498 juta dollar AS atau 45,22 persen dibanding periode yang sama pada tahun 2013.

  Dari segi ekonomi banyak masyarakat penggemar ikan air tawar yang menjadikan hobinya sebagai bisnis. Bisnis ikan hias air tawar yang diperjual belikan di Surabaya ini tergolong masih sedikit. Ikan hias air tawar yang populer diperjual belikan di Surabaya antara lain adalah ikan Cupang. Dari segi ekonomi banyak para penggemar ikan air tawar yang menjadikan hobinya sebagai bisnis (Daniel dan Pandu, 2014). Dewantoro (2001) mengatakan bahwa beberapa petani ikan Cupang di Jakarta memulai pembuahan pada saat ikan Cupang berumur 3-3,5 bulan dengan ukuran panjang rata-rata 4 cm, dengan jumlah telur bekisar 700 butir.

  Hasil penelitian Dewantoro (2001) mengatakan bahwa pemberian pakan mengunakan Daphnia sp. dan penggunaan induk Cupang dengan umur yang paling tua pada penelitiannya (4 bulan) menghasilkan fekunditas tertinggi. Hal ini peningkatan umur ikan menentukan tingkat produksi larva. Berdasarkan hal ini, perlu dilakukan penelitian tentang penelitian umur induk ikan cupang (dengan umur lebih dari 4 bulan) untuk mengetahui lebih lanjut umur induk ikan cupang yang dapat mengkaji fekunditas ikan lebih optimal.

  1.2 Rumusan Masalah

  1. Apakah terdapat perbedaan fekunditas dan daya tetas ikan Cupang pada umur induk Cupang yang berbeda?

  2. Berapa umur induk ikan Cupang yang menghasilkan fekunditas dan daya tetas paling tinggi?

  1.3 Tujuan Penelitan

  1. Mengetahui pengaruh perbedaa umur induk ikan cupang terhadap fekunditas dan daya tetas telurnya.

  2. Mengetahui umur induk ikan cupang yang dapat menghasilkan fekunditas dan daya tetas telur paling optimal.

  1.4 Manfaat Penelitian

  Hasil dari penelitian ini memiliki manfaat untuk memberikan informasi umur induk ikan Cupang yang terbaik untuk memberikan hasil fekunditas dan dya tetas telur optimal.

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Cupang (Betta splendens)

  Klasifikasi Ikan Cupang menurut Regan (1910) di klasifikasikan sebagai Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Actinoptergii Order : Perciformes Family : Osphronemidae Genus : Betta Spesies : Betta splendens (Regan ,1910).

  Ikan Cupang memiliki sirip dorsal terletak lebih ke belakang, memiliki jari-jari keras dan delapan sampai sembilan jari-jari lunak. Sirip anal panjang dan lebar, dimulai dari belakang anus dan berakhir di belakang dekat pangkal sirip kaudal, memiliki satu sampai empat jari-jari keras dan 21-24 jari-jari lunak. Ujung sirip anal berbentuk lancip. Sirip perut berukuran kecil, terletak di bawah sirip dada, memiliki 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Satu dari jari-jari lunak berukuran lebih panjang dari yang lainnya. Sirip dada bentuknya membulat, memiliki 12-13 jari-jari lunak. B.splendens memiliki karakteristik respons agresif.

  o

  Ikan Cupang dapat beradaptasi pada suhu 24-29 C yang merupakan suhu optimal bagi pemeliharaan ikan Cupang (Djuhanda, 1981). Gambar ikan Cupang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 2.1. Ikan Cupang jantan (Curtis and MacLean, 2012).

2.1.1 Habitat

  Ikan Cupang hidup di perairan tawar dan payau. Hidup pada aliran air yang tergenang seperti rawa dan sungai. Griffin (1990) mengatakan bahwa ikan Cupang membutuhkan tempat persembunyian pada habitatnya, hal ini ditujukan agar ikan Cupang merasa aman. Gambar habitat ikan Cupang dapat dilihat pada Gambar 2. Cupang menyukai tempat yang terdapat jentik nyamuk. Jentik nyamuk ini merupakan sumber makanan untuk Cupang. Cupang bersifat soliter setelah tumbuh dewasa. Cupang jantan akan mencari wilayah dan akan menyerang Cupang lain bila memasuki wilayahnya. Penyerangan ini di tandai dengan adanya gelembung udara (Suswanto, 2010). Ikan Cupang memiliki sifat bubblenester yaitu membuat sarang busa sebelum berpijah dan telur telur dimasukkan ke dalamnya (Linke 1994 ; Sanford, 1995).

Gambar 2.2. Habitat ikan Cupang (Regan, 1910).

  2.1.2 Pakan

  Cupang memerlukan cukup gizi untuk mendapatkan pertumbuhan secara optimal. Fase Telur hingga larva memakan Artemia dan Daphnia sp. selama satu bulan. Ikan dewasa memakan jentik nyamuk, kutu air (Daphnia sp.) dan Tubifex

  

sp . dengan pemberian sehari dua kali. Calon indukan di tambahkan lebih banyak

pakan yang tersedia untuk perkembangan pematangan gonad (Suswanto, 2010).

  Kuantitas pakan meupakan faktor yang penting pada tahan reporduksi pada ikan, ikan Cupang betina memerlukan tambahan protein, lemak, vitamin, mineral, untuk menambah jumlah telur pada saat pemijahan. Kuning telur terdiri dari protein, mineral, lemak. Protein tersebut juga terdapat pada embrio. Kekurangan salah satu nutrien di atas daspat mempengaruhi tingkat pertahanan dari larva telur tersebut (James and Sampath, 2002).

  2.1.3 Reproduksi

  Kualitas air memiliki peranan penting bagi ikan, karena air adalah media tempat ikan hidup dan berkembang biak (Lesmana, 2001). Ikan Cupang dapat

  O

  bereproduksi pada suhu 28

  C, pH 7,8 kadar amonia maksimal 1, dan DO 4 PPM

  o

  sedangkan telur ikan cupang akan menetas pada suhu 25-27 C (James and Sampath 2004). Cupang jantan akan membuat substrat yaitu berupa gelembung- gelembung tersebut diletakkan pada tanaman aquatik. Setelah proses pembuatan substart, Cupang jantan melakukan pemijahan tepat di bawah sarang yang telah diberi substrat. Cupang jantan akan memijah dengan cara melilit tubuh Cupang betina hingga telur keluar semua. Cupang jantan akan menjaga telur hingga telur menetas. Cupang betina akan di usir oleh ikan Cupang jantan untuk keluar dari substratnya. Telur akan di jaga ikan Cupang jantan hingga menetas menjadi burayak. Setelah burayak berusia 3 hari, burayak akan menyebar keluar dari substratnya (Atmajaja,2008).

2.2 Induk Ikan Cupang

  2.2.1 Seleksi Induk Ikan Cupang

  Seleksi induk untuk pemijahan akan menentukan hasil panen. Seleksi induk dapat di lakukan dengan cara memilih calon induk yang berkualitas, yaitu ikan yang memiliki ketahanan fisik dan mental yang baik, Pangkal ekor tebal dan lebar, sehat, gerakan lincah dan tidak cacat. Respon musuh, respon terhadap pakan, matang, dan umur diatas tujuh bulan (George,2009).

  2.2.2 Pemijahan

  Cupang akan mulai memijah setelah matang gonad pada usia tujuh sampai delapan bulan (Atmajaja, 2008). Pemijahan akan terjadi dengan perbandingan jantan dan betina adalah 1:1. Pemijahan akan berlangsung selama dua sampai tiga hari, setelah itu telur di letakkan di substrat oleh indukan. Setelah 24 jam telur akan menetas dan menjadi larva. Larva mulai diberi makan setelah tiga hari dari penetasan karena kuning telur sudah mulai habis dan membutuhkan makan untuk melakukan Monalisa (2008).

2.3 Tingkat Kematangan Gonad

  Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan berbagai cara,antara lain dengan membuat irisan gonad dan diamati struktur histologisnya, melihat morfologi gonad secara visual. Pengamatan morfologi gonad pada ikan betina berupa : bentuk ovarium, besar-kecilnya ovarium, pengisian ovarium dalam rongga tubuh, warna ovarium, halus-tidaknya ovarium, secara umum ukuran telur dalam ovarium, kejelasan bentuk dan warna telur dengan bagian-bagiannya, ukuran (garis tengah) telur, dan warna telur. Sedangkan untuk ikan jantan yang diamati berupa : bentuk testis, besar-kecilnya testis, pengisian testis dalam rongga tubuh, warna testis, keluar-tidaknya cairan dari testis (dalam keadaan segar) (Effendie, 1979).

  Menurut Holden dan Rait (1974) dalam Suwarso dan Sadhotomo (1995) tingkat kematangan gonad (TKG) secara umum adalah sebagai berikut: TKG I (immature), TKG II (maturing), TKG III (maturing ripe), TKG IV (ripe), dan TKG V (spent) dengan deskripsi dalam Tabel 1. Tabel 1.Tingkat Kematangan Gonad secara umum (Holden dan Rait, 1974) dalam Suwarso dan Sadhotomo, (1995).

  TKG Tahapan Visual Miskroskopis

  I immature Ovari kecil dan testis 1/3 Telur kecil, tidak dari rongga badan, bentuk nampak oleh mata telur oval. telanjang, diameter 1-16 Warna ovari merah muda, cm, transparan. transparan, testiskeputihan

  II maturing Ovari kecil dan testis 1/2 Telur tidak dari rongga badan, tampak oleh mata memanjang. Warna telanjang, telur ovari merah muda, jernih, ukuran transparan, testis diameter10-21 m keputihan agak simetris

  III Maturing ripe Ovari kecil dan testis 1/2- Telur tampak 2/3 dari rongga badan, buram tidak kanan dan kiri gonad tidak transparan, ukuran simetris. Warna ovari diameternya 29-52 m kuning,tampak granula dan pembuluh darah di permukaan,testis warna keputihan

  IV Ripe Ovari dan testis 2/3 sampai Telur masak semi penuh dalam rongga transparan, ukuran badan, warna orange- diameternya 45-70 m. merah muda, pembuluh darah di permukaan, testis abu-abu dan lembut

  V Spent Ovari dan testis 2/3 sampai Telur masak semi penuh dalam rongga transparan, ukuran badan, warna orange- diameternya 51-93 m. merah muda, pembuluh darah di permukaan, testis abu-abu dan lembut.

  Sedangkan tingkat kematangan gonad menurut Cassie (Effendie dan Subardja, 1977) dalam Effendie (2002) pada ikan belanak (Mugil dussumieri) yaitu pada Tabel 2. Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Belanak (Mugil dussumieri) menurut Cassie (Effendie dan Subardja, 1977) dalam Effendie (2002).

  Tingkat Kematangan Betina Jantan

  I Ovari seperti benang,

  panjang, sampai kedepan rongga tubuh. Warna jernih.Permukaan licin

  Testis seperti benang, lebih pendek (terbatas) dan terlihat ujungnya di rongga tubuh. Warna jernih

  II Ukuran ovari lebih besar.

  Pewarnaan lebih gelap kekuning-kuningan. Telur belum terlihat jelas dengan mata

  Ukuran testis lebih besar. Pewarnaan putih seperti susu. Bentuk lebih jelas daripada tingkat I III Ovari berwarna kuning.

  Secara morfologi telur mulai kelihatan dengan mata

  Permukaan testis tampak bergerigi. Warna makin putih, testis makin besar. Dalam keadaan diawetkan mudah putus

  IV Ovari makin besar, telur

  berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak tidak tampak, mengisi ½- 2/3 rongga perut, usus terdesak.

  Seperti pada tingkat III tampak lebih jelas. Testis semakin pejal.

  V Ovari berkerut, dinding

  tebal, butir telur sisa terdapat didekat pelepasan. Banyak telur seperti pada tingkat II

  Testis bagian belakang kempis dan di bagian dekat pelepasan masih berisi.

  Pada saat perkembangan kematangan gonad semua proses metabolisme dalam tubuh ikan terkonsentrasi pada perkembangan gonad. Menurut Biswas (1993) perubahan struktur gonad dapat digunakan untuk menentukan tingkat kematangan gonad. Gonad yang berkembang secara visual mudah diamati karena gonad akan berkorelasi dengan perkembangan telur dan sperma. Pada ikan betina gonad dapat bertambah berat 10% sampai dengan 25%, sedangkan pada ikan jantan bertambah 5% sampai dengan 15% (Effendie, 2002).

2.4 Indeks Kematangan Gonad (IKG)

  Tingkat kematangan gonad dapat diketahui dengan cara mengukur berat gonad atau berat tubuh ikan secara keseluruhan. Kematangan gonad secara umum ikan keseluruhan. Indeks pengukuran ini sering disebut sebagai Indeks Kematangan Gonad (IKG). Indeks kematangan gonad merupakan suatu metode kuantitatif untuk mengetahui tingkat kematangan yang terjadi pada gonad.

  Indeks ini dinamakan juga maturity atau Gonado Somatic Index yaitu suatu nilai dalam persen sebagai hasil dari perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan termasuk gonad dikalikan dengan 100%. Tingkat kematangan gonad ini akan semakin bertambah besar persentasenya dan akan mencapai besar maksimum pada saat menjelang pemijahan dan setelahnya akan turun kembali (Effendie, 1979).

c. Indeks Gonad (IG)

  Perkembangan gonad semakin matang maka telur di dalamnya juga semakin besar ukurannya karena ada pengendapan kuning telur, hidrasi, dan terbentuknya butiran lemak. Di samping itu dapat digunakan perbandingan dengan menggunakan panjang tubuh sabagai indikatornya. Indikator kematangan gonad ini diperoleh dari perbandingan antara berat segar gonad dan panjang ikan atau sering disebut sebagai Indeks gonad (Gonado Index) (Effendie, 1979).

  Menurut Batts (1973) dalam Effendie (1979) selain indek kematangan gonad seperti dijelaskan di atas masih ada gonado index yaitu perbandingan antara berat gonad dengan panjang ikan.

2.5 Fekunditas dan Daya Tetas

  Fekunditas adalah jumlah telur yang terdapat pada ovari ikan betina yang telah matang gonad dan siap untuk dikeluarkan pada waktu memijah. Pengetahuan memprediksi berapa banyak jumlah larva atau benih yang akan dihasilkan oleh individu ikan pada waktu mijah sedangkan dibidang biologi perikanan untuk memprediksikan berapa jumlah stok suatu populasi ikan dalam lingkungan perairan (Heriyanto, 2011).

  Banyaknya telur yang belum dikeluarkan sesaat sebelum ikan memijah atau biasa disebut dengan fekunditas memiliki nilai yang bervariasi sesuai dengan spesies. Jumlah telur yang dihasilkan merupakan hasil dari pemijahan yang tingkat kelangsungan hidupnya di alam sampai menetas dan ukuran dewasa sangat ditentukan oleh faktor lingkungan. Dalam pendugaan stok ikan dapat diketahui dengan tingkat fekunditasnya. Tingkat fekunditas ikan air laut biasanya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ikan air tawar. Telur yang dihasilkan memiliki ukuran yang bervariasi. Ukuran telur dapat dilihat dengan menghitung diameter telur. Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur dengan mikrometer yang berskala yang sudah ditera.

  Diameter telur adalah garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Semakin meningkat tingkat kematangan gonad garis tengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar. Semakin meningkat tingkat kematangan, garis tengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar pula (Arief, 2009).

  Menurut Nikolsky (1967) jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu. Dalam hal ini ia memperhitungkan telur yang ukurannya berlain-lainan. Oleh karena itu dalam memperhitungkannya harus kesempatan yang sama. Bila ada telur yang jelas kelihatan ukurannya berlainan dalam daerah yang berlainan dengan perlakuan yang sama harus dihitung terpisah (Wahyuningsih dan Barus, 2006). Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas serta hal-hal lain yang berhubungan dengan hal itu, Nikolsky ( 1969 ) : a. Sampai umur tertentu fekunditas itu akan bertambah kemudian menurun, fekunditas relatifnya menurun sebelum terjadi penurunan fekunditas mutlaknya. Fekunditas relative maksimum terjadi pada golongan ikan yang muda. Sedangkankan ikan yang sudah tua kadang tidak memijah setiap tahun

  b. Fekunditas mutlak atau relative sering menjadi kecil pada ikan-ikan atau kelas umur yang jumlahnya banyak.

  c. Kenaikan fekunditas populasi dapat disebabkan oleh kematangan gonad yang lebih awal dari individu yang tumbuh lebih cepat.

  d. Ikan yang bentuknya kecil dengan kematangan gonad yang lebih awal serta fekunditasnya tinggi mungkin disebabkan oleh kandungan makanan dan predator dalam jumlah besar.

  e. Perbedaan fekunditas diantaranya populasi spesies yang hidup dalam kondisi lingkungna yang berbeda-beda, bentuk migrant fekunditasnya lebih besar. f. Fekunditas disesuaikan secara otomatis melalui metabolism yang mengadakan reaksi terhadap perubahan persediaan makanan dan menghsilkan perubahan dalam pertumbuhan, seperti ukuran pada umur pemijahan dalam satu tahun .

  g. Fekunditas bertambah dalam mengadakan respon terhadap perbaikan makanan melalui kematangn gonad yang lebih awal, menambah kemantangan individu pada individu yang lebih gemuk dan mengurangi antara siklus pemijahan.

  h. Kualitas telur terutama isi kuning telur bergantung pada umur dan persediaan makanan dan dapat berbeda dari satu populasi ke populasi yang lain (Effendie,1997). Fekunditas ikan cupang, dapat ditentukan berdasrkan pengaruh umur, dan pakan yang diberikan. Jumlah telur semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Umur ikan menentukan tingkat kematangan gonad dan jumlah telurnya. Keberadaan pigmen diduga juga mempengaruhi fekunditas.

  Karoten berfungsi penting dalam fisiologis, yaitu dalam sistem endokrin seperti perkembangan dan pematangan gonad. Daphnia dan Tubfex mengandung karoten yang mengakibatkan warna merah pada tubuhnya. Fekunditas dapat menunjukkan kemampuan induk untuk menghasilkan anak ikan di dalam suatu pemijahan.Peningkatan umur ikan ternyata menentukan pula tingkat produksi larvanya.Fekunditas ikan cupang biasanya berkisar 700 butir dengan ukuran induk 3-3.5bulan (Alumnus Fakultas Biologi 2001). Fertilisasi dan daya tetas ikan cupang dapat ditentukan oleh kualitas air media pemijahan seperti temperatur, pH, dan oksigen terlarut. Temperatur optimal untuk pemijahan ikan hias Betta splendens berkisar antara 26C sampai 29C. air dapat mempengaruhi efisiensi perubahan kuning telur menjadi bobot badan embrio ikan pada proses perkembangan. Telur ikan cupang tergolong berukuran sedang, suhu optimal untuk penetasan berkisar antara 26 Csampai 28 C, dengan waktu penetasan sekitar 3 sampai 4 hari. pH yang optimal untuk penetasan ikan hias Bettas plendens berkisar antara 6,2

  • – 7,8 dan kandungan oksigen terlarut berkisar antara 6,0 – 7,2 ppm (Yustina 2003).

III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

  Kebutuhan ikan hias sangat diminati pada pasar internasional dengan demikian perlu melakukan pengembangan pada sektor agribisnis dalam pembangunan perekonomian yang akan menjadi alasan perlunya penelitian tentang strategi pengembangan agribisnis ikan Cupang ini (Weningsari, 2013).

  Dewantoro (2001) telah melakukan penelitian pada induk ikan Cupang dengan umur 3, 3,5 dan 4 bulan, ikan yang menghasilkan fekunditas terbanyak adalah induk ikan berumur 4 bulan dengan pemberian pakan Daphnia sp. Carlender (1969) dalam Effendi (1975) mengatakan bahwa kemampuan induk untuk menghasilkan anak dalam satu kali pemijahan berbanding lurus dengan peningkatan umur ikan. Permintaan pasar internasional tinggi sedangkan ketersediaan biota kurang memadai, sehingga diperlukan budidaya ikan Cupang dan pengupayaan teknik budidaya ikan Cupang.

3.2 Hipotesis

  H : Tidak terdapat umur induk ikan cupang (Betta splendens) betina yang dapat menghasilkan fekunditas dan daya tetas optimal.

  1 menghasilkan fekunditas dan daya tetas optimal.

  Eksport Budidaya

  Ikan hias Ikan konsumsi Ikan cupang

  Produksi Larva Seleksi Pakan Genetik fekunditas

  Pemijahan induk Kombinasi pemijahan ikan cupang dengan umur induk yang berbeda

  P1 P6 P2 P3 P4 P5

  Jumlah Larva Keterangan: P: perlakuan yang akan digunakan

  Gambar : Kerangka konsep

IV METODOLOGI PENELITIAN

  4.1 Waktu dan Tempat Pendidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga Surabaya.

  4.2 Materi Penelitian Materi penelitian yang digunakan terdiri atas bahan dan alat penelitian.

  Bahan penelitian yang digunakan adalah induk ikan Cupang, Daphnia sp. , air tawar, ammonia test kit, DO test kit. Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah akuarium dengan volume air 2 liter, aerator, wadah plastik dengan volume 10 liter, gunting, dan termometer.

  4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Rancangan Penelitian

  Rancangan penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Metode eksperimen bertujuan untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat serta seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut dengan cara membandingkan suatu kelompok atau kesatuan eksperimen dengan kelompok atau kesatuan kontrol.

  Metode ini juga digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan dan melakukan perbaikan kualitas. Eksperimen berperan penting dalam mengembangkan proses dan dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan dalam proses agar kinerja proses meningkat (Irawan dan Astuti, 2006).

  Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan :

  Umur Indukan Betina Umur Indukan Jantan ikan cupang ikan cupang (bulan) (bulan)

  4

  4

  5

  6 Penelitian ini dilakukan dengan tiga perlakuan dan enam kali ulangan.

4.3.2 Prosedur Kerja

A. Persiapan Penelitian

  Persiapan penelitian adalah dengan melakukan seleksi ikan dengan usia empat, lima, dan enam bulan. Setelah dilakukan seleksi ikan berdasarkan usia ikan, kemudian dilakukan aklimatisasi pada ikan di akuarium. Setelah diaklimatisasi, ikan kemudian dipuasakan selama sehari sebelum pemijahan dan dilakukan pengukuran panjang dan berat pada tubuh ikan. Akuarium yang telah dicuci bersih, diisi dengan air tawar sebanyak 10 liter, kemudian diberi pakan sp. sebanyak 3-5% dari bobot perhari. Pemberian pakan dilakukan tiga

  Daphnia

  kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore (Wahyuningsing 2009). Kepadatan ikan tiap akuarium sebesar 3 ekor/liter.

a. Pengukuran Kualitas Air

  Pengukuran kualitas air terdiri dari suhu, pH, DO, dan amoniak. Pengukuran kualitas air ddilakukan terhadap suhu dan pH air. Suhu diukur menggunakan

F. Perhitungan Fekunditas

  Fekunditas dihitung secara manual karena jumlah telyr relative sedikit sehingga memungkinkan dilakukan secara manual.

4.3.3 Parameter Pengamatan

  Parameter yang diukur dalam penelitian terdiri dari parameter utama dan pendukung.

  A. Parameter Utama

  Parameter utama dalam penelitian adalah fekunditas dan daya tetas telur ikan cupang.

  B. Parameter Pendukung Parameter pendukung dalam penelitian adalah suhu dan pH air.

  Pengukuran suhu menggunakan termometer dan pengukuran pH menggunakan kertas lakmus.

4.3.4 Analisis Data

  analisis data diamati dengan menggunakan Anova

  Gambar 5. Bagan Alur Penelitian Persiapan bahan pakan

  Persiapan pemijahan Pemijahan

  Penghitungan telur Analisa data

  Pemeliharaan sampai telur menetas P1

  Ulangan 6 kali P2

  Ulangan 6 kali P3 ulangan

  6 kali

  V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Fekunditas dan Daya Tetas

  Berat betina (gram)

  1,335 ±0,132 71,014 1,8997 B 1 1,78 1,50 789 745 94,42 2 1,48 1,28 791 772 97,59

  Tabel1. Data berat induk, fekunditas, dan daya tetas telur selama penelitian Perlakuan ulangan

  1,31 ±0,1219 0,5306 2,0928 Dari 18 pasang induk yang diamati, terdapat sebanyak 591 butir sampai 897 butir telur yang dikeluarkan.

  a

  3 1,72 1,26 821 807 98,29 4 1,60 1,40 795 763 95,97 5 1,58 1,34 784 734 93,62 6 1,56 1,18 774 714 92,24 ± 1,60 ±0,1217

  1,35 ±0,107 18,435 1,5900 C 1 1,76 1,50 815 781 95,828 2 1,42 1,22 787 752 95,55

  a

  3 1,48 1,28 779 741 95,12 4 1,62 1,26 768 742 96,61 5 1,66 1,50 788 733 93,02 6 1,68 1,28 743 701 94,34 ± 1,61 ± 0,118

  a

  Berat jantan (gram)

  Data hasil penelitian meliputi berat induk jantan dan betina, fekunditas, dan daya tetas disajikan pada tabel 1. berikut ini.

  Hasil SD

  1.18 638 591 94,10 5 1,46 1,28 735 689 93,74 6 1,58 1,30 897 625 89,67

  A 1 1,65 1,32 762 690 90,55 2 1,72 1,58 779 725 93,06 3 1,72 1,35 781 733 93,85 4 1,40

  Daya tetas (%)

  Telur yang menetas (butir)

  Fekunditas (butir)

Dokumen yang terkait

SKRIPSI PENGENDALIAN TELUR Argulus japonicus DENGAN CARA PENGERINGAN PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 50

SKRIPSI PENGARUH PERENDAMAN INSEKTISIDA PERMETRIN TERHADAP DAYA TETAS TELUR Argulus japonicus PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 51

PENGARUH KOMBINASI KIAMBANG ( Salvinia molesta) DAN ZEOLIT TERHADAP PENURUNAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) SKRIPSI PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

1 2 14

PENGARUH KOMBINASI KIAMBANG ( Salvinia molesta) DAN ZEOLIT TERHADAP PENURUNAN LOGAM BERAT KADMIUM (Cd) SKRIPSI PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 64

MANAJEMEN PEMBERIAN PAKAN ALAMI (Ulva sp.) TERHADAP TINGKAT KEMATANGAN GONAD ABALON (Haliotis squamata) DI BALAI PRODUKSI INDUK UDANG UNGGUL DAN KEKERANGAN (BPIU2K) KARANGASEM, BALI PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 2 14

SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN LISIN PADA PAKAN KOMERSIAL TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN DAN RETENSI PROTEIN IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 72

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI JAMUR PADA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DI PASAR MODERN SURABAYA SKRIPSI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

0 2 59

SKRIPSI OPTIMASI PRODUKSI GLUKOSAMIN HIDROKLORIDA DARI KARAPAS UDANG DENGAN KOMBINASI KONSENTRASI HCl DAN WAKTU PEMANASAN PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 76

TEKNIK BUDIDAYA CUPANG (Betta splendens) DI DAFFA FARM KELURAHAN TEMBUNG KECAMATAN MEDAN TEMBUNG KOTAMADYA MEDAN PROVINSI SUMATRA UTARA PRAKTEK KERJA LAPANG PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 0 13

PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP KADAR TIMBAL (Pb) PADA AIR DAN HATI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) SKRIPSI PROGRAM STUDI S-1 BUDIDAYA PERAIRAN

0 1 15