IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI JAMUR PADA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DI PASAR MODERN SURABAYA SKRIPSI PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

  (Osphronemus gouramy) DI PASAR MODERN SURABAYA S K R I P S I PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN Oleh : MERVIN SENDYANATA ANDREAS SURABAYA – JAWA TIMUR FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016 Yang bertanda tangan di bawah ini : N a m a : Mervin Sendyanata Andreas N I M : 141011013 Tempat, tanggal lahir : Surabaya, 07 Januari 1992 Alamat : Pacar Kembang Vc/35, Kec. Tambak Sari, Surabaya

  Telp./HP : 08175013977 Judul Skripsi : Identifikasi dan Prevalensi Jamur Pada Ikan Gurami

  (Osphronemus gouramy) di Pasar Modern Surabaya Pembimbing : 1. Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes 2. Prof. Dr. Hari Suprapto , Ir., M.Agr.

  Menyatakan dengan sebenarnya bahwa hasil tulisan laporan Skripsi yang saya buat adalah murni hasil karya saya sendiri (bukan plagiat) yang berasal dari Dana Penelitian : Pribadi. Di dalam skripsi / karya tulis ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang saya akui seolah- olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya, serta saya bersedia :

  1. Dipublikasikan dalam Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga;

  2. Memberikan ijin untuk mengganti susunan penulis pada hasil tulisan skripsi / karya tulis saya ini sesuai dengan peranan pembimbing skripsi;

  3. Diberikan sanksi akademik yang berlaku di Universitas Airlangga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh (sebagaimana diatur di dalam Pedoman Pendidikan Unair 2010/2011 Bab.

  XI pasal 38 – 42), apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain yang seolah- olah hasil pemikiran saya sendiri

  Demikian surat pernyataan yang saya buat ini tanpa ada unsur paksaan dari siapapun dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Surabaya, 14 April 2016 Yang membuat pernyataan,

  SKRIPSI

  IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI JAMUR PADA IKAN GURAMI (Osphronemus gouramy) DI PASAR MODERN SURABAYA Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Progam Studi Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga

  Oleh :

  MERVI N SENDYANATA ANDREAS NIM 141011013

  Menyetujui Komisi Pembimbing

  Pembimbing Pertama Pembimbing Kedua Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M.Agr.

  NIP. 19591022 198601 2 001 NIP. 19580916 198502 1 001

  RINGKASAN MERVIN SENDYANATA ANDREAS. Identifikasi dan Prevalensi Jamur Pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Di Pasar Modern Surabaya. Dosen Pembimbing Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. dan Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M.Agr.

  Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang cukup populer di Indonesia. Secara komersial ikan gurami termasuk ikan air tawar yang memiliki nilai jual tinggi dan permintaan yang meningkat. Gaya hidup masyarakat yang sudah mulai bergeser seiring peningkatan kecerdasan masyarakatnya mendorong munculnya pasar modern. Pasar modern menyediakan berbagai kebutuhan seperti ikan segar. Protein ikan memiliki keunggulan dibandingkan dengan sumber protein lainnya yaitu kelengkapan komposisi asam amino, mudah dicerna tubuh, dan adanya kandungan omega 3 yang mampu mencukupi kebutuhan hidup. Penjualan ikan segar di pasar modern di Surabaya bisa mencapai 80% setiap tahunnya. Perlu penanganan yang lebih cermat terhadap tingginya transaksi ikan segar dalam pasar modern termasuk ada tidaknya penyakit pada ikan segar seperti jamur. Jamur pada ikan berbahaya sebab menghasilkan mikotoksin sebagai hasil metabolitnya.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis jamur dan prevalensi yang menginfeksi pada ikan gurami di pasar modern Surabaya. Metode penelitian ini menggunakan metode Survey. Parameter utama yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis jamur dan prevalensi yang menginfeksi ikan gurami di pasar modern Surabaya. Sedangkan sebagai parameter penunjang dalam penelitian ini yaitu nilai kualitas air yang meliputi pH, Temperatur, Oksigen terlarut yag diukur selama kegiatan pengambilan sampel.

  Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 10 sampel yang diambil dari 5 lokasi, 7 ekor menunjukan ikan positif terinfeksi jamur. Jamur tersebut adalah

  Trichoderma, Rhizopus oryzae, Saprolegnea , Aspergillus flavus, dan Fusarium.

  Nilai prevalensi jamur yang menginfeksi ikan gurami adalah 70%. Perlu dilakukan penelitian terhadap seluruh pasar modern untuk meningkatkan pengolahan ikan bagi pasar modern yang belum mencapai sandart pengolahan.

  MERVIN SENDYANATA ANDREAS. Identification And the Prevalence of Fungal Gouramy (Osphronemus gouramy) in Modern Market Surabaya. Academic Advisor Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. and Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M.Agr.

  Gouramy (Osphronemus gouramy) is the one type of fish consumption that are quite popular in Indonesia. Gouramy fish commercially include freshwater fish that has a high value and demand increases. Communities lifestyle that had already begun to shiftover the increased intelligence of its people encourage the emergence of a modern market. Modern market provides a wide range of needs such as fresh fish. Fish proteins have advantages compared to other protein souces. completeness of composition, easly disgestible amino acids the body, and the presence of omega 3 content that is able to fullfill the needs of life. Sales of fresh fish in modern markets in Surabaya could reach 80% annually. Required more careful handling against high transaction fresh fish in modern market including whether there is disease in fresh fish like fugus. Fugus in fish is dangerous because the produce mycotoxin as a result of metabolites.

  This research aims to learn about identification and the prevalence of fungal infecting gouramy at modern market Surabaya. This reasearch that used is Survey method. The main parameters are observed in this study is a type of fungus and the prevalence of infected gouramy fish in the modern market. While as support parameters in this study the values of water quality which include pH, temperature, dissolved oxygen as measured over the sampling activities.

  Results of the study showed that of the 10 samples taken from 5 locations, 7 fish showed positive fish infacted by the fungus. The fungus are Trichoderma,

  Rhizopus oryzae, Saprolegnea, Aspergillus flavus, and Fusarium.

  The value of the prevalence of fungus which infects fish gouramy is 70%. It is to do the research on the entire modern market to improve processing of fish for the modern market that has not yet reached processing standart. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas limpahnya kasih karunia sehingga skripsi tentang Identifikasi dan Prevalensi Jamur Pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) Di Pasar Modern Surabaya dapat diselesaikan. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Airlangga Surabaya.

  Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini banyak melibatkan orang-orang yang berjasa bagi penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat serta hormat serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Rahayu Kusdarwati, Ir., M.Kes. dan, Prof. Dr. Hari Suprapto, Ir., M.Agr. selaku dosen pembimbing serta dosen penguji yang telah memberikan motivasi dan bimbingan kepada penulis sejak penyusunan usulan hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

  2. Prof. Dr. Hj. Sri Subekti, Drh., DEA, Didik Handijatno, M.S., Drh, Sudarno, Ir., M.Kes, sekalu dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

  3. Segenap sivitas akademika Fakultas perikanan dan Kelautan Universias Airlangga yang telah mendukung penulis.

  4. Seluruh rekan-rekan angkatan 2010 (Piranha) yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

  5. Teman-teman seperjuangan Dyah Sunaring Fitri, Hamzah, Dian, Aprillia.

  Terima kasih untuk bantuan semangatnya dalam pengerjaan laporan skripsi.

  6. Seluruh staff pengajar dan staff kependidikan Fakultas Perikanan dan Kelautan Univeritas Airlangga atas segala ilmu dan bantuan yang diberikan.

  7. Kedua orangtua saya serta keluarga besar tercinta yang telah memberikan dukungan dan semangat serta motivasi untuk menjadi orang yang lebih berguna dan bermanfaat.

  vi yang kiranya tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya sampaikan banyak terima kasih atas kesediaannya membantu. Semoga mendapatkan balasan kebaikan seperti yang sudah diberikan kepada saya.

  Surabaya, 5 Febuari 2016 Penulis

  vii

  Halaman

Gambar 2.1 Morfologi Gurami ........................................................................ 5

  Aspergillus flavus

Gambar 2.2 Koloni dan Morfologi ....................................... 8

  Aspergillus niger

Gambar 2.3 Koloni dan Morfologi ........................................ 9

  Aspergillus candidus

Gambar 2.4 Koloni dan Morfologi ................................... 10Gambar 2.5 Koloni dan Morfologi Penicillium glabrum ................................. 11Gambar 2.6 Koloni dan Morfologi Saprolegnia .............................................. 12Gambar 2.7 Koloni dan Morfologi Rhizopus oryzae ....................................... 13

  Curvularia lunata

Gambar 2.8 Koloni dan Morfologi ....................................... 15

  Fusarium

Gambar 2.9 Koloni dan Morfologi ................................................... 16Gambar 3.1 Kerangka Konseptual .................................................................. 20Gambar 4.1 Diagram Alir Penelitian ............................................................... 27Gambar 5.1 Koloni Fusarium .......................................................................... 29Gambar 5.2 Morfologi Fusarium ..................................................................... 30Gambar 5.3 Koloni Aspergillus flafus .............................................................. 30Gambar 5.4 Morfologi Aspergillus flafus ........................................................ 31Gambar 5.5 Koloni Trichoderma harzianum ................................................... 31Gambar 5.6 Morfologi Trichoderma harzianum ............................................. 32Gambar 5.7 Koloni Rhizopus oryzae ............................................................... 32Gambar 5.8 Morfologi Rhizopus oryzae .......................................................... 33Gambar 5.9 Koloni Saprolegnia ...................................................................... 33Gambar 5.10 Morfologi Saprolegnia ............................................................... 34

  ix

  Halaman

Tabel 5.1 Data Hasil Identifikasi Jamur pada organ Ikan Gurami ................... 28Tabel 5.2 Data Hasil Identifikasi Jamur pada Ikan Gurami ............................. 34Tabel 5.3 Data Prevalensi Jamur Ikan Gurami ................................................ 35Tabel 5.4 Kualitas air ....................................................................................... 36Tabel 5.5 Panjang dan berat ikan Gurami ........................................................ 37

  x

  Halaman

  2.4.2 Aspergillus niger……………………………………………. . 9

  2.6 Pasar Modern …. ............................................................................... 17

  2.5.2 Suhu………………………………………………. ................. 17 2.5.3 pH………………………………………………. ..................... 17

  2.5.1 Kelembapan………………………………………………. ..... 17

  2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur …. ........................ 17

  2.4.8 Fusarium ………………………………………………. ........ 16

  2.4.7 Curvularia lunata …………………………………………. ... 14

  2.4.6 Rhizopus oryzae …………………………………………. ..... 13

  2.4.5 Saprolegnia………………………………………………. ..... 12

  2.4.4 Penicillium glabrum ………………………………………. ... 11

  2.4.3 Aspergillus candidus………………………………………. ... 10

  2.4.1 Aspergillus flavus……………………………………………. 8

  RINGKASAN .................................................................................................. iv SUMMARY ..................................................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi DAFTAR TABEL ............................................................................................ viii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... ix DAFTAR ISI................……………………………………………………… x

  2.4 Jamur pada Ikan Gurami……………………………………………. ` 7

  2.3 Produksi Ikan Gurami ........................................................................ 7

  2.2 Habitat dan Penyebaran ..................................................................... 6

  2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gurami ............................................. 5

  II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5

  1.3 Manfaat .............................................................................................. 4

  1.2 Tujuan ................................................................................................ 4

  1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 3

  1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1

  I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

  x

  3.1 Kerangka Konseptual ......................................................................... 18

  IV METODOLOGI PENELITIAN ................................................................ 21

  4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan ........................................................ 21

  4.2 Materi Penelitian ................................................................................ 21

  4.2.1 Alat penelitian .......................................................................... 21

  4.2.2 Bahan penelitian ....................................................................... 21

  4.3 Metode Penelitian .............................................................................. 22

  4.3.1 Rancangan penelitian ................................................................ 22

  4.3.2 Pengambilan Sampel ................................................................ 23

  4.3.2.1 Sterilisasi peralatan ...................................................... 23

  4.3.2.2 Pembuatan media ......................................................... 23 Lactophenol Cotton Blue 4.3.2.3 ................................................. 24

  4.3.2.4 Isolasi jamur pada ikan gurami .................................... 24

  4.3.2.5 Pemeriksaan sampel dan identifikasi jamur ................. 25

  4.3.3 Parameter penelitian ................................................................. 26

  4.3.3.1 Parameter utama ........................................................... 26

  4.3.3.2 Parameter penunjang ................................................... 26

  4.3.4 Analisis data ............................................................................. 26

  V HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 28

  5.1 Hasil Penelitian .................................................................................. 28

  5.1.1 Isolasi jamur .............................................................................. 28

  5.1.2 Identifikasi jamur ...................................................................... 29

  5.1.3 Prevalensi jamur ........................................................................ 35

  5.1.4 Kualitas air ................................................................................ 35

  5.1.5 Berat dan panjang total ikan gurami ......................................... 36

  5.2 Pembahasan ........................................................................................ 37

  VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................................... 44

  6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 44

  6.2 Saran. ................................................................................................. 44 Daftar pustaka .................................................................................................. 45

  xi

1.1 Latar Belakang

  Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan budidaya yang termasuk dalam 10 jenis ikan yang menjadi target peningkatan produksi perikanan budidaya sebanyak 353% pada tahun 2009-2014 yang dicanangkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (Basuki dkk, 2014).

  Ikan gurami (O.gouramy) sebagai komoditas ikan air tawar diminati segala kalangan masyarakat dan permintaan pasarnya pun relatif stabil (SNI, 2009).

  Data Dirjen Budidaya menunjukkan bahwa produksi ikan gurami mulai tahun 2010 hingga 2013 menunjukkan kinerja yang positif dengan kenaikan rata- rata per tahun sebesar 15,74% namun tidak mencapai target (KKP, 2013). Hasil produksi ikan gurami yang kurang memuaskan tersebut disebabkan oleh kondisi perairan yang tidak baik sehingga memicu timbulnya penyakit (Santoso, 2009). Salah satu kendala budidaya ikan gurami (O. gouramy) adalah serangan hama dan penyakit, baik pada tingkat pembenihan maupun pada pembesarannya (Ghofur dkk., 2014).

  Khairyah (2012) menyebutkan bahwa salah satu penyakit yang menyerang ikan gurami siap konsumsi adalah jamur. Kasus penyakit jamur pada ikan di Indonesia pada umumnya belum dianggap serius karena munculnya lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan yang kurang baik, kekurangan nutrisi atau akibat agen penginfeksi primer lain seperti parasit, bakteri dan virus. Penyakit yang disebabkan oleh jamur bersifat infeksi sekunder karena jamur tidak dapat

  2

  terluka atau lemah (Suwarsito, dan Mustafidah. 2011).

  Gejala klinis infeksi jamur adalah adanya benang halus menyerupai kapas yang menempel pada telur atau luka pada bagian eksternal ikan seperti perubahan warna sirip dan tubuh ikan menjadi merah. Jamur tersebut dengan cepat menular kepada ikan lain yang berada dalam satu kolam sehingga potensi kerugian yang ditimbulkan cukup besar (Sulhi, 2007). Hasil penelitian Khairyah (2012) menemukan beberapa macam jamur pada ikan gurami, yaitu Penicillium glabrum,

  Rhizopus oryzae

  , Aspergillus flavus, A. niger, A. candidus, Saprolegnia, Fusarium dan Curvularia lunata.

  Gaya hidup masyarakat yang sudah mulai bergeser seiring peningkatan kecerdasan masyarakatnya mendorong munculnya pasar modern. Pasar modern menyediakan berbagai kebutuhan seperti ikan segar. Peluang tersebut dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi untuk meraih laba setinggi-tingginya. Data SUSENAS (Survey Sosial Ekonomi Nasional) menunjukkan bahwa sumbangan protein ikan terhadap konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia mencapai 57% (Malika, dkk., 2012). Ini terjadi seiring dengan kecenderungan pergeseran konsumen dalam pemenuhan kebutuhan protein hewani dari red meat kepada white meat. Protein ikan memiliki keunggulan dibandingkan dengan sumber protein lainnya yaitu kelengkapan komposisi asam amino, mudah dicerna tubuh, dan adanya kandungan omega 3 yang mampu mencukupi kebutuhan hidup (KKP, 2013).

  Malika, dkk., (2012) menyebutkan tingkat penjualan ikan segar di pasar modern di Surabaya bisa mencapai 80% setiap tahunnya. Dibutuhkan penanganan yang lebih cermat terhadap tingginya transaksi ikan segar dalam pasar modern

  3

  berbahaya sebab menghasilkan mikotoksin sebagai hasil metabolitnya. Hasil penelitian Guevara (2011) menyatakan mikotoksin pada Aspergillus sp. yaitu aflatoksin berbahaya bagi hewan dan manusia. Aflatoksin dalam konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan penyakit akut dan kematian, sedangkan konsentrasi rendah dalam jangka panjang dapat menyebabkan nekrosis pada sel hati dan ginjal (Safika, 2008). Pada tahun 2004 dilaporkan terjadinya wabah aflatoksikosis akut yang luas di antara penduduk Kenya provinsi bagian timur dan menyebabkan kematian sekitar 400 kasus. India bagian barat pada tahun 1974 pernah mengalami wabah aflatoksikosis akut. Wabah ini menyerang 397 orang dan menyebabkan 106 kematian (Yeni, 2006). Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu diketahui jenis jamur yang menyerang ikan gurami di pasar modern di wilayah Surabaya.

1.2 Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

  1. Jenis jamur apa saja yang terdapat pada ikan gurami (O. gouramy) di pasar modern Surabaya?

  2. Berapa prevalensi jamur yang terdapat pada ikan gurami di pasar modern Surabaya?

  4

  1.3 Tujuan

  Tujuan dilaksanakannya penelitian ini yaitu mengetahui jenis jamur dan prevalensi jamur yang terdapat pada ikan gurami (O. gouramy) di pasar modern Surabaya.

  1.4 Manfaat

  Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini yaitu memberikan informasi kepada pengelola pasar modern untuk meningkatkan penanganan ikan segar agar mutu ikan tetap baik.

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Gurami

  Sannin (1968) mengklasifikasikan ikan gurami sebagai berikut: Filum : Chordata Kelas : Pisces Ordo : Labyrinthici Subordo : Anabantoidei Familia : Anabantidae Genus : Osphronemus Spesies : Osphronemus gouramy

Gambar 2.1 Morfologi Gurami Sumber: Santoso (2009)

  Menurut Santoso (2009) ikan gurami (O. gouramy) memiliki bentuk kepala tumpul, berdahi agak menonjol, panjang sirip punggung dapat mencapai pangkal ekor, dan sirip ekor berbentuk busur. Basuki dkk. (2014) menambahkan benih ikan gurami (O .gouramy) ukuran 4-6 cm memiliki bentuk kepala runcing ke depan, berdahi normal, dan rata. Sirip dada ikan gurami (O. gouramy) terdapat bintik hitam. Warna tubuh dan punggung benih ikan gurami umumnya berwarna biru kehitaman dengan bagian perut putih. Menjelang dewasa warna tubuh dan

  6

  kekuningan.

  Nuryati dkk (2009) menyatakan ikan gurami (O. gouramy) berkembangbiak setiap musim kering dan matang kelamin pada umur 2 tahun keatas untuk jantan sedangkan umur empat tahun keatas untuk betina. Malika dkk. (2012) menambahkan induk betina gurami mampu menghasilkan telur antara 500-5000 butir. Diperkuat juga oleh Rasmawan (2010) bahwa induk gurami yang sehat dan terjamin makanannya dapat dipijahkan dua kali setahun berturut-turut selama lima tahun.

  Menurut Nuryati dkk (2009) pakan utama untuk ikan gurami adalah daun– daunan. Daun-daunan yang dapat diberikan pada ikan gurami adalah daun talas, daun singkong, daun genjer, daun kangkung, daun ubi jalar, daun ketimun dan daun dadap. Dengan ditemukannya pakan pelet yang dapat diatur kadar gizinya, pembudidaya ikan gurami beralih ke pelet sebagai pakan utama ikan gurami (Santoso, 2009).

2.2 Habitat dan Penyebaran Ikan gurami tumbuh dan berkembang pada perairan tropis dan subtropis.

  Pada habitat aslinya gurami dapat hidup di sungai dan rawa air tawar yang berada pada ketinggian antara 800 m dari permukaan laut. Suhu optimal untuk hidup

  o

  gurami berkisar 24-28 C dengan derajat keasaman (pH) berkisar 6,5-8 (Agustono dkk., 1993). Ikan gurami juga bisa dipelihara pada wadah terbatas seperti kolam

  2

  tanah, kolam tembok, kolam plastik dan keramba dengan luas 200-500 m dengan kedalaman 120-150 cm (SNI, 2006).

  7

  Kalimantan, dan Sumatra. Saat ini telah terbentuk kawasan pengembangan budidaya ikan gurami di beberapa daerah, seperti di Jawa Barat (Bogor, Tasikmalaya, Ciamis, dan Garut), Jawa Tengah (Cilacap, Banyumas, Banjarnegara, dan Purbalingga), DI Yogyakarta (Kulonprogo, Bantul, dan Sleman), Jawa Timur (Tulung Agung, Blitar, dan Lumajang), Sumatra Barat dan Riau (Tanjung dkk.,2011).

  2.3 Produksi Ikan Gurami Produksi ikan gurami mengalami peningkatan setiap tahunnya sekitar 35 %.

  Produksi gurami antara tahun 2010 hingga 2013 menunjukkan kenaikan rata-rata sebesar 15,74% (KKP, 2013). Berdasarkan laporan tahunan Dirjen Budidaya Perikanan tahun 2013 menyebutkan perbandingan total produksi ikan gurami nasional terhadap total produksi ikan gurami dunia, menunjukkan bahwa pada tahun 2011 Indonesia menempati posisi teratas yang mendominasi produk gurami dunia dengan memberikan share sekitar (95,6% terhadap total produksi ikan gurami dunia), disusul Thailand dengan share sebesar (4,06%).

  2.4 Jamur pada Ikan Gurami

  Salah satu jenis mikroorganisme yang dapat merusak daging ikan adalah jamur (Fahreza, 2012). Jamur merupakan patogen yang relatif lemah yang akan menyerang jika host dalam keadaan stres atau berkurangnya pertahanan tubuh (Suprapto, 2013). Hasil penelitian Khairyah (2012) menyebutkan terdapat berbagai jamur yang menyerang ikan gurami yaitu: Aspergillus flavus, A. niger, A. candidus,

  Penicillium glabrum, Saprolegnea, Rhizopus oryzae, Culvularia dan Fusarium.

  8

  Thom (1918) in Summerbell (1996) mengklasifikasflavus sebagai berikut: Filum : Heterokonta Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Aspergillus flavus

  A B

Gambar 2.2 Koloni Aspergillus flavus (A); Morfologi Aspergillus flavus (B) Sumber: Safika, (2008)

  Ciri mikroskopis A. flavus memiliki konidofor yang panjang mencapai 400- 800 µm, vesikel dan konidia yang berbentuk bulat dengan diameter 25-45 µm (Gambar 2.2). Konidia A. flavus berdinding tipis dan berbentuk bola. Koloni A.

  flavus

  berwarna kuning kehijauan (Khairyah, 2012). A. flavus adalah produsen utama dari karsinogenik aflatoksin (Rodrigues et al., 2009). Makanan yang terkontaminasi aflatoksin, sulit untuk dihilangkan karena sifatnya yang tahan panas

  o o

  (titik cair 268-269

  C). Pemanasan sampai 150 C hanya mengurangi konsentrasi aflatoksin 33-75%. Pada proses pengolahan, seperti penyangraian, penggorengan, dan fermentasi hanya dapat mengurangi kandungan aflatoksin 73–87% (Safika,

  A. flavus

  2008) . dapat menyebabkan manusia mengalami aspergillosis klinis (Thakur et al., 2015).

  9

  Van Tieghem (1867) in Summerbell (1996) mengklasifikasikan

  

  niger sebagai berikut: Filum : Heterokonta Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Aspergillus niger

  A B

Gambar 2.3 Koloni Aspergillus niger (A), Morfologi Aspergillus niger (B) Sumber: Safika, (2008)

  Sastrahidayat (2011) menyatakan Aspergillus termasuk dalam divisi Ascomycetes karena strukturnya yang berbentuk kantong dan berisi spora.

  Aspergillus niger

  tergolong ordo Eurotiales karena memiliki bentuk konidia yang lebih mencolok dari pada askusnya.

  Koloni A. niger yang sudah lama memiliki warna hitam coklat tua (Gambar 2.3). Ciri mikroskopis dari A. niger memiliki konidiofor halus yang tegak ke atas.

  Konidia A. niger berantai yang menyebar menutupi permukaan vesikel hingga membentuk bulat sempurna kasar berwarna hitam. Aspergillus niger dapat tumbuh

  10

  karena menyebabkan aspergillosis (Gautam and Bhadauria, 2012).

  Aspergillus candidus

2.4.3 Winters (1884) in Summerbell (1996) mengklasifikasikan Aspergillus

  candidus

  sebagai berikut: Filum : Heterokonta Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Aspergillus candidus

  A B

Gambar 2.4 Koloni Aspergillus candidus (A), Morfologi Aspergillus candidus (B) Sumber: Safika, (2008)

  Aspergillus candidus

  memiliki ciri makroskopis berupa koloni halus seperti kapas berwarna putih kekuningan dan koloni tumbuh dengan lambat (Gambar 2.4).

  Ciri mikroskopis dari A. candidus berupa konidiofor halus dan kecil. Konidia A.

  candidus

  kecil, berbentuk bulat telur. Tidak dapat tumbuh pada suhu lebih dari 37 °C dan suhu optimum untuk tumbuh adalah 25 °C (Tanjung dkk., 2011).

  11 A. candidus

  makanan yang disimpan, tanah, buah-buahan kering, kotoran, ikan kering, dan udara dalam ruangan. A. candidus sering dapat menyebabkan infeksi pada manusia (Varga et al., 2007).

2.4.4 Penicillium glabrum Link (1809) in Summerbell (1996) mengklasifikasikan Penicillium.

  glabrum

  sebagai berikut: Filum Kelas Ordo Famili Genus : Penicillium Spesies : Penicillium glabrum

Gambar 2.5 Koloni dan Morfologi Penillicium glabrum Sumber: Frisvad and Samson (2004)

  Sasrahidayat (2011) menyatakan Penicillium sp. merupakan jenis jamur yang paling banyak dikenal karena biasa digunakan untuk menghasilkan antibiotik.

  Khairyah (2012) menyatakan bahwa P. glabrum memiliki koloni berwarna hijau tua keabuan (Gambar 2.5). P. glabrum memiliki hifa bersepta dan membentuk badan spora yang disebut konidium. Konidium ini memiliki tangkai yang disebut

  12

  mencapai 10-12 baris. Spora yang dihasilkan oleh phialid disebut konidia. Konidia berbentuk bulat atau semi bulat yang membentuk rantai panjang dengan diameter 3-3,5 µm. P. glabrum dapat tumbuh pada rentan suhu yang lebar yaitu suhu minimal

  o o o

  6 C, suhu tertinggi 33

  C, namun suhu optimal adalah 25

  C. P. glabrum menghasilkan mikotoksin yang berbahaya bagi manusia (Sastrahidayat, 2011).

2.4.5 Saprolegnea

  Klasifikasi Saprolegnia menurut Mayer (2005) adalah sebagai berikut: Filum : Heterokonta Kelas : Oomycotea Ordo : Saprolegniales Famili : Saprolegniaceae Genus : Saprolegnia Spesies : Saprolegnia sp.

  A B 2cm

Gambar 2.6 Koloni Saprolegnea sp. (A) ; Morfologi Saprolegnea sp. (B) Sumber : Barnet and Hunter (1998)

  Koloni dari Saprolegnia sp. memiliki warna putih (Gambar 2.6). Secara mikroskopis miselium Saprolegnea berserabut dan kista berbentuk bulat (Abolude

  et al.

  , 2013). Genus Saprolegnia sp. mempunyai cabang tidak bersepta dan mempunyai hifa bercabang dan bisa hidup dalam kisaran suhu yang lebar yaitu 3-

  o 33 C (Mayer, 2005).

  13 Saprolegnia

  atau sirip lalu menyebar di atas permukaan tubuh. Spora sering menembus ke dalam tubuh ikan ketika permukaan kulit atau insang luka secara mekanis atau oleh infeksi parasit atau bakteri dan ketika daya tahan tubuh ikan sedang lemah (Ramaiah, 2006).

2.4.6 Rhizopus oryzae

  Ehrenberg (1820) in Summerbell (1996) mengklasifikasikan Rhizopus

  oryzae

  sebagai berikut: Divisi Kelas Ordo Famili

  

  Genus Spesies : Rhizopus oryzae

  A B

Gambar 2.7 Koloni Rhizopus oryzae (A) ; Morfologi Rhizopus oryzae (B) Sumber: Dewi dan Aziz (2011)

  Genus Rhizopus memiliki ciri khas hifa yang tidak bersekat dan memiliki struktur seperti akar yang disebut rhizoid (Listiandiani, 2011). Rhizopus oryzae memiliki ciri makroskopis yaitu koloni hitam lebat seperti kapas (Gambar 2.7). Ciri

  14

  bersepta, stolon yang halus dan berwarna coklat. Panjang hifa dari R. oryzae mencapai 18 µm sampai 1,5 µm (Khairyah, 2012).

  R. oryzae

  dapat bertumbuh baik pada 25 °C. Pada awal pertumbuhannya hifa tampak berwarna putih keabu-abuan, 3 hari kemudian tampak spora yang matang berwarna hitam kecoklatan. R. oryzae memiliki ciri khas rhizoid yang berkembang dengan baik (Liou et al., 2007). Khairyah (2012) menyatakan bahwa

  R. oryzae

  merupakan jamur yang tidak menghasilkan senyawa toksin dan keberadaannya tidak menghambat pertumbuhan ikan, bahkan sistem imun ikan yang terinfeksi tidak terganggu.

2.4.7 Curvularia lunata.

  Menurut Grigorakis (1809) in Summerbell (1929) Curvularia lunata diklasifikasikan sebagai berikut: Filum : Ascomycota Kelas : Euascomycetes Ordo : Pleosporales Famili : Pleosporaceae Genus : Curvularia Spesies : Curvularia lunata

  A B

Gambar 2.8 Koloni Curvularia lunata (A), Morfologi Curvularia lunata (B) Sumber: Refai and Yasid (2014)

  15

  filum Ascomycota karena konidianya dihasilkan dari dalam kantung serta tergolong kelas Euascomycetes karena memiliki ciri berfilamen, dan memliki lubang septum.

  Koloni C. lunata memiliki bentuk seperti kapas. Pada awal pertumbuhannya warna koloni tampak abu-abu coklat, koloni yang sudah lama akan tampak berwarna coklat kehitaman (Gambar 2.9). Hifa dari C. lunata berwarna coklat, konidiofor coklat, menghasilkan septa bercabang. Konidia lurus, multisepta dengan susunan melintang. Sel inti lebih gelap dan lebih besar dibandingkan dengan septa awal dan akhir, sehingga bila konidium dilihat keseluruhan akan terlihat sedikit melengkung.

  Jamur Curvularia dapat tumbuh dengan baik pada suhu 25 °C. Curvularia diketahui dapat menyebabkan infeksi pada manusia dan hewan (Refai and Yasid, 2014).

  Infeksi dari C. lunata dapat menyebabkan infeksi kulit (Qureshi et al., 2006).

2.4.8 Fusarium

  Link (1809) in Summerbell (1996) mengklasifikasikan Fusarium berikut: Divisi : Amastigomycota Kelas : Deuteromycetes Ordo : Melanconiales Famili : Melanconiaceae Genus : Fusarium Spesies : Fusarium sp.

  A B

Gambar 2.9 Koloni Fusarium (A), Morfologi Fusarium sp. (B) Sumber : Fausi dkk., (2009)

  16

  kekuningan, dengan tepi bergerigi, dan permukaan rata (Gambar 2.8). Afriyeni dkk. (2013) menambahkan bahwa spesies Fusarium menghasilkan makrokonidia dan mikrokonidia dari phialid ramping. Makrokonidia hialin membentuk sabit dengan tiga sekat. Mikrokonidia satu sampai dua sel, hialin, bulat telur, lurus atau melengkung. Warna talus bervariasi dari putih menjadi kuning, kecoklatan, merah muda, ungu muda kemerahan. Fusarium tumbuh dengan baik pada suhu 37 C (Fausi dkk., 2009).

  Sebaran jamur Fusarium sangat luas dengan beragam organ target (Ngitu, 2014). Beberapa spesies Fusarium dapat menjadi patogen pada manusia dan hewan karena menghasilkan mikotoksin (Moretti, 2009).

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jamur

  2.5.1 Kelembapan Kelembapan tanah diartikan sebagai aktifitas air di dalam tanah (water

  activity

  ). Kelembaban berperan untuk menumbuhkan hifa jamur sehingga dapat menyebar ke atas permukaan yang kering atau muncul di atas permukaan substrat.

  Variasi suhu yang rendah dan kelembaban yang relatif tinggi sangat berkaitan dengan curah hujan tinggi (Carlile and Watkinson, 1995).

  2.5.2 Suhu Jamur memiliki rentang suhu yang berbeda dalam pertumbuhannya.

  Kisaran suhu maksimum pertumbuhan jamur adalah 30-40⁰C sedangkan suhu optimum pertumbuhan adalah 20-30⁰C.

  17

  Konsentrasi pH pada subsrat bisa mempengaruhi pertumbuhan meskipun tidak langsung tetapi berpengaruh terhadap ketersediaan nutrisi yang dibutuhkan atau beraksi langsung pada permukaan sel. Hal ini memungkinkan nutrisi yang diperlukan jamur untuk tumbuh dengan baik cukup tersedia. Jamur tumbuh dengan baik pada pH yang asam sampai netral (Carlile and Watkinson, 1995).

2.6 Pasar Modern

  Pasar merupakan suatu tempat terjadinya kegiatan perdagangan yaitu kegiatan jual beli barang dan/atau jasa yang dilakukan secara terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan. Pasar sendiri merupakan area tertentu terdiri dari satu atau beberapa bangunan yang didirikan secara vertikal maupun horisontal, yang dijual atau disewakan kepada pelaku usaha atau dikelola sendiri untuk melakukan kegiatan perdagangan (Perda, 2010).

  Bentuk pasar modern dapat berupa sistem pelayanan mandiri, menjual berbagai jenis barang eceran yang berbentuk Minimarket dengan luas kurang dari

  2

  2

  400m , Department Store dengan luas lebih dari 400m , Supermarket dengan luas

  2 2 sampai dengan 500m , Hypermarket dengan luas lebih dari 500m (Perda, 2014).

  Secara umum pengertian pasar adalah kegiatan penjual dan pembeli yang melayani transaksi jual-beli. Penggolongan pasar tradisional dan pasar modern baru terjadi akhir-akhir ini ketika mulai banyak terdapat pasar swalayan. Pasar modern adalah pasar yang penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga (Chotimah, 2010).

3.1 Kerangka Konseptual

  Hama dan penyakit pada budidaya ikan gurami (Osphronemous gouramy) menjadi masalah serius di kalangan petambak (Santoso, 2009). Hama dan penyakit terhadap ikan dapat disebabkan oleh organisme lain. Salah satu jenis mikroorganisme yang dapat merusak daging ikan adalah jamur (Fahreza, 2012).

  Gejala klinis ikan yang terserang jamur adalah munculnya benang-benang halus seperti kapas pada bagian tubuh inang/ikan (Santoso, 2009). Jamur pada ikan merupakan patogen yang relatif lemah karena hanya menyerang inang dalam keadaan stres atau melemahnya antibodi (Suprapto, 2013).

  Jamur pada ikan akan merusak jaringan kulit sehingga menurunkan daya jual terhadap konsumen. Jamur pada ikan juga berbahaya karena menghasilkan mikotoksin. Sebagai contoh, Aspergillus sp. menghasilkan mikotoksin yang disebut aflatoksin. Aflatoksin diketahui banyak ditemukan dan berbahaya bagi manusia (Abrunhosa et al., 2001). Hasil penelitian Khairyah (2012) menyebutkan terdapat berbagai jamur yang menyerang ikan gurami yaitu: Aspergillus flavus, A. niger, A.

  

candidus, Penicillium glabrum, Saprolegnea, Rhizopus oryzae, Culvularia

  dan Fusarium.

  Suwarsito, dan Mustafidah. (2011) menyatakan transaksi ikan gurami (O.

  gouramy

  ) segar di wilayah Surabaya mengalami peningkatan setiap tahun baik pasar tradisional maupun pasar modern. Perkembangan pasar modern yang semakin pesat juga diikuti peningkatan transaksi ikan gurami segar. Konsumen yang mengonsumsi asam animo dari protein ikan gurami perlu diimbangi dengan kecerdasan konsumen memilih ikan sehat. Sulhi (2007) menyatakan ikan gurami

  19

  dan ada tidaknya parasit/jamur pada sisik ikan.

  Tidak semua konsumen mengetahui perbedaan antara ikan gurami (O.

  gouramy

  ) sehat dan sakit sehingga pihak pengelola juga perlu memiliki kemampuan dalam manajemen kesehatan ikan (Nuryati dkk., 2009). Pengetahuan tersebut diperlukan untuk meminimalisir penyebaran penyakit seperti jamur pada ikan gurami segar. Oleh karena itu, perlu diketahui jenis dan prevalensi jamur yang menyerang ikan gurami yang digunakan sebagai data acuan untuk memilih dan mengolah ikan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi.

  Ikan Gurami Distribusi Pasar Tradisional Pasar Modern Masalah

  1.Kualitas air (pH, suhu, dan oksigen terlarut) Lingkungan Kontaminasi

2. Padat tebar

  Virus Bakteri Jamur Parasit Keterangan

  : Aspek yang diteliti : Aspek yang tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

  4.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan

  Pengambilan sampel ikan gurami (O. gouramy) pada penelitian ini telah dilakukan di pasar modern kota Surabaya dan identifikasi jamur akan dilakukan di Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan Kelas I Surabaya I. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober hingga November 2015.

  4.2 Materi Penelitian

4.2.1 Alat penelitian

  Peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel yaitu timba, jaring dan aerator. Peralatan yang digunakan untuk proses identifikasi jamur yaitu Laminary

  flow

  , refrigerator, sectio kit, nampan, cover glass, object glass, mikroskop, bunsen, jarum ose, dan cawan petri

4.2.2 Bahan penelitian

  Bahan yang diperlukan untuk proses identifikasi jamur adalah ikan gurami sebanyak 10 ekor dengan panjang 30-35 cm, berat 500-750 g, dan berumur 15-17 bulan yang diperoleh dari 5 pasar modern di Surabaya. Amos (1985) menyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil bila populasi 50–100 ekor adalah 2 ekor sampel. Media isolasi jamur adalah agar Sabouraud Dextrose Agar (SDA),

  Penicillin, Lactophenol cotton blue , dan akuades steril.

  21

4.3.1 Rancangan penelitian

  Penelitian ini akan dilakukan menggunakan metode survei melalui pengambilan data di lokasi secara langsung. Lokasi pengambilan sampel ikan ditentukan dengan cara sengaja atau dengan metode purposive sampling (Khairyah, 2012). Wilayah pengambilan sampel dilakukan pada lima wilayah surabaya yang sudah tetapkan, yaitu wilayah ‘A’ sebagai Surabaya Tengah, wilayah ‘B’ sebagai Surabaya Utara, Wilayah ‘C’ sebagai Surabaya Timur, wilayah ‘D’ sebagai Surabaya Selatan, dan wilayah ‘E’ sebagai Surabaya Barat.

  Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak (random sampling) terhadap pasar modern yang terdapat di masing-masing wilayah Surabaya. Sampel dari wilayah Surabaya Tengah diambil dari Carrefour Kapasan diberi kode ‘Th’. Sampel dari wilayah Surabaya Utara diambil dari Giant Rajawali diberi kode ‘Ua’. Sampel dari wilayah Surabaya Timur diambil dari Superindo Mulyosari diberi kode ‘Tr’. Sampel dari wilayah Surabaya Selatan diambil dari Giant Ahmad Yani diberi kode ‘Sn’. Sampel dari wilayah Surabaya Barat diambil dari Hypermarket Pakuwon diberi kode ‘Bt’. Masing-masing pasar modern diambil dua ekor ikan gurami sebagai sampel yang akan diperiksa. Amos (1985) menyatakan bahwa jumlah sampel yang diambil bila populasi 50–100 ekor adalah 2 ekor sampel. Sehingga total sampel ikan yang akan diperiksa adalah 10 ekor ikan gurami. Setiap ikan akan diperiksa sisik, sirip dan insangnya. Fadaeifard et. al. (2011) menyatakan bahwa jamur biasa terdapat pada permukaan tubuh, sirip dan insang.

  22